Anda di halaman 1dari 39

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Pembangunan kesehatan adalah bagian dari pembangunan nasional yang
bertujuan meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi
setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya.
Kesehatan sebagai investasi bangsa dan kesehatan menjadi titik sentral
pembangunan nasional. Cita- cita bangsa indonesia sebagaimana tercantum dalam
Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 adalah melindungi segenap Bangsa
Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk memajukan kesejahteraan
umum, mencerdaskan kehidupan bangsa dan ikut melaksanakan ketertiban
dunia yang berdasarkan

kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial.

Kesehatan sebagai salah satu unsur kesejahteraan umum

harus diwujudkan melalui berbagai upaya kesehatan secara


menyeluruh dan terpadu yang didukung oleh suatu sistem kesehatan.
Di Era globalisasi ini perkembangan dan peningkatan pengetahuan teknologi
sangatlah pesat termasuk tuntutan masyarakat akan peningkatan mutu pelayanan
kesehatan, dimana dimasa lalu pelayanan kesehatan sangatlah sederhana, sering kurang
efektif. Pada saat ini pelayanan kesehatan sangatlah komplek, lebih efektif namun
apabila pemberi pelayanan kurang hati – hati dapat berpotensi terjadinya kesalahan,
akibatnya tuntutan terhadap profesi maupun Rumah Sakit semakin meningkat
terutama terhadap tindakan pelayanan kesehatan yang berakhir. Dengan kecacatan atau
kematian, untuk itu baik tenaga profesi maupun non profesi yang berkecimpung di
bidang pelayanan, harus segera merespon keadaan tersebut dengan berbagai cara yang
berkaitan dengan tugas masing- masing. Hal ini sangat penting mengingat pelayanan
yang diberikan meliputi aspek legal, etis, psikologi/ sosial, finansial dan budaya.

Panduan Komite Tenaga Kesehatan Profesional Lainnya 1


Kondisi tersebut dapat di cegah dengan upaya intensif meningkatkan
profesionalisme dan mutu manajemen di fasilitas kesehatan, bekerja secara
profesional akan melindungi masyarakat atas haknya untuk mendapatkan pelayanan
yang bermutu serta melindungi tenaga kesehatan itu sendiri dari tuntutan hukum
akibat

medical error dan malpraktek.

Tenaga kesehatan lain memegang peranan penting setelah

dokter, perawat dan bidan. Tenaga kesehatan profesional lainnya (Perekam medis,
penata anestesi, apoteker, teknik farmasi, gizi klinis, fisioterapis, terapi wicara, terapi
okupasi, ahli teknologi laboratorium medik, radiografer, teknisi pelayanan darah,
elektromedis, kesehatan lingkungan, akupuntur) merupakan tenaga profesional yang
spesifik memberikan pelayanan langsung kepada masyarakat dan mereka adalah
tenaga kesehatan spesialistik non medis yang harus mendapat kepastian
perlindungan hukum dan kesejahteraan. Hal ini dimaksudkan untuk menghindari
kesewenang– wenangan dari pihak yang tidak bertanggung jawab, juga untuk
melindungi tenaga kesehatan tersebut dari gugatan hukum baik pidana maupun
perdata.
Kualitas pelayanan dapat dicapai dengan landasan komitmen yang kuat dari
seluruh pemberi pelayanan dengan berbasis pada etik dan moral yang tinggi,
pemahaman yang mendalami tentang etika dan moral serta penerapannya di dalam
kegiatan pelayanan menjadi bagian yang sangat penting dan mendasar dalam
memberikan
pelayanan di mana nilai-nilai hak dan kewajiban pasien selalu

menjadi pertimbangan dan dihormati.

B. TUJUAN

1. Tujuan Umum

Panduan Komite Tenaga Kesehatan Profesional Lainnya 2


Sebagai pedoman Komite Tenaga Kesehatan Profesional Lainnya di Rumah
Sakit Umum Daerah dr.Abdoer Rahem Situbondo.

2. Tujuan Khusus

a. Melaksanakan Kegiatan Sub Komite Kredensial


b. Melaksanakan Kegiatan Sub Komite Mutu Profesi
c. Melaksanakan Kegiatan Sub Komite Etik dan Disiplin Profesi

C. SASARAN

Sasaran panduan Komite Tenaga Kesehatan Profesional

Lainnya adalah seluruh tenaga kesehatan profesi masing – masing lainnya di


lingkungan RSUD d r . A b d o e r R a h e m S i t u b o n d o yaitu :

1. Teknik Farmasi

2. Apoteker

3. Elektromedis

4. Fisioterapis

5. Gizi Klinis

6. Kesehatan lingkungan/ Sanitarian

7. Ahli teknologi Laboratorium Medik

8. Perekam medis

9. Penata anestesi

10. Radiografer

11. Akupuntur

12. Terapis Gigi dan Mulut

13. PPTD (Teknisi Pelayanan Darah)

D. RUANG LINGKUP
1. Sub Komite Kredensial
2. Sub Komite Mutu Profesi
3. Sub Komite Etik dan Disiplin Profesi

E. DASAR HUKUM

Panduan Komite Tenaga Kesehatan Profesional Lainnya 3


1. Undang-undang RI Nomor 29 Tahun 2004 tentang Praktik
Kedokteran;

2. Undang-undang RI Nomor 25 Tahun 2009 tentang Pelayanan Publik;

3. Undang-undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan;

4. Undang-undang Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit;

5. Undang-undang Nomor 36 Tahun 2014 tentang Tenaga


Kesehatan;
6. Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 889 / MenKes / Per /

V / 2011 tentang registrasi, izin praktik dan izin kerja tenaga

Panduan Komite Tenaga Kesehatan Profesional Lainnya 4


Kefarmasian;

7. Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 61 Tahun 2007 tentang Pedoman


Teknis Pengelolaan Badan Layanan Umum Daerah;
8. Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 31 Tahun 2013

tentang Penyelenggaraan Pekerjaan Penata Anestesi;

9. Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 26 Tahun 2013

tentang Penyelenggaraan Pekerjaan dan Praktik Tenaga Gizi;

10. Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 80 Tahun 2013

tentang Penyelenggaraan Pekerjaan dan Praktik Fisioterapis;

11. Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 65 Tahun 2015

tentang Standar Pelayanan Fisioterapis;

12. Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 42 Tahun 2015


tentang Izin dan Penyelenggaraan Praktik Ahli Teknologi
Laboratorium Kesehatan;

13. Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 81 Tahun 2013


tentang Penyelenggaraan Pekerjaan Radiografer;
14. Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 45 Tahun 2015

tentang Izin dan Penyelenggaraan Praktik Elektromedis;

15. Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 1204 Tahun 2004

tentang Persyaratan Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit.

16. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 14


Tahun 2015 tentang Standar Kompetensi Manajerial Jabatan Fungsional
Apoteker;

17. Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor


377/Menkes/SK/III/2007 tentang Standar Profesi Perekam Medis dan
Informasi Kesehatan;

18. Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 55 Tahun 2013 tentang


Penyelenggaraan Pekerjaan Perekam Medis;

Panduan Komite Tenaga Kesehatan Profesional Lainnya 5


19. Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 573 Tahun 2008
tentang Standar Profesi Asisten Farmasi;

20. Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 370 Tahun 2007


tentang Standar Profesi Ahli Teknologi Laboratorium
Kesehatan;

21. Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 371 Tahun 2007

tentang Standar Profesi Teknisi Elektromedis;

22. Peraturan Daerah Kabupaten Situbondo ..........................tentang


Pembentukan dan Susunan Organisasi Rumah Sakit Umum Daerah
dr.Abdoer Rahem Situbondo.
23. Keputusan Bupati Situbondo Nomor .......................tentang Penetapan
Rumah Sakit Umum Daerah
Kabupaten Situbondo untuk menerapkan Pola Pengelolaan

Keuangan pada Layanan Umum Daerah (PPK-BLUD);

Panduan Komite Tenaga Kesehatan Profesional Lainnya 6


Panduan Komite Tenaga Kesehatan Profesional Lainnya 7
BAB II

KOMITE TENAGA KESEHATAN PROFESIONAL LAINNYA

A. PENGERTIAN
Komite Tenaga Kesehatan Profesional Lainnya adalah wadah non struktural /
non medis yang terdiri dari tenaga ahli atau profesi yang dibentuk untuk memberikan
pertimbangan strategis kepada pimpinan Rumah Sakit dalam rangka peningkatan
dan pengembangan mutu pelayanan kesehatan. Komite Tenaga Kesehatan
Profesional Lainnya mempunyai fungsi utama mempertahankan dan meningkatkan
profesionalisme, sehingga pelayanan non medis non

keperawatan kepada pasien diberikan secara benar (ilmiah) sesuai standar dan
evidence based sesuai kode etik profesi tenaga kesehatan

profesional lainnya yang kompeten dengan kewenangan yang jelas

sesuai bidangnya masing-masing.

Komite Tenaga Kesehatan Profesional Lainnya merupakan bagian dari organisasi


Rumah Sakit yang bertujuan untuk menghimpun, merumuskan dan
mengkomunikasikan pendapat dan ide-ide tenaga kesehatan profesional lainnya
( Perekam medis, penata anestesi, apoteker, teknik farmasi, gizi klinis, fisioterapis,
terapi wicara, terapi okupasi, ahli teknologi laboratorium medik, radiografer, teknisi
pelayanan darah, elektromedis, kesehatan lingkungan, akupuntur).

Panduan Komite Tenaga Kesehatan Profesional Lainnya 8


sehingga memungkinkan penggunaan gabungan pengetahuan
( Knowledge ), keterampilan ( Skill ) dan sikap ( Attitude ) dari profesi tenaga kesehatan
profesional lainnya.

B. VISI DAN MISI RUMAH SAKIT


1. Visi..........................................

2. Misi ............................................

C. VISI DAN MISI KOMITE TENAGA KESEHATAN PROFESIONAL

LAINNYA
1. Visi
Mewujudkan tenaga kesehatan profesional lainnya yang berperan

aktif dalam pelayanan kesehatan sejajar dengan profesi lainnya.

2. Misi

a. Terciptanya standarisasi pelayanan tenaga kesehatan


profesioanal lainnya.
b. Terciptanya dokumentasi pelayanan kesehatan profesional di

masing-masing profesi.
c. Terciptanya standar prosedur operasional (SPO) dan standar pelayanan
minimal masing-masing profesi.
D. STRUKTUR ORGANISASI KOMITE TENAGA KESEHATAN
PROFESIONAL LAINNYA
Berdasarkan Surat Keputusan Direktur RSUD dr.Abdoer Rahem Situbondo
Nomor :............................, Struktur Organisasi terdiri dari Ketua, Wakil Ketua,
Sekretaris, Bendahara, Sub Komite Kredensial, Sub Komite Mutu Profesi, Sub Komite
Etik dan Disiplin Profesi (Struktur Organisasi terlampir).
1. Tugas dan Tanggung Jawab Ketua Komite Tenaga Kesehatan Profesional
Lainnya :
a. Melakukan koordinasi dengan pihak-pihak terkait dalam hal
Komite Tenaga Kesehatan Profesional Lainnya ( Non Medis dan
Non Keperawatan) dilingkungan RSUD dr.Abdoer Rahem Situbondo .

Panduan Komite Tenaga Kesehatan Profesional Lainnya 9


b. Persiapan dan pelaksanaan Komite Tenaga Kesehatan
Profesional Lainnya ( Non Medis dan Non Keperawatan)

Panduan Komite Tenaga Kesehatan Profesional Lainnya 10


c. Menyelenggarakan rapat-rapat internal dengan seluruh anggota

Panitia adhoc profesi.

d. Melakukan pemantauan kegiatan pada Sub Komite Kredensial, Sub Komite


Mutu Profesi dan Sub Komite Etik dan Disiplin
Profesi

e. Menganalisa serta mengevaluasi pelaksanaan kegiatan Komite Tenaga


Kesehatan Profesional Lainnya ( Non Medis dan Non
Keperawatan) Tugas dan Tanggung Jawab Sub Komite

2. Tugas dan Tanggung Jawab Wakil Ketua Komite

a. Membantu Ketua Komite melakukan koordinasi dengan pihak - pihak terkait


dalam hal Komite Tenaga Kesehatan Profesional Lainnya ( Non Medis dan Non
Keperawatan) dilingkungan RSUD
dr.Abdoer Rahem Situbondo.

b. Membantu Ketua Komite dalam hal persiapan dan pelaksanaan kegiatan


Komite Tenaga Kesehatan Profesional Lainnya ( Non
Medis dan Non Keperawatan)

c. Membantu Ketua Komite menyelenggarakan rapat-rapat internal

dengan seluruh anggota panitia

d. Membantu Ketua Komite melakukan pemantauan kegiatan pada Sub Komite


Kredensial, Sub Komite Mutu Profesi dan Sub Komite Etik dan Disiplin Profesi
e. Membantu Ketua Komite menganalisa serta mengevaluasi pelaksanaan
kegiatan Komite Tenaga Kesehatan Profesional Lainnya ( Non Medis dan Non
Keperawatan)

3. Tugas dan Tanggung Jawab Sekretaris Komite

a. Membuat program kerja Komite Tenaga Kesehatan Profesional Lainnya ( Non


Medis dan Non Keperawatan)

b. Menyiapkan rencana kegiatan dalam pelaksanaan kegiatan

sarana dan prasarana pelaksanaan kegiatan

c. Menyiapkan dan mengirim surat kegiatan


d. Mengumpulkan daftar hadir, pengadaan konsumsi kegiatan dan

Panduan Komite Tenaga Kesehatan Profesional Lainnya 11


notulen rapat

4. Tugas dan Tanggung Jawab Bendahara Komite


a. Mengelola keuangan Komite Tenaga Kesehatan Profesional

Lainnya

b. Membuat Laporan Keuangan Komite Tenaga Kesehatan Profesional Lainnya

Panduan Komite Tenaga Kesehatan Profesional Lainnya 12


c. Bertanggung Jawab kepada Ketua Komite Tenaga Kesehatan

Profesional Lainnya

5. Tugas dan Tanggung Jawab Sub Komite Kredensial


a. Menyusun daftar rincian kewenanan teknis
b. Melakukan verifikasi persyaratan Kredensial
c. Merekomendasikan kewenangan teknis
d. Merekomendasikan pemulihan kewenangan teknis

e. Melakukan kredensial ulang secara berkala sesuai waktu yang ditetapkan

6. Tugas dan Tanggung Jawab Sub Komite Mutu Profesi


a. Menyusun data dasar profil tenaga kesehatan profesional

lainnya ( Non Medis dan Non Keperawatan) sesuai area praktik

b. Merekomendasikan perencanaan pengembangan profesional


berkelanjutan tenaga kesehatan profesional lainnya ( Non Medis
dan Non Keperawatan)
c. Melakukan audit tenaga kesehatan profesional lainnya ( Non

Medis dan Non Keperawatan)

7. Tugas dan Tanggung Jawab Sub Komite Etik dan Disiplin

Profesional

a. Melakukan sosialisasi kode etik tenaga kesehatan profesional

lainnya ( Non Medis dan Non Keperawatan)

b. Melakukan pembinaan etik dan disiplin profesi tenaga


kesehatan profesional lainnya ( Non Medis dan Non
Keperawatan)

c. Merekomendasikan penyelesaian masalah pelanggaran disiplin dan masalah


etik dalam kehidupan profesi

Panduan Komite Tenaga Kesehatan Profesional Lainnya 13


A. Pengertian
BAB III

SUB KOMITE KREDENSIAL

Kredensial adalah proses evaluasi terhadap tenaga kesehatan


prefesional lainnya untuk menentukan kelayakan pemberian

kewenangan klinis / teknis.

Panduan Komite Tenaga Kesehatan Profesional Lainnya 14


Rekredensial adalah proses Reevaluasi terhadap tenaga kesehatan prefesional
lainnya yang telah memiliki kewenagan klinis / teknis untuk menentukan kelayakan
pemberian kewenangan tersebut.

Proses kredensial menjamin tenaga kesehatan profesional lainnya kompeten dalam


memberikan pelayanan keteknisian medis kepada pasien sesuai dengan standar profesi,
proses kredensial mencakup tahapan review verifikasi dan evaluasi terhadap dokumen-
dokumen yang berhubungan dengan kinerja tenaga keteknisian medis.

Berdasarkan hasil proses kredensial, komite tenaga kesehatan profesional lainnya


merekomendasikan kepada direktur rumah sakit untuk menetapkan penugasan klinis /
teknis yang akan diberikan kepada tenaga kesehatan prefesional lainnya berupa surat
penugasan klinis / teknis. Penugasan klinis / teknis tersebut berupa daftar

kewenangan klinis / teknis yang diberikan oleh direktur rumah sakit kepada tenaga
kesehatan profesioal lainnya untuk melakukan

keteknisian medis dalam lingkungan rumah sakit untuk suatu periode tertentu.

B. Tujuan
1. Memberi kejelasan kewenangan klinis/ teknis bagi setiap tenaga

kesehatan prefesional lainnya.

2. Melindungi keselamatan pasien dengan menjamin bahwa tenaga


kesehatan prefesional lainnya yang memberikan memiliki kompetensi
dan kewenangan klinis / teknis yang jelas.

3. Pengakuan dan penghargaan terhadap tenaga kesehatan profesional

lainnya yang berada di semua level pelayanan


C. Tugas
1. Menyusun daftar rincian Kewenangan klinis / teknis
2. Melakukan verifikasi persyaratan kredensial
3. Merekomendasikan kewenangan klinis / teknis
4. Merekomendasikan pemilihan kewengan klinis / teknis
5. Melakukan kredensial ulang secara berkala sesuai waktu yang di

tetapkan
D. Kewenangan
Sub komite kredensial mempunyai kewenangan memberikan

rekomendasi rincian kewenangan klinis / teknis untuk memperoleh surat

Panduan Komite Tenaga Kesehatan Profesional Lainnya 15


penugasan.

Panduan Komite Tenaga Kesehatan Profesional Lainnya 16


E. Mekanise kerja
1. Mempersiapkan Kewenangan klinis / teknis mencakup kompetensi

sesuai area praktik yang ditetapkan oleh rumah sakit.

2. Menyusun kewenangan klinis / teknis dengan kriteria sesuai


dengan persyaratan Kredensial dimaksud.

3. Melakukan asessment Kewenangan klinis / teknis dengan berbagai metode yang


disepakati.

4. Memberikan laporan hasil Kredensial sebagai bahan rekomendasi memperoleh


penugasan klinis / teknis dari Kepala / Direktur
Rumah Sakit.

5. Memberikan rekomendasi Kewenangan klinis / teknis untuk memperoleh


Penugasan klinis / teknis dari Kepala/Direktur
Rumah Sakit dengan cara :
a. Tenaga kesehatan profesional lainnya mengajukan permohonan untuk
memperoleh Kewenangan klinis / teknis kepada Ketua

Komite Tenaga Kesehatan Profesional Lainnya.


b. esional Lainnya
Ketua Komite Tenaga Kesehatan Prof
menugaskan sub Komite Kredensial untuk melakukan proses Kredensial
(dapat dilakukan individu atau kelompok).
c. Sub komite melakukan review, verifikasi dan evaluasi dengan

berbagai metode : porto polio dan wawancara.

d. Sub komite memberikan laporan hasil kredensial sebagai bahan


rapat menentukan Kewenangan klinis / teknis bagi setiap
tenaga kesehatan profesional lainnya.

e. Penilaian Kredensial untuk pelaksana klinis / teknis di unit

kerja masing-masing profesi dilakukan oleh ketua komite kredensial


didampingi ketua unit kerja masing-masing profesi.

f. Ketua Komite Tenaga Kesehatan Profesional Lainnya, Ketua sub komite


kredensial dan Kepala Unit kerja profesi masing-masing untuk
kredensialnya dilakukan oleh atasan langsung
didampingi oleh ketua sub.
g. Untuk Setiap Tenaga kesehatan profesional lainnya yang baru /

magang perlu dilaksanakan kredensial.

Panduan Komite Tenaga Kesehatan Profesional Lainnya 17


6. Melakukan pembinaan dan pemilihan Kewenangan klinis / teknis

secara berkala.

7. Melakukan kredensial ulang secara berkala sesuai waktu yang


ditetapkan.

Panduan Komite Tenaga Kesehatan Profesional Lainnya 18


F. Ruang Lingkup.

1. Memberikan kejelasan kewenangan klinis / teknis bagi setiap tenaga kesehatan


prosional lainnya.

2. Melindungi keselamatan pasien dengan menjamin bahwa tenaga kesehatan


profesional lainnya yang memberikan pelayanan memiliki kompetensi dan
kewenangan klinis / teknis yang jelas.

3. Pengakuan dan penghargaan terhadap tenaga kesehatan profesional lainnya yang


berada di semua level pelayanan.

G. Tata Laksana

1. DOKUMEN/INSTRUMEN

KREDENSIAL & RE-KREDENSIAL TENAGA KERSEHATAN


PROFESIONAL LAINNYA RUMAH SAKIT

a. Uraian Tugas Tenaga Kesehatan Profesional lainnya

b. Dokumen Rincian kewenangan klinis / teknis

c. Log Book

d. Dokumen Training Record

e. Form Pelaksanaan Kredensial

1) Permohonan Kredensial Kepada Ketua Komite Kesehatan Profesional


Lainnya sesuai Rincian Kewenangan klinis / teknis

2) Proses Kredensialing

3) Hasil Kredensialing à Daftar Kewenangan klinis / teknis

2. LANGKAH-LANGKAH PENYUSUNAN URAIAN TUGAS


IDENTIFIKASI :
a. Pekerjaan / Uraian Kompetensi

Panduan Komite Tenaga Kesehatan Profesional Lainnya 19


b. Kewenangan pekerjaan tenaga kesehatan profesional lainnya
diarea praktek

c. Unit kompetensi berdasarkan kelompok pekerjaan

Panduan Komite Tenaga Kesehatan Profesional Lainnya 20


d. SPO berdasarkan unit kompetensi

e. Kompetensi berdasarkan pelayanan mandiri dan kolaborasi

A. PENGERTIAN

Panduan Komite Tenaga Kesehatan Profesional Lainnya 21


B B IV
A
SUB KOMITE MUTU PROFESI
Mutu adalah tingkat dimana pelayanan kesehatan pasien ditingkatkan mendekati
hasil yang diharapkan dengan mengurangi faktor-faktor yang tidak diinginkan.
(JCAHO,19930)
Tenaga kesehatan adalah setiap orang yang mengabdikan diri dalam bidang
kesehatan serta memiliki pengetahuan dan/atau keterampilan melalui pendidikan di
bidang kesehatan yang untuk jenis tertentu memerlukan kewenangan untuk melakukan
upaya kesehatan.
(Undang – undang Nomor 36 Tahun 2014 tentang Tenaga Kesehatan)

Mutu pelayanan kesehatan adalah pelayanan kesehatan yang dapat memuaskan


setiap pemakai jasa pelayanan kesehatan yang sesuai dengan tingkat kepuasaan rata-
rata serata penyelenggaraannya sesuai dengan standar dan kode etik profesi. (Azrul
Azwar, 1996)

Adapun pelayanan kesehatan yang dimaksud pada Tenaga Kesehatan

Panduan Komite Tenaga Kesehatan Profesional Lainnya 22


Profesional Lainnya meliputi :

1. Teknik Farmasi
2. Apoteker
3. Elektromedis
4. Fisioterapis
5. Gizi Klinis
6. Kesehatan lingkungan/ Sanitarian
7. Ahli teknologi Laboratorium Medik

8. Perekam medis
9. Penata anestesi
10. Radiografer
11. Akupuntur
12. Terapis Gigi dan Mulut
13. PPTD (Teknisi Pelayanan Darah)

B. TUJUAN SUB KOMITE MUTU PROFESI KOMITE TENAGA


KESEHATAN PROFESIONAL LAINNYA
1. Peningkatan kemampuan dan mutu pelayanan tenaga kesehatan
lainnya.
Upaya ini melalui pengembangan dan pemantapan keilmuan
sesuai dengan masing-masing profesi tenaga kesehatan lainnya.

2. Penetapan dan penerapan berbagai standar dan pedoman.

Yaitu dengan memperhatikan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi


terkini dan standar internasional.

3. Peningkatan mutu sumber daya manusia.

Upaya ini diarahkan pada peningkatan profesionalisme mencakup

kompetensi, moral dan etika. Dengan menyelenggarakan atau


mengikusertakan Tenaga Kesehatan Profesional Lainnya untuk

Panduan Komite Tenaga Kesehatan Profesional Lainnya 23


mengikuti seminar, workshop, in house training, dan pendidikan berkelanjutan.

4. Peningkatan kerjasama dan koordinasi

Yang dilakukan antar berbagai pihak yang berkepentingan dalam peningkatan


mutu pelayanan kesehatan.

C. TUGAS SUB KOMITE MUTU PROFESI KOMITE TENAGA


KESEHATAN PROFESIONAL LAINNYA

Panduan Komite Tenaga Kesehatan Profesional Lainnya 24


1. Menyusun dan review standar asuhan petugas / tenaga kesehatan

professional lainnya

2. Menyusun pedoman mutu pelayanan petugas/ tenaga ksehatan

professional lainnya

3. Menyusun pedoman pola ketenagaan tenaga kesehatan professional lainnya


4. Menyusun instrument evaluasi kinerja klinik petugas/ tenaga

kesehatan professional lainnya dan pelaksanaanya.

5. Menyusun indikator mutu pelayanan petugas / tenga kesehatan

professional lainnya sesuai area praktek

6. Menyusun pedoman manajemen pembimbing mahasiswa praktek


7. Mengembangkan SDM Petugas/ Tenaga Kesehatan Profesional

Lainnya

8. Mengorientasi pegawai baru

D. KEWENANGAN SUB KOMITE MUTU PROFESI KOMITE TENAGA KESEHATAN


PROFESIONAL LAINNYA
Sub Komite Mutu Tenaga Kesehatan Profesional Lainnya

mempunyai kewenangan memberikan rekomendasi tindak lanjut petugas / tenaga


kesehatan profesional lainnya berkelanjutan serta pendampingan .

E. MEKANISE KERJA DAN RUANG LINGKUP SUB KOMITE MUTU PROFESI


KOMITE TENAGA KESEHATAN PROFESIONAL LAINNYA

1. Mekanisme

Untuk melaksanakan tugas sub komite mutu tenaga kesehatan profesional


lainnya, maka ditetapkan mekanisme sebagai berikut :
a. Koordinasi dengan komite Tenaga Kesehatan Profesional Lainnya

untuk memperoleh data dasar tentang profil tiap-tiap anggota profesi yang ada
dalam lingkup tenaga kesehatan profesional lainnya di R S U D d r . A b d o e r
Rahem S i t u b o n d o sesuai dengan praktiknya berdasarkan jenjang
karier.

b. Mengidentifikasikan kesenjangan kompetensi yang berasal dari data subkomite


kredensial sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi
perubahan standar profesi.

Panduan Komite Tenaga Kesehatan Profesional Lainnya 25


c. Koordinasi dengan masing-masing profesi yang ada di lingkup
tenaga kesehatan profesional lainnya dalam melakukan
pendampingan sesuai dengan kebutuhan.

d. Melakukan audit kepada anggota tenaga kesehatan professional

lainnya.

1) Pemilihan topik audit.

2) Penetapan standar kriteria.


3) Penetapan jumlah kasus yang akan dipilih untuk diaudit

sesuai dengan standar profesi masing- masing anggota.


4) Melakukan analisa kasus yang tidak sesuai dengan standar

pelayanan yang telah ditetapkan masing-masing profesi.

5) Menetapkan perbaikan.
6) Rencana audit ulang.
e. Menyusun laporan kegiatan Sub Komite Mutu Profesi untuk disampaikan
kepada ketua komite tenaga kesehatan profesional lainnya.

2. Ruang Lingkup
a. Memberikan kejelasan mutu profesi tenaga kesehatan

profesional lainnya kepada setiap anggota.

b. Melindungi keselamatan pasien dengan menjamin bahwa


tenaga kesehatan profesional lainnya dapat memberikan
pelayanan sesuai standar masing-masing profesi.

c. Merekomendasi perencanaan peningkatan mutu kepada unit yang


berwenang.

F. KEGIATAN SUB KOMITE MUTU PROFESI KOMITE TENAGA

KESEHATAN PROFESIONAL LAINNYA


1. Ronde Tenaga Kesehatan Profesional Lainnya

a. Pengertian

Ronde Tenaga Kesehatan Profesional lainnya merupakan proses


pelayanan yang terstruktur dan memiliki Standar Operasional Prosedur dari

Panduan Komite Tenaga Kesehatan Profesional Lainnya 26


beberapa tenaga kesehatan profesional penunjang, yang meliputi:

1. Teknik Farmasi
2. Apoteker
3. Elektromedis
4. Fisioterapis
5. Gizi Klinis
6. Kesehatan lingkungan/ Sanitarian
7. Ahli teknologi Laboratorium Medik

8. Perekam medis
9. Penata anestesi
10. Radiografer
11. Akupuntur
12. Terapis Gigi dan Mulut
13. PPTD (Teknisi Pelayanan Darah)

b. Tujuan

Untuk meningkatkan mutu tenaga kesehatan profesional lainnya.

c. Sasaran

1. Aspek medis.
2. Mengacu pada keselamatan pasien.
3. Berkaitan dengan tingkat kepuasan pasien.
4. Lingkungan (Pasien dan Keluarga Pasien).

2. Audit Tenaga Kesehatan profesional lainnya

a. Pengertian
Audit tenaga kesehatan profesional lainnya adalah kegiatan pemeriksaan yang
dilakukan oleh panitia tenaga kesehatan profesional lainnya secara langsung
dan/ atau tidak langsng kepada anggota tenaga kesehatan profesional lainnya
dalam pelaksanaan SOP (Standar Operasional Prosedur) dari masing-
masing profesi tersebut.

b. Tujuan
Untuk menilai pencapaian standar masing-masing profesi dan keefektifan
pelayanan yang diberikan kepada pasien dengan menggunakan proses yang
dilakukan oleh masing-masing anggota
dari tenaga kesehatan profesional lainnya.
c. Peserta

Panduan Komite Tenaga Kesehatan Profesional Lainnya 27


Tim Audit masing-masing profesi dari anggota tenaga kesehaatan

profesional lainnya.
d. Sasaran
Semua anggota profesi yang termasuk dalam tenaga kesehatan profesional
lainnya yang melakukan Standar Operasional Prosedurnya masing-masing.

3. Studi Kasus

Panduan Komite Tenaga Kesehatan Profesional Lainnya 28


e. Pengertian

Studi kasus adalah penelaahan kasus/permasalahan secara lebih


intensif dengan menggunakan berbagai literatur yang terkait dengan
kasus/ permasalahan yang sering ditemukan atau jarang ditemukan agar
dapat dipahami secara seksama
oleh masing-masing profesi.

f. Tujuan
1) Untuk meningkatkan dan memperluas wawasan.
2) Untuk menigkatkan mutu pelayanan yang diberikan.
g. Peserta
Anggota profesi tenaga kesehatan profesional lainnya dengan

kasusnya masing-masing.
h. Sasaran
Masing-masing profesi di lingkungan rumah sakit.

1. Pertemuan Ilmiah

a. Pengertian
Pertemuan ilmiah adalah suatu kegiatan untuk meningkatkan pengetahuan dan
permasalahan serta memperbaiki sikap profesional melalui pemberian konsep-
konsep terkini yang didapat dari mengikuti seminar, lokakarya ataupun hasil-
hasil dari penelitian.

b. Tujuan
1) Meningkatkan pengetahuan tiap-tiap profesi.
2) Mampu menerapkan ilmu pengetahuan yang didapat di

kegiatan pelayanan sehari-hari.

c. Sasaran

Masing-masing profesi dari anggota tenaga kesehatan lainnya.

Panduan Komite Tenaga Kesehatan Profesional Lainnya 29


2. Standar Operasional Prosedur

a. Pengertian

Standar Operasional Prosedur adalah serangkaian instruksi kerja

Panduan Komite Tenaga Kesehatan Profesional Lainnya 30


tertulis yang dilakukan (terdokumentasi) mengenai proses penyelenggaraan
administrasi instruksi bagaimana dari kapan harus dilakukan, dimana dan oleh
siapa saja dilakukan.

b. Tujuan
Sebagai bahan acuan bagi tiap-tiap profesi dalam melakukan

prosedur kerja dan untuk melindungi pasien dan pelaksana dari pihak-pihak
yang tidak bertanggung jawab.
c. Sasaran
Pelaksana tiap-tiap profesi di ruangan.

3. Dokumen/Instrumen

a. Formulir Ronde Tenaga Kesehatan Profesional Lainnya.


b. Formulir Pembahasan
c. Formulir instrumen evaluasi persepsi pasien terhadap pelayanan

masing-masing profesi terkait.

d. Jadwal program pengendaalian mutu pelayanan masing-masing profesi terkait.

Panduan Komite Tenaga Kesehatan Profesional Lainnya 31


BAB V

SUB KOMITE ETIK DAN DISIPLIN PROFESI

A. PENGERTIAN

Panduan Komite Tenaga Kesehatan Profesional Lainnya 32


Kode etik adalah pernyataan standar profesional yang digunakan sebagai
pedoman perilaku dan menjadi kerangka kerja untuk membuat keputusan.
Aturan yang berlaku untuk seorang tenaga kesehatan profesional lainnya dalam
melaksanakan tugas atau fungsi tenaga kesehatan

adalah kode etik ( Perekam medis, penata anestesi, apoteker, teknik farmasi, gizi
klinis, fisioterapis, terapi wicara, terapi okupasi, ahli teknologi laboratorium medik,
radiografer, teknisi pelayanan darah, elektromedis, kesehatan lingkungan,
akupuntur). Dimana seorang tenaga kesehatan profesional lainnya selalu berpegang
teguh terhadap kode etik tersebut , sehingga kejadian pelanggaran kode etik dapat
dihindari. Kode etik adalah sistem norma, nilai dan aturan profesional tertulis yang
secara tegas menyatakan apa yang benar dan baik, serta apa yang tidak benar dan
tidak baik bagi profesi.
B. TUJUAN KODE ETIK KOMITE TENAGA KESEHATAN
PROFESIONAL LAINNYA
1. Untuk menjunjung tinggi martabat dan citra profesi. Dalam hal ini

yang di jaga adalah image organisasi dan mencegah orang luar memandang
rendah atau remeh suatu profesi. Oleh karena itu, setiap kode etik suatu profesi
akan melarang berbagai bentuk tindak tanduk atau kelakuan anggota
profesi yang dapat
mencemarkan nama baik profesi di dunia luar.
2. Untuk menjaga dan memelihara kesejahteraan para anggota. Yang dimaksud
kesejahteraan ialah kesejahteraan material dan spiritual

atau mental. Kode etik umumnya menerapkan larangan-larangan bagi


anggotanya untuk melakukan perbuatan yang merugikan

kesejahteraan. Kode etik juga menciptakan peraturan yang di tujukan kepada


perubahan tingkah laku yang tidak pantas atau tidak jujur para anggota
profesi dalam interaksinya dengan
sesama anggota profesi.
3. Untuk meningkatkan pengabdian para anggota profesi. Dalam hal ini kodeetik
juga berisi tujuanpengabdian profesi tertentu sehingga para anggota
profesi mengetahui tugas dan tanggung jawab pengabdian profesinya. Kode
etik merumuskan ketentuan

Panduan Komite Tenaga Kesehatan Profesional Lainnya 33


yang perlu dilakukan oleh para anggota profesi dalam

menjalankan tugasnya.
4. Untuk meningkatkan mutu, kode etik juga memuat tentang norma-norma serta
anjuran agar selalu berusaha untuk meningkatkan mutu profesi, sesuai dengan
bidang pengabdiannya.

C. FUNGSI KODE ETIK KOMITE TENAGA KESEHATAN


PROFESIONAL LAINNYA
Kode etik profesi memberikan pedoman bagi setiap anggota profesi tentang
prinsip profesionalitas yang digariskan. Maksudnya bahwa dengan kode etik profesi,
pelaksana profesi mampu mengetahui suatu hal yang boleh dia lakukan dan yang
tidak boleh
dia lakukan.
Kode etik profesi merupakan sarana kontrol sosial bagi masyarakat atas
profesi yang bersangkutan, bahwa etika profesi dapat memberikan suatu
pengetahuan kepada masyarakat agar dapat memahami pula arti pentingnya suatu
profesi sehingga memungkinkan pengontrolan terhadap para pelaksana di lapangan
kerja (kalangan sosial).

D. KEGIATAN SUB KOMITE ETIKA DAN PROFESI


1. Melaksanakan sosialisasi Komite Etika dan disiplin Profesi tenaga

kesehatan profesional lainnya.


2. Menegakkan disiplin profesi Komite Tenaga Kesehatan Profesional

Lainnya dan pembinaan etik penunjang.


3. Menyelesaikan masalah-masalah pelanggaran disiplin dan

masalah-masalah etik dalam kehidupan profesi dan pelayanan


asuhan Petugas / Tenaga Kesehatan Profesional Lainnya.
4. Memberikan pertimbangan dalam mengambil keputusan etis
dalam asuhan Petugas / Tenaga Kesehatan Profesional Lainnya.

Panduan Komite Tenaga Kesehatan Profesional Lainnya 34


Panduan Komite Tenaga Kesehatan Profesional Lainnya 35
Panduan Komite Tenaga Kesehatan Profesional Lainnya 36
BAB VI
PENUTUP

Demikian Panduan Komite Tenaga Kesehatan Profesional Lainnya Rumah Sakit


Umum Daerah dr.Abdoer Rahem Situbondo, untuk dijadikan dasar dan dilaksanakan
sebagaimana mestinya, hal-hal lain yang belum tercantum dalam panduan ini akan
dilengkapi dan ditentukan dalam kebijakan lain dan merupakan bagian yang tidak
terpisahkan dari panduan ini.

Panduan Komite Tenaga Kesehatan Profesional Lainnya 37


Panduan Komite Tenaga Kesehatan Profesional Lainnya 38
Panduan Komite Tenaga Kesehatan Profesional Lainnya 39

Anda mungkin juga menyukai