Anda di halaman 1dari 23

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Jaringan otot merupakan jaringan yang mampu melangsungkan kerja


mekanik dengan jalan kontraksi dan relaksasi sel atau serabutnya. Sel otot
memiliki struktur filamen dalam sitoplasma, bentuk selnya memanjang agar dapat
melangsungkan perubahan sel menjadi pendek. Di balik mekanisme otot yang
secara eksplisit hanya merupakan gerak mekanik itu, terjadilah beberapa proses
kimiawi dasar yang berseri demi kelangsungan kontraksi otot.

Sistem otot adalah sistem tubuh yang memiliki fungsi untuk alat gerak,
menyimpan glikogen dan menentukan postur tubuh. Terdiri atas otot polos, otot
jantung dan otot rangka. Otot polos adalah salah satu otot yang mempunyai
bentuk yang polos dan bergelondong. Cara kerjanya tidak disadari (tidak sesuai
kehendak) / invontary, memiliki satu nukleus yang terletak di tengah sel. Otot ini
biasanya terdapat pada saluran pencernaan seperti: lambung dan usus. Otot Lurik
(otot rangka).
Otot rangka merupakan jenis otot yang melekat pada seluruh rangka, cara
kerjanya disadari (sesuai kehendak), bentuknya memanjang dengan banyak lurik-
lurik, memiliki nukleus banyak yang terletak di tepi sel. Contoh otot pada lengan.
Otot jantung hanya terdapat pada jantung. Otot ini merupakan otot paling
istimewa karena memiliki bentuk yang hampir sama dengan otot lurik, yakni
mempunyai lurik-lurik tapi bedanya dengan otot lurik yaitu bahwa otot lirik
memiliki satu atau dua nukleus yang terletak di tengah/tepi sel. Dan otot jantung
adalah satu-satunya otot yang memiliki percabangan yang disebut duskus
interkalaris. Otot ini juga memiliki kesamaan dengan otot polos dalam hal cara
kerjanya yakni involuntary (tidak disadari).
Jaringan otot merupakan kumpulan dari sel sel yang serabut otot. Selama
perkembangan embrionik, serabut otot dibentuk melalui peleburan ekor dengan

1
ekor dari banyak sel menjadi struktur yang seperti pipa. Di dalam sel serabut otot
ini terdapat unit kontaksi berupa protein yang trerdiri atas miofibril-miofibril.
Miofibril ini merupakan kumpulan dari lapis tebal (miosin) dan lapis tipis (aktin).
Oleh karena itu, dalam makalah ini akan membahas mengenai penjelasan lengkap
tentang proses di balik kontraksi otot.

B. RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimana fisiologi kerja otot?
2. Bagaimana pengaruh suhu/cuaca terhadap kerja otot ?

C. TUJUAN
1. Dapat memahami dan mengetahui fisiologi kerja otot.
2. Dapat memahami dan mengetahui pengaruh suhu/cuaca terhadap kerja
otot.

2
BAB II

PEMBAHASAN

 FISIOLOGI KERJA OTOT


A. PENGERTIAN OTOT
Otot merupakan suatu organ atau alat yang memungkinkan tubuh
dapat bergerak ini adalah suatu sifat penting bagi organisme. Gerak sel terjadi
karena sitoplasma merubah bentuk. Pada sel-sel, sitoplasma ini merupakan
benang-benang halus yang panjang disebut miofibril. Kalau sel otot mendapat
rangsangan maka miofibril akan memendek, dengan kata lain sel otot akan
memendekkan dirinya ke arah tertentu (berkontraksi) 
Otot adalah sebuah jaringan konektif dalam tubuh yang tugas
utamanya kontraksi. Kontraksi otot digunakan untuk memindahkan bagian-bagian
tubuh & substansi dalamtubuh. Jaringan otot tersusun atas sel-sel otot yang
fungsinya menggerakkan organ-organ tubuh. Kemampuan tersebut disebabkan
karena jaringan otot mampu berkontraksi. Kontraksi otot dapat berlangsung
karena molekul-molekul protein yang membangun sel otot dapat memanjang dan
memendek.

B. FISIOLOGI OTOT
1. Jenis-Jenis dan Struktur otot
Terdapat 3 jenis otot yang ditemukan pada vertebrata, yaitu otot rangka,
otot jantung dan otot polos. Bila diteliti di bawah mikroskop, pada otot jantung
dan otot rangka terlihat adanya garis-garis dan disebut otot lurik, sedang otot
polos tidak ditemukan adanya garis-garis atau pun garisnya sangat halus, oleh
karena itu disebut otot polos.
a.      Jaringan Otot Polos
Otot polos mempunyai serabut kontraktil yang tidak memantulkan cahaya
berselang-seling, sehingga sarkoplasmanya tampak polos dan homogen. Otot
polosmempunyai bentuk sel seperti gelendong, bagian tengah besar, dan ujungnya
meruncing. Dalam setiap sel otot polos terdapat satu inti sel yang terletak di
tengah dan bentuknya pipih.

3
Aktivitas otot polos tidak dipengaruhi oleh kehendak kita (otot tidak sadar)
sehingga disebut otot involunter dan selnya dilengkapi dengan serabut saraf dari
sistem saraf otonom. Kontraksi otot polos sangat lambat dan lama, tetapi tidak
mudah lelah. Otot polos terdapat pada alat-alat tubuh bagian dalam sehingga
disebut juga otot visera. Misalnya pada pembuluh darah, pembuluh limfa, saluran
pencernaan, kandung kemih, dan saluran pernapasan. Otot polos berfungsi
memberi gerakan di luar kehendak, misalnya gerakan zat sepanjang saluran
pencernaan. Selain itu, berguna pula untuk mengontrol diameter pembuluh darah
dan gerakan pupil mata. Struktur otot polos dapat Anda amati pada Gambar 2.1.

Gambar 2.5. Otot Polos

b.      Jaringan Otot Lurik atau Jaringan Otot Rangka


Otot lurik mempunyai serabut kontraktil yang memantulkan cahaya
berselang-seling gelap (anisotrop) dan terang (isotrop). Sel atau serabut otot
lurik berbentuk silindris atau serabut panjang. Setiap sel mempunyai banyak inti
dan terletak di bagian tepi sarkoplasma. Otot lurik bekerja di bawah kehendak
(otot sadar) sehingga disebut otot volunter dan selnya dilengkapi serabut saraf dari
sistem saraf pusat. Kontraksi otot lurik cepat tetapi tidak teratur dan mudah
lelah. Otot lurik disebut juga otot rangka karena biasanya melekat pada rangka
tubuh, misalnya pada bisep dan trisep. Selain itu juga terdapat di lidah, bibir,
kelopak mata, dan diafragma. Otot lurik berfungsi sebagai alat gerak aktif karena
dapat berkontraksi secara cepat dan kuat sehingga dapat menggerakkan tulang dan
tubuh.

Gambar 2.6. Otot Lurik

4
c.       Jaringan Otot Jantung
Otot jantung berbentuk silindris atau serabut pendek. Otot ini tersusun atas
serabut lurik yang bercabang-cabang dan saling berhubungan satu dengan lainnya.
Setiap sel otot jantung mempunyai satu atau dua inti yang terletak di tengah
sarkoplasma. Otot jantungbekerja di luar kehendak (otot tidak sadar) atau disebut
juga otot involunter dan selnya dilengkapi serabut saraf dari saraf otonom.
Kontraksi otot jantung berlangsung secara otomatis, teratur, tidak pernah lelah,
dan bereaksi lambat. Dinamakan otot jantung karena hanya terdapat di jantung.
Kontraksi dan relaksasi otot jantung menyebabkan jantung menguncup dan
mengembang untuk mengedarkan darah ke seluruh tubuh. Ciri khas otot
jantung adalah mempunyai diskus interkalaris, yaitu pertemuan dua sel yang
tampak gelap jika dilihat dengan mikroskop.

Gambar 2.7. Otot Jantung

2. Fungsi Otot
Otot dapat berkontraksi bila ada rangsangan yang berangkai. Bila
rangsangan diberikan pada otot sewaktu berkontraksi, maka kontraksi otot akan
bertambah besar. Keadaan ini disebut sumasi. Bila rangsangan diberikan terus
menerus, maka kontraksi mendatar. Otot dikatakan berfungsi bila otot tersebut
menjadi pendek dan diameternya membesar.
Secara umum otot mempunyai 3 fungsi utama yaitu:
 sebagai alat gerak aktif
 untuk mempertahankan postur dan tekanan tubuh
 otot menghasilkan panas untuk mengatur suhu tubuh

Berdasarkanfungsinya, ototpembanguntubuh dibedakanatas :

 Otot yang bekerja di bawahkesadarankita (volunteer)


 Otot yang bekerja di luarkesadarankita (involunter)

5
3. Tipe Serabut Otot
Serat-serat otot terdiri atas dua jenis serabut, yaitu serabut otot tipe I,
serabut lambat, serabut merah, atau serabut oksidatif lambat (slow-twitch muscle
fiber) dan serabut otot tipe II, serabut cepat, serabut putih, atau serabut otot
anaerobik (fast-twitch muscle fiber). Pada serabut tipe II masih dibagi menjadi dua
macam, yaitu tipe IIa dan tipe IIb. Sehingga dapat diklasifikasikan menjadi 3 jenis
serabut otot, yaitu tipe I (slow twitch oxidative), tipe IIa (fast twitch oxidative),
dan tipe IIb (fast twitch glycolytic).
Serabut otot tipe lambat mengandung enzim oksidatif dalam jumlah yang
besar, berkontraksi secara lambat dan melepaskan energi secara bertahap sesuai
dengan kebutuhan yang diperlukan oleh tubuh pada keadaan aktivitas steady-state
misalnya joging, bersepeda, dan endurance swimming. Serabut-serabut otot ini
mengandung lebih banyak mitokondria, suplai pembuluh darah, dan mioglobin
sehingga dapat secara efisien dalam menggunakan oksigen untuk menghasilkan
energi, membuatnya resisten terhadap kelelahan namun tidak dapat menghasilkan
energi atau daya sebagaimana serabut otot tipe cepat. Mioglobin yang lebih
banyak terkumpul di dalam serabut tipe ini menyebabkan warna serabut ini
menjadi lebih merah, karena mengandung pigmen mioglobin (seperti hemoglobin)
di dalamnya. Ketika tubuh melakukan aktivitas tipe ketahanan, maka serabut otot
tipe lambat ini akan lebih banyak digunakan untuk pergerakan sebab serabut otot
jenis ini akan memenuhi kebutuhan energi dari otot yang bekerja.
Sedangkan serabut otot tipe cepat berkontraksi secara cepat dan
melepaskan energi secara cepat, hal ini disebabkan serabut otot tipe ini
mengandung lebih banyak retikulum sarkoplasma sehingga lebih cepat dalam
melepaskan dan mengambil kembalik ion kalsium, struktur kepala myosin juga
sedikit berbeda dibanding serabut otot tipe lambat menyebabkan serabut otot ini
lebih efisien dalam menghidrolisa ATP, namun serabut otot ini rentan terhadap
kelelahan yang disebabkan jalur penghasil energi yang digunakan yaitu sistem
metabolisme anaerobik. Tubuh banyak menggunakan serabut otot jenis ini untuk
melakukan tipe aktivitas daya ledak, seperti angkat beban, senam atletik, dan lari
sprint. Pada setiap individu rasio antara serabut otot tipe lambat dan cepat berbeda

6
dan telah dideterminasi secara genetik, sehingga dapat menjadikan mereka lebih
cocok pada suatu cabang olahraga atau aktivitas tertentu
4. Karakteristik Otot
Tulang adalah alat gerak pasif, sedangkan otot adalah alat gerak aktif. Otot
tidak hanya menggerakkan rangka, tetapi juga menggerakkan organ-organ tertentu
dalam tubuh. Misalnya jantung, usus dan lambung. Kerja otot juga mengakibatkan
membesar dan mengecilnya rongga dada,tempat paru-paru berada.
Adapaun karakteristik otot yaitu:
 Exitabilitas yaitu kemampuan dari jaringan otot untuk mengadakan jawaban
jika dirangsang atau dipacu.
 Conductivitas yaitu sifat jaringan ototuntuk menghantarkan suatu rangsang.
 Elastisitas yaitu sifat jaringan otot untuk kembali kebentuk semula jika
kekuatan yang ada padanya berhenti.
 Viscositas yaitu sifat dari jaringan otot mempunyai tahanan/tekanan.
 Contraktilitas yaitu sifat jaringan otot untuk memendek atau berubah
teganganya jika mendapat suatu rangsang
5. Sifat Kerja/Gerak Otot
Sifat kerja otot dibedakan menjadi dua, yaitu :
a. Antagonis
 Otot antagonis adalah dua otot atau lebih yang tujuan kerjanya
berlawanan. Jika otot pertama berkontraksi dan yang kedua berelaksasi, akan
menyebabkan tulang tertarik atau terangkat. Sebaliknya, jika otot pertama
berelaksasi dan yang kedua berkontraksi akan menyebabkan tulang kembali ke
posisi semula. Contoh otot antagonis adalah otot bisep dan trisep. Otot bisep
adalah otot yang memiliki dua ujung (dua tendon) yang melekat pada tulang dan
terletak di lengan atas bagian depan. Otot trisep adalah otot yang memiliki tiga
jung (tiga tendon) yang melekat pada tulang, terletak di lengan atas bagian
belakang. Untuk mengangkat lengan bawah, otot bisep berkontraksi dan otot
trisep berelaksasi. Untuk menurunkan lengan bawah, otot trisep berkontraksi dan
otot bisep berelaksasi.  

7
Antagonis juga adalah kerja otot yang kontraksinya menimbulkan efek
gerak berlawanan, contohnya adalah:
1.      Ekstensor( meluruskan) dan fleksor (membengkokkan), misalnya otot trisep
dan otot bisep.
2.      Abduktor (menjauhi badan) dan adductor (mendekati badan) misalnya gerak
tangan sejajar bahu dan sikap sempurna.
3.      Depresor (ke bawah) dan adduktor (ke atas), misalnya gerak kepala merunduk
dan menengadah.
4.      Supinator (menengadah) dan pronator (menelungkup), misalnya gerak telapak
tangan menengadah dan gerak telapak tangan menelungkup. 
b. Sinergis
Sinergis juga adalah otot-otot yang kontraksinya menimbulkan gerak
searah. Contohnya pronator teres dan pronator kuadratus (Otot yang menyebabkan
telapak tngan menengadah atau menelungkup). 
 Otot sinergis adalah dua otot atau lebih yang bekerja bersama – sama
dengan tujuan yang sama. Jadi, otot – otot itu berkontraksi bersama dan
berelaksasi bersama. Misalnya, otot – otot antar tulang rusuk yang bekerja
bersama ketika kita menarik napas, atau otot pronator, yaitu otot yang
menyebabkan telapak tangan menengadah atau menelungkup. Gerakan pada
bagian tubuh, umumnya melibatkan kerja otot, tulang, dan sendi. Apabila otot
berkontraksi, maka otot akan menarik tulang yang dilekatinya sehingga tulang
tersebut bergerak pada sendi yang dimilikinya. 
 Otot yang sedang bekerja akan berkontraksi sehingga otot akan
memendek, mengeras, dan bagian tengahnya menggembung. Karena memendek,
tulang yang dilekati otot tersebut tertarik atau terangkat. Kontraksi satu macam
otot hanya mampu untuk menggerakan tulang ke satu arah tertentu. Agar tulang
dapat kembali ke posisi semula, otot tersebut harus mengadakan relaksasi. Namun
relaksasi otot ini saja tidak cukup. Tulang harus ditarik ke posisi semula. Oleh
karena itu, harus ada otot lain yang berkon traksi yang merupakan kebalikan dari
kerja otot pertama. Jadi, untuk menggerakan tulang dari satu posisi ke posisi yang
lain, kemudian kembali ke posisi semula, diperlukan paling sedikit dua macam

8
otot dengan kerja berbeda. Berdasarkan tujuan kerjanya tadi, otot dibedakan
menjadi otot antagonis dan otot sinergis.  

C. MEKANISME KONTRAKSI DAN RELAKSASI OTOT


Otot merupakan alat gerak aktif karena kemampuan berkontraksi .
Otot memendek jika sedang berkontraksi dan memanjang jika berelaksasi.
Kontraksi otot terjadi jika otot sedang melakukan kegiatan , sedangkan relaksasi
otot terjadi jika otot sedang beristirahat.
1. Kontraksi Otot
 Sumber energi gerak otot
Sumber energi utama untuk gerakan (kontraksi) otot yaitu adenosin tri
fosfat (ATP). Akan tetapi, jumlah yang tersedia hanya dapat digunakan untuk
kontraksi dalam waktu beberapa detik saja. Otot vertebrata mengandung lebih
banyak cadangan energi fosfat yang tinggi berupa kreatin fosfat sehingga akan
dibebaskan sejumlah energi yang segera dipakai untuk membentuk ATP dari
ADP. ATP dihasilkan dari proses oksidasi (pembakaran) karbohidrat dan lemak.
Terjadinya kontraksi otot sebagai akibat adanya interaksi antara protein otot aktin
dan miosin yang membutuhkan ATP melalui bantuan enzim yang dikenal sebagai
enzim ATP-ase.

Sumber energi lainnya pada otot, yaitu fosfokreatin. Fosfokreatin ini


adalah suatu bentuk persenyawaan fosfat berenergi tinggi yang terdapat pada otot
dalam konsentrasi yang tinggi. Fosfokreatin tidak dapat digunakan secara
langsung sebagai sumber energi, tetapi dapat memberikan energinya kepada ADP.

Banyaknya fosfokreatin yang terdapat pada otot lurik, lebih dari lima kali
jumlah ATP. Proses terpecahkan ATP dan fosfokreatin untuk menghasilkan
energi tidak membutuhkan oksigen bebas (respirasi anaerob). Oleh karena itu,
disebut proses anaerob. Apabila otot melakukan kontraksi secara terus-menerus
dalam jangka waktu yang lama maka otot akan mengalami kelelahan. Hal tersebut

9
terjadi sebagai akibat turunnya kandungan konsentrasi ATP dan fosfokreatin.
Sebaliknya, pada saat ini justru akan terjadi kenaikan konsentrasi ADP, AMP, dan
asam laktat. Sumber lain untuk menghasilkan energi, yaitu dengan cara mengubah
glikogen menjadi glukosa (proses glikolisis). Proses glikolisis terjadi di
sitoplasma sel otot (sarkoplasma) yang membutuhkan enzim-enzim sebagai
katalisator reaksi. Proses ini terjadi cepat namun hasil ATP-nya sedikit. Proses ini
dapat terjadi dalam kondisi aerob (ada oksigen) atau dalam kondisi anaerob (tanpa
ada oksigen).
 Mekanisme kontraksi otot
Proses yang mendasari pemendekan elemen kontraktil di otot adalah
pergeseran filamen tipis pada filamen tebal. Lebar pita A tetap, sedangkan garis Z
bergerak saling mendekat ketika otot berkontraksi dan saling menjauh bila otot
diregang.
Pergeseran selama kontraksi otot terjadi bila kepala miosin berikatan erat
dengan aktin, menekuk di taut kepala dengan leher, dan kemudian terlepas. Lonjakan
tenaga (power stroke) ini bergantung pada hidrolisis ATP yang serentak. Molekul
miosin-II adalah dimer yang memiliki dua kepala, tetapi setiap saat hanya satu yang
melekat ke aktin. Banyak kepala miosin mengalami siklus pada saat yang sama atau
hampir bersamaan, dan kepala-kepala tersebut bersiklus berulang-ulang untuk
menghasilkan kontraksi otot keseluruhan. Setiap power stroke akan memendekkan
sarkomer sekitar 10 nm. Setiap filamen tebal mengandung 500 kepala miosin, dan
setiap kepala bersiklus sekitar lima kali per detik selama berlangsungnya kontraksi
cepat.
Proses ketika depolarisasi serabut otot memicu kontraksi disebut dengan
penggabungan eksitasi-kontraksi (excitation-contraction coupling). Ururtan peristiwa
yang berperan dalam kontraksi dan relaksasi otot rangka dirangkum pada tabel di
bawah:
No. Tahap-tahap kontraksi
1. Pelepasan muatan oleh neuron motorik
2. Pelepasan transmitter (asetilkolin) di end-plate motorik
3. Pengikatan asetilkolin ke reseptor asetilkolin nikotinik
4. Peningkatan konduktansi Na+ dan K+ di membrane end-plate
5. Pembentukan potensial end-plate
6. Pembentukan potensial aksi di serabut-serabut otot

10
7. Penyebaran depolarisasi ke dalam di sepanjang tubulus T
8. Pelepasan Ca2+ dari sisterna terminalis retikulum sarkoplasma serta difusi
Ca2+ ke filamen tebal dan filamen tipis
9. Pengikatan Ca2+ ke troponin C, sehingga membuka tempat pengikatan
miosin di molekul aktin
10. Pembentukan ikatan silang (cross linkage) antara aktin dan miosin pada
pergeseran filamen tipis pada filamen tebal, sehingga menghasilkan
gerakan

 Jenis-jenis kontraksi otot


 Isotonik
Kontraksi isotonik adalah penegangan otot yang mengakibatkan otot
mengalami pemendekan. Contohnya adalah orang menekuk siku atau mengangkat
beban yang tidak terlalu berat, sehingga beban terangkat.
 Isometrik
Kontraksi isometrik adalah timbulnya penegangan otot tanpa mengalami
pemendekan. Contohnya adalah bila orang mengangkat beban yang terlalu berat,
sehingga beban sama sekali tidak terangkat. Pada umumnya kontraksi isometrik
digunakan untuk mengetahui panas yang timbul di dalam otot
 Isokinetik
Merupakan kontraksi otot maksimal pada kecepatan yang tetap pada
pergerakan. Jenis pergerakan ini biasanya pada bidang olahraga, misalnya gerakan
mengayunkan tangan pada renang gaya bebas

2. Relaksasi Otot
Relaksasi merupakan proses peregangan otot setelah berkontraksi. Jika
kalsium dipompa kembali kedalam Reticulum Sarcoplasma maka serat otot
melemas.
Pemompaan kalsium merupakan proses aktif di membran reticulum
sarcoplasma secara transpor aktif. Proses ini menggunakan energi yang berasal
dari penguraian molekul ATP. Jika kadar kalsium turun, maka troponin dan
tropomiosin kembali menghambat pengikatan aktin dan miosin dan kontraksi otot
berhenti.

11
 Mekanisme Relaksasi Otot.
Relaksasi terjadi kalau :   
a.    Konsentrasi Ca2+ menurun hingga di bawah 10-7 mol/L sebagai akibat
dari pelepasannya kembali ke dalam retikulum sarkoplasma oleh
Ca2+ ATPase.
b.    TpC- 4 Ca2+ kehilangan Ca2+
c.    Troponin lewat interaksinya dengan tropomyosin menghambat interaksi
selanjutnya kepala myosin- F aktin.
d.   Dengan adanya ATP kepala myosin terlepas dari F aktin. Dengan
demikian ion Ca2+ mengendalikan kontraksi otot lewat mekanisme
alosterik yang diantarai di dalam otot oleh TpC, TpI, TpT, tropomyosin
dan F aktin.

D. KELELAHAN OTOT
Kelelahan otot membatasi kinerja otot. Kelelahan otot dapat bersifat lokal
maupun menyeluruh. Dapat menyertai olahraga endurans maupun olahraga yang
berintensitas tinggi yang berlangsung singkat. Kelelahan terjadi karena mengikuti
latihan fisik berintensitas tinggi dan berlansung singkat disebabkan oleh
akumulasi produksi asam laktat di dalam otot dan darah. Hal ini berhubungan
dengan mekanisme resintesa energi (ATP) selama proses kontraksi-kontraksi otot
di dalam serabut otot FT (fast-twitch) yang lebih banyak berperan pada aktivitas
fisik atau olahraga yang berintensitas tinggi. Sebagaimana kita telah ketahui
bahwa serabut otot FT lebih cepat mengalami kelelahan dibandingkan dengan
serabut otot ST (slow-twitch) karena serabut otot FT mempunyai kemampuan
sistem anaerobik yang tinggi dengan sistem aerobik yang rendah, sehingga cepat
terbentuk asam laktat. Hal ini akan menyebabkan kelelahan otot lebih cepat
terjadi.

 PENGARUH SUHU/CUACA TERHADAP KERJA OTOT


A. SUHU TUBUH

12
Suhu tubuh merupakan keseimbangan antara produksi panas dan
kehilangan panas. Jika tingkat panas yang dihasilkan setara dengan yang hilang,
maka suhu tubuh ini akan stabil. Suhu tubuh manusia diatur dengan sistem umpan
balik (feed back) yang diatur dalam sistem purat pengaturan suhu oleh
hypotalamus. Jika suhu tubuh manusia terlalu tinggi, maka akan terjadi
mekanisme umpan balik dengan cara mensekresi keringat ke permukaan tubuh,
pembesaran pori-pori kulit dan stimulasi rasa haus.
Selain itu, suhu tubuh juga terpengaruhi oleh suhu lingkungan dan
tingkat kelembaban udara. Semakin tinggi suhu udara, maka semakin tinggi pula
tingkat kelembaban udara di sekitar. Efek yang dihasilkan oleh tingginya kedua
hal tersebut mengakibatkan tubuh tersebut, salah satunya rasa haus yang muncul
karena kehilangan cairan akibat sekresi keringat ke permukaan kulit sebagai
proses pengaturan keseimbangan tubuh oleh hypotalamus.

B. MEKANISME HOMEOSTASIS PADA SUHU TUBUH


MANUSIA
1.) Suhu dingin
Bila suhu ruang turun maka gradient antara suhu kulit dan suhu ruang
meningkat, hal ini menyebabkan peningkatan pengeluaran panas melalui konveksi
dan radiasi sehingga suhu kulit menurun. Dengan demikian darah vena yang
kembali dari superfisial mempunyai suhu yang lebih rendah dan sebagian panas
dari darah arteri berpindah ke darah vena. Adanya sistem counter-current antara
arteri yang terletak lebih dalam dengan vena yang terletak lebih superfisial
mencegah pendinginan bagian inti tubuh. Di samping itu terjadi vasokonstriksi
terutama pada bagian akral, dan konduktans suhu tubuh terhadap lingkungan
menurun. Dengan vasokonstriksi perifer kemampuan isolator kulit dan jaringan
subkutan dapat meningkat sampai enam kali. Vasokonstriksi ini terutama terjadi
pada ujung jari tangan dan kaki. Mekanisme untuk mempertahankan
keseimbangan suhu tubuh adalah dengan meningkatkan laju metabolisme, yaitu
dengan kontraksi otot (refleks menggigil). Pada keadaan menggigil terjadi aktivasi

13
sinkron hampir semua kelompok otot bahkan otot antagonis saling berkontraksi
sehingga efisiensi mekanik nol dan energi panas yang dihasilkan relatif tinggi.
Dengan mekanisme ini laju metabolik dapat meningkat 2-4 kali
dibandingkan dengan laju metabolik istirahat. Sedangkan kegiatan otot dinamik
biasa dapat meningkatkan laju metabolik sebesar 10 kali lipat atau lebih.
2.) Suhu panas
Terjadi vasodilatasi kulit, arus balik darah berlangsung melalui vena
superfisial dan konduktans jaringan meningkat. Dalam zone nyaman arus darah
kulit berkisar sekitar 5% dari volume semenit jantung. Sedangkan dalam keadaan
panas hebat dapat meningkat sampai 20% atau lebih dan dapat meningkatkan suhu
kulit. Bila suhu lingkungan sekitarnya lebih rendah dari suhu kulit, maka
pengeluaran panas melalui konveksi dan radiasi akan meningkat. Bila beban panas
cukup besar maka kelenjar keringat akan diaktifkan dan keringat yang keluar
dievaporasi sehingga suhu kulit menurun.
Panas tubuh diperoleh dari lingkungan dan dihasilkan melalui
metabolisme, kelebihan muatan panas ini harus dikeluarkan untuk menjaga suhu
inti badan sekitar 37°C, sehingga proses ini disebut termoregulasi. Respon
termoregulasi refleks dan semirefleks yang diintegrasikan di dalam otak tersebut
mencakup perubahan otonom, endokrin dan perilaku. Peningkatan dalam suhu
darah, mengaktivasi reseptor-reseptor panas di hipotalamus dan perifer yang
memberi sinyal pada pusat termoregulator hipotalamus. Hipotalamus sendiri
sering dipandang sebagai penyeimbang dan pengontrol suhu tubuh, dan juga
memprakarsai terjadinya respon menggigil serta penyempitan maupun pelebaran
pembuluh darah.

C. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI SUHU TUBUH


MANUSIA DALAM ASPEK KLINIK
1. Demam
Demam didefinisikan sebagai keadaan dimana seorang individu mengalami
atau beresiko terhadap terjadinya kenaikan suhu tubuh terus menerus lebih tinggi
dari 100°F (37,8°C) per oral atau 101°F (38,8°C) per rektal karena faktor

14
eksternal, yang meliputi respon terhadap pirogen (toksin, imunologi, atau agen
infeksi).
Patogenesis demam terjadi karena tok-sin dari bakteri misalnya endotoksin
bekerja pada monosit, makrofag, dan sel-sel kupffer menghasilkan berbagai
macam sitokin yang bekerja sebagai pirogen endogen. Sitokin juga dihasilkan
oleh sel-sel susunan saraf pusat dan apabila terjadi rangsangan oleh infeksi, maka
sitokin tersebut bekerja secara langsung pada pusat-pusat pengatur suhu tu-buh.
Suhu tubuh yang sangat tinggi adalah berbahaya. Apabila suhu per rektal melebihi
41°C dalam jangka waktu yang lama maka akan terjadi kerusakan otak permanen,
dan jika suhu tersebut melebihi 43°C maka akan timbul heat stroke dan sering
mematikan.
2. Menggigil
Pada dasarnya temperatur darah manusia sekarang lebih rendah daripada pusat
pengaturan temperatur hipotalamus yang terjadi akibat reaksi umum yang dapat
menyebabkan kenaikan temperatur tubuh. Selama periode ini orang akan
menggigil dan merasa sangat kedinginan, walaupun temperatur tubuhnya
mungkin telah di atas normal. Akibatnya kulit menjadi dingin karena terjadi
vasokonstriksi, sehingga orang tersebut gemetaran dan proses ini berlangsung
terus menerus sampai pada tingkat menggigil dan berlanjut sampai temperatur
tubuh mencapai pengaturan hipotalamus 103°F.

D. LATIHAN DAN EFEK CEDERA YANG DAPAT TIMBUL


PADA CUACA PANAS
Selama latihan dalam jangka waktu yang lama di suatu lingkungan yang
panas, dapat menjadi penghalang pelepasan panas dan meningkatkan suhu rectal
dan seringkali membatasi kemampuan seseorang untuk melaksanakan pekerjaan
di lingkungan tersebut. Selama seseorang melakukan suatu pekerjaan dalam
jangka waktu yang pendek, dan ketika produksi panas tubuh melebihi kemampuan
untuk mengeluarkan panas tersebut secara fisik ( evaporasi, konduksi), kelelahan
fisik pada umumnya terjadi sebelum suhu rectal dapat menjangkau suatu batasan
atau tingkatan yang berbahaya. Peningkatan panas yang terjadi pada tubuh saat

15
berolahraga akan menyebabkan rangsangan pada hipotalamus, sebagai respon
akhir akan terjadi vasodilatasi pembuluh darah kulit dan peningkatan produksi
keringat. Peningkatan aliran darah kulit berperan penting dalam pengeluaran
panas tubuh. Proses pengeluaran panas tersebut akan lebih efektif apabila terdapat
perbedaan suhu tubuh 2°C lebih tinggi daripada lingkungan sekitarnya. Penguapan
keringat merupakan upaya tubuh yang terpenting untuk menurunkan suhu tubuh
pada waktu melakukan aktivitas fisik, khususnya olahraga.
Konsekuensi yang terjadi bila seseorang melakukan olahraga atau aktivitas
fisik di tempat bersuhu panas adalah bukan hanya berpengaruh pada penurunan
pencapaian dari aktivitas tersebut, tapi juga meningkatkan resiko terserang salah
satu atau beberapa jenis penyakit yang ditimbulkan oleh suhu yang panas.
Kekacauan yang dapat terjadi pada tubuh kita adalah: heat cramps (kram panas ),
heat syncope (penyingkatan ucapan panas), heat exhaoustion (terdapat dua tipe:
penghabisan air, penghabisan garam), heat stroke (serangan panas).
Pengeluaran keringat berlebih pada
saat kita melakukan olahraga, juga
dapat menyebabkan terjadinya
dehidrasi. Dehidrasi terjadi bila
pengeluaran cairan tubuh lebih besar
dibandingkan asupannya.
Kekurangan cairan biasanya
menyebabkan kadar kalsium dalam
darah meningkat. Pada beberapa
keadaan, cairan tubuh yang hilang
dapat terjadi dalam jumlah besar seperti pada saat diare, muntah, demam atau
berolahraga dalam waktu lama. Dan bila tidak cepat diatasi, dengan menambah
cairan ke dalam tubuh, maka dapat terjadi dehidrasi. Pada kasus yang berat, saat
tubuh mengalami dehidrasi tapi kita tidak dapat menggantikan cairan itu dengan
minum atau makan seperti biasanya, maka diperlukan 'penggantian cairan segera
dengan cara lain yaitu dengan infus.

16
E. LATIHAN DAN EFEK CEDERA YANG DAPAT TIMBUL
PADA CUACA DINGIN
Suatu studi telah memerplihatkan bahwa ketika seseorang melakukan
aktivitas atau berolahraga dalam suhu lingkungan yang dingin, pada umumnya
mereka berlatih pada intensitas tertentu yang akan mempertahankan panas tubuh
yang dihasilkan oleh proses metabolisme agar tidak terlalu banyak yang keluar
dari tubuh. Oleh karenanya, akan lebih baik jika aktivitas atau latihan tersebut
tidak dilakukan diluar ruangan atau di alam terbuka. Akan tetapi sebagai
pengecualian, bila kita harus melakukan di luar ruangan atau di alam terbuka,
berikut adalah hal-hal yang perlu diperhatikan:
a. Ketika kita melakukan olahraga dengan intensitas sedang dan melakukan
inhalasi udara melalui hidung dari lingkungan dengan suhu rendah, saat
mencapai jantung, suhu udara yang kita hirup sudah mengalami perubahan
suhu, menjadi agak hangat.
b. Pada saat volume paru-paru tinggi, yang terjadi pada saat olahraga dengan
intensitas yang tinggi, ketika kita mengkonsumsi udara melalui mulut dan
suhu lingkungan sangat dingin, dapat menyebabkan terjadinya iritasi pada
mulut, pharing, trachea dan bahkan bronchi.
c. Selama melakukan latihan, seseorang akan mengeluarkan keringat,
sebaiknya keringat yang dikeluarkan dievaporasikan pada udara
disekitarnya. Apabila hal ini tidak terjadi, pakaian justru dapat mempercepat
pelepasan panas dengan konduksi dan evaporasi, akan mengakibatkan
kedinginan.
Pada kondisi umum, ketika seseorang berada pada suhu lingkungan yang
dingin, tubuh akan menekan pelepasan panas dan meningkatkan produksi panas
sebaik mungkin. Secara fisiologis, hal yang terjadi adalah:
a. Penurunan kecepatan sirkulasi di jaringan tubuh akan mengurangi kecepatan
aliran darah pada ekstremitas juga pada permukaan kulit. Hal tersebut
dilakukan untuk menyimpan panas agar tetap tertahan pada jaringan dalam

17
tubuh. Lemak subkutan sangat membantu proses tersebut, karena lemak adalah
insulator yang baik.
b. Pengaturan tubuh untuk menggigil, adalah peningkatan laju metabolic yang
disebabkan oleh pelepasan thyroksin dan katekolamin (epinefrin dan
norepinefrin). Laju metabolisme yang cepat akan menghasilkan panas yang
lebih besar. Menggigil adalah suatu gerakan yang tidak disengaja melibatkan
kontraksi dan relaksasi otot rangka, dapat meningkatkan laju metabolik
sebanyak 4-5 kali lebih besar dibanding pada kondisi normal.

F. MEKANISME PENGATURAN SUHU TUBUH


Penaikan dan penurunan suhu tubuh bisa jadi sebagai akibat dari terpaan
suhu lingkungan baik dingin maupun panas, dan bisa juga terjadi pada tubuh
kaarena berbagai infeksi maupun serangan kuman penyakit dan bisa juga sebagai
akibat dari melakukan aktivitas, dan tubuh selalu menjaga suhu agar tidak terlalu
tinggi dan terlalu panas. Hal ini dilakukan oleh sistem pengatur suhu tubuh yang
terdapat di otak (Hipotalamus). Sistem pengaturan suhu ini dikenal dengan istilah
“Thermal RegulatoryCentre” (Pusat pengaturan suhu tubuh).
Hipotalamus anterior bertugas untuk penanganan peningkatan panas
tubuh, sedangkan Hipotalamus posterior bertugas untuk masalah penanganan
penurunan suhu tubuh. Masukan (rangsangan) ke pusat-pusat pengatur temperatur
di hipotalamus berasal dari baik di kulit maupun di inti. Perubahan suhu pertama
yang dideteksi oleh reseptor (Panas atau dingin) yang terletak di kulit. Reseptor
suhu kulit ini mengirimkan inpuls saraf ke hipotalamus, yang kemudian memulai
respons yang tepat dalam upaya untuk mempertahankan suhu tubuh.

18
Pertama hypotalamus merangsang kelenjar keringat yang menghasilkan
peningkatan kehilangan panas evaporasi. penjelasan dari bagan diatas adalah.
a. Penerima suhu (Thernal receptor), Organ ini berfungsi menagkap suhu
baik dingin maupun panas dari lingkungan, organ ini terletak pada hypotalamus
(otak) yang akan menerima suhu dari darah, dan kulit (Perifer) sebagai penerima
terapan suhu dari lingkungan.
b. Efektor Suhu (Thermal Effector), adalah organ sasaran yang menerima
signal dari pusat pengatur suhu tubuh agar melaksanakan berbagai reaksi dalam
usaha untuk menurunkn maupun menaikan suhu tubuh.
c. Pusat pengatur suhu (Thermal regulatory center), Pusat pengatur suhu
ini ada di hypotalamus di otak dan fungsi hypotalamus sebagai pengatur suhu.
Pusat pengaturan suhu tubuh ini berfungsi untuk mengolah data yang masuk yang
bersal dari receptor, selanjutnya akan mengirim kembali signal ke efektor untuk
melaksanakan berbagai upaya agar suhu tubuh bisa kkembali ke kondisi normal.
Meningkatnya suhu ini menyebabkan hypotalamus sebagai thermal
regulatory center mengirimkan beberapa impuls ke berbagai effektor, di antaranya
adalah pembuluh darah yang menuju permukaan kulit melebar. Hal ini bertujuan
agar darah yang mengalir kepermukaan menuju kulit. Meningkatnya aliran dara
menuju kulit ini bertujuan untuk membawa panas yang berlebihan dalam tubuh
kedaerah permukaan, bersamaan dengan itu pori-pori kulit terbuka, kelenjar
keringat aktif sehingga kita berkeringat, maka terjadilah penguapan.
Sebaliknya jika seseorang berada di suhu dingin yang menyebabkan suhu
inti turun dibawah normal, dan apabila tidak dibatasi dengan segera maka akan
menyebabkan hypotermia. Untuk mengatasi hal ini hypotalamus engirimkan
beberapa impuls untuk untukmelaksanakan fungsi effektor agar pembuluh darah
yang menuju kepermukaan kulit mengecil, sehingga pori-pori menutup, dan otot
rangka mengalami getaran (mengigil). Getaran ini bertujuan menghasilkan panas
dan secara perlahan suhu tubuh akan dinaikan.

19
G. MEKANISME PERPINDAHAN SUHU
a. Evaporasi adalah saat tubuh kehilangan panas dengan cara berkeringat
sehingga terjadi penguapan. Evaporasi terjadi karena tekanan uap antara kulit dan
udara yang saling bersinggungan sehingga molekul air dikonversi menjadi gas
(Uap air).

b. Konduksi adalah pemindahan panas antara dua objek yang berbeda


temperatur dengan bersentuhan langsung langsung satu dengan yang lainnya,
aliran panas selalu dimulai dari yang lebih panas menuju yang lebih dingin.
c. Konveksi adalah bentuk kehilangan panas konduktif yang dipindahkan
ke salah satu molekul udara atau air dalam kontak dengan tubuh, artinya terjadi
perpindahan panas akibat terpaan suatu benda atau zat, misalnya terpaan angin
dari kipas angin menuju ketubuh seseorang, atau guyuran air dingin ke tubuh.

d. Radiasi adalah pertukaran panas anatara dua objek atau lebih melalui
pancaran gelombang elektromaknetik, contohnya adalah pemberiaan panas bagi
penderita stroke dengan menggunakan alat sinar pemanas untuk merangsang sel
saraf yang mengalami masalah.

20
BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Otot merupakan alat gerak aktif karena kemapuan berkontraksi. Otot
memendek jika sedang berkontraksi dan memanjang jika berelaksasi. Kontraksi
otot terjadi jika otot sedang melakukan kegiatan, sedangkan relaksasi otot terjadi
jika otot sedang beristirahat.
Saat melakukan aktivitas atau latihan pada suhu yang tinggi, kita akan
kehilangan banyak cairan, oleh karenanya tubuh akan menjalankan beberapa
mekanisme fisiologis untuk mengeluarkan panas untuk menstabilkan suhu inti
tubuh, dengan tetap memperhatikan dan menjalankan usaha-usaha untuk
menggantikan cairan tubuh yang keluar dengan membawa serta mineral tubuh
baik secara internal maupun didukung dengan usaha eksternal. Sedangkan pada
kondisi bila kita melakkan latihan di lingkungan yang dingin, adaptasi fisiologis
tubuh adalah: Penurunan kecepatan sirkulasi di jaringan tepi, tubuh akan
mengurangi kecepatan aliran darah pada ekstremitas juga pada permukaan kulit.
Pengaturan

B. SARAN
Diharapkan makalah ini dapat membatu dan menjadi literatur dalam
menambah ilmu pengetahuan kita mengenai mekanisme fisiologis otot dan
pengaruh suhu/cuaca terhapa kerja otot yang berkaitan dengan fisiologi latihan.

21
DAFTAR PUSTAKA

Amanda. 2014. Kontraksi dan Relaksasi Otot.


https://id.scribd.com/document/247193919/Kontraksi-Dan-Relaksasi-
Otot . Diakses 25 Februari 2020.
Fathinita, Amalia Rahma. 2011. Fisiologi Otot.
http://eprints.undip.ac.id/46209/3/AMALIA_RAHMA_FATHINITA_22
010111140168_BAB_2.pdf . Diakses 25 Februari 2020.
Graha, Ali satia. 2010. Adaptasi Suhu Tubuh terhadap Latihan dan Efek Cedera
di Cuaca Panas dan Dingin.
https://media.neliti.com/media/publications/116441-ID-adaptasi-suhu-
tubuh-terhadap-latihan-dan.pdf. Diakses 25 Februari 2020.
Kukus, Yondri,dkk. 2009. Homeostasis Suhu Tubuh.
https://www.google.co.id/url?
sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=2&cad=rja&uact=8&ved=2ah
UKEwiJuJqflOznAhV7yjgGHfWRDAIQFjABegQIAxAB&url=https
%3A%2F%2Fejournal.unsrat.ac.id%2Findex.php%2Fbiomedik
%2Farticle%2Fdownload
%2F824%2F642&usg=AOvVaw1kq8Lko17mQNFCEKsGUu_L .
Diakses 25 Februari 2020.
Rahmene, Mufty. 2016. Sistem Otot.
https://www.academia.edu/34699674/MAKALAH_SISTEM_OTOT .
Diakses 25 Februari 2020.
Sahri, Januar. 2015. Fisiologi Olahraga.
https://www.academia.edu/38565672/Fisiologi_Olahraga_Pengaruh_Suh
u_dan_Ketinggian_Terhadap_Fisiologis_Tubuh . Diakses 25 Februari
2020.
Sandi, Nengah. 2010. Pengaruh Suhu dan Kelembaban.
http://digilib.mercubuana.ac.id/manager/t!
@file_artikel_abstrak/Isi_Artikel_730549414152.pdf . Diakses 25
Februari 2020.

22
Sarifin. 2010. Kontraksi Otot dan Kelelahan.
http://digilib.unm.ac.id/files/disk1/7/universitas%20negeri%20makassar-
digilib-unm-sarifing-325-1-8.ifink.pdf . Diakses 25 Februari 2020.

23

Anda mungkin juga menyukai