Anda di halaman 1dari 17

Mekanisme Kerja Otot

Uploaded by
Jelita Sihombing 

Date uploaded
on Apr 10, 2014

Description:
Mekanisme dan kontraksi otot pada ekstremitas bawah

Full description

Mekanisme dan Kontraksi Otot pada Ekstremitas Bawah


Mahasiswa Fakultas kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana
Jl. Arjuna Utara No.6, Jakarta Barat 11510
No. Telp (021) 5694-2061
Fax: (021) 563-1731

___________________________________________________________________________

Abstract
Behind the muscles’ mechanism which is explicitly seemed to be mechanical motions, ther is
a series of fundamental chemical processes for the contraction of muscles. In this article, actin and
myosin, the chemical substances that build thin and thick filaments in the muscles will be explained
first. And will be discussed about the mechanism of action on the muscle as a whole and contraction
that occurs in it include muscle disorders.

Key words: mechanism of action of muscles, muscle contraction.

Abstrak
Di balik mekanisme otot yang secara eksplisit hanya merupakan gerak mekanik itu,
terjadilah beberapa proses kimiawi dasar yang berseri demi kelangsungan kontraksi otot. Dalam
makalah ini, dengan tujuan akhir pada penjelasan tentang proses di balik kontraksi otot, akan
dibahas dahulu mengenai zat-zat kimia penyusun filamen-filamen tebal dan tipis yaitu aktin dan
miosin.Serta akan dibahas tentang mekanisme kerja pada otot secara keseluruhan dan kontraksi yang
terjadi didalamnya meliputi gangguan-gangguan pada otot.

Kata kunci: mekanisme kerja otot, kontraksi otot.

1 Mekanisme dan Kontraksi pada Otot


BAB I
PENDAHULUAN

Gerak manusia dihasilkan oleh kontraksi otot yang menghasilkan gaya untuk
menggerakkan anggota badan. Hal ini dipengaruhi pula oleh mekanisme kerja pada otot.
Kontraksi otot sering kali terjadi saat kita melakukan beberapa kegiatan aktivitas. Dimana
otot adalah alat gerak aktif karena otot dapat menggerakkan bagian-bagian tubuh yang lain.
Otot di dalam tubuh manusia terbagi menjadi tiga jaringan yaitu, otot polos, otot rangka, dan
otot jantung.

Didalam setiap masing-masing otot mempunyai tipe struktur yang berbeda. Dari
sinilah dapat dibedakan bermacam-macam kontraksi yang akan dihasilkan oleh otot-otot
tersebut. Berdasarkan fungsinya, otot pembangun tubuh dapat dibedakan atas voluntasi (otot
rangka) dan involuntasi (otot polos dan otot jantung)

Otot-otot pembangun tubuh ini dapat diamati dan dilihat secara makro (anatomi) dan
mikro (histologi). Setiap otot mempunyai faktor pemicunya masing-masing. Di dalam otot-
otot ini pun terdapat berbagai macam gangguan-gangguan otot yang dapat terjadi
didalamnya.

BAB II

ISI PEMBAHASAN

Berdasarkan strukturnya, otot yang membangun tubuh kita dapat dibedakan menjadi
tiga yaitu otot polos, otot rangka, dan otot jantung. Otot merupakan alat gerak aktif karena
otot dapat menggerakkan bagian-bagian tubuh yang lain. Otot pembangun tubuh dapat
dibedakan fungsinya menjadi dua yaitu otot yang bekerja di bawah kesadaran kita (voluntasi)
dan otot yang bekerja diluar kesadaran kita (involuntasi).

Otot polos dapat ditemukan pada saluran pencernaan, pembuluh darah, saluran
pernapasan, saluran pelepasan air seni, saluran genital, otot pada rambut dan kulit. Otot polos
dapat dilihat secara mikro tampak berinti satu ditengah, tidak tampak serabut, garis-garis
melintang, bentuknya seperti kumparan (gelendong) panjang dan langsing maka dari itu
disebut otot polos. Perbaikan otot polos dapat dilakukan secara mitosis.

2 Mekanisme dan Kontraksi pada Otot


Jaringan otot polos tersusun atas sel/serat otot polos, jaringan penyambung antar serat
(umumnya jar.penyambung jarang). Otot polos bekerja secara tidak sadar, lambat, dan tidak
cepat lelah. Otot polos mempunyai persarafan secara otonom, simpatis, maupun parasimpatis.
Otot ini pun mempunyai dua tipe yaitu tipe multi unit dan tipe viseral. Tipe multi unit
merupakan tipe satu serat untuk saraf sehingga terjadi kontraksi serentak. Sedangkan tipe
viseral mempunyai tempat perlekatan melalui nexus/gap junction, merupakan low resistant
pathway dan menjadi kontraksi relatif lebih lambat.

Di dalam kasus yang didapat, mekanisme kerja pada otot lebih ditekankan kepada otot
rangka. Otot rangka (otot lurik) berhubungan dengan tulang dan berfungsi menggerakkan
tulang. Apabila diamati secara mikro otot rangka tampak adanya garis melintang yang terang
diselingi gelap, sehingga disebut otot serat lintang. Otot ini tersusun atas serabut-serabut otot
atau miofibril yang berinti banyak.

Miofibril ini kemudian berkumpul menjadi satu kumpulan serabut, dan membentuk
otot. Ujung otot lurik umumnya mengecil dan keras yang disebut tendon, di mana setiap otot
memiliki dua atau lebih tendon yaitu, tendon yang melekat pada tulang yang bergerak disebut
insersio sedangkan otot yang melekat pada tulang yang tidak bergerak disebut origo.

Bagian tengah otot lurik yang mengembang disebut empal (atau ventrikel) bagian ini
yang dapat mengkerut dan mengendor. Otot lurik bekerja secara sadar karena dipengaruhi
oleh pusat saraf sadar, mempunyai rangsang yang cepat terhadap reaksi dan mudah lelah.
Otot lurik dapat bergerak jika dirangsang, rangsangannya dapat berupa panas, dingin, arus
listrik dan lain sebagainya. Otot lurik dapat bekerja dengan dua cara yaitu secara kontraksi
(memendek dan menebal) dan relaksasi (kembali pada keadaan semula).

Otot dapat kontraksi (memendek) maksimal, keadaan ini disebut tonus kemudian
relaksasi. Namun seringkali rangsangan tertentu menyebabkan keadaan tonus tidak diikuti
oleh relaksasi keadaan ini disebut tetanus (kejang). Didalam contoh skenario yang kita dapat,
kram pada betis kanan juga dipengaruhi oleh salah satu mekanisme kerja pada otot yang
terjadi pada kontraksi otot somatik.

Kontraksi otot yang berlebihan pada betis dapat menyebabkan terjadinya kram. Kram
terjadi karena otot terus menerus melakukan aktifitas, sehingga otot menjadi kejang dan tidak
mampu lagi berkontraksi. Kram merupakan salah satu gangguan pada otot karena aktifitas.

3 Mekanisme dan Kontraksi pada Otot


Kejang adalah kontraksi otot yang terjadi dengan sendirinya, ngilu, dan setempat yang
dapat diringankan dengan meluruskan otot seperti kejang pada betis atau pada diringkan
dengan meluruskan dengan kuat anggota serta jari kaki dorsifleksi. 1 Kejang terjadi pada
orang normal sesudah latihan berat dan sewaktu malam. Hal ini juga terjadi karena gangguan
metabolisme tertentu, seperti kehabisan natrium kekurangan air yang parah dan dalam
penyakit tertentu yang ada hubungannya dengan motor neuron.

Otot dapat cedera karena benturan, terkoyak, terpelecok atau pecah. Sebuah otot dapat
tertarik lepas sama sekali dan koyak. Hematom dapat terbentuk dalam otot yang cedera.
Dalam tungkai tenis serabut pada betis koyak. Siku tenis adalah keadaan serupa bila ada
kerusakan origo otot ekstensor teregang dari epikondil lateral humerus. Setiap gerak dari otot
ekstenstor ini menyebabkan rasa ngilu. Sebuah otot, misalnya rektus abdominis, dapat
menjadi tempat tumor tumbuh.

Kontraktur otot dapat terjadi setelah cedera, terutama setelah terbakar apabila tidak
diusahakan supaya otot yang terkena dipertahankan dalam kedudukan aktif yang normal
dengan balutan kuat yang sesuai. Kontraktur juga dapat disebabkan hal lain. Sebuah contoh
ialah tortikolis yang karena kontraksi otot sterno-mastoid disatu sisi maka kepala terteleng
dengan muka terputar ke sisi yang berlawanan. Hal ini bisa merupakan kelainan kongenital
atau karena spasmus (kejang) otot yang timbul akibat suatu rangsangan.

Gangguan pada otot pun dapat disebabkan oleh sebab yang bermacam-macam seperti,
gangguan karena serangan organisme yaitu tetanus dan atrofi otot. Tetanus adalah suatu
kondisi ketegangan otot yang terus menerus berkontraksi, penyebabnya adalah clostridium
tetani sedangkan atrofi otot adalah kondisi mengecilnya otot, misalnya akibat serangan virus
polio.

Gangguan karena aktifitas juga dapat menyebabkan kaku leher (stiff), atrofi dan
seperti contoh skenario adalah kram. Kaku leher terjadi karena salah gerak atau gerak yang
menghentak sehingga menyebabkan otot trapesius meradang sedangkan atrofi adalah kondisi
mengecilnya atau turunnya fungsi otot karena otot tidak pernah digunakan untuk melakukan
aktifitas.

Adapun gangguan yang terjadi lagi karena adanya gangguan pada otot bawaan
(distrofi otot) yang merupakan penyakit kronis otot sejak masa kanak-kanak. Hernia
abdominalis terjadi karena sobeknya dinding otot perut, sehingga usus melorot kebawah dan

4 Mekanisme dan Kontraksi pada Otot


masuk ke dalam rongga perut. Serta miastenia gravis yang terjadi karena melemahnya otot
secara berangsur-angsur dan menyebabkan kelumpuhan.

Gangguan pada otot mempunyai penyebab yang berasal dari faktor luar dan faktor
dalam. Faktor luar meliputi kecelakaan dan serangan organisme sedangkan faktor dalam
meliputi kesalahan gerak dan tidak pernah melatih otot.

Otot lurik mempunyai bentuk silindris panjang dan ujungnya tumpul. Otot ini
mempunyai inti gepeng yang banyak dan terletak di pinggir. Didalam otot lurik terdapat
sarkoplasma yang terisi oleh miofibril (aktin dan miosin tersusun rapi) membentuk garis
terang dan gelap serta terdapat organel, glikogen dan mioglibin.

Gambar 1

(http://www.google.co.id/imgres?
q=histologi+otot+lurik&hl=id&gbv=2&biw=1366&bih=626&tbm=isch&tbnid=n_HojvdePBu9OM:&imgrefurl=http://biologimediacentre.c
om/jaringan-pada-hewan-dan
manusia/&docid=nuydWPiHd7ONgM&imgurl=http://lh5.ggpht.com/_wYv4UjyptOQ/TPMRfco0LpI/AAAAAAAAAzA/uJMDI2XWDr0/i
mage131_thumb.png&w=425&h=319&ei=sEdkT4OpM4XnrAfCp8y9Bw&zoom=1)

Apabila dilihat menggunakkan mikroskop cahaya dapat terlihat adanya :

Lempeng I : Isotrop

Lempeng A : Anisotrop

Garis Z : Zwischenscheibe

Lempeng H : Hellerscheibe

Garis M : Midelscheibe

5 Mekanisme dan Kontraksi pada Otot


Gambar 2

http://www.google.co.id/imgres?
q=kontraksi+otot&hl=id&gbv=2&biw=1366&bih=626&tbm=isch&tbnid=3gJPhwGqxB1VMM:&imgrefurl=http://wordbiology.wordpress.
com/2009/01/20/kontraksi-otot/&docid=AYSJi68MEQQ3BM&imgurl=http://wordbiology.files.wordpress.com/2009/01/image286.gif
%253Fw%253D600&w=466&h=440&ei=1kxkT9rvM8LorAfBpJ29Bw&zoom=1

Satu sarkomer terdapat diantara garis Z. Setengah lempeng I ditambah lempeng A dan
ditambah setengah lempeng I merupakan satu sarkomer. Dapat dilihat apabila adanya miosin
(filamen tebal) dan aktin (filamen tipis) berarti terjadi relaksasi. Menurut Huxley “teori
bergeser” kontraksi sebagian terjadi karena adanya pengurangan panjang lempeng I dan
lempeng H. Sedangkan kontraksi maximal terjadi apabila lempeng I dan lempeng H
menghilang.

Susunan mikroskopik otot lurik dapat dilihat sebagai berikut, tiap serat otot lurik
diliputi endomisium. Beberapa serat otot lurik menyusun fasikulus, tiap fasikulus diliputi
perimisium, beberapa fasikulus menyusun muskulus, muskulus diliputi epimisium. Jaringan
ikat pembungkus otot saling berhubungan dan berlanjut menjadi tendon dan apponeuroses
yang dapat menyatukan dan menyalurkan kekuatan kontraksi sel otot.

6 Mekanisme dan Kontraksi pada Otot


Gambar 3

(http://www.google.co.id/imgres?
q=histologi+otot+lurik&hl=id&gbv=2&biw=1366&bih=626&tbm=isch&tbnid=A_9WjiP2PsxJSM:&imgrefurl=http://zhernia.wordpress.co
m/2010/03/31/otot-dan-kontraksi-
otot/&docid=7URDhucuAUxJoM&imgurl=http://zhernia.files.wordpress.com/2010/03/muscle_structure1.jpg&w=520&h=286&ei=sEdkT4
OpM4XnrAfCp8y9Bw&zoom=1)

Sedangkan dilihat secara makro anatomi tungkai bagian bawah pada betis dapat
dilihat sebagai berikut :

Gambar 4

(http://www.google.co.id/imgres?
q=anatomi+tungkai+bawah&hl=id&biw=1366&bih=626&gbv=2&tbm=isch&tbnid=vhweSMdXVhQwFM:&imgrefurl=http://sectiocadaver
is.wordpress.com/artikel-kedokteran/anatomi-sistem-rangka/&docid=Aiqdtq-
zB4M2rM&imgurl=http://sectiocadaveris.files.wordpress.com/2009/12/ekstremitas-
inferior.jpg&w=529&h=501&ei=RkpkT7SLFcXsrAeb4qG9Bw&zoom=1)

7 Mekanisme dan Kontraksi pada Otot


Arteri femoralis dan akhirannya. Arteri femoralis berjalan melintasi sisi medial paha
dan disepertiga bawah paha ia berjalan dibelakang sendi lutut dimana menjadi arteri poplitea.
Kemudian bercabang lagi menjadi dua arteri utama untuk melayani tungkai bawah kaki.

Arteri tibialis anterior terletak disebelah bagian anterior otot betis, dan berjalan
melintasi lekukan pergelangan kaki menjadi arteri dorsalis pedis. Arteri ini melayani struktur
pada sebelah dorsum kaki dan memberi cabang ke permukaan dorsal semua jari kaki. Arteri-
arteri ini dapat diraba di tengah-tengah antara maleolus lateral dan medial, didepan sendi
pergelangan kaki dalam kedudukan dorsifleksi.2

Cabang kedua dari arteria poplitea ialah arteri tibialis poterior yang berjalan ke bawah
belakang tibia, terletak sebelah dalam otot tungkai bawah. Arteri ini masuk kedalam telapak
kaki melalui sebelah belakang tulang maleolus di bawah jaringan retinakulum pergelangan
kaki. Kemudian ia bercabang menjadi arteri plantaris medial untuk melayani stuktur di
telapak kaki.

Gambar 5

http://www.google.co.id/imgres?
q=anatomi+otot+betis&hl=id&gbv=2&biw=1366&bih=626&tbm=isch&tbnid=sNwq6JtEQVNBIM:&imgrefurl=http://obstetriginekologi.co
m/gambar/anatomi%2Botot
%2Bbetis.html&docid=cZbYXJxMaKJcJM&itg=1&imgurl=http://3.bp.blogspot.com/_n4TdPaoHJxc/S9xUKQ5DRdI/AAAAAAAAAW0/
GDJe9N6dzGY/s1600/soleus.jpg&w=460&h=300&ei=HkxkT8eoN8XRrQeU2am9Bw&zoom=1

Betis merupakan salah satu otot yang terdapat di tungkai bawah. Otot tungkai bawah
merupakan otot yang dapat menggerakkan lutut dan kaki. Otot-otot yang berada di tungkai
bawah adalah, otot superfisial anterior terdapat tibialis anterior, ekstensor ibu jari kaki
longus, ekstensor jari kaki longus, peroneus tersier. Didalam otot superfisial lateral terdapat
peroneus longus, peroneus brevis. Dan di dalam otot superfisial posterior terdapat triseps

8 Mekanisme dan Kontraksi pada Otot


surae (betis) terdiri dari tiga otot yang dibentuk dari dua kepala gastroknemius, soleus,
plantaris. Sedangkan di otot dalam posterior terdapat popliteus, tibalis posterior, fleksus ibu
jari kaki longus, dan fleksor jari kaki longus.3

Pertama yang akan dibahas adalah otot superfisial anterior yang didalamnya terdapat
tibialis anterior. Otot ini merupakan otot superfisial tebal dan besar yang terletak di sisi
lateral dari tepi superfisial tibia (tulang kering). Di dalam origo otot ini menempel pada
permukaan lateral termasuk kondilus lateral pada setengah sisi proksimal tibia. Dan di dalam
insersi otot ini menempel pada kuneiform medial dan bagian dasar tulang metakarpal pertama
kaki, permukaan medial. Tibialis anterior mempunya aksi dorsifleksi kaki dan inversi kaki
(telapak kaki digerakkan ke medial).3

Ektensor ibu jari kaki longus merupakan otot yang ada pada sisi anterior tungkai di
antara bagian tengah tungkai dan ibu jari kaki. Didalam origo permukaannya anterior pada
bidang tengah fibula, membran interoseus. Dan didalam insersi terdapat permukaan superior
falang distal ibu jari kaki. Ektensor ibu jari kaki longus mempunyai aksi ekstensi ibu jari
kaki, dorsifleksi kaki dan membantu inversi kaki.

Ekstensor jari kaki longus adalah bagian anterior lateral tungkai, terletak disisi lateral
tibialis anterior. Di dalam origo permukaannya medial pada tiga perempat bagian proksimal
pada fibula, kondilus lateral tibia membran interoseus atas. Di dalam insersi mempunyai
permukaan superior falang kedua dan ketiga dari keempat jari kaki lateral (dua sampai lima).
Ekstensor jari kaki longus mempunyai aksi ekstensi lateral empat jari kaki, dorsifleksi kaki.

Peroneus tersier adalah otot kecil yang terletak di antara sisi inferior fibula lateral dan
kaki, adalah bagian lateral bawah ekstensor ibu jari kaki longus. Didalam origo mempunyai
sepertiga fibula distal, permukaan medial dan membran interoseus yang berdekatan. Di
insersi mempunyai dasar permukaan posterior tulang metatarsal kelima (sisi jari kelingking
kaki). Peroneus tersier ini mempunyai aksi eversi dan plantar memfleksi kaki.

Otot superfisial lateral terdapat peroneus longus yang merupakan otot superfisial pada
tungkai lateral antara tungkai superior dan kaki. Didalam origo terdapat permukaan lateral
pada dua pertiga fibul proksimal. Dan di dalam insersi terdapat bagian dasar tulang metatarsal
pertama dan tulang kuneiform medial, tendon melewati dasar sisi lateral kaki ke sisi medial.
Peroneus longus mempunyai aksi eversi kaki, plantar memfleksi kaki.

9 Mekanisme dan Kontraksi pada Otot


Peroneus brevis terdapat otot pendek pada bagian inferior tungkai lateral terletak lebih
dalam dari peroneus longus, tendon insersi melapisi malleolus lateral menuju kaki. Didalam
origo terdapat permukaan lateral pada dua pertiga bagian distal fibula. Di dalam insersi
terdapat sisi lateral pada dasar tulang metatarsal kelima. Peroneus brevis mempunyai aksi
eversi kaki, plantar memfleksi kaki.

Dan didalam otot superfisial posterior terdapat gastroknemius yang merupakan otot
betis superfisial berkepala dua terletak antara bagian bawah paha dan tumit menyilang pada
dua persendian membentuk tonjolan besar pada betis atas. Didalam origo terdapat femur
posterior, kepala medial, kondilus medial femur, kepala lateral, kondilus lateral femur. Dan
didalam insersi melalui tendon kalkaneal (achilles) sampai tulang kalkaneus. Gastroknemius
mempunyai aksi plantar memfleksi kaki, fleksi tungkai pada lutut penting untuk daya
penggerak.

Soleus merupakan otot betis yang besar dan lebar terletak di bawah gastroknemius
terletak antara tungkai superior dan tumit, bersilangan hanya pada persendian di pergelangan
kaki. Didalam origonya terdapat seperempat bagian posterior atas fibula, tepi medial dari
sepertiga bagian tengah tulang tibia. Didalam insersi terdapat persambungan tendon
gastroknemius untuk membentuk tendon kalkaneal (achilles) pada tulang kalkaneus. Soleus
mempunyai aksi sebagai plantar memfleksi kaki, yang penting pada postur tubuh.3

Plantaris merupakan otot betis dengan badan otot kecil didekat dua kepala
gastroknemius tendon ramping panjang yang merentang sampai tumit mungkin tidak selalu
ada. Di dalam origonya terdapat tonjolan diatas kondilus lateral femur. Dan di insersinya
terdapat tendon ramping yang menyambung kalkaneal (archilles) pada tulang kalkaneus.
Plantaris mempunyai aksi untuk membantu gastroknemius dalam fleksi plantar pada kaki dan
fleksi tungkai.

Otot dalam posterior terdapat popliteus yang merupakan otot triangular tipis dan pipih
pada belakang lutut, terletak lebih ke dalam dari kepala gastroknemius. Didalam origo
terdapat kondilus lateral tulang femur juga meniskus lateral lutut. Di dalam insersi terdapat
tibia superior posterior di bawah kondilus medial. Popliteus mempunyai aksi sebagai rotasi
tibia ke medial pada femur dengan kaki tidak menginjak tanah, rotasi femur ke lateral dengan
kedua kaki tegak.

10 Mekanisme dan Kontraksi pada Otot


Tibialis posterior terdapat otot panjang lebih dalam dari soleus terletak di sepanjang
permukaan lateral tibia di belakang tibialis anterior. Didalam origonya terdapat bagian
proksimal tibia dan fibula, membran interoseus di antara tibia dan fibula. Dan di insersi
terdapat tendon membentang di bagian belakang malleolus medial tulang tibia sampai ke
beberapa tulang tarsal dan metatarsal 2,3 dan 4 di bawah kaki. Tibialis posterior mempunyai
aksi untuk inversi kaki, membantu dalam saraf tibial fleksi plantar pada kaki.

Fleksor ibu jari kaki longus adalah otot lateral dalam di sepanjang fibula bawah,
tendon melintang di belakang pergelangan kaki, berkelok-kelok dibalik malleolus medial dan
memanjang ke dasar telapak kaki sampai ujung ibu jari kaki. Di dalam origonya bagian
posterior fibula bawah membran interoseus. Dan di insersinya terdapat falang distal ibu jari
kaki, permukaan inferior. Fleksor ibu jari kaki mempunyai aksi sebagai fleksi ibu jari kaki,
plantar memfleksi kaki aktif dalam gerakan berjinjit.

Fleksor jari kaki longus adalah otot medial tipis di sepanjang tibia, tendon insersi
membentang di balik malleolus medial, melewati telapak kaki secara melintang, dan terbagi
menjadi empat bagian. Masing-masing ke setiap sisi lateral dari empat jari kaki. Didalam
origo terdapat sisi posterior bagian tengah tibia, di insersinya terdapat falang distal dari
keempat jari kaki lateral dibagian bawah jari kaki. Fleksor jari kaki longus mempunyai aksi
untuk fleksi keempat jari kaki lateral, fleksi plantar pada kaki.

Selanjutnya yang akan dibahas adalah otot jantung. Jaringan otot jantung terdiri atas
sel/serat otot jantung dengan jaringan penyambung antar serat. Dimana serat ini mempunyai
bentuk silindris bercabang dan bersifat seperti serat otot lurik dan serat otot polos. Intinya
lonjong satu sampai dua buah di tengah serat didalam ruang perinuklear. Didalam
sarkoplasmanya terisi oleh miofibril, organel, glikogen, mioglobin.

Diventrikel jantung serat otot jantung ada yang mengalami modifikasi dan berfungsi
menyalurkan rangsang yaitu serat purkinye yang terdapat pada subendokandrium tetapi
kadang pula terdapat di miokardium. Mempunyai serat lebih pucat dan pendek, miofibril
relatif sedikit. Secara anatomi otot ini sebenarnya menyerupai otot lurik tetapi karena ototnya
bercabang dan saling bertautan yang disebut sinsitium. Otot jantung bekerja secara tidak
sadar, mempunyai rangsangan yang lambat terhadap reaksi.

11 Mekanisme dan Kontraksi pada Otot


Mekanisme kontraksi otot jantung bersifat ritmik dan involunter, kontraksi ritmik
diatur oleh pace maker, sumber utama kalsium untuk memicu kontraksi dari cairan ekstra sel
dan fasr sodium channels sera kalsium sodium channel untuk aksi potensial mudah terpicu.

Di dalam otot terdapat suatu protein yang berbentuk globuler dan terdapat di dalam
semua sel tubuh dan sel otot, berperan pada terjadinya kontraksi otot yang disebut dengan
protein aktin. Aktin merupakan protein yang tidak mudah larut. Apabila aktin dan miosin
bercampur akan menjadi aktomiosin. Aktomiosin inilah yang merupakan protein utama
dalam otot. Bila aktomiosin ini dipekatkan maka akan membentuk benang.

Kontraksi otot terjadi apabila adanya asetilkolin. Asetilkolin adalah ester asetil dari
kolin yang diproduksi oleh bagian ujung saraf dan akan membebaskan ion kalsium yang
berada di antara sel otot dan terhambat oleh adanya enzim kolinestrase. Ion kalsium ini
masuk ke dalam otot mengangkut troponin dan tropomisin ke aktin sehingga posisi aktin
berubah mempengaruhi filamen penghubung.

Aktin menjadi tertarik mendekati miosin sehingga aktin dan miosin bertempelan
membentuk aktomiosin sehingga akibatnya terjadi benang (sel) menjadi pendek. Pada
keadaan inilah otot sedang berkontraksi. Setelah terjadi kontraksi, ion kalsium masuk
kembali ke dalam plasma sel sehingga ikatan troponin dan ion kalsium lepas menyebabkan
lepasnya perlekatan aktin dan miosin. Keadaan inilah yang disebut otot relaksasi.

Untuk melakukan kontraksi diperlukan sebuah energi. Energi yang digunakan disuplai
dalam bentuk kimia, yaitu dari penguraian ATP. ATP berubah menjadi ADP + P + energi
sedangkan ADP berubah menjadi AMP + P + energi. Apabila energi habis (didalam keadaan
ADP berubah menjadi AMP + P + energi) otot ini menjadi tidak dapat berkontraksi kembali.
Fase ini disebut dengan fase anaerob. Karena ATP harus dibentuk kembali agar otot dapat
bergerak.4

Pembentukan kembali ATP terjadi kembali apabila di dalam otot tersimpan glikogen
(gula otot). Glikogen akan dilarutkan menjadi laktasidogen (pembentukan asam laktat).
Laktasidogen ini lalu diuraikan menjadi glukosa dan asam laktat. Oleh peristiwa respirasi
dengan oksigen, glukosa akan dioksidasi menghasilkan energi dan melepaskan
karbondioksida dan hidrogendioksida.

12 Mekanisme dan Kontraksi pada Otot


Proses ini semua terjadi bila otot mengalami relaksasi. Karena pada saat relaksasi
diperlukan oksigen untuk mengoksidasi glukosa dan atau asam laktat, maka fase ini relaksasi
ini juga dapat disebut dengan fase aerob.

Mekanisme kerja otot dapat menyebabkan terjadinya kontraksi otot somatik. Reseptor
sensorik somatik dibagi menjadi dua yaitu: reseptor di kulit dan reseptor yang berada di
struktur-struktur somatik yang lebih dalam.

Sistem sensorik (somesthesia) merupakan sensibilitas somatik sensorik yang


mencakup peristiwa penerimaan rasa raba, nyeri, temperatur, dan propiosepsi oleh tubuh
(kecuali rasa kecap). Propiosepsi terdiri dari sensibilitas gerak dan regangan kulit, otot,
tendon dan sendi. Stimulus perifer akan dihantarkan sebagai impuls menuju korteks susunan
saraf pusat melalui talamus.5

Jalur sensasi somatik ini dapat dijelaskan menjadi tiga tahap perjalanan, yaitu:
informasi dari reseptor akan melewati beragam saraf perifer untuk memasuki akar dorsal
medula spinalis. Semua jarak sensorik somatik akan menyilang garis tengah dan berakhir di
korteks sensorik hemisfer kontralateral. Secara anatomis, ada tiga jalur sensorik yang utama
yaitu, lemniskus medialis kolumna dorsalis, traktus spinotalamikus dan traktus trigemino
talamikus.5

Lemniskus medialis kolumnda dorsalis adalah impuls yang masuk ke medula spinalis
berjalan melalui serabut bermielin tebal yang masuk melalui divisi medial akar dorsal saraf
spinalis ke kolumna dorsalis massa putih yang ipsilateral selanjutnya akan terbagi menjadi
cabang asenden dan desenden. Cabang desenden akan menyusun rangkaian refleks dengan
cabang-cabang kolateralnya ke kolumna dorsalis massa kelabu. Cabang asenden merupakan
serabut penghubung sensorik yang pertama. Pada saat masuk, serabut-serabut asenden ini
berada tepat di sebelah medial kornudorsalis.

Dalam perjalanannya ke atas, serabut aseden ini akan makin bergeser ke medial
(karena ada serabut lain di tingkat yang lebih atasnya akan masuk) sehingga serabut yang
berada paling medial (pada tingkat servikal) adalah yang berasal dari area sakral. Sedangkan
yang lebih lateral berasal dari ektremitas atas.

Serabut asenden ini akan berakhir di nukleus grasilis dan nukleus kuncatus pada
perbatasan servikal dan medula oblongata. Serabut dari nukleus-nukleus ini akan berjalan
melengkung ke ventral dan membentuk kumpulan serabut yaitu lemniskus medialis. Dan

13 Mekanisme dan Kontraksi pada Otot


akhirnya memasuki nukleus ventroposterior lateralis talamus. Jalur sensorik ini merupakan
penghantar impuls sensorik rasa raba, tekanan, getaran, sensasi posisi sendi dan diskriminasi
sensorik.

Traktus spino talamikus adalah badan sel neuron tingkat pertamanya berada di
ganglion akar dorsalis dan mempunyai serabut yang lebih tipis dibanding serabut lemniskus
medialis. Serabut-serabutnya memasuki medula spinalis di bagian lateral akar dorsal dan
terpecah menjadi cabang asenden dan desenden. Cabang asendennya akan ke atas (1-2
segmen) pada kolumna posterolateral sebelum bersinaps dengan neuron tingkat kedua yang
terletak di kolumna dorsalis.

Selanjutnya akson ini akan menyilang garis tengah (komisura ventralis massa putih)
yang terus ke atas ke dalam kolumna ventrolateral (massa putih) sebagai traktus
spinotalamikus. Ada beberapa serabut spinotalamikus yang mempunyai cabang kolateral ke
beberapa daerah nukleus tertentu seperti ke formasio retikularis. Traktur spinotalamikus
berakhir di nukleus ventroposterior lateralis talamus. Traktus ini merupakan transmisi rasa
panas, dingin, nyeri, gatal serta merupakan jalur alternatif untuk rasa raba (kasar).

Sedangkan traktus trigemino talamikus adalah kumpulan sekitar separuh dari serabut
saraf trigeminus terbagi menjadi cabang yang berakhir di nukleus utama n.V dan sebagian
lagi berjalan ke bawah pada traktus spinalis untuk berakhir di nukleus spinalis. Nukleus
utama n.V terletak di lateral pons. Nukleus ini merupakan neutron tingkat kedua yang
berkaitan dengan sensibilitas raba/taktil dan postural.

Nukleus utama ini mempunyai cabang serabut yang menyilang garis tengah lalu
menuju ke atas dekat lemniskus medialis. Sementara itu, nukleus traktur spinalis terdiri dari
neuron tingkat kedua yang berkaitan dengan sensasi nyeri dan suhu. Neuron-neuron tinkat
kedua akan menyilang ke traktus tektotalamikus yang berjalan ke atas dekat traktur
spinotalamikus dan berakhir di nukleus ventroposterior medialis talamus. Ada sebagian kecil
serabut sensorik trigeminus yang berakhir di traktus mesensefalik dan diduga berkaitan
dengan refleks propioseptif waktu mengunyah dan pengaturan kekuatan gigitan. Jalur traktus
trigeminotalamikus membawa informasi dari distribusi saraf trigeminus.

Hal inilah yang dapat membuat terjadinya kram. Kejang atau kram pun dapat
disebabkan oleh beberapa faktor, seperti kedinginan pada waktu berenang, keletihan atau

14 Mekanisme dan Kontraksi pada Otot


baru sembuh dari sakit. Dengan menekan titik tekan pada kaki (betis, tulang kering) kiri dan
kanan, kram dapat disembuhkan.6

Untuk meredakan nyeri otot (kram) dapat dicegah. Untuk pencegahan kram, lakukan
peregangan rutin setiap hari dan pastikan meminum banyak air sebelum, selama, dan sesudah
melakukan peregangan. Apabila kram menyerang, regangkan otot perlahan dan kemudian
pijat area yang kram. Hal ini membantu merangsang sirkulasi dan mendorong pembuangan
asam laktat. Peredaan cara seperti ini dapat dilakukan dalam berbagai cara, tergantung area
mana yang mengalami kram.6,7

Apabila kram terjadi di tangan terus tarik jari-jari tangan hingga lurus dan pijat jari
sampai rasa tidak nyaman hilang. Gosok kedua tangan untuk memanaskan area kram.
Sedangkan bila terjadi di tungkai bawah, mintalah teman untuk memijatnya. Tetapi bila kram
terjadi pada betis, berbaringlah dilantai. Penolong harus perlahan-lahan menarik luruk kaki
sambil menahan lutut agar tidak bergerak. Teman yang menolong harus menggengam tumit
dengan tangannya, dan mendorong jari kaki ke atas (ke arah lutut). Perlahan gosok dan pijat
area setelah kejang reda.

Cara lain untuk meregangkan otot adalah dengan berdiri di depan dinding. Mundur
kebelakang dengan kaki yang kram, lalu letakkan tangan pada dinding dan miringkan badan
kedepan. Gerakan ini akan peregangan yang baik untuk betis.

Sedangkan bila yang mendapatkan kram adalah kaki. Injakkan kaki rata pada lantai.
Penolong harus mengangkat jari-jari kaki ke atas dan perlahan menarik lurus jari-jari
tersebut. Gosok kaki sesudahnya, dan kenakanlah kaus kaki hangat.

Pertolongan pertama untuk kejang otot harus ditangani dengan metode


pengistirahatan, pemberian es, pemijatan, pengangkatan. Jika memungkinkan setelah 24 jam
pertama kompres hangat biasanya membantu meredakan nyeri. Gunakanlah kain bersih yang
direndam air panas, botol air panas. Memijat area yang sakit juga dapat membuat anda
merasa sangat nyaman. Mandilah dengan air hangat sebelumnya untuk membantu
merelakskan otot. Lalu pijat area yang kejang dengan gerakan menggosok dan meremas.

15 Mekanisme dan Kontraksi pada Otot


BAB III
KESIMPULAN

Di dalam tubuh manusia terdapat tiga macam jaringan yaitu, otot polos, otot rangka,
dan otot jantung. Dalam otot terdapat fungsi-fungsi otot yang dapat dibedakan menjadi dua
yaitu voluntasi (otot yang bekerja di bawah kesadaran kita) dan involuntasi (otot yang bekerja
diluar kesadaran kita). Yang termasuk kedalam fungsi otot involuntasi adalah otot polos dan
jantung sedangkan otot rangka termasuk ke dalam fungsi otot voluntasi.

Otot rangka terbagi atas ekstremitas bagian atas dan ekstremitas bagian bawah. Pada
ekstremitas bagian bawah terdapat otot-otot yang menyusunnya termasuk otot betis. Apabila
otot betis mendapatkan sebuah rangsangan yang berlebihan akan terjadi kram (kejang).
Sebuah kram yang di dapatkan otot ini dipengaruhi oleh mekanisme kerja dan kontraksinya.

Kram (kejang) sebenarnya dapat dicegah sebelum terjadi. Oleh sebab itu sebaiknya
sebelum melakukan sebuah aktivitas yang akan menimbulkan banyak kontraksi terhadap
otot-otot perlu adanya melakukan peregangan rutin setiap hari dan pastikan meminum banyak
air sebelum, selama, dan sesudah melakukan peregangan. Tetapi apabila kram sudah
menyerang, regangkan otot perlahan dan kemudian pijat area yang kram. Hal ini membantu
merangsang sirkulasi dan mendorong pembuangan asam laktat.

16 Mekanisme dan Kontraksi pada Otot


DAFTAR PUSTAKA

1. Pearce EC. Anatomi dan fisiologi. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Umum, 2009.h.
141-2.
2. Pearce EC. Anatomi dan fisiologi. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Umum, 2010.h.
152-3.
3. Sloane E. Anatomi dan fisiologi untuk pemula. Jakarta: EGC, 2004.h. 149.
4. Marks DB, Marks AD, Smith CM. Jakarta: EGC, 2002.h. 319.
5. Satyanegara, Hasan RY, Abubakar S, Maulana AJ, Sufarnap E, Benhadi I et al. Ilmu
bedah saraf satyanegara. 4th Ed. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Umum, 2010.h. 68-9.
6. Ruhito F, Mahendra B. Pijat kaki untuk kesehatan. Jakarta: Penebar Swadaya, 2009.h.
123.
7. Davies K. Buku pintar nyeri tulang dan otot. Jakarta: Erlangga, 2010.h. 160-1.

17 Mekanisme dan Kontraksi pada Otot

Anda mungkin juga menyukai