Anda di halaman 1dari 7

Mekanisme Kontraksi dan Relaksasi Otot Rangka

Benedictus Enrique Moniaga (102022164)


Kelompok A04
Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana
Jl. Arjuna Utara No.6, Jakarta Barat
Benedictus.102022164@civitas.ukrida.ac.id

Abstrak
Otot merupakan jaringan peka yang dapat dirangsang untuk menimbulkan suatu potensial aksi.
Otot rangka melekat pada tulang dan berperan sebagai sistem perototan yang menggerakan tubuh.
Aktivitas otot diatur oleh susunan saraf melalui persarafan motorik. Otot rangka tersusun dari
serat-serat yang merupakan penyusun sistem otot. 40% dari berat badan manusia terdiri dari otot
rangka dan 10% terdiri dari otot polos dan jantung. Mekanisme kontraktil otot rangka tergantung dari
protein miosin, aktin,troponin dan tropomiosin. Ciri filamen miosin tebal, sedangkan filamen aktin
tipis. Sebagian saling bertautan sehingga menyebabkan miofibril secara bergantian menunjukan pita
terang dan gelap. Pita ini saling tumpang tindih dan terjadi penonjolan dari sisi filamen miosin.
Penonjolan ini dinamakan jembatan penyeberangan (cross bridge).
Saat melakukan aktivitas berat otot akan mengalami kelelahan, kelelahan otot adalah suatu keadaan
yang terjadi setelah terjadinya kontraksi otot yang kuat dan berkepanjangan, dimana otot tersebut
tidak mampu lagi berkontraksi dalam jangka waktu tertentu. Kelelahan ini juga dapat diakibatkan oleh
aktivitas yang berlebihan tetapi kelelahan yang tidak normal juga dapat disebabkan oleh pembatasan
atau gangguan pada berbagai tahap kontraksi otot.

Kata kunci: Kelelahan otot, Kontraksi otot, Otot

Abstract
Muscle is a sensitized tissue that can be stimulated to generate an action potential. Skeletal
muscles are attached to the bones and act as a motor system that moves the body. Muscle activity is
regulated by the nervous system through motor innervation. Skeletal muscles are composed of fibers
which are the constituents of the muscular system. 40% of the human body weight consists of skeletal
muscles and 10% consists of smooth and cardiac muscles. The contractile mechanism of skeletal
muscle depends on myosin, actin, troponin and tropomyosin proteins. Myosin filaments are
characterized by being thick, while actin filaments are thin. Some are interlaced, causing myofibrils to
alternately show light and dark bands. These bands overlap and there is a protrusion from the side of
the myosin filament. This protrusion is called a cross bridge.
When doing strenuous activity the muscles will experience fatigue, muscle fatigue is a condition that
occurs after a strong and prolonged muscle contraction, where the muscle is no longer able to
contract within a certain period of time. This fatigue can also result from excessive activity but
abnormal fatigue can also be caused by restrictions or interference at various stages of muscle
contraction.

Keyword: Muscle fatigue, Muscle contraction, Muscle


Pendahuluan
Setiap manusia terlahir dengan kemampuan untuk menggerakan anggota tubuhnya seperti untuk
berlari, berjalan, bahkan duduk sehingga mendukung aktifitas keseharian mereka. Semua gerakan itu
tidak lepas dengan adanya peran serta alat-alat gerak tubuh yang disusun atas tulang dan otot juga
bagian penyusun lainnya. Pada umumnya timbulnya sebuah gerakan dikarenakan adanya kerja otot di
dalam tubuh kita sehingga menimbulkan respon atau yang kita sebut dengan gerakan. Otot dalam
tubuh manusia terbagi atas tungkai atas dan tungkai bawah yang pada tiap otot terdapat struktur
makroskopik dan mikroskopik dari otot tersebut. Tidak hanya mengenai makroskopik dan
mikroskopik saja tetapi mengenai respon yang diberikan yang diberikan dari kerja otot akan
menimbulkan gerakan yang terbagi atas dua yaitu gerakan sadar atau gerakan tidak sadar (refleks).

Lalu Untuk melakukan kontraksi, otot memerlukan energi yang cukup berupa ATP. Untuk
menghasilkan ATP, diperlukan glukosa dan O2 yang cukup. Dengan adanya mekanisme otot ini,
manusia dapat berdiri, berjalan, berlari, dan melakukan kegiatan lainnya. Tujuan dari pebulisan
makalah ini adalah agar mahasiswa dapat memahami mekanisme kontraksi otot rangka, refleks yang
berperan, metabolisme, serta kelelahan otot.

Skenario 1
Seorang mahasiswa berusia 20 tahun berolahraga jogging di pagi hari. Saat sedang berlari tiba
tiba kakinya terinjak paku hingga menembus alas sepatunya, karena terasa nyeri, secara spontan
mahasiswa tersebut berteriak dan mengangkat kaki kanannya yang tertusuk paku tersebut. Karena
sudah merasa kelelahan, mahasiswa tersebut kemudian duduk untuk beristirahat sambil mencabut
paku di alas sepatunya.

Identifikasi Istilah
-

Rumusan Masalah
Seorang mahasiswa usia 20 tahun refleks berteriak dan mengangkat kakinya yang tertusuk paku saat
jogging di pagi hari.

Hipotesis
mahasiswa berusia 20 tahun, mengalami pendarahan luar saat tertusuk paku, lalu terjadi refleks flexor
pada pada kaki yang tertusuk, dan mahasiswa tersebut mengalami kelelahan akibat dari penumpukan
asam laktat.

Sasaran Belajar
1. Menjelaskan struktur makroskopik pendarahan.
2. Mekanisme kontraksi otot rangka
3. Refleks somatik dan otonom
4. Metabolisme energi otot saat beraktivitas dan saat istirahat
5. kelelahan otot dan penanganannya

Struktur Makroskopik Pendarahan


Perdarahan dapat terjadi karena rusaknya dinding pembuluh darah yang disebabkan oleh ruda
paksa atau dapat juga disebabkan oleh suatu penyakit. pendarahan dapat dibagi menjadi dua yaitu
pendarahan luar dan pendarahan dalam, Perdarahan luar (terbuka) merupakan perdarahan yang
terjadi karena rusaknya dinding pembuluh darah yang kemudian diikuti oleh adanya kerusakan kulit.
Pada kondisi ini, darah akan keluar dari tubuh melalui luka yang ada dan akan terlihat jelas
Pendarahan luar dapat terjadi karena tertusuk, tersayat, tergores, dan terbentur.1 Pendarahan luar
terbagi menjadi beberapa jenis:
Perdarahan Arteri, salah satu jenis perdarahan luar yang paling parah dan harus segera ditangani
adalah perdarahan arteri. Perdarahan eksternal jenis ini juga dikenal sebagai perdarahan pulsatil,
ditandai dengan muncrat atau semburan darah seirama dengan detak jantung. Kondisi ini biasanya
diakibatkan oleh cedera atau luka dalam yang menembus kulit, trauma tumpul, dan kerusakan organ
atau pembuluh darah. Darah yang keluar akibat pendarahan arteri umumnya berwarna merah terang
karena mengandung oksigen yang tinggi.1

Perdarahan Vena, perdarahan vena tidak seburuk perdarahan arteri. Namun, kondisi ini bisa
mengancam jiwa jika Anda tidak segera mendapatkan pertolongan medis. Perdarahan ini dapat terjadi
akibat laserasi (luka benda tumpul) dan tusukan yang menyebabkan perlukaan pada struktur vena.
Karena berasal dari pembuluh darah vena dan tidak banyak mengandung oksigen, maka darah yang
keluar cenderung berwarna merah tua. Selain itu, pembuluh darah vena tidak mendapat tekanan
langsung dari jantung.1

Perdarahan Kapiler, pendarahan kapiler biasanya terjadi karena luka pada kulit. Kondisi ini cenderung
lebih ringan dibandingkan jenis perdarahan luar lainnya. Perdarahan jenis ini sering terjadi pada
struktur kulit terluar, yaitu lapisan epidermis. Selain itu, jumlah darah yang keluar atau merembes
bergantung pada ukuran dan kedalaman luka di permukaan jaringan kulit. Tidak hanya paling ringan,
perdarahan kapiler juga paling mudah diobati. Hal ini dikarenakan darah yang keluar berasal dari
pembuluh kapiler di permukaan kulit dan bukan dari dalam tubuh. Meski begitu, pendarahan ini justru
terasa lebih menyakitkan karena melibatkan ujung saraf kecil di kulit.1

Perdarahan Dalam, merupakan perdarahan yang biasanya tak terlihat dan tidak disertai adanya
kerusakan kulit. Namun, perdarahan dalam juga bisa saja terlihat di bawah permukaan kulit yang
tampak seperti luka memar. Tidak hanya perdarahan luar saja yang dapat menimbulkan bahaya dan
mengancam nyawa, melainkan perdarahan dalam pun dapat mengancam nyawa jika perdarahan
tersebut sudah tergolong kategori berat.1

Mekanisme Kontraksi Otot Rangka

Guyton,1995. mengemukakan bahwa secara mekanis kontraksi otot adalah terjadinya sliding
filamen, Kontraksi otot meliputi pemendekan elemen kontraktil otot. Kontraksi otot yaitu suatu
aktivitas jembatan silang yang menyebabkan filamen-filamen tipis bergeser mendekat satu sama lain
untuk memperpendek sarkomer. Untuk dapat berkontraksi otot harus dirangsang dengan tujuan untuk
pelepasan asetilkolin (Ach) di taut neuromuskular antara ujung neuron motorik dan serat otot.
Asetilkolin yang dikeluarkan dari ujung terminal neuro motorik mengawali potensial aksi di sel otot
yang merambat ke seluruh permukaan membran. Aktivitas listrik permukaan dibawa ke bagian tengah
serat otot oleh tubulus T. Adanya potensial aksi di tubulus T menginduksi perubahan permeabilitas
disuatu jaringan membranosa terpisah di dalam serat otot yaitu retikulum sarkoplasma (modifikasi
retikulum endoplasma).2

Kantung lateral retikulum sarkoplasma menyimpan Ca2+. Penyebaran potensial aksi ke tubulus T
mencetuskan pelepasan simpanan Ca++ dari kantung-kantung lateral retikulum sarkoplasma di dekat
tubulus. Ca++ yang dilepaskan berikatan dengan troponin dan mengubah bentuknya, sehingga
kompleks troponin-tropomiosin secara fisik bergeser ke samping, membuka tempat pengikatan
jembatan silang aktin. Bagian aktin yang telah terpajang atau terbuka tersebut berikatan dengan
jembatan silang miosin, yang sebelumnya telah mendapat energi dari penguraian ATP menjadi ADP
dan Pi + energi oleh ATPase miosin di jembatan silang . Pengikatan aktin dan miosin di jembatan
silang menyebabkan jembatan silang menekuk, menghasilkan suatu gerakan mengayun kuat untuk
menarik filamen tipis ke arah dalam . Pergeseran ke arah dalam dari semua filamen tipis yang
mengelilingi filamen tebal memperpendek sarkomer.2

Relaksasi Otot Rangka


Selama gerakan mengayun kuat tersebut, ADP dan Pi dibebaskan dari jembatan silang.
Perlekatan sebuah molekul ATP baru memungkinkan terlepasnya jembatan silang, yang
mengembalikan bentuknya ke konformasi semula. Penguraian molekul ATP yang baru oleh ATPase
miosin kembali memberikan energi bagi jembatan silang . Apabila Ca++ masih ada sehingga
kompleks troponin-tropomiosin tetap bergeser ke samping, jembatan silang kembali menjalani siklus
pengikatan dan penekukan, menarik filamen tipis selanjutnya. Apabila tidak lagi terdapat potensial
aksi lokal dan Ca++ secara aktif telah kembali ke tempat penyimpanannya di kantung lateral
retikulum sarkoplasma, kompleks troponin-tropomiosin bergeser kembali ke posisinya menutupi
tempat pengikatan jembatan silang aktin, sehingga aktin dan miosin tidak lagi berikatan di jembatan
silang, dan filamen tipis bergeser kembali ke posisi istirahat seiring dengan terjadinya proses
relaksasi.2

Gerak Refleks
Gerak yang sering kita lakukan pada umumnya terjadi secara sadar namun ada pula gerak tidak
sadar yaitu gerak refleks. Gerak refleks merupakan gerakan yang tanpa kita sadari dilakukan dan
merupakan respon segera setelah adanya rangsang. Gerak refleks ini termasuk dalam bagian dari
mekanisme pertahanan yang ada di dalam tubuh kita dan waktu terjadinya jauh lebih cepat dari gerak
sadar, contohnya menutup mata pada saat bersin, menarik kembali tangan dari benda panas yang
tersentuh tanpa sengaja. Gerak refleks dapat dihambat oleh kemauan sadar, misalnya, bukan saja tidak
menarik tangan.dari benda panas, bahkan dengan sengaja menyentuh permukaan benda panas itu
(Pearch, 2008, h. 292).3

Jenis-jenis gerak refleks


Refleks somatik
Refleks somatik melibatkan respon yang melibatkan kontraksi otot rangka sebagai respons
terhadap rangsangan,Refleks somatik pada umumnya terjadi secara polisinaps, seperti halnya flexor
reflex, refleks jalan, refleks lari, loncat, memegang, menggaruk, serta banyak lagi gerakan anggota
tubuh yang terjadi secara reflektoris.3 Terbagi dua:

Refleks Monosinaptik (refleks regang), Refleks regang merupakan respon yang terjadi bila otot
rangka dengan dengan persarafan yang utuh diregangkan maka otot tersebut akan berkontraksi.
Refleks regang monosinaptik adalah refleks dalam tubuh yang paling banyak diketahui dan dipelajari.
Contoh klinisnya adalah refleks patella yaitu refleks yang diberikan ketukan pada tendon patellanya
agar refleks patellanya bangkit. Hal ini dilakukan untuk mengontrol postur yang disebabkan oleh
perubahan tingkat keterangsangan neuron motorik.4

Refleks Polisinaps (refleks menarik diri), Refleks menarik diri ini adalah jawaban dari rangsangan
noxius dan biasanya rangsangan nyeri di kulit atau jaringan serta otot. Respon yang didapatkan
adakah adanya kontraksi otot flexor dan penghambatan otot ekstensor sehingga bagian yang
terangsang mengalami fleksi dan menarik diri dari rangsangan tersebut. Maka dari itu, refleks menarik
diri ini adalah refleks yang berpotensi untuk menjauhi rangsangan yang membahayakan atau untuk
menghindari sesuatu yang tidak menyenangkan.5 Terbagi menjadi dua:

1. Refleks Flexor, adalah kontraksi cepat otot fleksor mengakibatkan penarikan tungkai atau
anggota gerak dari stimulus cedera/ perlukaan. Contohnya, saat menyeberangi sungai dan saat
melangkah terkena pecahan botol. Fungsi perlindungan dari refleks ini memerlukan gerakan
yang cepat seperti reflek tendon, sehingga memerlukan jalur saraf yang lebih kompleks.6

2. Refleks Ekstensi Menyilang, adalah kontraksi otot ekstensor di anggota gerak yang
berlawanan dengan yang mengalami penarikan (withdraw). Refleks ini memerlukan serabut
saraf aferen menyilang dari sisi tubuh menuju sisi kontralateral korda spinal. Contohnya, saat
salah satu kaki yang terkena pecahan botol melakukan refleks fleksor, maka kaki lain yang
digunakan untuk berpijak melakukan refleks ekstensi menyilang.6

Refleks otonom
Refleks otonom adalah refleks yang mengatur organ viseral meliputi refleks otonom
kardiovaskular, refleks otonom gastrointestinal, refleks seksual, refleks otonom lainnya meliputi
refleks yang membantu pengaturan sekresi kelenjar pankreas, pengosongan kandung empedu, ekskresi
urin pada ginjal, berkeringat, konsentrasi glukosa darah dan sebagian besar fungsi viseral
lainnya.Sistem parasimpatis biasanya menyebabkan respon setempat yang spesifik, berbeda dengan
respon yang umum dari sistem simpatis terhadap pelepasan impuls secara masal, maka fungsi
pengaturan sistem parasimpatis sepertinya jauh lebih spesifik.3

Metabolisme Energi Otot


Pada proses kontraksi otot, otot memerlukan energi berupa ATP (Adenosine triphosphate). Pada
saat proses kontraksi dimulai, ATP berikatan dengan kepala miosin di sisi ATPase. ATPase kemudian
memecah ATP menjadi ADP + P + Energi. ATP dibutuhkan saat kontraksi untuk dihidrolisis oleh
miosin dan relaksasi untuk reabsorbsi kalsium lalu menuju ke retikulum sarkoplasma. Energi dalam
bentuk ATP juga dibutuhkan untuk pompa Na+ - K+ untuk mengembalikan Na+ dan menginduksi
potensial aksi. Energi yang dihasilkan ini digunakan untuk mengaktivasi kepala miosin sehingga
dapat mengikat aktin. Hal ini akan berlangsung hingga molekul ATP melekat dan memutus ikatan
antara aktin dan miosin. Kepala miosin lepas dan akan menempel dengan aktin baru. Proses ini akan
terus berulang selama masih ada jumlah kalsium dan rangsangan saraf yang cukup.7

Untuk mendapatkan energi dalam bentuk ATP, terdapat proses metabolisme pada otot yang dapat
digunakan. Proses tersebut dapat dibagi menjadi tiga, yaitu :

Proses yang pertama adalah fosfokreatin (ATP-PC). Hal ini dilakukan melalui pemberian gugus fosfat
serta energi ikatanya dari kreatin fosfat ke ADP. Ketika otot rileks, kelebihan ATP diproduksi dan
sebagian kelebihan ATP dialihkan ke sintesis keratin fosfat. Disaat selesai hidrolisis ATP, ATP akan
langsung dibentuk kembali dengan proses kreatin fosfat dan bantuan enzim kreatin kinase. Namun
keratin fosfat dalam otot hanyalah sedikit sehingga jika menggunakan proses ini ATP yang terbentuk
terbatas .ATP yang diproduksi kreatin fosfat merupakan energi tambahan saat awal melakukan
kontraksi. Untuk membentuk kreatin fosfat kembali membutuhkan ATP dan dilakukan saat pemulihan
dan kerja otot.7
Selanjutnya, proses kedua yang dapat digunakan merupakan glikolisis. Reaksi ini merupakan reaksi
anaerob (tidak menggunakan oksigen). Reaksi ini berlangsung di sitoplasma. Proses ini dimulai
dengan pemecahan glukosa melalui proses glikolisis yang akan menghasilkan 2 ATP dan 2 asam
piruvat. Namun, asam piruvat dapat berubah menjadi asam laktat yang berbahaya bagi otot jika tidak
ada O2 yang menghalang asam .piruvat lebih lanjut untuk mengalami proses fosforilasi oksidasi.7

Proses terakhir yang dapat digunakan adalah fosforilasi oksidatif. Reaksi ini merupakan reaksi aerob
(menggunakan oksigen). Glukosa dipecah menjadi karbon dioksida dan air, serta melepaskan energi
(ATP) dalam jumlah besar. Proses ini berlangsung dalam mitokondria. Proses yang membutuhkan
waktu lama ini akan menghasilkan 36 ATP, CO2 dan H2O. Pada proses aerob lebih sering terjadi saat
masa relaksasi yang terjadi di mitokondria dan dapat membantu meng sintesis kreatin fosfat. Selain
glukosa, sumber energi yang dapat digunakan untuk proses ini dapat berasal dari asam lemak dan
asam amino.7

Lalu saat otot beristirahat terjadi penyimpanan sumber energi yang nantinya akan menghasilkan ATP,
Bentuk simpanan energi didalam tubuh yang merupakan penentu performa pada saat berolahraga
yaitu simpanan karbohidrat dapat diproses melalui 2 jalur metabolisme baik yaitu melalui pembakaran
glukosa/glikogen (secara aerobik) maupun melalui glikolisis glukosa/glikogen (secara anaerobik)
untuk menghasilkan ATP. Sedangkan simpanan lemak yang terdapat di dalam tubuh hanya dapat
diproses secara aerobik untuk menghasilkan ATP, dimana proses ini juga akan membutuhkan
ketersediaan karbohidrat agar proses pembakarannya menjadi sempurna.7

Kelelahan Otot dan Penanganannya


Kelelahan umumnya didefinisikan sebagai berkurangnya kinerja otot dibarengi sensasi rasa lelah.
Aktivitas olahraga yang bertipe anaerobik, durasi lama, dan juga beban kerja yang berat akan
meningkatkan konsentrasi asam laktat dalam sel otot. Peningkatan jumlah asam laktat menyebabkan
menurunya pH dari sel, penurunan pH menyebabkan penurunan kecepatan reaksi dan menyebabkan
penurunan kemampuan metabolisme dan produksi ATP Kelelahan otot membatasi kinerja otot.
Kelelahan otot dapat bersifat lokal maupun menyeluruh.8

Kelelahan juga bisa ditimbulkan akibat dari sistem metabolisme energi dalam tubuh dengan terjadinya
penumpukan asam laktat di dalam otot, yang akan mengganggu mekanisme sel otot yaitu
Menghambat enzim aerobik dan anaerobik, sehingga menurunkan kapasitas ketahanan aerobik dan
kapasitas ketahanan anaerobik, Menghambat terbentuknya fosfokreatin dan akan mengganggu
koordinasi gerak, Menghambat pelepasan ion Ca++ pada troponin C mengalami penurunan dan
mengakibatkan gangguan atau terhentinya kontraksi serabut otot, Menghambat aktivitas ATP pada
serabut otot cepat, karena ATP pada serabut otot cepat peka terhadap asam.8

Untuk penanganan kelelahan otot dapat dilakukan dengan proses recovery, Proses recovery adalah
proses multidimensi yang tergantung pada faktor intrinsik dan ekstrinsik. Dalam latihan atau masa
pertandingan factor pemulihan memegang peranan yang sangat penting. Dalam hal pengisian atau
pemulihan energi memerlukan waktu. Pemulihan atau recovery adalah mengembalikan kondisi tubuh
untuk siap melakukan suatu aktivitas berikutnya.8 Pemulihan dapat dibagi menjadi tiga yang terdiri
dari:

Pemulihan cadangan energi, Pemulihan cadangan energi dalam tubuh dapat dilakukan dengan adanya
fase pemulihan maka sistem energi dapat melakukan pengisian cadangan energi dengan proses
metabolisme. untuk bergerak ini tersedia melalui simpanan energi yang terdapat di dalam tubuh yaitu
simpanan fosfokreatin, karbohidrat, lemak dan protein, molekul ATP ini akan dihasilkan melalui
metabolism energi yang akan melibatkan beberapa reaksi kimia yang kompleks.8

Recovery aktif, recovery aktif adalah latihan dengan intensitas rendah atau ringan. pemulihan aktif
(recovery) mengacu pada pemulihan dari latihan menggunakan intensitas kegiatan rendah dengan
tujuan untuk pemulihan. Pemulihan aktif membantu membersihkan otot-otot dari asam laktat yang
menyebabkan rasa sakit dan kelelahan. Dapat dilakukan dengan aktivitas jogging.8

Recovery Pasif, recovery pasif yaitu latihan yang tidak melibatkan aktivitas atau dilakukan duduk
diam atau aktifitas istirahat total. Jadi recovery pasif yaitu suatu aktivitas fisik tanpa adanya aktivitas
fisik, yaitu diam, istirahat total (duduk,terlentang atau tidur). Atau tidak melakukan apapun.8

Pembahasan Skenario
Mahasiswa tersebut mengalami pendarahan diluar/eksternal, karena rusaknya dinding pembuluh
darah dan juga kulit akibat tertusuk paku, selanjutnya mahasiswa tersebut mengalami refleks flexor.
Refleks flexor adalah kontraksi cepat otot fleksor mengakibatkan penarikan tungkai atau anggota
gerak dari stimulus cedera/ perlukaan, bisa dilihat dari mahasiswa yang secara spontan menir kakinya
yang tertusuk paku sambil berteriak, dan bukan refleks ekstensi menyilang karena mahasiswa tersebut
mengangkat kaki yang tertusuk bukan kaki yang berlawanan. lalu mahasiswa tersebut juga mengalami
kelelahan otot karena penumpukan asam laktat, akibat dari olahraga jogging yang merupakan
olahraga dengan durasi cukup lama.

Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan skenario diatas, mahasiswa tersebut mengalami pendarahan luar saat
tertusuk paku, dan terjadi refleks flexor pada pada kaki yang tertusuk, lalu kelelahan akibat dari
penumpukan asam laktat, maka hipotesis diterima.

Daftar Pusaka
1. Wintoko, Risal, and Adilla Dwi Nur Yadika. “Manajemen Terkini Perawatan Luka.” Jurnal
Kedokteran Universitas Lampung, vol. 4, no. 2, 2 Oct. 2020, pp.
2. Sherwood L. Fisiologi manusia. 8th. Jakarta: EGC; 2018.
3. Agustin, N. Sistem saraf. [Internet]. 2020 [cited 2023 Mar 26]
4. Angelia, J. Anatomi fisiologi sistem syaraf. [Internet]. 2018 [cited 2023 Mar 26].
5. Yuniarti, S. Mekanisme gerak refleks. [Internet]. [cited 2023 Mar 26].
6. Risdiana, N. Ilmu dasar keperawatan. [Buku ajar]. 2018 Des 01 [cited 2023 Mar 26].
7. Murray RK, Granner DK, Mayes PA, Rodwell VW. Harper’s Illustrated Biochemistry (31st
Edition). Biochemical Education. 2018.
8. Parwata IMY. KELELAHAN DAN RECOVERY DALAM OLAHRAGA. JPKR [Internet]. 2015Jun.3 [cited
2023Mar.26];1(1):2-13.

Anda mungkin juga menyukai