Anda di halaman 1dari 4

”DESAIN DAN PERSYARATAN KLINIK FISIOTERAPI”

OLEH KELOMPOK 3

Ayu Feratywi
Gabriela Febriadum Randa
Jefina Yeusvita
Muhammad Annas Fatir

Pertanyaan dari : Asma Awaliyah (No.Urut 5)


Dijawab oleh : Ayu Feratywi (No. Urut 7)
1. Bagaimana pembinaan dan pengawasan dalam klinik Fisioterapi mandiri? (sesuai
dengan Permenkes RI No. 80 tahun 2013 Bab 4)
Jawaban:
Pembinaan dan pengawasan klinik Fisioterapi mandiri dilakukan oleh menteri,
pemerintah daerah provinsi, pemerintah daerah kabupaten/kota MTKI dan MTKP bekerja
sama dengan dinas kesehatan provinsi dan dinas kesehatan kabupaten/kota dengan tembusan
kepada organisasi profesi sebagaimana yang telah tercantum pada Permenkes RI No.80
Tahun 2013 Bab 4 tentang Pembinaan dan pengawasan dalam Klinik Fisioterapi mandiri
yang terdiri atas 4 pasal yaitu pasal 21,22,23,dan 24 yang menjelaskan bahwa:
Pasal 21
(1) Menteri, pemerintah daerah provinsi, pemerintah daerah kabupaten/kota, MTKI, dan
MTKP melakukan pembinaan dan pengawasan terhadap pekerjaan dan praktik
Fisioterapis dengan mengikutsertakan Organisasi Profesi.
(2) Pembinaan dan pengawasan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diarahkan untuk
meningkatkan mutu pelayanan Fisioterapi yang diberikan oleh Fisioterapis.
Pasal 22
(1) Pimpinan Fasilitas Pelayanan Kesehatan wajib melaporkan Fisioterapis yang bekerja dan
berhenti bekerja di Fasilitas Pelayanan Kesehatannya pada tiap triwulan kepada kepala
dinas kesehatan kabupaten/kota dengan tembusan kepada Organisasi Profesi.
(2) Kepala dinas kesehatan kabupaten/kota wajib melaporkan Fisioterapis yang bekerja di
daerahnya setiap 1 (satu) tahun kepada kepala dinas kesehatan provinsi.
Pasal 23
(1) Dalam rangka pelaksanaan pengawasan sebagaimana dimaksud Pasal 21, Menteri,
pemerintah daerah provinsi atau kepala dinas kesehatan provinsi dan pemerintah daerah
kabupaten kota/kepala dinas kesehatan kabupaten/kota dapat memberikan tindakan
administratif kepada Fisioterapis yang melakukan pelanggaran terhadap ketentuan
penyelenggaraan pekerjaan dan praktik Fisioterapis dalam Peraturan Menteri ini.
(2) Tindakan administratif sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan berupa:
a. teguran lisan;
b. teguran tertulis; dan/atau
c. pencabutan SIPF dan/atau SIKF.
Pasal 24
(1) Pemerintah daerah kabupaten/kota atau kepala dinas kesehatan kabupaten/kota dapat
merekomendasikan pencabutan STRF kepada MTKI terhadap Fisioterapis yang
melakukan pekerjaan dan praktik Fisioterapi tanpa memiliki SIPF atau SIKF.
(2) Pemerintah daerah kabupaten/kota atau kepala dinas kabupaten/kota dapat mengenakan
sanksi teguran lisan, teguran tertulis sampai dengan pencabutan izin Fasilitas Pelayanan
Kesehatan kepada pimpinan Fasilitas Pelayanan Kesehatan yang mempekerjakan
Fisioterapis yang tidak memiliki SIPF atau SIKF.

Pertanyaan dari : Fitra Agustin (No.Urut 14)


Dijawab oleh : Gabriela Febriadum Randa (No. Urut 15)
2. Apakah klinik fisioterapi mandiri bisa didirikan dengan fasilitas modalitas fisioterapi
yang kurang memadahi?
Jawaban:
Tidak, karena dalam hal mendirikan praktik mandiri persyaratan yang harus dipenuhi
telah tercantum dalam PERMENKES 80 tahun 2013 tepatnya pada pasal yang ke 15 dimana
fisioterapis harus memenuhi persyaratan sarana dan peralatan sesuai dengan kebutuhan
fisioterapis.

Pertanyaan dari : Fadyla Dwi Anggraeni (No.Urut 12)


Dijawab oleh : Jefina Yeusvita (No. Urut 20)
3. Apa saja hak dan kewajiban penanggungjawab teknis di suatu klinik?
Jawaban:
Setiap penanggungjawab klinik mempunyai hak:

a. Menerima imbalan jasa pelayanan sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan


b. Melakukan kerjasama dengan pihak lain dalam mengembangkan pelayanan;
c. Menggugat pihak yang mengakibatkan kerugian;
d. Mendapatkan perlindungan hokum dalam melaksanakan pelayanan kesehatan; dan
e. Mempromosikan pelayanan kesehatan yang ada di klinik sesuai ketentuan peraturan
perundang-undangan.

Setiap penanggung jawab klinik mempunyai kewajiban:

a. Memberikan informasi yang benar tentang pelayanan yang diberikan;


b. Memberikan pelayanan yang efektif,aman,bermutu, dan non-diskriminasi dengan
mengutamakan kepentingan terbaik pasien sesuai dengan standar profesi, standar
pelayanan dan standar prosedur operasional;
c. Memberikan pelayanan gawat darurat kepada pasien sesuai dengan kemampuan
pelayanannya tanpa meminta uang muka terlebih dahulu atau mendahulukan
kepentingan financial;
d. Memperoleh persetujuan atas tindakan yang akan dilakukan (informed consent)
e. Menyelenggarakan rekam medis;
f. Melaksanakan sistem rujukan dengan tepat;
g. Menolak keinginan pasien yang bertentangan dengan standar profesi dan etika serta
peraturan perundang-undangan;
h. Menghormati dan melindungi hak-hak pasien;
i. Memberikan informasi yang benar, jelas, dan jujur mengenai hak dan kewajiban
pasien;
j. Melaksanakan kendali mutu dan kendali biaya nerdasarkan ketentuan peraturan
perundang-undangan;
k. Memiliki standar prosedur operasional;
l. Melakukan pengelolaan limbah sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan;
m. Melaksanaan fungsi social;
n. Melaksanakan program pemerintah di bidang kesehatan;
o. Menyusun dan melaksanakan peraturan internal klinik; dan
p. Memberlakukan seluruh lingkungan klinik sebagai kawasan tanpa rokok.

Pertanyaan dari : Reski (No.Urut 31)


Dijawab oleh : Muhammad Annas Fatir (No. Urut 25)
4. Apakah kewajiban setiap klinik? Coba berikan penjelasannya
Jawaban:
1.Menghormati hak pasien.

2.Merujuk kembali kasus yang tdk dapat ditangani atau belum selesai ditangani, sesuai sistem
rujukan yang berlaku.

3.Menyimpan rahasia sesuai peraturan perundang-undangan.

4.Meminta persetujuan tindakan yang akan dilakukan.

5.Memberikan informasi dalam lingkup asuhan fisioterapi.

6.Melakukan pencatatan dengan baik.

Pertanyaan dari : Caroline Dwi Violetta Maliama (No.Urut 9)


Dijawab oleh : Ayu Feratywi (No. Urut 7)

5. Bagaimana ketentuan penutup dalam penyelenggaraan pekerjaan dan praktik


fisioterapis?

Jawaban:
Ketentuan penutup dalam penyelenggaraan pekerjaan dan praktik fisioterapis yang
terdapat pada pasal 29 dan 30 telah menjelaskan bahwa keputusan Menteri Kesehatan Nomor
1363/Menkes/SK/XII/2001 tentang Registrasi dan Izin Praktik Fisioterapis dan keputusan
Menteri Kesehatan Nomor 376/Menkes/SK/III/2007 tentang Standar Profesi Fisioterapis
dicabut dan dinyatakan tidak berlaku. Peraturan Menteri yang berlaku telah ditetapkan dalam
PERMENKES 80 Tahun 2013 dan agar setiap orang mengetahuinya dengan penempatannya
dalam Berita Negara Republik Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai