BAB 1
PENDAHULUAN
1.3 Pengertian
1. Standar pelayanan kesehatan adalah ukuran baku dan tolok ukur yang dipergunakan dalam
penyelenggaraan dan penilaian kualitas pelayanan kesehatan
2. Puskesmas adalah Unit Pelaksana Teknis Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota (UPTD) yang
bertanggung jawab menyelenggarakan pembangunan kesehatan di suatu wilayah kerja
3. Puskesmas rawat jalan adalah Puskesmas yang melaksanakan 6 (enam) upaya wajib dan
pengembangan serta tidak mempunyai fasilitas rawat inap
4. Puskesmas rawat inap adalah Puskesmas yang mempunyai fasilitas rawat inap dengan
tempat tidur minimal 6 (enam) dan maksimal 25 (dua puluh lima) buah, untuk dapat
memberikan layanan kesehatan rawat inap selama 24 (dua puluh empat) jam kepada
masyarakat dalam waktu tidak lebih dari 5 (lima) hari
5. Puskesmas rawat inap PLUS (Pemberi Layanan Unggulan Spesialis) adalah Puskesmas
rawat inap yang mempunyai unggulan minimal 1 (satu) orang dokter spesialis, dengan
kunjungan periodik maupun pelayanan tetap ke Puskesmas
6. Puskesmas Rawat Inap PLUS dapat merupakan Puskesmas PLUS PONED atau Puskesmas
Rawat Inap PLUS NON PONED
2
7. Puskesmas rawat inap PLUS (PONED) adalah Puskesmas rawat inap yang mempunyai
unggulan minimal 1 (satu) orang dokter spesialis Kebidanan kandungan dan atau spesialis
Anak, dengan kunjungan periodik maupun pelayanan tetap ke Puskesmas
8. Puskesmas rawat inap PLUS (Pemberi Layanan Unggulan Spesialis) non PONED adalah
Puskesmas rawat inap bukan PONED yang mempunyai unggulan minimal 1 (satu) orang
dokter spesialis, bukan dokter spesialis Kebidanan kandungan dan Anak, dengan kunjungan
periodik maupun pelayanan tetap ke Puskesmas
9. Pelayanan medik dasar adalah pelayanan medik yang dilakukan oleh maksimal dokter dan
dokter gigi ddi sarana pelayanan kesehatan dasar
10. Pelayanan kesehatan tingkat pertama adalah pelayanan kesehatan dasar yang diberikan oleh
dokter dan dokter gigi di puskesmas, puskesmas perawatan, tempat praktik perorangan, klinik
pratama, klinik umum dibalai/lembaga pelayanan kesehatan, dan rumah sakit pratama
11. Pelayanan kesehatan tingkat kedua adalah pelayanan kesehatan spesialistik yang dilakukan
oleh dokter spesialis atau dokter gigi spesialis yang menggunakan pengetahuan dan teknologi
kesehatan spesialistik di rumah sakit kelas B,C,D serta RS khusus
12. Pelayanan kesehatan tingkat ketiga adalah pelayanan kesehatan subspesialistik yang
dilakukan oleh dokter sub spesialis atau dokter gigi sub spesialis yang menggunakan
pengetahuan dan teknologi subspesialistik di rumah sakit kelas A dan RS kelas B yang
mempunyai subspesialistik
13. Kompetensi adalah seperangkat tindakan cerdas dan penuh tanggung jawab yang dimiliki
seseorang sebagai syarat untuk dianggap mampu oleh masyarakat dalam melaksanakan tugas-
tugas di bidang pekerjaan tertentu (SK Mendiknas No. 45/U/2002)
14. Sistim rujukan adalah suatu sistim penyelenggaraan pelayanan kesehatan dimana terjadi
pelimpahan tanggung jawab timbal balik atas kasus atau masalah kesehatan yang timbul baik
secara vertikal maupun horizontal secara struktural dan fungsional terhadap kasus penyakit
atau masalah penyakit atau permasalahan kesehatan
1.4 Tujuan
1. Tujuan umum
Tersedianya standar penyelenggaraan Puskesmas sehingga tercapai pelayanan kesehatan
yang aman dan bermutu agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang optimal
2. Tujuan khusus
a. Tersedianya standar Puskesmas rawat jalan
b. Tersedianya standar Puskesmas rawat inap
1) Tersedianya standar Puskesmas rawat inap
2) Tersedianya standar Puskesmas rawat inap PONED
3) Tersedianya standar Puskesmas rawat inap PLUS
1.5 Manfaat
Dengan tersedianya standar Puskesmas maka dapat diperoleh manfaat sebagai berikut,
1. Bagi masyarakat
Sebagai acuan untuk mendapatkan pelayanan kesehatan sesuai standar
2. Bagi Puskesmas
Sebagai acuan dalam penyelenggaraan pelayanan, monitoring dan evaluasi pelayanan
kesehatan di Puskesmas
3. Bagi Dinas Kesehatan Provinsi dan Kabupaten/Kota
a. Sebagai acuan dalam mengukur standar pelayanan kesehatan di Puskesmas
b. Sebagai acuan dalam penentuan kebijakan di Puskesmas
c. Sebagai acuan dalam perencanaan program dan anggaran
4. Bagi pemerintah daerah
Sebagai acuan dalam perencanaan pengembangan, monitoring dan evaluasi pelayanan
kesehatan
3
a. Sumber daya, meliputi bangunan dan ruang, sumber daya manusia, peralatan, obat-obatan
dan pelayanan kefarmasian serta pembiayaan
b. Upaya pelayanan kesehatan, meliputi upaya kesehatan wajib dan pengembangan
c. Monitoring dan evaluasi, meliputi jenis, jadwal dan pelaksanaannya
BAB 2
STANDAR PUSKESMAS RAWAT JALAN
Puskesmas sebagai Unit Pelaksana Teknis Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota yang bertanggung
jawab menyelenggarakan pembangunan kesehatan di suatu wilayah kerja tertentu. Wilayah kerja
Puskesmas meliputi wilayah kerja administratif, yaitu satu wilayah kecamatan, atau beberapa
desa/kelurahan di satu wilayah kecamatan.
Faktor luas wilayah, kondisi dan jumlah penduduk, merupakan dasar pertimbangan untuk
membangun dan menentukan wilayah kerja Puskesmas. Menurut standar Kementerian Kesehatan RI,
ratio kecukupan jumlah Puskesmas adalah 1: 30.000 penduduk. Agar peran dan fungsi Puskesmas sebagai
unit pelayanan kesehatan yang berada diujung paling depan dapat lebih maksimal melayani masyarakat,
maka setiap Puskesmas yang ada maupun yang akan didirikan harus memenuhi standar baik sebagai
Puskesmas rawat jalan, Puskesmas rawat inap, Puskesmas rawat inap dengan PONED maupun
Puskesmas rawat inap PLUS.
2.1.1.Manajemen Operasional
Manajemen Operasional adalah proses perencanaan, pengorganisasian, pengarahan
dan pengawasan usaha Puskesmas dan penggunaan sumber dayanya agar mencapai
tujuan yang telah ditetapkan. Jadi merupakan proses transformasi dari input menjadi
output
Manajemen Operasional Puskesmas, meliputi:
1. Ijin Operasional
2. Visi, misi, Motto dan janji layanan serta tujuan dan fungsi
3. Struktur organisasi dan uraian tugas
4. Peta wilayah kerja
5. Jam kerja
6. Jenis pelayanan
7. Persyaratan pelayanan
8. Biaya/tarif
9. Denah ruangan
10.Alur pelayanan
11.Rekam medik
12.Informed consent
13.Alur rujukan
14.Pendelegasian pengobatan dasar
15.Hak dan kewajiban pasien
16.Hak dan kewajiban penyedia layanan
17.Standar Operasional Prosedur (SOP)
18.Indikator kinerja
4
2.1.2. Manajemen Mutu, meliputi:
1. Pembentukan Tim Jaminan Mutu
2. Indeks Kepuasan Masyarakat
3. Prosedur pengelolaan pengaduan pengguna layanan
4. Pemantauan Pencegahan dan Pengendalian Infeksi
2.1.1.1 `Visi, Misi, Motto dan Janji Layanan serta Tujuan dan Fungsi Puskesmas
2.1.1..2.1. Visi
Visi pembangunan kesehatan di Puskesmas adalah “Terwujudnya Kecamatan
Sehat”, yakni sebuah Kecamatan dimana masyarakatnya hidup dalam lingkungan yang
sehat dan perilaku hidup bersih dan sehat, memiliki kemampuan untuk menjangkau
pelayanan kesehatan yang bermutu, secara adil dan merata agar tercapai derajat
kesehatan yang setinggi-tingginya.
Rumusan visi untuk masing-masing Puskesmas harus mengacu pada visi tersebut
dan digunakan sesuai dengan situasi dan kondisi masyarakat serta wilayah kecamatan
setempat.
2.1.1.2.2. Misi
Misi pembangunan kesehatan yang diselenggarakan Puskesmas adalah adalah:
a. Menggerakkan pembangunan berwawasan kesehatan di wilayah kerjanya
Puskesmas akan selalu menggerakkan pembangunan sektor lain yang diselenggarakan di
wilayah kerjanya, agar memperhatikan aspek kesehatan, yaitu pembangunan yang tidak
menimbulkan dampak negatif terhadap kesehatan, setidak-tidaknya terhadap lingkungan dan
perilaku masyarakat
b. Mendorong kemandirian hidup sehat bagi perorangan, keluarga dan masyarakat di wilayah
kerjanya
Puskesmas akan selalu berupaya agar setiap keluarga dan masyarakat yang bertempat tinggal
di wilayah kerjanya makin berdaya dibidang kesehatan, melalui peningkatan pengetahuan
dan kemampuan menuju kemandirian untuk hidup sehat
c. Memelihara dan meningkatkan mutu pemerataan dan keterjangkauan pelayanan kesehatan
yang diselenggarakan.
Puskesmas akan selalu berupaya menyelenggarakan pelayanan kesehatan yang sesuai
dengan standar dan memuaskan masyarakat, mengupayakan pemerataan pelayanan
kesehatan serta meningkatkan efisiensi pengelolaan dana sehingga dapat dijangkau oleh
seluruh anggota masyarakat.
d. Memelihara dan meningkatkan kesehatan perorangan, keluarga, masyarakat beserta
lingkungannya, selalu berupaya mencegah dan menyembuhkan penyakit, serta memulihkan
kesehatan perorangan, keluarga dan masyarakat yang berkunjung dan yang bertempat tinggal
di wilayah kerjanya, tanpa diskriminasi dan dengan menerapkan kemajuan ilmu dan
teknologi kesehatan yang sesuai. Upaya pemeliharaan dan peningkatan yang dilakukan oleh
Puskesmas mencakup pula aspek lingkungan dari yang bersangkutan
2.1.2.5. Tujuan
5
Tujuan pembangunan kesehatan yang diselenggarakan oleh Puskesmas adalah
mendukung tercapainya tujuan Pembangunan Kesehatan Nasional yakni meningkatkan
kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang yang bertempat tinggal di
wilayah kerja Puskesmas agar terwujud derajat kesehatan yang setinggi tingginya dalam
rangka mewujudkan Indonesia Sehat.
2.1.2.5. Fungsi
Fungsi Puskesmas adalah sebagai,
1. Pusat penggerak pembangunan berwawasan kesehatan
Puskesmas selalu berupaya menggerakkan dan memantau penyelenggaraan
pembangunan lintas sektor termasuk oleh masyarakat dan dunia usaha di wilayah
kerjanya, sehingga berwawasan serta mendukung pembangunan kesehatan. Disamping
itu Puskesmas aktif memantau dan melaporkan dampak kesehatan dari penyelenggaraan
setiap program pembangunan di wilayah kerjanya
2. Pusat pemberdayaan masyarakat
Puskesmas selalu berupaya agar perorangan terutama pemuka masyarakat, keluarga dan
masyarakat, memiliki kesadaran, kemauan dan kemampuan melayani diri sendiri dan
masyarakat untuk hidup sehat, berperan aktif dalam memperjuangkan kepentingan
kesehatan termasuk sumber pembiayaannya, serta ikut menetapkan, menyelenggarakan
dan memantau pelaksanaan program kesehatan. Pemberdayaan perorangan, keluarga
dan masyarakat ini diselenggarakan dengan memperhatikan kondisi dan situasi,
khususnya sosial budaya masyarakat setempat
3. Pusat pelayanan kesehatan masyarakat primer
Pelayanan kesehatan masyarakat primer adalah pelayanan yang bersifat public goods
dengan tujuan utama memelihara dan meningkatkan kesehatan serta mencegah penyakit
tanpa mengabaikan penyembuhan penyakit dan pemulihan kesehatan. Pelayanan
kesehatan masyarakat tersebut antara lain adalah promosi kesehatan, pemberantasan
penyakit, penyehatan lingkungan, perbaikan gizi, peningkatan kesehatan keluarga,
keluarga berencana, kesehatan jiwa masyarakat serta berbagai program kesehatan
masyarakat lainnya
4. Pusat pelayanan kesehatan perorangan primer
Puskesmas bertanggung jawab menyelenggarakan pelayanan kesehatan tingkat pertama
secara menyeluruh, terpadu dan berkesinambungan. Pelayanan kesehatan perorangan
tingkat pertama yang menjadi tanggung jawab Puskesmas adalah pelayanan yang
bersifat pribadi (private goods) dengan tujuan utama menyembuhkan penyakit dan
pemulihan kesehatan perorangan, tanpa mengabaikan pemeliharaan kesehatan dan
pencegahan penyakit
Ketentuan:
1. Ada kejelasan Visi, Misi, Motto dan Janji Layanan serta Tujuan dan Fungsi yang menjadi acuan
penyelenggara layanan di Puskesmas
2. Visi, Misi, Motto dan Janji Layanan serta Tujuan dan Fungsi yang dipampang di dinding
Puskesmas sesuai dengan kebutuhan dan harapan masyarakat
3. Ada mekanisme untuk mengkomunikasikannya ke pemegang program, pelaksana dan
masyarakat
4. Semua karyawan Puskesmas memahami Visi, Misi, Motto dan Janji Layanan serta Tujuan dan
Fungsi Puskesmas
5. Ada peninjauan/evaluasi tentang Visi, Misi, Motto dan Janji Layanan serta Tujuan dan Fungsi
Puskesmas dalam penyelenggaraan program dan layanan
6. Ada evaluasi kesesuaian kinerja Puskesmas dengan Visi, Misi, Motto dan Janji Layanan serta
Tujuan dan Fungsi Puskesmas
6
a) UKM pemberdayaan terdiri dari
penanggung jawab
1) Perkesmas ( Keperawatan Kesehatan Masyarakat)
2) UKS dan ARU
3) Perbaikan gizi
4) Kesehatan lingkungan
5) Kesehatan jiwa
6) Upaya Kesehatan Kerja (UKK)
7) Pemberdayaan dan promosi kesehatan
8) Kesehatan Indera
9) Battra
10) Kesehatan keluarga
11) Poskestren
12) Pengawasan makanan dan minuman
13) Olahraga
b) UKM surveilans dan pengendalian penyakit.
1) Imunisasi
2) P2 Demam Berdarah Dengue ( DBD)
3) P2 Diare
4) P2 Tuberculosis
5) P2 Morbus Hansen/Kusta
6) P2 Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA)
7) Wabah Surveilans
8) Narkotika, Psikotropika dan Zat aktif (Napza)
9) Kesehatan Jemaah haji
2) Upaya Kesehatan Perorangan (UKP) di Puskesmas yaitu UKP rawat jalan yang
terdiri dari penanggung jawab:
a) Poli Umum
b) Poli KIA/KB
c) Poli Gigi
d) Klinik Gizi
e) Ambulans
f) Unit Gawat Darurat
g) Radiologi
h) Laboratorium
i) Apotik dan gudang obat
j) Puskesmas keliling
d. Jaringan pelayanan Puskesmas meliputi:
1) Unit Puskesmas Pembantu, yang membawahi/mengkoordinir beberapa bidan
dan perawat ponkesdes yang mejadi wilayah binaannya
2) Ponkesdes (Pondok Kesehatan Desa)
3) Polindes
7
STRUKTUR ORGANISASI PUSKESMAS
Kepala Puskesmas
Penanggung Jawab
Penanggung Jawab Penanggung Jawab
Keterangan:
Garis pertanggung jawaban
Polindes Polindes sebagai UKBM tetapi bertanggung jawab langsung kepada
Kepala Puskesmas
8
.Setiap petugas di Puskesmas harus mempunyai uraian tugas yang memuat tanggung
jawab, wewenang dan hubungan kerja antar sesama petugas. Uraian tugas merupakan
pedoman dan pegangan bagi setiap pegawai untuk melaksanakan kegiatan sehari-hari
Uraian tugas seluruh pegawai Puskesmas dibuat dan dipantau pelaksanaan tugasnya
oleh Kepala Puskesmas (contoh lampiran 1).
Kepala Puskesmas
1. Mempunyai tugas pokok dan fungsi memimpin, mengawasi dan mengkoordinir
kegiatan Puskesmas yang dapat dilakukan dalam jabatan struktural dan jabatan
fungsional
2. Menyusun rencana kerja dan kebijakan teknis Puskesmas
3. Memimpin pelaksanaan kegiatan di Puskesmas
4. Melaksanakan pengawasan, pengendalian dan evaluasi program/kegiatan Puskesmas
5. Memimpin penyelenggaraan pertemuan berkala ( mini lokakarya bulanan, tribulanan)
6. Membina petugas puskesmas
7. Bertanggung jawab mengenai pendidikan berkelanjutan, orientasi dan program
pelatihan staf untuk menjaga kemampuan dan meningkatkan pelayanan sesuai
kebutuhan
8. Membangun kerjasama dengan berbagai pihak terkait di kecamatan, Lintas Sektor,
penyedia pelayanan kesehatan tingkat pertama swasta dan perorangan serta masyarakat
dalam UKBM
9. Bertanggung jawab atas penyelenggaraan pelaksanaan program program di Puskesmas
10. Bertanggung jawab atas penyusunan RUK melalui analisa dan perumusan masalah
berdasarkan prioritas
11. Bertanggung jawab atas penyusunan RPK secara terinci dan lengkap
12. Mengolah dan menganalisa data, untuk selanjutnya diinformasikan atau dilaporkan ke
Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota, serta pihak yang berkepentingan lainnya
13. Memberikan umpan balik hasil kegiatan kepada semua staf puskesmas
14. Melakukan pemeriksaan keuangan secara berkala dan bertanggungjawab atas hasil
pemeriksaan
15. Melaksanakan tugas lain yang diberikan oleh Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota
9
Dokter/ Dokter Gigi
1. Melaksanakan dan memberikan upaya pelayanan medik dengan penuh tanggung jawab
sesuai keahlian dan kewenangannya serta sesuai standar profesi dan peraturan
perundangan yang berlaku
2. Melaksanakan pelayanan medik sesuai SOP, Standar Pelayanan Minimal (SPM),
Standar Pelayanan Publik (SPP) tata kerja dan kebijakan yang telah ditetapkan oleh
kepala Puskesmas
3. Mengidentifikasi, merencanakan, memecahkan masalah, mengevaluasi program
kesehatan/gigi.
4. Memberikan penyuluhan kesehatan dengan pendekatan promotif dan edukatif
5. Menyusun pelaporan dan rekam medik yang baik, lengkap serta dapat dipertanggung
jawabkan termasuk memberi kode diagnosa menurut ICD X
6. Melaksanakan dan meningkatkan mutu pelayanan Puskesmas
7. Melaksanakan tugas lain yang diberikan oleh Kepala Puskesmas
Bidan/Perawat/Perawat gigi
1. Menyusun rencana kerja teknis kebidanan/keperawatan
2. Melaksanakan kegiatan kebidanan/keperawatan
3. Melaksanakan asuhan kebidanan/keperawatan/gigi dan mulut
4. Melaksanakan pelayanan kebidanan/keperawatan sesuai standar prosedur operasional,
SPM, Standar Pelayanan Publik (SPP) tata kerja dan kebijakan yang telah ditetapkan oleh
kepala Puskesmas
5. Membuat catatan pelaporan dan rekam medik secara baik, lengkap serta dapat
dipertanggung jawabkan,
6. Melaksanakan evaluasi kegiatan kebidanan/keperawatan
7. Meningkatkan mutu pelayanan Puskesmas
8. Melaporkan pelaksanaan kegiatan kebidanan/keperawatan secara berkala kepada
penanggung jawab
9. Melaksanakan tugas lain yang diberikan oleh Kepala Puskesmas
Bendahara
1. Membuat laporan harian penerimaan (DPD II 62)
2. Membuat catatan bulanan uang masuk dan uang keluar dalam buku kas
3. Bendahara pengeluaran memeriksa dan melaporkan kas setiap 3 ( tiga) bulan sekali
/setiap bulan
4. Bendahara penerima memeriksa dan melaporkan kas setiap 3 ( tiga) bulan sekali /setiap
bulan
5. Melaksanakan tugas lain yang diberikan oleh Kepala Puskesmas
Analis Kesehatan
1. Melaksanakan pelayanan laboratorium sesuai SOP, SPM, tata kerja dan kebijakan yang
telah ditetapkan dan kepala Puskesmas
2. Melaksanakan upaya pelayanan laboratorium dengan penuh tanggung jawab sesuai
keahlian dan kewenangannya
3. Membuat pencatatan dan pelaporan yang perlu secara baik, lengkap serta dapat
dipertanggungjawabkan
4. Melaksanakan upaya pelayanan laboratorium sesuai standar profesi dan mematuhi
peraturan perundangan yang berlaku
5. Meningkatkan mutu pelayanan di Puskesmas
6. Beserta Kepala Puskesmas menyusun perencanaan upaya pelayanan laboratorium.
7. Melaksanakan tugas lain yang diberikan oleh Kepala Puskesmas
10
1. Menyimpan, memelihara dan mencatat mutasi obat dan perbekalan kesehatan yang
dikeluarkan maupun yang diterima oleh kamar obat dalam bentuk buku catatan mutasi
obat
2. Menyerahkan obat sesuai resep ke pasien
3. Memberikan informasi tentang pemakaian dan penyimpanan obat kepada pasien
4. Membuat laporan pemakaian dan permintaan obat serta perbekalan kesehatan
5. Melaksanakan tugas lain yang diberikan oleh Kepala Puskesmas
Tenaga lainnya (tenaga gizi, kesling, promkes, p2, tenaga teknis UKP dan UKM)
Melaksanakan dan memberikan upaya pelayanan untuk menunjang kegiatan pelayanan
Puskesmas dengan penuh tanggung jawab sesuai tugas dan fungsinya serta melaksanakan
tugas lain yang diberikan oleh Kepala Puskesmas
11
Pelayanan kesehatan di Ponkesdes dititik beratkan pada kegiatan promotif dan
preventif.
c. Upaya Kesehatan Pengembangan
Upaya Kesehatan Pengembangan yang dimaksud adalah upaya kesehatan yang
ditetapkan berdasarkan permasalahan kesehatan di masyarakat sesuai dengan kebutuhan
masyarakat desa/ kelurahan dan kemampuan Ponkesdes setempat meliputi,\
1. Upaya Keperawatan Kesehatan Masyarakat
2. Upaya Kesehatan Sekolah
3. Upaya Kesehatan Indera Penglihatan
4. Upaya Kesehatan Indera Pendengaran
5. Upaya Kesehatan Kerja
6. Upaya kesehatan Olahraga
7. Upaya Kesehatan Jiwa
8. Upaya Usia Lanjut
9. Upaya Pembinaan Pengobatan Tradisional .
2.1.6. Biaya/Tarif
12
Biaya/tarif yang berlaku diumumkan kepada masyarakat, terpampang di dinding dan sesuai
dengan Perda atau aturan yang berlaku
2. Kewajiban pasien
a. Membawa kartu identitas (KTP/SIM) atau mengetahui alamat dengan jelas untuk
kunjungan pertama kali
b. Membawa kartu berobat:
1) Pengguna layanan PT.ASKES membawa kartu ASKES
2) Pengguna layanan GAKIN membawa kartu ASKESKIN atau JAMKESDA
3) Pengguna layanan umum yang sudah pernah berkunjung membawa kartu
kunjungan/berobat
c. Mengikuti alur pelayanan Puskesmas
d. Mentaati aturan pelayanan dan mematuhi nasehat serta petunjuk pengobatan
e. Memberikan informasi yang benar dan lengkap tentang masalah kesehatannya kepada
tenaga kesehatan di Puskesmas
13
2.1.13. Hak dan Kewajiban Penyedia Layanan
1. Hak penyedia layanan
a. Membuat peraturan yang berlaku di Puskesmas sesuai dengan kondisinya secara
partisipatif
b. Memperoleh perlindungan hukum dalam melaksanakan tugas sesuai dengan profesinya
b. Kewajiban penyedia layanan
a. Melakukan pelayanan sesuai dengan prosedur tetap/SOP pelayanan
b. Memberikan informasi pelayanan kepada pengguna layanan, baik itu waktu, persyaratan,
hasil dan biaya serta kompensasi pelayanan
c. Memberikan teguran bagi pengunjung yang tidak mentaati ketentuan pelayanan dan
memberikan saran agar tidak terulang lagi
d. Berusaha untuk memenuhi kebutuhan pengguna layanan semaksimal mungkin, sehingga
tercapai kepuasan pengguna layanan
e. Melakukan pengukuran Indeks Kepuasan Masyarakat terhadap pelayanan
14
C. Kesehatan Lingkungan 11. 11. Cuci tangan 13. Sterilisasi alat
1. Pelayanan kesehatan
12. 14. Pemakaian alat gigi
lingkungan G. Pelayanan Gawat Darurat 15. Informed concent
2. Pencatatan dan pelaporan 1.Penanganan syok anaphylaktik
petugas kesehatan Lingkungan 2. Managemen ABC L. P2 menular
3. Inventaris bhp non medis 3. Triase
kesehatan Lingkungan 4. Resusitasi TBC
5.Pemasangan infus dan 1.Pelayanan p2 TB
D. Pelayanan KIA -KB pemberian cairan 2.Diagnosis TB
1. Pelayanan ANC 6.Pembersihan jalan nafas dengan 3. Pencatatan dan pelaporan
2. Pelayanan PPIA ( Pencegahan suction petugas P2 TB
Penularan HIV dari Ibu ke 7.Pemberian oksigen dengan 4.Inventaris bhp medis dan non
Anak) nasal kanul medis P2 TB
3. Perdarahan ante partum 8. Penatalaksanaan luka 5.Pembuatan dan pemeriksaan
4. Penanganan gawat janin 9. Cuci tangan Slide Sediaan TB
5. Persalinan normal 10.Penilaian kesadaran dengan
6. Episiotomi pemeriksaan GCS Kusta
7. Penanganan gawat darurat 11. Pemberian injeksi intra vena 1. Pelayanan P2 kusta
bayi melalui infus 2. Diagnosis kusta
8. Pelayanan kesehatan ibu nifas 12.Pemasangan dan pelepasan 3. Pencatatan dan pelaporan
9. Pelayanan pemeriksaan bayi , kateter tetap 4. Inventaris bhp medis dan non
balita, anak pra sekolah sehat 13. Pemberian injeksi intra medis P2 kusta
dan sakit muscular
10. Pelayanan KB ( kondom, 14.Pemberian injeksi subkutan ISPA
Pil, Suntik, Implant, IUD) 15.Sterilisasi alat 1. Deteksi dini ISPA
11.Pelayanan Pap Smear 2. Penatalaksanaan ISPA
12. Pelayanan IVA H. Pelayanan kefarmasian 3. Pencatatan dan
13. Pelayanan KTP 1. Penerimaan dan pengkajian pelaporan ISPA
14. Pencegahan infeksi resep 4. Inventarisasi bhp medis dan
15. Pencatatan dan pelaporan 2. Peracikan dan penyerahan non medis P2 ISPA
pelayanan KIA-KB obat 5. Penyimpanan BHP P2 ISPA
16. Pengelolaan bhp medis poli 3. Pelayanan informasi obat
KIA/KB 4. Penanganan obat rusak dan Diare
kadaluarsa 1.Penatalaksanaan Diare
E. Pelayanan Gizi Masyarakat 5. Pencatatan dan penyimpanan 2.Pencatatan dan pelaporan
1. Penimbangan balita resep petugas program diare
2. Pengukuran tinggi badan dan 6. Pelayanan informasi obat 3.Inventaris bhp medis dan non
atau panjang badan 7. Penerimaan dan penyimpanan medis P2 diare
3. Prosedur tata laksana gizi obat di apotek
buruk 8. Konseling obat DBD
4. Penilaian status gizi balita 9. Visite farmasi dan 1. Penatalaksanaan DBD
5. Penyuluhan gizi pemantauan terapi obat 2. Pencatatan dan pelaporan
6. Pengelolaan PMT Pemulihan 10. Pencatatan dan pelaporan 3.Pelaksanaan Penyelidikan
7. Pengelolaan PMT Penyuluhn petugas di apotek Epidemiologi DBD
8. Pemberian Kapsul Vit. A 11. Inventarisasi bhp medis dan 4. Inventaris bhp medis P2 DBD
9. Pemberian Tablet Fe non medis apotek Surveilance
10.Pelacakan Balita Gizi Buruk 1. Penyelidikan epidemiologi
11.Monitoring Garam Beryodium Gudang Obat KLB
12.Pemetaan Kadarzi 1. Penerimaan obat di gudang 2. Penanggulangan KLB
13.Konseling Gizi dan laktasi obat 3. Pencatatan dan pelaporan
14.Pencatatan dan pelaporan 2. Pendistribusian obat kegiatan surveilance
program gizi 3. Penyimpanan gudang obat 3. Inventarisasi bhp non medis
15.Inventarisasi barang gizi 4. Pencatatan dan pelaporan surveilance
16.Evaluasi program gizi petugas gudang obat
5. Inventarisasi bhp medis dan Imunisasi
Pelayanan Gizi di Puskesmas non medis gudang obat 1. Pelayanan imunisasi
rawat inap, ditambah: 2. Penyimpanan bhp medis
1. Asuhan gizi di ruang rawat H.Pelayanan Laboratorium imunisasi
inap untuk pasien dengan diet 1. Alur laboratorium 3. Pencatatan dan pelaporan
biasa 2. Pengambilan sampel imunisasi
2. Asuhan gizi di ruang rawat darah, urine, tinja dan cairan 4. Inventarisasi bhp medis dan
inap untuk pasien dengan diet tubuh non medis Imunisasi
khusus 3. Pengambilan sample 5. Pemeliharaan lemari dingin
sputum, fiksasi, pengecatan, 6. Penyimpanan vaksin
SOP Pencegahan dan 4. Pengambilan sample
Pengendalian Infeksi: Morbus Hansen M. Perkesmas
1. Kebersihan Tangan 5. Pemeriksaan darah 1. Pelayanan Perkesmas
2. Penggunaan Alat Pelindung 6. Pemeriksaan urine 2. Pencatatan dan Pelaporan
15
7. Pemeriksaan tinja Perkesmas/Askep
8. Cuci tangan 3. Inventarisasi bhp medis dan
9. Sterilisasi alat non medis Perkesmas
10. Pembacaan,pencatatan
dan pelaporan hasil N. Kesehatan Jiwa
pemeriksaan 1.Pelayanan ganggguan jiwa
11. Pengawasan mutu internal 1.Pencatatan dan pelaporan
dan eksternal kesehatan jiwa
2.Inventarisasi bhp non medis
Pelayanan laboratorium di kesehatan jiwa
Puskesmas rawat inap, ditambah:
1.Pemeriksaan kimia klinik O UKS DAN ARU
2.Pemeriksaan serologi 1.Pelayanan UKS dan ARU
2.Pencatatan dan pelaporan UKS
I. Manajemen Ketenagaan dan ARU
1. Penyelenggaraan administrasi
kepegawaian ( KP, KGB, DUK P. UKS
dll) 1.
Penjaringan Siswa Baru
2. Susunan/peta jabatan 2.
Penyuluhan Siswa
( structural dan fungsional) 3.
Pembinaan Guru
3. Memelihara file kepegawaian 4.
Pencatatan dan pelaporan
4. Monografi Ketenagaan UKS Pengelolaan BHP UKS
Diri ( APD) 5. Menghitung kebutuhan diklat 5. ARU :
3. Penggunaan Peralatan 6. Rekapitulasi daftar hadir 6. Pelayanan Kesehatan Remaja
Perawatan Pasien sekolah
4. Pengendalian Lingkungan J. Manajemen Keuangan 7. Pelayanan Kesehatan Remaja
5. Pemrosesan peralatan pasien 1. Pembuatan RUK dan RPK tidak sekolah
dan penatalaksanaan linen L.Tata Usaha 8. Pelayanan Kesehatan
6. Kesehatan 1. Surat masuk Reproduksi Remaja
karyawan/perlindungan 2. Pencatatan dan penyimpanan 9. Pelayanan KTA
petugas kesehatan surat masuk 10. Pelayanan Kesehatan Usila
7. Penempatan pasien 3. Surat keluar 11. Pengelolaan BHP ARU
8. Higiene respirasi/etika batuk 4. Pencatatan dan penyimpanan 2.
9. Praktek menyuntik yang aman surat keluar
10.Pengelolaan Limbah Medis 5. KIR dokter (surat keterangan
dan Non Medis sehat)
6. Pencatatan KIR dokter
16
6. Pasien rujukan harus disertai dengan informasi alasan rujukan
7. Sasaran Mutu: pengambilan rekam medis pasien tidak lebih dari 5 menit.
17
Diagnosis penyakit dimasukkan ke dalam klasifikasi kode ICD-10,yaitu ICD-10/KIP-10 (
International Statistical Classification of Dieseas and Related Health Problems) sesuai dengan
Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 50/MENKES/SK/1998 tentang Klasifikasi
Statistik Internasional Mengenai Penyakit Revisi Kesepuluh (ICD-X). Berikut rincian Klasifikasi
menurut ICD-X ( rincian kode terdapat pada lampiran 18)
1. Jenis Pencatatan dan Pelaporan Puskesmas Rawat Jalan Berdasarkan Jenis Pelayanannya
No Standar Pencatatan Penil Standar Pelaporan Visualisasi Data
aian
Ada/t
idak
A Manajemen dan Administrasi
1. Notulen rapat/mini lokakarya Pengelolaan pengaduan dan 1. Data cakupan kegiatan
bulanan, tribulan rencana tindak lanjut pokok tahun lalu dan
2. Rencana Pelaksanaan Kegiatan visualisasi dalam
3. Analisa data 10 penyakit bentuk PWS, grafik dll
potensial KLB 2. Data 10 penyakit
4. Pencatatan pengaduan terbanyak
3. Data 10 penyakit
potensial LB
4. Peta daerah rawan
bencana
B Sumber daya
1 Ketenagaan
1. Daftar hadir pegawai 1. Laporan retribusi 1. Struktur organisasi
2. Data bulanan karyawan/karyawati Puskesmas UPTD
Puskesmas 2. Lap. realisasi 2. Rencana Kerja
3. Daftar atau catatan kepegawaian penerimaan dan Pengembangan Pegawai
karyawan Puskesmas persediaan benda
4. Penilaian DP3 berharga
5. File Kepegawaian 3. Laporan pelayanan di
6. Simpeg dan DUK Puskesmas
7. Buku tunggu ( KP, KGB, Pensiun) 4. Laporan absensi PNS
8. Buku register cuti tingkat Puskesmas
9. Arsip surat 5. Laporan rekapitulasi
10. Rencana Kebutuhan tenaga absen
11. Rencana Pendidikan 6. Laporan kepesertaan,
12. Pedoman penilaian untuk pelayanan kesehatan dan
pejabat pendanaan peserta
13. DP3 untuk setiap pegawai Jamkesmas di
14. Uraian tugas dan tanggung Puskesmas
jawab setiap petugas 7. Laporan jumlah, asal
15. Rencana kerja bulanan bagi dan jenis penanganan
setiap petugas sesuai dengan keluhan peserta
tugas, wewenang dan tanggung Jamkesmas di
jawab Puskesmas
16. Rencana kerja/program kerja 8. Laporan keuangan
18
dan rencana pengembangan program Jamkesmas.
pegawai 9. Laporan data kunjungan
Puskesmas
10. Laporan realisasi
penerimaan dan
persediaan kwitansi
biaya Pelayanan
puskesmas.
11. Laporan Askes
12. Laporan pelaksanaan
kegiatan program
Jamkesmas
13. Laporan kematian
Puskesmas
14. Laporan rekapitulasi
absen
Jumlah
2 Keuangan
a Bendahara Penerimaan
1. Perda/Perbup tarif 1. Laporan keadaan kas
2. Buku kas umum ( bend 10) (LKK)(Bend 25)
3. Buku Bend 16 (penerimaan per 2. Laporan persediaan
jenis) benda berharga (DPD II
4. Buku Bend 26 (penerimaan 74)
harian) 3. Laporan harian
5. Surat Tanda Setor ( STS) penerimaan (DPD II 62)
6. Buku kas bantu per kode 4. Laporan pelayanan
rekening (Bend 12) kesehatan program
Jamkesmas :Format
PPKIA, IB, IC
5. Laporan Pertanggung
Jawaban Fungsional
6. Buku rekap harian
7. Rincian per obyek
b Bendahara Pengeluaran
1) Buku kas umum 1. Laporan keadaan kas
2) Buku kas bantu per kode rekening (LKK)(Bend 25)
(Bend 12) 2. Laporan Pertanggung
3) Buku Bendahara 15 (pajak) jawaban Askes dan
4) Buku panjar Jamkesmas
5) Bukti/tanda setoran retribusi ke 3. Laporan pemungutan
kasda penyetoran koordinator
pemungut
4. Buku rekap harian
5. Rincian per obyek
19
4 Obat obatan dan Upaya kefarmasian
1) Resep 1) Laporan kompilasi Data pelaksanaan pelayanan
2) Etiket peresepan Puskesmas kefarmasian di
3) Buku kunjungan resep 2) Laporan Pemakaian dan Puskesmas
4) Kartu stok obat Lembar Permintaan
5) Penerimaan dan Pemakaian sisa Obat( LPLPO)/
obat apotik 3) Laporan penggunaan
6) Catatan harian pemakaian obat narkotik dan psikotropik
(buku lidi) 4) Laporan pemakaian
7) Catatan penerimaan dan vaksin
pemakaian sisa obat apotik 5) Laporan triwulan
8) Catatan harian pendistribusian pelayanan kefarmasian
dan pemakaian obat pusling di di Puskesmas
obat Pustu, Polindes dan rawat 6) Laporan Obat Rusak
inap 7) Laporan Obat
9) Rekapitulasi jenis resep Kadaluarsa
gratis/bayar/Askes 8) Laporan Kesalahan
10) Pemantauan Terapi Obat di Pemberian Obat
Rawat Inap 9) Laporan Narkotika
11) Pncatatan Pelayanan Informasi 10) Laporan Psikotropika
obat dan Konseling obat & 11) Laporan Obat hilang
pelaksanaan pelayanan
kefarmasian di Puskesmas.
3 Upaya Pelayanan Kesehatan
3.1 Upaya Promosi Kesehatan
1. Buku kegiatan penyuluhan 1. Laporan tribulanan 1.Cakupan desa siaga aktif
kesehatan ( Promkes) Promosi Kesehatan per Desa 2.Cakupan
2. Format Pengukuran Tahapan 2. Laporan tahunan rumah tangga sehat per
Desa SiagaAktif dan Promosi Kesehatan & Desa
Rekapitulasinya Pemberdayaan 3.Cakupan Posyandu PURI
3. Form Kajian PHBS rumah Masyarakat (profil dan UKBM lainnya per
tangga dan rekapitulasinya Promkes Puskesmas) desa
4. Format pengukuran tingkat 4. Cakupan penyuluhan
perkembangan Posyandu dan kelompok di dalam
UKBM lainnya serta gedung dan diluar gedung
rekapitulasinya
5. Buku kegiatan pembinaan
Desa Siaga, Posyandu dan
UKBM lainnya
2 Upaya Kesehatan Lingkungan
Kualitas Air Minum Yang Laporan kualitas air minum 2. Cakupan kualitas air
Memenuhi Syarat. Memenuhi Syarat minum Memenuhi
Syarat
Penduduk Atau Rumah Tangga 1. Laporan penduduk atau 3. Cakupan penduduk atau
Dengan Akses Terhadap Fasilitas rumah tangga dengan rumah tangga dengan
Sanitasi Yang Layak (Jamban akses terhadap fasilitas akses terhadap fasilitas
Sehat) sanitasi yang layak sanitasi yang layak
(jamban sehat) di wilayah (jamban sehat) di
dan pada periode waktu wilayah dan pada
tertentu. periode waktu tertentu.
Desa Yang Melaksanakan Stbm 2. Laporan Desa yang 4. Cakupan Desa yang
melaksanakan STBM melaksanakan STBM
Rumah Yang Memenuhi Syarat 3. Laporan rumah yang 5. Cakupan rumah yang
dibina dibina
20
Wilayah Potensial Yang 5. Laporan daerah/wilayah 7. Cakupan daerah/wilayah
Melaksanakan Strategi Adaptasi potensial yang potensial yg melaksanakan
Dampak Kes. Akibat Perubahan melaksanakan strategi strategi adaptasi dampak
Iklim adaptasi dampak kesehatan akibat
kesehatan akibat perubahan iklim
perubahan iklim
Tempat Pengelolaan Makanan 8. Laporan : 8 . Cakupan :
(Tpm) Jumlah TPM Sehat Jumlah TPM Sehat
Jumlah TPM seluruhnya Jumlah TPM seluruhnya
Jumlah TPM yang dibina Jumlah TPM yang dibina
Jumlah TPM yang tidak Jumlah TPM yang tidak
memenuhi syarat hygiene memenuhi syarat hygiene
sanitasi sanitasi
Jumlah TPM yang diuji Jumlah TPM yang diuji
petik petik
3.2
Upaya Kesehatan Lingkungan
a. Formulir penilaian rumah : 1)Laporan sanitasi 1. Cakupan sanitasi
1) Komponen rumah perumahan lingkungan :
2) Sarana sanitasi 2)Laporan pengelolaan air 1) Sarana air bersih/
3) Perilaku penghuni limbah minum.
4) Binatang peliharaan 3)Laporan klinik sanitasi 2) Sanitasi dasar (air
b. Formulir pengelolaan limbah 4)Laporan pengelolaan TPM limbah, sampah,jamban)
padat dan cair : 5)Laporan kepadatan lalat 3) Penggunaan bahan kimia
c. Register pengelolaan limbah 6)Laporan hasil pemeriksaan 4) Ternak/hewan peliharaan
padat dan cair. higiene sanitasi Institusi 5) Sumber pencemaran di
d. Register kegiatan klinik sanitasi 7)Laporan hasil pemeriksaan sekitar rumah
e. Register hasil pembinaan higiene sanitasi Tempat-
/Pengawasan higiene sanitasi Tempat Umum ( TTU) 2. Cakupan sarana
Tempat Pengelolaan Makanan 8)Laporan hasil pemeriksaan pengelolaan limbah yang
(TPM). sampel Makanan. memenuhi syarat:
f. Register pemeriksaan sanitasi 9)Laporan akses air bersih. 1) Manajemen pengelolaan
institusi 10) Laporan hasil limbah
g. Register TTU inspeksi sanitasi sarana air 2) Jenis limbah yang dihasilkan
h. Register pemeriksaan sampel Bersih. Pengelolaan Limbah padat dan
makanan 11) Laporan cair
i. Register akses air bersih pemeriksaan sampel air
j. Register inspeksi 12) Laporan kegiatan
k. Register pemeriksaan sampel higiene sanitasi
air pemukiman
l. Register kepemilikan jamban 13) Laporan
m. Formulir program penyehatan kepemilikan jamban
lingkungan 14) Laporan 10
penyakit berbasis
lingkungan.
15) Laporan monitoring
pengelolaan limbah cair
dan padat sarana
pelayanan kesehatan
3.3 Upaya Pelayanan Kesehatan Ibu dan Anak serta KB
3.3.1 Upaya pelayanan kesehatan Ibu
1) Kartu ibu 1) PWS-KIA (Ibu) 1) Cakupan K1
2) Formulir partograf 2) LB3KIA(Lap. Bulanan 2) Cakupan Kunjungan Ibu
3) Buku KIA KIA) Hamil K4
4) Register Kohort ibu 3) Laporan sarana prasarana 3) Cakupan ibu hamil
5) Form pelacakan kematian maternal B1,B2,B3 dengan komplikasi
(OVM) 4) Laporan kematian Ibu kebidanan yang
5) Laporan Penggunaan buku ditangani
KIA 4) Cakupan pertolongan
6) Laporan Pelaksanaan persalinan oleh tenaga
Kelasi bu hamil kesehatan yang memiliki
7) Laporan P4K kompetensi kebidanan
5) Cakupan pelayanan ibu
nifas
3.3.2 Upaya Pelayanan Kesehatan Anak
1) Kartu anak 1) Laporan buku KIA 1) Cakupan Kunjungan
2) Formulir MTBM dan MTBS 2) Laporan kematian bayi Neonatal KN-1
3) Buku KIA dan balita. 2) Cakupan Pelayanan
21
4) Register kohort bayi 3) PWS-KIA ( Anak ) Neonatal (KN Lengkap)
5) Register kohort anak balita 4) LB3KIA 3) Cakupan neonatal dengan
6) Register kohort anak prasekolah 5) Laporan kegiatan komplikasi yang
7) Register penyimpangan tumbuh kesehatan remaja. ditangani
kembang 6) Laporan bulanan program 4) Cakupan kunjungan Bayi
8) Form pelacakan kematian perinatal Kesehatan anak usia 5) Cakupan pelayanan anak
(OVP) sekolah balita
9) Register anak usia Sekolah 12) Laporan kesehatan anak 6) Cakupan pelayanan anak
10) Formulir skrining anak usia terlantar pra sekolah
Sekolah 13) Laporan anak tingkat 7) Cakupan anak usia
Kabupaten sekolah
14) Laporan anak SLB 8) Cakupan remaja yang
(khusus) dilayani
3.3.3 Upaya Pelayanan Keluarga Berencana
1) Kartu status KB (K1) 1) LB3 USUB (laporan 1) Cakupan peserta Keluarga
2) Kartu peserta KB (K4) bulanan Usia Subur ) Berencana aktif
3) Register kohort KB 2) PWS KB 2)Cakupan ibu hamil ANC
4) Register alat & obat kontrasepsi 3) Laporan PMTCT (PPIA) yang mendapat konseling
PMTCT
3.4 Upaya Perbaikan Gizi Masyarakat
1. Hasil kegiatan operasi timbang. 1. LB 3 gizi Puskesmas 1. Balok SKDN
2. Register bayi 2. Laporan Kasus gizi buruk 2. Peta Kadarzi
3. Register anak balita 3. SKDN 3. Cakupan Vit. A
4. Register balita gizi buruk 4. Pemberian Kapsul Vit. A 4. Cakupan Fe
5. F1/Rekapitulasi hasil penimbangan 5. Pemberian Tablet Fe 5. Prevalensi balita kurang
di posyandu 6. ASI-Eksklusif gizi./ BGM
6. F2 gizi/ Rekapitulasi hasil register 7. Kadarzi 6. Cakupan ASI-Eksklusif
penimbangan tk desa 8. Data BGM 7. Cakupan Garam
7.LB3-Gizi Elektronik 9. Pemantauan Status Gizi Beryodium dan peta
8. Register Pemberian PMT-P Balita 10. Monitoring Garam Desa Baik dan Tidak
Gizi Buruk dan atau Bumil KEK Beryodium Baik
11. Laporan pemberian PMT-
P Balita GiziBuruk dan atau
Bumil KEK
5 Upaya Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit
5.1 Upaya Pencegahan Penyakit
1) Surveillance
1) Register SBM 1) Laporan Sistem Surveilans 1. Cakupan desa/kelurahan
2) Register rawat jalan (Penyakit Terpadu (Lap. SST) mengalami KLB
potensial wabah) 2) Laporan kader (Form ( Kejadian Luar Biasa)
SBM/Surveilence Berbasis yang dilakukan
Masy) penyelidikan
3) Laporan mingguan wabah epidemiologi dalam
(W2PU) waktu <24 jam
4) Laporan bulanan 2. Penemuan dan
Surveillance Terpadu penanganan pasien baru
penyakit berbasis TB BTA positif
Puskesmas. 3. Angka penjaringan
5) Laporan KLB (W1) bila suspek penderita TB
ada KLB paru
4. Angka keberhasilan
pengobatan pasien baru
BTA positif
5. Penemuan kasus
filariasis
2) Imunisasi
1) Buku stok vaksin 1) Laporan imunisasi 1. Cakupan desa/kelurahan
2) Buku grafik suhu 2) Laporan hasil pencapaian Univrsal Child
3) Register kohort ibu, bayi UCI Imunization
4) Laporan uniject rusak 3) Laporan cakupan imunisasi (UCI)
5) Form pelaporan kejadian ikutan BIAS Puskesmas. 2. Imunisasi dasar lengkap
pasca imunisasi. 4) Laporan penerimaan & pada bayi usia <1 tahun
pengiriman vaksin HB (BCG 1 kali, DPT-HB 3
Uniject kali, Polio 4 kali,
5) Laporan imunisasi HB Campak 1 kali) ditambah
uniject perlindungan dini
6) Hasil kegiatan skrining dan imunisasi Hepatitis B <
imunisasi TT WUS per 7 hari
desa/kelurahan
b Upaya Pemberantasan Penyakit
1)Tuberculosis
1. Kartu pengobatan pasien TB 1) Laporan bulanan via sms 1. Angka penjaringan
(TB01) (INPRES NO 3/2010) suspek TB
22
2. Kartu penderita TB (TB02) 2) Laporan tribulan ke Dinkes 2. Angka keberhasilan
3. Register pasien TB di Kab/Kota (TB 03 UPK) pengobatan (sukses rate)
Fasyankes (TB o3 UPK) 3) Laporan hasil pengiriman 3. Jumlah pasien BTA +
4. Daftar suspek diperiksa dahak pemantapan mutu eksternal baru diantara semua
SPS (Register TB06) (PME) /Cross check (TB pasien TB tercatat dalam
5. Form rujukan pasien pindah 12) 1 (satu tribulan/ satu
(TB 09) tahun)
6. Form hasil akhir pengobatan
pasien pindah (TB 10)
2) Kusta
1) Kartu penderita 1) Register kohort penderita 4. Angka kesembuhan
2) Register (kohort penderita kusta tipe PB (fotokopi tiap penderita Kusta PB
kusta tipe PB/tipe MB 3 bulan) 5. Angka kesembuhan
3) Form POD 2) Register kohort penderita penderita Kusta MB
4) Form pengobatan 23rednisone kusta tipe MB (fotokopi
tiap 3 bulan)
3) ISPA
1) Register ISPA 1) Laporan bulanan penemuan Angka cakupan penemuan
2) Form MTBS atau form penderita pneumoni balita penderita pneumoni balita
stemstempel pneumoni balita
4) IVD (Infeksi Virus Dengue)
1) Buku catatan pasien 1) W1 (KLB) 1. Penemuan kasus suspek
penderita IVD 2) W2 (Mingguan KLB) penderita IVD (Infeksi
2) Stratifikasi desa 3) Laporan rujukan pasien Virus Dengue) yang
3) Distribusi penderita per desa ( SO) dirujuk
4) Grafik rata rata jumlah pasien 4) Hasil pemeriksaan jentik 2. Cakupan penanganan
5) Grafik pola penderita IVD penderita IVD
6) PWS vector DBD 3. Angka Bebas Jentik
5) Malaria
1) Form pengiriman SD 1) Laporan bulanan kegiatan API (Annual Paracite Index)
ut.pemerik.ulang di P2 Malaria
lab.Mal.Jatim 2) LB penemuan dan
2) Daftar Penyebaran Penderita pengobatan penderita
Malaria malaria
3) Register penderita Malaria 3) Laporan bulanan
Laboratorium lapangan
6) Diare
Register Diare 1) Laporan bulanan kasus 1) Angka cakupan pelayanan
penderita diare penderita diare
2) Laporan kematian 2) Angka penggunaan oralit
penderita diare dan zinc
3) Laporan KLB kasus diare 3) Angka GFR pada kasus
KLB diare
7) Rabies
Register kasus gigitan hewan Laporan bulanan kegiatan P2 1) Data penemuan kasus
tersangka rabies Rabies ( Kasus gigitan hewan gigitan HPR
tersangka rabies). 2) Data penatalaksanaan
kasus gigitan ( pencucian
luka )
3) Pemberian VAR
8) HIV/AIDS/IMS
Register ( jika ada kasus) 1) Surveilans penderita AIDS 1) Kasus IMS
(form AIDS 1) 2) Kasus HIV/AIDS
2) Laporan bulanan penderita
yang berkunjung ke klinik
Infeksi Menular Seksual
(IMS)
3) Laporan bulanan penderita
IMS yang diobati
berdasarkan diagnosis
program pengobatan
Infeksi Menular Seksual.
9)Penyakit tidak menular
1) Register rawat jalan 1) Jumlah Kasus dan
2) Laporan Posbindu PTM Kematian Penyakit Tidak
3) Register deteksi dini kanker Menular Menurut Jenis
payudara dan leher rahim Kelamin dan Umur(Form
STP).
2) Form Faktor Resiko PTM
dan Form PTM ( bagi
Puskesmas yang sudah
terbentuk Posbindu PTM)
3) Form F rekapitulasi deteksi
23
dini kanker payudara dan
leher rahim ( bagi
puskesmas pilot project)
24
5) Lap. LB 1 (lap. bulanan
data kesakitan)
6) Laporan bulanan rujukan
Puskesmas ke Rumah
Sakit.
2 Jenis Pencatatan dan Pelaporan Puskesmas Rawat Inap dengan PONED berdasarkan jenis pelayanan
Sama dengan Puskesmas rawat inap dengan penambahan:
No Kelengkapan dokumen
Pencatatan Pelaporan Data
1 Upaya Kesehatan Ibu dan Anak
1. Format AMP
2. KMS ibu hamil/buku KIA;
3. Pencatatan dalam Sistim Informasi
Manajemen Puskesmas (SP2TP)
4. Form Rujukan Maternal dan Neonatal
(Form R)
5. Form otopsi verbal maternal dan
neonatal (Form OM dan OP)
2 Upaya pengobatan di rawat inap
1.Rekam Medik 1. Laporan jumlah dirawat 2. Grafik kunjungan rawat
2. Asuhan keperawatan inap
3. Jumlah pasien masuk
4. Jumlah pasien keluar
hidup
5. Jumlah pasien keluar
mati
6. Jumlah pasien mati<48
jam
7. Jumlah lama dirawat
8. Jumlah hari perawatan
25
1. Poliklinik, Puskesmas Pembantu, Polindes, dan Ponkesdes setiap bulan membuat
laporan rutin ke Puskesmas dan diteruskan ke Dinas Kesehatan Kabupaten /Kota.
2. Laporan kejadian luar biasa/wabah dilaporkan ke Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota
dalam waktu 1x24 jam.
3. Puskesmas mengirimkan laporan bulanan ke Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota paling
lambat tanggal 5 bulan berikutnya.
4. Puskesmas mengirimkan laporan tribulanan ke Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota paling
lambat tanggal 5 bulan berikutnya.
5. Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota melakukan pengolahan/rekapitulasi laporan dari
Puskesmas serta menyusun laporan dan menginformasikannya ke Dinas Kesehatan
Provinsi.
1.1.16. Perencanaan
Perencanaan adalah suatu proses kegiatan yang urut yang harus dilakukan untuk
mengatasi masalah kesehatan di wilayah kerja Puskesmas dalam rangka mencapai tujuan yang
telah ditentukan dengan memanfaatkan sumber daya yang tersedia secara berhasil guna dan
berdaya guna
a. Perencanaan dibuat setiap tahun dan diberikan indikator kinerja untuk menilai pelaksanaan
kegiatan.
b. Setiap awal tahun Puskesmas membuat perencanaan terlebih dahulu dan kegiatan pelayanan
kesehatan yang dilakukan sesuai dengan rencana kegiatan yang telah dibuat.
c. Perencanaan disusun meliputi upaya kesehatan wajib, upaya kesehatan pengembangan dan
upaya inovatif baik terkait dengan pencapaian target maupun mutu Puskesmas.
d. Perencanaan kegiatan disampaikan pada mikroplanning di Puskesmas yang kemudian
menjadi perencanaan tingkat Puskesmas yang meliputi persiapan, analisis situasi, Rencana
Usulan Kegiatan (RUK), Rencana Pelaksanaan Kegiatan (RPK) atau Plan Of Action (POA).
e. Penyelenggaraan Perencanaan Tingkat Puskesmas mengacu pada buku Pedoman Perencanaan
Tingkat Puskesmas Depkes RI tahun 2006
Tahapan Perencanaan Tingkat Puskesmas:
1. Tahap Persiapan
2. Tahap Analisa Situasi
3. Tahap Penyusunan Rencana Usulan Kegiatan
4. Tahap Penyusunan Rencana Pelaksanaan Kegiatan
1. Tahap Persiapan
Puskesmas mempersiapkan :
a) Tim Penyusun Perencanaan Tingkat Puskesmas ( PTP) dengan anggota pemegang program
di Puskesmas
b) Sosialisasi Pedoman Perencanaan Tingkat Puskesmas ( PTP) oleh Kepala Puskesmas
c) Pedoman yang harus dipelajari: Kebijakan dan pengarahan Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota dan Kementerian Kesehatan
2. Tahap Analisa Situasi
Tujuan: memperoleh informasi mengenai keadaan dan permasalahan yang dihadapi
Puskesmas melalui analisa data umum dan data khusus yang sudah dikumpulkan ( lihat
lampiran..)
3. Tahap Penyusunan Rencana Usulan Kegiatan ( RUK)
Tujuan:
a) Mempertahankan kegiatan yang sudah dicapai pada periode sebelumnya dan memperbaiki
program yang masih bermasalah
b) Menyusun rencana kegiatan baru yang disesuaikan dengan kondisi kesehatan di wilayah
tersebut dengan kemampuan Puskesmas
Langkah RUK:
a) Analisa Masalah, dengan tahapan:
1) Identifikasi Masalah
2) Menetapkan urutan prioritas masalah
3) Merumuskan masalah
4) Mencari akar penyebab masalah
5) Menetapkan cara-cara pemecahan masalah
b) Penyusunan RUK Upaya Kesehatan Wajib dan Upaya Kesehatan Pengembangan, meliputi:
1) Kegiatan tahun yad ( kegiatan rutin, sarana/prasarana, operasional dan program hasil
analisis masalah)
2) Kebutuhan Sumber Daya, berdasarkan ketersediaan sumberdaya yang ada pada tahun
ini
3) Rekapitulasi RUK dan sumber daya yang dibutuhkan ke dalam format RUK
Pusksemas
4. Tahap Penyusunan Rencana Pelaksanaan Kegiatan (RPK)
Langkah Penyusunan RPK:
a) Mempelajari alokasi kegiatan dan biaya yang sudah disetujui
26
b) Membandingkan aklokasi yang sudah disetujui dengan RUK yang diusulkan dan situasi
pada saat penyusunan RPK
c) Menyusun rancangan awal, rincian dan volume kegiatan yang akan dilaksanakan serta
sumber daya pendukung menurut bulan dan lokasi pelaksanaan
d) Mengadakan lokakarya mini tahunan untuk membahas kesepakatan RPK
e) Membuat RPK yang telah disusun dalam bentuk matriks
27
1 Tujuan 1. Dibahas dan dipecahkan secara 1. Mendapatkan kesepakatan
bersama lintas sektoral masalah rencana kerja lintas sektoral
dan hambatan yang dihadapi dalam membina dan
2. Tersusunnya rencana kerja mengembangkan peran serta
tribulan berikutnya masyarakat dalam bidang
kesehatan
2. Mengkaji hasil kegiatan
kerjasama lintas sektoral
3. Tersusunnya rencana kerja
tribulan berikutnya
2 Pelaksanaan Tribulan I Teratur, setiap 3 ( tiga) bulan
3 Penyelenggara Camat dan Puskesmas , dibantu sektor terkait di Kecamatan
4 Dipimpin Camat
5 Peserta 1. Dinas Kesehatan Kab/Kota
2. Tim Penggerak PKK Kecamatan
3. Puskesmas di wilayah kecamatan
4. Staf Kecamatan ( Sekcam, Unit terkait)
5. Lintas Sektor :Pertanian, Agama, Pendidikan, Sosial,BKKBN
6. Lembaga Kemasyarakatan ( TP PKK Kecamatan, BPP/BPKM/Konsil
Kesehatan Kecamatan
6 Persiapan 1. Membuat visualisasi hasil kegiatan yang mudah dipahami lintas
Puskesmas sektor, contoh: PWS
2. Catatan hasil kesepakatan yang lalu dan instruksi/surat yang
berhubungan dengan peran serta masyarakat yang berkaitan dengan
sector kesehatan
3. Membuat undangan lokakarya, ditanda tangani camat.
4. Membuat notulen lokakarya
7 Masukan 1. Penggalangan Tim dalam 1. Laporan kegiatan pelaksanaan
bentuk dinamika kelompok program kesehatan dan
2. Informasi tentang program dukungan sektor terkait
lintas sektor 2. Inventarisasi masalah/hambatan
3. Informasi tentang program dari masing masing sector
kesehatan dalam pelaksanaan program
4. Informasi tentang kebijakan, kesehatan
program dan konsep baru 3. Pemberian informasi baru
8 Proses 1. Inventarisasi peran bantu 1. Analisis hambatan dan masalah
masing-masing sektor program kesehatan
2. Analisis masalah peran bantu 2. Analisis hambatan dan masalah
dari masing-masing sektor dukungan dari masing
3. Pembagian peran dan tugas 3. Merumuskan cara pemecahan
masing-masing sektor masalah masing sektor
4. Menyusun rencana kerja dan
menyepakati kegiatan untuk
tribulan baru
9 Keluaran 1. Kesepakatan tertulis lintas 1. Rencana kerja tribulan yang
sektor terkait dalam baru
mendukung program kesehatan 2. Kesepakatan bersama
2. Rencana kegiatan masing
masing sektor
2.2.Manajemen mutu
Manajemen mutu adalah pendekatan manajemen yang merupakan suatu sistem yang
terstruktur untuk menciptakan partisipasi menyeluruh di seluruh jajaran Puskesmas dalam
merencanakan dan melaksanakan fungsi Puskesmas agar sesuai dengan standar
Pengendalian Mutu Puskesmas
Puskesmas mempunyai program peningkatan mutu internal dan eksternal, untuk mengevaluasi
seluruh kegiatan yang berkaitan dengan pelayanan kesehatan yang diberikan. Program peningkatan
mutu dilakukan dengan memantau Indek Kepuasan Masyarakat, dengan cara wawancara/kuesioner
dengan staf dan pelanggan.
2.2.1. Pembentukan Tim Jaminan Mutu
Berdasarkan Surat Keputusan kepala organisasi pelayanan kesehatan dan mendapat
dukunghan dari kepala organisasi tersebut dan petugas lainnya. Tim Jaminan Mutu dapat terdiri
dari sub-tim yang mempunyai fungsi tertentu: sub-tim pembuatan standar, sub-tim pelaksanaan
dan sub-tim penilaian kepatuhan terhadap standar dan evaluasi.Tim Jaminan Mutu harus
mendapatkan pelatihan tentang jaminan mutu. Jumlah anggota tim atau sub-tim dapat berkisar
4-5 orang
Tugas dan fungsi Tim Mutu Puskesmas:
1. Mewujudkan perubahan dalam organisasi untuk terlaksananya manajemen mutu
kab/kota
2 Menggerakkan sumber daya yang ada untuk terwujudnya perencanaan mutu
28
3. Memanfaatkan sumber daya yang dimiliki untuk terwujudnya perencanaan mutu
kab/kota
4. Menerapkan langkah, metode dan teknologi QA, terintegrasi dalam sistem manajemen
kab/kota
5. Melakukan supervisi dan dukungan terhadap pelaksanaan jaminan mutu
6. Melakukan coaching dalam memberdayakan Puskesmas dalam cahan masalah dengan
pendekatan tim
7. Memfasilitasi penggalangan dan pembinaan tim jaminan mutu serta penumbuhan dan
pengembangan budaya mutu di manajemen kab/kota
8. Melakukan pemantauan mutu Puskesmas dengan :
a) Survey Indek Kepuasan Masyarakat dan Indek Kepuasan Masyarakat
b) Prosedur pengelolaan pengaduan pengguna layanan
c) Pemantauan Pencegahan Dan Pengendalian Infeksi
29
12. Kepastian jadwal pelayanan, yaitu pelaksanaan waktu pelayanan, sesuai dengan
ketentuan yang telah ditetapkan
13. Kenyamanan lingkungan, yaitu kondisi sarana dan prasarana pelayanan yang bersih,
rapi dan teratur sehingga dapat memberikan rasa nyaman kepada penerima layanan
14. Keamanan pelayanan, yaitu terjaminnya tingkat keamanan lingkungan unit
penyelenggara pelayanan ataupun sarana yang digunakan, sehingga masyarakat
merasa tenang untuk mendapatkan pelayanan terhadap resiko- resiko yang
diakibatkan dari pelaksanaan pelayanan
30
Sikat halus untuk tangan
Sabun/cair
Larutan antiseptik
Lap tangan
Petugas tampak mencuci
tangan dan mengeringkan
tangan
Melepas sarung tangan setelah
kontak dengan pasien
31
Tabel 2.6. Daftar Kewaspadaan Standar
1. Kebersihan Kuku harus selalu terpotong pendek, tidak memakai perhiasan dan tidak
tangan boleh memakai kuku palsu, saat merawat pasien.
Cuci tangan dengan sabun dan air mengalir harus dilakukan dengan 6
langkah pada saat:
- Sebelum dan setelah melepas sarung tangan
- Sebelum tindakan aseptis: pemasangan kateter i.v, kateter urin dan vaskuler
perifer
- Sebelum dan setelah kontak langsung dengan kulit pasien saat merawat
- Bila tangan beralih dari area tubuh terkontaminasi menuju area bersih,
termasuk perawatan pasien yang sama
- Setelah menyentuh darah, cairan tubuh, sekresi, ekskresi, kulit yang tidak
utuh, ganti verband, walaupun telah memakai sarung tangan
- Bila tangan tampak kotor, mengandung bahan berprotein, cairan tubuh, cuci
tangan dengan sabun biasa/antimikroba dengan air mengalir
- Setelah kontak dengan lingkungan dan benda mati (alat medik, tempat tidur,
meja, saklar lampu) di area pasien
- Setelah makan, minum, menggunakan toilet
- setelah menyentuh cairan tubuh pasien
- bila kontak dengan diduga spora, karena alkohol, klorhexidin, iodofor
aktifitasnya lemah terhadap spora
- Sebelum keluar ruangan pasien, setelah melepas dan membuang APD
Cuci tangan bisa dilakukan dengan sabun dan air mengalir atau dengan
alkohol handrub. (Bila tangan tidak tampak kotor)
32
Permukaan peralatan yang besar (USG, X ray), di lap dengan cairan
disinfektan, setelah keluar dari ruangan isolasi meskipun tidak tampak kotor
Bersihkan dan disinfeksi yang benar peralatan terapi pernapasan terutama
setelah dipakai pasien infeksi saluran napas
Alat makan dicuci dengan detergen tiap setelah makan. Benda disposable
dibuang ketempat sampah
4.Pengendalian Fasilitas kesehatan harus membuat dan melaksanakan prosedur rutin untuk
lingkungan pembersihan, disinfeksi permukaan lingkungan, tempat tidur, peralatan
disamping tempat tidur dan pinggirannya, permukaan yang sering tersentuh
dan pastikan kegiatan ini dimonitor (diawasi secara rutin dan berkala)
Pembersihan harus mengawali disinfeksi. Benda dan permukaan tidak dapat
didisinfeksi sebelum dibersihkan dari bahan organik (ekskresi, sekresi pasien,
kotoran).(10 )
Pembersihan ditujukan untuk mencegah aerosolisasi, sehingga menurunkan
pencemaran lingkungan.
Fasilitas kesehatan harus mempunyai disinfektan standar untuk
menghilangkan patogen secara signifikan, pada permukaan terkontaminasi,
sehingga memutuskan rantai penularan penyakit. Disinfeksi adalah
membunuh secara fisikal dan kimiawi mikroorganisme tidak termasuk spora
Pembersihan harus mengawali disinfeksi. Benda dan permukaan tidak dapat
didisinfeksi sebelum dibersihkan dari bahan organik (ekskresi, sekresi pasien,
kotoran). Pembersihan ditujukan untuk mencegah aerosolisasi, menurunkan
pencemaran lingkungan.
Disinfektan yang biasa dipakai :
Na hipoklorit (pemutih), alkohol, komponen fenol, komponen ammonium
quarternary, komponen peroksigen. Ikuti aturan pakai pabrik cairan disinfektan,
waktu kontak, dan cara pengencerannya
Pembersihan area sekitar pasien:
Pembersihan permukaan horisontal sekitar pasien harus dilakukan secara
rutin setiap hari dan lebih teliti setiap pasien pulang
Untuk mencegah aerosolisasi patogen infeksi saluran napas, hindari sapu,
tapi gunakan cara basah (kain basah)
Ganti cairan pembersih, lap kain, kepala mop setelah dipakai
(terkontaminasi)
Peralatan pembersih harus dibersihkan, dikeringkan tiap kali setelah pakai.
Mop dicuci, dikeringkan tiap hari sebelum disimpan dan dipakai kembali.
Untuk mempermudah pembersihan bebaskan area pasien dari benda-
benda/peralatan yang tidak perlu
Jangan lakukan fogging dengan disinfektan, tidak terbukti mengendalikan
infeksi, dan bisa berbahaya
Pembersihan dapat dibantu dengan vacuum cleaner (pakai filter, HEPA).
Jangan memasang karpet
5.Penata Penanganan, transportasi dan proses linen yang terkena darah, cairan tubuh,
laksanaan Linen sekresi, ekskresi harus dilakukan dengan prosedur yang benar untuk mencegah
kulit, mukus membran terekspos dan terkontaminasi linen, atau terjadi transfer
mikroba ke pasien lain, petugas dan lingkungan
Buang terlebih dahulu kotoran (misal: feses), ke toilet dan letakkan linen dalam
kantong linen.
Hindari menyortir linen di ruang rawat pasien. Jangan memanipulasi linen
terkontaminasi untuk hindari kontaminasi terhadap udara, permukaan dan orang.
Cuci dan keringkan linen sesuai SOP. Dengan air panas 70oC, minimal 25 menit.
Bila dipakai suhu < 70oC pilih zat kimia yang sesuai.
Pastikan kantong tidak bocor dan lepas ikatan selama transportasi. Kantong
tidak perlu ganda.
Petugas yang menangani linen harus mengenakan APD yang sesuai
6. Kesehatan Setiap petugas harus waspada dalam bekerja, untuk mencegah terjadinya
karyawan luka/cedera saat menangani jarum, scalpel dan alat tajam lain, setelah
melakukan prosedur, saat membersihkan instrumen dan saat membuang
jarum
Seharusnya gunakan alat pengaman (safety devices) pada waktu menangani
jarum, scalpel, alat tajam lain
Jangan tutup/recap jarum yang telah dipakai, memanipulasi jarum dengan
tangan, menekuk jarum, mematahkan, melepas jarum dari spuit. Buang
jarum, spuit, pisau scalpel, dan peralatan tajam habis pakai kedalam wadah
tahan tusukan sebelum dibuang ke insenerator
33
Pakai mouthpiece, resusitasi bag atau peralatan ventilasi lain pengganti
metoda resusitasi mulut ke mulut
Jangan mengarahkan bagian tajam jarum ke bagian tubuh selain akan
menyuntik.
7.Penempatan Tempatkan pasien yang potensial mengkontaminasi lingkungan atau yang
Pasien tidak dapat diharapkan menjaga kebersihan kedalam ruang rawat yang
terpisah.
Bila ruang isolasi tidak memungkinkan, upayakan agar prinsip pemisahan
tetap terjadi.
Cara penempatan sesuai jenis kewaspadaan terhadap transmisi infeksi
8.Hygiene Kunci PPI adalah mengendalikan penyebaran patogen dari pasien yang terinfeksi
respirasi untuk transmisi kepada kontak yang tidak terlindungi. Untuk penyakit yang
/ Etika batuk ditransmisikan melalui droplet besar dan atau droplet nuklei maka etika batuk
harus diterapkan kepada semua individu dengan gejala gangguan pada saluran
napas.
Pasien, petugas, pengunjung dengan gejala infeksi saluran napas harus:
Menutup mulut dan hidung dengan lengan atas saat batuk atau bersin
Pakai tisu, saputangan, masker kain/medis bila tersedia, buang ke tempat
sampah (yang terlebih dahulu dilapisi kantong plastik) tertutup
Lakukan cuci tangan sesuai standar.
Manajemen fasilitas kesehatan/RS harus promosi higiene respirasi/etika batuk:
Promosi kepada semua petugas, pasien, keluarga dengan infeksi saluran
napas dengan demam
Edukasi petugas, pasien, keluarga, pengunjung akan pentingnya kandungan
aerosol dan sekresi dari saluran napas dalam mencegah transmisi penyakit
saluran napas
Menyediakan sarana untuk kebersihan tangan (alcohol handrub, wastafel-
antiseptik, tisu towel, terutama area tunggu harus diprioritaskan (10)
9. Praktek Pakai jarum yang steril, sekali pakai, tiap kali penyuntikan untuk mencegah
menyuntik yang kontaminasi pada peralatan injeksi dan terapi.
aman Bila memungkinkan gunakan juga vial sekali pakai walaupun multidose. Jarum
atau spuit yang dipakai ulang untuk mengambil obat dalam vial multidose dapat
menimbulkan kontaminasi mikroba yang dapat menyebar saat obat dipakai untuk
pasien lain
34
a. Aman dari ancaman bahaya aliran lahar, gelombang tsunami, longsor, pencemar
lingkungan. Bekas Tempat Pembuangan Akhir Sampah, bekas pertambangan, dan
dibawah SUTT dan SUTET.
b. Mudah dijangkau transportasi umum.
2. Halaman.
a. Batas yang jelas, dengan diber pagar yang kuat dan bersih untuk menjaga agar orang
atau binatang peliharaan tidak keluar masuk dengan bebas..
b. Tersedia penerangan pada malam hari.
c. Bersih, tidak ada genangan air.
d. Tempat parkir memadai dan bersih
e. Tersedia taman yang terpelihara dan rapi.
f. Tersedia Tempat penampungan sementara sampah
g. Lingkungan Puskesmas harus merupakan kawasan bebas asap rokok
3. Lahan
a. Luas lahan untuk bangunan tidak bertingkat minimal 1,5 kali luas bangunan. Luas
lahan untuk bangunan bertingkat minimal 2 kali luas bangunan lantai dasar
b. Kontur lahan dalam kondisi datar, tidak ada kemiringan yang ekstrim
4. Area pelayanan
a. Pelayanan darurat letaknya harus menjamin kecepatan akses dan mempunyai pintu
masuk yang terpisah
b. Pelayanan administrasi,kantor administrasi umum hendaknya berdekatan dengan
pintu utama Puskesmas
c. Pelayanan persalinan terletak dan dirancang untuk mencegah lalu lintas aktivitas
yang tidak berhubungan. Ruang persalinan hendaknya tidak bising dan bersih. Ruang
persalinan hendaknya terpisah, tetapi mempunyai akses yang cepat dari ruang
persalinan ke perawatan
d. Ruang perawat hendaknya terletak pada lokasi yang dapat mengamati pasien
2.2.1.1.2.Persyaratan bangunan
Keselamatan dan Keamanan (Patient Safety)
Seluruh bangunan harus memenuhi aspek Keselamatan dan Keamanan pasien
dan orang yang berada di Puskesmas, dimana;
1) Minimum tersedia dua buah pintu keluar
2) Pintu keluar langsung berhubungan dengan tempat terbuka di luar bangunan
3) Puskesmas mempunyai pemadam kebakaran, seperti pemadam api atau selang yang
mudah dilihat dan mudah dicapai pada lokasi strategis
4) Puskesmas mempunyai sarana atau fasilitas bagi pasien cacat tubuh.
5) Aspek keamanan pasien, antara lain
a) Pegangan sepanjang tangga
b) Toilet dilengkapi dengan pegangan
c) Pintu dapat dibuka dari luar
a. Konstruksi bangunan:
1) Kuat utuh, terpelihara, bersih, dan dapat mencegah penularan penyakit serta
kecelakaan
2) Menggunakan kayu harus dilapisi dengan bahan anti rayap.
b. Lantai
1) Bahan kedap air, permukaan rata, Bersih, kuat, rata, tidak licin dan mudah
dibersihkan
2. Lantai yang selalu terkena air misalnya kamar mandi, tempat cuci dan sejenisnya
mempunyai kemiringan 2 -3 % kearah saluran dan pembuangan air.
c. Dinding
1) Permukaan rata, bersih, dicat warna terang dan mudah dibersihkan.
2) Permukaan dinding yang selalu terkena percikan air harus kedap air dan mudah
dibersihkan.
3) Dinding ruang radiologi, dibuat sesuai ketentuan yang berlaku, agar tidak terjadi
kebocoran radiasi.
4) Dinding dicat dengan bahan yang bisa dicuci atau dilapis keramik
d. Ventilasi
Ventilasi harus memadai untuk menjamin peredaran udara di dalam ruangan puskesmas
dengan baik.
1) Luas ventilasi alamiah permanen minimal 15 % dari luas lantai dengan menerapkan
sistem ventilasi silang.
2) Semua jendela ruang tindakan diberi kawat kassa tidak permanen /penapis pencegah
masuknya seranggadan agar mudah dibersihkan
35
3) Bila ventilasi tidak menjamin adanya pergantian udara alamiah dengan baik maka
ruangan dilengkapi dengan penghawaan mekanis misal kipas angin, exhausterfan
atau AC.
4) Ventilasi dapur menggunakan cerobong asap atau exhausterfan.
5) Ventilasi pada laboratorium menggunakan exhausterfan/AC dan dialirkan pada udara
luar.
6) Sistem ventilasi udara laboratorium/pemeriksaan harus diatur sedemikian rupa
sehingga udara mengalir masuk sesuai area bersih ke area tercemar dan keluar ke
udara bebas yang tidak dilalui lalu lintas manusia. Di ruang pemeriksaan aliran udara
seharusnya dari belakang petugas kesehatan atau diantara petugas dan pasien.
7) Ruang pemrosesan dianjurkan selalu terpasang lampu UV bila dalam keadaan tidak
digunakan. Lampu harus selalu dalam keadaan bersih dan efek germisidal lampu
diperiksa secara rutin setiap bulan menggunakan alat pengukur.
e. Atap:
1) Ttidak bocor, dan tidak menjadi tempat perindukan serangga dan tikus,
1) Tinggi atap lebih dari 10 meter harus dilengkapi dengan penangkal petir
f. Langit-langit
1) Mudah dibersihkan.
2) Dicat dengan warna terang.
3) Tinggi langit langit antara 2,70 m sampai 3,3 m dari lantai,
g. Pintu.
1) Kuat, tinggi minmal 2,10 meter, lebar minimal 1,2 meter dan dapat mencegah
masuknya serangga, tikus, dan binatang pengganggu lain.
2) Pintu ruang perawatan, ruang poli, dan lain - lain dapat menutup secara otomatis.
3) Pintu yang selalu terkena air dilapisi dengan bahan kedap air
4) Pintu ruang radiologi, dilapisi dengan plat timbal sesuai dengan ketentuan yang
berlaku.
h. Jendela
1) Dapat mencegah masuknya serangga, tikus, dan binatang pengganggu lain.
2) Luas jendela, kisi-kisi atau dinding gelas kaca untuk masuknya cahaya minimal 1/6 kali
luas lantai.
3) Ambang bawah jendela minimal 1 meter dari lantai
36
h. Jumlah kamar mandi dan jamban adalah sebagai berikut :
1). Puskesmas Non Rawat Inap.
a) Bagi karyawan disediakan sekurang – kurangnya 1 kamar mandi dan jamban
untuk 15 orang.
b). Bagi pengunjung disediakan 1 kamar mandi dan jamban untuk 40 orang.
2). Puskesmas Rawat Inap.
a) Bagi karyawan disediakan sekurang – kurangnya kamar mandi dan jamban
untuk 15 orang.
b). Bagi pengunjung disediakan 3 kamar mandi dan jamban untuk 10 orang.
3. Sarana Pembuangan Air Limbah.
a) Tersedia septic tank yang memenuhi syarat kesehatan.
b) Saluran air limbah harus kedap air, bersih dari sampah dan dilengkapi penutup dengan bak
kontrol setiap jarak 5 meter.
c) Limbah rumah tangga dibuang melalui saluran air limbah yang kedap air, bersih, dari sampah
dan dilengkapi penutup dengan bak kontrol setiap jarak 5 meter.
d) Pembuangan air limbah setelah SPAL dengan cara diresapkan ke dalam tanah.
e) Limbah bekas cucian film harus ditampung dan tidak boleh dibuang ke lingkungan serta
dikoordinasikan dengan Dinas Kesehatan.
4. Sampah.
a) Sampah infeksius harus dipisahkan dengan sampah non infeksius.
b) Setiap ruangan harus disediakan tempat sampah yang terbuat bahan yang kuat, cukup ringan,
tahan karat, kedap air, dan mudah dibersihkan serta dilengkapi dengan kantong plastik sebagai
berikut:
1) Untuk sampah infeksius menggunakan kantong plastik warna kuning.
2) Benda- benda tajam dan jarum ditampung pada wadah khusus seperti botol.
3) Sampah domestik menggunakan kantorng plastik berwarna hitam, terpisah antara sampah
basah dan kering, dapat diolah sendiri atau pihak ketiga untuk pemusnahannya.
c). Sampah infeksius dimusnahkan di dalam incinerator.
d). Sampah domestik dapat dikubur, dibakar ataupun diangkut ke tempat Pembuangan Sampah
Akhir.
5. Wastafel.
a) Tersedia di ruang pelayanan yaitu Ruang UGD, ruang Poli Gigi, Ruang Kesehatan Ibu dan
Anak (KIA), Ruang Pengobatan, Ruang Periksa, Ruang Suntik, Ruang Laboratorium, Ruang
Radiologi dan Ruang Lain yang memerlukan air.
b) Berfungsi dengan baik dan dilengkapi chek valve atau kran air model siku.
c) Dilengkapi sabun dan zat anti septik.
d) Tersedia lap pengering tangan atau alat pengering tangan.
e) Terpelihara dan bersih.
6. Fasilitas Sanitasi dan Keamanan Lainnya.
a) Ketersediaan dan distribus air perlu tersedia Water Tower yang tertutup.
b) Tersedia tabung pemadam kebakaran yang berfungsi dengan baik.
c) Tersedia ruangan khusus untuk penyimpanan perlengkapan kebersihan.
d) Tersedia tempat khusus Genset yang kedap suara.
7. Instalasi.
a) Pemasangan jaringan instalasi air minum, air limbah, gas, listrik/ genset, sistem penghawaan
dan sarana komunikasi harus aman dan terlindung sesuai ketentuan teknis yang berlaku.
b) Jika bangunan Puskesmas lebih tinggi dari 10 meter atau lebih tinggi dari bangunan lain di
sekitarnya harus dilengkapi dengan penangkal petir.
c) Instalasi untuk masing-masing peruntukan sebaiknya menggunakan kode warna atau label.
d) Tidak terjadi hubungan silang dan aliran balik antara jaringan distribusi air limbah dengan air
bersih.
e) Ditata agar memenuhi syarat estetika.
f) Tidak menjadi tempat perindukan serangga dan tikus.
2.2.1.6. Tatalaksana.
1. Tata Cara Pemeliharaan Sarana
a) Lantai dibersihkan dengan bahan anti septic minimal satu kali sehari.
b) Air Conditioner :
1) Secara periodik harus dimatikan dan diupayakan mendapat pergantian udara segar
dengan cara membuka seluruh pintu dan jendela setiap pagi selama 1 jam.
2) Membersihkan saringan/ filter udara AC secara periodik.
c) Pengendalian sumber kebisingan disesuaikan dengan sifat sumber :
1) Sumber genset dikendalikan dengan meredam dan membuat sekat yang memadai.
2) Sumber dari lalu lintas dikurangi dengan menanam pohon, peninggian tembok.
d) Pengambilan sampel air bak penampung dan pada kran terjauh yang dilakukan minimal 2
kali/tahun, pada musin hujan dan kemarau.
e) Pembersihan baik air dan tempat perindukan lainnya dilakukan sekurang-kurangnya 3
hari sekali untuk mencegah perkembanganbiakan nyamuk aedes aigypty.
37
f) Penanganan limbah infeksius yang berasal dari lab. Poli dann ruang bersalin harus
direndam dalam larutan kaporit 3% selama satu malam, direbus air mendidih selama 1
jam atau dipanaskan dengan autoclave selama 15 menit dan kemudian dibakar atau
ditanam di dalam tanah.
g) Pembersihan mebel dan sarana lainnya pada Puskesmas minimal dilakukan satu kali
sehari dengan menggunakan kain basah. Tempat duduk, slot pintu, wastafel yang
berhubungan dengan pasien dibersihkan/dilap dengan larutan alcohol 60%.
2. Penyelenggaraan Kesehatan Lingkungan Puskesmas.
a) Penyusunan rencana kerja tahunan penyehatan lingkungan Puskesmas yang merupakan
bagian dari rencana kerja program penyehatan sarana tempat umum yaitu :
1) Jenis kegiatan yang akan dilaksanakan seperti pemeliharaan kebersihan dan
pemeriksaan sampel air.
2) Sasaran/ target tiap jenis kegiatan.
3) Jadwal pelaksanaan kegiatan.
4) Tenaga yang akan melaksanakan kegiatan, peralatan, bahan atau sarana yang
diperlukan (jenis dan jumlah).
5) Pembiayaan untuk tiap jenis kegiatan.
6) Pelaksanaan dan pengawasan terhadap pelaksanaan kegiatan.
7) Pencatatan pelaporan
8) Evaluasi kegiatan.
c) Pelaksanaan kegiatan penyehatan lingkungan Puskesmas melaksanakan kegiatan sesuai
dengan yang telah direncanakan.
3. Tersedia listrik dengan daya sesuai kebutuhan. Aliran listrik berfungsi baik, kabel dan steker
terpasang aman dan kokoh dan semua lampu berfungsi baik
4. Wastafel dengan air mengalir
a) Harus tersedia pada setiap ruangan periksa, ruang UGD, poli gigi, ruang KIA, ruang
pengobatan, ruang suntik, ruang laboratorium dan ruang lainnya yang memerlukan air
b) Dilengkapi dengan dispenser sabun cair atau zat anti septik, khusus untuk ruang
pengobatan, UGD, tindakan, KIA-KB, pesalinan, gigi dan mulut dianjurkan dalam
dispenser dengan pompa siku dan kran air siku
c) Terpelihara dan selalu bersih
d) Tersedia pengering tangan/tissue
Kondisi bangunan utama Puskesmas:
1) Baik, bila :
a) tidak ada kerusakan pada struktur dan arsitektur bangunan,
b) alur pelayanan ruang yang ada sudah sesuai standar,
c) sirkulasi udara dan cahaya pada ruang sudah tercukupi,
d) seluruh instalasi listrik dan sanitair berfungsi sebagai mana mestinya.
2) Rusak ringan, bila :
a) saluran air kotor / tersumbat,
b) cat dinding dan plafon kusam,
c) plesteran pada dinding rusak,
d) kran air dan atau saklar listrik tidak berfungsi,
3) Rusak sedang, bila :
a) plafond rusak (ambrol terkena air / rangka lapuk),
b) keramik lantai/ dinding pecah,
c) instalasi listrik/ sanitair bermasalah,
d) kusen pintu dan jendela rusak (lapuk/ patah)
4) Rusak berat, bila :
a) atap(rangka dan penutupnya) ambrol/ rusak,
b) struktur bangunan utama patah (kolom, balok, Sloof, dek, dll),
c) terjadi kebocoran / tidak berfungsinya seluruh instalasi listrik dan sanitair
2.2.1.2. Ruang
1) Setiap Puskesmas memiliki fasilitas ruangan yang lengkap dan digunakan seluruhnya,
ditata menurut alur kegiatan dengan memperhatikan ruang gerak petugas dan dievaluasi
pemanfaatannya
2) Semua ruangan mempunyai ventilasi dan penerangan/pencahayaan yang cukup Ruangan
diterangi cahaya alami/lampu listrik sehingga pasien dan tulisan dapat terbaca tanpa
sumber cahaya tambahan
3) Ruangan Puskesmas harus bersih, bebas debu, kotoran, sampah atau limbah, tersedia
tempat sampah, atap bersih dan terawat dan tidak ada sarang laba-laba. Hal ini juga
berlaku untuk lantai, mebel, perlengkapan dan instrumen, pintu dan jendela, dinding,
steker listrik dan langit-langit
38
Puskesmas Puskesmas Rawat Puskesmas Kondisi Ket
Rawat Jalan Inap Rawat Inap PONED Puskesmas
(m2) (m2) (m2)
39
Standar luas ruangan
Puskesmas (m2)
Jenis Puskesmas
No Jenis Ruang Fungsi dan persyaratan khusus
Rawat Rawat Rawat
Jalan Inap Inap
Poned
1 Pendaftaran Penyimpanan dan pengolahan data pasien 16 16 16
dan Rekam
medik
2 Pertemuan Serbaguna untuk penyuluhan dan koordinasi staf serta 30 30 30
ruang data, kapasitas minimal 18 orang.
3 Gawat darurat Pelayanan pasien gawat darurat dan mempunyai tempat 20 20 20
tidur untuk observasi
1) Lokasi harus berada di bagian depan Puskesmas,
mudah dijangkau oleh masyarakat dengan tanda-
tanda yang jelas dari dalam dan luar Puskesmas
2) Harus mempunyai pintu masuk dan keluar yang
berbeda
3) Ambulans/kendaraan yang membawa pasien harus
dapat sampai di depan pintu yang areanya terlindung
dari panas dan hujan
4) Pintu UGD harus dapat dilalui brankar
5) Dilengkapi dengan ruang triage (ruang untuk
pemilahan pasien berdasarkan kegawatdaruratannya
6) Dimiliki oleh puskesmas rawat jalan maupun rawat
inap
15 Kepala Administratif 9 9 9
Puskesmas
B Penunjang Medik
16 R.Tunggu Penyuluhan/promotif 36 36 36
17 Gudang obat Penyimpanan obat dengan persyaratan: 12 12 12
a. Luas gudang dan volume obat yang disimpan sudah
sesuai
b. Tersendiri tidak boleh dicampur barang lain
c. Sirkulasi udara baik
d. Dapat menjamin keamanan obat baik secara fisik maupun
kimiawi
e. Melindungi obat dari cahaya matahari langsung 40
f. Tidak lembab (ada alat pengukur suhu/kelebbaban)
g. Bersih
h. Penerangan cukup/ lampu untuk gudang obat
i. Bebas hewan pengerat
j. Teralis
2.8.Standar minimal ruangan di ruang Puskesmas rawat inap PLUS
Sama dengan standar minimal ruangan Puskesmas rawat inap, dengan penambahan:
No Ruang Fungsi Standar ruang
(m2)
1 Poli spesialis Pemeriksaan dan konsultasi dokter spesialis 12
II. Limbah
1. Jenis dan definisi limbah Puskesmas
a. Limbah medis padat adalah limbah padat yang terdiri dari limbah infeksius, limbah patologi,
limbah benda tajam, limbah farmasi, limbah sitotoksis, limbah kimiawi, limbah radioaktif,
limbah container bertekanan dan limbah dengan kandungan logam berat yang tinggi
b. Limbah non medis padat adalah limbah padat yang dihasilkan dari kegiatan diluar medis yang
berasal dari dapur, perkantoran, taman dan halaman yang dapat dimanfaatkan kembali apabila
ada teknologinya.
c. Limbah cair adalah semua air buangan termasuk tinja yang berasal dari kegiatan Puskesmas
yang kemungkinan mengandung mikroorganisme, bahan kimia beracun dan radioaktif yang
berbahaya bagi kesehatan.
d. Limbah gas adalah semua limbah berbentuk gas yang berasal dari kegiatan pembakaran di
puskesmas seperti insinerator, dapur, perlengkapan generator, anestesi dan pembuatan obat
sitotoksik.
2. Penanganan Limbah
a. Limbah medis padat
1) Limbah benda tajam harus dikumpulkan dalam satu wadah tanpa memperhatikan
terkontaminasi atau tidaknya. Wadah harus anti bocor, anti tusuk dan tidak mudah untuk
dibuka
2) Manajemen limbah dan benda tajam
a) Segera membuang limbah ke kontainer limbah
b) Limbah infeksius/ternoda darah dan cairan tubuh ke kantong plastik merah
c) Limbah non infeksius/tidak ternoda darah atau cairan tubuh ke kantong plastik hitam
d) Hati-hati menangani benda tajam
e) Tidak boleh memberikan ke orang lain limbah benda tajam
f) Tidak menyarungkan kembali jarum bekas pakai/Membuang jarum bekas ke safety
box.
3) Penyuntikan yang aman:
a) Menggunakan spuit berulang kali tidak direkomendasikan,( jarum suntik sekali pakai
buang)
b) Menggunakan bak instrumen jika memberikan suntikan, bukan keranjang plastik
berubang-lubang (dihapus)
c) Jika menggunakan obat suntik multi dosis, tempatkan dalam jarum yang baru dan
simpan dalam kulkas, tulis tanggal dan jam( dihapus)
d) Jika memungkinkan hindari penyuntikan multi dosis
4) Jarum dan syringes spuit harus dipisahkan sehingga tidak dapat digunakan kembali.
Sebelum dipisahkan jarum dan spuit dibilas dengan menggunakan larutan klorin 0,5%
dilakukan 2-3 kali. Untuk benda-benda tajam hendaknya ditampung pada tempat khusus
( safety box) seperti botol atau karton yang aman
5) Tempat perwadahan limbah medis padat infeksius dan sitotoksik yang tidak langsung
kontak dengan limbah harus segera dibersihkan direndam selama 10 menit dengan larutan
desinfektan dan dibilas dengan air mengalir apabila akan digunakan kembali sedangkan
41
untuk kantong plastik yang telah dipakai dankontak langsung dengan limbah tersebut tidak
boleh digunakan lagi
6) Limbah medis sangat infeksius, infeksius dan patologi anatomi dapat dimasukkan dalam
kantong plastik yang kuat dan anti bocor atau kontainer warna kuning merah
7) Penanganan limbah infeksius yang berasal dari poli dan ruang bersalin harus direndam
dalam larutan kaporit 3% selama satu malam, direbus mendidih selama 1 jam 20 menit
atau dipanaskan dalam autoclave selama 15 menit dan kemudian dibakar atau ditanam
dalam tanah
8) Cara dan teknologi pengolahan atau pemusnahan limbah medis padat disesuaikan dengan
kemampuan Puskesmas. Bagi Puskesmas yang tidak mempunyai insinerator, maka limbah
medis padatnya harus dimusnahkan melalui kerjasama dengan rumah sakit lain atau pihak
lain yang mempunyai insinerator selambat-lambatnya dalam 24 jam apabila disimpan pada
suhu ruang.
Syarat tempat penyimpanan limbah medis antara lain:
a. Lokasi penyimpanan bebas banjir
b. Tidak rawan bencana
c. Berada diluar kawasan lindung
d. Sesuai dengan rencana tata ruang
b. Limbah medis non medis padat
1) Dilakukan pemilahan limbah non medis padat antara limbah basah dan limbah kering
2) Terdapat minimal 2 (dua) buah wadah yang terbuat dari bahan yang kuat, cukup ringan,
tahan karat, kedap air, tertutup dan mempunyai permukaan yang mudah dibersihkan
misalnya fiberglass untuk setiap kamar
3) Limbah tidak boleh dibiarkan dalam wadahnya melebihi 3X24 jam supaya tidak menjadi
perindukan vektor penyakit
4) Limbah ditampung dalam kantong plastik warna hitam dan ada tali pengikat
5) Limbah diikumpulkan di sentral penampungan sementara di TPS untuk kemudian dibuang
di Tempat Pembuangan Akhir
c. Limbah cair
Puskesmas memiliki Instalasi Pengolahan Limbah cair (SPAL) sendiri atau bersama-sama
secara kolektif dengan bangunan di sekitarnya yang memenuhi persyaratan teknis:
1) Saluran pembuangan air limbah/SPAL di Puskesmas dibuang ke septic tank yang
dilengkapi dengan sumur peresapan .Limbah cair medis bekas cucian pasien harus
dialirkan ke septic tank, kemudian diolah di IPAL sebelum dibuang ke saluran umum.
2) Air limbah dari dapur harus dilengkapi penangkap lemak dan saluran air limbah harus
dilengkapi/ditutup dengan grill.
3) Limbah cair bekas cucian film harus ditampung dan tidak boleh dibuang ke lingkungan
serta dikordinasikan dengan dinas kesehatan
4) Saluran air limbah harus tertutup, kedap air, limbah harus mengalir dengan lancer, terpisah
dengan saluran air hujan, bersih dari sampah dan dilengkapi penutup dengan bak kontrol
setiap jarak 5 (lima) meter.
5) Pembuatan saluran air limbah setelah SPAL dengan cara diresapkan kedalam bak resapan
dalam tanah
Kualitas effluent yang layak dibuang kedalam lingkungan harus memenuhi persyaratan
baku mutu. Semua limbah cair buangan Puskesmas harus masuk kedalam bak penampungan
pengelolaan limbah
42
Puskesmas rawat inap inap memiliki IPAL (Pengolahan Limbah Cair)Pengolahan limbah cair
hanya akan efisien jika memenuhi persyaratan sbb :
1. Pengolahan primer : tempat penampungan air limbah pertama yang berasal dari aktifitas
harian (bekas cucian, makanan, bekas minuman dll)
2. Purifikasi biologis sekunder : pengendapan sebagian besar mikroba (bakteri : 90-95 %),
virus dan cacing. Pada tahap ini efluen masih mengandung bakteri dan virus dalam
konsentrasi efektif.
3. Pengolahan tersier : teknik pengolaman dapat diterapkan jika lokasi memungkinkan, apabila
sebaliknya maka dilakukan teknik filtrasi pasir cepat.
4. Desinfeksi Klor : upaya penurunan konsentrasi bakteri pathogen, efluen tersier harus
menjalani desinfeksi klor sampai kadar yang ditetapkan. Desinfentant dimaksud yaitu : Klor
dioksida (paling efisien), natrium hipoklorit atau gas klor. Atau desinfeksi dengan sinar
ultraviolet.
d. Limbah gas
Standar limbah gas (emisi) dari pengolahan pemusnah limbah medis padat mengacu dengan
insinerator pada Keputusan Menteri Lingkungan Hidup Nomor Kep-13.H/3/1995 tentang
Baku Mutu Emisi Sumber Tidak Bergerak.
43
2.2.1.4.Manajemen linen
Menyimpan linen bersih di dalam lemari tertutup
Memisahkan penyimpanan linen bersih dengan linen steril
Memisahkan troley linen bersih dan linen kotor
Memisahkan linen kotor ternoda darah atau cairan tubuh dengan linen kotor tidak ternoda
Menempatkan linen kotor tidak dilantai
Persediaan linen sesuai kebutuhan
Perencanaan SDM Kesehatan merupakan salah satu unsur utama yang menekankan
pentingnya upaya penetapan jenis, jumlah dan kualifikasi SDM sesuai dengan kebutuhan
pembangunan kesehatan. Untuk memantapkan sistim manajemen SDM Kesehatan perlu
dilakukan perencanaan, pengadaan, pendayagunaan dan pemberdayaan profesi kesehatan sesuai
dengan Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 004/Menkes/SK/ I /2003 tentang Kebijakan dan
Strategi Desentralisasi Bidang Kesehatan.
Rasio dokter, perawat, bidan di Jawa Timur berdasarkan Permenkes 81 Tahun 2001
tentang Pedoman Penyusunan Perencanaan SDM Kesehatan Tingkat Provinsi, Kabupaten /
Kota serta RS adalah sebagai berikut:
1. Rasio dokter dibandingkan jumlah penduduk 1: 2500
2. Rasio perawat dibandingkan jumlah penduduk 1) 100.000
3. Rasio bidan dibandingkan jumlah penduduk 100:100.000
Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
81/MENKES/SK/I/2004 tentang Pedoman Penyusunan Perencanaan SDM Kesehatan di tingkat
Provinsi, Kabupaten/Kota serta Rumah Sakit, maka pola ketenagaan minimal untuk
penyelenggaraan manajemen Puskesmas rawat jalan sesuai standar minimal ketenagaan di
Puskesmas (lampiran 13)
Ketentuan umum:
1. Ada pemetaan kompetensi ketenagaan Puskesmas dibandingkan dengan standar
2. Ada perencanaan dan hasil pengembangan kompetensi tenaga di Puskesmas
3. Terdapat kelengkapan file kepegawaian untuk semua pegawai sesuai dengan kompetensi,
pendidikan, pelatihan, ketrampilan dan pengalaman termasuk SIP, SIB, SIPP dan SIA
4. Dilakukan evaluasi penerapan hasil pelatihan terhadap pengelola dan pelaksana
pelayanan
Ketentuan pengelola sumber daya manusia:
1. Setiap Puskesmas harus memiliki kepala/penanggung jawab seorang sarjana di bidang
kesehatan yang kurikulum pendidikannya mencakup kesehatan masyarakat dan telah
mengikuti pelatihan dalam bidang manajemen Puskesmas.
2. Petugas teknis Puskesmas harus mengikuti pelatihan dalam bidang teknis yang berkaitan.
Pembuktian berupa: ijazah, Surat Keputusan pengangkatan pegawai, sertifikat/surat
keterangan pelatihan
44
8 Penjaga& - SMP/SMA 1 2 2
Petugas
kebersihan
B Tenaga teknis,
9 Loket - SMA sederajat 2 2 2
10 Poli umum Fungsional Mempunyai Surat Tanda Registrasi (STR) 1 1 1
Dokter dan Surat Ijin Praktek (SIP)
yang masih berlaku
Kompetensi:
1. Mampu melaksanakan pelayanan medik
dasar sesuai kompetensi dan
kewenangannya
2. Merangkap di Pelayanan
Kegawatdaruratan
45
Kompetensi Bidan
1. Mampu melaksanakan pelayanan
kebidanan sesuai kompetensi dan
kewenangannya
2. Asuhan Persalinan Normal (APN)
termasuk Inisiasi Menyusu Dini
(IMD)
3. Stimulasi Deteksi dan Intervensi Dini
Tumbuh Kembang (SDIDTK)
4. Manajemen Terpadu Balita
Sakit/Muda (MTBS/M)
5. Pelayanan Keluarga Berencana
6. CTU (Contraseptive Technical Up
date)
7. Penanganan Bayi Berat Badan Lahir
Rendah (BBLR) dan Asfiksia
Fungsional Apoteker 0 1 1
Apoteker
15 Laboratori Fungsional DIII/DIVAnalis kesehatan dengan 1 1 1
um Pranata Sertifikat Pelatihan program TB strategi
Labkes DOTS (Directly Observed Treatment Of
Short Course)
46
/Bidan
trampil
II Ruang rawat inap
21 a. Dokter Fungsional sama dengan Puskesmas rawat jalan 0 1 1
Dokter dengan penambahan jumlah
Kompetensi tambahan: pelatihan PONED 0 0 1
Keterangan:
1. Jumlah bidan di desa sesuai dengan jumlah desa di wilayah kerja Puskesmas
2. Tidak termasuk tenaga untuk Puskesmas Pembantu
3. Jenis dan jumlah tenaga di Puskesmas dapat dikembangkan sesuai dengan kebutuhan
4. Ratio jumlah total perawat dengan tempat tidur 1 perawat untuk 2 Tempat Tidur (TT)
Penambahan tenaga sesuai jumlah tempat tidur yang tersedia
47
f) Setiap Puskesmas harus mempunyai prosedur baku disertai dengan instruksi kerja yang
menjelaskan secara rinci tata cara penggunaan alat.
g) Seluruh kegiatan yang berkaitan dengan pemeliharaan, kalibrasi dan perbaikan peralatan
harus dilaksanakan sesuai dengan prosedur dan instruksi kerja yang ada.Prosedur dan
instruksi kerja tersebut harus dievaluasi secara berkala
h) Pemeliharaan dan kalibrasi peralatan harus dilakukan secara berkala dan menjadi
tanggung jawab Puskesmas dan Dinas Kesehatan
i) Pasokan oksigen harus dievaluasi secara berkala, dengan ketentuan
1) Harus ada dua tabung oksigen dengan satu regulator dan pengukur aliran
2) Tabung oksigen cadangan harus selalu terisi penuh
3) Harus ada pengatur kadar oksigen
j) Peralatan Keamanan dan Keselamatan Kerja (K3)
1) Setiap Puskesmas harus dilengkapi dengan peralatan keamanan yang diperlukan
untuk melindungi petugas dan orang di sekitarnya
2) Peralatan K3 minimal adalah Set peralatan pencegahan infeksi/APD set
(apron/celemek, pengaman mata/kaca mata goggle, masker, sarung tangan, sepatu
karet tertutup/boot), alat Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan (P3K) dan pemadam
kebakaran
3) Setiap Puskesmas harus mempunyai prosedur baku untuk mengatasi terjadinya
kecelakaan dalam Puskesmas
4) Prosedur tersebut harus disertai dengan Instruksi Kerja yang menjelaskan secara
rinci tata cara mengatasi kecelakaan akibat kebakaran, sengatan listrik, ledakan,
tumpahan bahan kimia dan bahan infeksius
Tabel 2.9. Peralatan medis dan non medis di Puskesmas rawat jalan
E Poli gigi dan 1. Set peralatan poli gigi 1 1. Meja kerja ½ biro 1
mulut 2. APD set 1 2. Kursi kerja 1
3. Table autoclave 1 3. Kursi hadap 1
4. Lemari simpan alat 1
5. Jam/air sound
1
F Poli 1. Set peralatan poli KIA 1 1. Meja kerja ½ biro 1
48
KIA/KB 2. Set pemeriksaan 1 2. Kursi kerja
kehamilan 3. Kursi hadap 1
3. Set peralatan 1 1
pelayanan KB
4. APD set 1
M Persalinan 1. Set persalinan normal 1
2. Hechting set 1
3. Peralatan Asuhan Bayi 1
Baru Lahir
4. Set persalinan 1
5. Set persalinan (Bidan 1
Kit mobile)
6. Table autoclave 1
1
K Kamar 1. Penggerus obat/mortir 1 1. Rak obat 1
obat dan stamfer 2. Lemari simpan obat 1
/kefarmas 2. Blender obat 1 dengan kunci
an 3. Timbangan obat 1 pengaman
3. Meja kerja ½ biro 1
untuk peracikan
4. Kursi kerja 2
5. Jam/air sound timer 1
6. Tempat sampah
tertutup 1
L Laboratori 1. Set peralatan 1 1. Meja kerja ½ biro 1
um laboratorium manual 2. Kursi kerja 1
dan atau otomatis 1 3. Kursi hadap 1
2. Set peralatan K3
M Tindakan 1. Set pemeriksaan umum 1
2. Oksigen set 1
3. THT set 1
4. Resusitator Infant set 1
5. Set peralatan bedah 1
kecil mata
6. CHN Kit 1
7. APD set 1
49
N Kepala 1. Meja kerja ½ biro 1
Puskesmas 2. Kursi kerja 1
3. Kursi hadap 1
4. Jam 1
O Ruang Kursi tunggu 5
tunggu
P Gudang obat 1. Lemari simpan/rak 1
dengan ketebalan 40-
45 cm
2. Rak obat
3. Palet 1
2
Q Gudang Rak 1
umum
R Administrasi 1. Meja kerja ½ biro 1
/kantor 2. Kursi kerja 1
3. Brankas 1
4. Lemari arsip 4
5. Filling kabinet 1
6. Komputer set
7. Mesin ketik manual
Tabel 2.10. Peralatan medis dan non medis di Puskesmas rawat inap
Peralatan ini untuk Puskesmas dengan minimal 6 tempat tidur.Apabila rawat inap memiliki lebih dari 6
tempat tidur maka standar peralatan mengikuti konversi jumlah tempat tidur. Peralatan sama dengan
peralatan medis dan non medis Puskesmas rawat jalan, dengan penambahan:
50
G Genset Generator listrik portable 1
minimal 2000-5000 Watt
Dalam mempergunakan alat khusus seperti EKG, defibrilator, radiologi, inkubator, USG, dll
sebelumnya harus dilakukan uji fungsi dan uji coba serta program pelatihan untuk
mempergunakannya
Tabel 2.11. Peralatan medis dan non medis Puskesmas rawat inap dengan PONED
Peralatan sama dengan peralatan medis dan non medis Puskesmas rawat inap, dengan penambahan:
Jenis ruang Peralatan medis Riil & Peralatan non medis Riil &
Standar ber Standar ber
fungsi fungsi
Ruang rawat Set peralatan medis PONED 1 set Handuk kecil 3
inap
No A. Set peralatan gizi dan laktasi Stan Riil & 26 Perlengkapan pengambil sample 1set
dar ber makanan terdiri:
fungsi a. Sabun desinfeksi 1
1 Alat antropometri 1 set b. Termos es 1
a. Timbangan detekto/timbangan 1 c. Tas pembawa sample / tas 1
injak lapangan
b. Pengukur tinggi badan (mikrotoise) 1 d. Sendok 1
c. Baby scale (timbangan bayi) 1 e. Sarung tangan steril 1
d. Papan panjang badan (length 1 f. Kantong plastik steril 1
board) g. Pisau pemotong yang steril 1
e. Alat pengukur lingkar lengan atas 1 h. Flysweep net (fly griil) 1
(lila)
2 Peralatan klinik laktasi 1 set JUMLAH
a. Dispenser / termos air panas 1
b. Pompa payudara untuk ASI 1 No C. Set peralatan penyuluhan Stan
c. Kassa steril beserta tempatnya 1 dar
(toples)
d. Tissue dan tempatnya 1 1 Flip chart dan stands 1
e. Sabun cuci 1 2 LCD Projector 1
f. Lap / serbet bersih 1 3 Laptop 1
g. Laktasi kit yaitu alat peraga 1 4 Amplifier& wireless Microphone 1
menyusui yang benar terdiri dari: 5 Kamera foto 1
1) Boneka model payudara 1 6 Megaphone/Public address 1
( tetek-tetekan ) system
2) Baby feeding tube Fr.3,5 1 7 Portable generator (lapangan) 1
panjang 35 cm 8 Tape / Radio kaset/cassette 1
3) Cangkir dan tutupnya 1 9 recorder/player 1
4) Disposible syringe 20 60 10 Papan Informasi 1
cc,10cc,5,cc@20 bh 11 Layar yang dapat digulung 1
(screen)
JUMLAH 12 VCD-DVD player 1
13 Komputer dan printer 2
No B. Set peralatan klinik sanitasi Jml
JUMLAH 13
1 Meteran 1
2 Komprarator untuk mengukur kadar 1 No C. Set peralatan dapur Stan
chlor (chlor meter ) Puskesmas rawat jalan dar
3 Pengukur cahaya (lux meter) 1
4 Pengukur Kelembaban (hygrometer) 1 Disarankan terbuat dari stainles
5 Pipet tetes 3 steel atau aluminium
6 Termometer 1 1 Kompor elpiji (portable) atau 1
7 Tabung pengukur kekeruhan 1 kompor minyak tanah minimal
8 Boks pendingin, tahan dingin 7 hari 1 dua mata api
(cool boks) 2 Meja persiapan dan bak cuci 1
9 Botol sample air bermulut lebar 3
10 Botol sample air berpemberat 3 JUMLAH
11 Lampu spiritus isi 120 cc 1
12 Lampu senter 1 No C. Set peralatan dapur
13 Sendok tahan karat 1 Puskesmas Rawat Inap Jml
14 Tas lapangan 1
15 Pengukur kebisingan (sound level 1 1 Dandang Atau Kukusan Nasi
meter) (Diameter 40 Cm ) /Rice Cooker 1
16 Water tes kit 1 (Kapasitas 6 Liter )
51
17 Cakram (kekeruhan kolam renang) 1 2 Panci 3 Ukuran (Diameter 15 3
18 Penangkap nyamuk dan larva 1 Cm,30 Cm,40 Cm )@1
(surveilance vektor kit) 3 Penggorengan ( Diameter 40 ) 1
19 Pengukur PH (PH meter) 3 4 Lemari Pendingin Dua Pintu 1
20 Derigen (wadah sampel) 3 5 Meja Persiapan Dan Bak Cuci 1
21 Home economis set 1 6 Blender 1
22 Digital termometer. Digital PH meter 1 7 Rak-Rak Makanan 1
23 Digital chlorin test kit 1 8 Troli Untuk Makanan 3 Susun 1
24 Cetakan jamban 1 9 Lemari Penyimpanan Makanan 1
25 Lux meter 1 10 Timbangan Makanan 1
52
a. Ember plastik (kapasitas 30 liter) 2
b. Waskom plastik( kapasitas 10 liter) 1
c. Tempat sampah tertutup 3
6 Pelengkap kebersihan
(sapu,sikat,lap,alat/kain untuk pel) 2
Jumlah
No A1. Set peralatan poli Jml Riil No A8.Set Persalinan (Bidan Jml Riil &
umum stan alkes Kit mobile) Puskesmas Stan ber
dar (fung dar fungsi
si baik
baik)
1 Set pemeriksaan 1 Bak instrumen 1
umum:
a. Tempat tidur periksa 1 2 Blood lancet 28 G steril 1
dan perlengkapannya
( matras, bantal,
sprei,perlak dan sarung
bantal)
b. Meja kerja ½ biro 1 3 Autoclick device (alat 1
penusuk jari)
c. Kursi kerja 1 4 Bowel metal dengan tutup 1
d. Kursi hadap 1 5 Baby scale 7 kg + celana 1
e. Lemari simpan alat 1 6 Catgut Chromic 2.0/3.0 1
f. Meja instrumen/alat 1 7 Nelathon catheter no 12 1
steril
g. Manset anak; dengan 1 8 Funduscope kayu 1
velcro
h. Stetoskop 1 9 Gunting episiotomy 14 cm 1
duplex/simplex
j. Tensimeter, air raksa 1 10 Duk steril 60X60 cm 1
atau tensimeter, tanpa air
raksa/pegas
k. Lampu senter 1 11 Gunting operasi lurus 14 1
cm tajam/tumpul
l. Termometer klinis 2 12 Gunting tali pusar 16 cm 1
(mulut/ ketiak/ dubur )
dewasa dan bayi. @1
m. Palu pengukur refleks 1 13 Kocher lurus 16 cm 1
n. Sudip lidah, logam, 5 14 Setengah kocher 14 cm 1
panjang 12 cm dan 16,5
cm.@5
o. Pengukur waktu 1 15 Hb sahli 1
untuk mengukur nadi dan
pernafasan
p. Torniquet karet 1 16 Hechting nald GR 12 1
q. Timbangan dewasa 1 17 Infusion set dewasa dan 2
atau timbangan dengan pediatric.@1
pengukur tinggi badan
r. Meteran 1 18 IV catheter no 18 G 1
s. Tempat sampah basah 1 19 IV catheter no 26 G untuk 5
dan kering, bertutup bayi
t. Safety box 1 20 Jarum disposible 23 G 5
u. Jam/air sound timer 1 21 Wing needle no 25 dan 27 1
G
2 Set pemeriksaan mata : 22 Mucous extractor 1
a. Lembar Optotip 1 23 Needle holder mayo 14 cm 1
Snellen yang dilengkapi
clock dial untuk
pemeriksaan visus
b. Lembar kartu tes baca 1 24 Nierbeken 20 cm 1
c. Bingkai uji coba trial 1 25 Pinset anatomis 14 cm 1
lens (trial frame)
d. Lensa uji coba 1 26 Pinset chirurgis 14 cm dan 2
( trial lens set),untuk 18 cm. @1
53
pemeriksaan visus
54
3 THT set, terdiri dari: d. Gunting 1
a. Ring THT 1 e. Mangkuk 1
b. Hook THT 1 f. Klem bengkok 1
c. Aplicator kapas THT 1 g. Timba besar 1
d. Serumen extractor 1 h. Baki besar 1
THT. @1
e. Laringoscope blade 1 i. Alat pengait IUD 1
lurus dan blade bengkok
untuk anak dan dewasa
f. Kaca kepala 1 5 Alat pemasang norplant 1
g. Kaca pembesar 1 6 Gunting bedah standar, 1
lurus, ujung
tumpul/tumpul
h. Lampu kepala/slit 1 7 Pinset anatomis, 14,5 cm 2
lamp dan 18 cm.@1
i. Semprit karet untuk 1 8 Skalpel, mata pisau bedah 1
mengeringkan telinga (no.10)
j. Semprit untuk telinga 1 9 Skalpel, tangkai pisau 1
dan luka operasi
4 APD set , terdiri dari : 10 Duk bolong, sedang 1
a. Manset 1 set 1 11 Kain steril 1
b. Sarung tangan 1 12 Sarung tangan, no. 6 ½,7,7 6
½.@2
c. Sepatu karet 1 13 Baki logam tempat alat 1
steril
d. Masker 1 14 Silinder korentang steril 1
e. Kaca mata goggle 1 15 Toples kapas/kasa steril 1
f. Apron plastik tebal 1 16 Tromol kasa/kain steril 2
(125 X 120 mm) dan (150
X 150 mm). @1
5 Oksigen concentrator 1 17 Waskom bengkok dan 2
cekung.@1
6 Kursi roda-roda mati 1 18 Spekulum vagina (cocor 1
bebek) besar, sedang dan
kecil
7 Penyekat ruangan 1 19 Spekulum vagina (sims) 1
8 Radiokomunikasi medik 1 20 Lampu kepala 1
9 Usungan/brankar 1 21 Kateter, karet no. 4
penerimaan pasien 10,12,14,16 (nelaton).@1
10 Peralatan bedah kecil 22 Klem arteri, 12 cm, 1
mata ,terdiri dari : lengkung dengan gigi 1 X
2 (halstead-mosquito)
a. Spekulum mata (weis) 1 23 Klem arteri, 12 cm lurus 1
dengan gigi 1 X 2
(halstead-mosquito)
b. Alat melebarkan 1 24 Klem arteri, 12 cm lurus, 1
punctum lakrimalis tanpa gigi (halstead)
c. Retraktor, pembuka 1 25 Klem pemegang implan 1
kelopak mata, 13 cm (modifikasi klem untuk
(desmares) vasektomi tanpa pisau)
d. Alat untuk 1 26 Standar infus 1
mengeluarkan benda
asing di mata
e. Pinset epilasi, untuk 1 27 Disposable syringe 3,5,10 6
mencabut bulu mata cc.@2
f. Pinset untuk insisi 1 28 Jarum suntik disposable 20
hordeolum /calazion (no. 02,12,14,20) .@5
(desmares)
g. Kuret untuk 1 29 Meja kerja ½ biro 1
membersihkan
hordeolum
(meyerhoofer)
11 Immobilization set,terdiri 30 Kursi kerja 1
dari:
a. Collar brace/ neck 1 31 Meja instrumen/alat 1
collar dewasa dengan
lubang ditengah leher
b. Collar brace/ neck 1 32 Kursi hadap 1
collar anak
c. Splint 1 33 Lemari simpan alkes/obat 1
55
d. Long spine board 1 34 Jas operasi 1
e. Soop stretcher 1 35 Topi operasi 1
f. NGT(selang lambung 1 36 Mangkok 1
berbagai ukuran)
g. Urine bag 1 37 Usungan/brankar 1
12 Oksigen set/peralatan 38 Timbangan dewasa 1
terapi oksigen:
a. Nasal kanula 1 39 Safety box 1
b. Sungkup berbalon 1 JUMLAH 55
c. Masker oksigen untuk 1 % KONDISI REAL 47%
dewasa dan anak DIBANDINGKAN
STANDAR ALAT DI
POLI UMUM
d. Partial rebreather 1
mask
e. Venturi mask 1 No A10.Peralatan K3 Jum
laboratorium Puskesmas lah
56
1) Gunting bedah 1 1) Sterilisator tekanan 1
standar, lengkung, ujung tinggi (auctoclaf)
tajam/ tajam, 18 cm
2) Gunting bedah 1 2) Sterilisator (pemanas 1
standar, lengkung, ujung alkohol)
tajam/tumpul, 18 cm
3) Gunting bedah 1 3) Sterilisator listrik (dua 1
standar, lengkung, ujung pintu ) untuk sterilisasi
tumpul/ tumpul, 18 cm diperalatan gigi, ruang
tindakan dan Poli KIA
4) Gunting bedah 1 4) Baki logam tempat alat 1
standar, lurus, ujung steril
tajam/tajam, 18 cm
5) Gunting bedah 1 5) Korentang, penjepit 1
standar, lurus, ujung spoge (foerster)
tajam/tumpul, 18 cm
6) Gunting bedah 1 6) Toples kapas/kasa steril 1
standar, lurus ujung
tumpul/tumpul, 18 cm
7) Gunting perban/ 1 7) Tromol kasa/kain steril 1
pembalut ( lister) 25 X 120 mm)
8) Gunting plester 1 8) Bak instrumen tertutup 1
9) Gunting lurus 1 9) Baki logam tempat alat 1
pembuka jahitan steril
10)Klem arteri,12 cm 1 10) Meja instrumen/alat 1
lengkung dengan gigi
11) Klem arteri,12cm 1 11) Lemari simpan 1
lengkung tanpa gigi instrumen/alat
12) Klem arteri, 12 cm 1 1 12) Ember untuk 1
lurus dengan gigi menyiapkan larutan klorin
13) Klem arteri, 12 cm 1 1 13) Ember plastik dan 1
lurus tanpa gigi sikat untuk membersihkan
dan mencuci peralatan
14) Klem pemegang 1 1 14) Langseng dengan 1
jarum jahit dengan sarangan berlubang besar
kunci(baraquer)
15) Klem pemegang 1 15) Perebus atau pengukus 1
jarum jahit peralatan untuk DTT
16) Klem pemegang alat 1 16) Tempat penyimpanan 1
tenun peralatan bersih yg
tertutup rapat
17) Korentang lengkung 1 17) Meja kerja ½ biro 1
untuk alat steril 23 cm
(cheatle)
18) Korentang, penjepit 1 18) Kursi kerja 1
sponge (foerster)
19) Klem agrave, 14 mm 1 JUMLAH
(isi 100)
20) Klem arteri, lurus 1 % KONDISI REAL
(kelly) DIBANDINGKAN
STANDAR ALAT DI
POLI UMUM
21) Klem arteri, 12 cm, 1
lengkung dengan gigi 1 x
2 (halstead-mosquuito)
22) Klem arteri, 12 cm, 1 No A13. Kit imunisasi Jum
lengkung tanpa gigi 1 x 2 lah
(halstead-mosquito)
23) Klem arteri, 12 cm, 1 Puskesmas rawat jalan
lurus dengan gigi 1 x 2
(halstead-mosquito)
24) Klem arteri, 12 cm, 1 1 Pinset 4
lurus tanpa gigi 1 x 2
(halstead-mosquito)
25) Klem/pemegang 1 2 Boks pendingin, tahan 1
jarum jahit, 18 cm dingin 7 hari
(mayo-hegar)
26) Klem pemegang 1 3 Termos khusus, tahan 4
jarum jahit (matheu dingin 12 jam
standar)
57
27) Klem pemegang silet 1 4 Termos vaksin, tahan 3
(baraquer) dingin 3 hari
28) Pinset anatomis, 14,5 2 5 Vaksin carier 4
cm dan 18 cm. @1
29) Pinset bedah, 14,5 2 6 Lemari es biasa ( alat 1
cm dan 18 cm.@1 pembuat cool pack)
30) Bengkok besar dan 2 7 Lemari es penyimpan 1
kecil ( nier- bekken).@1 vaksin standar
WHO/Unicef atau lemari
es minyak tanah
31) Bak instrumen 1 8 (tipe absorbsi) untuk 1
tertutup 30X30 cm daerah terpencil/kepulauan
32) Sonde pengukur 1 9 Termometer pada lemari 1
dalam luka es
33) Skalpel, tangkai 1 10 Safety box volume 5 liter 1
pisau operasi
34) Toples kapas/ kasa 1 11 Freeze tag 1
steril
35) Tromol kasa/kain 2 12 Tas lapangan 1
steril ukuran 125 X 120
mm dan 150 X 140
mm.@1
36) Baki logam tempat 1 13 Tempat sampah basah dan @1
alat steril kering,bertutup
37) Mangkok untuk 1 14 Jam/air sound timer 1
larutan 10 cc
JUMLAH 15 Ads (autodisposible @10
syringe) 0.05 ml, 0.5 ml, 0
5.0 ml
% KONDISI REAL 16 Umum:
DIBANDINGKAN
STANDAR ALAT DI
POLI UMUM
a. Meja kerja ½ biro 1
b. Kursi kerja 1
No A3.Set Peralatan KIA Jum c. Kursi hadap 1
Puskesmas rawat jalan lah
1 Spekulum vagina (cocor 3 No A14. Set peralatan Jum
bebek) besar,sedang dan Perkesmas / lah
kecil.@1 Community Health
Nursing (CHN kit)
Puskesmas rawat jalan
2 Spekulum vagina (sims) 2 1 Stetoskop duplex dewasa 1
3 Stetoskop dewasa 1 2 Sphygmomanometer Hg 1
4 Stetoskop pediatri (anak) 1 3 Pen light 1
5 Sudip lidah, logam, 2 4 Alat pengukur tinggi 1
panjang 16,5 cm badan/pita 150 cm
6 Tensimeter air raksa 1 5 Alat pengukur berat badan 1
7 Manset anak 1 6 Termometer 1
8 Termometer klinis 1 7 Nierbeken 23 cm 1
9 Gunting bedah standar, 1 8 Bak instrument 1
lurus
10 Gunting pembalut (lister) 1 9 Bowel metal 1
11 Klem arteri, lurus (kelly) 1 10 Kaca pembesar 1
12 Korentang, lengkung, 1 11 Tas CHN kit 1
penjepit alat steril, 23 cm
(cheattle)
13 Korentang, penjepit 1 12 Hechting set CHN kit, 1 set
sponge (foerster) terdiri dari :
14 Pinset bedah, 14,5 cm 2 a. Gunting operasi lurus 1
dan 18 cm.@1 14 cm tajam/tajam
15 Sterilisator listrik ( dua 2 b. Gunting operasi lurus 1
pintu ) 14 cm tajam/tumpul
16 Baki logam tempat alat 1 c. Gunting operasi 1
steril bengkok 14 cm
tajam/tumpul
17 Silinder korentang steril 1 d. Pinset anatomis 14 cm 1
18 Standar infus 1 e. Pinset chirurgis 14 cm 1
19 Stand lamp untuk 1 f. Arteri klem lurus 14 cm 1
58
tindakan
20 Toples kapas / kasa steril 1 g. Scalpel/tangkai pisau 1
oper asi
21 Torniket karet 1 h. Needle holder 14 cm 1
22 Waskom bengkok 1 13 Sterilitator ukuran 220 x 1
8,2 x 4,1 mm
23 Waskom cekung 1 14 Bengkok 350 ml (12 oz), 1
SS
24 Ambu bag/ Resusitator 1 15 Mangkok 600 ml : 200 x 1
75 cc
25 Tabung oksigen 1 16 Termometer 1
besar/kecil
26 Lampu / spot light 1 17 Sudip lidah , metal 16,5 1
cm
27 Tromol untuk alat steril 1 18 Lampu senter 2 baterai 1
28 Resusitator for infant 1 19 Stetoskop 1
(lihat alat gadar)
29 Meteran 1 20 Meteran 1
30 Lampu senter 1 21 Celemek plastik 1
31 Pengukur panjang bayi 1 22 Alat yang ditambahkan : 1
32 Timbangan bayi dan 2 a. Buku catatan 1
dewasa.@1
33 Sikat tangan 1 b. Bolpoin 1
34 Apron(schort) panjang 1 c. Kasa steril 1
52 inci
35 Perlak,tebal,lunak 1 d. Kapas 1
(200X90 cm)
36 Langseng dg sarang an 1 e. Verband 1
berlubang besar
37 Meja instrumen/alat 1 f. Perlak 1
38 Formulir askep/ 1 JUMLAH
kebidanan
JUMLAH 31 % KONDISI REAL %
DIBANDINGKAN
STANDAR ALAT DI
POLI UMUM
% KONDISI REAL 48% No A 15. Set peralatan Jml
DIBANDINGKAN poliklinik gigi Puskesmas
STANDAR ALAT DI
POLI UMUM
1 Jas 1
No A4. Set pemeriksaan Jum 2 Kursi periksa gigi 1 set
kehamilan Puskesmas lah
rawat jalan (stand
ar)
1 Tempat tidur periksa 1 3 Dental unit lengkap ( (high 1 set
kebidanan speed+low speed)
2 Tensimeter air raksa 1 4 Kompresor/tabung oksigen 1
3 Stetoskop binoculer dan 2 5 Alat diagnostik dasar : 1 set
monocular. @1
4 Termometer 1 a. Kaca mulut 1
5 Pelvimeter obstetrik 1 b. Pinset dental 1
untuk pengukur panggul
6 Funduscope kayu 1 c. Sonde half moon 1
7 Doppler 1 d. Sonde lurus 1
8 Oksigen dengan 1 e. Excavator 1
regulator
9 Reflek hammer 1 6 Fasts mmg 3
10 Alat pemeriksa Hb 1 7 Skoper semen 3
(sahli)
11 APD set 1 8 Burniser berbagai ukuran 3
12 Piala ginjal/bengkok 1 9 Skoperkmolgam dan 3
pembawa amalgam
13 Gunting verband 1 10 Spatula semen 3
14 Gergaji obat 1 11 Bur intan (bulat, inverted 1
dan fisure)
15 Timbangan dewasa 1 12 Pita selosuid 1
dengan pengukur tinggi
badan (detecto)
59
16 Penghitung nadi 1 13 Kertas artikuloid 1
17 Pita pengukur LILA 1 14 Pelindung jari (finger sool) 2
18 Plastik penutup 1 15 Kaca pengaduk (glass 1
instrumen steril stab)
JUMLAH 19 16 Pita matrik dan 1
pemegangnya (matriks
band + retainer)
% KONDISI REAL 17 Perangkat alat skeling 1 set
DIBANDINGKAN ( scaling set )
STANDAR ALAT DI
POLI UMUM
a. Sceler berbagai tipe 1
No A5. Set persalinan Juml Real b. Kuret 1
normal Puskesmas ah ber
fungs
i baik
1 Partus bed 1 c. Hoe 1
2 Bak Instrumen dengan 1 d. Sicle 1
tutup
3 Klem kelly atau 2 klem 1 e. Shisel 1
kocher
4 Gunting tali pusat 1 f. Wing shape 1
5 Benang tali pusat/ 1 18 Peralatan kuret gigi dan 1 set
bedah minor
6 Kateter nelaton 1 a. Tang cabut gigi dewasa 1
7 Gunting episiotomy 1 b. Tang cabut gigi anak 1
8 Klem ½ kocher 1 c. Ben lurus 2
9 Sarung tangan DTT/steril 4 d. Ben bengkok 2
no. 7,71/2. @2
10 Kapas gulung 1 e. Oyer 1
11 Tabung suntik 2,5 atau 3 10 f. Skapel 2
cc dengan jarum steril
( sekali pakai).@5
12 Bowel metal dengan 1 g. Rasperatorium 1
tutup
13 Korentang 1 h. Hechting set 2
14 Gunting verban 1 i. Klem arteri 2
15 Tabung silinder tempat 1 19 Peralatan periodontal 1
korentang
16 Penghisap lendir de lee 1 20 Periodontal probe 1
17 APD set 1 21 Peralatan prostetik
18 Kasa 1 a. Sendok cetak RA + RB 1
berbagai ukuran
19 Lampu Halogen 1 b. Bahan cetak dan gibsun 1
20 Standar infus 1 c. Tang marmer 1
21 Infus set 1 d. Tang potong 1
22 Transfusi set 1 22 Umum
23 Gelas ukur 1 a. Tempat kapas 1
24 Bengkok 1 b. Cattion roll, cattion SK
poket
25 IV kateter (Abbocath 1 c. Lidokaine injeksi infil SK
no.18) 1%
26 Sterilisator listrik 1 d. Alkohol 70% SK
27 Kain bersih atau kering 1 e. Povidon Iodine 10% S
28 Brankar (tempat tidur 1 f. Na Cl S
dorong)
29 Kursi roda 1 g. Chloretil S
30 Selimut 1 h. Lidocain injeksi infil S
1%
31 Duk 1 i. Meja kerja ½ biro 1
32 Bed side cabinet 1 j. Kursi kerja 1
33 Langseng dengan lubang 1 k. Kursi hadap 1
besar
34 Larutan desinfektan 1 l. Kursi periksa gigi 1
(Bayclin)
35 Tempat sampah basah 2 m. Lemari simpan alat 1
dan kering, bertutup. @1
60
36 Safety box 1 n. Tempat sampah 1
tertutup/khusus
37 Jam/air sound timer 1 o. Jam/air sound 1
38 Timbangan dewasa 1 Jumlah
JUMLAH 19
% KONDISI REAL No A 16.Peralatan manual Juml
DIBANDINGKAN laboratorium Puskesmas ah
STANDAR ALAT DI
POLI UMUM
61
12 Perebus atau pengukus 1 29 Tabung sentrifus tanpa 1
peralatan untuk DTT skala
13 Tempat penyimpanan 1 30 Urinometer (alat pengukur 12
linen bersih yang tertutup berat jenis urine)
14 Cairan desinfektan 1 31 Gunting bedah standar, 1
lurus
15 Celemek/apron 1 32 Pinset anatomis (untuk 1
specimen)
16 Alas kaki tertutup 1 33 Skalpel, mata pisau bedah 3
(no. 10)
17 Sabun 1 34 Skalpel, tangkai pisau 1
operasi
18 Deterjen 1 35 Sterilisator (pemanas 1
alkohol)
19 Handuk/lap tangan 1 36 Tabung / pipa kapiler 1
pribadi untuk hematokrit
20 Tempat pemrosesan alat 1 37 Sarung tangan, no. 6 ½,7, @10
terpisah dari dapur 7½
keluarga
21 Kain lap 1 38 Baki logam tempat alat 1
steril
22 Kain pel 1 39 Botol mulut sempit dengan 10
tutup ulir
23 Wadah anti pecah untuk 1 40 Botol tetes 60 cc 10
pembuangan semprit dan
jarum habis pakai
24 Tempat sampah kering 1 41 Lampu spiritus isi 120 cc 1
dan basah terkontaminasi
yang terpisah
25 Pembakar sampah atau 1 42 Torniket karet 1
tempat mengubur
sampah atau enkapsulasi
26 Timbangan bayi 1 43 Waskom bengkok 3
JUMLAH 26 44 Waskom cekung 1
% KONDISI REAL 45 Waskom cuci 1
DIBANDINGKAN
STANDAR ALAT DI
POLI UMUM
46 Sentrifus mikrohematokrit 1
No A8.Set Persalinan Jum Real 47 Sentrifus listrik 1
(Bidan Kit mobile) lah ber
Puskesmas fungs
i baik
1 Bak instrumen 1 48 Pipet semi otomatik 1
2 Blood lancet 28 G steril 1 49 Tip pipet 1
3 Autoclick device( alat 1 50 Termometer 0 – 50 derajat 1
penusuk jari) celcius (skala ½ c)
4 Bowel metal dengan 1 51 Tensimeter, air raksa 1
tutup
5 Baby scale 7 kg + celana 1 52 Komparator untuk 1
pemeriksaan air lapangan
6 Catgut Chromic 2.0/3.0 1 53 Penghisap karet 1
7 Nelathon catheter no 12 1 54 Pot sputum 1
steril
8 Funduscope kayu 1 55 Pengukur waktu 1
9 Gunting episiotomy 14 1 56 Rotator 1
cm
10 Duk steril 60X60 cm 1 57 Shaker 11
11 Gunting operasi lurus 14 1 58 Jas laboratorium 1
cm tajam/tumpul
12 Gunting tali pusar 16 cm 1 59 Tempat sampah basah dan @1
kering, bertutup
13 Kocher lurus 16 cm 1 60 Peralatan untuk tempat 1
pembuangan limbah, sisa
spesimen (tempat sampah
khusus)
14 Setengah kocher 14 cm 1 61 Meja kerja lapis formica 1
15 Hb sahli 1 62 Kursi kerja 1
16 Hechting nald GR 12 1 63 Kursi untuk ambil darah 1
62
17 Infusion set dewasa dan 2 64 Rak simpan alkes 1
pediatric.@1
JUMLAH
18 IV catheter no 18 G 1 No A17.Set peralatan Juml
laboratorium otomatis ah
Puskesmas
19 IV catheter no 26 G 5 1 Hematologi analyzer 1
untuk bayi
20 Jarum disposible 23 G 5 2 Urine analyzer 1
21 Wing needle no 25 dan 1 3 Mikroskop binokuler 1
27 G
22 Mucous extractor 1 4 Mikropipet 5 ul,10 ul, 25 @1
ul, 50 ul, 100 ul, 200 ul,
1000 ul, 5-50 ul, 100-
500ul
23 Needle holder mayo 14 1 5 Glukotest 1
cm
24 Nierbeken 20 cm 1 No A18.Set Peralatan Juml
Kefarmasian ah
25 Pinset anatomis 14 cm 1 1 Penggerus obat 1
26 Pinset chirurgis 14 cm 2 2 Blender obat 1
dan 18 cm. @1
27 Sarung tangan surgical 4 3 Timbangan obat 3
steril ukuran 7/7,5.@2
28 Tensimeter air raksa 1 4 Lemari simpan obat 1
29 Resusitator 1 5 Jam/air sound timer 1
30 Spuit disposible 1 cc 1 6 Meja kerja ½ biro 1
31 Stetoscope duplex 5 7 Kursi kerja 1
dewasa
32 Termometer digital/ air 1 8 Rak kerja 1
raksa
JUMLAH JUMLAH
N B1. Set peralatan tambahan Jum Kon No B3.Set peralatan tambahan Unit Jum Kond
o ruang tindakan Puskesmas lah disi Gawat Darurat rawat inap lah isi
rawat inap (bai (baik/
k/ru rusak
sak) )
Sama dengan peralatan ruang Sama dengan peralatan UGD
tindakan Puskesmas rawat Puskesmas rawat jalan, ditambah:
jalan , ditambah:
1 Pispot fraktur/ immobilisasi 1 1 Tracheostomi set 1
2 Usungan (brankar) 2 2 Chest tube set 1
3 Waskom cuci 5 3 Alat pembaca foto rontgen/film 1
viewer set
4 Kursi roda roda mati 1 4 Peralatan intubasi endotrakheal , 1
untuk membuka jalan nafas:
63
5 Penjepit formulir askep/ set 1 a. Set Nasopharyngeal tube 1
formulir askep
Jumlah b. Oropharyngeal tube
c. Nasotrakheal tube 1
d. Orotracheal tube 1
N B2.Set peralatan bersalin Jumla Kon e. Suction pump/alat penghisap 1
o rawat inap h disi manual/otomatis
(bai
k/ru
sak)
1 Bed persalinan yang bisa 1 f. Kanula dan masker oksigen 1
dilepas untuk dewasa dan anak
2 Spekulum vagina (cocor 1 g. Ambubag dewasa, anak dan bayi 1
bebek) besar
3 Spekulum vagina (cocor 1 h. Pipa endotrakeal (ETT) no 4
bebek) kecil 2,5;3,0;3,5;4,0 mm
4 Spekulum vagina (cocor 1 i. Stylet no 1 untuk pemasangan 1
bebek) sedang ETT
5 Benang cat gut (15 m) 1 j. Pelumas ( jelly) 1
6 Benang chromic ( 3.0/2.0 ) 1 k. Forceps magil 1
7 Dilatator, komplet (hegar) 1 l. Laringoscope blade lurus dan 10
blade bengkok untuk anak dan
dewasa minimal 1 untuk bermacam
ukuran
8 Gunting episiotomi (barun- 1 5 Set vena sectie:
stadler) (14.5 cm)
9 Gunting tali pusar (13,5 cm) 2 a. Mayo hegar needle holder 11 cm 1
64
34 Stetoskop anak 1 19 Pinset alat, bengkok (remky) 1
65
Jumlah 99
% riil alkes bersalin RI dibdg
standar
66
bukan lampu neon. Lampu yang
dimaksud untuk menerangi
penderita, dapat bergerak dan
dilipat.Spot light untuk korban
5) Sumber listrik 12 volt dengan stop
kontak
6) Kotak untuk obat dan peralatan.
Jenis obat emergensi yang dibawa
pada daftar obat
7) Tempat duduk yang dapat
diatur/dilipat bagi petugas dalam
ambulans
8) Ruangan penderita cukup luas
untuk sekurang-kurangnya 2 (dua)
tandu.Tandu yang dimaksud dapat
dilipat
9) Pintu belakang dapat dibuka kearah
atas
Peralatan a) Suction portable
resusitasi b) Pulse Oxymetri
secara c) Intubasi set:
manual/otom Bag valve mask
atik lengkap Naso gastric tube
bagi dewasa, ETT( Endotracheal Tube)
anak dan Stylet
bayi Laryngoscope
Plester
Jelly
Kanul/masker oksigen
Juction rees
Peralatan 1) Obat-obatan, infus set dan cairan
medis gawat infus secukupnya
darurat 2) Kantung jenazah
3) APD set: Sarung tangan disposable,
kaca mata goggle,
67
1) Pelayanan farmasi yang sesuai standar baik dalam keadaan biasa maupun
dalam keadaan gawat darurat, sesuai dengan keadaan pasien maupun fasilitas
yang tersedia
a) Pengkajian dan pelayanan resep (Pelayanan farmasi klinis)
b) Pelayanan informasi obat
c) Konseling penggunaan obat
d) Visite petugas farmasi terkait dengan penggunaan obat ( terutama di
Puskesmas rawat inap)
2) Perencanaan, pengadaan, penyimpanan , distribusi dan penyerahan
perbekalan farmasi
3) Penyelenggaraan pelayanan farmasi yang meliputi penyiapan, pencampuran,
penyampaian obat, pemantauan obat dalam hal dosis, indikasi efek samping,
perhitungan kadar dan harga
4) Penyediaan informasi dan edukasi terkait dengan kefarmasian bagi tenaga
kesehatan dan pasien
5) Penyediaan bahan/alat steril untuk keperluan kegiatan medis dan perawatan
tertentu,dalam Puskesmas perawatan (jika diperlukan)
b. Kegiatan diluar gedung
1) Pelayanan kefarmasian pada kegiatan bakti sosial/pengobatan massal
2) Pelayanan kefarmasian pada kegiatan Puskesmas keliling
3) Pelayanan kefarmasian yang bersifat insidentil (pada kegiatan
penanggulangan bencana)
2.2.4.2. Obat-obatan
Manajemen pengelolaan obat
Hal-hal yang perlu diperhatikan pada obat-obatan:
a. Mempunyai alur pelayanan obat
b. Ada tulisan "apotek" atau "kamar obat" pada ruang pelayanan kefarmasian
c. Resep:
1) Setiap penerimaan resep haru diteliti terlebih dahulu, setelah resep diterima
diberi nomor urut.
2) Resep harus lengkap, terdiri dari:
a) Nomor urut resep
b) Kop Puskesmas: nama Puskesmas, alamat Puskesmas
c) Dokter penulis resep: Nama dokter, Nomor NIP/SIP
d) Tanggal penulisan resep
e) Nama pasien
f) Umur
g) Alamat pasien
h) Nama obat, bentuk sediaan, dosis, jumlah obat dan umur serta cara
pemakaiannya
3) Resep narkotik dan psikotropik dipisah, diberi garis ...dan direkap untuk
dilaporkan
4) Resep racikan dikerjakan dalam mortir dan stamfer yang selalu
dibersihkan/dicuci dan dikeringkan sehabis dipakai
d. Penyerahan obat:
1) Sebelum obat diserahkan maka harus dilakukan pengecekan terakhir tentang nama
pasien, jenis obat serta kemasannya
2) Penyerahan obat harus disertai dengan pemberian informasi kepada pasien maupun
keluarga pasien dalam hal penggunaan dan penyimpanan obat serta berbagai aspek
pengetahuan tentang obat (seperti bila obat tersisa dan lupa minum obat) demi
meningkatkan kepatuhan dalam penggunaan obat. Pemberian obat
Informasi obat yang diberikan kepada pasien ( Buku Pedoman Pemberian
Informasi Obat), meliputi:
a) Dosis obat
b) Frekuensi pemakaian obat
c) Lama pengobatan
d) Cara pemakaian
e) Efek samping
f) Kontra indikasi
g) Cara penyimpanan Obat sesuai aturan
3) Etiket obat:
a) Etiket berisi informasi sesuai dengan resep dokter
b) Tulisan pada etiket jelas dan mudah terbaca
c) Etiket warna putih untuk obat dalam dan warna biru untuk obat luar
d) Etiket harus mencantumkan nama pasien, tanggal dan cara pemakaian
serta aturan pemakaian obat
68
Puskesmas………
Jl………………
Tanggal ……………
Nama:………………………..
Aturan pakai:
……x……..tab/caps/sendok takar
Sebelum/sesudah makan
e. Pencatatan dalam rekam medis pasien beserta dosis obat yang diberikan
f. Pengelolaan meliputi perencanaan, penyimpanan dan penyerahan serta distribusi obat ke
unit pelayanan
g. Pencatatan, pelaporan dan pengarsipan mengenai pemakaian obat dan efek samping obat
h. Pemantauan terapi obat dan pengkajian penggunaan obat
i. Pengaturan persediaan dan perencanaan obat
j. Obat kadaluarsa dan rusak disimpan secara terpisah/diserahkan ke Gudang Farmasi
Kabupaten/Kota (GFK) dengan Berita Acara Penyerahan
h. Penataan obat:
1. Ruang dalam kondisi bersih, tidak lembab, cukup ventilasi dan penerangan
2. Mempunyai meja untuk peracikan, plastik obat yang ada tulisannya, kertas puyer,
etiket dan tempat sampah tertutup
3. Etiket/label pada tempat penyimpanan obat harus lengkap dan tertib, untuk
mempermudah pengambilan obat dan mencegah kesalahan pengambilan obat.
4. Penyimpanan obat:
a) Obat disimpan di dalam wadah asli atau wadah yang sesuai
b) Obat golongan narkotika disimpan dalam lemari obat yang ter kunci
c) Obat disusun teratur rapi dalam rak/lemari obat dengan sistimatika penyimpanan
obat sesuai dengan abjad (alfabetis) dengan sistim FIFO (First In First Out) dan
FEFO (F irst Expire First Out). Hal ini berguna untuk mengetahui dengan cepat
obat yang rusak dan kadaluarsa
d) Gudang obat memiliki palet dan rak untuk mencegah agar obat tidak lembab dan
rusak
e) Puskesmas rawat jalan dan rawat inap harus memiliki lemari narkotika berkunci
dan terkunci sebagai tempat penyimpanan obat-obatan narkotika dan psikotropika
f) Terdapat lemari pendingin yang berfungsi dengan baik untuk penyimpanan
obatsuppositoria, vaksin atau sera
g) Tidak dijumpai binatang pengerat, rayap, dan kecoa
I. Jenis obat yang terdapat di Puskesmas sesuai DOEN untuk Puskesmas 2011 (lampiran 18), terdiri
dari :
1. Analgesik, antipiretik, anti inflamasi non steroid dan anti pirai
1.1. Analgesik narkotik
1.2. Analgesik non narkotik
1.3. Antipirai
2. Anestetik
2.1. Anestetik lokal
2.2. Anestetik umum dan oksigen
2.3. Obat untuk prosedur pre operatif
3. Anti alergi dan obat untuk anafilaksis
4. Anti dotum dan obat lain untuk keracunan umum dan khusus
5. Antiepilepsi-antikonvulsi
6. Antiinfeksi :
2.2. Antelmintik
2.3. Antibakteri
1) Beta laktam
2) Antibakteri lain (Tetrasiklin, Kloramfenikol, Sulfa Trimetoprim, Makrolid)
3) Anti infeksi khusus (Anti lepra, anti tuberculosis, antiseptik saluran kemih)
4) Antifungi (sistemik dan topikal)
5) Antiprotozoa (antiamoeba, antimalaria).
7. Anti Migren (profilaksis dan serangan akut)
8. Anti Parkinson
9. Obat yang mempengaruhi darah ( antianemia, obat yang mempengaruhi koagulasi).
10. Diagnostik (test fungsi dan test kulit)
11. Desinfektan dan antiseptik
12. Obat dan bahan untuk gigi dan mulut
13. Diuretik.
69
14. Hormon, obat endokrin lain dan kontraseptik (anti diabetes oral, kontraseptik, hormon
tiroid dan antitiroid, kortikosteroid )
15. Kardiovaskuler (anti angina, anti aritmia, anti hipertensi, anti agregasi platelet, gagal
jantung, obat untuk syok, anti hiperlipidemia)
16. Obat topikal untuk kulit ( anti bakteri, anti fungi, anti inflamasi dan anti pruritik, anti
scabies dan anti pedikulosis, kaustik, keratolitik dan keratoplastik)
17. Larutan elektrolit, nutrisi dan lain-lain (oral, parenteral dll )
18. Obat untuk mata (anestetik lokal, anti mikroba, midriatik, miotik dan anti glaukoma)
19. Oksitosik dan relaksan uterus
20. Psikofarmaka (anti ansietas dan anti insomnia, anti depresi dan anti mania, anti obsesi
kompulsi, anti psikosis)
21. Obat untuk saluran cerna (antasida dan anti ulkus, anti emetik, anti hemoroid, anti
spasmodik, obat untuk diare, katartik)
22. Obat untuk saluran nafas (anti asma, antitusif, ekspektoran)
23. Obat yang mempengaruhi sistem imun(serum dan immunoglobulin, vaksin)
24. Obat untuk Telinga, Hidung dan Tenggorokan
25. Vitamin dan mineral
II. Obat emergensi dan bahan habis pakai yang harus tersedia dalam jumlah cukup pada ruang Unit
Gawat Darurat adalah:
70
1. Adrenalin 1:1000 12. Diazepam ampul
2. Noradrenalin 13. Antipiretika
3. Norepinefrin 14. Koagulantia
4. Ephedrine 15. Anti kejang
5. Sulfas atropine 16. Papaverin
6. Antihistamin 17. Cairan infus Ringer Lactat, Na
7. Hidrokortison vial Cl 0,9 %,Glucose 5%,40%
8. Aminophilin 240 mg/10 ml 18. Infus set
9. Transamin 19. Uterotonika
10. Dopamin 20. MgSo4
11. Diphenhidramin
a. Obat yang tersedia untuk Bidan sesuai dengan Keputusan Menteri Kesehatan
Republik Indonesia Nomor 900/MENKES/SK/VII/2002 tanggal 25 Juli 2002, adalah
1. Roborantia 7. Uterotonika
2. Vaksin 8. Antipiretika
3. Syok anafilaktik 9. Koagulantia
a. Adrenalin 1:1000 10. Anti kejang
b. Antihistamin 11. Glycerin. 11.
c. Hidrokortison 12. Obat luka
d. Aminophilin 240 mg/10 ml 13. Dopamin
4. Sedativa 14. Obat penanganan asfiksia pada
5. Antibiotika bayi baru lahir
6. Cairan infus 15. Cairan desinfektan (termasuk
Chorine)
2.2.4.2. Bahan Habis Pakai
I. Bahan habis pakai medis untuk Puskesmas:
Folley catheter no 10, 12, 14, 16, 18
Urine bag
Selang karet untuk anus
NGT /selang lambung (berbagai ukuran)
Endotracheal tube ( ETT ) 2.5, 3, 4
Sungkup berbalon
Sungkup/masker sederhana
Kateter,selang penghisap lendir bayi
Sarung tangan steril no 6½, 7, 7½, 8
Infus set dewasa dan anak
Jarum infus
Wing needle (jarum berkateter) no 16, 18
Surflow, Abbocath no 16,18, 20
Skaptel
Mata pisau bedah no 10, 11, 15, 20
Disposible spuit berbagai ukuran (1 cc, 2 ½ cc , 3 cc, 5 cc, 10 cc, 20 cc)
Jarum suntik disposible no 02, 12, 14, 18, 20, 23
Jarum jahit lengkung ⅟2 lingkaran(bedah) no 9, 10, 11, 12, 13, 14, 16
Jarum jahit lengkung ⅜ lingkaran
Jarum otot besar dan jarum otot kecil
Benang: cat gut no 3.0, nilon no 3,0 dan silk no 3,0
Kapas pembalut 25 gr dan perban
Kasa hidrofil steril
Duk biasa, besar (274 x 183 cm), sedang (274 x 135 cm), kecil (114 x 91 cm)
Duk bolong besar, duk bolong sedang dan duk bolong kecil
Kain balut segitiga (mitella) dan peniti
Alcohol pads
Pembalut
Cotton bud
Jelly/cairan pelicin/minyak
Plester
Safety box untuk pembuangan jarum suntik bekas
Sarung tangan karet untuk mencuci tangan.
Strip glukotest
Oksigen
72
UKM adalah setiap kegiatan yang dilakukan oleh Puskesmas untuk memelihara dan
meningkatkan kesehatan serta mencegah dan menanggulangi timbulnya masalah kesehatan di
masyarakat. UKM mencakup upaya-upaya promosi kesehatan, pemeliharaan kesehatan,
pemberantasan penyakit menular, kesehatan jiwa, pengendalian penyakit tidak menular,
penyehatan lingkungan dan penyediaan sanitasi dasar, perbaikan gizi masyarakat, pengamanan
sediaan farmasi termasuk obat tradisional dan alat kesehatan, pengamanan penggunaan zat
aditif (bahan tambahan makanan) dalam makanan dan minuman, pengamanan narkotika,
psikotropika, zat adiktif dan bahan berbahaya, serta penanggulangan bencana dan bantuan
kemanusiaan.
UKP adalah setiap kegiatan yang dilakukan oleh Puskesmas untuk memelihara dan
meningkatkan kesehatan serta mencegah dan menyembuhkan penyakit serta memulihkan
kesehatan perorangan. UKP mencakup upaya-upaya promosi kesehatan perorangan,
pencegahan penyakit, pengobatan rawat jalan, pengobatan rawat inap, pembatasan dan
pemulihan kecacatan yang ditujukan terhadap perorangan. Dalam UKP juga termasuk
pengobatan tradisional dan alternatif serta pelayanan kebugaran fisik dan kosmetika. Kedua
upaya kesehatan tersebut bersinergi dan dilengkapi dengan berbagai upaya kesehatan
penunjang.
Upaya penunjang untuk UKM antara lain adalah pelayanan laboratorium kesehatan
masyarakat.Sedangkan upaya penunjang untuk UKP antara lain adalah pelayanan laboratorium.
Upaya kesehatan dikelompokkan menjadi dua, yaitu
2.3.1. Upaya Kesehatan Wajib
Upaya kesehatan wajib merupakan kegiatan yang harus ada dalam pelayanan di
Puskesmas, meliputi:
1. Upaya Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat
2. Upaya Kesehatan Lingkungan
3. Upaya Kesehatan Ibu dan Anak serta Keluarga Berencana
4. Upaya Perbaikan Gizi Masyarakat
5. Upaya Penanggulangan Penyakit
6. Upaya Pengobatan dan Penanganan Kegawatdaruratan
2.3.2. Upaya Kesehatan Pengembangan
Upaya Kesehatan Pengembangan dapat bervariasi sesuai dengan kekhususan
atau permasalahan kesehatan di wilayah kerja dan potensi sumber daya yang tersedia
di masing-masing Puskesmas, meliputi:
1. Upaya Keperawatan 2. Upaya Kesehatan Kerja
Kesehatan Masyarakat 3. Upaya Pembinaan Pengobatan
2. Upaya Kesehatan Gigi Tradisional
dan Mulut. 4. Upaya Kesehatan Olah Raga
3. Upaya Kesehatan 5. Upaya Kesehatan Indera (mata
Sekolah. dan telinga)
4. Upaya Kesehatan Usia 6. Upaya Kesehatan Jiwa
Lanjut
73
Pemberdayaan masyarakat adalah segala upaya fasilitasi yang bersifat non instruktif,
untuk meningkatkan pengetahuan dan kemampuan masyarakat, agar mampu mengidentifikasi
masalah, merencanakan dan melakukan pemecahannya dengan memanfaatkan potensi
setempat.
Antara promosi kesehatan dan pemberdayaan masyarakat merupakan dua hal yang
tidak dapat dipisahkan. Promosi kesehatan selalu bertujuan akan adanya kemampuan dan
kemauan masyarakat untuk bertindak yaitu yang disebut sebagai masyarakat yang berdaya,
sedangkan pemberdayaan masyarakat selalu harus diawali dengan pemberian informasi yang
terus menerus.
Tujuan pemberdayaan masyarakat adalah meningkatkan kemandirian masyarakat dan
keluarga dalam bidang kesehatan, sehingga masyarakat akan dapat berkontribusi dalam
meningkatkan derajat kesehatan.
Pemberdayaan masyarakat merupakan suatu proses, salah satu bentuk proses
pemberdayaan masyarakat saat ini adalah berkembangnya kegiatan Desa Siaga. Keberhasilan
Proses pemberdayaan dapat dilihat dengan terwujudnya berbagai Upaya Kesehatan Berbasis
Masyarakat (UKBM) di masyarakat.
UKBM adalah upaya kesehatan berbasis masyarakat yang dibentuk dari, oleh , untuk
dan bersama masyarakat.Jenis-jenis UKBM antara lain Posyandu, Poskesdes, Poskestren, Pos
UKK, dll
2. Kegiatan upaya promosi kesehatan
a. Kegiatan didalam gedung
75
terwujud kualitas lingkungan yang lebih sehat sehingga dapat melindungi masyarakat dari
segala kemungkinan kejadian yang dapat menimbulkan gangguan dan/atau bahaya kesehatan
menuju derajat kesehatan lingkungan dan masyarakat yang lebih baik.
Penyehatan lingkungan adalah upaya untuk meningkatkan kualitas lingkungan dan
pencegahan terhadap penurunan kualitas lingkungan melalui upaya promotif, preventif,
penyelidikan, pemantauan, terhadap tempat-tempat umum, lingkungan pemukiman,
lingkungan kerja, angkutan umum, dan lingkungan lainnya. terhadap subtansi yaitu air, udara,
tanah, limbah padat, cair, gas, kebisingan/getaran pencahayaan, habitat vektor penyakit,
radiasi, kecelakaan, makanan/ minuman, dan bahan – bahan berbahaya.
Kondisi atau keadaan lingkungan merupakan faktor penentu utama derajat kesehatan
masyarakat dalam suatu wilayah, melalui upaya pengawasan dampak kualitas lingkungan yang
merupakan proses pengamatan, pencatatan, pengukuran, pendokumentasian secara verbal dan
visual menurut prosedur standar tertentu terhadap satu atau beberapa komponen lingkungan
dengan menggunakan satu atau beberapa parameter sebagai tolok ukur yang dilakukan secara
terencana, terjadwal dan terkendali dalam satu siklus waktu tertentu, yang menekankan
kegiatannya pada sumber, ambient (lingkungan), pemaparan, dan dampak pada manusia.
2. Kegiatan upaya kesehatan lingkungan
a. Kegiatan didalam gedung
1) Pemetaan dan pemantauan sasaran program penyehatan lingkungan, sehingga
tersedianya data program penyehatan lingkungan dan terpetakannya penyebaran hasil
kegiatan program
2) Membuat laporan dan feed back terhadap stakeholder, sehingga tersusunnya pelaporan
dokumen penting lainnya serta gambaran di daerah
3) Melakukan pelayanan konseling bidang penyehatan lingkungan melalui program kilinik
sanitasi Puskesmas.
4) Melaksanakan pemicuan sekaligus melakukan pendampingan pasca pemicuan dalam
rangka program Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM), agar adanya perubahan
perilaku masyarakat dan peningkatan akses terhadap air minum dan sanitasi dasar oleh
masyarakat dengan terlaksananya sanitasi secara total
5) Melakukan penatalaksanaan manajemen KLB/bencana berbasis lingkungan di tingkat
Kecamatan.
6) Penatalaksanaan strategi adaptasi sektor kesehatan terhadap dampak perubahan iklim.
7) Penatalaksanaan ijin operasional pemberantasan hama (pescontrol).
b. Kegiatan diluar gedung
1) Membantu mekanisme penyediaan dan pengelolaan air bersih dan sanitasi
lingkungan berbasis komunitas masyarakat
2) Melakukan inspeksi sanitasi terhadap Tempat pengelolaan Sementara (TPS) sampah
dan Tempat pengelolaan Akhir (TPA) sampah. perumahan, sarana air bersih, Tempat
Tempat Umum, prioritas, tempat pengelolaan makanan, tempat pengelolaan pestisida,
sarana sanitasi dasar, termasuk pembinaan pekerja tempat umum dan industri kecil
dalam mendukung kesehatan keselamatan kerja (K3), sehingga termonitornya
kondisi higiene sanitasi sasaran kegiatan, keluarnya rekomendasi teknis, meningkatkan
kualitas sanitasi dan terciptanya kewaspadaan dini
3) Melakukan koordinasi lintas program dan lintas sektor di tingkat kecamatan sehingga
terbentuknya jejaring dan kerjasama antara sektor terkait dalam menangani masalah
kesehatan lingkungan.
4) Melakukan strategi adaptasi sektor kesehatan terhadap dampak perubahan iklim.
5) Melakukan pembinaan dan monitoring terhadap Puskesmas dan jaringannya, sehingga
terlaksananya fungsi Puskesmas Pembantu dan Ponkesdes sesuai dengan tupoksinya
6) Melakukan pembinaan dalam upaya menurunkan risiko terjadinya angka kesakitan
akibat kondisi lingkungan dengan melakukan intervensi yang tepat antara lain dengan
Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN), sehingga hilang atau berkurangnya breading
place yang menjadi sumber berkembang biaknya binatang penular penyakit
76
Kegiatan petugas kesehatan lingkungan:
1. Didalam gedung
2.3.1.4.Upaya Kesehatan Di dalam gedung Puskesmas, petugas kesehatan lingkungan
melakukan langkah - langkah kegiatan sebagai berikut :
1) Menerima kartu rujukan status dari petugas poliklinik.
2) Mempelajari kartu status/ rujukan tentang diagnosis oleh petugas poliklinik.
3) Menyalin dan mencatat nama penderita atau keluarganya, karakteristik penderita
yang meliputi umur, jenis kelamin, pekerjaan dan alamat, serta diagnosis
penyakitnya ke dalam buku register.
4) Melakukan wawancara atau konseling dengan penderita/keluarga penderita, tentang
kejadian penyakit, keadaan lingkungan, dan perilaku yang diduga berkaitan
dengan kejadian penyakit.
5) Membantu menyimpulkan permasalahan lingkungan atau perilaku yang berkaitan
dengan kejadian penyakit yang diderita.
6) Memberikan saran tindak lanjut sesuai permasalahan.
7) Bila diperlukan, membuat kesepakatan dengan penderita atau keluarganya tentang
jadwal kunjungan lapangan.
2. Luar Gedung
Sesuai dengan jadwal yang telah disepakati antara penderita atau keluarganya dengan
petugas, petugas kesehatan lingkungan melakukan kunjungan lapangan/rumah dan
diharuskan melakukan langkah - langkah sebagai berikut.
1) Mempelajari hasil wawancara atau konseling di dalam gedung (Puskesmas)
2) Menyiapkan dan membawa berbagai peralatan dan kelengkapan lapangan yang
diperlukan seperti formulir kunjungan lapangan, media penyuluhan, dan alat sesuai
dengan jenis penyakitnya.
3) Memberitahu atau menginformasikan kedatangan kepada perangkat desa/
kelurahan (kepala desa/lurah, sekretaris, kepala dusun atau ketua RW/RT) dan petugas
kesehatan/ bidan di desa.
4) Melakukan pemeriksaan/pengamatan lingkungan, pengamatan perilaku, serta
konseling sesuai dengan penyakit/ masalah yang ada.
5) Membantu menyimpulkan hasil kunjungan lapangan.
6) Memberikan saran tindak lanjut kepada sasaran (keluarga penderita dan keluarga
sekitar).
7) Apabila permasalahan yang ditemukan menyangkut sekelompok keluarga atau
kampung, informasikan hasilnya kepada petugas kesehatan di desa/ kelurahan,
perangkat desa/ kelurahan (kepala desa/ lurah, sekretaris, kepala dusun atau ketua
RW/RT), kader kesehatan lingkungan serta lintas sektor terkait di tingkat Kecamatan
untuk dapat ditindak lanjuti secara bersama.
1. Deskripsi
a. Upaya pelayanan kesehatan ibu adalah upaya pemerintah dalam rangka meningkatkan
kesehatan wanita yang berkaitan dengan fungsi keibuannya untuk mencapai derajat
kesehatan yang setinggi-tingginya, dan akselerasi penurunan Angka Kematian Ibu (AKI),
yang dimulai sejak periode usia subur, kehamilan, persalinan, nifas dan meneteki
b. Upaya pelayanan kesehatan anak adalah upaya pemerintah dalam rangka meningkatkan
kesehatan anak untuk mencapai derajat kesehatan yang setinggi-tingginya, memiliki
kebugaran jasmani, kecerdasan intelektual, emosional dan spiritual melalui upaya
pemenuhan, peningkatan dan perlindungan hak anak, mulai dari terwujudnya bayi lahir
sehat dengan lahir normal, mempertahankan hidup, tumbuh dan berkembang secara
optimal sejak usia dini, usia sekolah, masa pubertas sampai usia dewasa
77
c. Upaya kesehatan remaja adalah upaya pemerintah dalam rangka meningkatkan derajat
kesehatan remaja melalui peningkatan pengetahuan, sikap dan perilaku tentang kesehatan
remaja
d. Upaya kesehatan remaja dilaksanakan dengan prinsip kemitraan dan harus mampu
membangkitkan, mendorong keterlibatan dan kemandirian remaja. Pelaksanaan pembinaan
kesehatan remaja dilaksanakan terpadu lintas program dan lintas sektor, pemerintah dan
sektor swasta, serta LSM, sesuai dengan peran dan kompetensi masing-masing sektor
secara efektif dan efisien sehingga mencapai hasil yang optimal
e. Upaya pelayanan Keluarga Berencana (KB) adalah upaya Pemerintah dalam
mengendalikan laju pertambahan penduduk dengan menjarangkan atau merencanakan
jumlah dan jarak kehamilan dengan menggunakan kontrasepsi dan akselerasi penurunan
Angka Kematian Ibu ( AKI) melalui pencegahan Kehamilan yang Tidak Diinginkan
(KTD) dengan menggunakan kontrasepsi, termasuk penanganan komplikasi, efek samping
dan kegagalan
Tabel 2.2. Kegiatan KIA-KB didalam dan diluar gedung Puskesmas rawat jalan
Kriteria a. Kegiatan didalam gedung b. Kegiatan diluar gedung
Pelayana 1.Pemeriksaan antenatal (termasuk Hb 1. Pelayanan ante natal pada kehamilan
n bumil), natal dan post natal normal
kesehata 2. Pelaksanaan kelas ibu (ibu hamil dan 2. Pelayanan ibu nifas normal
n ibu ibu balita) 3. Pelayanan ibu menyusui
2.Pertolongan persalinan normal 4. Melaksanakan deteksi dini kanker
3. Perawatan nifas leher rahim dan payudara (sarari)
4. Penyuluhan 5. Pelaksanaan kelas ibu (ibu hamil dan
5. 6. Rujukan ibu balita)
7.Bimbingan (konseling)gizi
8.Pelayanan penanganan vaginitis,
servisitis, adneksitis dan ekstirpasi kista
kelenjar Bartholini
9.Melaksanakan deteksi dini kanker leher
rahim (IVA) dan payudara (sararí)
10.Pemberian surat keterangan kelahiran
dan kematian
Pelayana 1. Kunjungan Neonatal 1. Kunjungan rumah (KN)
n 2. Pemantauan tumbuh kembang anak 2. Imunisasi rutin sesuai program
kesehata (SDIDTK) pemerintah (Posyandu)
n anak 3. Imunisasi 3. Pemantauan tumbuh kembang bayi,
4. MTBM dan MTBS anak balita dan anak pra sekolah/
SDIDTK (Posyandu, TK, PAUD)
4. Konseling dan penyuluhan
(Posyandu, kunjungan rumah)
Pelayana 1. KIE 1. Skreening remaja yang sekolah dan
n 2. Pelayanan medis yang tidak sekolah
kesehata 3. Konseling 2. KIE untuk remaja yang sekolah dan
n remaja 4. Rujukan yang tidak sekolah
3. Konseling untuk remaja yang sekolah
dan yang tidak sekolah
Pelayana 1.Pelayanan dan konseling KB 1. Konseling dan penyuluhan
n 2.Pelayanan KB kafetaria (IUD, implant, (Posyandu, kunjungan rumah)
Keluarga suntik, pil, kondom) 2. Pelayanan KB dengan Tim KB
Berencan 3.Pelayanan efek samping dan komplikasi Keliling (TKBK)
a (KB) 4. Penyuluhan 3. Pelayanan dengan momen khusus
78
5.Pelayanan dan konseling pada calon ( Safari – TNI KB Kes)
pengantin wanita, masa pra hamil dan 4. Pendataan sasaran KB ( 4 T,
masa antara dua kehamilan Unmetneed, keluarga miskin)
6.Rujukan 5. Pelayanan dan konseling pada calon
pengantin wanita, masa pra hamil dan
masa antara dua kehamilan
1. Deskripsi
Dalam Undang-Undang Nomor 36 tahun 2009 disebutkan bahwa upaya perbaikan
gizi masyarakat bertujuan untuk meningkatkan mutu gizi perseorangan dan masyarakat,
antara lain melalui perbaikan pola konsumsi makanan, perbaikan perilaku sadar gizi dan
peningkatan akses dan mutu pelayanan gizi dan kesehatan sesuai dengan kemajuan ilmu dan
teknologi.
Di masyarakat, upaya perbaikan gizi dilakukan oleh para petugas gizi puskesmas
bersama-sama dengan masyarakat setempat. Kegiatannya dilakukan di dalam gedung maupun
di luar gedung dan bekerjasama dengan lintas program maupun lintas sektor.
2. Kegiatan upaya perbaikan gizi masyarakat
Tabel 2.3. Kegiatan perbaikan gizi masyarakat didalam dan diluar gedung Puskesmas
79
2.3.1.5.1 Upaya Pencegahan Penyakit
Meliputi upaya surveilans, pencegahan serta masalah kesehatan (wabah dan bencana).
1. Deskripsi
Jawa Timur sebagai wilayah rawan wabah dan bencana, sehingga
diperlukan kegiatan surveilans epidemiologi. Pengertian surveilans epidemiologi
adalah kegiatan pengamatan secara terus menerus terhadap suatu kasus pada suatu
wilayah, yang kegiatannya meliputi: pengumpulan, penyajian, analisis data
kesakitan dan kematian penyakit menular dan tidak menular termasuk dalam
keadaan khusus misalnya terjadi bencana
Setiap kejadian bencana baik bencana alam maupun karena ulah manusia
atau kedaruratan komplek akan menimbulkan krisis kesehatan. Mengingat hal
tersebut perlu kesiapsiagaan baik di Provinsi, Kabupaten/Kota, Kecamatan dan
Desa untuk penanggulangan bencana dan masalah kesehatan.
2. Kegiatan Upaya Pencegahan Penyakit
Tabel 2.4. Kegiatan upaya pencegahan penyakit didalam dan diluar gedung
Puskesmas
Kriteria a. Kegiatan didalam gedung b. Kegiatan diluar gedung
Kompeten 1. Pelatihan pengelola rantai vaksin
si tenaga 2. Pelatihan Koordinator Imunisasi
80
2.3.1.5.2. Upaya Pemberantasan Penyakit
Meliputi pengendalian penyakit menular dan tidak menular
1.Deskripsi:
.Adapun penyakit menular tertentu yang dapat menimbulkan wabah adalah
Kolera, Pes, Demam Berdarah Dengue, Campak, Polio, Difteri, Pertusis, Rabies,
Malaria, Avian Influenza H5N1, Antraks, Leptospirosis, Hepatitis, Influenza A
baru (H1N1), Meningitis, Yellow Fever dan Chikungunya.
Penyakit menular masih merupakan salah satu masalah kesehatan di Jawa
Timur. Hal ini diperlukan upaya penemuan kasus sedini mungkin dan pengobatan
secara cepat dan tepat. Beberapa penyakit menular tersebut antara lain :
a) Penyakit Kusta, masih merupakan masalah kesehatan karena 30% penderita
Kusta yang ada di Indonesia berasal dari Jawa Timur. Saat ini penderita
terdaftar per 31 Desember 2012 sejumlah 5570 orang. Salah satu upaya kita
untuk menurunkan angka kesakitan kusta dengan meningkatkan advokasi,
kerjasama LS/LP dan penyuluhan pada masyarakat melalui media
cetak/elektronik.Dengan kegiatan tersebut diatas diharapkan dapat menurunkan
stigma di masyarakat serta angka kecacatan pada penderita baru.
b) Tuberculosis (TB), di Jawa Timur merupakan provinsi kedua (14%) setelah
Jawa Barat sebagai penyumbang kasus TB di Indonesia. Pada tahun 2009
jumlah kasus TB yang berhasil ditemukan di Jawa Timur sebanyak 36.999
kasus. Permasalahan secara umum pada program TB adalah angka penemuan
kasus baru masih dibawah target, hal ini dapat diasumsikan bahwa masih
banyak penderita TB yang berobat ke unit pelayanan kesehatan yang lain tanpa
menggunakan strategi DOTS maka dampaknya akan muncul kasus Multi Drug
Resisten (MDR).Bagi pasien dengan pemeriksaan dahak positif maka dapat
diberikan obat TB dalam bentuk lepas (puskesmas rawat inap) dan dipantau
oleh petugas TB sampai pasien melanjutkan pengobatan TB di puskesmas
terdekat alamat pasien.
c) Pneumonia, kejadian Pneumonia di Indonesia pada balita diperkirakan antara
10% - 20% per tahun.Tahun 2013 P2 ISPA menetapkan target penemuan
penderita Pneumonia balita per tahun pada suatu wilayah kerja sebesar 90%
dari 10% jumlah balita yang ada di wilayah kerja
d) Diare, merupakan salah satu penyebab angka kematian dan kesakitan tertinggi
pada anak, terutama pada anak di bawah umur 5 tahun (balita). Angka insiden
(kesakitan) Diare di Indonesia pada tahun 2006 (survei P2 Diare) 423 per 1000
penduduk, sedangkan episode Diare balita adalah 1,0 – 1,5 kali pertahun.
Program P2 Diare menetapkan angka 10% dari perkiraan jumlah penderita
sebagai target penemuan penderita Diare per tahun pada suatu wilayah kerja.
e) Infeksi Virus Dengue (IVD)
Penyakit ini merupakan salah satu penyakit endemis di Indonesia dengan angka
kesakitan yang cenderung meningkat dari tahun ke tahun serta sering
menimbulkan KLB di berbagai Kabupaten/Kota. Strategi utama adalah
melakukan upaya preventif dengan pemutusan mata rantai penularan melalui
gerakan Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) Plus tanpa mengabaikan
peningkatan kewaspadaan dini dan penanggulangan KLB serta penatalaksanaan
penderita.
f) Filariasis (Penyakit Kaki Gajah, Elephantiasis)
Penyakit menular menahun yang disebabkan oleh cacing filaria yang
menyerang saluran dan kelenjar getah bening. Penyakit ini dapat merusak
sistem limfe, menimbulkan pembengkakan pada tangan, kaki, glandula
mammae dan skrotum, menimbulkan cacat seumur hidup serta stigma sosial
bagi penderita dan keluarganya.
81
Penyakit menular masih merupakan masalah kesehatan masyarakat, Prevalensi
penyakit tidak menular yang juga mengalami peningkatan, yaitu penyakit jantung dan
pembuluh darah, penyakit kanker, penyakit diabetes melitus, penyakit degeneratif
serta gangguan akibat kecelakaan dan cedera. Kecenderungan ini dipacu oleh
berubahnya gaya hidup masyarakat modernisasi, urbanisasi penduduk antar kawasan
atau negara yang tidak mengenal batas, sehingga gobalisasi hampir di semua aspek
kehidupan baik sosial budaya, ekonomi, politik, ilmu pengetahuan dan teknologi.
3. Kegiatan upaya pemberantasan penyakit
Tabel 2.4.Kegiatan upaya pemberantasan penyakit didalam dan diluar gedung Puskesmas
Kriteria Kegiatan didalam gedung Kegiatan diluar gedung
Kompeten 1.Pelatihan pengelola program TB 1. Pelatihan/Praktek RHA (Rapid Health
si tenaga 2.Pelatihan petugas program Kusta Assessment)
3.Pelatihan tatalaksana Malaria untuk 2. Pelatihan TRC (Team Reaksi Cepat)
dokter 3. On The Job Training Pengelola Program
4.Pelatihan entomologi vector Malaria TB Fasyankes
5.Pelatihan fogging untuk petugas
Puskesmas (IVD)
6.Pelatihan entomologi vektor IVD
7.Pelatihan MTBS
8.Pelatihan IMS, VCT, dan PITC
9.On The Job Training Pemeriksaan
Mikroskopis TB
82
3.3.1.6.1. Upaya Pengobatan
1. Deskripsi
Pengobatan merupakan suatu proses ilmiah yang dilakukan oleh dokter berdasarkan
temuan-temuan yang diperoleh selama anamnesis dan pemeriksaan. Dalam proses pengobatan
terkandung keputusan ilmiah yang dilandasi oleh pengetahuan dan keterampilan untuk
melakukan intervensi pengobatan yang memberi manfaat maksimal dan resiko sekecil
mungkin bagi pasien. Hal tersebut dapat dicapai dengan melakukan pengobatan yang rasional.
Pengobatan rasional menurut WHO 1987 yaitu pengobatan yang sesuai indikasi, diagnosis,
tepat dosis obat, cara dan waktu pemberian, tersedia setiap saat dan harga terjangkau.
Tujuan pengobatan adalah mengupayakan kesembuhan dan pemulihan pasien secara
optimal melalui prosedur dan tindakan yang dapat dipertanggungjawabkan.
2. Kegiatan upaya pengobatan
83
g. Pasien yang dipulangkan harus mendapat petunjuk dan penerangan yang jelas mengenai
penyakit dan pengobatan selanjutnya
h. Ada jadwal jaga harian bagi dokter, perawat dan petugas non medis yang bertugas di
UGD
2. Kegiatan upaya penanganan kegawatdaruratan
a. Kegiatan didalam gedung
1) Pemeriksaan awal kasus-kasus gawat darurat untuk menilai tingkat kegawatan dan
memberi tindakan prioritas berdasarkan SOP
2) Diagnosis dan penanganan permasalahan dalam upaya penyelamatan jiwa, mengurangi
kecacatan dan kesakitan penderita
a) Melakukan pembalutan, pembidaian dan resusitasi
b) Mengatasi renjatan/syok hipovolemik
c) Melakukan observasi pada
d) Memberikan antidotum pada gigitan ular atau keracunan
e) Pelayanan gawat darurat oleh petugas paling lama 5-10 (lima) menit setelah pasien
sampai di UGD
3) Memberikan bantuan hidup dasar dan bantuan hidup lanjut tertentu
4) Membantu pasien mengatasi kegawatan sirkulasi pembuluh darah dan kesadaran,
pernafasan serta jalan nafas. (Circulation – Breath - Airway )
5) Melakukan resusitasi dan stabilisasi serta pertolongan sementara/tindakan darurat
sebelum korban di evakuasi/transportasi ke Rumah Sakit rujukan
6) Melakukan tindakan operatif terbatas sesuai kompetensi terhadap penderita gawat
darurat antara lain: kecelakaan lalu lintas, persalinan dengan penyulit, penyakit lain
yang mendadak dan gawat
7) Memberikan penyuluhan penanganan gawat darurat awam
8) Penanganan KLB
b. Kegiatan diluar gedung
1) Melakukan pelatihan Bantuan Hidup Dasar kepada masyarakat awam umum dan
awam khusus
2) Membantu pasien mengatasi kegawatan sirkulasi pembuluh darah dan kesadaran,
pernafasan serta jalan nafas. (Circulation – Breath - Airway )
3) Melaksanakan simulasi evakuasi bencana
4) Pelayanan gawat darurat pada situasi bencana
84
b. Kegiatan diluar gedung
1) Pelayanan Upaya Kesehatan Gigi Sekolah (UKGS)
2) Pelayanan Kesehatan Gigi Masyarakat (UKGM), salah bentuk UKBM (posyandu
balita, Bina Keluarga Balita, Poskestren, Saka Bakti Husada dll)
1. Deskriptif
Upaya pelayanan laboratorium adalah upaya yang melaksanakan pelayanan
pemeriksaan spesimen klinik untuk mendapatkan informasi tentang kesehatan
perorangan terutama untuk menunjang upaya penegakan diagnosis penyakit, follow up
terapi dan screening kesehatan serta untuk keperluan penelitian.
2. Kegiatan Upaya Pelayanan Laboratorium
a.Kegiatan didalam gedung
1) Menyelenggarakan pemeriksaan laboratorium yang bermutu berdasarkan etika profesi
2) Melaksanakan rujukan specimen secara horicontal antar puskesmas di wilayahnya
3) Melaksanakan Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) Laboratorium Puskesmas
untuk menghindari bahaya/resiko terhadap petugas laboratorium
4) Melaksanakan kegiatan Pemantapan Mutu, baik Eksternal maupun Internal untuk
menjamin ketepatan hasil pemeriksaan
5) Melaksanakan pencatatan dan pelaporan hasil pemeriksaan
6) Menyelenggarakan pelayanan di bidang diagnostik dengan cara memberikan dan
melakukan interpretasi hasil laboratorium yang bermanfaat untuk pengelolaan pasien,
Puskesmas rawat jalan minimal mampu melakukan pemeriksaan:
1) Pemeriksaan darah, meliputi pemeriksaan hemoglobin, Laju Endap Darahv
hematokrit, hitung jenis lekosit, eritrosit dan trombosit, pemeriksaan sediaan
apus, masa perdarahan, masa pembekuan darah, golongan darah, pemeriksaan
sediaan malaria (tetes tebal)
2) Pemeriksaan urin, meliputi makroskopis (warna, kejernihan, bau, volume,PH,
berat jenis, glukosa, protein, urobilin, bilirubin, darah samar, benda keton dan
sedimen), tes kehamilan
3) Pemeriksaan tinja, berupa:
Makroskopis: warna, bau, konsistensi, darah, lendir, pus, cacing dewasa dan
tes darah samar
Mikroskopis: telur cacing, amoeba, epitel, eritrosit, lekosit dan sisa makanan (
lemak, karbohidrat dan protein)
4) Pemeriksaan mikrobiologi:Basil Tahan Asam (BTA), malaria
5) Pemeriksaan imunologi: tes kehamilan, golongan darah
85
Prioritas sasaran Perkesmas adalah keluarga rawan terutama yang berpenghasilan
rendah. Keluarga rawan adalah keluarga yang rentan terhadap masalah kesehatan ( Vulnerable
group), terutama keluarga yang mempunyai ibu hamil/nifas/menyusui (termasuk balitanya),
usia lanjut, penderita penyakit kronis baik menular maupun tidak menular.
Kegiatan keperawatan kesehatan masyarakat, meliputi kegiatan didalam maupun di
luar gedung Puskesmas baik Upaya Kesehatan Perorangan (UKP) dan atau Upaya Kesehatan
Masyarakat (UKM)
2. Kegiatan Perkesmas
c. Kegiatan didalam gedung
1) Penemuan kasus baru (deteksi dini) pada pasien rawat jalan
2) Pelaksanaan anamnesa pemeriksaan tertentu
3) Penyuluhan/pendidikan kesehatan
4) Pemantauan keteraturan berobat
5) Rujukan kasus/masalah kesehatan kepada tenaga kesehatan lain
6) Pemberian nasehat (konseling) keperawatan
7) Kegiatan yang merupakan tugas limpah sesuai pelimpahan kewenangan yang
diberikan dan atau prosedur yang telah ditetapkan (contoh: pengobatan,
penanggulangan kasus gawat darurat, dll)
8) Menciptakan lingkungan terapeutik dalam pelayanan kesehatan di gedung
9) Pertemuan berkala staf keperawatan setiap bulan untuk mendiskusikan hal-hal yang
berkaitan dengan penyediaan pelayanan keperawatan.Hasil pertemuan dicatat dan
disimpan dengan baik
10) Pemeriksaan kelengkapan peralatan yang akan digunakan, obat-obatan, kartu dan
formulir yang diperlukan
d. Kegiatan diluar gedung/rumah?
Melakukan kunjungan kekeluarga/kelompok/masyarakat untuk melakukan asuhan
keperawatan di keluarga/kelompok/masyarakat
1. Asuhan keperawatan kasus yang memerlukan tindak lanjut di rumah (individu
dalam konteks keluarga). Merupakan asuhan keperawatan individu di rumah dengan
melibatkan peran serta aktif keluarga.
Kegiatan yang dilakukan antara lain :
a) Penemuan suspek/kasus kontak serumah
b) Penyuluhan/pendidikan kesehatan pada individu dan keluarganya
c) Pemantauan keteraturan berobat sesuai program pengobatan
d) Kunjungan rumah (home visit/home health nursing) sesuai rencana
e) Pelayanan keperawatan dasar langsung (direct care) maupun tidak langsung
(indirect care)
f) Pemberian nasehat (konseling) kesehatan/keperawatan
g) Pencatatan dan pelaporan seperti kartu keluarga dan pencatatan posyandu
2. Asuhan keperawatan keluarga rawan dan miskin
Merupakan asuhan keperawatan yang ditujukan pada keluarga rawan
kesehatan/keluarga miskin yang mempunyai masalah kesehatan yang di temukan di
masyarakat dan dilakukan di rumah keluarga.
Kegiatannya meliputi,
a) Identifikasi keluarga rawan kesehatan/keluarga miskin dengan masalah kesehatan
di masyarakat
b) Penemuan dini suspek/kasus kontak serumah
c) Pendidikan/penyuluhan kesehatan terhadap keluarga (lingkup keluarga)
d) Kunjungan rumah (home visit/home health nursing) sesuai rencana
e) Pelayanan keperawatan dasar langsung (direct care) maupun tidak langsung
(indirect care)
f) Pelayanan kesehatan sesuai rencana, misalnya memantau keteraturan berobat
pasien dengan pengobatan jangka panjang
g) Pemberian nasehat ( konseling) kesehatan/keperawatan di rumah
h) Pencatatan dan pelaporan
86
2.3.2.2. Upaya Kesehatan Sekolah (UKS)
3. Deskripsi
Upaya pemerintah dalam rangka meningkatkan derajat kesehatan masyarakat yang
optimal dengan meningkatkan kemampuan hidup sehat peserta didik dalam lingkungan hidup
sehat, sehingga peserta didik dapat belajar, tumbuh dan berkembang secara harmonis dan
optimal menjadi sumber daya manusia yang lebih berkualitas.
Anak usia sekolah merupakan sasaran strategis untuk pelaksanaan program kesehatan,
selain jumlahnya yang besar (30%) dari jumlah penduduk, mereka juga merupakan sasaran
yang mudah dijangkau karena terorganisir dengan baik. Pada umumnya peserta didik tingkat
dasar lebih banyak terkait dengan masalah perilaku hidup bersih dan sehat, sedangkan pada
peserta didik tingkat lanjutan berkaitan dengan perilaku berisiko. Pelayanan kesehatan di
sekolah diutamakan pada upaya peningkatan kesehatan dalam bentuk promotif dan preventif.
4. Kegiatan UKS
a. Kegiatan didalam gedung
1) Pemeriksaan kesehatan rujukan hasil penjaringan kesehatan dan pemeriksaan kesehatan
berkala pada peserta didik tingkat dasar (SD/MI/SDLB) dan tingkat lanjutan
(SMP/MTs, SMA/MA/SMK dan SLLB)
2) Penyuluhan dan konseling kesehatan
b. Kegiatan diluar gedung
1) Penjaringan kesehatan peserta didik tingkat dasar SD/MI/SDLB) dan tingkat lanjutan
(SMP/MTs, SMA/MA/SMK dan SLLB) pada anak yang baru masuk (murid kelas I)
2) Pemeriksaan kesehatan berkala pada peserta didik tingkat dasar (SD/MI/SDLB) dan
tingkat lanjutan (SMP/MTs, SMA/MA/SMK dan SLLB)
3) Penyuluhan dan konseling kesehatan
87
a. Kegiatan didalam gedung
1) Penilaian dan pengendalian risiko
2) Pemeriksaan kesehatan sebelum bekerja, berkala dan khusus (sebelum mutasi,
setelah cuti sakit/cuti panjang, kejadian luar biasa) dan purna bakti (menjelang
pensiun/PHK)
3) Diagnosis dini dan pengobatan segera penyakit akibat kerja/kecelakaan akibat
kerja
4) Pelayanan instalasi gawat darurat
5) Pelayanan kesehatan umum, kuratif dan rehabilitasi
6) Promosi kesehatan di tempat kerja
7) Tindakan preventif bagi manajemen dan kendali bahaya dari risiko kesehatan dan
keselamatan kerja.
8) Pencegahan kecelakaan
9) Surveilans kesehatan kerja dan lingkungan kerja
10) Pencatatan, pelaporan serta dokumentasi
b. Kegiatan diluar gedung
1) Pengumpulan data dasar
2) Pemetaan jenis usaha, jumlah pekerja dan perkiraan faktor risiko dan besarnya
masalah/penilaian besaran masalah
3) Pertemuan koordinasi tingkat kecamatan dengan lintas sektor
4) Pertemuan dengan pengusaha dan serikat pekerja
5) Pelatihan pekerja dan pengusaha oleh Puskesmas
6) Kunjungan lapangan
7) Menentukan tindakan perbaikan
8) Pemberian motivasi pengusaha
9) Memfasilitasi pembentukan Pos UKK sektor formal dan informal
88
2. Kegiatan upaya kesehatan tradisional
a. Kegiatan didalam gedung
1) Melakukan pelayanan dan pembinaan upaya kesehatan tradisional dengan
metoda: akupuntur, akupresur dan ramuan
2) Menginventarisasi pengobat tradisional yang ada di wilayah kerjanya
b. Kegiatan diluar gedung
1) Membina pengobatan tradisional di wilayah kerja melalui forum sarasehan / KIE
2) Kultural
3) Membina dan mengembangkan “self care” (pengobatan di rumah) dengan cara
tradisional
4) Pemantauan praktek pengobat tradisional
5) Menggerakkan dan membina TOGA bersama tim Penggerak PKK Kecamatan
89
5) Pengobatan kasus penyakit mata serta pertolongan pertama pada kedaruratan
mata, dapat dilakukan oleh dokter Puskesmas atau tenaga perawat Puskesmas
dengan bimbingan dokter Puskesmas
6) Rujukan kasus ke Puskesmas
90
Supervisi yang dilakukan oleh dokter meliputi koreksi diagnosis dan terapi dan
perawatan lanjutan dilakukan secara terjadwal setiap 1 (satu) minggu sekali.
2. Kegiatan upaya kesehatan jiwa
a. Kegiatan didalam gedung
1) Penyuluhan kesehatan jiwa dan kegiatan pembinaan hidup sehat kepada
masyarakat.
2) Deteksi secara dini adanya masalah kesehatan yang ada dalam masyarakat atau
pada pasien yang datang ke Puskesmas serta menegakkan diagnosis gangguan
jiwa.
3) Penemuan kasus
4) Diagnosis dini, pemeriksaan dan pengobatan psikofarmaka kasus penyakit jiwa
segera/dini
5) Pertolongan pertama pada kasus kedaruratan jiwa
6) Merujuk kasus ke fasiltas dengan tingkat yang lebih tinggi seperti Rumah Sakit
atau lembaga non kesehatan yang ada di masyarakat
7) Melakukan upaya rehabilitatif dengan kegiatan yang bersifat medis, edukatif,
vokasional dan sosial yang bertujuan memulihkan kemampuan fungsional
penderita
8) Pembinaan pelaksanaan pelayanan kesehatan jiwa yang bersumberdaya
masyarakat
b. Kegiatan diluar gedung
1) Penyuluhan dan kegiatan pembinaan hidup sehat
2) Penjaringan kasus gangguan jiwa di masyarakat
3) Keperawatan kesehatan jiwa
Pelayanan kesehatan jiwa yang bersumberdaya masyarakat (community-based
services)
Merujuk kasus ke fasiltas dengan tingkat yang lebih tinggi seperti Rumah Sakit
atau lembaga non kesehatan yang ada di masyarakat
91
Hasil pertemuan harus dicatat. Hal-hal yang dibicarakan dan disepakati dalam
pertemuan dilengkapi dengan daftar hadir dan kemudian disebarluaskan kepada seluruh
karyawan yang berkepentingan agar dapat ditindaklanjuti.
Pembuktian berupa dokumen notulen rapat, daftar hadir, hasil evaluasi dan bukti
diseminasi/ekspedisi.
Secara berkala, setiap 3 bulan dilakukan Evaluasi kinerja kumulatif tribulan I/II/III/IV
Puskesmas (lampiran 20) dilakukan oleh Puskesmas dan Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota.
Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota mengirimkan laporan setiap 3 ( tiga bulan)
mengenai kegiatan pelayanan kesehatan yang telah dilakukan ke Dinas Kesehatan
Provinsi.
Pada akhir tahun Puskesmas dan Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota melakukan
penilaian standar Puskesmas ( Lampiran 22) dan melaporkan hasil penilaian ke Dinas
Kesehatan Provinsi.
1. Evaluasi kegiatan
Penyelenggaraan kegiatan harus diikuti dengan kegiatan evaluasi yang dilakukan secara
berkala.
Kegiatan evaluasi mencakup hal-hal sebagai berikut:
a. Evaluasi dibedakan dua hal, yaitu
1) Telaah internal, yaitu telaah bulanan terhadap penyelenggaraan kegiatan dan hasil
yang dicapai oleh Puskesmas. Telaah bulanan ini dilakukan dalam lokakarya mini
Puskesmas dengan membandingkan hasil pencapaian dengan rencana dan standar
pelayanan
Penyelenggaraan Lokakarya mini bulanan, tribulanan mengacu pada buku Pedoman
Lokakarya mini Puskesmas, Depkes RI, tahun 2006
2) Telaah eksternal, yaitu telaah triwulan terhadap hasil yang dicapai dikaitkan dengan
sektor lain terkait yang ada di wilayah kerja Puskesmas. Telaah triwulan ini dilakukan
dalam lokakarya mini triwulan Puskesmas secara lintas sektor. Sumber telaahan
eksternal bisa berasal dari hasil survey/Indeks Kepuasan Masyarakat (IKM)
b. Menyusun saran peningkatan penyelenggaraan kegiatan sesuai dengan pencapaian kinerja
Puskesmas serta masalah dan hambatan yang ditemukan dari hasil telaahan bulanan dan
triwulan
92
BAB 3
STANDAR PUSKESMAS RAWAT INAP
93
STRUKTUR ORGANISASI PUSKESMAS RAWAT INAP
Kepala Puskesmas
rawat inap
UKS/UKGS,UKGM Imunisasi
dan ARU P2 DBD Poli umum Rawat inap
Perbaikan gizi P2 Diare Poli KIA/KB Keperawatan
Kesehatan jiwa P2 TB Poli gigi Ambulans
UKK Klinik Poli gizi Laboratorium
P2MH/Kusta
Pemberdayaan dan Ambulans
P2 ISPA
Promkes Perkesmas
Wabah/Surveilans
Kesling UGD
Napza Radiologi
Kesehatan indera
Battra Laboratorium
Kesehatan keluarga Apotik dan
Poskestren gudang obat
Kesehatan olah raga Pusling
1. Jenis Pelayanan, sama dengan jenis pelayanan Puskesmas rawat jalan dengan
penambahan:
1. Pelayanan didalam gedung
94
c. Pelayanan kegawatdaruratan 24 (dua puluh empat) jam dan 7 (tujuh) hari dalam
seminggu.
d. Pelayanan rawat inap
2. Pelayanan penunjang klinik
a. Pelayanan laboratorium: kimia klinik
b. Pelayanan radiologi: bila ada sumber daya pendukung
c. Pelayanan EKG: bila ada sumber daya pendukung
2. Jam Kerja, sama dengan jam kerja Puskesmas rawat jalan dengan perkecualian untuk
pelayanan kegawatdaruratan, rawat inap berlangsung 24 jam dan laboratorium 24 jam
(on call)
3. Rekam Medik, sama dengan rekam medik Puskesmas rawat jalan dengan penambahan:
1. Asuhan keperawatan rawat inap
2. Resume keperawatan rawat inap
1.1.2.2. Ruang
Standar ruang Puskesmas rawat inap sama dengan Puskesmas rawat jalan
dengan minimal penambahan ruang rawat inap yang terdiri dari:
1. Ruang rawat gabung ibu dan bayi : 2 TT
2. Ruang rawat inap anak : 1 TT
3. Ruang rawat inap wanita : 1 TT
4. Ruang rawat inap laki-laki : 1 TT
5. Ruang rawat inap penyakit menular : 1 TT
6. Luas bangunan disesuaikan dengan jumlah tempat tidur (TT). Bangunan minimal
adalah 50 m2 per tempat tidur.
7. Perbandingan jumlah tempat tidur dengan luas lantai untuk ruang perawatan dan
ruang isolasi sebagai berikut
Ruang perawatan Ruang isolasi
minimal minimal
Ruang bayi 2 m2/TT 3,5 m2/TT
Ruang rawat dewasa/anak 4,5 m2/TT 6 m2/TT
95
Penanganan limbah Puskesmas rawat inap sama dengan penanganan limbah
Puskesmas rawat jalan dengan penambahan:
a. Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL), yaitu suatu bangunan instalasi yang mampu
mengolah limbah cair klinis yang berbahaya menjadi aman untuk dibuang di alam atau
badan air.
Persyaratan IPAL (Pengolahan Limbah Cair) :
Pengolahan limbah cair hanya akan efisien jika memenuhi persyaratan sbb :
1) Pengolahan primer : tempat penampungan air limbah pertama yang berasal dari
aktifitas harian (bekas cucian, makanan, bekas minuman dll)
2) Purifikasi biologis sekunder : pengendapan sebagian besar mikroba (bakteri : 90-95
%), virus dan cacing. Pada tahap ini efluen masih mengandung bakteri dan virus
dalam konsentrasi efektif.
3) Pengolahan tersier : teknik pengolaman dapat diterapkan jika lokasi memungkinkan,
apabila sebaliknya maka dilakukan teknik filtrasi pasir cepat.
4) Desinfeksi Klor : upaya penurunan konsentrasi bakteri pathogen, efluen tersier harus
menjalani desinfeksi klor sampai kadar yang ditetapkan. Desinfentant dimaksud
yaitu : Klor dioksida (paling efisien), natrium hipoklorit atau gas klor. Atau desinfeksi
dengan sinar ultraviolet.
b. Air limbah yang berasal dari Puskesmas rawat inap harus diolah di Instalasi Pengolahan
Air Limbah (IPAL), bila tidak mempunyai IPAL harus dikelola sesuai ketentuan yang
berlaku melalui kerjasama dengan pihak lain atau pihak yang berwenang.
c. Disalurkan melalui saluran tertutup, kedap air dan lancar.
d. Limbah cair bekas cucian film harus ditampung dan tidak boleh dibuang ke lingkungan
serta dikoordinasikan dengan Dinas Kesehatan.
1.1.4. Sumber Daya Manusia (SDM), sama dengan sumber daya manusia Puskesmas rawat jalan
dengan penambahan pada lampiran 13
1.1.5. Peralatan, sama dengan peralatan Puskesmas rawat jalan, dengan tambahan pada lampiran 16
96
3.1.3.2. Upaya Pengobatan dan Penanganan Kegawatdaruratan
Upaya pengobatan dan penanganan kegawatdaruratan pada Puskesmas rawat inap
sama dengan upaya pengobatan dan penanganan kegawat daruratan Puskesmas rawat
jalan, ditambah dengan:
1. Pelayanan rawat inap
a. Pelayanan, penilaian disability, penggunaan obat, EKG dan defibrilator
b. Pelayanan medis dan pelayanan penunjang untuk observasi dan diagnosa
penyakit
c. Rujukan
d. Pemulangan
2. Penanganan gawat darurat 24 (dua puluh empat) jam sehari dan 7 (tujuh) hari
seminggu dengan kemampuan melakukan pemeriksaan awal kasus-kasus gawat
darurat, melakukan resusitasi dan stabilisasi sesuai dengan standar
97
e. Evaluasi
f. Rencana kepulangan pasien (resume keperawatan)
4. Tenaga keperawatan harus menghormati hak dan kewajiban pasien serta kode etik
keperawatan
5. Tindakan keperawatan sesuai dengan standar praktek keperawatan dan etika profesi,
didokumentasikan sebagai bukti pelaksanaan tugas tenaga keperawatan
6. Pertemuan berkala staf keperawatan setiap bulan untuk mendiskusikan hal-hal yang
berkaitan dengan penyediaan pelayanan keperawatan. Hasil pertemuan harus dicatat dan
disimpan dengan baik
7. Membimbing dan mengawasi petugas penunjang pelayanan /tenaga non perawatan
Puskesmas Rawat Inap dengan PONED adalah Puskesmas Rawat Inap yang mempunyai
kemampuan serta fasilitas dalam Pelayanan Obstetri Neonatal Emergensi Dasar. Puskesmas siap
memberikan pelayanan 24 jam terhadap ibu hamil, bersalin dan nifas serta bayi baru lahir dengan
komplikasi baik yang datang sendiri atau atas rujukan kader masyarakat, bidan di desa,
Puskesmas Pembantu dan Puskesmas. Puskesmas melakukan rujukan ke RS PONEK (Pelayanan
Obstetri dan Neonatal Emergensi Komprehensif) pada kasus yang tidak mampu ditangani.
Puskesmas rawat inap dengan PONED adalah Puskesmas rawat inap yang mampu
melayani kegawatdaruratan obstetri dan neonatal emergensi dasar. Puskesmas rawat inap dengan
PONED merupakan Puskesmas rawat inap yang mempunyai fasilitas dan kemampuan
Penanganan Obstetri Neonatologi Emergensi Dasar. Dengan makin tersebarnya kemampuan
pelayanan PONED di Puskesmas maka kasus gawat darurat obstetri dan neonatal dapat
distabilkan dan dilakukan penanganan awal yang selanjutnya akan dirujuk ke Rumah Sakit
Kabupaten/Kota untuk menangani kasus rujukan gawat darurat obstetri dan neonatal lebih
baikdan selanjutnya setelah sembuh dikembalikan ke Puskesmas dengan surat rujukan balik
Maka standar yang berlaku pada Puskesmas rawat inap juga berlaku pada Puskesmas
rawat inap dengan PONED, dengan penambahan :
Kriteria pengembangan Puskesmas rawat inap menjadi Puskesmas rawat inap dengan PONED :
1. Puskesmas dengan sarana pertolongan persalinan dari Puskesmas tersebut merupakan
Puskesmas dengan rawat inap yang sudah berfungsi baik.
2. Mempunyai fungsi sebagai sub senter rujukan.
a. Melayani sekitar 50.000-100.000 penduduk yang tercakup oleh Puskesmas (termasuk
penduduk diluar wilayah Puskesmas rawat inap dengan PONED), kecuali Puskesmas di
kepulauan.
b. Jarak tempuh dari lokasi pemukiman sasaran, pelayanan dasar dan Puskesmas biasa ke
puskesmas mampu PONED paling lama 1 (satu) jam dengan transportasi umum
setempat, mengingat waktu pertolongan hanya 2 jam untuk kasus perdarahan.
3. Memenuhi kriteria standar Puskesmas rawat inap dengan PONED
a. Mempunyai tenaga sekurang-kurangnya 1 (satu) orang dokter dan 1 (satu) orang
bidan/Perawat yang tinggal disekitar lokasi Puskesmas rawat inap dengan PONED.
b. Mempunyai tenaga minimal tim PONED 1 (satu) orang dokter, 1 (satu) orang bidan
terlatih PPGDON, 1 (satu) perawat wanita yang tinggal disekitar lokasi Puskesmas rawat
inap dengan PONED.
Kriteria Puskesmas PONED :
1. Puskesmas PONED Aktif
a. Puskesmas rawat inap dengan PONED mempunyai Tim PONED yang lengkap (dokter,
bidan, perawat), atau minimal 1 orang dokter dan 1 orang bidan/perawat terlatih PONED
yang bertempat tinggal di sekitar lokasi Puskesmas PONED.
b. Mempunyai PONED kit siap pakai, suasana aseptik dan tersedia air bersih mengalir.
c. Mempunyai obat dan bahan pakai habis cukup
d. Mempunyai biaya operasional
2. Puskesmas PONED Tidak Aktif
Tidak memenuhi kriteria Puskesmas PONED Aktif.
98
Standar yang berlaku pada Puskesmas rawat inap juga berlaku pada Puskesmas rawat inap
dengan PONED dengan penambahan:
3.2.2.1. Kelembagaan
Menjadi keharusan bahwa Puskesmas mempunyai surat berupa pengesahan
tentang status Puskesmas rawat inap dengan PONED sebagai institusi/sarana
kesehatan yang ditanda tangani oleh Bupati/Walikota atas usulan Kepala Dinas
Kesehatan Kabupaten/Kota
Puskesmas PONED ditetapkan oleh Pemerintah daerah (Bupati/Walikota)
dengan menerbitkan Surat Keputusan sebagai Puskesmas PONED atas usulan Kepala
Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota.
3.2.2.2. Tujuan
Tujuannya sama dengan tujuan Puskesmas rawat inap dengan penambahan:
a. Menyelamatkan kasus kegawatdaruratan kebidanan dan neonatal dengan
memberikan pertolongan pertama, stabilisasi serta mempersiapkan rujukan ke
Rumah Sakit PONEK
b. Mencegah kematian ibu dan bayi.
3.2.2.3. Uraian tugas, sama dengan uraian tugas Puskesmas rawat inap, dengan penambahan:
Melaksanakan dan memberikan upaya pelayanan medik kegawatdaruratan
obstetri dan neonatal dengan penuh tanggung jawab sesuai keahlian dan
kewenangannya.
Tabel 3.2.1.3.Pembagian tugas Petugas Kesehatan /Tim PONED:
No Tenaga Medis Tugas Umum Tugas Khusus
1. Dokter Penyelenggaraan - Menegakkan diagnosa dan
pelayanan medis menentukan terapi serta tindakan
pada kasus kegawat daruratan
maternal dan neonatal
- Operator pada tindakan obstetri
dan neonatal sesuai
kewenangannya
2. Bidan Pelaksana Pelayanan asuhan Membantu persiapan dan
pelaksanaan tindakan obstetri dan
kebidanan
neonatal
3. Perawat Asuhan Melaksanakan asuhan
keperawatan pada Ibu Hamil,
Keperawatan
Bersalin, Nifas serta Bayi Baru
Lahir.
3.2.2.5. Jenis Pelayanan, sama dengan jenis pelayanan Puskesmas rawat inap dengan
penambahan: Pelayanan kegawatdaruratan maternal dan neonatal
Ruang lingkup pelayanan yang berkaitan dengan kegawatdaruratan maternal
dan neonatal yang diberikan, meliputi:
1. Pemantauan kemajuan persalinan
99
2. Pengendalian infeksi
3. Tatalaksana kegawatdaruratan medik Maternal Neonatal
4. Tatalaksana perdarahan pada kehamilan muda
5. Tatalaksana perdarahan post partum
6. Tatalaksana hipertensi dalam kehamilan dan pre eklampsi/eklampsi
7. Tatalaksana persalinan macet
8. Tatalaksana ketuban pecah sebelum waktunya dan sepsis
9. Tatalaksana infeksi nifas
10. Tatalaksana asfiksia pada bayi baru lahir
11. Tatalaksana gangguan nafas pada bayi baru lahir
12. Tatalaksana Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR)
13. Tatalaksana hipotermi
14. Tatalaksana hipoglikemi pada bayi baru lahir
15. Tatalaksana ikterus/hiperbilirubinemia neonatus
16. Tatalaksana kejang pada neonatus
17. Tatalaksana infeksi neonatus
18. Tatalaksana stabilisasi, rujukan dan transportasi bayi baru lahir
19. Tatalaksana persiapan umum sebelum tindakan kegawatdaruratan obstetri
neonatal
Jenis pelayanan yang diberikan dikaitkan dengan sebab kematian ibu dan bayi,
meliputi:
1. Maternal
a. Penatalaksanaan b. Ekstraksi vakum
kegawatdaruratan c. Infeksi nifas
kebidanan
2. Neonatal
a. Bayi berat lahir rendah e. Kejang/ikterik pada
b. Hipotermia bayi baru lahir
c. Resusitasi /asfiksia f. Rujukan dan
pada bayi baru lahir transportasi bayi baru
d. Penanganan gangguan lahir
saluran cerna g. Penanganan dehidrasi
3.2.3.2. Sumber daya manusia, sama dengan sumber daya manusia di Puskesmas rawat
inap dengan perubahan sumber daya manusia
1. Mempunyai tim PONED yang terdiri dari minimal seorang dokter umum dan
seorang bidan yang sudah mengikuti pelatihan PONED dan magang di
Rumah Sakit dengan bimbingan dokter spesialis
2. Tim mau bekerja minimal 2 (dua) tahun setelah mengikuti pelatihan dan harus
siap memberi pelayanan kegawatdaruratan maternal dan neonatal selama 24
jam
3. Tim PONED bertempat tinggal di sekitar lokasi Puskesmas, dengan
waktu tempuh maksimal 15 menit ke Puskesmas.
3.2.3.3. Peralatan
Peralatan medis Puskesmas rawat inap dengan PONED, sama dengan peralatan Puskesmas rawat inap
, dengan penambahan (lihat lampiran.... standar alat)
100
peralatan yang digunakan untuk pemeriksaan kehamilan, persalinan normal, dan
persalinan dengan komplikasi :
- Set resusitasi (balon respirasi, selang reservoir oksigen,masker oksigen)
- Aspirator/penghisap lendir /Suction Pump
- Ekstraktor vakum
- Forceps naegle, lengkap dan kondisinya baik.
- AVM, lengkap dan berfungsi baik
- Sarung tangan panjang untuk placenta manual
2.3.2 Peralatan Neonatal
Pemeriksaan Neonatus Peralatan Kegawatdaruratan
Stetoskop Bayi Inkubator
Termometer Bayi Meja tindakan resusitasi bayi dan tempat tidur
Timbangan bayi untuk observasi bayi (meja dengan lampu dop
Meteran bayi 60 Watt)
Alat penghisap lendir Set resusitasi (Laringoskop pediatri, selang
Pipa plastik reservoar oksigen, ambubag, masker oksigen,
Baju kangguru pipa endotrakeal ukuran 2, 2 ½,3)
Lampu pemanas/radiant warmer Balon penghisap
Kateter penghisap lendir
Sonde lambung
a. Balon sungkup
b. Vacum/forceps ekstraksi
3.2.3.4. Obat-obatan
Obat-obatan Puskesmas rawat inap dengan PONED sama dengan obat-obatan Puskesmas
rawat inap, dengan penambahan:
a. Untuk perdarahan post partum : Oksitosin parenteral, ergometrin, misoprostol tablet
b. Untuk pre eklampsia berat / eklampsia : MgSO4 injeksi, nifedipin, atenolol/labetalol
c. Antibiotika
d. Calsium glukonas
e. Cairan infus : ringer lactat/NaCl/dextrose 5%/HES
f. Set infus dan transfusi set
g. Kateter urin dan kantong urin
h. Alat suntik 1, 2 ½ , 3, 5, 10, 20cc
i. Tabung Oksigen minimal 2
j. Sodium bikarbonat 8,4%
k. Vitamin K1
l. Salep mata
m. Lidocain
n. Adrenalin/Nor-epinephrine
b. Ketamine HCl
c. Diazepam
d. Dopamin/Dobutamin
e. Naloxone dan Sulfas Atropin
f. Furosemide
101
3.2.4.1. Upaya Penanganan Gawat Darurat Obstetri Neonatologi
1. Deskriptif
Puskesmas yang memberikan pelayanan Obstetri dan Neonatal Emergensi Dasar
merupakan pelayanan untuk menanggulangi kasus-kasus kegawatdaruratan obstetri
dan neonatal yang meliputi segi :
a. Pelayanan obstetri yang meliputi pemberian oksitosin parenteral, antibiotika
parenteral dan sedativa, pengeluaran plasenta manual/kuret serta pertolongan
persalinan menggunakan vakum ekstraksi / forceps ekstraksi
b. Pelayanan neonatal yang meliputi resusitasi untuk bayi asfiksia, pemberian
antibiotika parenteral, pemberian antikonvulsan paranteral, pemberian Bic-nat
intraumbilical/Phenobarbital untuk mengatasi ikterus, pelaksanaan thermal control
untuk mencegah hipotermia dan penanggulangan gangguan pemberian nutrisi
2. Kegiatan penanganan gawat darurat obstetri neonatologi.
a. Kegiatan didalam gedung
1) Penatalaksanaan perdarahan pada kehamilan muda(abortus)
2) Persalinan
3) Penatalaksanaan perdarahan post partum termasuk plasenta manual
5) Penatalaksanaan hipertensi dalam kehamilan dan pre eklampsi
6) Pertolongan persalinan dengan faktor penyulit (ekstraksi vacum)
7) Penatalaksanaan ketuban pecah sebelum waktunya
8) Penatalaksanaan infeksi nifas
9) Penatalaksanaan asfiksia pada bayi baru lahir
10) Penatalaksanaan Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR)
11) Penatalaksanaan hipotermi
12) Penatalaksanaan hipoglikemi pada bayi baru lahir
13) Penatalaksanaan ikterus/hiperbilirubinemia neonatus
14) Penatalaksanaan kejang pada neonatus
15) Penatalaksanaan infeksi neonatus
16) Melakukan stabilisasi dan rujukan kasus gawat darurat maternal
neonatal ke Rumah Sakit
17) Kuretase
Kegiatan diluar gedung
1. Rujukan kasus dari Puskesmas ke Rumah Sakit
2. Kunjungan rumah bila pasien sudah kembali dari Puskesmas rawat inap dengan
PONED atau Rumah Sakit.
3.3. STANDAR PUSKESMAS RAWAT INAP PLUS (Pemberi Layanan Unggulan Spesialis)
Jenis Puskesmas rawat inap PLUS :
1. Puskesmas rawat inap PLUS (PONED)
2. Puskesmas rawat inap PLUS (non PONED)
102
3. Upaya pelayanan kesehatan
103
BAB 4
PENUTUP
Standar Puskesmas ini merupakan revisi terhadap buku Standar Puskesmas Rawat
Inap, diharapkan dapat membantu penyelenggaraan Puskesmas rawat jalan dan rawat inap agar
pelayanan kesehatan dapat berjalan dengan baik sehingga dapat meningkatkan derajat kesehatan
masyarakat secara optimal melalui pelayanan kesehatan yang terjangkau dan berkualitas.
Standar Puskesmas merupakan acuan Kabupaten/Kota dalam mengembangkan kebijakan
operasional setempat sesuai dengan kondisi dan situasi daerah masing-masing. Diharapkan standar ini
bermanfaat dan dapat membantu Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dalam melaksanakan pembinaan
dan pengawasan secara rutin terhadap penyelenggaraan pelayanan kesehatan di Puskesmas rawat
jalan, Puskesmas rawat inap, Puskesmas rawat inap PONED dan Puskesmas rawat inap PLUS. Pada
akhirnya, diharapkan agar kualitas dan efektivitas pelayanan kesehatan di Puskesmas meningkat.
Penyusunan buku Standar Puskesmas ini telah diusahakan dengan sebaik-baiknya dengan
melibatkan beberapa unsur terkait. Namun demikian tentu masih terdapat kekurangan dan kekeliruan
dalam penyusunan buku ini, untuk itu saran perbaikan dan penyempurnaan Standar Puskesmas ini
kami harapkan dari berbagai pihak yang terkait dengan pelayanan dan pendidikan kesehatan demi
kesempurnaan buku ini.
104
DAFTAR PUSTAKA
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 25 tahun 2009 Tentang Pelayanan Publik. Jakarta
105
Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 1076/MENKES/SK/VII/2003 Tentang Penyelenggaraan
Pengobatan Tradisional. Jakarta
Depkes RI, (1996). Pedoman Pemantauan dan Penilaian Program Perawatan Kesehatan Masyarakat.
Jakarta. Ditjen Bina Kesehatan Masyarakat Departemen Kesehatan RI
Hanafiah, Jusuf, Amir, Amri, (1999). Etika Kedokteran dan Hukum Kesehatan. EGC.Jakarta
Depkes RI, (2002). Standar Pelayanan Kesehatan Indera Penglihatan dan Pendengaran. Jakarta
Depkes RI, (2003). Pedoman Pengelolaan Obat Publik dan Perbekalan Kesehatan di Puskesmas.
Direktorat Jenderal Pelayanan Kefarmasian dan Alat Kesehatan. Jakarta
Mabes TNI (2004). Pedoman Tentang Pengukuran Kinerja Pelayanan Kesehatan di Rumah Sakit
Angkatan Darat. Direktorat Kesehatan. Jakarta
Prawirohardjo S, (2004). Panduan Pencegahan Infeksi untuk Fasilitas Pelayanan Kesehatan Dengan
Sumber Daya Terbatas. Yayasan Bina Pustaka. Jakarta
106
Depkes RI, (2005). Depkes RI, (2005). Standar Sarana Penyimpanan Obat Publik dan Perbekalan
Kesehatan. Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan. Jakarta
Depkes RI, (2005). Standar Sarana Penyimpanan Obat Publik dan Perbekalan Kesehatan. Direktorat
Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan. Jakarta
Depkes RI, (2005). Pedoman Pelayanan Keperawatan Gawat Darurat di Rumah Sakit. Direktorat Bina
Keperawatan. Jakarta
Depkes RI, (2006). Pedoman Perencanaan Tingkat Puskesmas. Direktorat Jenderal Bina Kesehatan
Masyarakat. Jakarta
Depkes RI, (2006). Pedoman Lokakarya Mini Puskesmas. Direktorat Jenderal Bina Kesehatan
Masyarakat. Jakarta
Depkes RI, (2007). Pedoman Pelayanan Kefarmasian di Puskesmas. Direktorat Bina Farmasi
Komunitas dan Klinik. Jakarta
Depkes RI, (2007). Pedoman Pengobatan Dasar di Puskesmas. Direktorat Bina Kesehatan
Masyarakat.Jakarta
Depkes RI, (2007). Pedoman Tata Ruang Puskesmas. Direktorat Bina Kesehatan Masyarakat.Jakarta
Depkes RI, (2007). Standar Pelayanan Kesehatan Gigi dan Mulut di Puskesmas. Direktorat Jenderal
Bina Pelayanan Medik. Jakarta
Depkes RI, (2007). Standar Pelayanan Minimal Pengendalian Penyakit Jantung dan Pembuluh Darah.
Direktorat Pengendalian Penyakit Tidak Menular. Dirjen PP dan PL Jakarta
Depkes RI, (2007). Pedoman Pelayanan Kefarmasian di Puskesmas. Direktorat Bina Farmasi
Komunitas dan Klinik. Jakarta
Depkes RI, (2008). Pedoman Pelayanan Medik Dasar Pada Anak di Sarana Kesehatan. Direktorat
Bina Pelayanan Medik Dasar.Jakarta
Depkes RI, (2008). Pedoman Peningkatan Mutu Pelayanan Medik Dasar. Direktorat Bina Pelayanan
Medik Dasar. Jakarta
Depkes RI, (2008). Pedoman Pelayanan Medik di Klinik Departemen dan Perusahaan. Direktorat
Bina Pelayanan Medik Dasar Direktorat Jenderal Bina Pelayanan Medik. Jakarta
Depkes RI, (2008). Pedoman Manajerial Pencegahan dan Pengendalian Infeksi di Rumah Sakit dan
Fasilitas Pelayanan Kesehatan Lainnya. Direktorat Bina Pelayanan Medik. Jakarta
IBI, (2008). Buku Instrumen Bidan Delima (3) Revisi 1 Feb 2008. Jakarta
107
Depkes RI, (2009). Akreditasi Laboratorium Kesehatan. Direktorat Bina Pelayanan Penunjang Medik
. Direktorat Jenderal Bina Pelayanan Medik. Jakarta
Depkes RI, (2009). Buku Pedoman Pelayanan Kesehatan Jiwa di Fasilitas Pelayanan Kesehatan
Dasar. Direktorat Jenderal Bina Pelayanan Medik. Jakarta
Dinkes Prov Jatim, (2010). Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Provinsi Jawa
Timur Tahun 2010-2014. Surabaya
Dinkes Prov Jatim, (2010). Pedoman Pengukuran Tingkat Perkembangan UKBM. Surabaya
Kesepakatan Bersama Antara Pemerintah Provinsi Jawa Timur Dengan Pemerintah Kabupaten /Kota
di Jawa Timur Tentang Kerjasama Pembangunan Daerah. Surabaya
Peraturan Gubernur Jawa Timur Nomor 4 Tahun 2010 Tentang Pondok Kesehatan Desa (Puskesmas
Rawat Inap). Surabaya
Depkes RI, (2010). Pedoman Pelayanan Kesehatan Indera Penglihatan di Puskesmas. Jakarta
Depkes RI, (2010). Pedoman Pelayanan Kesehatan Indera Pendengaran di Puskesmas. Jakarta
Kementerian Kesehatan RI, (2011). Petunjuk Teknis Penyusunan Profil Kesehatan Kabupaten/Kota.
Jakarta
Dinkes Prov Jatim, (2011). Standar Ponkesdes. Bidang Bina Pelayanan Kesehatan.Surabaya
Dinkes Prov Jatim, (2011).Rencana Aksi Daerah Percepatan Pencapaian Tujuan Pembangunan
Millenium ( MDGs) di Provinsi Jawa Timur 2011-2015. Surabaya
Depkes RI, (2011). Daftar Obat Esensial Nasional. Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat
Kesehatan. Jakarta.
Dinkes Prov Jatim, (2012).Standar Puskesmas rawat inap. Bidang Bina Pelayanan Kesehatan.
Surabaya
Dinkes Prov Jatim, (2012). Pedoman Sistem Rujukan Berbasis Indikasi Medis Provinsi Jawa Timur.
Surabaya
Dinkes Prov Jatim, (2012). Pedoman Penilaian Kinerja Puskesmas. Bidang Bina Pelayanan
Kesehatan. Surabaya
108
Lampiran 1
KARTU RAWAT JALAN
NAMA :.........................................................................................
JENIS KELAMIN: L/P UMUR:………..TAHUN
ALAMAT :..........................................................................................
NAMA KK :..........................................................................................
NO INDEKS/REGISTER KK :......................................................................................
Tanggal Pemeriksaan Diagnosa No Kode Pengobatan Anjuran B/L/KKL Ket/
Penyakit Paraf
( ICD X)
109
Lampiran 2
Kop Dinas Kesehatan
a. Memberikan pelayanan kebidanan sesuai SOP Bertanggung jawab atas pelaksanaan tugas yang
dibebankan
b. Bertanggung jawab atas keberhasilan upaya kesehatan di wilayahnya
c. Bertanggung jawab atas pemeliharaan sarana kesehatan di Puskesmas
d. Bertanggung jawab atas tertib administrasi (keuangan, kepegawaian, pencatatan dan pelaporan,
obat-obatan dll)
110
e. Bertanggung jawab kepada Kepala Puskesmas secara teknik medik dan administratif
3. Wewenang :
a. Menggunakan alat atau inventaris kebidanan untuk kepentingan pelayanan
b. Melakukan tindakan medis sesuai dengan kompetensi
c. Memberikan pelayanan kesehatan sesuai dengan kemampuan, kewenangan atas perintah Kepala
Puskesmas dan dibawah pengawasan dokter puskesmas baik dalam maupun luar gedung
d. Melaksanakan upaya rujukan medik dan kesehatan baik horizontal maupun vertikal ke sarana
pelayanan kesehatan yang lebih mampu
e. Menyelenggarakan administrasi: keuangan, sarana prasarana, obat-obatan, kepegawaian,
ketatausahaan yang sederhana
f. Melaksanakan fungsi manajemen (perencanaan, penggerakan dan pelaksanaan, pengawasan,
pengendalian dan penilaian
g. Membina & menggerakkkan peran serta masyarakat (posyandu, kader, tokoh masyarakat dan
dukun) di wilayah kerjanya
4. Hubungan kerja/kemitraan :
a. Bidan Desa
b. Penanggung Jawab Program Imunisasi
c. Penanggung Jawab Perbaikan Gizi
d. Penanggung Jawab Program Kesehatan Lingkungan
e. Koordinator Program Pengendalian Penyakit dan Surveilans
f. Koordinator UKP (Dokter Puskesmas)
g. Penanggung Jawab Program Gigi dan Mulut
h. Penanggung Jawab Program Promkes dan PKM
i. Penanggung Jawab Program UKBM
Uraian tugas ini berlaku selama yang bersangkutan masih menduduki jabatan tersebut diatas.
` (………………...........
……) (…………......……………)
NIP NIP
Mengesahkan
Kepala Puskesmas………………
(……...……….......………)
NIP………….........……
111
112
Lampiran 3
ALUR PELAYANAN
Puskesmas ………………………………….
Jl……………………………………no……..Kab/Kota…….
Periksa:
Daftar
1. Poli Umum
Ruang 2. Poli Gigi
Tunggu 3. Poli KIA-KB
4. Poli Gizi
5. Promotif/prev Rujuk /
entif
Pasien 6. ……………. pulang/
Rawat
Inap
Laboratorium
Unit
Gawat
Darurat 1. Kamar Obat
2. Administrasi
JAM PELAYANAN
Senin - Kamis : 07.00 – 14.00 WIB
Jum’at : 07.00 – 11.00 WIB
Sabtu : 07.00 – 12.00 WIB
Minggu : tutup
Lampiran 4
: Pendaftaran pasien,
Judul SOP penerimaan pasien dan atau Penanggung Jawab
Logo spesimen
Puskesmas No. : .... / PK-KIA / PKM...... /
Disusun Diperiksa Disahkan
................ Dokumen 2011
Kabupaten No. Revisi : 00
....................
Tgl. mulai
: ...........................
berlaku
Halaman : 114 - 132 ........................ ....................... ...........................
I. Pengertian:
Mendaftar dan menerima semua pasien dan atau specimen dan pengambilan spesimen yang mau
periksa ke laboratorium Puskesmas
II. Tujuan:
Peningkatan mutu pelayanan laboratorium Puskesmas dan penatalaksanaan pelayanan secara cepat
terhadap pasien
III. Kebijakan
a. Prosedur
1. Pendaftaran pasien dan atau spesimen
a) Pendaftaran pasien atau specimen dilakukan di meja pendaftaran yang dibuka setiap hari
kerja (Senin-Sabtu) pada jam 07.00 – 14.00 WIB dan hari Minggu jam 07.00 – 11.00 WIB
b) Pendaftaran dan pengambilan spesimen diluar gedung dibatasi
c) Petugas pendaftaran melakukan pencatatan:
1) Tanggal pendaftaran
2) Identitas pasien,meliputi: nama,umur, jenis kelamin dan alamat
3) Identitas pengirim
4) Pemeriksaan yang diminta
d) Setelah pasien menyelesaikan administrasi pendaftaran, pasien menuju ruang sampling
2. Penerimaan pasien:
Spesimen yang dapat diperiksa di Laboratorium Puskesmas :
a) Darah
b) Urin
c) Tinja
d) Sputum
b. Instruksi Kerja
1. Menyapa pasien yang datang
2. Menanyakan tujuan pasien datang ke laboratorium Puskesmas
3. Menanyakan pasien apakah ada surat pengantar dari dokter/perawat/bidan
4. Menanyakan jenis pemeriksaan yang dikehendaki bagi pasien yang tidak membawa surat
pengantar dari dokte/perawat/bidan (atas permintaan sendiri),bila kesulitan dianjurkan untuk
melakukan konsultasi dengan dokter Puskesmas
5. Bagi pasien rawat inap di Puskesmas atau pasien yang menghendakipelayanan home service
(pengambilan spesimen di rumah) dapat menghubungi laboratorium Puskesmas terlebih
dahulu,kemudian petugas laboratorium melakukan pengambilan di rumah atau Puskesmas
yang bersangkutan
6. Petugas pendaftaran melakukan pencatatan:
a) Tanggal pendaftaran
b) Identitas pasien, meliputi: nama,umur, jenis kelamin dan alamat
c) Identitas pengirim
d) Pemeriksaan yang diminta
7. Setelah pasien menyelesaikan administrasi, pasien menuju ruang sampling untuk dilakukan
pengambilan
spesimen
8. Untuk pendaftaran spesimen rujukan dilakukan pencocokan antara specimen yang datang
dengan jenis pemeriksaan yang diminta
Lampiran 5
SOP MEDIS
SOP PENANGANAN SYOK ANAFILAKTIK
1. Tujuan:
Sebagai acuan dalam penatalaksanaan syok anafilaktik di Puskesmas...............
2. Ruang lingkup
Semua pasien yang mengalami syok anafilaktik di semua unit layanan yang melakukan tindakan
medis,yaitu:
2.1. Unit layanan UGD
2.2. Unit layanan poli umum
2.3. Unit layanan poli KIA/KB
2.4. Unit layanan ruang persalinan
2.5. Unit layanan poli gigi
2.6. Unit layanan ruang tindakan
2.7. Unit layanan rawat inap
3. Kriteria pencapaian:
Semua tenaga medis dan paramedis mampu dan terampil dalam menangani pelanggan yang
mengalami shock anafilaktik
4. Definisi
Penanganan shock anafilaktik merupakan serangkaian tindakan deteksi cepat dan koreksi segera
terhadap kondisi yang mengancam jiwa akibat terjadinya syok anafilaktik yang disebabkan oleh
pemberian obat – obatan / alergi berat.
5. Uraian umum
5.1. Syok merupakan keadaan darurat yang disebabkan oleh kegagalan perfusi darah ke jaringan,
sehingga mengakibatkan gangguan metabolism sel
5.2. Syok anafilaktik adalah syok yang biasanya terjadi segera setelah penyuntikan/pemberian
serum atau obat-obatan terhadap penderita yag sensitif.
Tanda-tanda syok anafilaktik yaitu:
5.2.1. Tanda subyektif : Hal ini sering didahului dengan gejala mual, pusing, nyeri kepala,
gangguan penglihatan, urtikaria, edema wajah, lemas, berdebar dan telinga
berdenging.
5.2.2. Tanda obyektif : keringat dingin, tekanan darah menurun denyut nadi meningkat,
rekuensi napas meningkat.
Selain tanda-tanda syok juga terdapat spasme bronkioli yang menyebabkan asfiksia dan
sianosis.
6. Peralatan
6.1. Tabung oksigen
6.2. Tensimeter
6.3. Ambulans (bila dirujuk)
6.4. Adrenalin ampul
6.5. Difenhidramin 60 – 80mg
6.6. Deksametason vial
6.7. Aminophilin 1 ampul
6.8. Jarum suntik disposIble 2,5 atau 3 ml
6.9. Infus set dengan menggunakan jarum besar (no. 16 – 18)
6.10. Cairan ringer lactate (RL) atau NaCl 0,9%
7. Instruksi kerja
No Instruksi kerja Petugas
1 Bebaskan jalan nafas pasien Dokter/perawat/bidan
2 Berikan oksigen 6-8 liter per menit Dokter/perawat/bidan
3 Baringkan pasien dengan posisi kaki lebih tinggi dari kepala (posisi Dokter/perawat/bidan
trendelenburg)
4 Berikan suntikan adrenalin 1:1000 sejumlah 0,2 - 0,5 cc (4-5 strip) Dokter/perawat/bidan
secara subkutan pada bagian tubuh yang mudah dicapai, untuk pasien
anak 0,01 cc per kilogram berat badan
5 Pasang segera infus ringer laktat atau NaCl 0,9% dengan menggunakan Dokter/perawat/bidan
jarum besar (no. 16 – 18), teteskan 12 tetes/menit untuk memudahkan
tindakan selanjutnya.
6 Amati kesadaran, denyut nadi, tekanan darah, frekuensi pernapasan Dokter/perawat/bidan
untuk memantau apakah ada tanda-tanda kemajuan
7 Apabila tensi tidak terukur atau kurang dari 100 mmHg ulangi Dokter/perawat/bidan
pemberian adrenalin 1 : 10.000 (adrenalin 1 cc ditambah NaCl 9 cc)
diberikan IV sebanyak 2 – 3 cc, untuk pelanggan anak 0,1 cc per
kilogram berat badan. Dosis dapat diulang setiap 10 menit
8 Setelah infus terpasang dapat diberikan difenhidramin 60 – 80mg intra Dokter/perawat/bidan
vena (IV) bolus
9 Bila ada wheezing berikan aminophilin 1 ampul IV pelan – pelan Dokter/perawat/bidan
10 Sementara itu segera siapkan transportasi untuk merujuk ke rumah Dokter/perawat/bidan
sakit terdekat bila tidak terdapat kemajuan.
8. Diagram alir
Lakukan
pembebasan jalan Berikan masker Tinggikan kaki Berikan injeksi
Mulai oksigen 6-8 liter pasien adrenalin 1:1000
nafas pasien
per menit
Pasang infus RL dg
jarum besar
9. Referensi
a. Materi Pelatihan General Emergency Life Support dan Penanggulangan Penderita Gawat
Darurat, Seri Medis Teknik Standard. RSU dr. Soetomo – FK UNAIR, Surabaya, 2007
b. Primary Trauma Care, buku kerja Versi Januari 2008. Ikatan Dokter Spesialis Anestesi
Indonesia, 2008
c. Simposium Penanganan Penderita Shock. Ikatan Dokter Spesialis Anestesi Indonesia, Surabaya
9. Dokumen terkait
a. Kartu rekam medik non rawat inap/rawat inap pasien
b. Buku register unit layanan terkait
c. Buku rujukan pasien
d. Form rujukan eksternal (Askes/Jamkesmas/umum)
Lampiran 7
SOP CARA CUCI TANGAN
Lampiran 9
PERSETUJUAN TINDAKAN MEDIS
(………………..)
Nama jelas
** Isi dengan jenis tindakan medis yang akan dilakukan
* Lingkari dan coret yang lain
Lampiran 11
KOP PUSKESMAS
Menimbang : dst,
Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran
2. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan
3. Permenkes no . 512/Menkes/Per/IV/2009 tentang Ijin Praktik Dokter dan
Pelaksanaan Praktek Kedokteran
Memperhatikan: Untuk meningkatkan tanggung jawab dan akuntabilitas pelayanan Kesehatan
bagi petugas maupun masyarakat di UPT Puskesmas..........
Dan keterbatasan tenaga medis di UPT Puskesmas .................... maka perlu diberikan
kewenangan dalam hal pelayanan kesehatan dasar kepada perawat di Puskesmas
4 dst
MEMUTUSKAN
Menetapkan :
KESATU : Daftar nama perawat di UPT Puskesmas ............................ tersebut diatas dinilai
mampu untuk melaksanakan pendelegasian tugas pelayanan kesehatan tingkat
dasar (Pemeriksaan dan pengobatan) berdasarkan prosedur tetap yang telah dibuat
sesuai dengan kemampuan dan pengetahuan yang dimiliki.
KETIGA : Kepala Puskesmas bertindak sebagai penanggung jawab dan menerima laporan
langsung dari perawat Puskesmas.
KEEMPAT : Segala sesuatu akan diubah dan ditetapkan kembali apabila ternyata dikemudian
hari terdapat kekeliruan dalam Surat Keputusan ini
KELIMA : Surat Keputusan ini berlaku sejak tanggal ditetapkan
Ditetapkan di ...........................
Pada tanggal : ........................
Kepala UPT Puskesmas Dokter yang memberi wewenang
................................................. ....................................................
NIP : ...................................... NIP : ..........................................
Tembusan:
2. Koordinator Pengobatan Dasar
3. Koordinator Tata Usaha
4. Yang bersangkutan
Lampiran 12
KUESIONER PENYUSUNAN INDEKS KEPUASAN MASYARAKAT
INSTANSI PENYELENGGARA PELAYANAN PEMERINTAH
DEP/LPN/PROV/KAB/KOTA/BUMN/BUMD*):……………………………………………..
Pemerintah dan dunia usaha sangat membutuhkan insformasi unit pelayanan instansi pemerintah secara
rutin . Untuk itu pemerintah berupaya menyajikan INDEKS KEPUASAN MASYARAKAT secara rutin, yang
diharapkan mampu memberikan gambaran mengenai kualitas pelayanan di instansi pemerintah pada
masyarakat. Indeks tersebut diperoleh berdasarkan pendapat masyarakat, yang di kumpulkan melalusi SURVEI
KEPUASAN MASYARAKAT TERHADAP UNIT PELAYANAN PUBLIK.
BIDANG : …………………………………………………………………………………
UNIT PELAYAN :……………………………………………………………………………………
AlAMAT :……………………………………………………………………………………
TELPON/FAX :……………………………………………………………………………………
(………………………….,………………………2013)
PERHATIAN.
1. Tujuan survey ini adalah untuk memperoleh gambaran secara obyektif mengenai kepuasan masyarakat
terhadap pelayanan public
2 Nilai yang diberikan oleh masyarakat diharapkan sebagai nilai yang dapat dipertanggung jawabkan
3 Hasil survey ini akan digunakan untuk bahan penyusunan indeks kepuasan masyarakat terhadap
pelayanan public yang sangat bermanfaat bagi pemerintah maupun masyarakat
4 Keterangan ini yang diberikan bersifat terbuka dan tidak dirahasiakan
5 Survei ini tidak ada hubungannya dengan pajak ataupun politik
NO MATERI DOKTER
A Materi Dasar : T Prk Jml
1. Pedoman Kegawatdaruratan 1 0 1
2. Sistem Penanggulangan Gawat Darurat Terpadu ( SPGDT ) 1 0 1
3. Etika dan Hukum Kesehatan
1 0 1
3 0 3
B Materi Inti :
A.Materi Teknis Medis Standar
1. Dasar-dasar PPGD 1 0 1
2. Airway, Breathing,Circulation,Drug,,Disabilty, Differential 3 7 10
Diagnosis (A,B,C,D) Problem dan Management
3. Resusitasi Jantung Paru
4. Penilaian rekaman EKG 1 2 3
5. Penggunaan Defibrilator 1 1 2
1 2 3
B.Materi Teknis Medis Khusus
1. Kegawatdaruratan Bedah/ penanganan trauma
2.Kegawatdaruratan Penyakit Dalam/ Jantung 4 9 13
3.Kegawatdaruratan Obstetri ( Kebidanan ) 4 6 10
4. Kegawatdaruratan bayi baru lahir, bayi dan anak 4 6 10
5.Kegawatdaruratan Neurologi 4 6 10
6. Kegawatdaruratan Psikiatri 2 0 2
&. Stablisasi dan Transportasi 1 0 1
1 2 3
C.Prinsip Penanganan Bencana
1 3 4
28 44 72
C Materi Penunjang :
1.Dinamika kelompok 0 2 2
2.Geomedic Mapping 1 0 1
3.Materi lokal spesifik 2 0 2
4.Komunikasi interpersonal 1 0 1
4 2 6
Jumlah 35 46 81
NO MATERI DOKTER
A Materi Dasar : Teori Praktek Jml
1. Pedoman Kegawatdaruratan 1 0 1
2. Sistem Penanggulangan Gawat Darurat Terpadu ( SPGDT ) 1 0 1
3. Etika & Hukum Kesehatan
1 0 1
3 0 3
B Materi Inti :
A.Materi Teknis Medis Standar
1. Dasar-dasar PPGD 1 1 2
2. Airway, Breathing,Circulation,Drug,,Disabilty, Differential 3 7 10
Diagnosis (A,B,C,D) Problem dan Management
3. Resusitasi Jantung Paru
4. Penilaian rekaman EKG 2 7 9
5. Penggunaan Defibrilator 1 2 3
1 0 1
B.Materi Teknis Medis Khusus
1. Kegawatdaruratan Bedah/ penanganan trauma
2.Kegawatdaruratan Penyakit Dalam/ Jantung 5 5 10
3.Kegawatdaruratan Obstetri ( Kebidanan ) 3 6 9
4. Kegawatdaruratan bayi baru lahir, bayi dan anak 2 7 9
5.Kegawatdaruratan Neurologi 2 7 9
6. Kegawatdaruratan Psikiatri 1 0 1
&. Stablisasi dan Transportasi 1 0 1
1 3 4
C.Prinsip Penanganan Bencana
1 3 4
24 48 72
C Materi Penunjang :
1.Dinamika Kelompok 0 2 2
2.Geomedic Mapping 1 0 1
3. Materi lokal spesifik 2 0 2
4.Komunikasi interpersonal 1 0 1
4 2 6
Jumlah 31 50 81
Catatan :
1. Perbedaan stuktur program untuk dokter dan perawat/bidan adalah jumlah jam pelajaran (jpl)
Teori dan Praktek
2. Materi Penunjang : Muatan Lokal disesuaikan dengan jenis penyakit/permasalahan di wilayah
setempat
Lampiran 14
KUESIONER SURVEI KEPUSAN MASYARAKAT TERHADAP PELAYANAN PUSKESMAS
Pemerintah dan dunia usaha sangat membutuhkan insformasi unit pelayanan instansi pemerintah
secara rutin . Untuk itu pemerintah berupaya menyajikan INDEKS KEPUASAN MASYARAKAT
secara rutin, yang diharapkan mampu memberikan gambaran mengenai kualitas pelayanan di instansi
pemerintah pada masyarakat. Indeks tersebut diperoleh berdasarkan pendapat masyarakat, yang di
kumpulkan melalusi SURVEI KEPUASAN MASYARAKAT TERHADAP UNIT PELAYANAN
PUBLIK.
BIDANG : …………………………………………………………………………………
UNIT PELAYAN :……………………………………………………………………………………
AlAMAT :……………………………………………………………………………………
TELPON/FAX :……………………………………………………………………………………
(………………………….,………………………2013)
PERHATIAN.
1. Tujuan survey ini adalah untuk memperoleh gambaran secara obyektif mengenai kepuasan
masyarakat terhadap pelayanan public
2 Nilai yang diberikan oleh masyarakat diharapkan sebagai nilai yang dapat dipertanggung
jawabkan
3 Hasil survey ini akan digunakan untuk bahan penyusunan indeks kepuasan masyarakat terhadap
pelayanan public yang sangat bermanfaat bagi pemerintah maupun masyarakat
4 Keterangan ini yang diberikan bersifat terbuka dan tidak dirahasiakan
5 Survei ini tidak ada hubungannya dengan pajak ataupun politik
Umur ………………………………………Tahun