Anda di halaman 1dari 28

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Keperawatan sebagai bentuk pelayanan professional merupakan bagian integral yang
tidak dapat terpisahkan dari upaya pelayanan kesehatan secara menyeluruh. Selain itu
pelayanan keperawatan merupakan salah satu faktor penentu baik buruknya mutu dan citra
institusi pelayanan kesehatan. Pelayanan keperawatan mempunyai yang sangat strategis
dalam menentukan mutu sehingga keperawatan adalah ujung tombak pelayanan kesehatan
dan sering digunakan sebagai indikator pelayanan kesehatan.
Dikeluarnya Permenkes RI nomor 148 tahun 2010 tentang Izin dan Penyelenggaraan
Praktik perawat, lebih mengukuhkan perawat sebagai suatu profesi dan menjelaskan praktik
profesinya. Meskipun pada tahun 2010 telah dikeluarkan Permenkes nomor 148 tahun 2010,
namun proses registrasi perawat diatur dalam peraturan menteri kesehatan RI nomor 1796
tahun 2011 tentang Registrasi Tenaga Kesehatan. Kewajiban registrasi perawat adalah lisensi
Surat Izin perawat (SIP), Surat Izin Kerja (SIK), dan Surat Izin Praktik Perawat (SIPP).
Sementara peraturan tentang Surat Izin Praktik Perawat diatur secara terpisah sejak
dikeluarnya Permenkes RI nomor 148 tahun 2010 perawat sudah tidak menggunakan Surat
Izin Praktik Perawat lagi melainkan diganti dengan Surat Tanda Registrasi (STR).
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana penyelenggaraan praktik perawat dalam hal pemenuhan hak dan kewajiban
perawat berdasarkan Permenkes RI nomor 148 tahun 2010 ?
2. Bagaimana registrasi tenaga kesehatan untuk perawat dalam hal pemenuhan kewajiban
berdasarkan Permenkes RI nomor 161/Menkes/Per/I/2010?

1.3 Tujuan Penulis


1. Untuk mengetahui bagaimana penyelenggaraan praktik perawat dalam hal pemenuhan
hak dan kewajiban perawat setelah keluarnya Permenkes RI nomor 148 tahun 2010
tentang Izin dan Penyelenggaraan Praktik Perawat.
2. Untuk mengetahui pemahaman perawat tentang hukum kesehatan

BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor HK.02.02/Menkes/148/2010


Tentang Izin dan penyelenggaraan Praktik Perawat
Menimbang: bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 23 ayat (5) Undang - Undang Nomor
36 Tahun 2009 tentang Kesehatan perlu menetapkan Peraturan Menteri
Kesehatan tentang Izin dan Penyelenggaraan Praktik Perawat;
Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 29 tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 116, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 4431);
2. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambaran
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4437) sebagaimana telah diubah
terakhir dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008 tentang Perubahan
Kedua Atas Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan
Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 59,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4844);
3. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 144, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 5063);
4. Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 1996 tentang Tenaga Kesehatan
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1996 Nomor 49, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3637);
5. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan
Pemerintahan antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi, dan
Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2007 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 4737);
6. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 1575/Menkes/Per/XI/2005 tentang
Organisasi dan Tata Kerja Departemen Kesehatan sebagaimana telah diubah
terakhir dengan Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 439/Menkes/Per/VI/2009
tentang Perubahan Kedua Atas Peraturan Menteri Kesehatan Nomor
1575/Per/Menkes/XI/2005 tentang Organisasi dan Tata Kerja Departemen
Kesehatan;

MEMUTUSKAN:
Menetapkan : Peraturan Menteri Kesehatan Tentang Izin Dan Penyelenggaraan Praktik
Perawat.
BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
Dalam Peraturan Menteri ini yang dimaksud dengan:
1. Perawat adalah seseorang yang telah lulus pendidikan perawat baik di dalam maupun di luar
negeri sesuai dengan peraturan perundangan-undangan.
2. Fasilitas Pelayanan Kesehatan adalah tempat yang digunakan untuk menyelenggarakan
upaya kesehatan promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif.
3. Surat Izin Praktik Perawat yang selanjutnya disingkat SIPP adalah bukti tertulis yang
diberikan kepada perawat untuk melakukan praktik keperawatan secara perorangan dan/atau
berkelompok.
4. Standar adalah pedoman yang harus dipergunakan sebagai petunjuk dalam menjalankan
profesi yang meliputi standar pelayanan, standar profesi dan standar prosedur operasional.
5. Surat Tanda Registrasi yang selanjutnya disingkat STR adalah bukti tertulis yang diberikan
oleh Pemerintah kepada tenaga kesehatan yang telah memiliki sertifikat kompetensi sesuai
ketentuan peraturan perundang-undangan.
6. Obat Bebas adalah obat yang berlogo bulatan berwarna hijau yang dapat diperoleh tanpa
resep dokter.
7. Obat Bebas Terbatas adalah obat yang berlogo bulatan berwarna biru yanq dapat diperoleh
tanpa resep dokter.
8. Organisasi Profesi adalah Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI).

BAB II
PERIZINAN
Pasal 2
(1) Perawat dapat menjalankan praktik pada fasilitas pelayanan kesehatan.
(2) Fasilitas pelayanan kesehatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi fasilitas
pelayanan kesehatan di luar praktik mandiri dan/atau praktik mandiri.
3

(3) Perawat yang menjalankan praktik mandiri sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
berpendidikan minimal Diploma III (D III) Keperawatan.
Pasal 3
(1) Setiap Perawat yang menjalankan praktik wajib memiliki SIPP.
(2) Kewajiban memiliki SIPP dikecualikan bagi perawat yang menjalankan praktik pada
fasilitas pelayanan kesehatan di luar praktik mandiri.
Pasal 4
(1) SIPP sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat (1) dikeluarkan oleh Pemerintah Daerah
Kabupaten/Kota.
(2) SIPP berlaku selama STR masih berlaku.
Pasal 5
(1) Untuk memperoleh SIPP sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4, Perawat harusmengajukan
permohonan kepada Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota dengan melampirkan:
a. fotocopy STR yang masih berlaku dan dilegalisir;
b. surat keterangan sehat fisik dari dokter yang memiliki Surat Izin Praktik;
c. surat pernyataan memiliki tempat praktik;
d. pas foto berwarna terbaru ukuran 4X6 cm sebanyak 3 (tiga) lembar; dan
e. rekomendasi dari Organisasi Profesi.
(2) Surat permohonan memperoleh SIPP sebagaimana dimaksud pada ayat (1) sebagaimana
tercantum dalam Formulir I terlampir.
(3) SIPP sebagaimana dimaksud pada ayat (1) hanya diberikan untuk 1 (satu) tempat praktik.
(4) SIPP sebagaimana dimaksud pada ayat (3) sebagaimana tercantum dalam Formulir II
terlampir.
Pasal 6
Dalam menjalankan praktik mandiri, Perawat wajib memasang papan nama praktik
keperawatan.
Pasal 7
SIPP dinyatakan tidak berlaku karena:
4

a. tempat praktik tidak sesuai lagi dengan SIPP.


b. masa berlakunya habis dan tidak diperpanjang.
c. dicabut atas perintah pengadilan.
d. dicabut atas rekomendasi Organisasi Profesi.
e. yang bersangkutan meninggal dunia.

BAB III
PENYELENGGARAAN PRAKTIK
Pasal 8
(1) Praktik keperawatan dilaksanakan pada fasilitas pelayanan kesehatan tingkat pertama,
tingkat kedua, dan tingkat ketiga.
(2) Praktik keperawatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditujukan kepada individu,
keluarga, kelompok, dan masyarakat.
(3) Praktik keperawatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan melalui kegiatan:
a. pelaksanaan asuhan keperawatan;
b. pelaksanaan upaya promotif, preventif, pemulihan, dan pemberdayaan masyarakat; dan
c. pelaksanaan tindakan keperawatan komplementer.
(4) Asuhan keperawatan sebagaimana dimaksud pada ayat (3) huruf a meliputi pengkajian,
penetapan diagnosa keperawatan, perencanaan, implementasi, dan evai.iasi keperawatan.
(5) Implementasi keperawatan sebagaimana dimaksud pada ayat (4) meliputi penerapan
perencanaan dan pelaksanaan tindakan keperawatan.
(6) Tindakan keperawatan sebagaimana dimaksud pada ayat (5) meliputi pelaksanaan
prosedur keperawatan, observasi keperawatan, pendidikan dan konseling kesehatan.
(7) Perawat dalam menjalankan asuhan keperawatan sebagaimana dimaksud pada ayat (4)
dapat memberikan obat bebas dan/atau obat bebas terbatas.
Pasal 9
Perawat dalam melakukan praktik harus sesuai dengan kewenangan yang dimiliki.

Pasal 10
5

(1) Dalam keadaan darurat untuk penyelamatan nyawa seseorang/pasien dan tidak ada dokter
di tempat kejadian, perawat dapat melalaikan pelayanan kesehatan diluar kewenangan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8.
(2) Bagi perawat yang menjalankan praktik di daerah yang tidak memiliki dokter dalam
rangka melaksanakan tugas pemerintah, dapat melakukan pelayanan kesehatan diluar
kewenangan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8.
(3) Dalam melaksanakan pelayanan kesehatan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) harus
mempertimbangkan kompetensi, tingkat kedaruratan dan kemungkinan untuk dirujuk.
(4) Daerah yang tidak memiliki dokter sebagaimana dimaksud pada ayat (2) adalah
kecamatan atau kelurahan/desa yang ditetapkan oleh Kepala Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota.
(5) Dalam hal daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (4) telah terdapat dokter, kewenangan
perawat sebagaimana dimaksud pada ayat (2) tidak berlaku.
Pasat 11
Dalam melaksanakan praktik, perawat mempunyai hak:
a. memperoleh perlindungan hukum dalam melaksanakan praktik keperawatan sesuai standar;
b. memperoleh informasi yang lengkap dan jujur dari klien dan/atau keluarganya;
c. melaksanakan tugas sesuai dengan kompetensi;
d. menerima imbalan jasa profesi; dan
e. memperoleh jaminan perlindungan terhadap risiko kerja yang berkaitan dengan tugasnya.

Pasal 12
(1) Dalam melaksanakan praktik, perawat wajib untuk:
a. menghormati hak pasien;
b. melakukan rujukan;
c. menyimpan rahasia sesuai dengan peraturan perundangan-undangan;
d. memberikan informasi tentang masalah kesehatan pasien/klien dan pelayanan yang
dibutuhkan;
e. meminta persetujuan tindakan keperawatan yang akan dilakukan;
f. melakukan pencatatan asuhan keperawatan secara sistematis; dan
g. mematuhi standar.
6

(2) Perawat dalam menjalankan praktik senantiasa meningkatkan mutu pelayanan profesinya,
dengan mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi melalui pendidikan dan
pelatihan sesuai dengan bidang tugasnya, yang diselenggarakan oleh Pemerintah atau
organisasi profesi.
(3) Perawat dalam menjalankan praktik wajib membantu program Pemerintah dalam
meningkatkan derajat kesehatan masyarakat.

BAB IV
PEMBINAAN DAN PENGAWASAN
Pasal 13
(1) Pemerintah dan Pemerintah Daerah melakukan pembinaan dan pengawasan dengan
mengikutsertakan organisasi profesi.
(2) Pembinaan dan pengawasan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diarahkan untuk
meningkatkan mutu pelayanan, keselamatan pasien dan melindungi masyarakat terhadap
segala kemungkinan yang dapat menimbulkan bahaya bagi kesehatan.
Pasal 14
(1) Dalam rangka pelaksanaan pengawasan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13,
Pemerintah dan Pemerintah Daerah dapat memberikan tindakan administratif kepada
perawat yang melakukan pelanggaran terhadap ketentuan penyelenggaraan praktik dalam
Peraturan ini.
(2) Tindakan administratif sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan melalui:
a. teguran lisan;
b. teguran tertulis; atau
c. pencabutan SIPP.
BAB V
KETENTUAN PERALIHAN
Pasal 15
(1) SIPP yang dimiliki perawat berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan Nomor
1239/Menkes/SK/IV/2001 tentang Registrasi dan Praktik Perawat masih tetap berlaku
sampai masa SIPP berakhir.
7

(2) Pada saat peraturan ini mulai berlaku, SIPP yang sedang dalam proses perizinan
dilaksanakan

sesuai

ketentuan

Keputusan

Menteri

Kesehatan

Nomor

1239/Menkes/SK/IV/2001 tentang Registrasi dan Praktik Perawat.

BAB VI
KETENTUAN PENUTUP
Pasal 16
Pada saat Peraturan Menteri ini mulai berlaku, Keputusan Menteri Kesehatan Nomor
1239/Menkes/SK/XI/2001 tentang Registrasi dan Praktik Perawat sepanjang yang berkaitan
dengan perizinan dicabut dan dinyatakan tidak berlaku.
Pasal 17
Peraturan ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan.
Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan peraturan ini dengan
penempatannya dalam Berita Negara Republik Indonesia.
Ditetapkan di Jakarta
Pada tanggal 27 Januari 2010
Menteri,

dr. Endang Rahayu Sedyaningsih, MPH, DR.PH


Formulir I
Perihal : Permohonan Surat Izin Praktik Perawat (SIPP)
Kepada Yth,
Pejabat Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota........
Dengan hormat,
8

Yang bertanda tangan dibawah ini,


Nama Lengkap

Alamat

Tempat, tanggal lahir :


Jenis Kelamin

Tahun Lulusan

Dengan ini mengajukan permohonan untuk mendapatkan Surat Izin Praktik Perawat.
Sebagai bahan pertimbangan terlampir :
a.
b.
c.
d.
e.

fotokopi STR yang masih berlaku dan dilegalisir;


surat keterangan sehat fisik dari dokter yang memiliki Surat Izin Praktik;
surat pernyataan memilliki tempat praktik;
pas foto berwarna terbaru ukuran 4 X 6 cm sebanyak 3 (tiga) lembar; dan
rekomendasi dari organisasi profesi.

Demikian atas perhatian Bapak/Ibu kami ucapkan terimakasih.


,
Pemohon,

Formulir II
KOP DINAS KESEHATAN KABUPATEN/KOTA
SURAT IZIN PRAKTIK PERAWAT (SIPP)
Nomor:
Yang bertanda tangan dibawah ini, Pejabat Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota
memberikan izin praktik kepada:

Nama

Tempat, tanggal lahir :


Alamat

Untuk bekerja sebagai perawat di (tempat dan alamat lengkap fasilitas pelayanan kesehatan)
Surat Izin Praktik Perawat (SIPP) ini berlaku sampai dengan tanggal
Dikeluarkan di
Pada tanggal
Pas foto

Pejabat Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota

()
Tembusan :
1. Kepala Dinas Kesehatan Provinsi ;
2. Ketua Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) daerah ; dan
3. Pertinggal.
2.2.

Peraturan
Menteri Kesehatan RI Nomor 161/Menkes/Per/I/2010 tentang Registrasi Tenaga
Kesehatan

Menimbang : bahwa sebagai pelaksanaan ketentuan pasal 23 ayat (5) Undang-Undang Nomor
36 tahun 2009 tentang kesehatan, peningkatan mutu pelayanan kesehatan yang
diberikan oleh tenaga kesehatan, dan dalam

rangka pemberien izin, perlu

mengatur registrasi tenaga kesehatan dengan peraturan menteri kesehatan;


Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang pemerintah daerah (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 4437) sebagaimana telah diubah terakhir
dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008 tentang perubahan kedua atas
Undang-Undang Nomor 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah
10

(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 59, Tambahan


Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4844);
2. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 144, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 5063);
3. Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 153, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 5072);
4. Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 1996 tentang Tenaga Kesehatan
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1996 Nomor 49, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3637);
5. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan
Pemerintahan Antara Pemerintah, Pemerintah Daerah Provinsi, dan
Pemerintahan

Daerah

Kabupaten/Kota

(Lembaran

Negara

Republik

Indonesia Tahun 2007 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Republik


Indonesia Nomor 4743);
6. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 1575/Menkes/Per/XI/2005 tentang
Organisasi dan Tata Kerja Dapartemen Kesehatan sebagaimana telah diubah
terakhir

dengan

Peraturan

Menteri

Kesehatan

Nomor

439/Menkes/Per/VI/2009 tentang Perubahan kedua Atas Peraturan Menteri


Kesehatan Nomor 1575/Menkes/Per/XI/2005 tentang Organisasi dan Tata
kerja Dapartemen Kesehatan;
MEMUTUSKAN
Menetapkan : Peraturan Menteri Kesehatan Tentang Registrasi Tenaga Kesehatan.
BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
Dalam peraturan ini yang dimaksud dengan:

11

1. Tenaga Kesehatan adalah setiap orang yang mengabdikan diri dalam bidang kesehatan serta
memiliki pengetahuan dan/atau keterampilan melalui pendidikan dibidang kesehatan yang
untuk jenis tertentu memerlukan kewenangan untuk melakukan upaya kesehatan.
2. Fasilitas Pelayanan Kesehatan adalah tempat yang digunakan untuk menyelenggarakan
upaya pelayanankesehatan, baik promotif, preventif, kuratif maupun rehabilitative yang
dilakukan oleh pemerintah, Pemerintah Daerah, dan/atau masyarakat.
3. Uji Kompetensi adalah suatu proses untuk mengukur pengetahuan, keterampilan,dan sikap
tenaga kesehatan sesuai dengan standar profesi.
4. Sertifikat Kompetensi adalah surat tanda pengakuan terhadapa kompetensi seseorang tenaga
kesehatan untuk dapat menjalankan praktik dan/atau pekerjaan profesinya di seluruh
Indonesia setelah lulus uji kompetensi.
5. Registrasi adalah pencatatan resmi terhadap tenaga kesehatan yang telah memiliki sertifikat
kompetensi dan telah mempunyai kualitas tertentu lainnya serta diakui secara hokum untuk
menjalankan praktik dan/atau pekerjaan profesinya.
6. Surat Tanda Registrasi, selanjutnya disingkat STR adalah bukti tertulis yang diberikan oleh
pemerintah kepada tenaga kesehatan yang diregistrasi setelah memiliki sertifikat
kompetensi.
7. Majelis Tenaga Kesehatan Indonesia, selanjutnya disingkat MTKI adalah lembaga yang
berfungsi untuk menjamin mutu tenaga kesehatan yang memberikan pelayanan kesehatan.
8. Majelis Tenaga Kesehatan Provinsi, selanjutnya disingkat MTKP adalah lembaga yang
melaksanakan uji kompetensi di daerah dalam rangka proses registrasi.
9. Menteri adalah menteri yang lingkup tugas dan tanggung jawabnya di bidang kesehatan.
10. Kepala Badan adalah Kepala Badan Pengembangan dan Pemberdayaan Sumber Daya
Manusia Kesehatan Kementrian.
BAB II
PELAKSANAAN REGISTRASI
Bagian Kesatu
Umum
Pasal 2
(1) Setiap Tenaga Kesehatan yang akan menjalankan pekerjaan keprofesiaannya wajib
memiliki STR.
(2) Untuk memperoleh STR sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Tenaga Kesehatan harus
mengajukan permohonan dengan melampirkan persyaratan meliputi:
12

a. Fotokopi ijazah pendidikan di bidang kesehatan yang dilegalisir;


b. Fotokopi transkip nilai akademik yang dilegalisir;
c. Fotokopi sertifikat kompetensi yang dilegalisir;
d. Surat keterangan sehat dari dokter yang memiliki Surat Izin Praktek;
e. Pernyataan akan mematuhi dan melaksanakan ketentuan etika profesi; dan
f. Pas foto terbaru dan berwarna ukuran 4X6 cm sebanyak 2 (dua) lembar
(3) Sertifikat Kompetensi sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf c diperoleh melalui Uji
Kompetensi.
(4) STR berlaku selama 5 (lima) tahun dan dapat diregistrasi ulang setiap 5 (lima) tahun
sekali dengan tetap memenuhi persyaratan sebagaimana dimaksud pada ayat (2).
Pasal 3
Dalam rangka pelaksanaan Registrasi dan Uji Kompetensi, Menteri membentuk MTKI dan
MTKP.

Bagian Kedua
Uji Kompetensi
Pasal 4
(1) Uji Kompetensi dilaksanakan oleh MTKP.
(2) Untuk mengikuti Uji Kompetensi sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Tenaga Kesehatan
harus mengajukan permohonandengan melampirkan persyaratan meliputi:
a. Fotokopi ijazah yang dilegalisir;
b. Memiliki surat keterangan sehat dari dokter yang memiliki Surat Izin Praktek;
c. Membuat pernyataan akan mematuhi dan melaksanakan ketentuan etika profesi atau
melampirkan fotokopi surat bukti angkat sumpah; dan
d. Pas foto terbaru dan berwarna ukuran 4 X 6 sebanyak 3 (tiga) lembar.
(1)

Pasal 5
Untuk melaksanakan Uji Kompetensi, MTKP membentuk tim penguji

kompetensi.
(2) Tim penguji kompetensi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri dari sekelompok
orang yang telah mengikuti pelatihan menguji, dan teruji kompetensinya, serta memiliki
sertifikat dari MTKI atas nama Menteri.
(3) Ketentuan mengenai persyaratan untuk menjadi penguji kompetensi sebagaimana
dimaksud pada ayat (2) diatur dalam pedoman teknis MTKI.
Pasal 6
13

Peserta Uji Kompetensi terdiri dari peserta yang telah menyelesaikan pendidikan Tenaga
Kesehatan atau peserta yang akan melakukan Uji Kompetensi ulang.
Pasal 7
Waktu pelaksanaan Uji Kompetensi disesuaikan dengan jadwal Uji Kompetensi nasional dan
tempat Uji Kompetensi yang tersedia di setiap daerah yang ditetapkan MTKI.
Pasal 8
Peralatan Uji Kompetensi yang meliputi bahan dan alat uji harus disediakan dan dilengkapi
sesuai dengan materi Uji kompetensi.
Pasal 9
(1) Uji Kompetensi dilakukan di institusi pendidikan tenaga kesehatan yang terakreditasi atau
tampat lain yang ditunjuk.
(2) Materi Uji Kompetensi disusun oleh MTKI sesuai dengan standar kompetensi yang telah
ditetapkan dalam standar profesi.
(3) Ketentuan lebih lanjut tentang tata cara Uji Kompetensi ditetapkan oleh MTKI.
Pasal 10
(1) Tenaga Kesehatan yang telah lulus Uji Kompetensi diberikan sertifikat kompetensi.
(2) Sertifikat kompetensi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan oleh ketua MTKP.
(3) Sertifikat kompetensi sebagaimana dimaksud pada ayat (2) berlaku selama 5 (lima) tahun
dan dapat dilakukan Uji Kompetensi kembali setelah habis masa berlakunya.
(4) Berdasarkan sertifikat kompetensi sebagaimana dimaksud pada ayat (3), Tenaga
Kesehatan harus segera mengajukan permohonan memperoleh STR.
(5) Contoh sertifikat kompetensi sebagaimana dimaksud pada ayat (2) tercantum dalam
formulir 1 terlampir.
Pasal 11
Bagi Tenaga Kesehatan asing dan/atau lulusan luar negeri berlaku ketentuan Uji Kompetensi
sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan.
Bagian Ketiga
Registrasi
14

Pasal 12
(1) Untuk memperoleh STR, Tenaga Kesehatan harus mengajukan permohonan kepada ketua
MTKI melalui MTKP.
(2) Contoh surat permohonan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) sebagaimana tercantum
dalam formulir II terlampir.
(3) MTKI melakukan Registrasi secara nasional dan memberikan nomor Registrasi peserta
kepada Kepala Dinas Kesehatan Provinsi melalui MTKP.
(4) Kepala Dinas Kesehatan Provinsi selaku registrar menandatangani STR atas nama MTKI
dan STR berlaku secara nasional diseluruh wilayah Indonesia.
(5) Contoh STR sebagaimana tercantum dalam formulir III terlampir.
(6) MTKI menyampaikan pembukuan Registrasi kepada Menteri melalui kepala badan.
Pasal 13
(1) Tenaga Kesehatan asing dan/atau lulusan luar negeri yang bekerja diwilayah Negara
Kesatuan Republik Indonesia wajib memiliki STR.
(2) Untuk memperoleh STR, Tenaga Kesehatan asing sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
harus memenuhi persyaratan meliputi:
a. Memiliki ijazah pendidikan di bidang kesehatan;
b. Memiliki Sertifikat kompetensi;
c. Memiliki surat keterangan telah mengikuti program adaptasi/evaluasi;
d. Memiliki surat keterangan sehat dari dokter yang memiliki Surat Izin Praktik;
e. Pernyataan akan mematuhi dan melaksanakan ketentuan etika profesi; dan
f. Rekomendasi organisasi profesi dari negara asal.
(3) Untuk memperoleh STR, lulusan luar negeri sebagaimana dimaksud pada ayat (1) yang
merupakan Warga Negara Indonesia harus memenuhi persyaratan meliputi:
a. Memiliki ijazah pendidikan di bidang kesehatan;
b. Memiliki Sertifikat Kompetensi;
c. Memiliki surat keterangan telah mengikuti program adaptasi/evaluasi;
d. Memiliki surat keterangan sehat dari dokter yang memiliki Surat Izin Praktik; dan
e. Pernyataan akan mematuhi dan melaksanakan ketentuan etika profesi.
(4) Tenaga Kesehatan warga negara asing dan/atau lulusan luar negeri selain memenuhi
ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) harus melengkapi surat izin kerja sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
Pasal 14
STR tidak berlaku jika:
a. Dicabut atas dasar peraturan perundang-undangan;
b. Habis masa berlakunya;
15

c. Atas permintaan yang bersangkutan; atau


d. Yang bersangkutan meninggal dunia.
BAB III
MTKI
Bagian Kesatu
Umum
Pasal 15
(1) Untuk meningkatkan mutu pelayanan kesehatan yang diberikan oleh Tenaga Kesehatan di
bentuk MTKI.
(2) MTKI bertanggung jawab kepada menteri.
Bagian Kedua
Tugas
Pasal 16
MTKI mempunyaitugas:
a. Membantu Menteri dalam menyusun kebijakan, strategi, dan tata laksana registrasi;
b. Melakukan upaya pengembangan mutu Tenaga Kesehatan;
c. Melakukan kaji banding mutu Tenaga Kesehatan;
d. Menyusun tata cara Uji Kompetensi, penguji, dan monitoring MTKP;
e. Memberikan nomor Registrasi Tenaga Kesehatan;
f. Menerbitkan dan mencabut STR;
g. Melakukan sosialisasi Registrasi Tenaga Kesehatan; dan
h. Melakukan pembinaan dan pengawasan penyelenggaraan Registrasi.
Bagian Ketiga
Susunan Organisasi dan Keanggotaan
Pasal 17
(1)
a.
b.
c.
d.

Susunan organisasi MTKI terdiri atas:


Ketua;
Divisi Profesi;
Divisi Standarisasi; dan
Divisi Evaluasi.
16

(2) Keanggotaan MTKI ditetapkan oleh Menteri atas usul Kepala Badan yang terdiri dari
unsur-unsur:
a. Kementerian Kesehatan sebanyak 4 (empat) orang;
b. Perwakilan organisasi profesi perawat sebanyak 3 (tiga) orang;
c. Perwakilan organisasi profesi bidan sebanyak 2 (dua) orang;
d. Perwakilan organisasi profesi lainnya sebanyak 1 (satu) orang dari masing-masing

(3)
a.
b.
c.
d.
e.
f.

profesi; dan
e. Perwakilan unsur pendidikan sebanyak 1 (satu) orang.
Persyaratan keanggotaan MTKI meliputi:
Warga Negara Republik Indonesia;
Surat pernyataan kesediaan bekerja penuh waktu;
Latar belakang pendidikan minimal Strata 1 (satu) bidang kesehatan;
Memiliki dedikasi yang tinggi terhadap mutu pelayanan kesehatan;
Berusia antara 45 (empat puluh lima) tahun sampai dengan 60 (enam puluh) tahun;
Sehat jasmani dan rohani;
g. Memiliki pengalaman bekerja sebagai professional di bidang kesehatan sesuai dengan

kualifikasinya minimal selama 3 (tiga) tahun; dan


h. Berdomosili di ibukota negara Republik Indonesia.
(4) Masa bakti keanggotaan MTKI adalah 3 (tiga) tahun dan dapat dipilih kembali maksimal 1
(satu) periode.
(5) Ketua MTKI dan Divisi dijabat oleh salah satu wakil dari Kementerian Kesehatan.
(6) Ketentuan lebih lanjut mengenai keanggotaan MTKI ditetapkan oleh ketua MTKI.
Pasal 18
(1) Divisi Profesi sebagaimana dimaksud dalam pasal 17 ayat (1) huruf b bertugas:
a.Memberikan masukan dalam pelaksanaan Uji Kompetensi yang meliputi mekanisme,
materi, penguji, dan tempat; dan
b. Menunjuk perwakilan anggota organisasi profesi untuk dicalonkan dalam
penyelenggaraan Uji Kompetensi .
(2) Divisi standarisasi sebagaimana dimaksud dalam pasal 17 ayat (1) huruf d mempunyai
a.
b.
c.
d.
e.
(3)

tugas;
Menyusun standar materi uji kompetensi;
Mengembangkan standar materi Uji Kompetensi;
Menyusun kriteria penguji;
Menyusun standar materi pelatihan tim penguji; dan
Menetapkan standar prosedur operasional Uji Kompetensi.
Divisi Evaluasi sebagaimana dimaksud dalam pasal 17 ayat 1 (satu) huruf d mempunyai

tugas;
a. Melaksanakan monitoring dan evaluasi pelaksanaan Uji Kompetensi; dan

17

b. Melaksanakan monitoring dan evaluasi pendidikan, pelatihan, penelitian dan


pengembangan.

Pasal 19
MTKI dalam melaksanakan tugasnya dibantu:
a. Sekretariat, yang merupakan unit Badan Pengembangan dan Pemberdayaan Sumber Daya
Manusia Kesehatan Kementerian Kesehatan; dan
b.

Tim Ad hoc yang dibentuk oleh MTKI.

Pasal 20
(1) Sekretariat sebagaimana dimaksud dalam pasal 19 huruf a dipimpin oleh seorang
Sekretaris.
(2) sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diusulkan oleh Kepala Badan dan bertugas sebagai
pelaksana administrasi MTKI.
(3) Sekretariat MTKI mempunyai tugas:
a. Melakukan sinkronisasi dan harmonisasi tugas MTKI dengan kebijakan pemerintah;
b. Penatausahaan STR; dan
c. Mengelola keuangan, kearsipan, personalia, dan kerumahtanggaan MTKI.

BAB IV
MTKP
Bagian Kesatu
Umum
Pasal 21
(1) MTKP merupakan unit fungsional dari Badan Pengembangan dan Pemberdayaan Sumber
Daya Manusia Kesehatan Kementerian Kesehatan di bawah koordinasi MTKI.
(2) MTKP dibentuk di setiap provinsi dan berkedudukan di ibukota provinsi.
(3) MTKP bertanggung jawab kepada Kepala Badan melalui MTKI.
18

Bagian Kedua
Tugas, dan Wewenang
Pasal 22
MTKP mempunyai tugas:
a. melakukan rekrutmen calon peserta Uji Kompetensi;
b. Meneliti kelengkapan dan keabsahan terhadap persyaratan calon peserta Uji Kompetensi;
c. Melaksanakan uji kompetensi;
d. Menerbitkan sertifikat uji kompetensi;
e. Memberikan rekomendasi kepada institusi pendidikan yang terakreditasi untuk melakukan
pendidikan dan pelatihan bagi peserta yang tidak lulus uji kompetensi;
f. Melaksanakan kebijakan uji kompetensi;
g. Melaksanakan pemantauan uji kompetensi; dan
h. Mempublikasikan hasil uji kompetensi.
Pasal 23
Dalam menjalankan tugas sebagaimana dimaksud dalam pasal 22, MTKP mempunyai
wewenang;
a. Menyetujui atau menolak permohonan Uji Kompetensi;
b. Melaksanakan sosialisasi Uji Kompetensi Tenaga Kesehatan di provinsi;
c. Memberikan sertifikat kompetensi kepada peserta yang lulus ujian kompetensi;
d. Melakukan koordinasi pelaksanaan Uji Kompetensi dengan MTKI;
e. Membuat laporan berkala kepada MTKI dengan tembusan Pemerintah Daerah Provinsi;
dan
f. Melakukan pembinaan dan pengawasan pelaksanaan pendidikan dan pelatihan di provinsi.

Bagian Ketiga
Susunan Organisasi dan Keanggotaan
Pasal 24

19

(1)
a.
b.
c.
d.
e.
(2)
(3)

Susunan organisasi MTKP terdiri dari;


Ketua;
Divisi Registrasi;
Divisi Uji;
Divisi Pendidikan, pelatihan, dan pembinaan; dan
Divisi Evaluasi.
Ketua MTKP dijabat oleh perwakilan dari Dinas Kesehatan Provinsi.
Keanggotaan MTKP ditetapkan oleh Kepala Badan.

Pasal 25
(1) Keanggotaan MTKP terdiri dari unsur-unsur yang berasal dari:

b.
(2)
a.
b.
c.
d.
e.
f.

a. Dinas Kesehatan; dan


Perwakilan organisasi profesi.
Persyaratan keanggotaan MTKP meliputi:
Warga Negara Indonesia;
Surat pernyataan kesediaan bekerja penuh waktu;
Latar belakang pendidikan minimal strata 1 (satu) bidang kesehatan atau setara;
Memiliki dedikasi yang tinggi terhadap mutu pelayanan kesehatan;
Berusia antara 40 (empat puluh) tahun sampai dengan 60 (enam puluh) tahun;
Sehat jasmani dan rohani; dan
g. Memiliki pengalaman bekerja sebagai profesional di bidang kesehatan minimal 3 (tiga)
tahun.

Pasal 26
MTKP dalam melaksanakan tugasnya dibantu:
a. Sekretariat yang dipimpin oleh sekretaris; dan
b. Tim Ad hoc yang dibentuk oleh MTKP.

Pasal 27
Ketentuan lebih lanjut mengenai organisasi dan tata kerja MTKP ditetapkan oleh ketua MTKI.

BAB V
PEMBIAYAAN
Pasal 28
20

(1) Pembiayaan kegiatan MTKI dibebankan pada Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara.
(2) Pembiayaan kegiatan MTKP dibebankan pada Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara,
Anggaran pendapatan dan Belanja Daerah Provinsi, dan/atau peran serta masyarakat
dalam pelaksanaan Uji Kompetensi.
(3) Pemerintah dapat memberikan bantuan pendanaan pelaksanaan Registrasi sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.

BAB VI
PEMBINAAN DAN PENGAWASAN
Pasal 29
(1) Pemarintah dan Pemerintah Daerah melakukan pembinaan dan pengawasan dengan
mengikutsertakan organisasi profesi
(2)
a.
b.
c.

Pembinaan dan pengawasan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diarahkan untuk:
Meningkatkan mutu pelayanan kesehatan yang diberikan Tenaga Kesehatan;
Melindungi masyarakat atas tindakan yang dilakukan Tenaga Kesehatan; dan
Memberikan kepastian hukum bagi masyarakat dan Tenaga Kesehatan.

BAB VII
KETENTUAN PERALIHAN
Pasal 30
(1) Tenaga Kesehatan yang telah diregistrasi mendapatkan bukti tertulis pemberian
kewenangan untuk menjalankan pelayanan kesehatan diseluruh wilayah Indonesia
dinyatakan telah memiliki STR sampai dengan masa berlakunya berakhir.
(2)
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.

Bukti tertulis pemberian kewenangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi:
SIB untuk Tenaga Kesehatan Bidan
SIP untuk Tenaga Kesehatan Perawat
SIF untuk Tenaga Kesehatan Fisioterapis
SPIG untuk Tenaga Kesehatan Perawat Gigi
SIRO untuk Tenaga Kesehatan Refraksionis Optisien
SITW untuk Tenaga Kesehatan Terapis Wicara
SIR untuk Tenaga Kesehatan Radiografer
21

h. SIOT untuk Tenaga Kesehatan Okupasi Terapis


(3) Tenaga Kesehatan yang talah memiliki Sertifikat Kompetensi yang diperoleh sebelum
terbentuknya MTKI dan MTKP berdasarkan peraturan ini, dan belum memiliki bukti
tertulis pemberian kewenangan dinyatakan telah memiliki Sertifikat Kompetensi
berdasarkan peraturan ini.
(4) Tenaga Kesehatan sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dapat mengajukan permohonan
Registrasi berdasarkan peraturan ini.

Pasal 31
(1) Pada saat peraturan ini berlaku, proses Registrasi Tenaga Kesehatan sebelum
terbentuknya MTKP daan MTKI, umtuk:
a. Perawat dilaksanakan berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan Nomor
1239/Menkes/SK/XI/2001 tentang Registrasi dan Praktik Perawat;
b. Fisioterapis dilaksanakan sesuai Keputusan Menteri Kesehatan Nomor
1363/Menkes/SK/XII/2001 tantang Registrasi dan Izin Praktek Fisioterapis;
c. Perawat gigi dilaksanakan sesuai Keputusan Menteri Kesehatan Nomor
1392/Menkes/SK/XII/2001 tentang Registrasi dan Izin Kerja Perawat Gigi;
d. Refraksionis Optisien dilaksanakan sesuai Keputusan Menteri Kesehatan Nomor
544/Menkes/SK/VI/2002 tentang Registrasi dan Izin Kerja Refraksionis Optisien;
e. Bidan dilaksanakan sesuai Keputusan Menteri Kesehatan Nomor
900/Menkes/SK/VII/2002 tentang Registrasi dan Praktik Bidan;
f. Terapis Wicara dilaksanakan sesuai Keputusan Menteri Kesehatan Nomor
867/Menkes/Per/VIII/2004 tentang Registrasi dan Praktik Terapis Wicara;
g. Radiografer dilaksanakan sesuai keputusan menteri kesehatan nomor
357/Menkes/Per/V/2006 tentang registrasi dan Izinkerja Radiografer; dan
h. Okupasi Terapis dilaksanakan sesuai Keputusan Menteri Kesehatan Nomor
548/Menkes/Per/V/2007 tentang Registrasi dan Izin Kerja Okupasi Terapis.
(2) Ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak belaku apabila MTKI dan MTKP
setempat telah terbentuk.
(3) MTKP yang telah terbentuk pada saat peraturan ini mulai berlaku, harus menyesuaikan
diri dengan ketentuan dalam peraturan ini.

22

BAB VIII
KETENTUAN PENUTUP
Pasal 32
Ketentuan Registrasi Tenaga Kesehatan dalam peraturan ini tidak berlaku bagi tenaga medis
dan tenaga kefarmasian.
Pasal 33
(1) MTKI harus dibentuk paling lambat 6 (enam) bulan sejak peraturan ini ditetapkan.
(2) MTKP harus dibentuk paling lambat 1 (satu) tahun sejak peraturan ini ditetapkan.

Pasal 34
Pada saat peraturan ini mulai berlaku, maka:
1. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 1239/Menkes/SK/XI/2001 tentang Registrasi dan
Praktik perawat;
2. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 1363/Menkes/SK/XII/2001 tentang Registrasi dan
Izin Praktik Fisioterapis;
3. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 1392/Menkes/SK/XII/2001 tentang Registrasi dan
Izin kerja perawat gigi;
4. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 544/Menkes/SK/VI/2002 tentang Registrasi dan Izin
Kerja Refraksionis Optisien;
5. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 900/Menkes/SK/VII/2002 tentang Registrasi dan
Praktik Bidan;
6. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 867/Menkes/Per/VIII/2004 tentang Registrasi dan
Praktis Terapi Wicara;
7. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 357/Menkes/Per/V/2006 tentang Registrassi dan Izin
Kerja Radiografer; dan
8. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 548/Menkes/Per/V/2007 tentang Registrasi dan Izin
Kerja Okupasi Terapis,

23

Sepanjang yang mengatur pelaporan dan registrasi, dicabut dan dinyatakan tidak berlaku,
apabila MTKI dan MTKP telah terbentuk.
Pasal 35
Peraturan ini mulai barlaku pada tanggal ditetapkan.
Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan peraturan ini dengan
penempatannya dalam Berita Negara Republik Indonesia.
Ditetapkan di Jakarta
Pada tanggal 28 Januari 2010
MENTERI KESEHATAN

dr. Endang Rahayu Sedyaningsih, MPH,


Dr.PH

formulir I
KOP
MAJELIS TENAGA KESEHATAN PROVINSI

24

SERTIFIKAT KOMPETENSI (SESUAI JENIS TENAGA KESEHATAN)


Nomor
Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
161/MENKES/PER/I/2010 tentang Regestrasi Tenaga Kesehatan, bahwa kepada:
Nama

Tempat, tanggal lahir

Lulusan

Tahun

dinyatakan telah lulus uji kompetensi sebagai tenaga kesehatan pada Majelis Tenaga Kesehatan
Provinsi dengan nomor sertifikat dan diberi kewenangan untuk melakukan pekerjaan
keprofesiannya di seluruh wilayah Indonesia sesuai dengan kompetensi pendidikannya.
Surat tanda lulus sertifikasi tenaga kesehatan ini berlaku sampai dengan tanggal (5
tahun)

Pas foto

,
Ketua
Majelis Tenaga Kesehatan Provinsi

()
Formulir II
Perihal : Permohonan Surat Tanda Registrasi
(Sesuai Jenis Tenaga Kesehatan)
Yang terhormat,
25

Ketua MTKI
di

Yang bertanda tangan dibawah ini:


Nama lengkap
Alamat
Tempat, tanggal lahir
Tahun lulusan

:
:
:
:

dengan ini mengajukan permohonan untuk mendapatkan Surat Tanda Registrasi (sesuai
jenis tenaga kesehatan)
Sebagai bahan pertimbangan terlampir:
a. fotokopi ijazah yang dilegalisir oleh institusi pendidikan;
b. fotokopi transkip nilai akademik yang dilegalisir oleh institusi pendidikan;
c. fotokopi Sertifikat Kompetensi yang dilegalisir oleh Majelis Tenaga KesehatanProvinsi;
d. surat keterangan sehat dari dokter;
e. pernyataan akan mematuhi dan melaksanakan ketentuan etika profesi; dan
f. pas foto berwarna ukuran 4 X 6 cm sebanyak 2 (dua) lembar.
Atas perhatian Bapak/Ibu, diucapkan terima kasih.
,
Pemohon
Formulir III
KOP
MAJELIS TENAGA KESEHATAN INDONESIA
SURAT TANDA REGISTRASI (Sesuai Jenis Tenaga Kesehatan)
Nomor
Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
161/MENKES/PER/I/2010 tentang Registrasi Tenaga Kesehatan, bahwa kepada:
Nama

Tempat, tanggal lahir

:
26

Lulusan

Tahun

dinyatakan telah teregistrasi sebagai tenaga kesehatan pada MTKI dengan nomor registrasi
dan diberi kewenangan untuk melakukan pekerjaan tenaga kesehatan diseluruh wilayah
Indonesia sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku .
Surat Tanda Registrasi Tenaga Kesehatan ini berlaku sampai dengan tanggal .
,
MTKI
Registrar

Pas foto

Kepala Dinas Kesehatan Provinsi


()
Tembusan :
1. Kepala Badan PPSDM Kesehatan Kementrian Kesehatan.
2. Kepala Pusat Pemberdayaan Profesi dan Tenaga Kesehatan Luar Negeri Badan PPSDM
Kesehatan.
3. Pengurus Pusat organisasi profesi tenaga kesehatan.
BAB II
PENUTUP
3.1 Kesimpulan

Berdasarkan Permenkes RI Nomor HK.02.02/Menkes/148/2010 tentang Izin dan


Penyelenggaraan Praktik Perawat,bahwa setiap perawat wajib memiliki Surat Izin
Praktik Perawat (SIPP) dalam melaksanakan praktik, dan perawat mempunyai hak yaitu
memperoleh perlindungan hukum dalam melaksanakan praktik keperawatan sesuai
standar, memperoleh informasi yang lengkap dan jujur dari klien dan/atau keluarga,
melaksanakan tugas sesuai dengan kompetensi, menerima imbalan jasa profesi, dan
memperoleh jaminan perlindungan terhadap resiko kerja yang berkaitan dengan tugasnya.

Berdasarkan Permenkes RI Nomor 161/Menkes/Per/I/2010 setiap tenaga kesehatan yang


akan menjalankan pekerjaan keprofesiannya wajib memiliki Surat Tanda Registrasi

27

(STR) ynag berlaku selama lima tahun dan untuk memperoleh STR tenaga kesehatan
harus mengajukan permohonan kepada ketua MTKI melalui MTKP.

3.2 Saran
Demikian makalah yang telah saya susun, semoga dengan makalah ini dapat menambah
pengetahuan serta lebih bisa memahami tentang Permenkes RI Nomor
HK.02.02/Menkes/148/2010 dan Permenkes RI Nomor 161/Menkes/Per/I/2010.

DAFTAR PUSTAKA

www.google.com

28

Anda mungkin juga menyukai