Anda di halaman 1dari 9

LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI

HARVARD STEP TEST DAN VITAL SIGNS

KELOMPOK A.4
La Taniya Jihan Salsabila (20190310043)
Bunga Astri Julita (20190310045)
Alifia Husnadhiya (20190310046)
Luthfia Mazaya Husna (20190310047)
Hani Fakhrunnisa (20190310048)
Irawan Arya Rinanto (20190310050)
Resdenia Widya Choirul Uma (20190310051)
Hasna Rafidah (20190310052)
Nadila Yu’ti Aghnia (20190310053)

BLOK 2 : SITOLOGI DAN MUSKULOSKELETAL


PENDIDIKAN DOKTER UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA
TAHUN 2019
A. DASAR TEORI
Olahraga merupakan kegiatan yang menyebabkan terjadinya perubahan dalam sistem
kardiovaskular dan respirasi. Perubahan yang terjadi dalam kedua sistem tersebut
berlangsung bersama dan terpadu sebagai respon homeostasis.
Kontraksi otot otot besar terjadi saat berolahraga, yang memerlukan energi berupa
ATP. Sintesis ATP memerlukan oksigen dan nutrisi. Selain ATP, sintesis energi juga
menghasilkan panas dan CO2. Kebutuhan oksigen oleh jaringan dan meningatnya kadar
CO2 inilah yang merangsang respon kompensasi berupa peningkatan fungi
kardiovaskular dan respirasi.
Pada seseorang yang sedang beristirahat, aliran darah ke otot rangka rendah, yaitu 2-
4 ml/100g. Kontraksi otot secara intermitten akan meningkatkan aliran darah ke otot
rangka 13x keadaan istirahat. Perubahan lainnya yang terjadi pada saat berolahragaa
antara lain: curah jantung meningkat 4-5x, denyut jantung dapat meningkat maksimum
hingga 195x/menit, ventilasi paru dapat meningkat 20x istirahat, serta meningkatnya
suhu badan. Aliran darah akan meningkat pada saat sebelum olahraga, yang
dipengaruhi oleh suatu respon sarafi. Apabila olahraga telah dimulai, maka mekanisme
mekanisme lokal akan mempertahankan tingginya aliran darah. Mekanisme lokal ini
antara lain terjadinya peningkatan PCO2 jaringan, penumpukan K+ dan metabolit
vasodilator lainnya. Peningkatan suhu tubuh menambah terjadinya dilaasi pembuluh
darah, sehingga meningkatkan volume darah ke jaringan. Peristiwa lain selama
berolahraga adalah penurunan PH akibat peningkatan PCO2, peningkatan 2,3-DPG
dalam sel darah merah dan selanjutnya berakibat penurunan afinitas hemoglobin
terhadap O2
Kontraksi otot rangka selama berolahraga akan mempengaruhi pembuluh-pembuluh
darah di dalamnya. Kontraksi otot rangka 10% ari tegangan maksimum akan
melancarkan aliran darah balik (vena). Sehingga saat otot relaksasi darah akan masuk
ke otot. Olahraga yang meningkatkan alirah darah dan oksigenasi otot disebut aerobik.
Akan tetapi, apabila kekuatan kontraksi mencapai >70% tegangan maksimum maka
aliran darah akan terhenti sama sekali. Olahraga yang menyababkan aliran darah dan
oksigenasi jaringan terhenti disebut olahraga anaerob.
Olahraga aerobik yang dilakukan secara terus menerus akan meningkatkan performa
otot rangka, kekuata otot jantung, dan kapasitas vital paru. Kekuatan otot ditunjukan
oleh kemampuan otot menerima beban. Kekuatan otot ditunjukan oleh meningkatkan
volume sekuncup jantung sehingga frekuensi denyut jantung tidak cepat meningkat
dengan meningkatnya intensitas olahraga.
Penilaian terhadap kemampuan respon fisiologis pada aktivitas kerja fisik paling baik
dilakukan dengan pengukuran langsung kapasitas aerobic yang berupa pemanfaatan O2
maksimal (VO2 maks). Namun demikian karena beberapa hal terjadi kesulitan dalam
pengukuran kapasitas aerobik ini maka yang terbaik adalah dengan ekstrapolasi pada
tes submaksimal menggunakan frekuensi denyut jantung (cara tidak langsung –
praktikum pengukuran VO2 maks secara tidak langsung). Alasannya adalah karena
selama aktifitas kerja fisik frekuensi denyut jantung meningkat secara linier dengan
peningkatan penggunaan O2 (dalam batas batas tertentu). Frekunesi denyut jantung
dapat pula untuk menentukan taksiran kapasitas aerobik, yaitu dihitung pada saat
pemulihan (recovery period). Walaupun cara demikian tidak begitu valid dibandingkan
dengan cara langsung, cara ini sudah cukup memadai dan banyak dipergunakan secara
luas untuk tujuan-tujuan screening.
Aktivitas tubuh yang tinggi membutuhkan energi yang tinggi pula. Sintesis energi
terjadi dalam setiap sel tubuh tepatnya di mitokondria. Sintesis energi memerlukan
substrat makanan (glukosa, asam lemak, atau asam amino) dan O2 dan energi terbentuk
dalam bentuk ATP dan panas badan serta H2O dan CO2. Oleh karena itu aktivitas
membutuhkan O2 dan menghasilkan CO2. Apabila tubuh melakukan aktivitas maka
PO2 darah menurun dan PCO2 darah meningkat. Penurunan PO2 san peningkatan PCO2
akan memacu pusat ernapasan di medulla oblongata, sehingga terjadi peningkatan
frekuensi pernapasan untuk memperoleh O2 dan mengeluarkan CO2 yang lebih banyak.
Peningkatan fungsi respirasi selama olahraga untuk peningkatan perolehan oksigen
udara untuk diedarkan melalui sirkulasi ke seluruh jaringan/sel tubuh, mengeluarkan
CO2 dari sirkulasi ke udara luar dan mengatur kadar O2, dan CO2 darah agar selalu
dalam batas normal sesuai dengan kebutuhan/ aktivitas tubuh. Transportasi O2 dari paru
ke jaringan dan CO2 dari jaringan ke paru adalah melalui aliran darah. Oleh karena itu
apabila terjadi rangsangan peningkatan pernafasan harus disertai peningkatan sirkulais
darah.
Frekuensi pernafasan dan volume tidal dikontrol oleh berbagai faktor. Faktor yang
kuat memengaruhi frekuensi pernafasan dan volume tidal adalah tekanan partial
oksigen ( PO2) dan karbondioksida (PCO2), serta PH darah. Tinggi rendahnya tekanan
parsial oksigen (PO2) dan karbondioksida (PCO2), serta PH darah dipengaruhi oleh
kondisi tekanan udara lingkungan, kebutuhan energy, dan kemampuan tubuh
memperoleh oksigen dan mengeluarkan karbondioksida atau kemampuan fisiologis
respirasi meliputi ventilasi, difusi, transportasi, dan penggunaan oksigen seluler.
Fungsi sirkulasi adalah mengangkut berbagai komponen yang ada dalam darah (nutrisi,
O2, dan CO2, hormon, faktor, enzim, dsb) dari organ ke organ lainnya diseluruh tubuh.
Apabila ada gangguan komposisi darah yang terkait dengan kebutuhan tubuh yang vital
(O2, CO2, air, glukosa, tekanan) sehingga mengancam kelangsungan hidup, maka akan
muncul gejala yang dapat terdeteksi melalui tanda vital.
Tes Harvard Step adalah tes kebugaran aerobik, yang dikembangkan oleh Brouha et
al. (1943) di Harvard Fatigue Laboratories selama Perang Dunia II. Bentuk dari tes ini
sangat sederhana untuk dilakukan dengan alat-alat yang mudah didapatkan.
Harvard Step Test merupakan salah satu metode pengukuran VO2 max dengan
melihat respon fisiologis (denyut jantung) dan waktu saat tes. Harvard Step Test juga
dijadikan tes kebugaran jasmani atau daya tahan kardiorespirasi. Selama menit-menit
pertama latihan, konsumsi oksigen meningkat sehingga dapat tercapai keadaan steady
state di mana konsumsi oksigen sesuai dengan kebutuhan latihan. Bersamaan dengan
keadaan steady state ini terjadi pula adaptasi ventilasi paru, denyut jantung, dan cardiac
output.
Keadaan di mana konsumsi oksigen telah mencapai nilai maksimal tanpa bisa naik
lagi meski dengan penambahan intensitas latihan, inilah yang disebut VO2 maks.
Konsumsi oksigen ( VO2 max) lalu turun secara bertahap bersamaan dengan
pengehentian latihan karena kebutuhan oksigen pun berkurang (Sharkley, 2011).
Fungsi paru, jantung, sel darah merah dan komposisi tubuh, seperti berat badan
menentukan nilai VO2 max. Berat badan cenderung berbanding terbalik terhadap VO2
max, artinya semakin besar berat badan (kg), semakin rendah VO2 max (Jayusfani et
al, 2015).

B. ALAT DAN BAHAN


Alat :
1. Bangku setinggi 40 cm
2. Metronom
3. Stopwatch
4. Sphygmomanometer
5. Termometer badan infrared
C. CARA KERJA
Tempat pelaksanaan : Lab. Fisiologi FKIK UMY
Tanggal pelaksanaan : Kamis, 24 Oktober 2019
Waktu pelaksanaan : 12.30 – 14.30 WIB

Cara kerja :
1. Probandus bebadan sehat, tidak sedang puasa, makan terakhir kurang lebih 2 jam
sebelum tes, tidak melakukan aktivitas berat 24 jam terakhir, dan tidur malam
cukup.
2. Probandus menandatangani surat keterangan sehat
3. Probandus ditanyai nama dan usia.
4. Probandus diukur berat badan dan tingginya.
5. Probandus ditanya kebiasaan aktivitas olahraga.
6. Probandus ditanya makan dan minum terakhir.
7. Probandus diperiksa denyut nadi dan tanda vital yang lain dengan posisi istirahat.
8. Pemeriksa memasang metronome pada 120 ketukan per menit.
9. Probandus diminta berdiri menghadap bangku Harvard.
10. Probandus diminta melakukan latihan HST dengan naik-turun bangku dalam empat
hitungan sebanyak 2-3 kali sebelum HST sesungguhnya dilakukan.
11. Probandus diminta melakukan HST yang sesungguhnya. Saat HST dimulai,
pemeriksa memberi aba-aba mulai dan menekan tombol stopwatch sebagai tanda
waktu dimulainya tes.
12. Ketika probandus tidak sanggup melakukan HST lagi atau waktu sudah mencapai
lima menit, pemeriksa memberikan aba-aba berhenti dan segera menekan tombol
stopwatch (menghentikan stopwatch). Pemeriksa mencatat durasi waktu.
13. Stopwatch diatur kembali ke posisi nol, kemudian pemeriksa segera menekan
tombol stopwatch sekali lagi sebagai awal waktu untuk menghitung denyut nadi
pemulihan.
14. Pemeriksa menghitung denyut nadi pemulihan pada:
a. Menit pertama sampai dengan menit ke-1,5 setelah naik turun bangku (30 detik
pertama)
b. Menit kedua sampai dengan menit ke-2,5 setelah naik turun bangku (30 detik
kedua)
c. Menit ketiga sampai dengan menit ke-3,5 setelah naik turun bangle (30 detik
ketiga)
15. Pemeriksa mengukur tanda vital yang lain.
16. Pemeriksa menghitung indeks kebugaran jasmani.
D. HASIL

I II III IV
Nama Afif Rafi Atta Irawan
Usia 19 18 19 18
Jenis Kelamin Laki-laki Laki-laki Laki-laki Laki-laki
Berat Badan (Kg) 83 64,5 85 85
Tinggi Badan (m) 1,6 1,72 1,73 1,74
Indeks Massa Tubuh (Kg/M2) 32,421875 21,8023256 28,400548 28,0750429
Kebiasaan Aktivitas Olahraga (berapa kali 1x/minggu 2x/minggu 1x/minggu 1x/minggu
seminggu)
Makan Minum Terakhir 2 jam 2 jam 4 jam 4 jam
Frekuensi Denyut Nadi (x/menit) 87 100 88 98
Frekuensi Respirasi istirahat (x/menit) 23 14 17 20
Tekanan Darah Istirahat (mmHg) 120/70 120/80 120/80 100/80
Suhu Badan Istirahat (derajat celcius) 36,6 36,6 36,3 36,6
Durasi waktu tes 70 100 60 82
Frekuensi Denyut Nadi pemulihan 30 menit 64 54 78 65
pertama
Frekuensi denyut nadi pemulihan 30 detik kedua 50 40 65 60
Frekuensi denyut nadi pemulihan 30 detik ketiga 57 40 58 59
Frekuensi respirasi pemulihan (x/menit) 28 24 31 32
Tekanan darah pemulihan (mmHg) 140/60 130/60 130/80 130/60
Suhu badan pemulihan (deraja celcius) 36,1 36,5 36,7 36,2
Nilai dan kategori kebugarasn jasmani cepat 19,8863636 33,6700337 13,986014 22,9370629
Nilai dan kategori kebugaran jasmani lambat 20,4678363 37.3134328 14,9253731 22,2826087

E. PEMBAHASAN
Dilihat dari berat badan Rafi mempunyai berat badan yang paling rendah di antara berat
badan Afif, Ata, dan Irawan. Dilihat dari tinggi badan, tinggi badan Irawan paling tinggi di
antara tinggi badan yang lain.
Dilihat Indeks Massa Tubuh (kg/m2) dari keempatnya, IMT Afif 32, 421; Rafi 21, 802; Ata
28, 400; Irawan 28, 075. IMT dapat diinterprestasikan sebagai ukuran apakah seseorang
kurus, cukup, gemuk, atau overweight (obesitas)
Cara menghitung IMT :
Berat Badan
𝐼𝑀𝑇 =
(𝑇𝑖𝑛𝑔𝑔𝑖 𝐵𝑎𝑑𝑎𝑛)2
Nilai IMT Klasifikasi
< 18,4 Kurus
18,5 - 24,9 Ideal
25 - 29,9 Agak Gemuk
30 - 39,9 Gemuk
> 40 Sangat Gemuk
Berdasarkan data di atas, maka dapat diperoleh data
Nama Probandus Nilai IMT Klasifikasi
Rafi 21,802 Ideal
Afif 32,421 Gemuk
Ata 28,400 Agak Gemuk
Irawan 28,075 Agak Gemuk

Juga diperoleh data Indeks Kebugaran Jasmani (Physical Fitness Index) hitungan cepat
Nama Probandus Nilai Klasifikasi
Rafi 33,67 Jelek
Irawan 22,93 Jelek
Afif 19,88 Jelek
Ata 13,98 Jelek

Dari data diatas dapat diketahui Indeks Kebugaran Jasmani (Physical Fitness Index)
dengan hitungan cepat dengan indeks terbaik Rafi 33,67 dan yang terburuk Ata 13,98.
Cara menghitung Indeks Kebugaran Jasmani (Physical Fitness Index)
a. Cara lambat :
Durasi waktu tes dalam detik x 100
𝐼𝑛𝑑𝑒𝑘𝑠 𝐾𝐽 =
2(𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑘𝑒𝑡𝑖𝑔𝑎 𝑓𝑟𝑒𝑘𝑢𝑒𝑛𝑠𝑖 𝑑𝑒𝑛𝑦𝑢𝑡 𝑛𝑎𝑑𝑖)

Kategori Indeks Kebugaran Jasmani


Sangat Baik (excellent) >96
Baik (good) 83-96
Cukup (average) 68-82,9
Kurang (low average) 54-67,9
Sangat kurang (poor) <54

b. Cara cepat :
Durasi waktu tes dalam detik x 100
𝐼𝑛𝑑𝑒𝑘𝑠 𝐾𝐽 =
5,5(𝐹𝑟𝑒𝑘𝑢𝑒𝑛𝑠𝑖 𝑑𝑒𝑛𝑦𝑢𝑡 𝑛𝑎𝑑𝑖 𝑝𝑒𝑚𝑢𝑙𝑖ℎ𝑎𝑛 30" 𝑝𝑒𝑟𝑡𝑎𝑚𝑎)

Kategori Indeks Kebugaran Jasmani


Baik >80
Sedang 50-80
Jelek <50
Menurut teorinya, frekuensi denyut nadi, tekanan darah, suhu tubuh dan frekuensi
pernapasan pada saat sebelum dan setelah tes terdapat perbedaan. Akan lebih tinggi setelah
tes daripada sebelum tes. Frekuensi denyut nadi Afif, Rafi, Ata, dan Irawan justru menjadi
lebih rendah setelah harvard step test.
Dalam tabel hasil kegiatan, diperoleh suhu tubuh Ata, Rafi, dan Irawan setelah HST
mengalami penurunan. Sedangkan normalnya, suhu tubuh setelah melakukan aktivitas
berat akan mengalami kenaikan. Hal ini bisa disebabkan karena kondisi lingkungan tempat
dilakukannya HST berada di ruang tertutup dan ber-AC.
Frekuensi pernapasan setelah dilakukannya HST meningkat daripada sebelum
dilakukannya HST. Faktor yang menyebabkan hal ini adalah naiknya tekanan parsial CO2
dan turunnya tekanan parsial O2. Naik dan turunnya tekanan parsial membuat probandus
bernafas lebih banyak untuk mendapatkan oksigen.
Berdasarkan data, aktivitas olahraga Rafi lebih sering dibandingkan yang lain. Dengan
olahraga yang sering, tubuh dapat melakukan metabolisme dengan lebih baik.
Otot akan lebih terlatih ditunjukkan dengan semakin banyaknya serabut otot merah
yang terbentuk. Dimana serabut otot merah mengandung lebih banyak mitokondria yang
berfungsi untuk menghasilkan energi dalam bentuk ATP. Hal tersebut berdampak pada
semakin bugarnya tubuh seseorang sehingga tidak mudah lelah.
Seseorang yang jarang melakukan olahraga memiliki durasi HST lebih singkat karena
tubuhnya mudah lelah. Hal ini disebabkan karena tubuh kurang terlatih.
Setelah dihitung maka kita mendapatkan nilai kebugaran jasmani yang paling tertinggi
yaitu Rafi, hal tersebut bisa terjadi dikarekan Rafi melakukan kebiasaan olahraga 2x
seminggu, yang juga merupakan kebiasaan yang lebih tinggi dibandingkan porbandus
lainnya, juga IMT yang ideal dibandingkan probandus lainnya.juga ada factor lainnya
seperti makan minum terakhir, dan teakanan darah. Hal tersebut dapat mempegaruhi
kebugaran jasmani seseorang seperti kapasitas paru-paru yang lebih besar dan denyut nadi
yang lebih rendah sehingga dapat melakukan Harvard test lebih lama dibandingkan yang
lain. Oleh sebab itu probandus Ata memiliki nilai kebugaran jasmani yang lebih rendah
dibandingkan probandus lainnya dilihat dari factor IMT, kebiasaan olahraga, makan minum
terakhir, dan tekanan darah.

F. KESIMPULAN
1. Terjadi perubahan fisiologi tubuh ketika aktivitas fisik/olahraga untuk
mempertahankan homeostasis.
2. Olahraga rutin dapat meningkatkan kebugaran jasmani, ditandai dengan
menguatnya sistem kardiovaskular, kapasitas paru-paru yang lebih besar, dan massa
otot yang bertambah.
3. Kondisi lingkungan juga dapat mempengaruhi hasil havard step test.
G. REFERENSI
https://www.topendsports.com › testing › tests
Buku Petunjuk Praktikum BLOK 2, Semester I Tahun Ajaran 2019/2020 : Sitologi
dan Sistem Gerak

Anda mungkin juga menyukai