Anda di halaman 1dari 141

REVISI BUKU STANDAR PUSK 26 Mei 13

BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pembangunan kesehatan sebagai bagian dari pembangunan nasional mempunyai
tujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap
orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang optimal. Undang-Undang Republik
Indonesia nomor 36 tahun 2009 tentang kesehatan pasal 5 menyebutkan bahwa setiap orang
mempunyai hak dalam memperoleh pelayanan kesehatan yang aman, bermutu dan terjangkau.
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) tahun 2010 2014
yang tercantum pada Keputusan Presiden Nomor 5 Tahun 2010 adalah meningkatkan Umur
Harapan Hidup dari 70,7 tahun menjadi 72 tahun, menurunkan Angka Kematian Ibu dari 228
per 100.000 persalinan menjadi 118 per 100.000 persalinan, menurunkan Angka Kematian
Bayi dari 34 per 1000 kelahiran hidup menjadi 24 per 1000 kelahiran hidup dan menurunkan
prevalensi gizi kurang dari 18,4% menjadi 15% pada anak balita.
Paradigma baru di bidang kesehatan merespon berbagai perubahan dan tantangan,
maka ditetapkan visi Kementerian Kesehatan yaitu masyarakat yang mandiri untuk hidup
sehat dan berkeadilan dengan salah satu misinya mendorong kemandirian hidup sehat bagi
keluarga dan masyarakat diwilayah kerjanya. Strategi yang diambil antara lain dengan
meningkatkan akses masyarakat terhadap pelayanan kesehatan yang berkualitas, bermutu,
merata, terjangkau dan berkesinambungan
Mengacu pada Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Provinsi
Jawa Timur Tahun 2009 2014, pembangunan kesehatan dilaksanakan dengan strategi
meningkatkan akses dan kualitas pelayanan kesehatan terutama bagi masyarakat miskin.
Pada Mei 2013 jumlah Puskesmas di Jawa Timur adalah 960 Unit. Puskesmas Rawat
Inap sebanyak 496 Unit. Puskesmas Rawat Jalan 464 Unit, Puskesmas Pembantu 2268 Unit,
Pustu Gadar 175 Unit serta Ponkesdes sejumlah 2846 Unit. Jumlah penduduk di Jawa Timur
adalah 37.764.241 jiwa yang berada pada 38 Kabupaten/Kota dengan jumlah Kecamatan
sebanyak 661 dan 8497 Desa/Kelurahan.
Pelayanan Puskesmas harus memenuhi public safety dalam rangka melindungi
kepentingan pasien, masyarakat, dan petugas. Pelayanan Puskesmas harus dilakukan sesuai
standar input dan proses Puskesmas. Pemenuhan standar input dan proses di Puskesmas
berdampak pada output Puskesmas, oleh karena itu perlu disusun Standar Puskesmas di Jawa
Timur.

1.2 Dasar Hukum


1. Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1984 tentang Wabah Penyakit Menular
2. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen
3. Undang-Undang Nomor 43 Tahun 1999 sebagai Perubahan Undang-Undang Nomor 8
Tahun 1974 tentang Pokok-Pokok Kepegawaian
4. Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran
5. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah
6. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 25 Tahun 2009 tentang Pelayanan Publik
7. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan
8. Peraturan Pemerintah Nomor 24 tahun 1976 tentang Cuti
9. Peraturan Pemerintah Nomor 40 tahun 1991 tentang Pedoman Penanggulangan Wabah
10. Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 1996 tentang Tenaga Kesehatan
11. Peraturan Pemerintah Nomor 20 Tahun 2001 tentang Pembinaan dan Pengawasan atas
Penyelenggaraan Pemerintah Daerah
12. Peraturan Pemerintah Nomor 65 Tahun 2005 tentang Pedoman Penyusunan dan
Penerapan Standar Pelayanan Minimal
13. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintah
antara Pemerintah, Pemerintah Daerah Propinsi, dan Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota
14. Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 2007 tentang Kelembagaan Perangkat Daerah
15. Peraturan Pemerintah Nomor 53 Tahun 2010 tentang Disiplin Pegawai
16. Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 585/MENKES/PER/IX/1989 tentang Persetujuan
Tindakan Medik
17. Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 919/MENKES/PER/X/1993 tentang Kriteria
Obat Yang Dapat Diserahkan Tanpa Resep
18. Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 876/MENKES/VIII/2001 tentang Pedoman
Teknis Analisis Dampak Kesehatan Lingkungan
19. Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 131/MENKES/SK/II/2004 tentang Sistem
Kesehatan Nasional
20. Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 512/MENKES/PER/IV/2007 tentang Izin
Praktek dan Pelaksanaan Praktik Kedokteran
21. Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 269/MENKES/PER/III/2008 tentang Rekam
Medik
22. Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor Hk.02.02/MENKES/148/I/2010 tentang Ijin dan
Penyelenggaraan Praktik Perawat
23. Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 161/MENKES/PER/I/2010 tentang Registrasi
Tenaga Kesehatan
24. Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 492/MENKES/PER/IV/2010 tentang
Persyaratan Kualitas Air Minum
25. Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 1464/MENKES/PER/X/I/2010 tentang Ijin dan
Penyelenggaraan Praktik Bidan
26. Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 1018/MENKES/PER/V/2011 tentang Strategi
Adaptasi Sektor Kesehatan Terhadp Dampak Perubahan Iklim
27. Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor 7/ PER/25/M.PAN/2/2010
tentang Pedoman Penilaian Kinerja Unit Pelayanan Publik
28. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 001 Tahun 2012 pasal 3 tentang
sistim rujukan pelayanan kesehatan perorangan
29. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 128/MENKES/SK/II/2004 tentang Kebijakan
Dasar Puskesmas
30. Keputusan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor KEP/25/M.PAN/2/2004
tentang Pedoman Umum Penyusunan Indeks Kepuasan Masyarakat Unit Pelayanan
Instansi Pemerintah
31. Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 1437 Tahun 2005 tentang Rencana Strategi
Nasional Penanggulangan Ganggan Penglihatan dan Kebutaan Untuk Mencapai Vision
2020
32. Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 428 Tahun 2006 tentang Pedoman Manajemen
Kesehatan Indera Penglihatan dan Pendengaran
33. Keputusan Menteri Kesehatan RI no. 879/Menkes/SK/XI/2006 tentang Rencana Strategi
Nasional Penanggulangan Gangguan Pendengaran dan Ketulian untuk mencapai tujuan
Sound Hearing 2030
34. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 1428/MENKES/SK/XII/2006 tentang Pedoman
Penyelenggaraan Kesehatan Lingkungan Puskesmas
35. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 369/MENKES/SK/III/2007 tentang Standar Profesi
Bidan
36. Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 585/MENKES/SK/V/2007 tentang Pedoman
Pelaksanaan Promosi Kesehatan di Puskesmas
37. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor - 1028/MENKES/SK/I/2011
- tentang Klinik Rawat
Inap Pelayanan Medik Dasar
38. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 791/MENKES/SK/VIII/2008 tentang Daftar Obat
Esensial Nasional ( DOEN)
39. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 2500/Menkes/SK/XII/2011
tentang Daftar Obat Esensial Nasional 2011
40. Keputusan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor KEP/25/M.PAN/2/2012
tentang Pelayanan Publik

2
41. Peraturan Gubernur Jawa Timur Nomor 38 Tahun 2009 tentang Rencana Pembangunan
Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Provinsi Jawa Timur Tahun 20092014
42. Keputusan Gubernur Jawa Timur Nomor 61 tahun 1999 tentang Baku Mutu Limbah Cair
Bagi Kegiatan Rumah Sakit di Provinsi Jawa Timur
43. Keputusan Gubernur Jawa Timur Nomor 14 tahun 2001 tentang Pengambilan Contoh Uji
Air, Limbah Cair, Udara di Provinsi Jawa Timur
44. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 028 Tahun 2011 tentang klinik
45. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 001 Tahun 2012 pasal 3 tentang
sistim rujukan pelayanan kesehatan perorangan

1.3 Pengertian
1. Standar pelayanan kesehatan adalah ukuran baku dan tolok ukur yang dipergunakan
dalam penyelenggaraan dan penilaian kualitas pelayanan kesehatan
2. Puskesmas adalah Unit Pelaksana Teknis Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota (UPTD) yang
bertanggung jawab menyelenggarakan pembangunan kesehatan di suatu wilayah kerja
3. Puskesmas rawat jalan adalah Puskesmas yang melaksanakan 6 (enam) upaya wajib dan
pengembangan serta tidak mempunyai fasilitas rawat inap
4. Puskesmas rawat inap adalah Puskesmas yang mempunyai fasilitas rawat inap dengan
tempat tidur minimal 6 (enam) dan maksimal 25 (dua puluh lima) buah, untuk dapat
memberikan layanan kesehatan rawat inap selama 24 (dua puluh empat) jam kepada
masyarakat dalam waktu tidak lebih dari 5 (lima) hari
5. Puskesmas rawat inap denganPONED adalah Puskesmas Rawat Inap yang mempunyai
kemampuan serta fasilitas dalam Pelayanan Obstetri Neonatal Emergensi Dasar.
Puskesmas siap memberikan pelayanan 24 jam terhadap ibu hamil, bersalin dan nifas
serta bayi baru lahir dengan komplikasi baik yang datang sendiri atau atas rujukan kader
masyarakat, bidan di desa, Puskesmas Pembantu dan Puskesmas.
6. Puskesmas rawat inap PLUS (Pemberi Layanan Unggulan Spesialis) adalah Puskesmas
rawat inap yang mempunyai unggulan minimal 1 (satu) orang dokter spesialis, dengan
kunjungan periodik maupun pelayanan tetap ke Puskesmas
7. Puskesmas rawat inap PLUS (PONED) adalah Puskesmas rawat inap yang mempunyai
unggulan minimal 1 (satu) orang dokter spesialis Kebidanan kandungan dan atau spesialis
Anak, dengan kunjungan periodik maupun pelayanan tetap ke Puskesmas
8. Puskesmas rawat inap PLUS (Pemberi Layanan Unggulan Spesialis) non PONED
adalah Puskesmas rawat inap bukan PONED yang mempunyai unggulan minimal 1 (satu)
orang dokter spesialis, bukan dokter spesialis Kebidanan kandungan dan Anak, dengan
kunjungan periodik maupun pelayanan tetap ke Puskesmas
9. Pelayanan medik dasar adalah pelayanan medik yang dilakukan oleh maksimal dokter
dan dokter gigi ddi sarana pelayanan kesehatan dasar
10. Pelayanan kesehatan tingkat pertama adalah pelayanan kesehatan dasar yang diberikan
oleh dokter dan dokter gigi di puskesmas, puskesmas perawatan, tempat praktik
perorangan, klinik pratama, klinik umum dibalai/lembaga pelayanan kesehatan, dan
rumah sakit pratama
11. Pelayanan kesehatan tingkat kedua adalah pelayanan kesehatan spesialistik yang
dilakukan oleh dokter spesialis atau dokter gigi spesialis yang menggunakan pengetahuan
dan teknologi kesehatan spesialistik di rumah sakit kelas B,C,D serta RS khusus
12. Pelayanan kesehatan tingkat ketiga adalah pelayanan kesehatan subspesialistik yang
dilakukan oleh dokter sub spesialis atau dokter gigi sub spesialis yang menggunakan
pengetahuan dan teknologi subspesialistik di rumah sakit kelas A dan RS kelas B yang
mempunyai subspesialistik
13. Kompetensi adalah seperangkat tindakan cerdas dan penuh tanggung jawab yang dimiliki
seseorang sebagai syarat untuk dianggap mampu oleh masyarakat dalam melaksanakan
tugas-tugas di bidang pekerjaan tertentu (SK Mendiknas No. 45/U/2002)
14. Sistim rujukan adalah suatu sistim penyelenggaraan pelayanan kesehatan dimana terjadi
pelimpahan tanggung jawab timbal balik atas kasus atau masalah kesehatan yang timbul

3
baik secara vertikal maupun horizontal secara struktural dan fungsional terhadap kasus
penyakit atau masalah penyakit atau permasalahan kesehatan

1.4 Tujuan
1. Tujuan umum
Tersedianya standar penyelenggaraan Puskesmas sehingga tercapai pelayanan kesehatan
yang aman dan bermutu agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang optimal
2. Tujuan khusus
a. Tersedianya standar Puskesmas rawat jalan
b. Tersedianya standar Puskesmas rawat inap
1) Tersedianya standar Puskesmas rawat inap
2) Tersedianya standar Puskesmas rawat inap PONED
3) Tersedianya standar Puskesmas rawat inap PLUS

1.5 Manfaat
Dengan tersedianya standar Puskesmas maka dapat diperoleh manfaat sebagai berikut,
1. Bagi masyarakat
Sebagai acuan untuk mendapatkan pelayanan kesehatan sesuai standar
2. Bagi Puskesmas
Sebagai acuan dalam penyelenggaraan pelayanan, monitoring dan evaluasi pelayanan
kesehatan di Puskesmas
3. Bagi Dinas Kesehatan Provinsi dan Kabupaten/Kota
a. Sebagai acuan dalam mengukur standar pelayanan kesehatan di Puskesmas
b. Sebagai acuan dalam penentuan kebijakan di Puskesmas
c. Sebagai acuan dalam perencanaan program dan anggaran
4. Bagi pemerintah daerah
Sebagai acuan dalam perencanaan pengembangan, monitoring dan evaluasi pelayanan
kesehatan

1.6 Ruang Lingkup


Ruang lingkup standar Puskesmas meliputi:
1.Manajemen dan administrasi, meliputi manajemen operasional dan manajemen mutu
a. Manajemen Operasional, meliputi ijin operasional, visi, misi, motto dan janji layanan,
tujuan dan fungsi, struktur organisasi dan uraian tugas, perencanaan, pelaksanaan dan
evaluasi kegiatan, indikator kinerja program, alur pelayanan, jam kerja, jenis
pelayanan, biaya dan tarif, persyaratan pelayanan, rekam medik, sop, informed
consent, pendelegasian pengobatan dasar, hak serta kewajiban pasien dan penyedia
layanan, denah ruangan, papan nama ruangan, peta wilayah, pencatatan dan
pelaporan, jenis dan alur serta mekanismenya, perencanaan serta lokakarya mini,
visualisasi data cakupan kegiatan pokok tahun lalu
b. Manajemen Mutu, meliputi Pembentukan Tim Jaminan Mutu, Indeks Kepuasan
Masyarakat, prosedur pengelolaan pengaduan pengguna layanan, Pemantauan
Pencegahan dan Pengendalian Infeksi
a. Sumber daya, meliputi bangunan dan ruang, sumber daya manusia, peralatan, obat-
obatan dan pelayanan kefarmasian serta pembiayaan
b. Upaya pelayanan kesehatan, meliputi upaya kesehatan wajib dan pengembangan
c. Monitoring dan evaluasi, meliputi jenis, jadwal dan pelaksanaannya

4
BAB 2
STANDAR PUSKESMAS RAWAT JALAN

Puskesmas sebagai Unit Pelaksana Teknis Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota yang


bertanggung jawab menyelenggarakan pembangunan kesehatan di suatu wilayah kerja tertentu.
Wilayah kerja Puskesmas meliputi wilayah kerja administratif, yaitu satu wilayah kecamatan, atau
beberapa desa/kelurahan di satu wilayah kecamatan.
Faktor luas wilayah, kondisi dan jumlah penduduk, merupakan dasar pertimbangan untuk
membangun dan menentukan wilayah kerja Puskesmas. Menurut standar Kementerian Kesehatan RI,
rasio kecukupan jumlah Puskesmas adalah 1: 30.000 penduduk. Agar peran dan fungsi Puskesmas
sebagai unit pelayanan kesehatan yang berada diujung paling depan dapat lebih maksimal melayani
masyarakat, maka setiap Puskesmas yang ada maupun yang akan didirikan harus memenuhi standar
baik sebagai Puskesmas rawat jalan, Puskesmas rawat inap, Puskesmas rawat inap dengan PONED
maupun Puskesmas rawat inap PLUS.

2.1. Standar Manajemen dan Administrasi Puskesmas

Manajemen Puskesmas adalah proses rangkaian kegiatan yang dilaksanakan secara sistematik
di Puskesmas untuk menghasilkan keluaran yang efektif dan efisien untuk semua pekerjaan kegiatan.
Manajemen Puskesmas merupakan suatu rangkaian kegiatan yang bekerja secara sinergik yang
meliputi perencanaan, penggerakan,pelaksanaan serta pengendalian, pengawasan dan penilaian
Administrasi Puskesmas adalah tata cara tulis menulis yang dilakukan secara teratur, tertib,
terarah dan seragam serta mempunyai peranan dalam mendukung pelaksanaan tugas pokok guna
mencapai tujuan organisasi.
Manajeman dan administrasi di Puskesmas terbagi menjadi:
1. Manajemen Operasional
2. Manajemen Mutu

2.1.1.Manajemen Operasional
Manajemen Operasional adalah proses perencanaan, pengorganisasian, pengarahan dan
pengawasan usaha Puskesmas dan penggunaan sumber dayanya agar mencapai tujuan yang
telah ditetapkan. Jadi merupakan proses transformasi dari input menjadi output
Manajemen Operasional Puskesmas, meliputi:
1. Ijin Operasional
2. Visi, misi, Motto dan janji layanan serta tujuan dan fungsi
3. Struktur organisasi dan uraian tugas
4. Peta wilayah kerja
5. Jam kerja
6. Jenis pelayanan
7. Persyaratan pelayanan
8. Biaya/tarif
9. Denah ruangan
10. Alur pelayanan
11. Rekam medik
12. Informed consent
13. Alur rujukan
14. Pendelegasian pengobatan dasar
15. Hak dan kewajiban pasien
16. Hak dan kewajiban penyedia layanan
17. Standar Operasional Prosedur (SOP)

5
18. Indikator kinerja program
19. Pencatatan dan pelaporan
20. Perencanaan

2.1.2. Manajemen Mutu, meliputi:


1. Pembentukan/SK Tim Manajemen Mutu
2. Survey Indeks Kepuasan Masyarakat dan Indeks Kepuasan Masyarakat
3. Prosedur pengelolaan pengaduan pengguna layanan
4. Pemantauan Pencegahan dan Pengendalian Infeksi

2.1.1.1 . Ijin Operasional


Ijin operasional Puskesmas adalah ijin operasional yang terpampang di Puskesmas
dikeluarkan oleh Pemda/Pemkot setempat atas rekomendasi Kepala Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota
Berdasarkan Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan pasal 30
menyebutkan bahwa semua fasilitas Pelayanan Kesehatan harus mempunyai ijin yang
dikeluarkan oleh Pemerintah. Puskesmas sebagai fasilitas kesehatan harus mempunyai ijin
operasional yang meliputi ijin unit gawat darurat, poliklinik umum, poliklinik KIA-KB,
poliklinik gigi dan mulut serta laboratorium.Persyaratan ijin operasional mengacu pada
Permenkes 028/MENKES/PER/I/2011 tentang klinik.

2.1.1.2.`Visi, Misi, Motto dan Janji Layanan serta Tujuan dan Fungsi Puskesmas
2.1.1.2.1. Visi
Visi pembangunan kesehatan di Puskesmas adalah Terwujudnya Kecamatan
Sehat, yakni sebuah Kecamatan dimana masyarakatnya hidup dalam lingkungan yang sehat
dan perilaku hidup bersih dan sehat, memiliki kemampuan untuk menjangkau pelayanan
kesehatan yang bermutu, secara adil dan merata agar tercapai derajat kesehatan yang setinggi-
tingginya.
Rumusan visi untuk masing-masing Puskesmas harus mengacu pada visi tersebut
dan digunakan sesuai dengan situasi dan kondisi masyarakat serta wilayah kecamatan setempat.

2.1.1.2.2. Misi
Misi pembangunan kesehatan yang diselenggarakan Puskesmas adalah adalah:
a. Menggerakkan pembangunan berwawasan kesehatan di wilayah kerjanya
Puskesmas akan selalu menggerakkan pembangunan sektor lain yang diselenggarakan di
wilayah kerjanya, agar memperhatikan aspek kesehatan, yaitu pembangunan yang tidak
menimbulkan dampak negatif terhadap kesehatan, setidak-tidaknya terhadap lingkungan
dan perilaku masyarakat
b. Mendorong kemandirian hidup sehat bagi perorangan, keluarga dan masyarakat di
wilayah kerjanya
Puskesmas akan selalu berupaya agar setiap keluarga dan masyarakat yang bertempat
tinggal di wilayah kerjanya makin berdaya dibidang kesehatan, melalui peningkatan
pengetahuan dan kemampuan menuju kemandirian untuk hidup sehat
c. Memelihara dan meningkatkan mutu pemerataan dan keterjangkauan pelayanan
kesehatan yang diselenggarakan.
Puskesmas akan selalu berupaya menyelenggarakan pelayanan kesehatan yang sesuai
dengan standar dan memuaskan masyarakat, mengupayakan pemerataan pelayanan
kesehatan serta meningkatkan efisiensi pengelolaan dana sehingga dapat dijangkau oleh
seluruh anggota masyarakat.
d. Memelihara dan meningkatkan kesehatan perorangan, keluarga, masyarakat beserta
lingkungannya, selalu berupaya mencegah dan menyembuhkan penyakit, serta
memulihkan kesehatan perorangan, keluarga dan masyarakat yang berkunjung dan yang
bertempat tinggal di wilayah kerjanya, tanpa diskriminasi dan dengan menerapkan
kemajuan ilmu dan teknologi kesehatan yang sesuai. Upaya pemeliharaan dan

6
peningkatan yang dilakukan oleh Puskesmas mencakup pula aspek lingkungan dari yang
bersangkutan

2.1.1.2.3 Motto Layanan


Motto adalah suatu acuan penuntun perilaku para pelaksana yang diharapkan dapat
memotivasi pegawai Puskesmas untuk memberikan pelayanan terbaik.Motto pelayanan
disosialisasikan oleh kepala Puskesmas kepada seluruh karyawan dalam memberikan
pelayanan kepada masyarakat

2.1.1.2.4. Janji Layanan


Janji Pelayanan adalah pedoman dan acuan dalam bertindak dan berperilaku dalam
memberikan pelayanan kesehatan yang bermutu. Janji layanan disosialisasikan kepada
seluruh karyawan

2.1.1.2.5. Tujuan
Tujuan pembangunan kesehatan yang diselenggarakan oleh Puskesmas adalah
mendukung tercapainya tujuan Pembangunan Kesehatan Nasional yakni meningkatkan
kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang yang bertempat
tinggal di wilayah kerja Puskesmas agar terwujud derajat kesehatan yang setinggi
tingginya dalam rangka mewujudkan Indonesia Sehat.

2.1.2.5. Fungsi
Fungsi Puskesmas adalah sebagai,
1. Pusat penggerak pembangunan berwawasan kesehatan
Puskesmas selalu berupaya menggerakkan dan memantau penyelenggaraan
pembangunan lintas sektor termasuk oleh masyarakat dan dunia usaha di wilayah
kerjanya, sehingga berwawasan serta mendukung pembangunan kesehatan.
Disamping itu Puskesmas aktif memantau dan melaporkan dampak kesehatan dari
penyelenggaraan setiap program pembangunan di wilayah kerjanya
2. Pusat pemberdayaan masyarakat
Puskesmas selalu berupaya agar perorangan terutama pemuka masyarakat, keluarga
dan masyarakat, memiliki kesadaran, kemauan dan kemampuan melayani diri
sendiri dan masyarakat untuk hidup sehat, berperan aktif dalam memperjuangkan
kepentingan kesehatan termasuk sumber pembiayaannya, serta ikut menetapkan,
menyelenggarakan dan memantau pelaksanaan program kesehatan. Pemberdayaan
perorangan, keluarga dan masyarakat ini diselenggarakan dengan memperhatikan
kondisi dan situasi, khususnya sosial budaya masyarakat setempat
3. Pusat pelayanan kesehatan masyarakat primer
Pelayanan kesehatan masyarakat primer adalah pelayanan yang bersifat public
goods dengan tujuan utama memelihara dan meningkatkan kesehatan serta
mencegah penyakit tanpa mengabaikan penyembuhan penyakit dan pemulihan
kesehatan. Pelayanan kesehatan masyarakat tersebut antara lain adalah promosi
kesehatan, pemberantasan penyakit, penyehatan lingkungan, perbaikan gizi,
peningkatan kesehatan keluarga, keluarga berencana, kesehatan jiwa masyarakat
serta berbagai program kesehatan masyarakat lainnya
4. Pusat pelayanan kesehatan perorangan primer
Puskesmas bertanggung jawab menyelenggarakan pelayanan kesehatan tingkat
pertama secara menyeluruh, terpadu dan berkesinambungan. Pelayanan kesehatan
perorangan tingkat pertama yang menjadi tanggung jawab Puskesmas adalah
pelayanan yang bersifat pribadi (private goods) dengan tujuan utama
menyembuhkan penyakit dan pemulihan kesehatan perorangan, tanpa mengabaikan
pemeliharaan kesehatan dan pencegahan penyakit
Ketentuan:

7
1. Ada kejelasan Visi, Misi, Motto dan Janji Layanan serta Tujuan dan Fungsi yang
menjadi acuan penyelenggara layanan di Puskesmas
2. Visi, Misi, Motto dan Janji Layanan serta Tujuan dan Fungsi yang dipampang di
dinding Puskesmas sesuai dengan kebutuhan dan harapan masyarakat
3. Ada mekanisme untuk mengkomunikasikannya ke pemegang program, pelaksana dan
masyarakat
4. Semua karyawan Puskesmas memahami Visi, Misi, Motto dan Janji Layanan serta
Tujuan dan Fungsi Puskesmas
5. Ada peninjauan/evaluasi tentang Visi, Misi, Motto dan Janji Layanan serta Tujuan dan
Fungsi Puskesmas dalam penyelenggaraan program dan layanan
6. Ada evaluasi kesesuaian kinerja Puskesmas dengan Visi, Misi, Motto dan Janji
Layanan serta Tujuan dan Fungsi Puskesmas

2.1.2. Struktur Organisasi dan Uraian Tugas


2.1.3.1. Struktur Organisasi
Struktur organisasi adalah bagan yang memperlihatkan tata hubungan kerja antar
bagian dan garis kewenangan, tanggung jawab dan komunikasi dalam menyelenggarakan
pelayanan dan antar unit pelayanan di Puskesmas serta manajemennya.
Sebagai acuan dapat dipergunakan pola struktur organisasi Puskesmas sebagai berikut:
a. Kepala Puskesmas
b. Unit Tata Usaha yang bertanggungjawab membantu Kepala Puskesmas dalam
pengelolaan:
1. Pengolahan data dan informasi
2. Perencanaan dan Penilaian (SP2TP)
3. Keuangan
4. Kepegawaian dan umum
c. Unit Pelaksana Teknis Fungsional Puskesmas:
1) Upaya Kesehatan Masyarakat (UKM), terdiri dari UKM pemberdayaan serta
UKM surveilans dan pengendalian penyakit
a) UKM pemberdayaan terdiri dari
penanggung jawab
1) Perkesmas ( Keperawatan Kesehatan Masyarakat)
2) UKS dan ARU
3) Perbaikan gizi
4) Kesehatan lingkungan
5) Kesehatan jiwa
6) Upaya Kesehatan Kerja (UKK)
7) Pemberdayaan dan promosi kesehatan
8) Kesehatan Indera
9) Battra
10) Kesehatan keluarga
11) Poskestren
12) Pengawasan makanan dan minuman
13) Olahraga
b) UKM surveilans dan pengendalian penyakit.
1) Imunisasi
2) P2 Demam Berdarah Dengue ( DBD)
3) P2 Diare
4) P2 Tuberculosis
5) P2 Morbus Hansen/Kusta
6) P2 Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA)
7) Wabah Surveilans
8) Narkotika, Psikotropika dan Zat aktif (Napza)
9) Kesehatan Jemaah haji

8
2) Upaya Kesehatan Perorangan (UKP) di Puskesmas yaitu UKP rawat jalan yang
terdiri dari penanggung jawab:
a) Poli Umum
b) Poli KIA/KB
c) Poli Gigi
d) Klinik Gizi
e) Ambulans
f) Unit Gawat Darurat
g) Radiologi
h) Laboratorium
i) Apotik dan gudang obat
j) Puskesmas keliling
d. Jaringan pelayanan Puskesmas meliputi:
1) Unit Puskesmas Pembantu, yang membawahi/mengkoordinir beberapa bidan
dan perawat ponkesdes yang mejadi wilayah binaannya
2) Ponkesdes (Pondok Kesehatan Desa)
3) Polindes

STRUKTUR ORGANISASI PUSKESMAS

Kepala Puskesmas

Koordinator Tim Kepala Tata Usaha


Mutu

Keuangan Kepegawaian SP2TP


dan Umum

Koordinator Upaya Koordinator Upaya Kesehatan


Kesehatan Masyarakat Koordinator Upaya
Masyarakat (Surveilance dan Pengendalian Kesehatan Perorangan
(Pemberdayaan) Penyakit)

Penanggung Jawab
Penanggung Jawab Penanggung Jawab

Perkesmas Imunisasi Poli Umum


UKS dan ARU P2 DBD Poli KIA/KB
Perbaikan Gizi P2 Diare Poli Gigi
Kesehatan Jiwa P2 TB Klinik Gizi
P2MH/Kusta Ambulans
UKK P2 ISPA UGD
Pemberdayaan dan Wabah Surveilans Laboratorium
Promkes. Napza Apotik dan Gudang
Kesehatan Kes Jemaah Haji Obat
Keluarga Pusling
Kesling
Kesehatan Indera
Poskestren
Koordinator Koordinator
Polindes Puskesmas Pembantu Ponkesdes

9
Gambar 2.1. Struktur organisasi Puskesmas rawat jalan

Keterangan:
Garis pertanggung jawaban
Polindes Polindes sebagai UKBM tetapi bertanggung jawab langsung kepada
Kepala Puskesmas

Dalam realisasi pelaksanaan penyusunan struktur organisasi dan penempatan petugas


dapat dilakukan secara fleksibel, bergantung kepada jumlah dan jenis tenaga, kegiatan
dan fasilitas di masing-masing Puskesmas. Selain itu, juga dapat dimodifikasi sesuai
kemudahan koordinasi dan integrasi personal maupun program serta akses layanan.
Ketentuan:
1. Struktur organisasi yang dipampang di dinding tergantung dari kegiatan dan beban
tugas masing-masing Puskesmas.
2. Penyusunan struktur organisasi puskesmas di satu kabupaten/kota dilakukan oleh
Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota
3. Terdapat struktur organisasi Puskesmas yang ditanda tangani oleh Kepala Dinas
Kesehatan Kabupaten/Kota
4. Ada kajian terhadap struktur organisasi yang dilakukan secara periodik untuk
menyempurnakan struktur yang ada agar sesuai dengan perkembangan dan kebutuhan
Puskesmas
5. Hasil kajian ditindaklanjuti dengan perubahan/penyempurnaan struktur organisasi

2.1.3.2. Uraian Tugas


Uraian tugas adalah pernyataan tertulis untuk setiap tingkat jabatan dalam unit
kerja yang mencerminkan fungsi, tanggung jawab dan kualitas yang dibutuhkan. Uraian
tugas merupakan dasar utama untuk dapat memahami dengan tepat tugas dan tanggung
jawab serta akuntabilitas setiap petugas di Puskesmas dalam melaksanakan peran dan
fungsinya.
Setiap petugas di Puskesmas harus mempunyai uraian tugas yang memuat
tanggung jawab, wewenang dan hubungan kerja antar sesama petugas. Uraian tugas
merupakan pedoman dan pegangan bagi setiap pegawai untuk melaksanakan kegiatan
sehari-hari
Uraian tugas seluruh pegawai Puskesmas dibuat, ditetapkan dan dipantau
pelaksanaan tugasnya oleh Kepala Puskesmas (contoh lampiran 1).Uraian tugas dikaji
ulang secara regular dan jika perlu dapat dilakukan perubahan.

Kepala Puskesmas
1. Mempunyai tugas pokok dan fungsi memimpin, mengawasi dan mengkoordinir
kegiatan Puskesmas yang dapat dilakukan dalam jabatan struktural dan jabatan
fungsional
2. Menyusun rencana kerja dan kebijakan teknis Puskesmas
3. Memimpin pelaksanaan kegiatan di Puskesmas
4. Melaksanakan pengawasan, pengendalian dan evaluasi program/kegiatan Puskesmas
5. Memimpin penyelenggaraan pertemuan berkala ( mini lokakarya bulanan,
tribulanan)
6. Membina petugas puskesmas
7. Bertanggung jawab mengenai pendidikan berkelanjutan, orientasi dan program
pelatihan staf untuk menjaga kemampuan dan meningkatkan pelayanan sesuai
kebutuhan
8. Membangun kerjasama dengan berbagai pihak terkait di kecamatan, Lintas Sektor,
penyedia pelayanan kesehatan tingkat pertama swasta dan perorangan serta
masyarakat dalam UKBM

10
9. Bertanggung jawab atas penyelenggaraan pelaksanaan program program di
Puskesmas
10. Bertanggung jawab atas penyusunan RUK melalui analisa dan perumusan masalah
berdasarkan prioritas
11. Bertanggung jawab atas penyusunan RPK secara terinci dan lengkap
12. Mengolah dan menganalisa data, untuk selanjutnya diinformasikan atau dilaporkan
ke Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota, serta pihak yang berkepentingan lainnya
13. Memberikan umpan balik hasil kegiatan kepada semua staf puskesmas
14. Melakukan pemeriksaan keuangan secara berkala dan bertanggungjawab atas hasil
pemeriksaan
15. Melaksanakan tugas lain yang diberikan oleh Kepala Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota

Kepala Urusan Tata Usaha


1. Mengkoordinasikan berbagai kegiatan administratif dan manajemen di Puskesmas,
untuk mendukung Kepala Puskesmas menjalan tugas dan fungsinya mengelola
Puskesmas
2. Bertanggung jawab atas administrasi, membantu pengelolaan keuangan, dan
pengelolaan sumberdaya lainnya
Menyiapkan SK bendahara barang , SK penanggung jawab pengelola barang, SK
penanggung jawab kendaraan
a) Membuat perencanaan kebutuhan dan Pemeliharaan Barang Unit
b) Membuat data stok barang
c) Menjaga kelengkapan alat-alat yang diperlukan
d) Membuat data aset di masing-masing ruangan
e) Melaksanakan up dating daftar inventaris sebagai bahan laporan
f) Melakukan evaluasi perawatan alat kesehatan
g) Melaporkan fungsi dan kondisi alat kesehatan
h) Melaporkan seluruh inventarisasi alat kesehatan
3. Menyediakan dan menyimpan data umum Puskesmas serta data kesehatan yang
diperlukan untuk kepentingan semua pihak yang membutuhkan:
a) Data pencapaian cakupan kegiatan pokok tahun lalu dan visualisasi datanya
b) Data 10 penyakit terbanyak
c) Data RKBU (Rencana Kebutuhan Barang Unit) dan RPTBU (Rencana
Pengadaan Triwulan arang Unit)
d) Data lain
4. Mengolah dan menganalisis data
5. Mempunyai tugas pokok di bidang kepegawaian:
a) Membuat struktur organisasi UPTD
b) Membuat daftar/catatan kepegawaian petugas:
c) Membuat uraian tugas dan tanggung jawab setiap petugas
d) Membuat rencana kerja bulanan bagi setiap petugas sesuai dengan tugas,
wewenang dan tanggung jawab
e) Membuat penilaian DP3 tepat waktu
f) Melakukan file kepegawaian
6. Mengarsipkan surat masuk dan surat keluar
7. Mendokumentasikan pencatatan dan pelaporan.
8. Melaksanakan tugas lain yang diberikan oeh Kepala Puskesmas

Dokter/ Dokter Gigi


1. Melaksanakan dan memberikan upaya pelayanan medik dengan penuh tanggung
jawab sesuai keahlian dan kewenangannya serta sesuai standar profesi dan peraturan
perundangan yang berlaku

11
2. Melaksanakan pelayanan medik sesuai SOP, Standar Pelayanan Minimal (SPM),
Standar Pelayanan Publik (SPP) tata kerja dan kebijakan yang telah ditetapkan oleh
kepala Puskesmas
3. Mengidentifikasi, merencanakan, memecahkan masalah, mengevaluasi program
kesehatan/gigi.
4. Memberikan penyuluhan kesehatan dengan pendekatan promotif dan edukatif
5. Menyusun pelaporan dan rekam medik yang baik, lengkap serta dapat
dipertanggung jawabkan termasuk memberi kode diagnosa menurut ICD X
6. Melaksanakan dan meningkatkan mutu pelayanan Puskesmas
7. Melaksanakan tugas lain yang diberikan oleh Kepala Puskesmas

Bidan/Perawat/Perawat gigi
1. Menyusun rencana kerja teknis kebidanan/keperawatan
2. Melaksanakan kegiatan kebidanan/keperawatan
3. Melaksanakan asuhan kebidanan/keperawatan/gigi dan mulut
4. Melaksanakan pelayanan kebidanan/keperawatan sesuai standar prosedur operasional,
SPM, Standar Pelayanan Publik (SPP) tata kerja dan kebijakan yang telah ditetapkan
oleh kepala Puskesmas
5. Membuat catatan pelaporan dan rekam medik secara baik, lengkap serta dapat
dipertanggung jawabkan,
6. Melaksanakan evaluasi kegiatan kebidanan/keperawatan
7. Meningkatkan mutu pelayanan Puskesmas
8. Melaporkan pelaksanaan kegiatan kebidanan/keperawatan secara berkala kepada
penanggung jawab
9. Melaksanakan tugas lain yang diberikan oleh Kepala Puskesmas

Bendahara
1. Membuat laporan harian penerimaan (DPD II 62)
2. Membuat catatan bulanan uang masuk dan uang keluar dalam buku
kas
3. Bendahara pengeluaran memeriksa dan melaporkan kas setiap 3 ( tiga) bulan sekali
/setiap bulan
4. Bendahara penerima memeriksa dan melaporkan kas setiap 3 ( tiga) bulan sekali
/setiap bulan
5. Melaksanakan tugas lain yang diberikan oleh Kepala Puskesmas

Apoteker/ Asisten Apoteker


1. Melaksanakan upaya pelayanan kefarmasian sesuai SOP, SPM, tata kerja dan
kebijakan yang telah ditetapkan oleh Apoteker dan Kepala Puskesmas
2. Melaksanakan upaya pelayanan kefarmasian dengan penuh tanggung jawab sesuai
keahlian dan kewenangannya
3. Melaksanakan pengelolaan obat termasuk pencatatan dan pelaporan secara baik,
lengkap serta dapat dipertanggungjawabkan
4. Beserta Kepala Puskesmas menyusun perencanaan upaya pengelolaan dan
pelayanan kefarmasian
5. Melaksanakan tugas lain yang diberikan oleh Kepala Puskesmas

Analis Kesehatan
1. Melaksanakan pelayanan laboratorium sesuai SOP, SPM, tata kerja dan kebijakan
yang telah ditetapkan dan kepala Puskesmas
2. Melaksanakan upaya pelayanan laboratorium dengan penuh tanggung jawab sesuai
keahlian dan kewenangannya
3. Membuat pencatatan dan pelaporan yang perlu secara baik, lengkap serta dapat
dipertanggungjawabkan

12
4. Melaksanakan upaya pelayanan laboratorium sesuai standar profesi dan mematuhi
peraturan perundangan yang berlaku
5. Meningkatkan mutu pelayanan di Puskesmas
6. Beserta Kepala Puskesmas menyusun perencanaan upaya pelayanan laboratorium.
7. Melaksanakan tugas lain yang diberikan oleh Kepala Puskesmas

Petugas Kamar Obat dan atau apoteker


1. Menyimpan, memelihara dan mencatat mutasi obat dan perbekalan kesehatan yang
dikeluarkan maupun yang diterima oleh kamar obat dalam bentuk buku catatan mutasi
obat
2. Menyerahkan obat sesuai resep ke pasien
3. Memberikan informasi tentang pemakaian dan penyimpanan obat kepada pasien
4. Membuat laporan pemakaian dan permintaan obat serta perbekalan kesehatan
5. Melaksanakan tugas lain yang diberikan oleh Kepala Puskesmas

Petugas Pengelola Barang/Penanggung Jawab Barang Inventaris


1. Mempunyai arsip daftar inventaris sarana dan peralatan Puskesmas yang digunakan
untuk pelayanan maupun untuk penyelenggaraan program
2. Penerimaan, penyimpanan, pemeliharaan barang/asset puskesmas
3. Perencana kebutuhan dan pemeliharaan barang unit
4. Membuat perencanaan penyimpanan barang baru dan lama
5. Membuat program kerja pemeliharaan sarana dan peralatan Puskesmas
6. Melakukan pemeriksaan dan pemeliharaan sarana dan peralatan secara periodik
setiap 6 (enam) bulan
7. Melaksanakan tugas lain yang diberikan oleh Kepala Puskesmas

Petugas Gudang Obat


1. Penerimaan, penyimpanan, pendistribusian obat dan perbekalan kesehatan dari
Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota
2. Pengendalian penggunaan persediaan dan pencatatan pelaporan
3. Menjaga mutu dan keamanan obat serta perbekalan kesehatan
4. Melaksanakan tugas lain yang diberikan oleh Kepala Puskesmas

Petugas Kebersihan Puskesmas


1. Mempunyai program kerja kebersihan lingkungan Puskesmas
2. Melaksanakan kebersihan lingkungan sesuai program kerja

Petugas penanggung jawab kendaraan


1. Mempunyai program kerja perawatan kendaraan, baik roda empat maupun roda dua
2. Melaksanakan pemeliharaan kendaraan sesuai program kerja

Tenaga lainnya (tenaga gizi, kesling, promkes, p2, tenaga teknis UKP dan UKM)
Melaksanakan dan memberikan upaya pelayanan untuk menunjang kegiatan pelayanan
Puskesmas dengan penuh tanggung jawab sesuai tugas dan fungsinya serta melaksanakan
tugas lain yang diberikan oleh Kepala Puskesmas

2.1.3. Jam Kerja


Jam kerja Puskesmas yang terpampang di dinding diselenggarakan dengan jam buka
dan jam tutup yang tepat waktu, disesuaikan dengan kebutuhan masyarakat dan diberlakukan
berdasarkan peraturan daerah yang telah ditetapkan.

2.1.4. Jenis Pelayanan

13
Jenis pelayanan adalah jenis-jenis pelayanan yang diberikan oleh Puskesmas kepada
masyarakat
Ketentuan:
1. Jenis pelayanan yang terpampang di Puskesmas sesuai Keputusan Menteri Kesehatan
Nomor 128/MENKES/SK/II/2004 tentang Kebijakan Dasar Puskesmas serta telah
dikembangkan sesuai dengan kebutuhan masyarakat
2. Ada kebutuhan dan harapan masyarakat terhadap pelayanan di Puskesmas
3. Ada ketetapan Kepala Puskesmas tentang jenis pelayanan yang disediakan oleh Puskesmas
4. Tersedia informasi tentang jenis pelayanan sehingga pengguna mengetahui dan memahami
jenis pelayanan Puskesmas serta dapat memanfaatkannya
Lingkup Pelayanan Kesehatan
Puskesmas melaksanakan pelayanan kesehatan dasar yang terdiri dari upaya kesehatan
perorangan dan upaya kesehatan masyarakat. Upaya tersebut dikelompokkan menjadi dua
yaitu;
A. Upaya Kesehatan Wajib
Upaya Kesehatan Wajib adalah upaya pelayanan kesehatan yang ditetapkan
berdasarkan komitmen nasional, regional dan global yang mempunyai daya ungkit tinggi
terhadap peningkatan derajat kesehatan masyarakat.
Ada enam pelayanan kesehatan dasar yaitu ,
1. Upaya Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat;
2. Upaya Kesehatan Lingkungan;
3. Upaya Kesehatan Ibu dan Anak serta Keluarga Berencana;
4. Upaya Perbaikan Gizi Masyarakat;
5. Upaya Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit,
6. Upaya Pengobatan Dasar.
Pelayanan kesehatan di Puskesmas dititik beratkan pada kegiatan promotif dan
preventif daripada kuratif dan rehabilitatif
B. Upaya Kesehatan Pengembangan
Upaya Kesehatan Pengembangan yang dimaksud adalah upaya kesehatan yang
ditetapkan berdasarkan permasalahan kesehatan di masyarakat sesuai dengan kebutuhan
masyarakat desa/ kelurahan dan kemampuan Puskesmas setempat, meliputi:
1. Upaya Keperawatan Kesehatan Masyarakat
2. Upaya Kesehatan Sekolah
3. Upaya Kesehatan Indera Penglihatan
4. Upaya Kesehatan Indera Pendengaran
5. Upaya Kesehatan Kerja
6. Upaya kesehatan Olahraga
7. Upaya Kesehatan Jiwa
8. Upaya Usia Lanjut
9. Upaya Pembinaan Pengobatan Tradisional .

Tabel 2.1. Standar Jenis Pelayanan yang dilakukan Puskesmas


No Jenis Pelayanan Pusk rawat jalan Pusk rawat inap
1 Pelayanan didalam gedung/
a. Pengobatan Umum ada ada
b. Pengobatan gigi dan mulut ada ada
c. Pelayanan gawat darurat Ada, tidak 24 jam Ada, 24 jam
d. Pelayanan KIA-KB ada ada
e. Imunisasi ada ada
f. Persalinan Ada, Jam Kerja Ada, 24 jam
g. Pelayanan kefarmasian Ada, jam kerja Ada, 24 jam on call
h. Pelayanan laboratorium Ada, jam kerja Ada, 24 jam on call
i. Konsultasi gizi dan laktasi ada ada
j. Klinik sanitasi ada ada
k. Peenyuluhan kesehatan/ Konsultasi ada ada

14
kesehatan dan konseling
l. Pelayanan ambulans ada ada
m. Pelayanan rawat inap ada ada

2 Pelayanan diluar gedung


a. Pengobatan Umum ada ada
b. Penyuluhan kesehatan ada ada
c. Pelayanan KIA/KB ada ada
d. PHBS ada ada
e . Pelayanan medik gigi dan mulut ada ada
f. Posyandu ada ada

2.1.5. Persyaratan Pelayanan


Persyaratan pelayanan adalah persyaratan teknis dan administrasi yang diperlukan
untuk mendapatkan pelayanan sesuai dengan jenis pelayanannya
Persyaratan pelayanan terpampang di dinding/ diumumkan dengan menempatkannya
di tempat yang mudah dilihat oleh pengguna pelayanan, contoh:
Persyaratan Pelayanan Poli Umum (loket):
1. Membawa Kartu Berobat
Membawa Kartu ASKES bagi pengguna Layanan ASKES
Membawa Kartu JAMKESMAS bagi pengguna Layanan JAMKESMAS
Membawa Kartu JAMKESMASDA bagi pengguna Layanan JAMKESMASDA
Membawa Kartu Jaminan Kesehatan Perusahaan bagi pengguna layanan perusahaan
Membawa kartu berobat dari Puskesmas setempat
Kartu pengenal lain sesuai ketentuan daerah masing- masing
2) Setiap pelanggan harus mengambil nomor antrian di loket pendaftaran
3) Setiap pelanggan akan dipanggil sesuai nomor antrian untuk mendaftar di loket
4) Setiap pelanggan menunggu di ruang tunggu Puskesmas untuk dipanggil sesuai dengan
urutan rekam medik

2.1.6. Biaya/Tarif
Biaya/tarif yang berlaku diumumkan kepada masyarakat, terpampang di dinding dan
sesuai dengan Perda atau aturan yang berlaku

2.1.7. Alur Pelayanan


Alur pelayanan yaitu alur yang bertujuan memberi informasi kepada masyarakat,
tentang tahapan pelayanan yang diberikan oleh Puskesmas, sehingga memudahkan
masyarakat dalam mencapai tujuan pengobatan.
Alur pelayanan yang harus ada adalah alur pelayanan Puskesmas, loket, alur pelayanan
kamar bersalin, alur pelayanan kefarmasian/obat, alur pelayanan laboratorium, kamar obat,
alur rujukan dan lain-lain.Alur pelayanan pasien gawat darurat disesuaikan dengan kasus agar
segera mendapat penanganan.
Alur pelayanan dibuat dalam bentuk skema, dibingkai dan ditempel di masing-masing
ruang pelayanan terkait serta terlihat oleh petugas ,ditempel di dinding agar mudah diketahui
dan sebagai penunjuk jalan bagi pasien maupun pengunjung unit pelayanan kesehatan. (lihat
lampiran 1)
Pembuatan alur pelayanan ini sekaligus dapat diikuti dengan identifikasi berbagai
hambatan/kendala yang membuat alur pelayanan ini tidak jalan atau membutuhkan waktu
yang lama.

2.1.8. Peta wilayah kerja

15
Peta wilayah kerja menggambarkan data umum tentang wilayah kerja Puskesmas,
yang meliputi keterangan desa, batas wilayah, sarana prasarana dll, untuk perencanaan &
pelaksanaan program serta untuk memudahkan terpantaunya sasaran pelayanan kesehatan

2.1.9. Denah bangunan/ruangan/ lokasi


Puskesmas mempunyai denah bangunan yang berisi letak ruangan-ruangan yang
dimilikinyauntuk memberikan informasi ke masyarakat tentang tempat/lokasi pelayanan

2.1.10. Papan nama ruangan


Ruangan di Puskesmas diberikan papan nama sesuai dengan jenis pelayanannya

2.1.11. Hak dan Kewajiban Pasien


1. Hak pasien
Setiap pasien Puskesmas mempunyai hak :
a. Memperoleh informasi mengenai tata tertib dan peraturan pelayanan yang berlaku di
Puskesmas
b. Mendapatkan informasi atas :
1) Penyakit yang diderita
2) Tindakan medis yang akan dilakukan dan kemungkinan penyulit sebagai akibat
tindakan tersebut, cara mengatasinya dan alternatif lainnya
3) Upaya pencegahan agar penyakit tidak kambuh lagi, atau pencegahan agar
anggota keluarga/orang lain tidak menderita penyakit yang sama
c. Meminta konsultasi medis
d. Menyampaikan pengaduan, saran, kritik dan keluhan berkaitan dengan pelayanan
e. Memperoleh layanan yang bermutu, aman, nyaman, adil, jujur dan manusiawi
f. Hasil pemeriksaan yang meliputi diagnosis dan tata cara tindakan, tujuan tindakan,
alternatif tindakan, resiko, biaya dan komplikasi yang mungkin terjadi dan prognosis
terhadap tindakan yang dilakukan
g. Memberikan persetujuan atau menolak atas tindakan yang akan dilakukan oleh tenaga
kesehatan terhadap penyakit yang dideritanya kecuali untuk kasus KLB dan kasus
yang dapat membahayakan masyarakat
h. Keluarga dapat mendampingi saat menerima pelayanan kesehatan

2. Kewajiban pasien
a. Membawa kartu identitas (KTP/SIM) atau mengetahui alamat dengan jelas untuk
kunjungan pertama kali
b. Membawa kartu berobat:
1) Pengguna layanan PT.ASKES membawa kartu ASKES
2) Pengguna layanan GAKIN membawa kartu ASKESKIN atau JAMKESDA
3) Pengguna layanan umum yang sudah pernah berkunjung membawa kartu
kunjungan/berobat
c. Mengikuti alur pelayanan Puskesmas
d. Mentaati aturan pelayanan dan mematuhi nasehat serta petunjuk pengobatan
e. Memberikan informasi yang benar dan lengkap tentang masalah kesehatannya
kepada tenaga kesehatan di Puskesmas

2.1.12. Hak dan Kewajiban Penyedia Layanan


1. Hak penyedia layanan
a. Membuat peraturan yang berlaku di Puskesmas sesuai dengan kondisinya secara
partisipatif
b. Memperoleh perlindungan hukum dalam melaksanakan tugas sesuai denga
profesinya
2. Kewajiban penyedia layanan
a. Melakukan pelayanan sesuai dengan prosedur tetap/SOP pelayanan

16
b. Memberikan informasi pelayanan kepada pengguna layanan, baik itu waktu,
persyaratan, hasil dan biaya serta kompensasi pelayanan
c. Memberikan teguran bagi pengunjung yang tidak mentaati ketentuan pelayanan dan
memberikan saran agar tidak terulang lagi
d. Berusaha untuk memenuhi kebutuhan pengguna layanan semaksimal mungkin,
sehingga tercapai kepuasan pengguna layanan
e. Melakukan pengukuran Indeks Kepuasan Masyarakat terhadap pelayanan

2.1.13.Standar Operasional Prosedur


Standar Operasional Prosedur (SOP) adalah suatu perangkat instruksi/ langkah yang
dibakukan untuk menyelesaikan suatu proses kerja rutin tertentu dengan memberikan
langkah-langkah yang benar dan terbaik berdasarkan keilmuan dan konsensus bersama untuk
melaksanakan berbagai kegiatan dan fungsi pelayanan untuk membantu mengurangi
kesalahan dan pelayanan sub standar.
SOP bermanfaat sebagai acuan dan dasar bagi tenaga pelaksana dalam melaksanakan
pelayanan kesehatan bermutu. Selain hal tersebut standar dapat meningkatkan efektifitas dan
efisiensi pekerjaan, serta melindungi masyarakat dari pelayanan tidak bermutu. Staf medis
dan non medis berperan aktif dalam pembuatan SOP serta disahkan oleh Kepala Dinas
Kesehatan/Kepala Puskesmas.
SOP harus disertai dengan instruksi kerja yang menjelaskan secara rinci tata cara
tentang hal tersebut diatas. Seluruh kegiatan yang berkaitan harus dilaksanakan sesuai dengan
prosedur dan instruksi kerja yang ada. SOP dan instruksi kerja tersebut harus dievaluasi secara
berkala. Standar pelayanan medik yang penting dibuat dalam bentuk algoritma medik,
misalnya standar penatalaksanaan diare, penatalaksanaan demam pada anak, penatalaksanaan
anak dengan batuk dan kesulitan bernafas, penatalaksanaan pasien TB paru, dan lain-lain.
SOP yang harus dimiliki Puskesmas ada 2 macam, yaitu :
1. SOP medis
2. SOP non medis (contoh pada lampiran 6), minimal mencakup:
b. Pendaftaran, penerimaan dan pemulangan pasien
c. Pelayanan pasien Jamkesmas, Jamkesda dan Jampersal
d. Pengiriman pasien yang akan dirujuk inter dan antar sarana pelayanan kesehatan lain
e. Persetujuan/penolakan tindakan medis
f. Pembayaran di Unit Gawat Darurat dan kebijakan perkecualian bagi keluarga miskin
g. Manajemen keluhan bagi pasien, keluarga, pengunjung
h. Pengisian kartu rawat jalan
i. Penerimaan, penyimpanan dan pemusnahan spesimen

Tabel 2.2. Daftar minimal SOP di Puskesmas


A. Loket K. Pengobatan Q. Pelayanan gigi mulut
1. Pelayanan di unit pendaftaran loket 1. Pemeriksaan pelayanan poli umum 1. Pelayanan poli gigi
(pasien/kastamer baru) 2. Pencatatan dan pelaporan poli umum 2. Devitalisasi pulpa
2. Pelayanan di unit pendaftaran loket 3. Pengukuran tekanan darah 3. Injeksi dengan metode infiltrasi
(pasien/kastamer lama) 4. Pemberian obat secara parenteral 4. Injeksi dengan mandibular anestesi
3. Pra pelayanan pendaftaran loket 5. Penyimpanan bhp medis poli umum 5. Insisi abses
4. Post pelayanan loket 6. Pelayanan administrasi rujukan 6. Open boor
5. Pencatatan dan pelaporan petugas 7. Pencatatan dan pelaporan petugas 7. Penatalaksanaan gigi dengan nekrose
loket pendaftaran administrasi pulpa.
8. Pemberian oksigen 8. Tumpatan light curing
B.Tata Usaha 9. Cuci tangan 9. Pencatatan dan pelaporan petugas
1. Pencatatan dan penyimpanan surat poli gigi
masuk serta surat keluar L. Gawat Darurat 10. Penyimpanan bhp medis poli gigi
2. Lokakarya Mini Bulanan 1. Penanganan syok anaphylaktik 11. Cuci tangan
3. Lokakarya Mini Tribulanan 2. Managemen ABC 12. Sterilisasi alat
4. KIR dokter (surat keterangan sehat) 3. Triase 13. Pemakaian alat gigi
5. Rujukan 4. Resusitasi 14. Informed concent
5. Pemasangan infus dan pemberian
C. Manajemen Ketenagaan cairan R. Pemberantasan Penyakit
1. Penyelenggaraan administrasi 6. Pembersihan jalan nafas dengan TBC

17
kepegawaian (KP, KGB, DUK dll) suction 1. Pelayanan TB
2. Susunan/peta jabatan 7. Pemberian oksigen dengan nasal 2. Diagnosis TB
( struktural dan fungsional) kanul 3. Pencatatan dan pelaporan petugas P2
3. Memelihara file kepegawaian 8. Penatalaksanaan luka TB
4. Monografi ketenagaan 9. Cuci tangan 4. Pembuatan dan pemeriksaan Slide
5. Menghitung kebutuhan diklat 10. Penilaian kesadaran dengan Sediaan TB
6. Rekapitulasi daftar hadir pemeriksaan GCS Kusta
11. Pemberian injeksi intra vena melalui 1. Pelayanan P2 kusta
D. Peralatan infus 2. Diagnosis kusta
1. Inventarisasi bahan habis pakai 12. Pemasangan dan pelepasan kateter 3. Pencatatan dan pelaporan program
(bhp) non medis loket pendaftaran, tetap kusta
administrasi rujukan, kesehatan 13. Pemberian injeksi intra muscular dan
lingkungan, surveilance, kesehatan subkutan ISPA
jiwa dan Perkesmas 14. Informed concent 1. Deteksi dini ISPA
2. Inventaris sarana dan media 2. Penatalaksanaan ISPA
promosi kesehatan M. Pelayanan kefarmasian 3. Pencatatan dan pelaporan ISPA
3. Inventarisasi bhp medis dan non 1. Penerimaan dan pengkajian resep 4. Penyimpanan bhp P2 ISPA
medis P2 TB, P2 Kusta, P2 ISPA, 2. Peracikan dan penyerahan obat
P2 diare, imunisasi 3. Pelayanan informasi obat Diare
4. Inventarisasi bhp medis dan non 4. Pencatatan dan penyimpanan resep 1. Penatalaksanaan Diare
medis poli umum, gawat darurat, 5. Penanganan obat rusak dan 2. Pencatatan dan pelaporan program
kamar obat, gudang obat dan kadaluarsa diare
laboratorium 6. Penerimaan dan penyimpanan obat
5. Inventarisasi bhp medis P2 DBD di kamar obat DBD
6. Sterilisasi alat 7. Konseling obat 1. Penatalaksanaan DBD
7. Prosedur pemakaian alat elektronik 8. Pencatatan dan pelaporan petugas di 2. Pencatatan dan pelaporan program
(sterilisator, inkubator, kamar obat DBD
hematoanalyzer dll) 3. Pelaksanaan Penyelidikan
N. Gudang Obat Epidemiologi DBD
E.Keuangan 1. Penerimaan dan penyimpanan obat
1. Pembuatan RUK dan RPK di gudang obat S. Pencegahan Penyakit
2. Pendistribusian obat Surveilans
F. Promosi Kesehatan 3. Pencatatan dan pelaporan petugas 1. Penyelidikan epidemiologi KLB
1.Pemberian penyuluhan kepada gudang obat 2. Penanggulangan KLB
individu/keluarga 3. Pencatatan dan pelaporan kegiatan
O. Pelayanan Laboratorium surveilance
G.Kesehatan Lingkungan 1. Alur laboratorium
1. Pelayanan kesehatan lingkungan 2. Pengambilan sampel darah, urine, Imunisasi
2. Pencatatan dan pelaporan petugas tinja dan cairan tubuh 1. Pelayanan imunisasi
kesehatan Lingkungan 3. Pengambilan sample sputum, fiksasi, 2. Penyimpanan bhp medis imunisasi
pengecatan, 3. Pencatatan dan pelaporan imunisasi
H. KIA KB 4. Pengambilan sample Morbus 4. Pemeliharaan lemari dingin
1. Pelayanan ANC Hansen 5. Penyimpanan vaksin
2. Pelayanan PPIA ( Pencegahan 5. Pemeriksaan darah
Penularan HIV dari Ibu ke Anak) 6. Pemeriksaan urine T. Pencegahan dan Pengendalian
3. Perdarahan ante partum 7. Pemeriksaan tinja Infeksi (PPI)
4. Penanganan gawat janin 8. Cuci tangan 1. Kebersihan Tangan
5. Persalinan normal 9. Pembacaan,pencatatan dan pelaporan 2. Penggunaan Alat Pelindung Diri
6. Episiotomi hasil pemeriksaan ( APD)
7. Penanganan gawat darurat bayi 10. Pengawasan mutu internal dan 3. Penggunaan Peralatan Perawatan
8. Pelayanan kesehatan ibu nifas eksternal Pasien
9. Pelayanan pemeriksaan bayi , Pelayanan laboratorium di Puskesmas 4. Pengendalian Lingkungan
balita, anak pra sekolah sehat dan rawat inap, ditambah: 5. Pemrosesan peralatan pasien dan
sakit 1. Pemeriksaan kimia klinik penatalaksanaan linen
10. Pelayanan KB ( kondom, Pil, 2. Pemeriksaan serologi 6. Kesehatan karyawan/perlindungan
Suntik, Implant, IUD) petugas kesehatan
11. Pelayanan Pap Smear P. Gizi Masyarakat 7. Penempatan pasien
12. Pelayanan IVA 1. Penimbangan balita 8. Higiene respirasi/etika batuk
13. Pelayanan KTP 2. Pengukuran tinggi badan dan atau 9. Praktek menyuntik yang aman
14. Pencegahan infeksi panjang badan 10. Pengelolaan Limbah Medis dan Non
15. Pencatatan dan pelaporan 3. Prosedur tata laksana gizi buruk Medis
pelayanan KIA-KB 4. Penilaian status gizi balita U. UKS
16. Pengelolaan bhp medis poli 1. Penjaringan Siswa Baru
5. Penyuluhan gizi
KIA/KB 2. Penyuluhan Siswa
I. ARU 6. Pengelolaan PMT Pemulihan 3. Pembinaan Guru
1. Pelayanan Kesehatan Remaja 7. Pengelolaan PMT Penyuluhn 4. Pencatatan dan pelaporan UKS
sekolah 8. Pemberian Kapsul Vit. A Pengelolaan BHP UKS

18
9. Pemberian Tablet Fe
10. Pelacakan Balita Gizi Buruk V. Perkesmas
11. Monitoring Garam Beryodium 1. Pelayanan Perkesmas
2. Pelayanan Kesehatan Remaja 2. Pencatatan dan Pelaporan
tidak sekolah
12. Pemetaan Kadarzi
Perkesmas/Askep
3. Pelayanan Kesehatan Reproduksi 13. Konseling Gizi dan laktasi
Remaja 14. Pencatatan dan pelaporan program W. Kesehatan Jiwa
4. Pelayanan KTA gizi 1. Pelayanan ganggguan jiwa
5. Pelayanan Kesehatan Usila 15. Inventarisasi barang gizi 2. Pencatatan dan pelaporan
6. Pengelolaan bhp ARU 16. Evaluasi program gizi kesehatan jiwa
Pelayanan Gizi di Puskesmas rawat inap,
J. Rawat Inap ditambah:
1. Pemasangan infus 1. Asuhan gizi di ruang rawat inap untuk
2. Pemasangan dan pelepasan kateter pasien dengan diet biasa
3. Perawatan luka/gangren 2. Asuhan gizi di ruang rawat inap untuk
pasien dengan diet khusus

2.1.15. Rekam Medik


Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
269/MENKES/PER/III/2008, Rekam medik adalah berkas yang berisikan catatan dan
dokumen tentang identitas pasien, pemeriksaan, pengobatan, tindakan dan pelayanan lain
yang telah diberikan kepada pasien (lampiran 8)
Rekam medik merupakan data medik pasien tertulis, yang dapat dipergunakan sebagai
alat bukti yang sah menurut hukum, dan hal-hal yang perlu diperhatikan adalah
1. Rekam medik harus disediakan untuk setiap kunjungan
2. Rekam medik harus dibuat secara tertulis, lengkap dan jelas serta harus sesuai
standar yang ditetapkan menurut jenis pelayanan
3. Isi rekam medik untuk pasien rawat jalan sekurang-kurangnya memuat:
a. Identitas pasien (nama, tanggal lahir, jenis kelamin, alamat dan pekerjaan)
b. Tanggal dan waktu
c. Hasil anamnesa, mencakup sekurang-kurangnya keluhan dan riwayat/perjalanan
penyakit
d. Hasil pemeriksaan fisik dan penunjang medik yang dilakukan
e. Dokumentasi hasil pemeriksaan
f. Diagnosis penyakit
g. Rencana penatalaksanaan
h. Pengobatan dan/atau tindakan medik
i. Identitas dan tanda tangan dari dokter yang menangani
j. Pelayanan lain yang telah diberikan kepada pasien
k. Persetujuan tindakan bila diperlukan
Rekam Medik disebut lengkap bila telah berisi seluruh informasi tentang pasien
sesuai dengan formulir yang disediakan, isi rekam medik harus lengkap dan benar
4. Dokter, perawat dan bidan bertanggung jawab akan kebenaran dan ketepatan
pengisian rekam medik
5. Setiap pemberian pelayanan kesehatan oleh para tenaga kesehatan wajib disertai
dengan pemberian catatan pada berkas rekam medik
6. Pasien rujukan harus disertai dengan informasi alasan rujukan

2.1.13. Pendelegasian Pengobatan Dasar


Pengobatan merupakan suatu proses ilmiah yang dilakukan oleh dokter berdasarkan
temuan-temuan yang diperoleh selama anamnesis dan pemeriksaan.
Adanya pelimpahan kewenangan dari dokter Puskesmas. Pendelegasian pengobatan
dasar dapat diberikan oleh Kepala Puskesmas kepada perawat yang ditempatkan di Puskesmas
dan jaringannya untuk melaksanakan pengobatan dasar dengan baik (contoh lampiran 11).
Pendelegasian pengobatan dasar di Puskesmas dan jaringannya dalam melakukan
pelayanan kesehatan di luar kewenangan kepada perawat. Hal ini dapat dilakukan karena:

19
1. Dalam keadaan darurat untuk penyelamatan nyawa seseorang/pasien dan tidak
ada dokter ditempat kejadian
2. Perawat/Bidan merupakan petugas kesehatan dari Puskesmas yang ditempatkan
di Puskesmas Pembantu dan Ponkesdes dan harus melaksanakan program pemerintah
berupa pengobatan dasar sesuai dengan SOP
3. Keadaan situasional tertentu seperti jumlah yang banyak yang tidak dapat
ditangani oleh dokter yang ada atau ada KLB

2.1.16. Informed Consent


Persetujuan tindakan medik (informed consent) adalah persetujuan tertulis maupun
lisan yang diberikan oleh pasien atau keluarganya terhadap tindakan kedokteran/ kedokteran
gigi yang akan dilakukan dokter, perawat dan bidan terhadap pasien (contoh persetujuan dan
penolakan tindakan medik pada lampiran 9 dan 10).
Pasal 45 UU Nomor 29 tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran ayat (5) menyatakan
bahwa Setiap tindakan kedokteran atau kedokteran gigi yang mengandung risiko tinggi
harus diberikan dengan persetujuan tertulis yang ditanda tangani oleh yang berhak
memberikan persetujuan.Umumnya disebutkan bahwa contoh tindakan yang ber risiko tinggi
adalah tindakan invasif ( tertentu)atau tindakan bedah yang secara langsung mempengaruhi
keutuhan jaringan tubuh. Dengan mengacu kepada anjuran General Medical Council (GMC)
di Inggris, Komite Kedokteran Indonesia melalui buku manual ini memberikan petunjuk
bahwa persetujuan tertulis diperlukan pada keadaan-keadaan sbb:
1. Tindakan terapetik bersifat kompleks atau menyangkut risiko atau efek samping yang
bermakna
2. Tindakan kedokteran tersebut bukan dalam rangka terapi
3. Tindakan kedokteran tersebut memiliki dampak yang bermakna bagi kedudukan
kepegawaian atau kehidupan pribadi dan sosial pasien
4. Tindakan yang dilakukan adalah bagian dari suatu penelitian

Informasi tentang tindakan medik harus diberikan kepada pasien, baik diminta
maupun tidak diminta
1. Persetujuan Informed Consent
Persetujuan/penolakan dapat diberikan secara tertulis maupun lisan oleh pasien
setelah yang bersangkutan mendapat penjelasan secara lengkap dari tenaga kesehatan
yang sekurang-kurangnya mencakup:
a. Diagnosis dan tata cara tindakan medik
b. Tujuan tindakan medik yang dilakukan
c. Alternatif tindakan lain dan resikonya
d. Resiko dan komplikasi yang mungkin terjadi
e. Prognosis terhadap tindakan yang dilakukan
f. Bagi pasien dewasa yang menderita gangguan mental, persetujuan diberikan oleh
orang tua/wali
g. Bagi pasien dibawah umur 21 (dua puluh satu) tahun yang tidak mempunyai orang
tua/wali dan atau orang tua/wali berhalangan, persetujuan dapat diberikan oleh
keluarga terdekat
h. Dalam hal pasien tidak sadar/pingsan, tidak didampingi oleh keluarga terdekat dan
secara medik berada dalam keadaan gawat dan atau darurat yang memerlukan
tindakan medik segera untuk kepentingannya maka tidak diperlukan persetujuan dari
siapapun
2. Penolakan pemeriksaan/tindakan
3. Pembatalan persetujuan
a. Pada prinsipnya setiap pasien dapat membatalkan persetujuan mereka dengan
membuat surat atau pernyataan tertulis pembatalan persetujuan tindakan kedokteran.
b. Pembatalan dilakukan sebelum tindkan dimulai.
c. Pasien harus diberitahu bahwa pasien bertanggung jawab atas akibat dari pembatalan
persetujuan tindakan, oleh karena itu pasien harus kompeten untuk dapat

20
membatalkan persetujuan dan dokter harus menghormatinya dan membatalkan
tindakan atau pengobatannya

2.1.17. Indikator Kinerja Program


Indikator adalah suatu suatu alat yang dipergunakan untuk mengukur hasil kerja.
Indikator kinerja di Puskesmas adalah variabel untuk mengukur prestasi pelaksanaan kegiatan
dalam kurun waktu tertentu. Indikator Kinerja di Puskesmas dibuat berdasarkan pada SPM,
Millenium Development Goals (MDGs) dan Renstra Kementerian Kesehatan.
Indikator kinerja adalah variabel yang dapat digunakan untuk mengevaluasi keadaan
atau status dan memungkinkan dilakukan pengukuran terhadap perubahan yang terjadi dari
waktu ke waktu atau tolok ukur prestasi kuantitatif/kualitatif yang digunakan untuk mengukur
terjadinya perubahan terhadap besaran target atau standar yang telah ditetapkan sebelumnya
Pemegang program 6 upaya wajib Puskesmas harus mengetahui indikator kinerja
program.Indikator kinerja mempunyai tujuan untuk mendapatkan gambaran pencapaian hasil
kegiatan dan mutu pelayanan Puskesmas dan manfaat untuk melaksanakan manajemen kontrol
dan mendapatkan bahan masukan untuk mendukung pengambilan keputusan dalam rangka
perencanaan tahun yang akan datang.

3. Pencatatan dan Pelaporan


Kegiatan pencatatan dan pelaporan pelayanan kesehatan merupakan suatu proses untuk
mendapatkan data dan informasi yang dibutuhkan untuk kepentingan pelayanan medik dan
manajemen pelayanan kesehatan.
Diagnosis penyakit dimasukkan ke dalam klasifikasi kode ICD-10,yaitu ICD-10/KIP-
10 ( International Statistical Classification of Dieseas and Related Health Problems) sesuai
dengan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 50/MENKES/SK/1998 tentang
Klasifikasi Statistik Internasional Mengenai Penyakit Revisi Kesepuluh (ICD-X). Berikut
rincian Klasifikasi menurut ICD-X:
Maksud dan tujuan pemakaian kode ICD-10 adalah:
1. Standarisasi dalam klasifikasi kode penyakit
2. Memudahkan dalam pelaksanaan manajemen data
3. Mempercepat proses dalam pengolahan data
4. Meningkatkan kualitas data
5. Mempermudah proses analisis dan interpretasi dalam melakukan komparasi antar
faskes atau wilayah termasuk antar negara
6. Meningkatkan kecermatan dalam pengambilan keputusan terkait dg RTL masalah
pelayanan dan upaya penanggulangan permasalahan kesehatan

3.1. Jenis Pencatatan dan Pelaporan di Puskesmas


Penyelenggara pelayanan kesehatan di Puskesmas diharuskan melakukan pencatatan
dan pelaporan rutin serta pelaporan khusus kepada Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota yang
selanjutnya meneruskannya ke Dinas Kesehatan Provinsi.
1. Pelaporan rutin adalah pelaporan kegiatan Puskesmas bulanan, tribulan, semester
dan tahunan.
2. Pelaporan khusus adalah pelaporan kasus kejadian luar biasa/wabah dalam waktu
1 (satu) kali 24 jam
3. Laporan tahunan
Laporan tahunan adalah laporan yang dibuat oleh Kepala Puskesmas setiap
tahun, meliputi Profil Puskesmas, Penilaian Kinerja Puskesmas, Indek Kepuasan
Masyarakat dan Penilaian Standar Puskesmas.
Data yang dikumpulkan untuk penyusunan profil Puskesmas sesuai dengan buku
dari Kementerian Kesehatan RI tahun 2011 tentang Petunjuk Teknis Penyusunan
Profil Kesehatan Kabupaten/Kota yang dipilah menurut jenis kelamin, meliputi :
1. Data umum meliputi data geografi, kependudukan, dan sosial ekonomi
2. Data sumber daya kesehatan , meliputi data ketenagaan, alat, obat dan
perbekalan kesehatan

21
3. Data derajat kesehatan yang meliputi data kematian, kesakitan dan status gizi
4. Data upaya kesehatan yang telah dilakukan/kinerja, yang terdiri dari kinerja
upaya kesehatan wajib dan pengembangan

Tabel 2.3Jenis Pencatatan dan Pelaporan Puskesmas Berdasarkan Jenis Layanannya


N Standar Pencatatan Standar Pelaporan Visualisasi Data
No
1 Manajemen dan Administrasi
A
1 Manajemen Operasional
1
1. Notulen rapat lokakarya mini Laporan Tahunan 1. Data cakupan kegiatan
bulanan pokok tahun lalu dalam
2. Notulen rapat lokakarya mini bentuk PWS, grafik dll
tribulan 2. Data 10 penyakit terbanyak
3. Rencana Usulan Kegiatan 3. Denah Ruangan/identitas
4. Rencana Pelaksanaan Kegiatan ruangan
5. Analisa Data 10 penyakit
potensial KLB
2 Manajemen Mutu
1. Dokumen Survey Kepuasan Pengelolaan pengaduan dan SK Tim Manajemen Mutu
Masyarakat rencana tindak lanjut
2. Pencatatan pengaduan
B Sumber daya
1 Ketenagaan
1. Daftar hadir pegawai 1. Laporan retribusi 1. Struktur organisasi UPTD
2. Data bulanan Puskesmas 2. Rencana Kerja
karyawan/karyawati 2. Lap. realisasi penerimaan Pengembangan Pegawai
Puskesmas dan persediaan benda
3. Daftar atau catatan berharga
kepegawaian karyawan 3. Laporan pelayanan di
Puskesmas Puskesmas
4. Penilaian DP3 4. Laporan absensi PNS
5. File Kepegawaian tingkat Puskesmas
6. Simpeg dan DUK 5. Laporan rekapitulasi absen
7. Buku tunggu ( KP, KGB, 6. Laporan kepesertaan,
Pensiun) pelayanan kesehatan dan
8. Buku register cuti pendanaan peserta
9. Arsip surat Jamkesmas di Puskesmas
10. Rencana Kebutuhan tenaga 7. Laporan jumlah, asal dan
11. Rencana Pendidikan jenis penanganan keluhan
12. Pedoman penilaian untuk peserta Jamkesmas di
pejabat Puskesmas
13. DP3 untuk setiap pegawai 8. Laporan keuangan
14. Uraian tugas dan tanggung program Jamkesmas.
jawab setiap petugas 9. Laporan data kunjungan
15. Rencana kerja bulanan bagi Puskesmas
setiap petugas sesuai dengan 10. Laporan realisasi
tugas, wewenang dan penerimaan dan persediaan
tanggung jawab kwitansi biaya Pelayanan
16. Rencana kerja/program kerja puskesmas.
dan rencana pengembangan 11. Laporan Askes
pegawai 12. Laporan pelaksanaan
kegiatan program
Jamkesmas
13. Laporan kematian
Puskesmas
14. Laporan rekapitulasi absen
2 Keuangan

22
a Bendahara Penerimaan
1. Perda/Perbup tarif 1) Laporan keadaan kas (LKK)
2. Buku kas umum ( bend 10) (Bend 25)
3. Buku Bend 16 (penerimaan 2) Laporan persediaan benda
per jenis) berharga (DPD II 74)
4. Buku Bend 26 (penerimaan 3) Laporan harian penerimaan
harian) (DPD II 62)
5. Surat Tanda Setor ( STS) 4) Laporan pelayanan
6. Buku kas bantu per kode kesehatan program
rekening (Bend 12) Jamkesmas :Format PPKIA,
IB, IC
5) Laporan Pertanggung
Jawaban Fungsional
6) Buku rekap harian
7) Rincian per obyek
b Bendahara Pengeluaran
1. Buku kas umum 1. Laporan keadaan kas (LKK)
2. Buku kas bantu per kode (Bend 25)
rekening (Bend 12) 2. Laporan Pertanggung
3. Buku Bendahara 15 (pajak) jawaban Askes dan
4. Buku panjar Jamkesmas
5. Bukti/tanda setoran retribusi 3. Laporan pemungutan
ke kasda penyetoran koordinator
pemungut
4. Buku rekap harian
5. Rincian per obyek
3 Barang dan asset (alat, obat,
a Petugas pengelola barang/asset
1. Daftar/kartu inventaris barang 1. Laporan inventaris alat 1. Data asset di masing
2. Usulan petugas pengelola kesehatan masing ruangan
barang/asset 2. Laporan asset /seluruh 2. Data RKBU (Rencana
3. SK Bendahara barang dan inventaris alat kesehatan Kebutuhan Barang Unit)
pengurus barang/asset setiap semester dan RPTBU (Rencana
4. Buku kendali data stok barang 3. Laporan asset /seluruh Pengadaan Triwulan arang
5. Buku data terima barang dan inventaris alat kesehatan Unit)
pengeluaran barang setiap akhir tahun 3. Data RPTBU
6. Penerimaan barang dan stok 4. Laporan fungsi dan kondisi 4. Data stok barang
barang alat kesehatan 5. KIR
6. KIB
4 Obat obatan dan Upaya
kefarmasian
1. Etiket 1. Laporan kompilasi Data pelaksanaan pelayanan
2. Buku kunjungan resep peresepan Puskesmas kefarmasian
3. Kartu stok obat 2. Laporan Pemakaian
4. Penerimaan dan Pemakaian sisa dan Lembar Permintaan
obat apotik Obat ( LPLPO)/
5. Catatan harian pemakaian obat 3. Laporan pemakaian
(buku lidi) vaksin
6. Catatan penerimaan dan 4. Laporan triwulan
pemakaian sisa obat apotik pelayanan kefarmasian di
7. Catatan harian pendistribusian di Puskesmas
dan pemakaian obat pusling 5. Laporan Obat Rusak,
obat Pustu, Polindes, hilang dan Kadaluarsa
Ponkesdes dan Puskesmas 6. Laporan Kesalahan
8. Rekapitulasi jenis resep Pemberian Obat
gratis/bayar/Askes 7. Laporan penggunaan
9. Pemantauan Terapi Obat di Narkotika dan
Rawat Inap Psikotropika
10.Pncatatan Pelayanan Informasi
obat dan Konseling obat &

23
pelaksanaan pelayanan
kefarmasian di Puskesmas.
3 Upaya Pelayanan Kesehatan
3 Upaya Promosi Kesehatan
1) Buku kegiatan 1) Laporan tribulanan 1.Cakupan desa siaga aktif
penyuluhan kesehatan Promosi Kesehatan per Desa
( Promkes) 2) Laporan tahunan 2.Cakupan rumah tangga
2) Format Pengukuran Promosi Kesehatan & sehat per Desa
Tahapan Desa SiagaAktif Pemberdayaan Masyarakat 3.Cakupan Posyandu PURI
dan Rekapitulasinya (profil Promkes Puskesmas) dan UKBM lainnya per desa
3) Form Kajian PHBS rumah 4. Cakupan penyuluhan
tangga dan rekapitulasinya kelompok di dalam gedung
4) Format pengukuran dan diluar gedung
tingkat perkembangan
Posyandu dan UKBM
lainnya serta rekapitulasinya
5) Buku kegiatan
pembinaan Desa Siaga,
Posyandu dan UKBM
lainnya
2 Upaya Kesehatan Lingkungan
1) Formulir penilaian rumah : 1) Laporan sanitasi a. Cakupan sanitasi
a) Komponen rumah perumahan lingkungan :
b) Sarana sanitasi 2) Laporan klinik sanitasi 1) Sarana air bersih/
c) Perilaku penghuni 3) Laporan pengelolaan minum.
d) Binatang peliharaan TPM 2) Sarana air minum
1) Formulir pengelolaan limbah 4) Laporan hasil terlindung
padat dan cair : pemeriksaan higiene 3) Sanitasi dasar (air
2) Register pengelolaan limbah sanitasi Institusi limbah, sampah,jamban)
padat dan cair. 5) Laporan hasil 4) Penggunaan bahan
3) Register kegiatan klinik sanitasi pemeriksaan higiene kimia
4) Register hasil pembinaan sanitasi Tempat-Tempat 5) Ternak/hewan
/Pengawasan higiene sanitasi Umum ( TTU) peliharaan
Tempat Pengelolaan Makanan 6) Laporan hasil 6) Sumber pencemaran
(TPM). pemeriksaan sampel di sekitar rumah
5) Register pemeriksaan sanitasi Makanan.
institusi 7) Laporan akses air b. Cakupan sarana
6) Register TTU bersih. pengelolaan limbah yang
7) Register pemeriksaan sampel 8) Laporan hasil inspeksi memenuhi syarat:
makanan sanitasi sarana air Bersih. 1) M
8) Register akses air bersih 9) Laporan hasil inspeksi anajemen pengelolaan limbah
9) Register akeses air minum sanitasi sarana air minum 2) Je
terlindung 10) Laporan pemeriksaan nis limbah yang dihasilkan
10)Register inspeksi Sanitasi sampel air DAM/PDAM/ Pengelolaan Limbah padat
Register inspeksi Non Perpipaan dan cair
11)Register pemeriksaan sampel 11) Laporan pemeriksaan
air sampel air
12)Register kepemilikan jamban 12) Laporan kepemilikan
13)Formulir program penyehatan jamban
lingkungan 13) Laporan 10 penyakit
berbasis lingkungan.
14) Laporan monitoring
pengelolaan limbah cair
dan padat sarana pelayanan
kesehatan
3 Upaya Pelayanan Kesehatan Ibu
.3 dan Anak serta KB
3 Upaya pelayanan kesehatan Ibu
.3.1
1) Kartu ibu 1) PWS-KIA (Ibu) 1) Cakupan K1

24
2) Formulir partograf 2) LB3KIA(Lap. Bulanan 2) Cakupan Kunjungan Ibu
3) Buku KIA KIA) Hamil K4
4) Register Kohort ibu 3) Laporan sarana prasarana 3) Cakupan ibu hamil dengan
5) Form pelacakan kematian B1,B2,B3 komplikasi kebidanan
maternal (OVM) 4) Laporan kematian Ibu yang ditangani
6) Register pelayanan korban 5) Laporan Penggunaan buku 4) Cakupan pertolongan
tindak kekerasan terhadap KIA persalinan oleh tenaga
perempuan, anak dan KDRT 6) Laporan Pelaksanaan Kelasi kesehatan yang memiliki
bu hamil kompetensi kebidanan
7) Laporan P4K 5) Cakupan pelayanan ibu
8) Laporan Pelayanan Korban nifas
Tindak Kekerasan terhadap
Perempuan, Anak dan
KDRT
3 Upaya Pelayanan Kesehatan Anak
.3.2
1)
Kartu anak 1) Laporan buku KIA 1) Cakupan Kunjungan
2)
Formulir MTBM dan MTBS 2) Laporan kematian bayi dan Neonatal KN-1
3)
Buku KIA balita. 2) Cakupan Pelayanan
4)
Register kohort bayi 3) PWS-KIA ( Anak ) Neonatal (KN Lengkap)
5)
Register kohort anak balita 4) LB3KIA 3) Cakupan neonatal dengan
6)
Register kohort anak prasekolah 5) Laporan kegiatan kesehatan komplikasi yang ditangani
7)
Register penyimpangan tumbuh remaja. 4) Cakupan kunjungan Bayi
kembang 6) Laporan bulanan program 5) Cakupan pelayanan anak
8) Form pelacakan kematian Kesehatan anak usia balita
perinatal (OVP) sekolah 6) Cakupan pelayanan anak
9) Register anak usia Sekolah pra sekolah
10)Formulir skrining anak usia 7) Cakupan anak usia sekolah
Sekolah 8) Cakupan remaja yang
11)Register pelayanan korban dilayani
tindak kekerasan terhadap
perempuan, anak dan KDRT
3 Upaya Pelayanan
.3.3 Keluarga Berencana
1) Kartu status KB (K1) 1) LB3 USUB (laporan 1) Cakupan peserta Keluarga
2) Kartu peserta KB (K4) bulanan Usia Subur ) Berencana aktif
3) Register kohort KB 2) PWS KB 2) Cakupan ibu hamil ANC
4) Register alat & obat 3) Laporan PMTCT (PPIA) yang mendapat konseling
kontrasepsi PMTCT

3Upaya Perbaikan Gizi Masyarakat


.4
1) Hasil kegiatan operasi timbang. 1) LB 3 gizi Puskesmas 1) Balok SKDN
2) Register bayi 2) Laporan Kasus gizi 2) Peta Kadarzi
3) Register anak balita buruk 3) Cakupan Vit. A
4) Register balita gizi buruk 3) SKDN 4) Cakupan Fe
5) F1/Rekapitulasi hasil 4) Pemberian Kapsul Vit. 5) Prevalensi balita kurang
penimbangan di posyandu A gizi./ BGM
6) F2 gizi/ Rekapitulasi hasil 5) Pemberian Tablet Fe 6) Cakupan ASI-Eksklusif
register penimbangan tk desa 6) ASI-Eksklusif 7) Cakupan Garam
7) 7.LB3-Gizi Elektronik 7) Kadarzi Beryodium dan peta Desa
8) 8. Register Pemberian PMT-P 8) Data BGM Baik dan Tidak Baik
Balita Gizi Buruk dan atau 9) Pemantauan Status
Bumil KEK Gizi
10)Monitoring Garam
Beryodium
11) Laporan pemberian PMT-P
Balita GiziBuruk dan atau
Bumil KEK
3 Upaya Pencegahan dan

25
.5 Pemberantasan Penyakit
3 Upaya Pencegahan Penyakit
.5.1
1 Surveillance
1. Register SBM 1) Laporan Sistem Surveilans 1) Cakupan desa/kelurahan
2. Register rawat jalan (Penyakit Terpadu (Lap. SST) mengalami KLB
potensial wabah) 2) Laporan kader (Form ( Kejadian Luar Biasa)
SBM/Surveilence Berbasis yang dilakukan
Masy) penyelidikan epidemiologi
3) Laporan mingguan wabah dalam waktu <24 jam
(W2PU) 2) Penemuan dan penanganan
4) Laporan bulanan pasien baru TB BTA
Surveillance Terpadu positif
penyakit berbasis 3) Angka penjaringan suspek
Puskesmas. penderita TB paru
5) Laporan KLB (W1) bila ada 4) Angka keberhasilan
KLB pengobatan pasien baru
BTA positif
1. Penemuan kasus filariasis

2 Imunisasi
1) Buku stok vaksin 1) Laporan imunisasi 1. Cakupan desa/kelurahan
2) Buku grafik suhu 2) Laporan hasil pencapaian Univrsal Child
3) Register kohort ibu, bayi UCI Imunization
4) Laporan uniject rusak 3) Laporan cakupan imunisasi (UCI)
5) Form pelaporan kejadian BIAS Puskesmas. 2. Imunisasi dasar lengkap
ikutan pasca imunisasi. 4) Laporan penerimaan & pada bayi usia <1 tahun
pengiriman vaksin HB (BCG 1 kali, DPT-HB 3
Uniject kali, Polio 4 kali, Campak
5) Laporan imunisasi HB 1 kali) ditambah
uniject perlindungan dini
6) Hasil kegiatan skrining dan imunisasi Hepatitis B < 7
imunisasi TT WUS per hari
desa/kelurahan
3 Upaya Pemberantasan Penyakit
.5.2
1 Tuberculosis
1. Kartu pengobatan pasien TB 1) Laporan bulanan via sms 1. Angka penjaringan
(TB01) (INPRES NO 3/2010) suspek TB
2. Kartu penderita TB (TB02) 2) Laporan tribulan ke Dinkes 2. Angka keberhasilan
1. Register pasien TB di Kab/Kota (TB 03 UPK) pengobatan (sukses rate)
Fasyankes (TB o3 UPK) 3) Laporan hasil pengiriman 3. Jumlah pasien BTA +
2. Daftar suspek diperiksa dahak pemantapan mutu eksternal baru diantara semua
SPS (Register TB06) (PME) /Cross check (TB 12) pasien TB tercatat dalam
3. Form rujukan pasien pindah 1 (satu tribulan/ satu
(TB 09) tahun)
3. Form hasil akhir pengobatan
pasien pindah (TB 10)
2 Kusta
1) Kartu penderita 1. Form POD 1. Angka kesembuhan
2) Register (kohort penderita kusta 2. Form pengobatan Prednisone penderita Kusta PB
tipe PB/tipe MB Register kohort penderita 2. Angka kesembuhan
3) Register kohort penderita kusta kusta tipe PB (fotokopi tiap penderita Kusta MB
tipe MB (fotokopi tiap 3 bulan) 3 bulan)

3 ISPA
) Register ISPA 1 Form MTBS atau form Angka cakupan penemuan
stempel pneumoni balita penderita pneumoni balita
4IVD (Infeksi Virus Dengue)

26
1) Buku catatan pasien penderita 2) Stratifikasi desa 1. Penemuan kasus suspek
IVD 3) Distribusi penderita per desa penderita IVD (Infeksi
4) Grafik rata rata jumlah Virus Dengue) yang dirujuk
pasien 2. Cakupan penanganan
5) Grafik pola penderita IVD penderita IVD
PWS vektor DBD 3. Angka Bebas Jentik
5 Malaria
1) Form pengiriman SD API (Annual Paracite Index)
ut.pemerik.ulang di
lab.Mal.Jatim
2) Daftar Penyebaran Penderita
Malaria
3) Register penderita Malaria
6 Diare
Register Diare 1) Angka cakupan pelayanan
penderita diare
2) Angka penggunaan oralit
dan zinc
3) Angka GFR pada kasus
KLB diare
7 Rabies
Register kasus gigitan hewan 1) Data penemuan kasus
tersangka rabies gigitan HPR
2) Data penatalaksanaan kasus
gigitan ( pencucian luka )
3) Pemberian VAR
8 HIV/AIDS/IMS
Register ( jika ada kasus) 1) Kasus IMS
2) Kasus HIV/AIDS
9 P
enyakit tidak menular
1) Register rawat jalan 1) Jumlah Kasus dan Kematian
2) Laporan Posbindu PTM Penyakit Tidak Menular
3) Register deteksi dini kanker Menurut Jenis Kelamin dan
payudara dan leher rahim Umur(Form STP).
2) Form Faktor Resiko PTM dan
Form PTM ( bagi Puskesmas
yang sudah terbentuk
Posbindu PTM)
3) Form Frekapitulasi deteksi
dini kanker payudara dan
leher rahim ( bagi puskesmas
pilot project)
3 Upaya pengobatan dasar
.6
3 Upaya pengobatan
.6.1
1) Kartu rekam medik 1) Laporan kasus penyakit 1) Visit rate
2) Resep (LB1) 2) Data penyakit /angka
3) Register rawat jalan 2) LB4 kesakitan karena penyakit
4) Surat rujukan 3) Pola penyakit ( 10 ( ISPA, diare,
5) Surat Keterangan Sehat/Sakit terbanyak) TBC,kusta,hepatitis dll)
4) Lap. bulanan kegiatan 3) Grafik kunjungan rawat
Puskesmas jalan
5) Lap. LB 1 (lap. Bulanan 6) Jumlah pasien baru
data kesakitan) 7) Jumlah pasien lama
6) LB-2 M (lap. Bulanan data
kematian)
7) Laporan bulanan rujukan
Puskesmas ke Rumah Sakit.

27
3 Upaya pelayanan kegawat
.6.2 daruratan
1) Register kunjungan UGD Laporan kecelakaan Jumlah kunjungan UGD
2) Informed Consent
3 Upaya pengobatan gigi dan mulut
.6.3
1) Kartu Rekam Medik 1. Laporan Bulanan Penyakit 1. Grafik Kunjungan gilut
2) Register rawat jalan Gigi Mulut (LB1) 2. Grafik morbiditas
3) FormulirLaporan Informed Consent2. Laporan BulananKegiatan penyakit
4) Informed Consent Puskesmas ( LB4)
3. Laporan Tahunan Data
Dasar gigi
3 Upaya Pelayanan Laboratorium
.6.4
1) Register pencatatan pasien 1) Laporan laboratorium Angka kesalahan
2) Register pencatatan hasil lapangan. baca (error rate)
3) Blanko hasil pemeriksaan kimia 2) Laporan rujukan
klinik laboratorium Puskesmas ke
4) Blanko hasil pemeriksaan darah laboratorium luar.
5) Blanko hasil pemeriksaan urine 3) Laporan laboratorium
6) Blanko hasil pemeriksaan Puskesmas.
serologi
7) Blanko hasil BTA
8) Kartu gol darah
9) Pengiriman sediaan darah untuk
pemeriksaan ulangan di
laboratorium Malaria Provinsi
Jawa Timur).
10)Register laboratorim (TB 04)
11) Formulir permohonan
pemeriksaan laboratorium (Form
TB 05)

B Upaya pengembangan Puskesmas


1 Upaya keperawatan kesehatan
masyarakat
1) Family folder (Form 2 1) Laporan asuhan keperawatan
Perkesmas) individu
2) Register kohort pembinaan 2) Laporan pembinaan keluarga
keluarga rawan (Form 3 rawan
Perkesmas)
3) Rekapitulasi pembinaan
keluarga rawan (R-1 Perkesmas)
2 Upaya pengobatan gigi dan mulut
Register rawat jalan gigi 1) Laporan kasus penyakit
(LB1)
2) LB4
3) Pola penyakit gigi ( 10
terbanyak)
4) Lap bulanan kegiatan
Puskesmas
5) Lap. LB 1 (lap. bulanan data
kesakitan)
6) Laporan bulanan rujukan
Puskesmas ke Rumah Sakit.
3 Upaya kesehatan sekolah
Laporan bulanan program
kesehatan anak usia sekolah
4 Upaya kesehatan kerja

28
1. Register bantu kesehatan kerja 1) Laporan bulanan kesehatan
2. Formulir KK-1 sd KK-7 SIM pekerja (LBKP-1
KK Puskesmas)
2) Laporan semester kesehatan
pekerja (LS-1 Puskesmas)
3) Laporan hasil kegiatan
kesehatan kerja
5 Upaya kesehatan usila
Register kesehatan pralansia dan Laporan kegiatan kesehatan usia
lansia lanjut
6 Upaya kesehatan Indera
a Upaya kesehatan mata
a. Register rawat jalan 1) SP3/SP2TP
b. Register bantu kesehatan mata 2) Laporan kegiatan kesehatan
mata
3) Laporan Tribulan Kesehatan
Mata
b Upaya kesehatan telinga
a. Register rawat jalan a. SP3/SP2TP
b.Register bantu kesehatan telinga b. Laporan kegiatan kesehatan
Telinga
c. Laporan Tribulan Kesehatan
Telinga
7 Upaya kesehatan jiwa
1) Laporan hasil kegiatan
kesehatan jiwa
2) Laporan kegiatan psikologi
8 Upaya kesehatan olahraga
Pendataan kelompok/klub olahraga Laporan bulanan program
kesehatan olahraga

2 Jenis Pencatatan dan Pelaporan Puskesmas Rawat Inap dengan PONED berdasarkan jenis
pelayanan: sama dengan Puskesmas rawat inap dengan penambahan:
N Kelengkapan dokumen
o Pencatatan Pelaporan Data
1 Upaya Kesehatan Ibu dan Anak
1. Format AMP
2. KMS ibu hamil/buku KIA;
3. Pencatatan dalam Sistim Informasi
Manajemen Puskesmas (SP2TP)
4. Form Rujukan Maternal dan
Neonatal (Form R)
5. Form otopsi verbal maternal dan
neonatal (Form OM dan OP)
2 Upaya pengobatan di rawat inap
1.Rekam Medik 1. Laporan jumlah dirawat 1. Grafik kunjungan rawat
2. Asuhan keperawatan 2. Jumlah pasien masuk inap
3. Jumlah pasien keluar hidup
4. Jumlah pasien keluar mati
5. Jumlah pasien mati<48 jam
6. Jumlah lama dirawat
7. Jumlah hari perawatan

2.4.1. Alur dan Mekanisme Pelaporan


1. Poliklinik, Puskesmas Pembantu, Polindes, dan Ponkesdes setiap bulan membuat laporan
rutin ke Puskesmas dan diteruskan ke Dinas Kesehatan Kabupaten /Kota.
2. Laporan kejadian luar biasa/wabah dilaporkan ke Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota
dalam waktu 1x24 jam.

29
3. Puskesmas mengirimkan laporan bulanan ke Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota paling
lambat tanggal 5 bulan berikutnya.
4. Puskesmas mengirimkan laporan tribulanan ke Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota paling
lambat tanggal 5 bulan berikutnya.
5. Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota melakukan pengolahan/rekapitulasi laporan dari
Puskesmas serta menyusun laporan dan menginformasikannya ke Dinas Kesehatan
Provinsi.

1.1.16. Perencanaan
Perencanaan adalah suatu proses kegiatan yang urut yang harus dilakukan untuk
mengatasi masalah kesehatan di wilayah kerja Puskesmas dalam rangka mencapai tujuan
yang telah ditentukan dengan memanfaatkan sumber daya yang tersedia secara berhasil guna
dan berdaya guna
a. Puskesmas melakukan penilaian kebutuhan masyarakat untuk mengidentifikasi dan
merespon kebutuhan dan harapan masyarakat di Puskesmas dengan melakukan
pertemuan dengan tokoh-tokoh masyarakat dan sektor terkaitmelui kegiatan Survei
Mawas Diri (SMD) untuk kemudian dilakukan analisis kesehatan komunitas (Community
Health Analysis) yang menjadi bahan untuk penyusunan Puskesmas
b. Rencana Puskesmas dituangkan dalam bentuk Rencana Usulan Kegiatan untuk tahun
berikut dan Rencana Pelaksanaan Kegiatan untuk Tahun Anggaran berjalan yang
diuraikan lebih lanjut dalam Rencana Kegiatan Bulanan, baik untuk kegiatan promotif,
preventif, kuratif dan rehabilitatif. Upaya-upaya di Puskesmas lebih diarahkan pada
kegiatan promotif, preventif dan deteksi dini.
c. Perencanaan kegiatan disampaikan pada mikroplanning di Puskesmas yang kemudian
menjadi perencanaan tingkat Puskesmas yang meliputi persiapan, analisis situasi,
Rencana Usulan Kegiatan (RUK), Rencana Pelaksanaan Kegiatan (RPK) atau Plan Of
Action (POA).
Tahapan Perencanaan Tingkat Puskesmas:
1. Tahap Persiapan
2. Tahap Analisa Situasi
3. Tahap Penyusunan Rencana Usulan Kegiatan
4. Tahap Penyusunan Rencana Pelaksanaan Kegiatan

1. Tahap Persiapan
Puskesmas mempersiapkan :
a) Tim Penyusun Perencanaan Tingkat Puskesmas ( PTP) dengan anggota pemegang
program di Puskesmas
b) Sosialisasi Pedoman Perencanaan Tingkat Puskesmas ( PTP) oleh Kepala Puskesmas
c) Pedoman yang harus dipelajari: Kebijakan dan pengarahan Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota dan Kementerian Kesehatan
2. Tahap Analisa Situasi
Tujuan: memperoleh informasi mengenai keadaan dan permasalahan yang dihadapi
Puskesmas melalui analisa data umum dan data khusus yang sudah dikumpulkan ( lihat
lampiran..)
3. Tahap Penyusunan Rencana Usulan Kegiatan ( RUK)
Tujuan:
a) Mempertahankan kegiatan yang sudah dicapai pada periode sebelumnya dan
memperbaiki program yang masih bermasalah
b) Menyusun rencana kegiatan baru yang disesuaikan dengan kondisi kesehatan di
wilayah tersebut dengan kemampuan Puskesmas
Langkah RUK:
a) Analisa Masalah, dengan tahapan:
1) Identifikasi Masalah
2) Menetapkan urutan prioritas masalah
3) Merumuskan masalah

30
4) Mencari akar penyebab masalah
5) Menetapkan cara-cara pemecahan masalah
b) Penyusunan RUK Upaya Kesehatan Wajib dan Upaya Kesehatan Pengembangan,
meliputi:
1) Kegiatan tahun yad ( kegiatan rutin, sarana/prasarana, operasional dan program
hasil analisis masalah)
2) Kebutuhan Sumber Daya, berdasarkan ketersediaan sumberdaya yang ada pada
tahun ini
3) Rekapitulasi RUK dan sumber daya yang dibutuhkan ke dalam format RUK
Pusksemas
4. Tahap Penyusunan Rencana Pelaksanaan Kegiatan (RPK)
Langkah Penyusunan RPK:
a) Mempelajari alokasi kegiatan dan biaya yang sudah disetujui
b) Membandingkan aklokasi yang sudah disetujui dengan RUK yang diusulkan dan
situasi pada saat penyusunan RPK
c) Menyusun rancangan awal, rincian dan volume kegiatan yang akan dilaksanakan serta
sumber daya pendukung menurut bulan dan lokasi pelaksanaan
d) Mengadakan lokakarya mini tahunan untuk membahas kesepakatan RPK
e) Membuat RPK yang telah disusun dalam bentuk matriks

1.1.17. Lokakarya Mini


Lokakarya mini adalah forum pertemuan yang merupakan tindak lanjut dari
perencanaan, dengan mengadakan pengorganisasian intern Puskesmas dan pemantauan
Data temuan yang terkumpul diolah dan dianalisa untuk kemudian disajikan dalam
Lokakarya Mini oraganisasi/unit pelayanan. Jika nilai tingkat kepatuhan di bawah 80% maka
keadaan ini perlu diperbaiki dengan melakukan intervensi terhadap penyebab rendahnya
tingkat kepatuhan terhadap standar. Penyelenggaraan Lokakarya mini bulanan dan tribulanan
dilakukan dengan mengacu pada buku Pedoman Lokakarya mini Puskesmas, Depkes RI,
tahun 2006
Jenis lokakarya mini:
1. Lokakarya Mini Bulanan
Lokakarya mini adalah lokakarya penggalangan tim yang diselenggarakan tiap bulan
dalam rangka pengorganisasian untuk dapat terlaksananya rencana kegiatan Puskemas
(RPK), dengan pengarah Kepala Puskesmas dan dihadiri seluruh petugas Puskesmas,
termasuk petugas Puskesmas Pembantu Ponkesdes dan Polindes

Tabel 2.4. Lokakarya Mini


N Uraian Lokakarya Mini Bulanan Pertama Lokakarya Mini Bulanan Rutin
o
1 Tujuan 1. Diketahuinya hasil kegiatan 1. Memantau pelaksanaan POA
Puskesmas bulan lalu Puskesmas
2. Disampaikannya hasil rapat dari 2. Pemantauan hasil kerja petugas
Kab/Kota, Kecamatan, berbagai Puskesmas dengan membandingkan
kebijakan dan program rencana kerja bulan lalu dari setiap
3. Diketahuinya hambatan /masalah petugas dengan hasil kegiatannya
dalam pelaksanaan kegiatan bulan lalu 3. Membandingkan cakupan kegiatan dari
4. Dirumuskannya cara pemecahan daerah binaan dengan targetnya
masalah 4. Tersusunnya rencana kerja bulan
5. Tersusunnya rencana kerja bulan berikutnya
berikutnya
2 Penyelenggar Puskesmas
a
3 Pelaksanaan Bulan I Teratur, setiap bulan

31
4 Masukan 1. Penggalangan Tim dalam bentuk 1. Laporan hasil kegiatan bulan lalu
dinamika kelompok tentang peran, 2. Informasi tentang hasil rapat di
tanggung jawab staf dan kewenangan Kabupaten/Kota
Puskesmas 3. Informasi tentang hasil rapat di
2. Informasi tentang kebijakan, program Kecamatan
dan konsep baru berkaitan dengan 4. Informasi tentang kebijakan, program
Puskesmas dan konsep baru
3. Informasi tentang tata cara
penyusunan POA
5 Proses 1. Inventarisasi kegiatan Puskesmas 1. Analisis hambatan dan masalah, antara
termasuk kegiatan lapangan/daerah lain dengan mempergunakan PWS
binaan 2. Analisis sebab masalah, khusus untuk
2. Analisis beban kerja tiap petugas mutu dikaitkan dengan kepatuhan
3. Pembagian tugas baru termasuk terhadap standar pelayanan
tanggung jawab daerah binaan 3. Merumuskan alternatif pemecahan
4. Penyusunan rencana kegiatan (POA) masalah
tahunan berdasarkan Rencana
Pelaksanaan Kegiatan (RPK)
6 Keluaran POA tahunan Kesepakatan untuk melaksanakan kegiatan
Kesepakatan bersama untuk pelaksanaan Rencana kerja bulan yang baru
kegiatan sesuai POA
Matriks pembagian tugas dan daerah
binaan

b. Lokakarya Mini Tribulanan Lintas Sektor


Lokakarya mini tribulanan adalah lokakarya yang dilakukan guna pemantauan
pelaksanaan kerjasama lintas sektoral.

Tabel 2.5. Lokakarya Mini Tri bulanan


No Uraian Lokakarya Mini Tri bulanan Pertama Lokakarya Mini Tri bulanan Rutin
1 Tujuan 1. Dibahas dan dipecahkan secara 1. Mendapatkan kesepakatan rencana
bersama lintas sektoral masalah kerja lintas sektoral dalam
dan hambatan yang dihadapi membina dan mengembangkan
2. Tersusunnya rencana kerja tribulan peran serta masyarakat dalam
berikutnya bidang kesehatan
2. Mengkaji hasil kegiatan kerjasama
lintas sektoral
3. Tersusunnya rencana kerja tribulan
berikutnya
2 Pelaksanaan Tribulan I Teratur, setiap 3 ( tiga) bulan
3 Penyelenggara Camat dan Puskesmas , dibantu sektor terkait di Kecamatan
4 Dipimpin Camat
5 Peserta 1. Dinas Kesehatan Kab/Kota
2. Tim Penggerak PKK Kecamatan
3. Puskesmas di wilayah kecamatan
4. Staf Kecamatan ( Sekcam, Unit terkait)
5. Lintas Sektor :Pertanian, Agama, Pendidikan, Sosial,BKKBN
6. Lembaga Kemasyarakatan ( TP PKK Kecamatan, BPP/BPKM/Konsil
Kesehatan Kecamatan
6 Persiapan 1. Membuat visualisasi hasil kegiatan yang mudah dipahami lintas sektor,
Puskesmas contoh: PWS
2. Catatan hasil kesepakatan yang lalu dan instruksi/surat yang berhubungan
dengan peran serta masyarakat yang berkaitan dengan sector kesehatan
3. Membuat undangan lokakarya, ditanda tangani camat.
4. Membuat notulen lokakarya
7 Masukan 1. Penggalangan Tim dalam bentuk 1. Laporan kegiatan pelaksanaan
dinamika kelompok program kesehatan dan dukungan
2. Informasi tentang program lintas sektor terkait
sektor 2. Inventarisasi masalah/hambatan
3. Informasi tentang program dari masing masing sector dalam
kesehatan pelaksanaan program kesehatan
4. Informasi tentang kebijakan, 3. Pemberian informasi baru
program dan konsep baru

32
8 Proses 1. Inventarisasi peran bantu masing- 1. Analisis hambatan dan masalah
masing sektor program kesehatan
2. Analisis masalah peran bantu dari 2. Analisis hambatan dan masalah
masing-masing sektor dukungan dari masing
3. Pembagian peran dan tugas 3. Merumuskan cara pemecahan
masing-masing sektor masalah masing sektor
4. Menyusun rencana kerja dan
menyepakati kegiatan untuk
tribulan baru
9 Keluaran 1. Kesepakatan tertulis lintas sektor 1. Rencana kerja tribulan yang baru
terkait dalam mendukung program 2. Kesepakatan bersama
kesehatan
2. Rencana kegiatan masing masing
sektor

2.2.Manajemen mutu

Manajemen mutu adalah pendekatan manajemen yang merupakan suatu sistem yang
terstruktur untuk menciptakan partisipasi menyeluruh di seluruh jajaran Puskesmas dalam
merencanakan dan melaksanakan fungsi Puskesmas agar sesuai dengan standar
Pengendalian Mutu Puskesmas
Puskesmas mempunyai program peningkatan mutu internal dan eksternal, untuk
mengevaluasi seluruh kegiatan yang berkaitan dengan pelayanan kesehatan yang diberikan.
Program peningkatan mutu dilakukan dengan memantau Indek Kepuasan Masyarakat, dengan
cara wawancara/kuesioner dengan staf dan pelanggan.

2.2.1. Pembentukan Tim Manajemen Mutu


Kepala Puskesmas membentuk Tim Manajemen Mutu, yang dituangkan dalam
Surat Keputusan
I. Tata Laksana
a. Pengorganisasian
Untuk pelaksanaan pemantauan dan penilaian mutu Puskesmas
maka dibentuk organiasasi penyelenggara :
1. Tim Manajemen Mutu yang berkedudukan di puskesmas yang
ditetapkan dengan Surat Keputusan Kepala Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota serta bertanggung jawab kepada Kepala Dinas
Kesehatan Kabupaten/Kota

Susunan Tugas dan Fungsi Tim Manajemen Mutu:


Pembina : Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur
Ketua : Kepala Bidang Bina Pelayanan Kesehatan Dinas
Kesehatan Provinsi Jawa Timur
Sekretaris: Kepala Seksi Kesehatan Dasar dan Penunjang Dinas
Kesehatan Provinsi Jawa Timur
Anggota :
a) Seksi Kesehatan Dasar dan Penunjang
b) Seksi Kesehatan Keluarga
c) Seksi Promosi Kesehatan
d) Seksi Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit
e) Seksi Kesehatan Lingkungan
f) Seksi Gizi

Tugas dan fungsi Tim Manajemen Mutu Puskesmas:


1. Melakukan pemantauan mutu Puskesmas dengan :

33
a) Survey Indek Kepuasan Masyarakat dan menetapkan Indek Kepuasan Masyarakat
b) Mengelola pengaduan pengguna layanan Puskesmas, mulai dari pencatatan,
pelaporan, rencana tindak lanjut dan penanganan pengaduan
c) Pemantauan Pencegahan Dan Pengendalian Infeksi
d) Melakukan penilaian terhadap Standar Puskesmas dan Kinerja Puskesmas secara
periodik, melaporkan kepada Kepala Puskesmas. Mendokumentasikan kegiatan
perbaikan standar dan kinerja program mulai dari monitoring, penilaian, analisis,
penyusunan rencana perbaikan, pelaksanaan perbaikan dan evaluasinya
2. Menggerakkan dan memanfaatkan sumber daya yang ada untuk terwujudnya
perencanaan mutu
3. Melakukan supervisi, dukungan dan coaching dalam memberdayakan Puskesmas
dalam pemecahan masalah mutu dengan pendekatan tim

2.2.2.Survei Kepuasan Masyarakat dan Indeks Kepuasan Masyarakat

2.2.2.1.Survei Kepuasan Masyarakat


Survei Kepuasan Masyarakat adalah suatu survei kepada masyarakat untuk mengetahui
harapan dan keinginan masyarakat terhadap pelayanan yang di berikan oleh Puskesmas untuk
membandingkan indeks kinerja unit pelayanan secara berkala
Survei dilakukan berkesinambungan secara periodik antara 3-6 bulan, atau sekurang-
kurangnya 1 (satu) kali dalam setahun untuk mengetahui tingkat kepuasan masyarakat dalam
menerima pelayanan puskesmas.
Dilakukan secara sederhana dengan membuat kuesioner kemudian dibagikan kepada
pasien/klien sambil diminta untuk diisi dan segera mengembalikannya pada kotak yang tersedia
di Puskesmas. Jika ditemukan lebih dari 5% pasien/klien tidak puas, perlu dilakukan tindakan
segera untuk mengetahui sebab-seba kertidak puasan pasien, misalnya melalui studi kualitatif
(diskusi kelompok atau wawancara mendalam) atau menggunakan kuesioner terstruktur melalui
wawancara langsung kepada pasien/klien
Berdasarkan Keputusan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor
KEP/25/M.PAN/2/2004 tentang Pedoman Umum Penyusunan Indeks Kepuasan Masyarakat
Unit Pelayanan Instansi Pemerintah maka unsur minimal yng harus ada adalah Kuesioner
Penyusunan Indeks Kepuasan Masyarakat terlampir (lampiran 5)
1. Prosedur pelayanan, yaitu kemudahan tahapan pelayanan yang diberikan kepada
masyarakat, dilihat dari sisi kesederhanaan alur pelayanan
2. Persyaratan pelayanan, yaitu persyaratan teknis dan administrasi yang diperlukan
untuk mendapatkan pelayanan sesuai dengan jenis pelayanannya
3. Kejelasan petugas pelayanan, yaitu keberadaan dan kepastian petugas yang
memberikan pelayanan ( nama, jabatan serta kewenangan dan tanggung jawabnya)
4. Kedisiplinan petugas pelayanan, yaitu kesungguhan petugas dalam memberikan
pelayanan terutama terhadap konsistensi waktu kerja sesuai ketentuan yang berlaku
5. Tanggungjawab petugas pelayanan, yaitu kejelasan wewenang dan tanggung jawab
petugas dalam penyelenggaraan dan penyelesaian pelayanan
6. Kemampuan petugas pelayanan, yaitu tingkat keahlian dan ketrampilan yang
dimiliki petugas dalam memberikan/menyelesaikan pelayanan kepada masyarakat
7. Kecepatan pelayanan, yaitu target waktu pelayanan dapat diselesaikan dalam waktu
yang telah ditentukan oleh unit penyelenggara pelayanan
8. Keadilan mendapatkan pelayanan, yaitu pelaksanaan pelayanan dengan tidak
membedakan golongan/status masyarakat yang dilayani
9. Kesopanan dan keramahan petugas, yaitu sikap dan perilaku petugas dalam
memberikan pelayanan kepada masyarakat secara sopan dan ramah serta saling
menghargai dan menghormati
10.Kewajaran biaya pelayanan, yaitu keterjangkauan masyarakat terhadap besarnya
biaya yang ditetapkan oleh unit pelayanan
11.Kepastian biaya pelayanan, yaitu kesesuaian antara biaya yang dibayarkan dengan
biaya yang telah ditetapkan

34
12.Kepastian jadwal pelayanan, yaitu pelaksanaan waktu pelayanan, sesuai dengan
ketentuan yang telah ditetapkan
13.Kenyamanan lingkungan, yaitu kondisi sarana dan prasarana pelayanan yang bersih,
rapi dan teratur sehingga dapat memberikan rasa nyaman kepada penerima layanan
14.Keamanan pelayanan, yaitu terjaminnya tingkat keamanan lingkungan unit
penyelenggara pelayanan ataupun sarana yang digunakan, sehingga masyarakat
merasa tenang untuk mendapatkan pelayanan terhadap resiko- resiko yang
diakibatkan dari pelaksanaan pelayanan

2.2.2.2. Indeks Kepuasan Masyarakat


Indeks Kepuasan Masyarakat adalah data dan informasi tentang tingkat kepuasan
masyarakat yang diperoleh dari hasil pengukuran secara kuantitatif dan kualitatif atas pendapat
masyarakat dalam memperoleh pelayanan dari aparatur penyelenggara pelayanan publik
dengan membandingkan antara harapan dan kebutuhannya
Kepuasan masyarakat merupakan indikator mutu suatu pelayanan kesehatan, sehingga
pelayanan kesehatan harus diselenggarakan dengan orientasi pada pemenuhan harapan dan
kebutuhan masyarakat.
Tujuan penilaian Indek Kepuasan Masyarakat adalah untuk mengetahui tingkat kinerja
pelayanan secara berkala sebagai bahan untuk menentukan kebijakan dalam rangka
peningkatan kualitas pelayanan selanjutnya
Berdasarkan Keputusan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor
KEP/25/M.PAN/2/2004 tentang Pedoman Umum Penyusunan Indeks Kepuasan Masyarakat
Unit Pelayanan Instansi Pemerintah, maka nilai rata rata indeks kepuasan masyarakat dianggap
baik bila mempunyai skor 80-100, cukup 60-79 dan kurang bila 1-59

2.2.3.Penanganan Pengaduan Pengguna Layanan


Puskesmas mempunyai sistim dan prosedur/pola penanganan pengaduan pengguna
layanan dengan minimal menyediakan kotak saran beserta alat tulisnya di setiap ruang
pelayanan, mengelola pengaduan pengguna layanan dan menindaklanjuti pengaduan yang ada
sesuai dengan prosedur yang ada (Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan
Reformasi Birokrasi Republik Indonesia Nomor 38 Tahun 2012 tentang Pedoman Penilaian
Kinerja Unit Pelayanan Publik)
Menurut Peraturan Menteri PAN-RB Nomor 13 Tahun 2009 tentang Pedoman
Peningkatan Kualitas Pelayanan dengan Partisipasi Masyarakat maka pada standar pengelolaan
pengaduan pengguna layanan:
1. Ada kotak pengaduan, jalur/alur pengaduan dan alat tulis
2. Ada sistim/prosedur pengelolaan pengaduan pengguna layanan
3. Ada petugas khusus/unit yang menangani pengelolaan pengaduan lisan maupun
tertulis
4. Ada pencatatan dan rencana tindak lanjut terhadap pengaduan
5. Persentase pengaduan yang masuk dan dapat diselesaikan tinggi/ lebih dari 80%

2.2.4.Pencegahan dan Pengendalian Infeksi di Puskesmas


Masyarakat yang menerima pelayanan kesehatan, tenaga kesehatan dan pengunjung
Puskesmas dihadapkan pada risiko terjadinya infeksi, baik karena perawatan atau datang
berkunjung ke Puskesmas, oleh karena itu semua fasilitas pelayanan kesehatan harus
melaksanakan Pencegahan dan Pengendalian Infeksi (PPI).
Tim PPI yang ditetapkan dengan SK Kepala Puskesmas, bertanggung jawab langsung
kepada kepala Puskesmas. Minimal Tim PPI terdiri dari:
1. Ketua: Dokter yang telah mengikuti pelatihan PPI
2. Sekretaris: perawat/bidan senior, minimal D3 yang telah mengikuti pelatihan PPI
3. Anggota, dapat terdiri dari :
a) Perawat
b) Bidan
c) Tenaga Laboratorium

35
d) Farmasi
e) Sanitasi
f) Petugas Kebersihan
Tugas Tim PPI:
1. Melakukan sosialisasi PPI agar kebijakan dapat dipahami dan dilaksanakan oleh
petugas Puskesmas
2. Membuat SOP PPI
3. Menyusun dan mengevaluasi pelaksanaan PPI dan program diklatnya
4. Memberikan konsultasi pada petugas Puskesmas
5. Memberikan masukan yang menyangkut konstruksi bangunan dan pengadaan alat dan
bahan kesehatan, renovasi ruangan, cara pemrosesan alat, penyimpanan alat dan linen
sesuai dengan prinsip PPI
6. Melakukan pengawasan terhadap tindakan yang menyimpang dari standar
prosedur/monitoring surveilans proses
7. Melakukan pengamatan PPI Puskesmas dengan menggunakan daftar Tilik PPI seperti
dibawah ini

DAFTAR TILIK PEMANTAUAN PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN INFEKSI

Nama Puskesmas:.. Ruang:..


Alamat Puskesmas: Bulan:..
No Indikator Tindakan SB B C K SK
1 Cuci tangan Air bersih mengalir
Sikat halus untuk tangan
Sabun/cair
Larutan antiseptik
Lap tangan
Petugas tampak mencuci tangan
dan mengeringkan tangan
Melepas sarung tangan setelah
kontak dengan pasien

2 Alat pelindung Sarung tangan bersih


Sarung tangan steril
Sarung tangan rumah tangga
Masker sekali pakai
Masker cuci ulang ( bahan linen)
Gaun/schort
Pelindung wajah
Pelindung kaki
Tutup kepala
3 Dekontaminasi alat Larutan klorin 0.5%
Larutan klorin 0.05%
Ember plastik (3 buah)
Alat direndam dalam klorin 10
menit
Stop watch
Alat steril disimpan dalam wadah
kering dan bersih
Pengelolaan alat tajam Wadah bahan tusukan
Isi wadah kurang dari penuh
Tidak ada bagian tajam yang
keluar
Jarum tidak disarungkan
Penyarungan satu tangan
Limbah Sampah dipisahkan sesuai jenis
Kantong sampah kuning
Tidak ada sampah terkontaminasi
Proses pemusnahan jarum

36
berfungsi baik
Proses pembuangan limbah
berjalan baik
Antiseptik Alkohol
Betadine
Jumlah
Keterangan:
SB: Sangat Baik : > 90 % petugas patuh mengikuti prosedur
B : Baik : 70-89 % petugas patuh mengikuti prosedur
C : Cukup : 60-69 % petugas patuh mengikuti prosedur
K : Kurang : 50-59 % petugas patuh mengikuti prosedur
SK : Sangat Kurang : <50 % petugas patuh mengikuti prosedur

Kewaspadaan Standar untuk pelayanan semua pasien, meliputi:


1. Kebersihan tangan/Hand hygiene
2. Alat Pelindung Diri (APD)set, terdiri dari sarung tangan, masker, kaca mata goggle (kaca mata
pelindung), face shield (pelindung wajah), respirator, gaun/apron, sepatu boot
3. Peralatan perawatan pasien
4. Pengendalian lingkungan
5. Penatalaksanaan linen
6. Kesehatan karyawan
7. Penempatan pasien
8. Hygiene respirasi/Etika batuk dan bersin
9. Praktek menyuntik yang aman

Tabel 2.6. Daftar Kewaspadaan Standar


1. Kebersihan Kuku harus selalu terpotong pendek, tidak memakai perhiasan dan tidak boleh
tangan memakai kuku palsu, saat merawat pasien.
Cuci tangan dengan sabun dan air mengalir harus dilakukan dengan 6 langkah pada
saat:
- Sebelum dan setelah melepas sarung tangan
- Sebelum tindakan aseptis: pemasangan kateter i.v, kateter urin dan vaskuler perifer
- Sebelum dan setelah kontak langsung dengan kulit pasien saat merawat
- Bila tangan beralih dari area tubuh terkontaminasi menuju area bersih, termasuk
perawatan pasien yang sama
- Setelah menyentuh darah, cairan tubuh, sekresi, ekskresi, kulit yang tidak utuh, ganti
verband, walaupun telah memakai sarung tangan
- Bila tangan tampak kotor, mengandung bahan berprotein, cairan tubuh, cuci tangan
dengan sabun biasa/antimikroba dengan air mengalir
- Setelah kontak dengan lingkungan dan benda mati (alat medik, tempat tidur, meja,
saklar lampu) di area pasien
- Setelah makan, minum, menggunakan toilet
- setelah menyentuh cairan tubuh pasien
- bila kontak dengan diduga spora, karena alkohol, klorhexidin, iodofor aktifitasnya
lemah terhadap spora
- Sebelum keluar ruangan pasien, setelah melepas dan membuang APD
Cuci tangan bisa dilakukan dengan sabun dan air mengalir atau dengan alkohol
handrub. (Bila tangan tidak tampak kotor)

2. Alat Pelindung Gunakan APD sesuai ukuran dan jenis tindakan


Diri (APD) : Gunakan APD yang sesuai, bila ada kemungkinan terkontaminasi darah, cairan
Sarung tangan, tubuh, sekresi, ekskresi dan bahan terkontaminasi, mukus membran dan kulit yang
Masker, Kaca mata tidak utuh, kulit utuh yang potensial terkontaminasi
pelindung, Pakai sarung tangan sekali pakai, saat merawat pasien langsung
Pelindung wajah,
Pakai sarung tangan sekali pakai atau pakai ulang untuk membersihkan lingkungan
Gaun dan sepatu
(bila daur ulang, harus ada tes fungsi sebelum digunakan)
boot

37
Lepaskan sarung tangan segera setelah selesai, sebelum menyentuh benda dan
permukaan yang tidak terkontaminasi , sebelum beralih ke pasien lain
Jangan memakai sarung tangan yang sama untuk pasien yang berbeda
Gantilah sarung tangan bila tangan berpindah dari area tubuh terkontaminasi ke area
bersih
Pakailah goggle untuk melindungi konjungtiva, mukus membran mata, hidung,
mulut selama melaksanakan prosedur dan aktifitas perawatan pasien yang berisiko
terjadi cipratan/semprotan dari darah, cairan tubuh, sekresi, ekskresi
Secara umum, dapat digunakan masker bedah untuk mencegah transmisi melalui
partikel besar dari droplet saat kontak erat (<3 m) dari pasien saat batuk/bersin.
Pakailah selama tindakan yang menimbulkan aerosol walaupun pada pasien tidak
diduga infeksi
Kenakan gaun ( bersih, tidak steril ) untuk melindungi kulit, mencegah baju menjadi
kotor, kulit terkontaminasi selama prosedur/merawat pasien yang memungkinkan
terjadinya percikan/semprotan cairan tubuh pasien
Bila gaun tembus cairan, perlu dilapisi apron tahan cairan mengantisipasi
semprotan/cipratan cairan infeksius.
Pakailah sepatu boot untuk melindungi kaki dari cipratan/semprotan dari darah,
cairan tubuh, sekresi, ekskresi

3.Peralatan Buat standar prosedur operasional untuk menampung, transportasi, pengelolaan


perawatan pasien peralatan yang mungkin terkontaminasi darah atau cairan tubuh
(kategori IB ) Lepaskan bahan organik dari peralatan dengan bahan pembersih yang sesuai
sebelum di Disinfeksi Tingkat Tinggi (DTT) atau disterilkan
Tangani peralatan pasien yang terkena darah, cairan tubuh, sekresi, ekskresi dengan
benar sehingga kulit dan mukus membran terlindungi, cegah baju terkontaminasi,
cegah transfer mikroba ke pasien lain dan lingkungan.
Pastikan peralatan yang telah dipakai untuk pasien infeksius telah dibersihkan dan
tidak dipakai untuk pasien lain. Pastikan peralatan sekali pakai dibuang dan
dimusnahkan dengan cara yang benar dan peralatan pakai ulang, diproses dengan
benar
Peralatan yang terkontaminasi didisinfeksi setelah dipakai dan selanjutnya di DTT
atau sterilisasi, sesuai kebutuhan.
Permukaan peralatan yang besar (USG, X ray), di lap dengan cairan disinfektan,
setelah keluar dari ruangan isolasi meskipun tidak tampak kotor
Bersihkan dan disinfeksi yang benar peralatan terapi pernapasan terutama setelah
dipakai pasien infeksi saluran napas
Alat makan dicuci dengan detergen tiap setelah makan. Benda disposable dibuang
ketempat sampah

4.Pengendalian Fasilitas kesehatan harus membuat dan melaksanakan prosedur rutin untuk
lingkungan pembersihan, disinfeksi permukaan lingkungan, tempat tidur, peralatan disamping
tempat tidur dan pinggirannya, permukaan yang sering tersentuh dan pastikan
kegiatan ini dimonitor (diawasi secara rutin dan berkala)

Pembersihan harus mengawali disinfeksi. Benda dan permukaan tidak dapat
didisinfeksi sebelum dibersihkan dari bahan organik (ekskresi, sekresi pasien,
kotoran).(10 )

Pembersihan ditujukan untuk mencegah aerosolisasi, sehingga menurunkan
pencemaran lingkungan.

Fasilitas kesehatan harus mempunyai disinfektan standar untuk menghilangkan
patogen secara signifikan, pada permukaan terkontaminasi, sehingga memutuskan
rantai penularan penyakit. Disinfeksi adalah membunuh secara fisikal dan kimiawi
mikroorganisme tidak termasuk spora

Pembersihan harus mengawali disinfeksi. Benda dan permukaan tidak dapat
didisinfeksi sebelum dibersihkan dari bahan organik (ekskresi, sekresi pasien,
kotoran). Pembersihan ditujukan untuk mencegah aerosolisasi, menurunkan
pencemaran lingkungan.
Disinfektan yang biasa dipakai :

38
Na hipoklorit (pemutih), alkohol, komponen fenol, komponen ammonium quarternary,
komponen peroksigen. Ikuti aturan pakai pabrik cairan disinfektan, waktu kontak, dan
cara pengencerannya
Pembersihan area sekitar pasien:
Pembersihan permukaan horisontal sekitar pasien harus dilakukan secara rutin setiap
hari dan lebih teliti setiap pasien pulang
Untuk mencegah aerosolisasi patogen infeksi saluran napas, hindari sapu, tapi
gunakan cara basah (kain basah)
Ganti cairan pembersih, lap kain, kepala mop setelah dipakai (terkontaminasi)
Peralatan pembersih harus dibersihkan, dikeringkan tiap kali setelah pakai. Mop
dicuci, dikeringkan tiap hari sebelum disimpan dan dipakai kembali.
Untuk mempermudah pembersihan bebaskan area pasien dari benda-benda/peralatan
yang tidak perlu
Jangan lakukan fogging dengan disinfektan, tidak terbukti mengendalikan infeksi,
dan bisa berbahaya
Pembersihan dapat dibantu dengan vacuum cleaner (pakai filter, HEPA). Jangan
memasang karpet
5.Penata Penanganan, transportasi dan proses linen yang terkena darah, cairan tubuh, sekresi,
laksanaan Linen ekskresi harus dilakukan dengan prosedur yang benar untuk mencegah kulit, mukus
membran terekspos dan terkontaminasi linen, atau terjadi transfer mikroba ke pasien
lain, petugas dan lingkungan
Buang terlebih dahulu kotoran (misal: feses), ke toilet dan letakkan linen dalam kantong
linen.
Hindari menyortir linen di ruang rawat pasien. Jangan memanipulasi linen
terkontaminasi untuk hindari kontaminasi terhadap udara, permukaan dan orang.
Cuci dan keringkan linen sesuai SOP. Dengan air panas 70oC, minimal 25 menit. Bila
dipakai suhu < 70oC pilih zat kimia yang sesuai.
Pastikan kantong tidak bocor dan lepas ikatan selama transportasi. Kantong tidak perlu
ganda.
Petugas yang menangani linen harus mengenakan APD yang sesuai
6. Kesehatan Setiap petugas harus waspada dalam bekerja, untuk mencegah terjadinya luka/cedera
karyawan saat menangani jarum, scalpel dan alat tajam lain, setelah melakukan prosedur, saat
membersihkan instrumen dan saat membuang jarum
Seharusnya gunakan alat pengaman (safety devices) pada waktu menangani jarum,
scalpel, alat tajam lain
Jangan tutup/recap jarum yang telah dipakai, memanipulasi jarum dengan tangan,
menekuk jarum, mematahkan, melepas jarum dari spuit. Buang jarum, spuit, pisau
scalpel, dan peralatan tajam habis pakai kedalam wadah tahan tusukan sebelum
dibuang ke insenerator
Pakai mouthpiece, resusitasi bag atau peralatan ventilasi lain pengganti metoda
resusitasi mulut ke mulut
Jangan mengarahkan bagian tajam jarum ke bagian tubuh selain akan menyuntik.
7.Penempatan Tempatkan pasien yang potensial mengkontaminasi lingkungan atau yang tidak dapat
Pasien diharapkan menjaga kebersihan kedalam ruang rawat yang terpisah.
Bila ruang isolasi tidak memungkinkan, upayakan agar prinsip pemisahan tetap
terjadi.
Cara penempatan sesuai jenis kewaspadaan terhadap transmisi infeksi
8.Hygiene Kunci PPI adalah mengendalikan penyebaran patogen dari pasien yang terinfeksi untuk
respirasi transmisi kepada kontak yang tidak terlindungi. Untuk penyakit yang ditransmisikan
/ Etika batuk melalui droplet besar dan atau droplet nuklei maka etika batuk harus diterapkan kepada
semua individu dengan gejala gangguan pada saluran napas.
Pasien, petugas, pengunjung dengan gejala infeksi saluran napas harus:
Menutup mulut dan hidung dengan lengan atas saat batuk atau bersin
Pakai tisu, saputangan, masker kain/medis bila tersedia, buang ke tempat sampah
(yang terlebih dahulu dilapisi kantong plastik) tertutup

39
Lakukan cuci tangan sesuai standar.
Manajemen fasilitas kesehatan/RS harus promosi higiene respirasi/etika batuk:
Promosi kepada semua petugas, pasien, keluarga dengan infeksi saluran napas
dengan demam
Edukasi petugas, pasien, keluarga, pengunjung akan pentingnya kandungan aerosol
dan sekresi dari saluran napas dalam mencegah transmisi penyakit saluran napas
Menyediakan sarana untuk kebersihan tangan (alcohol handrub, wastafel-antiseptik,
tisu towel, terutama area tunggu harus diprioritaskan (10)
9. Praktek Pakai jarum yang steril, sekali pakai, tiap kali penyuntikan untuk mencegah kontaminasi
menyuntik yang pada peralatan injeksi dan terapi.
aman Bila memungkinkan gunakan juga vial sekali pakai walaupun multidose. Jarum atau
spuit yang dipakai ulang untuk mengambil obat dalam vial multidose dapat
menimbulkan kontaminasi mikroba yang dapat menyebar saat obat dipakai untuk pasien
lain

2.2. Standar Sumber Daya


.Pemilik sarana kesehatan yang menyelenggarakan Pelayanan Medik Dasar
bertanggung jawab terhadap tersedianya sarana, prasarana, sumber daya manusia (SDM) dan
obat dan perbekalan / alat kesehatan termasuk pelayanan kefarmasian sedemikan rupa
sehingga visi dan misi Puskesmas dapat tercapai.
Pengelolaan sumber daya Puskesmas
1. Setiap sumber daya Puskesmas harus dikelola dan dicatat dengan benar serta disimpan
sesuai dengan ketentuan yang berlaku
2. Pelaksanaan pengelolaan harus dievaluasi secara berkala
3. Ada upaya pengendalian efisiensi terhadap sumber daya yang ada di Puskesmas
Puskesmas memiliki sumber daya yang diperlukan untuk penyelenggaraan kegiatan
pelayanan kesehatan, meliputi:
2.2.1. Bangunan dan ruang
2.2.1.1. Bangunan
2.2.1.2. Ruang
2.2.2. Sumber daya manusia
2.2.3. Peralatan
2.2.4. Obat, perbekalan/ alat kesehatan dan Pelayanan Kefarmasian

2.2.1. Bangunan dan Ruang


2.2.1.1. Bangunan
Kondisi bangunan meliputi:
1. Persyaratan lingkungan
2. Persyaratan bangunan
3. Persyaratan ruang
4. Persyaratan kualitas suhu, kelembaban, pencahayaan, debu dan kebisingan
5. Persyaratan Sarana dan Fasilitas Sanitasi

2.2.1.1.1. Persyaratan Lingkungan Bangunan


1. Lokasi
a. Aman dari ancaman bahaya aliran lahar, gelombang tsunami, longsor, pencemar
lingkungan. Bekas Tempat Pembuangan Akhir Sampah, bekas pertambangan,
dan dibawah SUTT dan SUTET.
b. Mudah dijangkau transportasi umum.
2. Halaman.
a. Batas yang jelas, dengan diber pagar yang kuat dan bersih untuk menjaga agar
orang atau binatang peliharaan tidak keluar masuk dengan bebas..
b. Tersedia penerangan pada malam hari.
c. Bersih, tidak ada genangan air.

40
d. Tempat parkir memadai dan bersih
e. Tersedia taman yang terpelihara dan rapi.
f. Tersedia Tempat penampungan sementara sampah
g. Lingkungan Puskesmas harus merupakan kawasan bebas asap rokok

3. Lahan
a. Luas lahan untuk Puskesmas rawat jalan sebesar 500 m2 , Puskesmas rawat Inap
sebesar 1000 m2 dan Puskesmas rawat Inap PONED sebesar 1000m2
b. Luas lahan untuk bangunan tidak bertingkat minimal 1,5 kali luas bangunan.
Luas lahan untuk bangunan bertingkat minimal 2 kali luas bangunan lantai dasar
c. Kontur lahan dalam kondisi datar, tidak ada kemiringan yang ekstrim

4. Area pelayanan
a. Pelayanan darurat letaknya harus menjamin kecepatan akses dan mempunyai
pintu masuk yang terpisah
b. Pelayanan administrasi,kantor administrasi umum hendaknya berdekatan dengan
pintu utama Puskesmas
c. Pelayanan persalinan terletak dan dirancang untuk mencegah lalu lintas aktivitas
yang tidak berhubungan. Ruang persalinan hendaknya tidak bising dan bersih.
Ruang persalinan hendaknya terpisah, tetapi mempunyai akses yang cepat dari
ruang persalinan ke perawatan
d. Ruang perawat hendaknya terletak pada lokasi yang dapat mengamati pasien

2.2.1.1.2.Persyaratan bangunan
Seluruh bangunan harus memenuhi aspek Keselamatan dan Keamanan pasien
dan orang yang berada di Puskesmas (Patient Safety), dimana:
1) Minimum tersedia dua buah pintu keluar
2) Pintu keluar langsung berhubungan dengan tempat terbuka di luar bangunan
3) Puskesmas mempunyai pemadam kebakaran, seperti pemadam api atau selang
yang mudah dilihat dan mudah dicapai pada lokasi strategis
4) Puskesmas mempunyai sarana atau fasilitas bagi pasien cacat tubuh.
5) Aspek keamanan pasien, antara lain
a) Pegangan sepanjang tangga
b) Toilet dilengkapi dengan pegangan
c) Pintu dapat dibuka dari luar
a. Konstruksi bangunan:
1) Kuat utuh, terpelihara, bersih, dan dapat mencegah penularan penyakit serta
kecelakaan
2) Menggunakan kayu harus dilapisi dengan bahan anti rayap.
b. Lantai
1) Bahan kedap air, permukaan rata, Bersih, kuat, rata, tidak licin dan mudah
dibersihkan
2. Lantai yang selalu terkena air misalnya kamar mandi, tempat cuci dan sejenisnya
mempunyai kemiringan 2 -3 % kearah saluran dan pembuangan air.
c. Dinding
1) Permukaan rata, bersih, dicat warna terang dan mudah dibersihkan.
2) Permukaan dinding yang selalu terkena percikan air harus kedap air dan mudah
dibersihkan.
3) Dinding ruang radiologi, dibuat sesuai ketentuan yang berlaku, agar tidak terjadi
kebocoran radiasi.
4) Dinding dicat dengan bahan yang bisa dicuci atau dilapis keramik

d. Ventilasi
Ventilasi harus memadai untuk menjamin peredaran udara di dalam ruangan puskesmas
dengan baik.

41
1) Luas ventilasi alamiah permanen minimal 15 % dari luas lantai dengan menerapkan
sistem ventilasi silang.
2) Semua jendela ruang tindakan diberi kawat kassa tidak permanen /penapis pencegah
masuknya seranggadan agar mudah dibersihkan
3) Bila ventilasi tidak menjamin adanya pergantian udara alamiah dengan baik maka
ruangan dilengkapi dengan penghawaan mekanis misal kipas angin, exhausterfan atau
AC.
4) Ventilasi dapur menggunakan cerobong asap atau exhausterfan.
5) Ventilasi pada laboratorium menggunakan exhausterfan/AC dan dialirkan pada udara
luar.
6) Sistem ventilasi udara laboratorium/pemeriksaan harus diatur sedemikian rupa
sehingga udara mengalir masuk sesuai area bersih ke area tercemar dan keluar ke
udara bebas yang tidak dilalui lalu lintas manusia. Di ruang pemeriksaan aliran udara
seharusnya dari belakang petugas kesehatan atau diantara petugas dan pasien.
7) Ruang pemrosesan dianjurkan selalu terpasang lampu UV bila dalam keadaan tidak
digunakan. Lampu harus selalu dalam keadaan bersih dan efek germisidal lampu
diperiksa secara rutin setiap bulan menggunakan alat pengukur.
e. Atap:
1) Ttidak bocor, dan tidak menjadi tempat perindukan serangga dan tikus,
2) Tinggi atap lebih dari 10 meter harus dilengkapi dengan penangkal petir
f. Langit-langit
1) Mudah dibersihkan.
2) Dicat dengan warna terang.
3) Tinggi langit langit antara 2,70 m sampai 3,3 m dari lantai,
g. Pintu.
1) Kuat, tinggi minmal 2,10 meter, lebar minimal 1,2 meter dan dapat mencegah
masuknya serangga, tikus, dan binatang pengganggu lain.
2) Pintu ruang perawatan, ruang poli, dan lain - lain dapat menutup secara otomatis.
3) Pintu yang selalu terkena air dilapisi dengan bahan kedap air
4) Pintu ruang radiologi, dilapisi dengan plat timbal sesuai dengan ketentuan yang
berlaku.
h. Jendela
1) Dapat mencegah masuknya serangga, tikus, dan binatang pengganggu lain.
2) Luas jendela, kisi-kisi atau dinding gelas kaca untuk masuknya cahaya minimal 1/6
kali luas lantai.
3) Ambang bawah jendela minimal 1 meter dari lantai

2) Persyaratan Kualitas Suhu, Kelembaban, Pencahayaan, Debu, dan Kebisingan.


a. Suhu dan kelembaban disetiap ruang sesuai dengan kondisi daerah setempat, kecuali
ruang tertentu. Suhu dan kelembaban ruang obat, gudang obat, ruang laboratorium, dan
ruang radiology adalah suhu 22 27 C dan kelembaban 40 70.
b. Bila suhu udara > dari 30 C perlu menggunkana AC, kipas angin.
c. Kelembaban udara pada ruang > 95 perlu menggunakan pengatur kelembaban
(dehumidifier), khusus pada ruangan yang terdapat mikroskop.
d. Konsentrasi debu tersuspensi di setiap ruang tidak lebih dari 150mg/m3.
e. Intensitascahaya di setiap ruang adalah 100 200 lux, kecuali ruang laboratorium,
persalinan, UGD adalah 300 lux, sedangkan dapur adalah 100 lux.
f. Kualitas udar ruang Puskesmas tidak berbau terutama bebas bau gas H2S dan amoniak.
g. Intensitas kebisingan equivalent (leq) pada lokasi Puskesmas tidak lebih dari 55 dB (A).

3) Persyaratan Sarana dan Fasilitas Sanitasi.


1. Air Bersih.
a. Untuk kebutuhan karyawan dan pengunjung harus tersedia sebagai berikut :
1) Puskesmas non rawat inap 15 20 liter/Orang/ hari.

42
2) Puskesmas rawat inap 15 20 liter/orang/hari ditambah dengan 40 60
liter/orang/hari.
Air bersih untuk keperluan Puskesmas dapat diperoleh dari PDAM, Sumber Air
tanah atau sumber lain yang telah diolah sehingga memenuhi persyaratan kesehatan.
b. Memenuhi syarat fisik, kimia, bakteriologis sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
c. Distribusi ke ruangan ruangan menggunakan sarana perpipaan.
d. Sumber air bersih dan sarana distribusinya harus bebas dari pencemaran fisik, kimia
dan bakteriologis.

2.Kamar mandi dan Jamban


a. Memiliki kamar mandi dan peturasan
b. Kamar mandi dan WC harus terpisah antara lakilaki, wanita, karyawan dan
pengunjung
c. Tersedia cukup air bersih dan sabun
d. Selalu terpelihara dalam keadaan bersih dan tidak bau
e. Lubang penghawaan ventilasi harus berhubungan langsung dengan udara luar
f. Ada himbauan, slogan dan peringatan untuk memelihara kebersihan
g. Kamar mandi dan jamban tidak menjadi tempat perindukan vektor.
h. Jumlah kamar mandi dan jamban adalah sebagai berikut :
1). Puskesmas Non Rawat Inap.
a) Bagi karyawan disediakan sekurang kurangnya 1 kamar mandi dan jamban
untuk 15 orang.
b). Bagi pengunjung disediakan 1 kamar mandi dan jamban untuk 40 orang.
2). Puskesmas Rawat Inap.
a) Bagi karyawan disediakan sekurang kurangnya kamar mandi dan jamban
untuk 15 orang.
b). Bagi pengunjung disediakan 3 kamar mandi dan jamban untuk 10 orang.
3. Sarana Pembuangan Air Limbah.
a) Tersedia septic tank yang memenuhi syarat kesehatan.
b) Saluran air limbah harus kedap air, bersih dari sampah dan dilengkapi penutup dengan
bak kontrol setiap jarak 5 meter.
c) Limbah rumah tangga dibuang melalui saluran air limbah yang kedap air, bersih, dari
sampah dan dilengkapi penutup dengan bak kontrol setiap jarak 5 meter.
d) Pembuangan air limbah setelah SPAL dengan cara diresapkan ke dalam tanah.
e) Limbah bekas cucian film harus ditampung dan tidak boleh dibuang ke lingkungan serta
dikoordinasikan dengan Dinas Kesehatan.
4. Sampah.
a) Sampah infeksius harus dipisahkan dengan sampah non infeksius.
b) Setiap ruangan harus disediakan tempat sampah yang terbuat bahan yang kuat, cukup
ringan, tahan karat, kedap air, dan mudah dibersihkan serta dilengkapi dengan kantong
plastik sebagai berikut:
1) Untuk sampah infeksius menggunakan kantong plastik warna kuning.
2) Benda- benda tajam dan jarum ditampung pada wadah khusus seperti botol.
3) Sampah domestik menggunakan kantorng plastik berwarna hitam, terpisah antara
sampah basah dan kering, dapat diolah sendiri atau pihak ketiga untuk
pemusnahannya.
c). Sampah infeksius dimusnahkan di dalam incinerator.
d). Sampah domestik dapat dikubur, dibakar ataupun diangkut ke tempat Pembuangan
Sampah Akhir.
5. Wastafel.
a) Tersedia di ruang pelayanan yaitu Ruang UGD, ruang Poli Gigi, Ruang Kesehatan Ibu
dan Anak (KIA), Ruang Pengobatan, Ruang Periksa, Ruang Suntik, Ruang
Laboratorium, Ruang Radiologi dan Ruang Lain yang memerlukan air.
b) Berfungsi dengan baik dan dilengkapi chek valve atau kran air model siku.
c) Dilengkapi sabun dan zat anti septik.

43
d) Tersedia lap pengering tangan atau alat pengering tangan.
e) Terpelihara dan bersih.
6. Fasilitas Sanitasi dan Keamanan Lainnya.
a) Ketersediaan dan distribus air perlu tersedia Water Tower yang tertutup.
b) Tersedia tabung pemadam kebakaran yang berfungsi dengan baik.
c) Tersedia ruangan khusus untuk penyimpanan perlengkapan kebersihan.
d) Tersedia tempat khusus Genset yang kedap suara.
7. Instalasi.
a) Pemasangan jaringan instalasi air minum, air limbah, gas, listrik/ genset, sistem
penghawaan dan sarana komunikasi harus aman dan terlindung sesuai ketentuan teknis
yang berlaku.
b) Jika bangunan Puskesmas lebih tinggi dari 10 meter atau lebih tinggi dari bangunan lain
di sekitarnya harus dilengkapi dengan penangkal petir.
c) Instalasi untuk masing-masing peruntukan sebaiknya menggunakan kode warna atau
label.
d) Tidak terjadi hubungan silang dan aliran balik antara jaringan distribusi air limbah dengan
air bersih.
e) Ditata agar memenuhi syarat estetika.
f) Tidak menjadi tempat perindukan serangga dan tikus.

2.2.1.6. Tatalaksana.
1. Tata Cara Pemeliharaan Sarana
a) Lantai dibersihkan dengan bahan anti septic minimal satu kali sehari.
b) Air Conditioner :
1) Secara periodik harus dimatikan dan diupayakan mendapat pergantian udara segar
dengan cara membuka seluruh pintu dan jendela setiap pagi selama 1 jam.
2) Membersihkan saringan/ filter udara AC secara periodik.
c) Pengendalian sumber kebisingan disesuaikan dengan sifat sumber :
1) Sumber genset dikendalikan dengan meredam dan membuat sekat yang memadai.
2) Sumber dari lalu lintas dikurangi dengan menanam pohon, peninggian tembok.
d) Pengambilan sampel air bak penampung dan pada kran terjauh yang dilakukan
minimal 2 kali/tahun, pada musin hujan dan kemarau.
e) Pembersihan baik air dan tempat perindukan lainnya dilakukan sekurang-kurangnya 3
hari sekali untuk mencegah perkembanganbiakan nyamuk aedes aigypty.
f) Penanganan limbah infeksius yang berasal dari lab. Poli dann ruang bersalin harus
direndam dalam larutan kaporit 3% selama satu malam, direbus air mendidih selama 1
jam atau dipanaskan dengan autoclave selama 15 menit dan kemudian dibakar atau
ditanam di dalam tanah.
g) Pembersihan mebel dan sarana lainnya pada Puskesmas minimal dilakukan satu kali
sehari dengan menggunakan kain basah. Tempat duduk, slot pintu, wastafel yang
berhubungan dengan pasien dibersihkan/dilap dengan larutan alcohol 60%.
2. Penyelenggaraan Kesehatan Lingkungan Puskesmas.
a) Penyusunan rencana kerja tahunan penyehatan lingkungan Puskesmas yang merupakan
bagian dari rencana kerja program penyehatan sarana tempat umum yaitu :
1) Jenis kegiatan yang akan dilaksanakan seperti pemeliharaan kebersihan dan
pemeriksaan sampel air.
2) Sasaran/ target tiap jenis kegiatan.
3) Jadwal pelaksanaan kegiatan.
4) Tenaga yang akan melaksanakan kegiatan, peralatan, bahan atau sarana yang
diperlukan (jenis dan jumlah).
5) Pembiayaan untuk tiap jenis kegiatan.
6) Pelaksanaan dan pengawasan terhadap pelaksanaan kegiatan.
7) Pencatatan pelaporan
8) Evaluasi kegiatan.

44
c) Pelaksanaan kegiatan penyehatan lingkungan Puskesmas melaksanakan kegiatan
sesuai dengan yang telah direncanakan.
3. Tersedia listrik dengan daya sesuai kebutuhan. Aliran listrik berfungsi baik, kabel dan
steker terpasang aman dan kokoh dan semua lampu berfungsi baik
4. Wastafel dengan air mengalir
a) Harus tersedia pada setiap ruangan periksa, ruang UGD, poli gigi, ruang KIA, ruang
pengobatan, ruang suntik, ruang laboratorium dan ruang lainnya yang memerlukan air
b) Dilengkapi dengan dispenser sabun cair atau zat anti septik, khusus untuk ruang
pengobatan, UGD, tindakan, KIA-KB, pesalinan, gigi dan mulut dianjurkan dalam
dispenser dengan pompa siku dan kran air siku
c) Terpelihara dan selalu bersih
d) Tersedia pengering tangan/tissue
Kondisi bangunan utama Puskesmas:
1) Baik, bila :
a) tidak ada kerusakan pada struktur dan arsitektur bangunan,
b) alur pelayanan ruang yang ada sudah sesuai standar,
c) sirkulasi udara dan cahaya pada ruang sudah tercukupi,
d) seluruh instalasi listrik dan sanitair berfungsi sebagai mana mestinya.
2) Rusak ringan, bila :
a) saluran air kotor / tersumbat,
b) cat dinding dan plafon kusam,
c) plesteran pada dinding rusak,
d) kran air dan atau saklar listrik tidak berfungsi,
3) Rusak sedang, bila :
a) plafond rusak (ambrol terkena air / rangka lapuk),
b) keramik lantai/ dinding pecah,
c) instalasi listrik/ sanitair bermasalah,
d) kusen pintu dan jendela rusak (lapuk/ patah)
4) Rusak berat, bila :
a) atap(rangka dan penutupnya) ambrol/ rusak,
b) struktur bangunan utama patah (kolom, balok, Sloof, dek, dll),
c) terjadi kebocoran / tidak berfungsinya seluruh instalasi listrik dan sanitair

2.2.1.2. Ruang
1) Setiap Puskesmas memiliki fasilitas ruangan yang lengkap dan digunakan seluruhnya,
ditata menurut alur kegiatan dengan memperhatikan ruang gerak petugas dan
dievaluasi pemanfaatannya
2) Semua ruangan mempunyai ventilasi dan penerangan/pencahayaan yang cukup
Ruangan diterangi cahaya alami/lampu listrik sehingga pasien dan tulisan dapat
terbaca tanpa sumber cahaya tambahan
3) Ruangan Puskesmas harus bersih, bebas debu, kotoran, sampah atau limbah, tersedia
tempat sampah, atap bersih dan terawat dan tidak ada sarang laba-laba. Hal ini juga
berlaku untuk lantai, mebel, perlengkapan dan instrumen, pintu dan jendela, dinding,
steker listrik dan langit-langit

Tabel 2.7. Standar Minimal Ruangan Puskesmas


Standar luas ruangan Puskesmas
(m2)

Jenis Puskesmas
No Jenis Ruang Fungsi dan persyaratan khusus
Rawat Rawat Rawat
Jalan Inap Inap
Poned

45
1 Pendaftaran Penyimpanan dan pengolahan data pasien 16 16 16
dan Rekam
medik
2 Pertemuan Serbaguna untuk penyuluhan dan koordinasi staf serta 30 30 30
ruang data, kapasitas minimal 18 orang.
3 Gawat darurat Pelayanan pasien gawat darurat dan mempunyai tempat 20 20 20
tidur untuk observasi
a. Lokasi harus berada di bagian depan Puskesmas,
mudah dijangkau oleh masyarakat dengan tanda-tanda
yang jelas dari dalam dan luar Puskesmas
b. Harus mempunyai pintu masuk dan keluar yang
berbeda
c. Ambulans/kendaraan yang membawa pasien harus
dapat sampai di depan pintu yang areanya terlindung
dari panas dan hujan
d. Pintu UGD harus dapat dilalui brankar
e. Dilengkapi dengan ruang triage (ruang untuk
pemilahan pasien berdasarkan kegawatdaruratannya
f. Dimiliki oleh puskesmas rawat jalan maupun rawat
inap
4 Poli umum Pemeriksaan pasien umum dan tidak gawat 12 12 12
Kriteria ruangan:
a. Arah angin harus dari belakang petugas
b. Mempunyai cross ventilation (ventilalasi cukup dan
terbuka)
5 Poli gigi dan Pemeriksaan serta tindakan gigi dan mulut 12 12 12
mulut
6 Poli KIA/KB pelayanan KIA dan Keluarga Berencana 12 12 12
7 Imunisasi Distribusi dan imunisasi 12 12 12
8 Klinik gizi dan Konsultasi 9 9 9
laktasi
9 Klinik sanitasi Pelayanan kesehatan lingkungan 9 9 9
10 Konsultasi/Pro Konsultasi dan penyuluhan atau pemberian informasi ke 9 9 9
mosi kesehatan masyarakat
11 Kamar obat Pemberian obat, pembuatan obat racik dan penyimpanan 9 9 9
obat harian
12 Laboratorium Pemeriksaan spesimen pasien 9 9 9
Kriteria ruangan:
a. Untuk ruangan ber AC harus mempunyai exhaust fan,
bila tidak ber AC maka ventilasi ruang harus cukup dan
terbuka
b. Mempunyai tempat terbuka atau tempat khusus
untuk mengeluarkan dahak (sputum both)
13 Bersalin Pertolongan persalinan normal, tindakan kebidanan lain 12 16 16
(kuret, IUD) dengan KM/WC serta ruang menyusui
a. Tinggi pintu minimal 2,10 meter, lebar minimal 1,20
meter
b. Pintu dibuat dengan 2 (dua) daun pintu dan membuka
kedalam
c. Plafon harus rata, dipasang tanpa nat dan terbuat dari
bahan keras
d. Tidak berjendela terbuka tetapi mempunyai jendela atas
e. Pertemuan antara dinding vertikal dan lantai tidak boleh
patah tegas
f. Sebaiknya tersedia KM/WC untuk kebutuhan pasien
g. Tempat tidur dengan tirai pemisah/isolasi
h. Ibu bersalin terjaga privacynya dan keluarga dapat
menemani
i. Dilengkapi minimal 3 ( tiga )steker
14 Tindakan Tindakan dengan tingkat steril yang maksimal, pertemuan 12 12 12
dinding dalam ruang sebaiknya bersudut
tumpul/melengkung, untuk melakukan tindakan operatif
sederhana dan tindakan operatif kecil, seperti circumsisi,
pengangkatan aterom, lipom dan lain-lain bedah minor,
infeksi dan luka bakar

46
15 Kepala Administratif 9 9 9
Puskesmas
16 R.Tunggu Penyuluhan/promotif 36 36 36
17 Gudang obat Penyimpanan obat dengan persyaratan: 12 12 12
a. Luas gudang dan volume obat yang disimpan sudah
sesuai
b. Tersendiri tidak boleh dicampur barang lain
c. Sirkulasi udara baik
d. Dapat menjamin keamanan obat baik secara fisik
maupun kimiawi
e. Melindungi obat dari cahaya matahari langsung
f. Tidak lembab (ada alat pengukur suhu/kelebbaban)
g. Bersih
h. Penerangan cukup/ lampu untuk gudang obat
i. Bebas hewan pengerat
j. Teralis
k. Adanya cahaya yang masuk
l. Kunci rangkap 2 (dua)untuk dokter dan petugas gudang
18 Gudang umum Penyimpanan alat kesehatan 4 4 4
19 Administrasi/ka Administratif oleh staf puskesmas 20 20 20
ntor
20 Dapur Mengolah makanan dari mentah menjadi masak 9 9 9
a. Ventilasi dan penerangan cukup
b. Sumber air bersih sesuai dengan persyaratan air bersih
c. Ada saluran pembuangan air limbah yang
tertutup/higienis.
d. Warna tembok dapur cerah
e. Ada alat pemadam kebakaran ukuran kecil
f. Perabot dan alat dapur sesuai kebutuhan
g. Lantai bersih dan tidak licin
Untuk puskesmas rawat inap:
a. Diletakkan dekat dengan ruang perawatan
b. Sertifikat penjamah makanan bagi petugas dapur
21 KM/WC pasien Ratio jumlah kamar mandi/WC dibanding jumlah 12 12 12
rawat jalan pengunjung = 1: 40.Dibedakan untuk pria dan wanita,
minimal 1 buah untuk pria dan 1 buah untuk wanita @ 6
m2
23 KM/WC Bagi karyawan disediakan sekurangkurangnya 1 kamar 12 12 12
karyawan mandi dan WC untuk 15 orang.Dibedakan untuk pria dan
wanita, minimal @1 buah @ 6 m2
24 Cuci alat Membersihkan/mencuci alat kesehatan yang telah 3 3 3
kesehatan digunakan
25 Sterilisasi alat Sterilisasi alat medik untuk operasi kecil, alat-alat dari 3 3 3
poliklinik gigi, gawat darurat, persalinan dan perawatan
26 Spoolhoek Pembuangan darah/cairan sisa kegiatan operasi dan 3 3 3
persalinan
27 Genset Pengganti listrik Puskesmas dalam keadaan darurat, ruang 4 0 0
kedap suara kapasitas generator yang disediakan minimal
40% dari daya terpasang dan dilengkapi AMF dan ATS
system
Kapasitas Gen Set disediakan minimal 40% dari daya 0 6 6
terpasang dan dilengkapi AMF dan ATS system.Minimal
2000-5000 Watt
28 Perlengkapan Penyimpanan perlengkapan kebersihan 2 2 2
kebersihan
29 Linen Menyimpan kebutuhan linen/kain tenun untuk kebutuhan 0 3 3
merawat pasien
30 Garasi Penyimpanan ambulans operasional 12 12 12
Penyimpanan ambulans gadar 0 12 12
31 Parkir Parkir kendaraan pengunjung dan karyawan Puskesmas 24 24 24

C Rawat inap
32 Rawat gabung Ruang rawat gabung ibu dan bayi baru lahir dalam keadaan 0 12 12
ibu dan bayi normal, @2 m2/TT, minimal 1 TT ibu dan 1 TT bayi
33 Anak/bayi Rawat inap anak/bayi, 2 m2/TT (1 TT) 0 2 2

47
34 Laki laki Rawat inap laki laki dewasa, 4,5 m2/TT 1 TT) 0 4,5 4,5
dewasa
35 Perempuan Rawat perempuan dewasa,4,5 m2/TT(1 TT) 0 4,5 4,5
dewasa
36 Penyakit Rawat penyakit menular, 6 m2/TT (1 TT) 0 6 6
menular/ruang Pertimbangan pada saat penempatan pasien :
isolasi a. Kamar terpisah bila mungkin terjadi kontaminasi luas
terhadap lingkungan, misal: luka lebar dengan cairan
keluar, diare, perdarahan tidak terkontrol.
b. Kamar terpisah dengan pintu tertutup bila ada risiko
transmisi melalui udara ke kontak, misal: luka dengan
infeksi kuman gram positif.
c. Kamar terpisah atau terkelompok dengan ventilasi
dibuang keluar dengan exhaust ke area tidak ada orang
lalu lalang, misal: TBC.
d. Kamar terpisah dengan udara terkunci bila risiko terjadi
transmisi airborne luas, misal: varicella
e. Kamar terpisah bila pasien kurang mampu menjaga
kebersihan (anak, gangguan mental)
37 Dokter jaga 1 kamar untuk istirahat 0 9 9
38 Perawat/ 2 kamar perawat/bidan (1 untuk laki laki dan 1 perempuan) 0 18 18
bidan jaga menjaga/mengawasi pasien yang dirawat, masing-masing 9
m2
22 KM/WC pasien Ratio kamar mandi/WC pasien dibanding jumlah tempat 0 12 12
rawat inap tidur = 1:5 TT, dibedakan untuk pria dan wanita, minimal 2
buah @ 6 m2 per set
Jumlah 347 437 437

2.8.Standar minimal ruangan di ruang Puskesmas rawat inap PLUS


Sama dengan standar minimal ruangan Puskesmas rawat inap, dengan penambahan:
No Ruang Fungsi Standar ruang
(m2)
1 Poli spesialis Pemeriksaan dan konsultasi dokter spesialis 12

2.2.1.3.Penanganan Sampah dan Limbah


I. Penanganan Sampah
1. Sampah infeksius harus dipisahkan dengan sampah non infeksius
2. Setiap ruangan harus disediakan tempat sampah terbuat dari bahan yang kuat, cukup ringan,
tahan karat, kedap air, dan mudah dibersihkan serta dilengkapi dengan kantong plastik dengan
warna dan lambang sebagai berikut:
a. Sampah infeksius menggunakan kantong plastik berwarna kuning merah. Benda tajam
dan jarum ditampung pada wadah khusus seperti botol kaca. Sampah dimusnahkan
didalam insinerator atau dibawa ke Puskesmas/RS terdekat yang memiliki insinerator.
Pembakaran limbah B3 dengan insinerator harus mendapatkan izin dari Kementerian
Lingkungan Hidup dengan persyaratan sesuai dengan Peraturan Pemerintah Nomor
18/1999 tentang pengelolaan limbah bahan berbahaya dan beracun
b. Sampah domestik/umum menggunakan kantong plastik berwarna hitam.Terpisah antara
sampah basah dan kering, dapat diolah sendiri, dikubur, dibakar atau diangkut/dibuang ke
Tempat Pembuangan sampah Akhir ( TPA)
3. Jumlah tempat sampah minimum 1 (satu) buah tiap kamar atau setiap radius 10 meter dan
radius 20 meter untuk ruang tunggu.Wadah sampah tertutup dengan kantong plastik
4. Tempat pengumpulan dan penampungan sampah sementara segera didesinfeksi setelah
dikosongkan

II. Limbah
1. Jenis dan definisi limbah Puskesmas
a. Limbah medis padat adalah limbah padat yang terdiri dari limbah infeksius, limbah
patologi, limbah benda tajam, limbah farmasi, limbah sitotoksis, limbah kimiawi, limbah
radioaktif, limbah container bertekanan dan limbah dengan kandungan logam berat yang
tinggi

48
b. Limbah non medis padat adalah limbah padat yang dihasilkan dari kegiatan diluar medis
yang berasal dari dapur, perkantoran, taman dan halaman yang dapat dimanfaatkan
kembali apabila ada teknologinya.
c. Limbah cair adalah semua air buangan termasuk tinja yang berasal dari kegiatan
Puskesmas yang kemungkinan mengandung mikroorganisme, bahan kimia beracun dan
radioaktif yang berbahaya bagi kesehatan.
d. Limbah gas adalah semua limbah berbentuk gas yang berasal dari kegiatan pembakaran di
puskesmas seperti insinerator, dapur, perlengkapan generator, anestesi dan pembuatan obat
sitotoksik.
2. Penanganan Limbah
a. Limbah medis padat
1) Limbah benda tajam harus dikumpulkan dalam satu wadah tanpa memperhatikan
terkontaminasi atau tidaknya. Wadah harus anti bocor, anti tusuk dan tidak mudah
untuk dibuka
2) Manajemen limbah dan benda tajam
a) Segera membuang limbah ke kontainer limbah
b) Limbah infeksius/ternoda darah dan cairan tubuh ke kantong plastik merah
c) Limbah non infeksius/tidak ternoda darah atau cairan tubuh ke kantong plastik
hitam
d) Hati-hati menangani benda tajam
e) Tidak boleh memberikan ke orang lain limbah benda tajam
f) Tidak menyarungkan kembali jarum bekas pakai/Membuang jarum bekas ke
safety box.
3) Penyuntikan yang aman:
a) Menggunakan spuit berulang kali tidak direkomendasikan,( jarum suntik sekali
pakai buang)
b) Menggunakan bak instrumen jika memberikan suntikan, bukan keranjang plastik
berubang-lubang (dihapus)
c) Jika menggunakan obat suntik multi dosis, tempatkan dalam jarum yang baru dan
simpan dalam kulkas, tulis tanggal dan jam( dihapus)
d) Jika memungkinkan hindari penyuntikan multi dosis
4) Jarum dan syringes spuit harus dipisahkan sehingga tidak dapat digunakan kembali.
Sebelum dipisahkan jarum dan spuit dibilas dengan menggunakan larutan klorin 0,5%
dilakukan 2-3 kali. Untuk benda-benda tajam hendaknya ditampung pada tempat
khusus ( safety box) seperti botol atau karton yang aman
5) Tempat perwadahan limbah medis padat infeksius dan sitotoksik yang tidak langsung
kontak dengan limbah harus segera dibersihkan direndam selama 10 menit dengan
larutan desinfektan dan dibilas dengan air mengalir apabila akan digunakan kembali
sedangkan untuk kantong plastik yang telah dipakai dankontak langsung dengan
limbah tersebut tidak boleh digunakan lagi
6) Limbah medis sangat infeksius, infeksius dan patologi anatomi dapat dimasukkan
dalam kantong plastik yang kuat dan anti bocor atau kontainer warna kuning merah
7) Penanganan limbah infeksius yang berasal dari poli dan ruang bersalin harus direndam
dalam larutan kaporit 3% selama satu malam, direbus mendidih selama 1 jam 20 menit
atau dipanaskan dalam autoclave selama 15 menit dan kemudian dibakar atau ditanam
dalam tanah
8) Cara dan teknologi pengolahan atau pemusnahan limbah medis padat disesuaikan
dengan kemampuan Puskesmas. Bagi Puskesmas yang tidak mempunyai insinerator,
maka limbah medis padatnya harus dimusnahkan melalui kerjasama dengan rumah
sakit lain atau pihak lain yang mempunyai insinerator selambat-lambatnya dalam 24
jam apabila disimpan pada suhu ruang.
Syarat tempat penyimpanan limbah medis antara lain:
a. Lokasi penyimpanan bebas banjir
b. Tidak rawan bencana
c. Berada diluar kawasan lindung

49
d. Sesuai dengan rencana tata ruang
b. Limbah medis non medis padat
1) Dilakukan pemilahan limbah non medis padat antara limbah basah dan limbah kering
2) Terdapat minimal 2 (dua) buah wadah yang terbuat dari bahan yang kuat, cukup
ringan, tahan karat, kedap air, tertutup dan mempunyai permukaan yang mudah
dibersihkan misalnya fiberglass untuk setiap kamar
3) Limbah tidak boleh dibiarkan dalam wadahnya melebihi 3X24 jam supaya tidak
menjadi perindukan vektor penyakit
4) Limbah ditampung dalam kantong plastik warna hitam dan ada tali pengikat
5) Limbah diikumpulkan di sentral penampungan sementara di TPS untuk kemudian
dibuang di Tempat Pembuangan Akhir
c. Limbah cair
Puskesmas memiliki Instalasi Pengolahan Limbah cair (SPAL) sendiri atau bersama-
sama secara kolektif dengan bangunan di sekitarnya yang memenuhi persyaratan teknis:
1) Saluran pembuangan air limbah/SPAL di Puskesmas dibuang ke septic tank yang
dilengkapi dengan sumur peresapan .Limbah cair medis bekas cucian pasien harus
dialirkan ke septic tank, kemudian diolah di IPAL sebelum dibuang ke saluran umum.
2) Air limbah dari dapur harus dilengkapi penangkap lemak dan saluran air limbah harus
dilengkapi/ditutup dengan grill.
3) Limbah cair bekas cucian film harus ditampung dan tidak boleh dibuang ke
lingkungan serta dikordinasikan dengan dinas kesehatan
4) Saluran air limbah harus tertutup, kedap air, limbah harus mengalir dengan lancer,
terpisah dengan saluran air hujan, bersih dari sampah dan dilengkapi penutup dengan
bak kontrol setiap jarak 5 (lima) meter.
5) Pembuatan saluran air limbah setelah SPAL dengan cara diresapkan kedalam bak
resapan dalam tanah
Kualitas effluent yang layak dibuang kedalam lingkungan harus memenuhi persyaratan
baku mutu. Semua limbah cair buangan Puskesmas harus masuk kedalam bak
penampungan pengelolaan limbah
Standar minimal SPAL Puskesmas:

50
Puskesmas rawat inap inap memiliki IPAL (Pengolahan Limbah Cair)Pengolahan limbah cair
hanya akan efisien jika memenuhi persyaratan sbb :
1. Pengolahan primer : tempat penampungan air limbah pertama yang berasal dari aktifitas
harian (bekas cucian, makanan, bekas minuman dll)
2. Purifikasi biologis sekunder : pengendapan sebagian besar mikroba (bakteri : 90-95 %),
virus dan cacing. Pada tahap ini efluen masih mengandung bakteri dan virus dalam
konsentrasi efektif.
3. Pengolahan tersier : teknik pengolaman dapat diterapkan jika lokasi memungkinkan,
apabila sebaliknya maka dilakukan teknik filtrasi pasir cepat.
4. Desinfeksi Klor : upaya penurunan konsentrasi bakteri pathogen, efluen tersier harus
menjalani desinfeksi klor sampai kadar yang ditetapkan. Desinfentant dimaksud yaitu :
Klordioksida (paling efisien), natrium hipoklorit atau gas klor atau desinfeksi dengan
sinar ultraviolet.

d. Limbah gas
Standar limbah gas (emisi) dari pengolahan pemusnah limbah medis padat mengacu
dengan insinerator pada Keputusan Menteri Lingkungan Hidup Nomor Kep-13.H/3/1995
tentang Baku Mutu Emisi Sumber Tidak Bergerak.

2.2.1.4.Manajemen linen
Menyimpan linen bersih di dalam lemari tertutup
Memisahkan penyimpanan linen bersih dengan linen steril
Memisahkan troley linen bersih dan linen kotor
Memisahkan linen kotor ternoda darah atau cairan tubuh dengan linen kotor tidak
ternoda
Menempatkan linen kotor tidak dilantai
Persediaan linen sesuai kebutuhan

2.2.2. Sumber Daya Manusia (SDM)

51
Perencanaan SDM Kesehatan merupakan salah satu unsur utama yang menekankan
pentingnya upaya penetapan jenis, jumlah dan kualifikasi SDM sesuai dengan kebutuhan
pembangunan kesehatan. Untuk memantapkan sistim manajemen SDM Kesehatan perlu
dilakukan perencanaan, pengadaan, pendayagunaan dan pemberdayaan profesi kesehatan
sesuai dengan Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 004/Menkes/SK/ I /2003 tentang
Kebijakan dan Strategi Desentralisasi Bidang Kesehatan.
Rasio dokter, perawat, bidan di Jawa Timur berdasarkan Permenkes 81 Tahun
2001 tentang Pedoman Penyusunan Perencanaan SDM Kesehatan Tingkat Provinsi,
Kabupaten / Kota serta RS adalah sebagai berikut:
1. Rasio dokter dibandingkan jumlah penduduk 1: 2500
2. Rasio perawat dibandingkan jumlah penduduk 1:100.000
3. Rasio bidan dibandingkan jumlah penduduk 100:100.000
Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
81/MENKES/SK/I/2004 tentang Pedoman Penyusunan Perencanaan SDM Kesehatan di
tingkat Provinsi, Kabupaten/Kota serta Rumah Sakit, maka pola ketenagaan minimal untuk
penyelenggaraan manajemen Puskesmas rawat jalan sesuai standar minimal ketenagaan di
Puskesmas (lampiran 13)
Ketentuan umum:
1. Ada data pemetaan kompetensi ketenagaan Puskesmas dibandingkan dengan standar
2. Ada perencanaan dan hasil pengembangan kompetensi tenaga di Puskesmas
3. Terdapat kelengkapan file kepegawaian untuk semua pegawai sesuai dengan
kompetensi, pendidikan, pelatihan, ketrampilan dan pengalaman termasuk SIP, SIB,
SIPP dan SIA
4. Dilakukan evaluasi penerapan hasil pelatihan terhadap pengelola dan pelaksana
pelayanan
Ketentuan pengelola sumber daya manusia:
1. Setiap Puskesmas harus memiliki kepala/penanggung jawab seorang sarjana di bidang
kesehatan yang kurikulum pendidikannya mencakup kesehatan masyarakat dan telah
mengikuti pelatihan dalam bidang manajemen Puskesmas.
2. Petugas teknis Puskesmas harus mengikuti pelatihan dalam bidang teknis yang
berkaitan. Pembuktian berupa: ijazah, Surat Keputusan pengangkatan pegawai,
sertifikat/surat keterangan pelatihan

Tabel 2.8 Standar Minimal Ketenagaan di Puskesmas


Jumlah tenaga ( orang)

Jenis Pusk Pusk Pusk


No Jabatan Kompetensi Minimal Rawat Rawat Rawat
Pelayanan
Jalan Inap Inap
PONED
A Manajemen
1 Kepala Struktural/Fun Dokter/sarjana di bidang kesehatan yang 1 1 1
Puskesmas gsional kurikulum pendidikannya mencakup kesehatan
masyarakat dan telah mengikuti pelatihan
manajemen Puskesmas
2 Kepala Tata Struktural/Fun Sarjana Kesehatan /DIII Kesehatan 1 1 1
Usaha gsional
adminkes
3 RR dan Perekam DIII Rekam Medik dan Informatika Kesehatan 1 1 1
kartu poli medis trampil

4 Perencana Fungsional Sarjana Kesehatan 1 1 1


an dan administrasi
evaluasi kesehatan
5 Kasir - SMU/SMK 1 1 1
6 Bendahara& - SMEA/SMA/SMK Ekonomi/Akuntansi D III 1 2 2
urusan

52
umum
7 Supir - SMP/SMA 1 2 2
8 Penjaga& - SMP/SMA 1 2 2
Petugas
kebersihan
B Tenaga teknis
9 Loket - SMA sederajat 2 2 2
10 Poli umum Fungsional Mempunyai Surat Tanda Registrasi (STR) dan 1 1 1
Dokter Surat Ijin Praktek (SIP)
yang masih berlaku
Kompetensi:
1. Mampu melaksanakan pelayanan medik
dasar sesuai kompetensi dan kewenangannya
2. Merangkap di Pelayanan Kegawatdaruratan
Fungsional DIII keperawatan, mempunyai Surat Ijin 2 2 2
Perawat Perawat (SIP) dan Surat Tanda Registrasi
Trampil (STR) serta pernah bekerja selama 2 (dua)
tahun
11 Pelayanan Fungsional Kompetensi: 0 1 1
kegawat Dokter Mampu melaksanakan pelayanan kegawat
daruratan daruratan
Pelatihan kegawatdaruratan PPGD untuk
dokter/GELS (General Emergency Life
Support)/ATLS (Advance Traumatic Life
Support)/ACLS (Advance Cardiac Life
Support)
Fungsional SI Kep.Ners /D IV/DIII Keperawatan 1 1 1
Perawat Ahli
(Perawat
Koordinator)
Fungsional DIII Keperawatan, mempunyai Surat Ijin 2 3 3
Perawat Perawat (SIP)yang masih berlaku dan Surat
Trampil Tanda Registrasi (STR) serta Surat Ijin Kerja
( SIK)
Kompetensi Perawat:
1. Mampu melaksanakan asuhan keperawatan
sesuai kompetensi dan kewenangannya
2. Mampu melaksanakan pelayanan Kegawat
daruratan
3. Memiliki sertifikat :
a. Asuhan Keperawatan
b. Pelatihan kegawatdaruratan Pertolongan
Pertama Gawat Darurat (PPGD) untuk
perawat /Basic Trauma Life Support
(BTLS)/Basic Cardiac Life Support
( BCLS)/ Emergency Nursing
c. Imunisasi
d. Konseling
e. Pendidikan Kesehatan
f. Keperawatan Kesehatan Masyarakat
g. Imunisasi
h. SDIDTK
12 Poli KIA- Fungsional S1/DIV/DIII Kebidanan. mempunyai Surat Ijin 0 1 1
KB Bidan Ahli Bidan (SIB)yang masih berlaku/Surat Tanda
(Bidan Registrasi (STR) dan SIKB (Surat Ijin Kerja
Koordinator ) Bidan)
Fungsional DIII Kebidanan, mempunyai SIB yang masih 2 2 2
Bidan Trampil berlaku/STR dan SIKB
Kompetensi Bidan
1. Mampu melaksanakan pelayanan
kebidanan sesuai kompetensi dan
kewenangannya
2. Asuhan Persalinan Normal (APN)
termasuk Inisiasi Menyusu Dini (IMD)
3. Stimulasi Deteksi dan Intervensi Dini
Tumbuh Kembang (SDIDTK)

53
4. Manajemen Terpadu Balita Sakit/Muda
(MTBS/M)
5. Pelayanan Keluarga Berencana
6. CTU (Contraseptive Technical Up date)
7. Penanganan Bayi Berat Badan Lahir
Rendah (BBLR) dan Asfiksi
13 Poli gigi Fungsional Mempunyai STR dan SIP yang masih berlaku 1 1 1
dan mulut Dokter Gigi Kompetensi Dokter Gigi:
a. Mampu mengindentifikasi,merencanakan,
memecahkan masalah, mengevaluasi
program kesehatan gigi
b. Mampu mengkoordinir dan memonitor
program kesehatan gigi dan mulut di wilayah
kerjanya
c. Mampu melaksanakan pelayanan
pencegahan penyakit gigi,pelayanan medik
gigi dasar dan khusus sesuai kompetensi dan
kewenangannya
d. Mampu melaksanakan pelayanan
darurat gigi /Basic Emergency Care
Fungsional D-III perawat gigi, mempunyai STR dan Surat 1 1 1
Perawat Gigi Ijin Kerja
Kompetensi Perawat Gigi:
a. Mampu melaksanakan asuhan keperawatan
kesehatan gigi mulut,pelayanan promotif
preventif dan pencatatan dan leporan
pelayanan kesehatan gigi
b. Mampu melaksanakan asistensi dokter gigi
sesuai kompetensi dan kewenangannya
14 Kamar obat Fungsional a. Tenaga Teknis Kefarmasian (TTK) yang 1 1 1
Asisten terdiri dari Asisten Apoteker atau DIII
Apoteker Farmasi atau Sarjana Farmasi
b. Memiliki Surat Ijin Kerja (SIK)
Asisten Apoteker yang masih berlaku
Fungsional Apoteker 0 1 1
Apoteker
15 Laboratoriu Fungsional DIII/DIVAnalis kesehatan dengan Sertifikat 1 1 1
m Pranata Pelatihan program TB strategi DOTS (Directly
Labkes Observed Treatment Of Short Course)
16 Penanggula Fungsional Sarjana/DIII Kesehatan dengan Sertifikasi 1 1 1
ngan Epidemiolog Pelatihan Epidemiologi
penyakit
17 Konsultasi/ Fungsional Sarjana/DIII Kesehatan dengan Sertifikasi 1 1 1
Promosi Promkes Penyuluh Kesehatan
Kesehatan
18 Kesehatan Fungsional Sarjana/DIV/DIII Bidang Kesehatan 1 1 1
lingkungan Sanitarian Lingkungan atau Teknik Kesehatan Lingkungan
19 Gizi Fungsional Sarjana/DIV/DIII Gizi yang telah mengikuti uji 1 2 2
Nutrisionis kompetensi dan memiliki STR
20 Imunisasi Fungsional DIII Keperawatan/Kebidanan 1 1 1
Perawat
/Bidan trampil
II Ruang rawat inap
21 a. Dokter Fungsional sama dengan Puskesmas rawat jalan dengan 0 1 1
Dokter penambahan jumlah
Kompetensi tambahan: pelatihan PONED 0 0 1
22 a. Bidan Fungsional DIII Kebidanan, mempunyai SIB yang masih 0 4 4
Bidan Trampil berlaku/STR dan SIKB
Fungsional Kompetensi tambahan: pelatihan PONED 0 0 2
Bidan Ahli
23 b. Perawat Fungsional sama dengan Puskesmas rawat jalan Ratio 0 6 6
Perawat jumlah total perawat dengan tempat tidur 1
Trampil perawat untuk 2 Tempat Tidur (TT)
Penambahan tenaga sesuai jumlah tempat tidur
yang tersedia

54
24 e. Fungsional Kompetensi tambahan: pelatihan PONED 0 0 1
Perawat/bid Ahli
an
Jumlah tenaga di Puskesmas 27 46

Keterangan:
1. Jumlah bidan di desa sesuai dengan jumlah desa di wilayah kerja Puskesmas
2. Tidak termasuk tenaga untuk Puskesmas Pembantu
3. Jenis dan jumlah tenaga di Puskesmas dapat dikembangkan sesuai dengan kebutuhan
4. Ratio jumlah total perawat dengan tempat tidur 1 perawat untuk 2 Tempat Tidur (TT)
Penambahan tenaga sesuai jumlah tempat tidur yang tersedia

Tabel 2.2. Standar Ketenagaan Puskesmas Rawat Inap PLUS


Sama dengan standar minimal ketenagaan di puskesmas rawat inap, dengan penambahan :
No Jenis Pelayanan Jabatan Kompetensi Minimal Jumlah
Tenaga
(orang)
1 Poli Spesialis Fungsional Dokter Spesialis Pemeriksaan dan konsultasi dokter spesialis 1

2 Bidan Fungsional Bidan Trampil & Syarat sama dengan Puskesmas rawat inap 1
ahli
3 Perawat Fungsional Perawat trampil Syarat sama dengan Puskesmas rawat inap 1

2.2.3. Peralatan
1. Persyaratan alat kesehatan di Puskesmas adalah
Puskesmas harus dilengkapi dengan peralatan medis dan non medis yang memadai
sesuai dengan jenis pelayanan yang diberikan.
Peralatan medis dan non medis yang digunakan harus memenuhi standar mutu,
keamaanan dan keselamatan.
Peralatan harus dirawat dengan baik lengkap, sesuai dengan spesifikasi dan berfungsi
dengan baik.
Peralatan yang ada harus agar fungsinya tetap terjaga
Setiap peralatan yang digunakan untuk kegiatan harus mempunyai penanggung jawab
dalam hal penggunaan dan pemeliharaan peralatan yang menjadi tanggung jawabnya.
Kinerja setiap penanggung jawab alat dievaluasi
Setiap peralatan harus masuk dalam daftar inventaris.Puskesmas dan setiap ruangan di
Puskesmas mempunyai daftar inventaris barang
2. Pemeliharaan alat kesehatan di Puskesmas
Pemeliharaan peralatan mempunyai tujuan mencegah resiko kerusakan peralatan
yang digunakan untuk diagnosis, pengobatan, pemantauan dan perawatan pasien
Ketentuan pemeliharaan:
a) Peralatan harus terlihat bersih sehabis dipakai, langsung dicuci, atau disetrika,
disimpan pada tempatnya dengan rapi dan tertutup sehingga tidak ada debu yang
menempel
b) Semua peralatan harus bersih dari debu, kotoran, bercak dan cairan, dll
c) Permukaan alat
1) Permukaan instrumen metal harus bebas karat/cacat /terkelupas
2) Permukaan peralatan yang dicat harus utuh dan bebas dari goresan/cacat
3) Peralatan dari plastik atau kain pelapis harus utuh (tidak bocor/robek)
4) Peralatan harus terjamin kebersihan dan sterilitasnya terutama untuk peralatan
yang kontak dengan cairan tubuh harus dievaluasi
d) Instrumen yang siap digunakan harus dalam keadaan steril
e) Roda peralatan jika ada harus lengkap dan berfungsi baik
f) Setiap Puskesmas harus mempunyai prosedur baku disertai dengan instruksi kerja
yang menjelaskan secara rinci tata cara penggunaan alat.

55
g) Seluruh kegiatan yang berkaitan dengan pemeliharaan, kalibrasi dan perbaikan
peralatan harus dilaksanakan sesuai dengan prosedur dan instruksi kerja yang
ada.Prosedur dan instruksi kerja tersebut harus dievaluasi secara berkala
h) Peralatan medis yang digunakan di Puskesmas harus diuji dan dikalibrasi secara
berkala oleh pengkalibrasi yang berwenang.
i) Pemeliharaan dan kalibrasi peralatan berkala dan menjadi tanggung jawab Puskesmas
dan Dinas Kesehatan
j) Dalam mempergunakan alat khusus seperti EKG, defibrilator, radiologi, inkubator,
USG, dll sebelumnya harus dilakukan uji fungsi dan uji coba serta program pelatihan
untuk mempergunakannya
k) Pasokan oksigen harus dievaluasi secara berkala, dengan ketentuan
1) Harus ada dua tabung oksigen dengan satu regulator dan pengukur aliran
2) Tabung oksigen cadangan harus selalu terisi penuh
3) Harus ada pengatur kadar oksigen
l) Peralatan Keamanan dan Keselamatan Kerja (K3)
1) Setiap Puskesmas harus dilengkapi dengan peralatan pencegahan dan
penanggulangan kebakaran dan peralatan K3 untuk melindungi petugas dan
orang di sekitarnya
2) Peralatan K3 minimal adalah Set peralatan pencegahan infeksi/APD set
(apron/celemek, pengaman mata/kaca mata goggle, masker, sarung tangan,
sepatu karet tertutup/boot), alat Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan (P3K) dan
pemadam kebakaran
3) Setiap Puskesmas harus mempunyai prosedur baku untuk mengatasi terjadinya
kecelakaan dalam Puskesmas
4) Prosedur tersebut harus disertai dengan Instruksi Kerja yang menjelaskan secara
rinci tata cara mengatasi kecelakaan akibat kebakaran, sengatan listrik, ledakan,
tumpahan bahan kimia dan bahan infeksius

Tabel 2.14. Macam Ambulans di Puskesmas dibedakan dalam 2 golongan


No Uraian Ambulans operasional Ambulans gadar
1 Tujuan
untuk P3K, rujukan, dan transportasi untuk pengangkutan penderita yang
petugas dalam rangka melakukan memerlukan perawatan
pelayanan kesehatan masyarakat di khusus/tindakan darurat untuk
desa menyelamatkan nyawa dan
diperkirakan tidak akan timbul
kegawatan selama dalam perjalanan.
2 Peruntukan Semua puskesmas, baik rawat jalan Puskesmas rawat inap dengan UGD 24
maupun rawat inap jam
3 Hardware
a Jenis roda empat atau lebih dengan peredam roda empat atau lebih dengan peredam
kendaraan: getaran lunak getaran lunak
b Warna cat putih atau kuning muda putih atau kuning muda
kendaraan
c Perlengkapan kendaraan
1. Sirine 1( satu) atau 2 (dua) nada
2. Lampu rotator warna merah dan biru yterletak di tengah atas kendaraan
3. Dilengkapi AC, alat pengatur di ruangan pengemudi
4. Pintu belakang dapat dibuka kearah atas
5. Buku petunjuk pemeliharaan semua alat berbahasa Indonesia
6. Radio komunikasi/telpon genggam di ruang pengemudi
7. Dilengkapi sabuk pengaman baik untuk pasien maupun petugas
8. Tempat duduk yang dapat diatur/dilipat bagi petugas dalam ambulans
9. Ruangan penderita cukup luas untuk sekurang-kurangnya 2 (dua)
tandu.Tandu yang dimaksud dapat dilipat
10. Ruang dalam ambulans cukup tinggi sehingga infus dapat menetes dengan
baik

56
11. Gantungan infus
12. Lampu ruangan secukupnya dan bukan lampu neon. Lampu yang dimaksud
dapat bergerak untuk menerangi penderita.
13. Kotak untuk obat dan peralatan
14. Scoop stretcher
15. Tanda pengenal ambulans transportasi dari bahan yang memantulkan sinar
16. Meja yang dapat dilipat
17. Tempat kereta dorong pasien
18. Air bersih dan penampungan limbah
19. Loud speaker
d Petugas 1 (satu) orang pengemudi dengan o 1 (satu) orang pengemudi dengan
kemampuan BLS, mengemudi dan kemampuan BLS, mengemudi dan
komunikasi pelatihan komunikasi
medik/radiomedik
1 ( satu) orang perawat dengan
kemampuan PPGD, pelatihan
komunikasi medik dan transportasi
bayi, ACLS
1 ( satu) orang dokter dengan
pelatihan GELS/PPGD, ACLS
e Isi dan luas ruangan kendaraan
1) Luas ruangan kendaraan:petugas dapat berdiri
2) Ruang dalam ambulans cukup tinggi sehingga infus dapat menetes dengan
baik
3) Gantungan infus
4) Lampu ruangan cukup terang dan bukan lampu neon. Lampu yang dimaksud
untuk menerangi penderita, dapat bergerak dan dilipat.Spot light untuk korban
5) Sumber listrik 12 volt dengan stop kontak
6) Kotak untuk obat dan peralatan. Jenis obat emergensi yang dibawa pada
daftar obat
7) Tempat duduk yang dapat diatur/dilipat bagi petugas dalam ambulans
8) Ruangan penderita cukup luas untuk sekurang-kurangnya 2 (dua) tandu.Tandu
yang dimaksud dapat dilipat
9) Pintu belakang dapat dibuka kearah atas
f Medis
1) Wound Toilet Set
1. Bidai dan mitella 1. Bidai dan mitella Verband 5 cm
2. Verband 5 cm dan 10 cm dan 10 cm
3. Elastic verband 2. Elastic verband
4. Gunting verband 3. Gunting verband
5. Manset pengikat 4. Manset pengikat
6. Plester 5. Plester
7. Gurita 6. Gurita
8. Balut cepat 7. Balut cepat Arteri klem
9. Neck collar 8. Pinset
10. Tongue spatel 9. Pack luka bakar Kasa steril
11. Pinset 10. Syringe 2,5cc s/d 20 cc
12. Kasa steril 11. Urine cathether
13. Lampu senter
14. Termometer
2) Peralatan resusitasi secara manual/otomatik lengkap bagi dewasa, anak dan bayi
1. Suction portable
2. Pulse oxymetri
3. Intubasi set:
1) Bag valve mask
2) Naso gastric tube
3) ETT( Endotracheal Tube)
4) Stylet
5) Laryngoscope

57
6) Plester
7) Jelly
8) Kanul/masker oksigen
9) Juction rees
3) Peralatan medis gawat darurat
1. Obat gawat darurat, infus set dan
cairan infus secukupnya
2. Kantung jenazah
3. APD set untuk 2 (dua) orang:
sarung tangan disposable, kaca
mata goggle,
4. Tabung Oksigen dan peralatannya
5. Set Pemeriksaan Umum (lihat
standar peralatan poli umum
Puskesmas rawat jalan
4) Trauma set
1. Head immobilizer
2. Stiff neck collar
3. Long spine board
4. Minor Surgery set

Peralatan non medis Puskesmas selain yang tercantum dalam table diatas, juga terdiri
dari:
1) Kendaraan bermotor sesuai dengan kebutuhan pelayanan puskesmas
2) Perahu bermotor untuk Puskesmas keliling daerah tertinggal dan terpencil
3) Alat-alat komunikasi :
a. Mampu mengadakan komunikasi keluar Puskesmas
b. Berupa alat komunikasi internal dan eksternal baik berupa radio komunikasi jarak
sedang HF/VHF/UHF, telepon seluler, telepon dan fax
4) Mebelair
a. Bersih dari debu, kotoran, cemaran, cairan dan lain-lain
b. Jumlah dan jenis sesuai kebutuhan

Tabel 2.9. Rekapitulasi Peralatan Medis Dan Non Medis Di Puskesmas


Puskesmas rawat jalan Puskesmas rawat inap (6 TT)
Jenis Jenis
Stan Jenis Peralatan non Stan Stan Stan
No Jenis ruang Jenis Peralatan medis Peralatan Peralatan
dar medis dar dar dar
medis non medis
I Unit Gawat 1
darurat set
1. Set pemeriksaan 1 1. Set ATK 1 1. Set UGD 1 Set ATK 1
umum rawat
jalan
2. THT set 1 2. Penyekat ruangan 1 2. Set 1
peralatan
tambahan
UGD
3. Immobilization set 1 3. Tempat sabun 1 3. Portable 1
Defibrilator
4. Oksigen set 1 4. Gelas minum 6
5. Resusitator dewasa 1 5. Kantong plastik 2
dan infant untuk sampah
biologis dan
infeksius.@1
6. Minor surgery set 1 6. Radiokomunikasi 1
medik
7. APD set 1
8. Oksigen 1
concentrator

58
9. Table autoclave/ 1
peralatan sterilisasi
II Ruang Tindakan 1
set
1. Set pemeriksaan 1 Set alat 1
umum Ruang
tindakan
puskesmas
rawat jalan
2. Oksigen set 1
3. THT set 1
4. Resusitator Infant 1
set
5. Set peralatan bedah 1
kecil mata
6.CHN Kit 1
7. APD set 1
III Poli umum
1. Set pemeriksaan 1 Set ATK 1
umum
2. Set pemeriksaan 1 Lemari simpan alat 1
mata
3. APD set 1 Tempat tidur periksa 1
dan perlengkapannya set
( matras, bantal,
sprei,perlak dan
sarung bantal)
IV Poli gigi dan
mulut
1. Set peralatan poli 1 Set ATK 1
gigi
2. APD set 1 Lemari simpan ala 1
3. Table 1 Jam/air sound 1
autoclave/peralata
n sterilisasi
V Poli KIA/KB
1. Set peralatan poli 1 Set ATK 1
KIA
2. Set pemeriksaan 1 Formulir askep/ 1
kehamilan kebidanan

3. Set peralatan 1
pelayanan KB
4. APD set 1
5. Table autoclave/ 1
peralatan sterilisasi
VI Persalinan
1.Set persalinan 1 Set ATK 1 Set 1
normal peralatan
bersalin
2.Hechting set 1
3.Peralatan Asuhan 1
Bayi Baru Lahir
4.Set persalinan 1
5. Set persalinan 1
(Bidan Kit mobile)
VII Laboratori
um
1. Set peralatan 1 Set ATK 1 Set 1
laboratorium manual peralatan
dan atau otomatis laboratorium

59
tambahan
(USG,
EKG)
2. Set peralatan K3 1

VIII Imunisasi
Kit Imunisasi 1 Set ATK 1
IX Gizi dan laktasi
1.Alat antropometri 1
2. Penyuluhan Gizi 1
3. Laktasi kit 1
4. Set ATK 1
5. Lemari gantung 1
(locker tempat
leaflet)
6. Lemari kaca 1
7. Komputer set 1
X Klinik sanitasi
1. APD untuk 1 Set ATK 1
petugas pengelola
limbah
2. Trolly khusus 1
sampah umum
3. Set peralatan klinik 1
sanitasi
XI Promosi
Kesehatan
1. Set peralatan 1
penyuluhan
2. Set ATK 1
3. Lemari
audiovisual
4. Papan data
XII Kamar obat
1. Penggerus 1 1. Rak obat Lemari 1
obat/mortir dan narkotika
stamfer/ Blender berkunci
obat
2. Timbangan obat 1 2. Lemari simpan
obat dengan kunci
pengaman
3. Meja kerja
biro untuk
peracikan
4. Kursi kerja
5. Jam/air sound
timer
6. Tempat sampah
tertutup
7.
XIII Kepala
Puskesmas
Set ATK 1
Jam 1
White board 1
XIV Pendaftaran,
administrasi dan
rekam medik
1. Set ATK 1
2. Meja pendaftaran 1

60
3. Jam 1
4. Rak arsip rekam 1
medik

5. Komputer set 1
XV Pertemuan
1. Meja kerja 1
biro
2. Meja kerja 1 biro 1
3. Kursi kerja 12
4. Lemari/rak arsip 1
5. White board 1
6. Papan data 1
XVI Ruang tunggu
Kursi tunggu 5
XVII Gudang obat
1. Lemari 1
simpan/rak
dengan ketebalan
40-45 cm
2. Rak obat 1
3. Palet 2
XVIII Gudang umum Rak 1
XIX Administrasi/ka
ntor
1. Meja kerja biro 1
2. Kursi kerja 4
3. Brankas 1
4. Lemari arsip 1
5. Filling kabinet 1
6. Komputer set 1
7. Mesin ketik 1
manual
XX Dapur
1. Lemari simpan
2. Rak
3. Set peralatan Set
dapur peralatan
dapur
XXI Cuci alat Perlengkapan 1 set
kesehatan kebersihan
XXIII Perlengkapan
kebersihan
XXII Generator listrik 200-500 Watt 1 2000-5000 1
portable Watt
XXIV Garasi Ambulans 1 Ambulans 1
operasional operasional
Ambulans 1
gadar
XXV Ruang rawat inap Set 1
perawatan

Peralatan medis dan non medis Puskesmas rawat inap dengan PONED:sama dengan peralatan
medis dan non medis Puskesmas rawat inap, dengan penambahan Peralatan Medis Poned 1 set
Berikut dibawah ini adalah rincian set peralatan medis dan non medis pada puskesmas rawat
jalan dan rawat inap
Tabel 2.12. Peralatan non medis Puskesmas

61
No A. Set peralatan gizi dan laktasi Standar 26 Perlengkapan pengambil sample makanan 1set
terdiri:
1 Alat antropometri 1 set a. Sabun desinfeksi 1
a. Timbangan detekto/timbangan injak 1 b. Termos es 1
b. Pengukur tinggi badan (mikrotoise) 1 c. Tas pembawa sample / tas lapangan 1
c. Baby scale (timbangan bayi) 1 d. Sendok 1
d. Papan panjang badan (length board) 1 e. Sarung tangan steril 1
e. Alat pengukur lingkar lengan atas 1 f. Kantong plastik steril 1
(lila) g. Pisau pemotong yang steril 1
2 Peralatan klinik laktasi 1 set h. Flysweep net (fly griil) 1
a. Dispenser / termos air panas 1 Jumlah
b. Pompa payudara untuk ASI 1
c. Kassa steril beserta tempatnya 1 No C. Set peralatan penyuluhan Stan
(toples) dar
d. Tissue dan tempatnya 1 1 Flip chart dan stands 1
e. Sabun cuci 1 2 LCD Projector 1
f. Lap / serbet bersih 1 3 Laptop 1
g. Laktasi kit yaitu alat peraga 1 4 Amplifier& wireless Microphone 1
menyusui yang benar terdiri dari: 5 Kamera foto 1
1) Boneka model payudara 1 6 Megaphone/Public address system 1
( tetek-tetekan ) 7 Portable generator (lapangan) 1
2) Baby feeding tube Fr.3,5 panjang 1 8 Tape / Radio kaset/cassette recorder/player 1
35 cm 9 Papan Informasi 1
3) Cangkir dan tutupnya 1 10 Layar yang dapat digulung (screen) 1
4) Disposible syringe 20 60 11 VCD-DVD player 1
cc,10cc,5,cc@20 bh 12 Komputer dan printer @1 2
Jumlah 13
Jumlah
No C. Set peralatan dapur Stan
No B. Set peralatan klinik sanitasi Jml Puskesmas rawat jalan dar

1 Meteran 1 Disarankan terbuat dari stainles steel atau


2 Komprarator untuk mengukur kadar 1 aluminium
chlor (chlor meter ) 1 Kompor elpiji (portable) atau kompor 1
3 Pengukur cahaya (lux meter) 1 minyak tanah minimal dua mata api
4 Pengukur Kelembaban (hygrometer) 1 2 Meja persiapan dan bak cuci 1
5 Pipet tetes 3
6 Termometer 1 Jumlah 2
7 Tabung pengukur kekeruhan 1
8 Boks pendingin, tahan dingin 7 hari 1 No C. Set peralatan dapur Jml
(cool boks) Puskesmas Rawat Inap
9 Botol sample air bermulut lebar 3
10 Botol sample air berpemberat 3 1 Dandang Atau Kukusan Nasi (Diameter 40 1
11 Lampu spiritus isi 120 cc 1 Cm ) /Rice Cooker (Kapasitas 6 Liter )
12 Lampu senter 1 Panci 3 Ukuran (Diameter 15 Cm,30
13 Sendok tahan karat 1 2 Cm,40 Cm )@1 3
14 Tas lapangan 1 Penggorengan ( Diameter 40 )
15 Pengukur kebisingan (sound level meter) 1 3 Lemari Pendingin Dua Pintu 1
16 Water tes kit 1 4 Meja Persiapan Dan Bak Cuci 1
17 Cakram (kekeruhan kolam renang) 1 5 Blender 1
18 Penangkap nyamuk dan larva 1 6 Rak-Rak Makanan 1
(surveilance vektor kit) 7 Troli Untuk Makanan 3 Susun 1
19 Pengukur PH (PH meter) 3 8 Lemari Penyimpanan Makanan 1
20 Derigen (wadah sampel) 3 9 Timbangan Makanan 1
21 Home economis set 1 10 Peralatan Kecil 1
22 Digital termometer. Digital PH meter 1 11 a. Pisau Dapur
23 Digital chlorin test kit 1 b. Sendok Sayur 1
24 Cetakan jamban 1 c. Sodet 1
25 Lux meter 1 d. Pembuka Botol / Kaleng 1
e. Cobek / Ulekan 1
Jumlah f. Serokan 1
g. Talenan 1
No Set peralatan dapur Stan h. Saringan Kelapa 1
Puskesmas rawat inap dar i. Saringan teh 1
j. Wajan Datar 2 Ukuran @1 1
1 Peralatan besar: 1 set ( diameter 16 Cm dan 18 cm ) 2
a. Dandang atau kukusan nasi 1

62
(diameter 40 cm )/rice cooker Alat Alat Makan :
(kapasitas 6 liter ) 3 12 ( Sebaiknya Terbuat Dari Bahan Yang
b. Panci 3 ukuran (diameter 15,30,40 Mudah Dibersikan / Plastik, Stainles Steel
cm) @1 1 Keramik )
c. Penggorengan ( diameter 40 ) 1 a. Sendok Dan Garpu ( lusin )
d. Lemari pendingin dua pintu 1 b. Piring Makanan ( lusin ) 2
e. Blender 1 c. Gelas Minum ( lusin ) 1
f. Rak-rak makanan 1 d. Mangkuk Sayur ( lusin ) 1
g. Troli untuk makanan 3 susun 1 e. Piring Buah (lusin ) 2
h. Lemari penyimpanan makanan 1 f. Piring Kue Cekung ( lusin ) 2
i. Timbangan makanan g. Cangkir Bertutup ( lusin ) 1
2 h. Tutup dan tatanan gelas 1
Peralatan kecil,terdiri dari 3 ( lusin ) 1
a. Pisau dapur 6 i. Nampan ( lusin )
b. Sendok sayur 2 1
c. Sodet 1 Peralatan Khusus Untuk Membuat Formula
d. Pembuka botol / kaleng 1 13 Dan Makanan Bayi
e. Cobek / ulekan 2 a. Thermos
f. Serokan 2 b. Blender39
g. Talenan 1 c. Gelas Ukur 1
h. Saringan kelapa 1 d. Sendok Makan ( lusin ) 1
i. Saringan teh 1 e. Sendok Tehh ( lusin ) 1
j. Wajan datar 2 ukuran ( diameter 16 2 f. Panci Kecil Bertangkai Diameter 15 Cm 1
cm dan 18 cm)@1 g. Piring Dan Gelas ( lusin ) 1
3 h. Mangkok ( lusin ) 1
Alat alat makan : i. Waskom Plastik
( Sebaiknya terbuat dari bahan yang j. Kocokan Susu 1
mudah dibersikan / plastik, stainles steel 1
keramik ) 1
a. Sendok dan garpu ( lusin ) 1 Jumlah 1
b. Piring makanan ( lusin ) 2 Set ATK( Alat Tulis Kantor) , terdiri dari :
c. Gelas minum ( lusin ) 2 1. Meja biro 1
d. Mangkuk sayur ( lusin ) 2 2. Kursi Kerja 1
e. Piring buah (lusin ) 1 3. Kursi Hadap 1
f. Piring kue cekung ( lusin ) 1
g. Cangkir bertutup ( lusin ) 1 Set perawatan Puskesmas rawat inap 1 set
h. Tutup dan tatanan gelas ( lusin ) 1 1. Kasur 6
i. Nampan ( lusin ) 1 2. Bantal 18
4 3. Sarung bantal 18
Peralatan khusus untuk membuat 4. Sprei 12
formula dan makanan bayi
5. Selimut dewasa 12
a. Termos 1
b. Blender 1 6. Handuk kecil ( 60X40 cm) 12
c. Gelas ukir 1 7. Sprei kecil ( steek laken) 12
d. Sendok makan ( lusin ) 1 8. Selimut bayi, handuk bayi 6
e. Sendok teh ( lusin ) 1 9. Lap mandi untuk pasien. 6
f. Panci kecil bertangkai diameter 15 1 10. Lemari kecil/bed side cabinet 6
cm 11. Kursi 24
g. Piring dan gelas ( lusin ) 1 12. Tempat sampah plastik untuk 6
h. Mangkok ( lusin ) 1 pasien
i. Waskom plastik 1
13. Sikat kuku 6
5 j. Kocokan susu 1

Peralatan kebersihan dan pencucian alat


a. Ember plastik (kapasitas 30 liter)
b. Waskom plastik( kapasitas 10 liter) 2
6 c. Tempat sampah tertutup 1
3
Pelengkap kebersihan
(sapu,sikat,lap,alat/kain untuk pel) 2

Jumlah

Tabel 2.12. Peralatan medis Puskesmas

63
64
1)
2)
3)
4)
5)
6)
7)
8)
b 17 2

18 1
19 5

20 5
21 1
2 22 1
a 1 23 1

b 1 24 1
c. 1 25 1
% Jumlah riil alkes dibandingkan jumlah 31 5
(standar)Set peralatan poli umum
32 1
A2. Puskesmas Rawat Jalan 33 1

1 1 34 1

2 35 1
a. 1 36 r 1

b. 1 37 1
c. 1 38 1
d. 1 39 1
e. 1 40 1

f 1 41 1
g. 1 42 1
h. 1 43 1

i. 1 44 1

j. 2 45 1

k. 1 46 1

65
B. Peralatan Puskesmas rawat inap
Peralatan rawat inap adalah
peralatan rawat jalan ditambah
beberapa set peralatan sebagai
berikut :
1. Set peralatan tambahan ruang
tindakan
2. Set peralatan bersalin
3. Set peralatan tambahan UGD
4. laboratorium.
Selain tiga set peralatan diatas, ada
dua set peralatan yang sudah
terdapat pada peralatan non rawat
inap namun mengalami
penambahan jumlah maupun jenis
alat pada rawat inap yaitu B.2. Set
peralatan bedah dan gawat darurat
( UGD ) dan B.4. Set peralatan
laboratorium

No B1. Set peralatan tambahan ruang Jum Kon No B3.Set peralatan tambahan Unit Gawat Jum Kondi
tindakan Puskesmas rawat inap lah disi Darurat rawat inap lah si
(bai (baik/
k/ru rusak)
sak)
Sama dengan peralatan ruang Sama dengan peralatan UGD
tindakan Puskesmas rawat jalan , Puskesmas rawat jalan, ditambah:
ditambah:
1 Pispot fraktur/ immobilisasi 1 1 Tracheostomi set 1
2 Usungan (brankar) 2 2 Chest tube set 1
3 Waskom cuci 5 3 Alat pembaca foto rontgen/film viewer 1
set
4 Kursi roda roda mati 1 4 Peralatan intubasi endotrakheal , untuk 1
membuka jalan nafas:

5 Penjepit formulir askep/ set 1 a. Set Nasopharyngeal tube 1


formulir askep
Jumlah b. Oropharyngeal tube
c. Nasotrakheal tube 1
d. Orotracheal tube 1
No B2.Set peralatan bersalin rawat Jumla Kon e. Suction pump/alat penghisap 1
inap h disi manual/otomatis
(bai
k/ru
sak)
1 Bed persalinan yang bisa dilepas 1 f. Kanula dan masker oksigen untuk 1
dewasa dan anak
2 Spekulum vagina (cocor bebek) 1 g. Ambubag dewasa, anak dan bayi 1
besar
3 Spekulum vagina (cocor bebek) 1 h. Pipa endotrakeal (ETT) no 4
kecil 2,5;3,0;3,5;4,0 mm
4 Spekulum vagina (cocor bebek) 1 i. Stylet no 1 untuk pemasangan ETT 1
sedang
5 Benang cat gut (15 m) 1 j. Pelumas ( jelly) 1
6 Benang chromic ( 3.0/2.0 ) 1 k. Forceps magil 1

66
7 Dilatator, komplet (hegar) 1 l. Laringoscope blade lurus dan blade 10
bengkok untuk anak dan dewasa
minimal 1 untuk bermacam ukuran

8 Gunting episiotomi (barun- 1 5 Set vena sectie:


stadler) (14.5 cm)
9 Gunting tali pusar (13,5 cm) 2 a. Mayo hegar needle holder 11 cm 1

10 Gunting uterus siebold dan sims 2 b. Baby mosquito Str 10 cm 1


@1
11 Gunting perban 1 c. Mosquito cud 10 cm 1
12 Jarum jahit, ginekologi, 7/16 1 d. Langenback hak 1
lingkaran, penampang segitiga
13 Kateter, selang penghisap lendir 2 e. Pinset chirugi 10 cm 1
bayi
14 Kateter, karet no. 10,12,14 6 f. Forceps splinter 11,5 cm 1
(nelaton)@2
15 Klem kocher 1 g. Pinset anatomi 10 cm 2
16 Klem arteri 14 cm (kocher) 2 h. Gunting operasi Tajam 9 str 1
17 Klem tampon uterus, 25 cm 2 i. Gunting operasi tajam 9 cud 2
(bozemann)
18 Klem/pemegang jarum jahit, 18 1 j. Knife handle no. 3 1
cm (mayo-hegar)
19 Klem/penjepit porsio, 25 cm 1 k. Pisau bisturi no. 15 1
(schroder)
20 Korentang, penjepit sponge 1 l. Kom kecil 1
(foerster)
21 Kuret untuk abortus dan jaringan 4 6 Set Defibrilator 1
plasenta (bumm)@2
22 Kuret untuk uterus (bumm dan 2 7 EKG 12 lead 1
sims)@1
23 Alat penghisap dengan pedal/ 2 8 EKG monitor 1
portable suction
24 Pinset anatomis, 14,5 cm dan 18 2 9 Monitor fungsi vital 1
cm @1
25 Pinset bedah, 14,5 cm dan 18 cm 2 10 Infusion pump 1
@1
26 Sonde uterus/ penduga 1 11 Syringe pump 1
27 Waskom cekung 1 12 Pulse oksimetri 1
28 Tensimeter air raksa 2 13 Irisifek, dasboor (bell) 1
29 Pelvimeter obstetrik 1 14 Jarum irigasi 1
30 Formulir askep / kebidanan 2 15 Kauter 1
31 Inkubator bayi 1 16 Duk klem 1
32 Tromol untuk alat steril 3 17 Kriofake 1
(kecil,sedang,dan besar)@1
33 Stetoskop dewasa 1 18 Lumbal pungsi, set (yamada sata) 1

34 Stetoskop anak 1 19 Pinset alat, bengkok (remky) 1

35 Stetoskop janin / funandoskop 1 20 Pinset anatomis (untuk specimen) 1

36 Sterilisator uap 1 21 Pinset penjahit, 0,25 mm (colibri) 1


( autoklaf 40 liter)
37 Sterilisator listrik 1 22 Retrakor, pengait untuk anak-anak 16 x 1
( dua pintu ) 16 mm (langenbeck-green)

67
38 Tempat sampah basah & kering, 1 23 Sendok lensa mata 1
bertutup
39 Lampu senter 1 24 Sonde dengan mata, 14,5 cm 1
40 Urinometer (untuk pemeriksaan 1 25 Spatula, alat untuk reposisi, SS 1
urine) (wecker)
41 Peralatan imunisasi 1 26 Tang pemasang dan pencabut agrave 1
(michel)
42 Hemoglobinometer set ( sahli ) 2 27 Kain penutup meja mayo 1
43 Termometer untuk bayi dan 2 28 Torniket karet 1
dewasa@1
44 Resusitator for infant 1 Jumlah 64
45 Tabung / sungkup resusitator 1 % riil alkes bersalin RI dibdg standar

46 Klem tali pusat 1


47 Lampu sorot 1 No Set peralatan laboratorium rawat inap Jum Kondi
lah si
(baik/
rusak)
48 Penghisap lendir 2 Sama dengan peralatan laboratorium 1
Puskesmas rawat jalan, ditambah:

49 Standar infus 2 1 Kaca preparat untuk periksaan 1


golongan darah

50 Bak logm untuk alat steril 1 2 Laboratorium mini sederhana untuk 1


pemeriksaan kimia darah

51 Klem/pemegang jarum jahit,18 1 3 Pemanas dengan air 1


cm (mayo hegar)
52 Baki instrumen tertutup 2 4 Pipet makro, bagian ujung untuk pipet 3
otomatis

53 Tabung oksigen dengan 1 5 Pipet otomatis (eppendorf) 1


kelengkapannya
54 Cadangan tabung oksigen 1 6 Sentrifus listrik 1
55 Palu pengukur refleks ( hammer ) 1 7 Fotometer portable AC/DC 1

56 Sarung tangan rumah tangga 1 8 Pengukur cahaya 1


57 Kaca mata ( goggle ) 2 9 Pengukur kelembaban 1
58 Masker 1 10 Wadah aquades 1
59 Semprit gliserin 1 11 Urine analyzer 1
60 Pispot 1 12 Spekulum vagina (kecil,besar dan 3
sedang )@1
61 Laringoscope infant 1 Jumlah 17
62 Doppler 1 % riil alkes lab RI dibdg standar

63 Meja gynekologi / obgin bed 1


64 Bak mandi bayi 1
65 Peralatan kebersihan dan 1
pencucian alat
a. Ember plastik ( kapasitas 1
30 liter )
b. Waskom plastic ( kapasitas 1
10 liter )

68
c. Tempat sampah tertutup 1
d. Pelengkap kebersihan ( sapu, 4
sikat, lap, alat/kain untuk pel) @1
Jumlah 99
% riil alkes bersalin RI dibdg
standar

2.2.4. Pelayanan Kefarmasian, Obat-obatan, Bahan Habis Pakai


2.2.4.1. Pelayanan Kefarmasian
1. Deskripsi
Pelayanan kefarmasian adalah pelayanan yang berorientasi kepada penyediaan obat
yang bermutu sesuai pedoman/standar, termasuk pelayanan farmasi yang terjangkau bagi
semua lapisan masyarakat.Suatu pelayanan langsung yang bertanggung jawab kepada
pasien yang berkaitan dengan sediaan farmasi dengan maksud mencapai hasil yang pasti
untuk meningkatkan mutu kehidupan pasien sesuai Peraturan Pemerintah RI nomor 51
tahun 2009 tentang Pekerjaan Kefarmasian
2. Kegiatan kefarmasian
Obat dan bahan habis pakai harus terjamin ketersediaannya dan distribusinya untuk
mendukung pelayanan di Puskesmas
a. Kegiatan didalam gedung
1) Pelayanan farmasi yang sesuai standar baik dalam keadaan biasa maupun dalam
keadaan gawat darurat, sesuai dengan keadaan pasien maupun fasilitas yang tersedia
a) Pengkajian dan pelayanan resep (Pelayanan farmasi klinis)
b) Pelayanan informasi obat
c) Konseling penggunaan obat
d) Visite petugas farmasi terkait dengan penggunaan obat ( terutama di Puskesmas
rawat inap)
2) Perencanaan, pengadaan, penyimpanan , distribusi dan penyerahan perbekalan farmasi
3) Penyelenggaraan pelayanan farmasi yang meliputi penyiapan, pencampuran,
penyampaian obat, pemantauan obat dalam hal dosis, indikasi efek samping,
perhitungan kadar dan harga
4) Penyediaan informasi dan edukasi terkait dengan kefarmasian bagi tenaga kesehatan
dan pasien
5) Penyediaan bahan/alat steril untuk keperluan kegiatan medis dan perawatan
tertentu,dalam Puskesmas perawatan (jika diperlukan)
b. Kegiatan diluar gedung
1) Pelayanan kefarmasian pada kegiatan bakti sosial/pengobatan massal
2) Pelayanan kefarmasian pada kegiatan Puskesmas keliling
3) Pelayanan kefarmasian yang bersifat insidentil (pada kegiatan penanggulangan
bencana)

2.2.4.2. Obat-obatan
Hal-hal yang perlu diperhatikan pada manajemen/pengelolaan obat
a. Mempunyai alur pelayanan obat
b. Ada tulisan kamar obat pada ruang pelayanan kefarmasian
c. Resep:
1. Setiap penerimaan resep harus diteliti terlebih dahulu dan setelah diterima diberi
nomor urut.
2. Resep harus lengkap, terdiri dari:
a) Nomor urut resep
b) Kop Puskesmas: nama, alamat dan no telp Puskesmas
c) Dokter penulis resep: Nama dokter, Nomor NIP/SIP
d) Tanggal penulisan resep
e) Nama pasien

69
f) Umur
g) Alamat pasien
h) Nama obat, bentuk sediaan, dosis, jumlah obat dan umur serta cara pemakaiannya
3. Resep narkotik dan psikotropik dipisah, diberi garis ...dan direkap untuk dilaporkan
4. Resep racikan dikerjakan dalam mortir dan stamfer yang selalu dibersihkan/dicuci
dan dikeringkan sehabis dipakai
d. Penyerahan obat:
1) Sebelum obat diserahkan maka harus dilakukan pengecekan terakhir tentang nama
pasien, jenis obat serta kemasannya
2) Penyerahan obat harus disertai dengan pemberian informasi kepada pasien maupun
keluarga pasien dalam hal penggunaan dan penyimpanan obat serta berbagai aspek
pengetahuan tentang obat (seperti bila obat tersisa dan lupa minum obat) demi
meningkatkan kepatuhan dalam penggunaan obat. Pemberian obat
Informasi obat yang diberikan kepada pasien (Buku Pedoman Pemberian Informasi
Obat), meliputi:
a) Dosis obat
b) Frekuensi pemakaian obat
c) Lama pengobatan
d) Cara pemakaian
e) Efek samping
f) Kontra indikasi
g) Cara penyimpanan Obat sesuai aturan
3) Etiket obat:
a) Etiket berisi informasi sesuai dengan resep dokter
b) Tulisan pada etiket jelas dan mudah terbaca
c) Etiket warna putih untuk obat dalam dan warna biru untuk obat luar
d) Etiket harus mencantumkan nama pasien, tanggal dan cara pemakaian serta aturan
pemakaian obat

Puskesmas
Jl
Tanggal ..
Nama:..
Aturan pakai:
x..tab/caps/sendok takar
Sebelum/sesudah makan

e. Pencatatan dalam rekam medis pasien beserta dosis obat yang diberikan
f. Pengelolaan meliputi perencanaan, penyimpanan dan penyerahan serta distribusi obat ke
unit pelayanan
g. Pencatatan, pelaporan dan pengarsipan mengenai pemakaian obat dan efek samping obat
h. Pemantauan terapi obat dan pengkajian penggunaan obat
i. Pengaturan persediaan dan perencanaan obat
j. Obat kadaluarsa dan rusak disimpan secara terpisah/diserahkan ke Gudang Farmasi
Kabupaten/Kota (GFK) dengan Berita Acara Penyerahan
h. Penataan obat:
1. Ruang dalam kondisi bersih, tidak lembab, cukup ventilasi dan penerangan
2. Mempunyai meja untuk peracikan, plastik obat yang ada tulisannya, kertas puyer, etiket
dan tempat sampah tertutup
3. Etiket/label pada tempat penyimpanan obat harus lengkap dan tertib, untuk
mempermudah pengambilan obat dan mencegah kesalahan pengambilan obat.
4. Penyimpanan obat:
a) Obat disimpan di dalam wadah asli atau wadah yang sesuai
b) Obat golongan narkotika disimpan dalam lemari obat yang ter kunci

70
c) Obat disusun teratur rapi dalam rak/lemari obat dengan sistimatika penyimpanan
obat sesuai dengan abjad (alfabetis) dengan sistim FIFO (First In First Out) dan
FEFO (F irst Expire First Out). Hal ini berguna untuk mengetahui dengan cepat
obat yang rusak dan kadaluarsa
d) Gudang obat memiliki palet dan rak untuk mencegah agar obat tidak lembab dan
rusak
e) Puskesmas rawat jalan dan rawat inap harus memiliki lemari narkotika berkunci
dan terkunci sebagai tempat penyimpanan obat-obatan narkotika dan psikotropika
f) Terdapat lemari pendingin yang berfungsi dengan baik untuk penyimpanan
obatsuppositoria, vaksin atau sera
g) Tidak dijumpai binatang pengerat, rayap, dan kecoa

Jenis obat-obatan yang harus tersedia di Puskesmas:


I. Jenis obat yang terdapat di Puskesmas sesuai DOEN untuk Puskesmas 2011, terdiri dari :
1. Analgesik, antipiretik, anti inflamasi non steroid dan anti pirai
1.1. Analgesik narkotik
1.2. Analgesik non narkotik
1.3. Antipirai
2. Anestetik
2.1. Anestetik lokal
2.2. Anestetik umum dan oksigen
2.3. Obat untuk prosedur pre operatif
3. Anti alergi dan obat untuk anafilaksis
4. Anti dotum dan obat lain untuk keracunan umum dan khusus
5. Antiepilepsi-antikonvulsi
6. Antiinfeksi :
2.2. Antelmintik
2.3. Antibakteri
1) Beta laktam
2) Antibakteri lain (Tetrasiklin, Kloramfenikol, Sulfa Trimetoprim, Makrolid)
3) Anti infeksi khusus (Anti lepra, anti tuberculosis, antiseptik saluran kemih)
4) Antifungi (sistemik dan topikal)
5) Antiprotozoa (antiamoeba, antimalaria).
7. Anti Migren (profilaksis dan serangan akut)
8. Anti Parkinson
9. Obat yang mempengaruhi darah ( antianemia, obat yang mempengaruhi koagulasi).
10. Diagnostik (test fungsi dan test kulit)
11. Desinfektan dan antiseptik
12. Obat dan bahan untuk gigi dan mulut
13. Diuretik.
14. Hormon, obat endokrin lain dan kontraseptik (anti diabetes oral, kontraseptik, hormon
tiroid dan antitiroid, kortikosteroid )
15. Kardiovaskuler (anti angina, anti aritmia, anti hipertensi, anti agregasi platelet, gagal
jantung, obat untuk syok, anti hiperlipidemia)
16. Obat topikal untuk kulit ( anti bakteri, anti fungi, anti inflamasi dan anti pruritik, anti
scabies dan anti pedikulosis, kaustik, keratolitik dan keratoplastik)
17. Larutan elektrolit, nutrisi dan lain-lain (oral, parenteral dll )
18. Obat untuk mata (anestetik lokal, anti mikroba, midriatik, miotik dan anti glaukoma)
19. Oksitosik dan relaksan uterus
20. Psikofarmaka (anti ansietas dan anti insomnia, anti depresi dan anti mania, anti obsesi
kompulsi, anti psikosis)
21. Obat untuk saluran cerna (antasida dan anti ulkus, anti emetik, anti hemoroid, anti
spasmodik, obat untuk diare, katartik)
22. Obat untuk saluran nafas (anti asma, antitusif, ekspektoran)
23. Obat yang mempengaruhi sistem imun(serum dan immunoglobulin, vaksin)

71
24. Obat untuk Telinga, Hidung dan Tenggorokan
25. Vitamin dan mineral

II. Obat emergensi dan bahan habis pakai yang harus tersedia dalam jumlah cukup pada ruang
Unit Gawat Darurat adalah:
1. Adrenalin 1:1000 12. Diazepam ampul
2. Noradrenalin 13. Antipiretika
3. Norepinefrin 14. Koagulantia
4. Ephedrine 15. Anti kejang
5. Sulfas atropine 16. Papaverin
6. Antihistamin 17. Cairan infus Ringer Lactat, Na
7. Hidrokortison vial Cl 0,9 %, Glucose 5%, 40%
8. Aminophilin 240 mg/10 ml 18. Infus set
9. Transamin 19. Uterotonika
10. Dopamin 20. MgSo4
11. Diphenhidramin

III. Obat yang tersedia untuk Bidan sesuai dengan Keputusan Menteri Kesehatan Republik
Indonesia Nomor 900/MENKES/SK/VII/2002 tanggal 25 Juli 2002, adalah
1. Roborantia 7. Uterotonika
2. Vaksin 8. Antipiretika
3. Syok anafilaktik 9. Koagulantia
a. Adrenalin 1:1000 10. Anti kejang
b. Antihistamin 11. Glycerin. 11.
c. Hidrokortison 12. Obat luka
d. Aminophilin 240 mg/10 ml 13. Dopamin
4. Sedativa 14. Obat penanganan asfiksia pada
5. Antibiotika bayi baru lahir
6. Cairan infus 15. Cairan desinfektan (termasuk
Chorine)
2.2.4.2. Bahan Habis Pakai
I. Bahan habis pakai medis untuk Puskesmas:
Folley catheter no 10, 12, 14, 16, 18
Urine bag
Selang karet untuk anus
NGT /selang lambung (berbagai ukuran)
Endotracheal tube ( ETT ) 2.5, 3, 4
Sungkup berbalon
Sungkup/masker sederhana
Kateter,selang penghisap lendir bayi
Sarung tangan steril no 6, 7, 7, 8
Infus set dewasa dan anak
Jarum infus
Wing needle (jarum berkateter) no 16, 18
Surflow, Abbocath no 16,18, 20
Skaptel
Mata pisau bedah no 10, 11, 15, 20
Disposible spuit berbagai ukuran (1 cc, 2 cc , 3 cc, 5 cc, 10 cc, 20 cc)
Jarum suntik disposible no 02, 12, 14, 18, 20, 23
Jarum jahit lengkung 2 lingkaran(bedah) no 9, 10, 11, 12, 13, 14, 16
Jarum jahit lengkung lingkaran
Jarum otot besar dan jarum otot kecil

72
Benang: cat gut no 3.0, nilon no 3,0 dan silk no 3,0
Kapas pembalut 25 gr dan perban
Kasa hidrofil steril
Duk biasa, besar (274 x 183 cm), sedang (274 x 135 cm), kecil (114 x 91 cm)
Duk bolong besar, duk bolong sedang dan duk bolong kecil
Kain balut segitiga (mitella) dan peniti
Alcohol pads
Pembalut
Cotton bud
Jelly/cairan pelicin/minyak
Plester
Safety box untuk pembuangan jarum suntik bekas
Sarung tangan karet untuk mencuci tangan.
Strip glukotest
Oksigen

II. Bahan habis pakai non medis untuk Puskesmas:


a. Lap untuk mandi pasien
b. Perlak tebal, lunak (200X90 cm)
c. Kantong plastik untuk sampah biologis dan infeksius
d. Kertas tisue
e. Sabun/detergent
f. Plastik obat, kertas puyer dan etiket

2.2.5. Pembiayaan dan manajemen keuangan


1. Pembiayaan
Untuk terselenggaranya berbagai upaya kesehatan perorangan dan upaya
kesehatan masyarakat yang menjadi tanggung jawab Puskesmas, perlu ditunjang dengan
pembiayaan yang cukup. Sumber pembiayaan Puskesmas yaitu
a. Pemerintah.
Sumber pembiayaan yang berasal dari pemerintah terutama adalah pemerintah
pusat, pemerintah Provinsi dan Kabupaten/Kota seperti Jamkesmas, Jampersal,
Jamkesda, Bantuan Operasional Keuangan (BOK)
b. Pendapatan Puskesmas
Pendapatan Puskesmas adalah pendapatan yang didapat dari retribusi yang
dibayar oleh pasen yang memanfaatkan
Sesuai dengan kebijakan pemerintah, masyarakat dikenakan kewajiban
membiayai upaya kesehatan perorangan yang dimanfaatkannya, yang besarnya
ditentukan oleh peraturan daerah masing-masing (retribusi). Pendapatan bisa
dimanfaatkan sesuai dengan peraturan yang berlaku di daerah.
c. Sumber lain yang sah dan tidak mengikat, seperti PT. ASKES, PT. Jamsostek
dan Bantuan Luar Negeri (BLN)
2.Manajemen keuangan
Manajemen Keuangan adalah kegiatan yang meliputi perencanaan,
penarikan dan pengelolaan, penggunaan, pengendalian serta dana organisasi.
Manajemen Keuangan berfungsi menggunakan informasi keuangan sebagai bahan
pengambilan keputusan

2.3. Standar Upaya Kesehatan


Upaya kesehatan adalah setiap kegiatan dan/atau serangkaian kegiatan yang dilakukan
secara terpadu, terintegrasi dan berkesinambungan untuk memelihara dan meningkatkan derajat
kesehatan masyarakat dalam bentuk pencegahan penyakit, peningkatan kesehatan, pengobatan
penyakit dan pemulihan kesehatan oleh pemerintah dan/atau masyarakat.

73
Puskesmas mempunyai hubungan koordinatif, kooperatif dan fungsional dengan sarana
pelayanan kesehatan lain.
Puskesmas wajib berpartisipasi dalam penanggulangan bencana, wabah penyakit,
pelaporan penyakit menular dan penyakit lain yang ditetapkan oleh tingkat nasional dan daerah
serta dalam melaksanakan program prioritas pemerintah. Lingkup upaya kesehatan Puskesmas
meliputi Upaya Kesehatan Masyarakat (UKM) dan Upaya Kesehatan Perorangan (UKP). yang
saling berkaitan
UKM adalah setiap kegiatan yang dilakukan oleh Puskesmas untuk memelihara dan
meningkatkan kesehatan serta mencegah dan menanggulangi timbulnya masalah kesehatan di
masyarakat. UKM mencakup upaya-upaya promosi kesehatan, pemeliharaan kesehatan,
pemberantasan penyakit menular, kesehatan jiwa, pengendalian penyakit tidak menular,
penyehatan lingkungan dan penyediaan sanitasi dasar, perbaikan gizi masyarakat, pengamanan
sediaan farmasi termasuk obat tradisional dan alat kesehatan, pengamanan penggunaan zat
aditif (bahan tambahan makanan) dalam makanan dan minuman, pengamanan narkotika,
psikotropika, zat adiktif dan bahan berbahaya, serta penanggulangan bencana dan bantuan
kemanusiaan.
UKP adalah setiap kegiatan yang dilakukan oleh Puskesmas untuk memelihara dan
meningkatkan kesehatan serta mencegah dan menyembuhkan penyakit serta memulihkan
kesehatan perorangan. UKP mencakup upaya-upaya promosi kesehatan perorangan,
pencegahan penyakit, pengobatan rawat jalan, pengobatan rawat inap, pembatasan dan
pemulihan kecacatan yang ditujukan terhadap perorangan. Dalam UKP juga termasuk
pengobatan tradisional dan alternatif serta pelayanan kebugaran fisik dan kosmetika. Kedua
upaya kesehatan tersebut bersinergi dan dilengkapi dengan berbagai upaya kesehatan
penunjang.
Upaya penunjang untuk UKM antara lain adalah pelayanan laboratorium kesehatan
masyarakat.Sedangkan upaya penunjang untuk UKP antara lain adalah pelayanan laboratorium.
Upaya kesehatan dikelompokkan menjadi dua, yaitu
2.3.1. Upaya Kesehatan Wajib
Upaya kesehatan wajib merupakan kegiatan yang harus ada dalam pelayanan di
Puskesmas, meliputi:
1. Upaya Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat
2. Upaya Kesehatan Lingkungan
3. Upaya Kesehatan Ibu dan Anak serta Keluarga Berencana
4. Upaya Perbaikan Gizi Masyarakat
5. Upaya Penanggulangan Penyakit
6. Upaya Pengobatan dan Penanganan Kegawatdaruratan
2.3.2. Upaya Kesehatan Pengembangan
Upaya Kesehatan Pengembangan dapat bervariasi sesuai dengan kekhususan
atau permasalahan kesehatan di wilayah kerja dan potensi sumber daya yang tersedia
di masing-masing Puskesmas, meliputi:
1. Upaya Keperawatan 2. Upaya Kesehatan Kerja
Kesehatan Masyarakat 3. Upaya Pembinaan Pengobatan
2. Upaya Kesehatan Gigi Tradisional
dan Mulut. 4. Upaya Kesehatan Olah Raga
3. Upaya Kesehatan 5. Upaya Kesehatan Indera (mata
Sekolah. dan telinga)
4. Upaya Kesehatan Usia 6. Upaya Kesehatan Jiwa
Lanjut

2.3.1. Upaya Kesehatan Wajib


2.3.1.2. Upaya Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat
1. Deskripsi
Promosi kesehatan Puskesmas adalah upaya Puskesmas melaksanakan pemberdayaan
kepada masyarakat untuk mencegah penyakit dan meningkatkan kesehatan setiap individu,

74
keluarga serta lingkungannya secara mandiri dan mengembangkan upaya kesehatan berbasis
masyarakat.
Tujuan promosi kesehatan di Puskesmas adalah agar masyarakat mau dan mampu
menerapkan perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) sebagai bentuk pemecahan masalah-
masalah kesehatan yang dihadapinya, baik masalah kesehatan yang diderita maupun yang
berpotensi mengancam, secara mandiri. Disamping itu, petugas kesehatan puskesmas
diharapkan mampu menjadi teladan bagi pasien, keluarga dan masyarakat untuk melakukan
PHBS.
Pemberdayaan masyarakat adalah segala upaya fasilitasi yang bersifat non instruktif,
untuk meningkatkan pengetahuan dan kemampuan masyarakat, agar mampu mengidentifikasi
masalah, merencanakan dan melakukan pemecahannya dengan memanfaatkan potensi
setempat.
Antara promosi kesehatan dan pemberdayaan masyarakat merupakan dua hal yang
tidak dapat dipisahkan. Promosi kesehatan selalu bertujuan akan adanya kemampuan dan
kemauan masyarakat untuk bertindak yaitu yang disebut sebagai masyarakat yang berdaya,
sedangkan pemberdayaan masyarakat selalu harus diawali dengan pemberian informasi yang
terus menerus.
Tujuan pemberdayaan masyarakat adalah meningkatkan kemandirian masyarakat dan
keluarga dalam bidang kesehatan, sehingga masyarakat akan dapat berkontribusi dalam
meningkatkan derajat kesehatan.
Pemberdayaan masyarakat merupakan suatu proses, salah satu bentuk proses
pemberdayaan masyarakat saat ini adalah berkembangnya kegiatan Desa Siaga. Keberhasilan
Proses pemberdayaan dapat dilihat dengan terwujudnya berbagai Upaya Kesehatan Berbasis
Masyarakat (UKBM) di masyarakat.
UKBM adalah upaya kesehatan berbasis masyarakat yang dibentuk dari, oleh , untuk
dan bersama masyarakat.Jenis-jenis UKBM antara lain Posyandu, Poskesdes, Poskestren, Pos
UKK, dll
2. Kegiatan upaya promosi kesehatan
a. Kegiatan didalam gedung

Tabel 2.1. Kegiatan promosi kesehatan didalam gedung Puskesmas


Kegiatan didalam gedung
Tempat Penyebaran informasi melalui media poster, leaflet yang bisa dipasang didepan loket
pendaftaran pendaftaran. Adapun jenis informasi yang disediakan, yaitu :
Informasi kesehatan yang menjdi isu
pada saat itu
Peraturan kesehatan seprti larangan
merokok, dilarang meludah sembarangan, membuang sampah pada tempatnya, dll.
Poliklinik Petugas menjawab pertanyaan pasien berkenaan dengan penyakitnya atau obat yang harus
ditelannya. Tetapi jika hal ini belum mungkin dilaksanakan, maka dapat dibuka klinik khusus
bagi pasien rawat jalan yang memerlukan konseling.(sudah dirujuk ke klinik bagian
konsultasi) Disediakan pula media promosi : lembar balik, poster, gambar atau model
anatomi atau leaflet yang bisa dibawa pulang pasien
Ruang tunggu Dipasang media poster, leaflet, media penyuluhan lain tentang penyakit dan pencegahannya
dan kotak saran.
Ruang a) Petugas menjawab pertanyaan pasien berkenaan dengan pelayanan yang didapatkannya.
pelayanan KIA Jika belum mampu dapat dilimpahkan ke klinik khusus
& KB b) Memasang poster atau disediakan leaflet tentang berbagai penyakit yang menyerang bayi
& balita,(resiko tinggi ibu hamil bayi dan balita) pentingnya memeriksakan kehamilan
teratur, pentingnya tablet Fe bagi bumil, pentingnya imunisasi lengkap pada bayi, dll
Ruang rawat a. Menggunakan lembar balik, gambar atau foto
inap b. Penggunaan bahan bacaan (Biblioterapi) dengan cara dipinjamkan ke pasien
c. Penyuluhan kelompok bagi keluarga pasien, dengan metode yang bersifat menghibur
seperti permainan, simulasi dan menggunakan media flipchart, poster atau standing
banner. Penyuluhan kelompok di dalam ruangan bisa digunakan laptop, LCD dan layar
untuk menayangkan gambar atau film

75
d. Pemanfaatan ruang tunggu dengan pemasangan poster, penyediaan boks leaflet
e. Pendekatan keagamaan dengan mengajak pasien untuk berdoa
Laboratorium Meningkatkan kesadaran pasien, pengunjung dan para pengantarnya akan pentingnya
melakukan pemeriksaan laboratorium melalui pemasangan poster dan penyediaan leaflet
yang bisa dibawa pulang.
Kamar obat Meningkatkan kesadaran tentang manfaat obat generik, kedisiplinan dan kesabaran dalam
penggunaan obat sesuai petunjuk dokter
Pemasangan poster dan penyediaan leaflet tentang informasi kesehatan serta pemutaran
tape recorder
Tempat Penyampaian salam hangat dan ucapan selamat jalan semoga cepat sembuh dan bertambah
pembayaran sehat
Klinik khusus Layanan konseling, misalnya klinik gizi, klinik sanitasi, klinik konsultasi remaja,dll
Tempat parkir Promosi kesehatan dapat berupa pemasangan baliho/billboard di sudut area lapangan parkir
Taman Jika memungkinkan mempromosikan taman obat keluarga dan karangkitri (jenis tanaman
dengan kandungan gizinya), dll
Dinding Dipasang spanduk pada momen tertentu asal tidak merusak keindahan gedung
Pagar pembatas Dipasang spanduk pada momen tertentu misalnya kampanye hari-hari kesehatan, namun
kawasan harus diperhitungkan agar tidak merusak keindahan pagar Puskesmas
Puskesmas
Kantin/kios Ditampilkan pesan terkait konsumsi gizi seimbang, dll bisa dalam bentuk poster
di kawasan
Puskesmas
Tempat Ibadah Pemasangan poster dan penyediaan leaflet. Pesan yang disampaikan sebaiknya pesan untuk
kesehatan jiwa, pentingnya menjaga kebersihan / kesehatan lingkungan

b. Kegiatan diluar gedung


1. Kunjungan rumah : dilakukan petugas Puskesmas sebagai tindak lanjut dan upaya
promosi kesehatan di dalam gedung Pusksmas yang telah dilakukan kepada
pasien/keluarga
2. Pemberdayaan berjenjang di berbagai tatanan (rumah tangga, institusi pendidikan,
tempat kerja, dll) dengan urutan tahapan:
a) Petugas puskesmas mengembangkan kemitraan dan memberdayakan para pemuka
masyarakat
b) Pemuka masyarakat memilih dan merekrut kader, lalu memberdayakan kader
c) Para kader memberdayakan masyarakat
3. Pengorganisasian masyarakat, petugas Puskesmas membantu para pemuka masyarakat
dalam melakukan SMD (Survey Mawas Diri) dan MM (Musyawarah Masyarakat).
Selanjutnya pemuka masyarakat dibimbing untuk memberdayakan kader dalam
persiapan pelaksanaan kegiatan. Kemudian Puskesmas dan pemuka masyarakat
melakukan dukungan, pemantauan dan bimbingan

2.3.1.3. Upaya Kesehatan Lingkungan


1. Deskripsi
Upaya kesehatan lingkungan merupakan suatu kegiatan yang bertujuan untuk
mengetahui kondisi kesehatan lingkungan pada obyek atau sasaran yang diawasi, agar
terwujud kualitas lingkungan yang lebih sehat sehingga dapat melindungi masyarakat dari
segala kemungkinan kejadian yang dapat menimbulkan gangguan dan/atau bahaya kesehatan
menuju derajat kesehatan lingkungan dan masyarakat yang lebih baik.
Penyehatan lingkungan adalah upaya untuk meningkatkan kualitas lingkungan dan
pencegahan terhadap penurunan kualitas lingkungan melalui upaya promotif, preventif,
penyelidikan, pemantauan, terhadap tempat-tempat umum, lingkungan pemukiman,
lingkungan kerja, angkutan umum, dan lingkungan lainnya. terhadap subtansi yaitu air, udara,
tanah, limbah padat, cair, gas, kebisingan/getaran pencahayaan, habitat vektor penyakit,
radiasi, kecelakaan, makanan/ minuman, dan bahan bahan berbahaya.
Kondisi atau keadaan lingkungan merupakan faktor penentu utama derajat kesehatan

76
masyarakat dalam suatu wilayah, melalui upaya pengawasan dampak kualitas lingkungan yang
merupakan proses pengamatan, pencatatan, pengukuran, pendokumentasian secara verbal dan
visual menurut prosedur standar tertentu terhadap satu atau beberapa komponen lingkungan
dengan menggunakan satu atau beberapa parameter sebagai tolok ukur yang dilakukan secara
terencana, terjadwal dan terkendali dalam satu siklus waktu tertentu, yang menekankan
kegiatannya pada sumber, ambient (lingkungan), pemaparan, dan dampak pada manusia.
2. Kegiatan upaya kesehatan lingkungan
a. Kegiatan didalam gedung
1) Pemetaan dan pemantauan sasaran program penyehatan lingkungan, sehingga
tersedianya data program penyehatan lingkungan dan terpetakannya penyebaran hasil
kegiatan program
2) Membuat laporan dan feed back terhadap stakeholder, sehingga tersusunnya pelaporan
dokumen penting lainnya serta gambaran di daerah
3) Melakukan pelayanan konseling bidang penyehatan lingkungan melalui program kilinik
sanitasi Puskesmas.
4) Melaksanakan pemicuan sekaligus melakukan pendampingan pasca pemicuan dalam
rangka program Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM), agar adanya perubahan
perilaku masyarakat dan peningkatan akses terhadap air minum dan sanitasi dasar oleh
masyarakat dengan terlaksananya sanitasi secara total
5) Melakukan penatalaksanaan manajemen KLB/bencana berbasis lingkungan di tingkat
Kecamatan.
6) Penatalaksanaan strategi adaptasi sektor kesehatan terhadap dampak perubahan iklim.
7) Penatalaksanaan ijin operasional pemberantasan hama (pescontrol).
b. Kegiatan diluar gedung
1) Membantu mekanisme penyediaan dan pengelolaan air bersih dan sanitasi
lingkungan berbasis komunitas masyarakat
2) Melakukan inspeksi sanitasi terhadap Tempat pengelolaan Sementara (TPS) sampah
dan Tempat pengelolaan Akhir (TPA) sampah. perumahan, sarana air bersih, Tempat
Tempat Umum, prioritas, tempat pengelolaan makanan, tempat pengelolaan pestisida,
sarana sanitasi dasar, termasuk pembinaan pekerja tempat umum dan industri kecil
dalam mendukung kesehatan keselamatan kerja (K3), sehingga termonitornya
kondisi higiene sanitasi sasaran kegiatan, keluarnya rekomendasi teknis, meningkatkan
kualitas sanitasi dan terciptanya kewaspadaan dini
3) Melakukan koordinasi lintas program dan lintas sektor di tingkat kecamatan sehingga
terbentuknya jejaring dan kerjasama antara sektor terkait dalam menangani masalah
kesehatan lingkungan.
4) Melakukan strategi adaptasi sektor kesehatan terhadap dampak perubahan iklim.
5) Melakukan pembinaan dan monitoring terhadap Puskesmas dan jaringannya, sehingga
terlaksananya fungsi Puskesmas Pembantu dan Ponkesdes sesuai dengan tupoksinya
6) Melakukan pembinaan dalam upaya menurunkan risiko terjadinya angka kesakitan
akibat kondisi lingkungan dengan melakukan intervensi yang tepat antara lain dengan
Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN), sehingga hilang atau berkurangnya breading
place yang menjadi sumber berkembang biaknya binatang penular penyakit

Kegiatan petugas kesehatan lingkungan:


1. Didalam gedung
2.3.1.4.Upaya Kesehatan Di dalam gedung Puskesmas, petugas kesehatan lingkungan
melakukan langkah - langkah kegiatan sebagai berikut :
1) Menerima kartu rujukan status dari petugas poliklinik.
2) Mempelajari kartu status/ rujukan tentang diagnosis oleh petugas poliklinik.
3) Menyalin dan mencatat nama penderita atau keluarganya, karakteristik penderita
yang meliputi umur, jenis kelamin, pekerjaan dan alamat, serta diagnosis
penyakitnya ke dalam buku register.
4) Melakukan wawancara atau konseling dengan penderita/keluarga penderita, tentang

77
kejadian penyakit, keadaan lingkungan, dan perilaku yang diduga berkaitan
dengan kejadian penyakit.
5) Membantu menyimpulkan permasalahan lingkungan atau perilaku yang berkaitan
dengan kejadian penyakit yang diderita.
6) Memberikan saran tindak lanjut sesuai permasalahan.
7) Bila diperlukan, membuat kesepakatan dengan penderita atau keluarganya tentang
jadwal kunjungan lapangan.
2. Luar Gedung
Sesuai dengan jadwal yang telah disepakati antara penderita atau keluarganya dengan
petugas, petugas kesehatan lingkungan melakukan kunjungan lapangan/rumah dan
diharuskan melakukan langkah - langkah sebagai berikut.
1) Mempelajari hasil wawancara atau konseling di dalam gedung (Puskesmas)
2) Menyiapkan dan membawa berbagai peralatan dan kelengkapan lapangan yang
diperlukan seperti formulir kunjungan lapangan, media penyuluhan, dan alat sesuai
dengan jenis penyakitnya.
3) Memberitahu atau menginformasikan kedatangan kepada perangkat desa/
kelurahan (kepala desa/lurah, sekretaris, kepala dusun atau ketua RW/RT) dan petugas
kesehatan/ bidan di desa.
4) Melakukan pemeriksaan/pengamatan lingkungan, pengamatan perilaku, serta
konseling sesuai dengan penyakit/ masalah yang ada.
5) Membantu menyimpulkan hasil kunjungan lapangan.
6) Memberikan saran tindak lanjut kepada sasaran (keluarga penderita dan keluarga
sekitar).
7) Apabila permasalahan yang ditemukan menyangkut sekelompok keluarga atau
kampung, informasikan hasilnya kepada petugas kesehatan di desa/ kelurahan,
perangkat desa/ kelurahan (kepala desa/ lurah, sekretaris, kepala dusun atau ketua
RW/RT), kader kesehatan lingkungan serta lintas sektor terkait di tingkat Kecamatan
untuk dapat ditindak lanjuti secara bersama.

2..3.1.4. Upaya Kesehatan Ibu dan Anak serta Keluarga Berencana

1. Deskripsi
a. Upaya pelayanan kesehatan ibu adalah upaya pemerintah dalam rangka meningkatkan
kesehatan wanita yang berkaitan dengan fungsi keibuannya untuk mencapai derajat
kesehatan yang setinggi-tingginya, dan akselerasi penurunan Angka Kematian Ibu (AKI),
yang dimulai sejak periode usia subur, kehamilan, persalinan, nifas dan meneteki
b. Upaya pelayanan kesehatan anak adalah upaya pemerintah dalam rangka meningkatkan
kesehatan anak untuk mencapai derajat kesehatan yang setinggi-tingginya, memiliki
kebugaran jasmani, kecerdasan intelektual, emosional dan spiritual melalui upaya
pemenuhan, peningkatan dan perlindungan hak anak, mulai dari terwujudnya bayi lahir
sehat dengan lahir normal, mempertahankan hidup, tumbuh dan berkembang secara
optimal sejak usia dini, usia sekolah, masa pubertas sampai usia dewasa
c. Upaya kesehatan remaja adalah upaya pemerintah dalam rangka meningkatkan derajat
kesehatan remaja melalui peningkatan pengetahuan, sikap dan perilaku tentang kesehatan
remaja
d. Upaya kesehatan remaja dilaksanakan dengan prinsip kemitraan dan harus mampu
membangkitkan, mendorong keterlibatan dan kemandirian remaja. Pelaksanaan pembinaan
kesehatan remaja dilaksanakan terpadu lintas program dan lintas sektor, pemerintah dan
sektor swasta, serta LSM, sesuai dengan peran dan kompetensi masing-masing sektor
secara efektif dan efisien sehingga mencapai hasil yang optimal
e. Upaya pelayanan Keluarga Berencana (KB) adalah upaya Pemerintah dalam
mengendalikan laju pertambahan penduduk dengan menjarangkan atau merencanakan
jumlah dan jarak kehamilan dengan menggunakan kontrasepsi dan akselerasi penurunan
Angka Kematian Ibu ( AKI) melalui pencegahan Kehamilan yang Tidak Diinginkan

78
(KTD) dengan menggunakan kontrasepsi, termasuk penanganan komplikasi, efek samping
dan kegagalan
2. Kegiatan upaya kesehatan Ibu dan Anak serta Keluarga Berencana

Tabel 2.2. Kegiatan KIA-KB didalam dan diluar gedung Puskesmas rawat jalan
Kriteria a. Kegiatan didalam gedung b. Kegiatan diluar gedung
Pelayanan 1.Pemeriksaan antenatal (termasuk Hb bumil), 1. Pelayanan ante natal pada kehamilan
kesehatan natal dan post natal normal
ibu 2. Pelaksanaan kelas ibu (ibu hamil dan ibu 2. Pelayanan ibu nifas normal
balita) 3. Pelayanan ibu menyusui
2.Pertolongan persalinan normal 4. Melaksanakan deteksi dini kanker leher
3. Perawatan nifas rahim dan payudara (sarari)
4. Penyuluhan 5. Pelaksanaan kelas ibu (ibu hamil dan ibu
5. Rujukan balita)
7.Bimbingan (konseling)gizi
8.Pelayanan penanganan vaginitis, servisitis,
adneksitis dan ekstirpasi kista kelenjar
Bartholini
9.Melaksanakan deteksi dini kanker leher
rahim (IVA) dan payudara (sarar)
10.Pemberian surat keterangan kelahiran dan
kematian
Pelayanan 1.Kunjungan Neonatal 1. Kunjungan rumah (KN)
kesehatan 2.Pemantauan tumbuh kembang anak 2. Imunisasi rutin sesuai program
anak (SDIDTK) pemerintah (Posyandu)
3.Imunisasi 3. Pemantauan tumbuh kembang bayi, anak
4.MTBM dan MTBS balita dan anak pra sekolah/SDIDTK
(Posyandu, TK, PAUD)
4. Konseling dan penyuluhan (Posyandu,
kunjungan rumah)
Pelayanan 1.KIE 1. Skreening remaja yang sekolah dan yang
kesehatan 2.Pelayanan medis tidak sekolah
remaja 3.Konseling 2. KIE untuk remaja yang sekolah dan yang
4.Rujukan tidak sekolah
3. Konseling untuk remaja yang sekolah dan
yang tidak sekolah
Pelayanan 1. Pelayanan dan konseling KB 1. Konseling dan penyuluhan (Posyandu,
Keluarga 2. Pelayanan KB kafetaria (IUD, implant, kunjungan rumah)
Berencana suntik, pil, kondom) 2. Pelayanan KB dengan Tim KB Keliling
(KB) 3. Pelayanan efek samping dan komplikasi (TKBK)
4. Penyuluhan 3. Pelayanan dengan momen khusus ( Safari
5. Pelayanan dan konseling pada calon - TNI KB Kes)
pengantin wanita, masa pra hamil dan masa 4. Pendataan sasaran KB ( 4 T, Unmetneed,
antara dua kehamilan keluarga miskin)
6. Rujukan 5. Pelayanan dan konseling pada calon
pengantin wanita, masa pra hamil dan
masa antara dua kehamilan

2.3.1.4. Upaya Perbaikan Gizi Masyarakat

1. Deskripsi
Dalam Undang-Undang Nomor 36 tahun 2009 disebutkan bahwa upaya perbaikan
gizi masyarakat bertujuan untuk meningkatkan mutu gizi perseorangan dan masyarakat,
antara lain melalui perbaikan pola konsumsi makanan, perbaikan perilaku sadar gizi dan
peningkatan akses dan mutu pelayanan gizi dan kesehatan sesuai dengan kemajuan ilmu dan
teknologi.

79
Di masyarakat, upaya perbaikan gizi dilakukan oleh para petugas gizi puskesmas
bersama-sama dengan masyarakat setempat. Kegiatannya dilakukan di dalam gedung maupun
di luar gedung dan bekerjasama dengan lintas program maupun lintas sektor.
2. Kegiatan upaya perbaikan gizi masyarakat

Tabel 2.3. Kegiatan perbaikan gizi masyarakat didalam dan diluar gedung Puskesmas

Kriteria Kegiatan didalam gedung Kegiatan diluar gedung


Tenaga Ahli gizi, perawat, dokter yang sudah dilatih tata Ahli gizi, bidan, perawat desa
laksana gizi buruk
Jenis 1. Klinik gizi (pojok gizi) 1. Pemberian kapsul vitamin A
Pelayanan 2. Konsultasi gizi 2. Memotivasi ibu post partum untuk segera
3. Melaksanakan program kesehatan gizi memberikan ASI eksklusif
Masyarakat dengan sasaran ibu hamil, ibu 3. Penimbangan setiap bulan dan pemantauan
nifas, bayi dan balita pertumbuhan bayi, anak balita di
4. Bayi baru lahir mendapatkan Inisiasi Posyandu
Menyusui Dini (IMD) (IMD dimasukkan 4. Pengukuran tinggi badan/panjang badan
KIA) dan dilanjutkan dg memfasilitasi dan bayi dan balita
motivasi ASI eksklusif 5. Penyuluhan, pemantauan status gizi dan
5. Pemberian tablet tambah darah untuk ibu konsultasi gizi di meja IV (empat)
hamil 6. Pemetaan kadarzi
6. Pengukuran Lingkar Lengan Atas (LILA) ibu 7. Monitoring garam beryodium
hamil 8. Penyuluhan kelompok di Posyandu
7. Pemberian kapsul vitamin A untuk bayi, 9. Pemberian makanan pendamping ASI
balita dan bufas pada usia 6-24 bulan yang Bawah Garis
8. Perawatan gizi buruk yang ditemukan, Merah (BGM) dari GAKIN
9. Pencatatan monev gizi buruk 10. Investigasi /Pelacakan kasus gizi buruk
10. Penyuluhan kelompok di ruang tunggu 11. Pemberian PMT penyuluhan di
Posyandu
12. Balita gizi buruk mendapat perawatan
13. Pemberian tablet tambah darah pada
Bumil
14. Balita gizi buruk dan ibu Hamil KEK
(Kurang Energi Kronis) mendapat PMT
Pemulihan.

2.3.1.5. Upaya Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit, terdiri dari:


2.3.1.5.1 Upaya Pencegahan Penyakit
2.3.1.5.2. Upaya Pemberantasan Penyakit

2.3.1.5.1 Upaya Pencegahan Penyakit


Meliputi upaya surveilans, pencegahan serta masalah kesehatan (wabah dan bencana).
1. Deskripsi
Jawa Timur sebagai wilayah rawan wabah dan bencana, sehingga
diperlukan kegiatan surveilans epidemiologi. Pengertian surveilans epidemiologi
adalah kegiatan pengamatan secara terus menerus terhadap suatu kasus pada suatu
wilayah, yang kegiatannya meliputi: pengumpulan, penyajian, analisis data
kesakitan dan kematian penyakit menular dan tidak menular termasuk dalam
keadaan khusus misalnya terjadi bencana
Setiap kejadian bencana baik bencana alam maupun karena ulah manusia
atau kedaruratan komplek akan menimbulkan krisis kesehatan. Mengingat hal
tersebut perlu kesiapsiagaan baik di Provinsi, Kabupaten/Kota, Kecamatan dan
Desa untuk penanggulangan bencana dan masalah kesehatan.
2. Kegiatan Upaya Pencegahan Penyakit
Tabel 2.4. Kegiatan upaya pencegahan penyakit didalam dan diluar gedung Puskesmas
Kriteria a. Kegiatan didalam gedung b. Kegiatan diluar gedung

80
Kompeten si 1. Pelatihan pengelola rantai vaksin
tenaga 2. Pelatihan Koordinator Imunisasi

Upaya 1. Pengamatan perkembangan penyakit 1. Penyelidikan epidemiologi bila terjadi KLB


pencegah an (data kesakitan dan kematian), baik 2. Melakukan pelacakan dan menentukan
penyakit menular maupun penyakit tidak daerah fokus penyakit potensi KLB (kolera,
menular dan menular menurut karakteristik pes Bubo, IVD, Campak, Polio, Difteri,
tidak epidemiologi (waktu, tempat dan Pertusis, Rabies, Malaria, Avian influenza
menular orang) dalam rangka kewaspadaan dini H5N1, penyakit Antraks, Leptospirosis,
serta respon KLB Hepatitis, Influenza A baru (H1N1),
2. Membuat pemetaan, daerah rawan Meningitis, Demam kuning Cikungunya
bencana, rawan PD3I dengan indikator dengan membuat pemetaan
cakupan imunisasi (kurang dari target 3. Melakukan screening TT WUS dan atau
yang ditentukan). Dengan disertai memberikan imunisasi di Posyandu
analisis faktor penyebabnya 4. Melakukan pencarian kasus penderita secara
3.Melakukan screening TT WUS dan atau aktif (pelacakan kasus, kunjungan rumah,
memberikan imunisasi pelacakan kontak sweeping)
4.Pelayanan konseling 5. Melakukan pelacakan dalam upaya
5.Membuat pencatatan dan pelaporan penanggulangan KLB
kegiatan 6. Pelayanan imunisasi di Posyandu, Ponkesdes
6. Membuat pemetaan daerah rawan dan Pustu
bencana dan jalur evakuasi 7. Penyuluhan kepada masyarakat melalui
7. Melakukan Sistem Kewaspadaan Dini kegiatan yang ada di desa/kelurahan
KLB setempat
8. Melaksanakan surveilans faktor risiko PTM
melalui Posbindu (Pos Pembinaan Terpadu)
atau UKBM yang ada di masyarakat
9. Melakukan koordinasi lintas sektor dan
tokoh masyarakat dalam rangka pencegahan
dan pengendalian penyakit menular dan
tidak menular
10. Membuat Rapid Health Assesment

2.3.1.5.2. Upaya Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit


2.3.1.5.1 Upaya Pencegahan Penyakit
Meliputi upaya surveilans, pencegahan serta masalah kesehatan (wabah dan
bencana).
3. Deskripsi
Jawa Timur sebagai wilayah rawan wabah dan bencana, sehingga
diperlukan kegiatan surveilans epidemiologi. Pengertian surveilans
epidemiologi adalah kegiatan pengamatan secara terus menerus terhadap
suatu kasus pada suatu wilayah, yang kegiatannya meliputi: pengumpulan,
penyajian, analisis data kesakitan dan kematian penyakit menular dan tidak
menular termasuk dalam keadaan khusus misalnya terjadi bencana
Setiap kejadian bencana baik bencana alam maupun karena ulah
manusia atau kedaruratan komplek akan menimbulkan krisis kesehatan.
Mengingat hal tersebut perlu kesiapsiagaan baik di Provinsi,
Kabupaten/Kota, Kecamatan dan Desa untuk penanggulangan bencana dan
masalah kesehatan.
4. Kegiatan Upaya Pencegahan Penyakit
Tabel 2.4. Kegiatan upaya pencegahan penyakit didalam dan diluar gedung Puskesmas
Kriteria c. Kegiatan didalam gedung d. Kegiatan diluar gedung
Kompeten 1. Pelatihan pengelola rantai vaksin
si tenaga 2. Pelatihan Koordinator Imunisasi

Upaya 11. Pengamatan perkembangan 3. Penyelidikan epidemiologi bila terjadi


pencegah penyakit (data kesakitan dan KLB

81
an penyakit kematian), baik menular maupun 4. Melakukan pelacakan dan menentukan
menular penyakit tidak menular menurut daerah fokus penyakit potensi KLB
dan tidak karakteristik epidemiologi (waktu, (kolera, pes Bubo, IVD, Campak, Polio,
menular tempat dan orang) dalam rangka Difteri, Pertusis, Rabies, Malaria, Avian
kewaspadaan dini serta respon KLB influenza H5N1, penyakit Antraks,
12. Membuat pemetaan, daerah Leptospirosis, Hepatitis, Influenza A
rawan bencana, rawan PD3I dengan baru (H1N1), Meningitis, Demam
indikator cakupan imunisasi kuning Cikungunya dengan membuat
(kurang dari target yang pemetaan
ditentukan). Dengan disertai 3. Melakukan screening TT WUS dan atau
analisis faktor penyebabnya memberikan imunisasi di Posyandu
13. Melakukan screening TT WUS 4. Melakukan pencarian kasus penderita
dan atau memberikan imunisasi secara aktif (pelacakan kasus, kunjungan
14. Pelayanan konseling rumah, pelacakan
15. Membuat pencatatan dan kontak ,dsb..sweeping)
pelaporan kegiatan 5. Melakukan pelacakan dalam upaya
16. Membuat pemetaan daerah penanggulangan KLB, bila ada KLB dan
rawan bencana dan jalur evakuasi keracunan makanan
7. Melakukan Sistem Kewaspadaan 6. Pelayanan imunisasi di Posyandu,
Dini KLB Ponkesdes dan Pustu
17.Penyuluhan kepada masyarakat melalui
kegiatan yang ada di desa/kelurahan
setempat
18.Melaksanakan surveilans faktor risiko
PTM melalui Posbindu (Pos Pembinaan
Terpadu) atau UKBM yang ada di
masyarakat
19.Melakukan koordinasi lintas sektor dan
tokoh masyarakat dalam rangka
pencegahan dan pengendalian penyakit
menular dan tidak menular
20. Membuat Rapid Health Assesment

2.3.1.5.2. Upaya Pemberantasan Penyakit


Meliputi pengendalian penyakit menular dan tidak menular

1.Deskripsi:
.Adapun penyakit menular tertentu yang dapat menimbulkan wabah adalah
Kolera, Pes, Demam Berdarah Dengue, Campak, Polio, Difteri, Pertusis, Rabies,
Malaria, Avian Influenza H5N1, Antraks, Leptospirosis, Hepatitis, Influenza A
baru (H1N1), Meningitis, Yellow Fever dan Chikungunya.
Penyakit menular masih merupakan salah satu masalah kesehatan di Jawa
Timur. Hal ini diperlukan upaya penemuan kasus sedini mungkin dan pengobatan
secara cepat dan tepat. Beberapa penyakit menular tersebut antara lain :
a) Penyakit Kusta, masih merupakan masalah kesehatan karena 30% penderita
Kusta yang ada di Indonesia berasal dari Jawa Timur. Saat ini penderita
terdaftar per 31 Desember 2012 sejumlah 5570 orang. Salah satu upaya kita
untuk menurunkan angka kesakitan kusta dengan meningkatkan advokasi,
kerjasama LS/LP dan penyuluhan pada masyarakat melalui media
cetak/elektronik.Dengan kegiatan tersebut diatas diharapkan dapat menurunkan
stigma di masyarakat serta angka kecacatan pada penderita baru.
b) Tuberculosis (TB), di Jawa Timur merupakan provinsi kedua (14%) setelah
Jawa Barat sebagai penyumbang kasus TB di Indonesia. Pada tahun 2009
jumlah kasus TB yang berhasil ditemukan di Jawa Timur sebanyak 36.999
kasus. Permasalahan secara umum pada program TB adalah angka penemuan

82
kasus baru masih dibawah target, hal ini dapat diasumsikan bahwa masih
banyak penderita TB yang berobat ke unit pelayanan kesehatan yang lain tanpa
menggunakan strategi DOTS maka dampaknya akan muncul kasus Multi Drug
Resisten (MDR).Bagi pasien dengan pemeriksaan dahak positif maka dapat
diberikan obat TB dalam bentuk lepas (puskesmas rawat inap) dan dipantau
oleh petugas TB sampai pasien melanjutkan pengobatan TB di puskesmas
terdekat alamat pasien.
c) Pneumonia, kejadian Pneumonia di Indonesia pada balita diperkirakan antara
10% - 20% per tahun.Tahun 2013 P2 ISPA menetapkan target penemuan
penderita Pneumonia balita per tahun pada suatu wilayah kerja sebesar 90%
dari 10% jumlah balita yang ada di wilayah kerja
d) Diare, merupakan salah satu penyebab angka kematian dan kesakitan tertinggi
pada anak, terutama pada anak di bawah umur 5 tahun (balita). Angka insiden
(kesakitan) Diare di Indonesia pada tahun 2006 (survei P2 Diare) 423 per 1000
penduduk, sedangkan episode Diare balita adalah 1,0 1,5 kali pertahun.
Program P2 Diare menetapkan angka 10% dari perkiraan jumlah penderita
sebagai target penemuan penderita Diare per tahun pada suatu wilayah kerja.
e) Infeksi Virus Dengue (IVD)
Penyakit ini merupakan salah satu penyakit endemis di Indonesia dengan angka
kesakitan yang cenderung meningkat dari tahun ke tahun serta sering
menimbulkan KLB di berbagai Kabupaten/Kota. Strategi utama adalah
melakukan upaya preventif dengan pemutusan mata rantai penularan melalui
gerakan Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) Plus tanpa mengabaikan
peningkatan kewaspadaan dini dan penanggulangan KLB serta penatalaksanaan
penderita.
f) Filariasis (Penyakit Kaki Gajah, Elephantiasis)
Penyakit menular menahun yang disebabkan oleh cacing filaria yang
menyerang saluran dan kelenjar getah bening. Penyakit ini dapat merusak
sistem limfe, menimbulkan pembengkakan pada tangan, kaki, glandula
mammae dan skrotum, menimbulkan cacat seumur hidup serta stigma sosial
bagi penderita dan keluarganya.
Penyakit menular masih merupakan masalah kesehatan masyarakat, Prevalensi
penyakit tidak menular yang juga mengalami peningkatan, yaitu penyakit jantung dan
pembuluh darah, penyakit kanker, penyakit diabetes melitus, penyakit degeneratif
serta gangguan akibat kecelakaan dan cedera. Kecenderungan ini dipacu oleh
berubahnya gaya hidup masyarakat modernisasi, urbanisasi penduduk antar kawasan
atau negara yang tidak mengenal batas, sehingga gobalisasi hampir di semua aspek
kehidupan baik sosial budaya, ekonomi, politik, ilmu pengetahuan dan teknologi.
5. Kegiatan upaya pemberantasan penyakit

Tabel 2.4.Kegiatan upaya pemberantasan penyakit didalam dan diluar gedung Puskesmas
Kriteria Kegiatan didalam gedung Kegiatan diluar gedung
Kompeten 1.Pelatihan pengelola program TB 1. Pelatihan/Praktek RHA (Rapid Health
si tenaga 2.Pelatihan petugas program Kusta Assessment)
3.Pelatihan tatalaksana Malaria untuk 2. Pelatihan TRC (Team Reaksi Cepat)
dokter 3. On The Job Training Pengelola Program
4.Pelatihan entomologi vector Malaria TB Fasyankes
5.Pelatihan fogging untuk petugas
Puskesmas (IVD)
6.Pelatihan entomologi vektor IVD
7.Pelatihan MTBS
8.Pelatihan IMS, VCT, dan PITC
9.On The Job Training Pemeriksaan
Mikroskopis TB

83
Upaya 1.Melakukan pemeriksaan dan 1. Melakukan pencarian kasus penderita
pencegah tatalaksana penderita Pneumonia secara aktif (pelacakan kasus, kunjungan
an dan Balita, Diare, TB , Kusta dan IVD. rumah, pelacakan kontak, dsb)
pemberan Melakukan penjaringan suspek TB, 2. Melakukan pelacakan kasus mangkir
tasan IVD, Kusta, IMS, HIV dan malaria. (TB, Kusta)
penyakit 2.Melakukan pemeriksaan dan 3. Pemeriksaan jentik berkala (PJB IVD) di
menular tatalaksana penderita penyakit Tidak rumah-rumah atau tempat-tempat umum
dan tidak menular 4. Penyuluhan kepada masyarakat melalui
menular 3.Melakukan pemeriksaan dan kegiatan yang ada di desa/kelurahan
tatalaksana penderita Pes, setempat
leptospirosis, Frambusia, Malaria 5. Melakukan koordinasi lintas sektor dan
(Bagi daerah khusus/endemis). tokoh masyarakat dalam rangka
4.Melakukan rujukan diagnosis (pada pencegahan dan pengendalian penyakit
TB) dan rujukan kasus (Pneumonia menular dan tidak menular
Balita, Diare, TB , Kusta dan IVD) 6. Melaksanakan fogging
yang tidak bisa ditangani di 7. Melakukan pelacakan dalam upaya
Puskesmas penanggulangan KLB.
5.Pengambilan obat dan pengawasan
menelan obat (TB dan Kusta)
6.Pelayanan konseling
7.Membuat pencatatan dan pelaporan
kegiatan
8.Melakukan Sistem Kewaspadaan
Dini KLB

2.3.1.6. Upaya Pelayanan Medik Dasar ,terdiri dari :


2.3.1.6.1. Upaya Pengobatan
2.3.1.6.2. Upaya Penanganan Kegawatdaruratan
2.3.1.6.3. Upaya Pengobatan Gigi dan Mulut
2.3.1.6.4. Upaya Pelayanan Laboratorium

4.3.1.6.1. Upaya Pengobatan


1. Deskripsi
Pengobatan merupakan suatu proses ilmiah yang dilakukan oleh dokter berdasarkan
temuan-temuan yang diperoleh selama anamnesis dan pemeriksaan. Dalam proses pengobatan
terkandung keputusan ilmiah yang dilandasi oleh pengetahuan dan keterampilan untuk
melakukan intervensi pengobatan yang memberi manfaat maksimal dan resiko sekecil
mungkin bagi pasien. Hal tersebut dapat dicapai dengan melakukan pengobatan yang rasional.
Pengobatan rasional menurut WHO 1987 yaitu pengobatan yang sesuai indikasi, diagnosis,
tepat dosis obat, cara dan waktu pemberian, tersedia setiap saat dan harga terjangkau.
Tujuan pengobatan adalah mengupayakan kesembuhan dan pemulihan pasien secara
optimal melalui prosedur dan tindakan yang dapat dipertanggungjawabkan.
2. Kegiatan upaya pengobatan

Tabel 2.5. Kegiatan upaya pengobatan didalam dan diluar Puskesmas


Uraian a. Kegiatan didalam gedung b. Kegiatan diluar gedung
Jenis Dilaksanakan di poliklinik Puskesmas atau Balai 1. Penyuluhan tentang penyakit
pelayanan Pengobatan 2. Pengobatan sederhana secara massal
1. Melakukan pemeriksaan dan tatalaksana dibawah pengawasan dokter Puskesmas
penderita 3. Deteksi dini pada keluarga dan
2. Pengobatan medik dasar sesuai pedoman masyarakat
3. Penyuluhan tentang penyakit 4. Screening penyakit tertentu
4. Konseling medik umum 5. Pertolongan pertama pada kecelakaan
5. Deteksi dini atau gawat darurat penyakit

84
6. Menerima rujukan 6. Bakti sosial dan pengobatan massal
7. Melakukan rujukan kasus spesialistik 7. Puskesmas keliling
8. Menerbitkan surat keterangan sakit/sehat
9. Melakukan rehabilitasi
10. Mampu melakukan bedah minor

Upaya Penanganan Kegawatdaruratan


1. Deskripsi
Upaya penanganan kegawatdaruratan adalah pelayanan medik dasar yang ditujukan
untuk membantu pasien mengatasi kegawatan jalan nafas, pernafasan, peredaran darah dan
kesadaran. Puskesmas non perawatan dapat memberikan pelayanan gawat darurat kepada
masyarakat yang menderita penyakit akut dan mengalami kecelakaan.
Tujuan penanganan kegawatdaruratan adalah mencegah kecacatan dan kelemahan.
Kriteria :
a. Unit Gawat Darurat (UGD) harus dipimpin oleh dokter terlatih PPGD
dokter/GELS/ACLS/ATLS sebagai kepala UGD yang bertanggung jawab atas
pelayanan di UGD dibantu tenaga medis keperawatan dan tenaga lainnya yang telah
mendapat pelatihan Penanggulangan Gawat Darurat ( PPGD) dengan kemampuan
melakukan resusitasi jantung paru (ABCD). Standar kurikulum PPGD untuk dokter dan
perawat dapat dilihat pada lampiran 4
b. Tenaga di Puskesmas mampu melakukan teknik pertolongan kegawatdaruratan
c. Puskesmas memberi pelayanan pasien gawat darurat sesuai kompetensi dan sarana yang
ada
d. Ada ketentuan tertulis indikasi tentang pasien yang dirujuk ke rumah sakit lain.Apabila
kondisi pasien diluar kemampuan Pukesmas maka pasien dapat dirujuk ke rumah sakit
e. Ada ketentuan tertulis tentang indikasi rujukan pendamping pasien ditransportasi
f. Pasien dengan kegawatdaruratan harus selalu diobservasi dan dipantau oleh tenaga
terampil dan mampu
g. Pasien yang dipulangkan harus mendapat petunjuk dan penerangan yang jelas mengenai
penyakit dan pengobatan selanjutnya
h. Ada jadwal jaga harian bagi dokter, perawat dan petugas non medis yang bertugas di
UGD
2. Kegiatan upaya penanganan kegawatdaruratan
a. Kegiatan didalam gedung
1) Pemeriksaan awal kasus-kasus gawat darurat untuk menilai tingkat kegawatan dan
memberi tindakan prioritas berdasarkan SOP
2) Diagnosis dan penanganan permasalahan dalam upaya penyelamatan jiwa, mengurangi
kecacatan dan kesakitan penderita
a) Melakukan pembalutan, pembidaian dan resusitasi
b) Mengatasi renjatan/syok hipovolemik
c) Melakukan observasi pada
d) Memberikan antidotum pada gigitan ular atau keracunan
e) Pelayanan gawat darurat oleh petugas paling lama 5-10 (lima) menit setelah pasien
sampai di UGD
3) Memberikan bantuan hidup dasar dan bantuan hidup lanjut tertentu
4) Membantu pasien mengatasi kegawatan sirkulasi pembuluh darah dan kesadaran,
pernafasan serta jalan nafas. (Circulation - Breath - Airway )
5) Melakukan resusitasi dan stabilisasi serta pertolongan sementara/tindakan darurat
sebelum korban di evakuasi/transportasi ke Rumah Sakit rujukan
6) Melakukan tindakan operatif terbatas sesuai kompetensi terhadap penderita gawat
darurat antara lain: kecelakaan lalu lintas, persalinan dengan penyulit, penyakit lain
yang mendadak dan gawat
7) Memberikan penyuluhan penanganan gawat darurat awam
8) Penanganan KLB
b. Kegiatan diluar gedung

85
1) Melakukan pelatihan Bantuan Hidup Dasar kepada masyarakat awam umum dan
awam khusus
2) Membantu pasien mengatasi kegawatan sirkulasi pembuluh darah dan kesadaran,
pernafasan serta jalan nafas. (Circulation Breath - Airway )
3) Melaksanakan simulasi evakuasi bencana
4) Pelayanan gawat darurat pada situasi bencana

2.3.1.7.3. Upaya Pengobatan Gigi dan


Mulut
1. Deskripsi
Upaya pelayanan kesehatan gigi dan mulut adalah upaya pencegahan dan pengobatan
penyakit serta pemulihan dan peningkatan kesehatan gigi dan mulut yang dilaksanakan atas
dasar hubungan antara dokter gigi dan atau tenaga kesehatan gigi lainnya dengan
individu/masyarakat yang membutuhkannya
2. Kegiatan pengobatan gigi dan mulut
a. Kegiatan didalam gedung
1) Promotif preventif: Dental Health Education (DHE), kontrol plak, aplikasi topikal dan
penumpatan pit fissure
2) Kuratif
Pencabutan tanpa komplikasi, penumpatan gigi, perawatan saluran akar untuk gigi yang
berakar satu, terapi periodontal, pembuangan karang gigi, penyakit mulut dan rujukan
3) Pelayanan darurat dasar
a) Mengurangi rasa sakit g) Restorasi tumpatan
b) Pembersihkan karang gigi h) Perawatan saluran akar
c) Penambalan sementara i) Perawatanpenyakit/ kelainan
d) Ekstraksi gigi jaringan mulut
e) Reposisi fraktur rahang j) Menghilangkan traumatik
f) Fissure sealant oklusi

b. Kegiatan diluar gedung


1) Pelayanan Upaya Kesehatan Gigi Sekolah (UKGS)
2) Pelayanan Kesehatan Gigi Masyarakat (UKGM), salah bentuk UKBM (posyandu
balita, Bina Keluarga Balita, Poskestren, Saka Bakti Husada dll)

2.3.1.7.4.Upaya Pelayanan Laboratorium

1. Deskriptif
Upaya pelayanan laboratorium adalah upaya yang melaksanakan pelayanan
pemeriksaan spesimen klinik untuk mendapatkan informasi tentang kesehatan
perorangan terutama untuk menunjang upaya penegakan diagnosis penyakit, follow up
terapi dan screening kesehatan serta untuk keperluan penelitian.
2. Kegiatan Upaya Pelayanan Laboratorium
a.Kegiatan didalam gedung
1) Menyelenggarakan pemeriksaan laboratorium yang bermutu berdasarkan etika profesi
2) Melaksanakan rujukan specimen secara horicontal antar puskesmas di wilayahnya
3) Melaksanakan Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) Laboratorium Puskesmas
untuk menghindari bahaya/resiko terhadap petugas laboratorium
4) Melaksanakan kegiatan Pemantapan Mutu, baik Eksternal maupun Internal untuk
menjamin ketepatan hasil pemeriksaan
5) Melaksanakan pencatatan dan pelaporan hasil pemeriksaan
6) Menyelenggarakan pelayanan di bidang diagnostik dengan cara memberikan dan
melakukan interpretasi hasil laboratorium yang bermanfaat untuk pengelolaan pasien,
Puskesmas rawat jalan minimal mampu melakukan pemeriksaan:
1) Pemeriksaan darah, meliputi pemeriksaan hemoglobin, Laju Endap Darahv
hematokrit, hitung jenis lekosit, eritrosit dan trombosit, pemeriksaan sediaan

86
apus, masa perdarahan, masa pembekuan darah, golongan darah, pemeriksaan
sediaan malaria (tetes tebal)
2) Pemeriksaan urin, meliputi makroskopis (warna, kejernihan, bau, volume,PH,
berat jenis, glukosa, protein, urobilin, bilirubin, darah samar, benda keton dan
sedimen), tes kehamilan
3) Pemeriksaan tinja, berupa:
Makroskopis: warna, bau, konsistensi, darah, lendir, pus, cacing dewasa dan
tes darah samar
Mikroskopis: telur cacing, amoeba, epitel, eritrosit, lekosit dan sisa makanan (
lemak, karbohidrat dan protein)
4) Pemeriksaan mikrobiologi:Basil Tahan Asam (BTA), malaria
5) Pemeriksaan imunologi: tes kehamilan, golongan darah

2.Kegiatan diluar gedung:


1) Pemeriksaan Hemoglobin terhadap ibu hamil
2) Pengambilan sampel air untuk pemantauan kualitas air minum di lingkungan

2.3.2. Upaya Kesehatan Pengembangan


2.3.2.1. Upaya Keperawatan Kesehatan Masyarakat (Perkesmas)
1. Deskripsi
Keperawatan kesehatan masyarakat adalah suatu bidang dalam keperawatan kesehatan
yang merupakan perpaduan antara keperawatan dan kesehatan masyarakat dengan dukungan
peran serta aktif masyarakat, serta mengutamakan pelayanan promotif, preventif secara
berkesinambungan tanpa mengabaikan pelayanan kuratif dan rehabilitatif secara menyeluruh
dan terpadu, ditujukan kepada individu, keluarga, kelompok dan masyarakat sebagai suatu
kesatuan yang utuh, melalui proses keperawatan untuk meningkatkan fungsi kehidupan
manusia secara optimal sehingga mandiri dalam upaya kesehatannya.
Prioritas sasaran Perkesmas adalah keluarga rawan terutama yang berpenghasilan
rendah. Keluarga rawan adalah keluarga yang rentan terhadap masalah kesehatan ( Vulnerable
group), terutama keluarga yang mempunyai ibu hamil/nifas/menyusui (termasuk balitanya),
usia lanjut, penderita penyakit kronis baik menular maupun tidak menular.
Kegiatan keperawatan kesehatan masyarakat, meliputi kegiatan didalam maupun di
luar gedung Puskesmas baik Upaya Kesehatan Perorangan (UKP) dan atau Upaya Kesehatan
Masyarakat (UKM)
2. Kegiatan Perkesmas
3. Kegiatan didalam gedung
1) Penemuan kasus baru (deteksi dini) pada pasien rawat jalan
2) Pelaksanaan anamnesa pemeriksaan tertentu
3) Penyuluhan/pendidikan kesehatan
4) Pemantauan keteraturan berobat
5) Rujukan kasus/masalah kesehatan kepada tenaga kesehatan lain
6) Pemberian nasehat (konseling) keperawatan
7) Kegiatan yang merupakan tugas limpah sesuai pelimpahan kewenangan yang
diberikan dan atau prosedur yang telah ditetapkan (contoh: pengobatan,
penanggulangan kasus gawat darurat, dll)
8) Menciptakan lingkungan terapeutik dalam pelayanan kesehatan di gedung
9) Pertemuan berkala staf keperawatan setiap bulan untuk mendiskusikan hal-hal yang
berkaitan dengan penyediaan pelayanan keperawatan.Hasil pertemuan dicatat dan
disimpan dengan baik
10) Pemeriksaan kelengkapan peralatan yang akan digunakan, obat-obatan, kartu
kunjungan dan buku register
4. Kegiatan diluar gedung
Melakukan kunjungan kekeluarga/kelompok/masyarakat untuk melakukan asuhan
keperawatan di keluarga/kelompok/masyarakat

87
1. Asuhan keperawatan kasus yang memerlukan tindak lanjut di rumah (individu
dalam konteks keluarga). Merupakan asuhan keperawatan individu di rumah dengan
melibatkan peran serta aktif keluarga.
Kegiatan yang dilakukan antara lain :
a) Penemuan suspek/kasus kontak serumah
b) Penyuluhan/pendidikan kesehatan pada individu dan keluarganya
c) Pemantauan keteraturan berobat sesuai program pengobatan
d) Kunjungan rumah (home visit/home health nursing) sesuai rencana
e) Pelayanan keperawatan dasar langsung (direct care) maupun tidak langsung
(indirect care)
f) Pemberian nasehat (konseling) kesehatan/keperawatan
g) Pencatatan dan pelaporan seperti kartu keluarga dan pencatatan posyandu
2. Asuhan keperawatan keluarga rawan dan miskin
Merupakan asuhan keperawatan yang ditujukan pada keluarga rawan
kesehatan/keluarga miskin yang mempunyai masalah kesehatan yang di temukan di
masyarakat dan dilakukan di rumah keluarga.
Kegiatannya meliputi,
a) Identifikasi keluarga rawan kesehatan/keluarga miskin dengan masalah kesehatan
di masyarakat
b) Penemuan dini suspek/kasus kontak serumah
c) Pendidikan/penyuluhan kesehatan terhadap keluarga (lingkup keluarga)
d) Kunjungan rumah (home visit/home health nursing) sesuai rencana
e) Pelayanan keperawatan dasar langsung (direct care) maupun tidak langsung
(indirect care)
f) Pelayanan kesehatan sesuai rencana, misalnya memantau keteraturan berobat
pasien dengan pengobatan jangka panjang
g) Pemberian nasehat ( konseling) kesehatan/keperawatan di rumah
h) Pencatatan dan pelaporan

2.3.2.2. Upaya Kesehatan Sekolah (UKS)


3. Deskripsi
Upaya pemerintah dalam rangka meningkatkan derajat kesehatan masyarakat yang
optimal dengan meningkatkan kemampuan hidup sehat peserta didik dalam lingkungan hidup
sehat, sehingga peserta didik dapat belajar, tumbuh dan berkembang secara harmonis dan
optimal menjadi sumber daya manusia yang lebih berkualitas.
Anak usia sekolah merupakan sasaran strategis untuk pelaksanaan program kesehatan,
selain jumlahnya yang besar (30%) dari jumlah penduduk, mereka juga merupakan sasaran
yang mudah dijangkau karena terorganisir dengan baik. Pada umumnya peserta didik tingkat
dasar lebih banyak terkait dengan masalah perilaku hidup bersih dan sehat, sedangkan pada
peserta didik tingkat lanjutan berkaitan dengan perilaku berisiko. Pelayanan kesehatan di
sekolah diutamakan pada upaya peningkatan kesehatan dalam bentuk promotif dan preventif.
4. Kegiatan UKS
a. Kegiatan didalam gedung
1) Pemeriksaan kesehatan rujukan hasil penjaringan kesehatan dan pemeriksaan kesehatan
berkala pada peserta didik tingkat dasar (SD/MI/SDLB) dan tingkat lanjutan
(SMP/MTs, SMA/MA/SMK dan SLLB)
2) Penyuluhan dan konseling kesehatan
b. Kegiatan diluar gedung
1) Penjaringan kesehatan peserta didik tingkat dasar SD/MI/SDLB) dan tingkat lanjutan
(SMP/MTs, SMA/MA/SMK dan SLLB) pada anak yang baru masuk (murid kelas I)
2) Pemeriksaan kesehatan berkala pada peserta didik tingkat dasar (SD/MI/SDLB) dan
tingkat lanjutan (SMP/MTs, SMA/MA/SMK dan SLLB)
3) Penyuluhan dan konseling kesehatan

88
2.3.2.3. Upaya Kesehatan Usia Lanjut
5. Deskripsi
Upaya pemerintah dalam rangka mengusahakan masa tua yang berbahagia dan masa
tua yang berguna, sehingga para usia lanjut tidak menjadi beban bagi masyarakat yang
mencakup upaya preventif, promotif, kuratif dan rehabilitatif. Dalam penanganan masalah
usia lanjut, perlu dilakukan pendekatan yang tepat, team work (koordinasi) dan
keterpaduan (diagnosa dan pengobatan).
6. Kegiatan upaya kesehatan usia lanjut
a. Kegiatan didalam gedung
1) Pelayanan kesehatan usia lanjut secara holistik, meliputi:
a) Kesehatan umum
b) Kesehatan jiwa
c) Gizi pada usia lanjut
d) Kesehatan indera (mata dan telinga)
e) Keperawatan kesehatan dasar
2) Penyuluhan kesehatan masyarakat berusia lanjut
b. Kegiatan diluar gedung
1) Pemeriksaan dan pembinaan kesehatan oleh Puskesmas melalui Posyandu lansia
2) Olah raga/kesegaran jasmani bagi lansia
3) Keperawatan kesehatan dasar (bantuan, bimbingan, penyuluhan dan pengawasan)
4) Penyuluhan yang berkaitan dengan masalah kesehatan usia lanjut,misalnya
penyakit jiwa, jantung, syaraf, mata, telinga dll

2.3.2.4. Upaya Kesehatan Kerja (UKK)


1. Deskripsi
Upaya kesehatan dalam rangka memberikan perlindungan kesehatan dan keselamatan
kerja kepada masyarakat pekerja di wilayah kerja Puskesmas.
2. Kegiatan upaya kesehatan kerja
a. Kegiatan didalam gedung
1) Penilaian dan pengendalian risiko
2) Pemeriksaan kesehatan sebelum bekerja, berkala dan khusus (sebelum mutasi,
setelah cuti sakit/cuti panjang, kejadian luar biasa) dan purna bakti (menjelang
pensiun/PHK)
3) Diagnosis dini dan pengobatan segera penyakit akibat kerja/kecelakaan akibat
kerja
4) Pelayanan instalasi gawat darurat
5) Pelayanan kesehatan umum, kuratif dan rehabilitasi
6) Promosi kesehatan di tempat kerja
7) Tindakan preventif bagi manajemen dan kendali bahaya dari risiko kesehatan dan
keselamatan kerja.
8) Pencegahan kecelakaan
9) Surveilans kesehatan kerja dan lingkungan kerja
10) Pencatatan, pelaporan serta dokumentasi
b. Kegiatan diluar gedung
1) Pengumpulan data dasar
2) Pemetaan jenis usaha, jumlah pekerja dan perkiraan faktor risiko dan besarnya
masalah/penilaian besaran masalah
3) Pertemuan koordinasi tingkat kecamatan dengan lintas sektor
4) Pertemuan dengan pengusaha dan serikat pekerja
5) Pelatihan pekerja dan pengusaha oleh Puskesmas
6) Kunjungan lapangan
7) Menentukan tindakan perbaikan
8) Pemberian motivasi pengusaha
9) Memfasilitasi pembentukan Pos UKK sektor formal dan informal

89
2.3.2.5. Upaya Kesehatan Olahraga
1. Deskripsi
Upaya yang bertujuan untuk meningkatkan kesehatan dan kebugaran jasmani
masyarakat, dilaksanakan melalui aktivitas fisik, latihan fisik dan/atau olahraga, serta
mengutamakan pendekatan preventif dan promotif, tanpa mengabaikan pendekatan
kuratif dan rehabilitatif.
2. Kegiatan upaya kesehatan olahraga
a. Kegiatan didalam gedung
1) Perencanaan kesehatan olahraga, mencakup identifikasi masalah, penyusunan
usulan kesehatan olahraga, mengajukan usulan kesehatan olahraga dan
penyusunan rencana pelaksanaan kegiatan
2) Pelaksanaan dan pengendalian mencakup pengorganisasian, penyelenggaraan
dan pemantauan
3) Penilaian mencakup pengawasan dan pertanggungjawaban
b. Kegiatan diluar gedung
1) Pembentukan, bimbingan teknis dan pengawasan upaya kesehatan olahraga
pada kelompok olahraga
2) Skrining kesehatan
3) Pengukuran tingkat kebugaran jasmani
4) Rujukan kesehatan olahraga
5) Penyuluhan

2.3.2.6. Upaya Kesehatan Tradisional


1. Deskripsi
Upaya kesehatan tradisional adalah cara menanggulangi masalah/gangguan
kesehatan individu, keluarga, dan masyarakat dengan perawatan dan pengobatan
tradisional yang diselenggarakan secara komprehensif, mencakup upaya promotif
(pencegahan), kuratif (pengobatan penyakit) dan upaya rehabilitatif (pemulihan)
2. Kegiatan upaya kesehatan tradisional
a. Kegiatan didalam gedung
1) Melakukan pelayanan dan pembinaan upaya kesehatan tradisional dengan
metoda: akupuntur, akupresur dan ramuan
2) Menginventarisasi pengobat tradisional yang ada di wilayah kerjanya
b. Kegiatan diluar gedung
1) Membina pengobatan tradisional di wilayah kerja melalui forum sarasehan / KIE
2) Kultural
3) Membina dan mengembangkan self care (pengobatan di rumah) dengan cara
tradisional
4) Pemantauan praktek pengobat tradisional
5) Menggerakkan dan membina TOGA bersama tim Penggerak PKK Kecamatan

2.3.2.7. Upaya Kesehatan Indera


2.3.2.7.1. Upaya Kesehatan Mata
1. Deskripsi
Ruang lingkup pelayanan kesehatan mata di Puskesmas dibatasi pada
pelayanan kesehatan mata dasar, yang bisa dilaksanakan di Puskesmas dengan
merujuk kasus-kasus yang tidak bisa ditangani ke Rumah Sakit.
2. Kegiatan upaya kesehatan mata
a. Kegiatan didalam gedung
Pelayanan kesehatan indera penglihatan di dalam gedung dapat dilakukan
dengan mengintegrasikan dalam upaya kesehatan wajib Puskesmas kegiatannya
dapat berupa:
1) Penyuluhan kesehatan indera penglihatan

90
2) Penjaringan kasus-kasus penyakit mata, kebutaan serta gangguan penglihatan
3) Pemeriksaan dan tindakan medis pelayanan kesehatan indera penglihatan,yang
meliputi antara lain:
a) Mengukur dan menentukan tajam penglihatan (visus)
b) Melakukan pemeriksaan segmen depan mata dengan loupe dan lampu
senter
c) Pemeriksaan lapang pandangan dengan metode konfrontasi atau
kampus sederhana
d) Mengukur tekanan bola mata dengan tonometer schiotz
e) Memeriksa dan menentukan ada tidaknya kelainan penglihatan warna
dengan tes Ishihara-Kanehara
f) Melakukan tindakan bedah kecil (kalazion dan hordoelum)
g) Memeriksa dan menangani penyakit mata luar
h) Melakukan pertolongan pertama pada kedaruratan mata
4) Rujukan kasus penyakit mata ke Balai Kesehatan Mata Masyarakat (BKMM)
dan ke RSUD
5) Operasi katarak oleh tim ahli (Dokter Spesialis Mata dan perawat terlatih
mata) bekerjasama dengan tim Puskesmas yang sudah mendapat pelatihan
teknis mata dapat dikembangkan di Puskesmas rawat inap
b. Kegiatan diluar gedung, meliputi :
1) Penyuluhan kesehatan kepada masyarakat, anak sekolah, kelompok pekerja
non formal dan usia lanjut
2) Penjaringan kasus/deteksi dini gangguan penglihatan dan kebutaan oleh
kader, guru UKS dan petugas kesehatan
3) Pengobatan kasus penyakit mata serta pertolongan pertama pada kedaruratan
mata, dapat dilakukan oleh dokter Puskesmas atau tenaga perawat Puskesmas
dengan bimbingan dokter Puskesmas
4) Rujukan kasus ke Puskesmas

2.3.2.7.2. Upaya Kesehatan Telinga


1. Deskripsi
Ruang lingkup bahasan pada pedoman pelayanan kesehatan Indera Pendengaran di
Puskesmas ini dibatasi pada pelayanan kesehatan THT dasar yang bisa dilaksanakan di
Puskesmas dengan merujuk kasus-kasus yang tidak bisa ditangani ke Rumah Sakit.
2. Kegiatan upaya kesehatan jiwa
a. Kegiatan didalam gedung
Pelayanan kesehatan Indera Pendengaran di dalam gedung dapat dilakukan dengan
mengintegrasikan dalam upaya kesehatan wajib Puskesmas.
Kegiatannya dapat berupa :
1) Penyuluhan kesehatan indera pendengaran
2) Penjaringan kasus-kasus gangguan pendengaran dan ketulian melalui rawat jalan,
3) pengobatan dan pada unit-unit pelayanan lainnya
4) Pemeriksaan dan tindakan medik masalah gangguan pendengaran
5) Pengobatan kasus-kasus gangguan pendengaran
6) Merujuk kasus-kasus gangguan pendengaran dan ketulian kepada fasilitas
pelayanan kesehatan yang lebih tinggi
b. Kegiatan diluar gedung Puskesmas
Kegiatan diluar gedung terutama mengacu pada upaya promotif dan preventif serta
penjaringan kasus dengan melibatkan peran serta masyarakat dalam rangka menciptakan
kemandirian masyarakat.
Kegiatan pelayanan kesehatan indera pendengaran tersebut adalah :
1) Penyuluhan kesehatan kepada masyarakat umum, masyarakat sekolah, kelompok
pekerja yang beresiko terhadap gangguan pendengaran dan lain-lain

91
2) Penjaringan kasus-kasus gangguan pendengaran dan ketulian di masyarakat dan
sekolah oleh kader, dokter kecil, guru UKS dan petugas kesehatan yang sudah dilatih
3) Pengobatan kasus-kasus gangguan pendengaran dan pertolongan pertama pada
kedaruratan telinga dapat dilakukan oleh dokter dan perawat Puskesmas
4) Rujukan kasus ke Puskesmas atau fasilitas yang lebih tinggi

2.3.2.8. Upaya Kesehatan Jiwa


1. Deskripsi
Upaya Kesehatan Jiwa adalah upaya yang memungkinkan fisik, mental dan sosial
individu berkembang secara optimal dan selaras dengan perkembangan orang lain.
Konsep pelayanan kesehatan jiwa adalah merupakan pelayanan berbasis puskesmas
dimana upaya pelayanan rawat jalan dan/atau rawat inap atau yang berciri adanya :
a. Mewujudkan sistem informasi kesehatan jiwa sebagai dasar perencanaan melalui
pencatatan pelaporan berjenjang dari Puskesmas, Dinkes Kabupaten/Kota dan
Dinkes Provinsi
b. Mewujudkan pola kerja sama layanan primerlayanan sekunder dalam upaya
penanganan pelayanan kesehatan jiwa secara utuh yang meliputi organobiologi
(badan), psikoedukatif (jiwa) dan sosiokultural (sosial)
c. Mewujudkan pola kerja sama layanan primerlayanan sekunder dalam ruang lingkup
penanganan secara promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif
d. Melaksanakan deteksi dini pada kasus jiwa
Konsep pelayanan mengutamakan peran tenaga perawat yang terlatih dalam bidang
kesehatan jiwa dan tenaga kesehatan yang ada lainnya sebagai pelaksana dalam hal
deteksi dini, promosi dan prevensi dengan terapi terbatas atas supervisi dari dokter yang
telah terlatih. Pendelegasian kewenangan ini tetap mengikuti ketentuan yang berlaku.
Supervisi yang dilakukan oleh dokter meliputi koreksi diagnosis dan terapi dan
perawatan lanjutan dilakukan secara terjadwal setiap 1 (satu) minggu sekali.
2. Kegiatan upaya kesehatan jiwa
a. Kegiatan didalam gedung
1) Penyuluhan kesehatan jiwa dan kegiatan pembinaan hidup sehat kepada
masyarakat.
2) Deteksi secara dini adanya masalah kesehatan yang ada dalam masyarakat atau
pada pasien yang datang ke Puskesmas serta menegakkan diagnosis gangguan
jiwa.
3) Penemuan kasus
4) Diagnosis dini, pemeriksaan dan pengobatan psikofarmaka kasus penyakit jiwa
segera/dini
5) Pertolongan pertama pada kasus kedaruratan jiwa
6) Merujuk kasus ke fasiltas dengan tingkat yang lebih tinggi seperti Rumah Sakit
atau lembaga non kesehatan yang ada di masyarakat
7) Melakukan upaya rehabilitatif dengan kegiatan yang bersifat medis, edukatif,
vokasional dan sosial yang bertujuan memulihkan kemampuan fungsional
penderita
8) Pembinaan pelaksanaan pelayanan kesehatan jiwa yang bersumberdaya
masyarakat
b. Kegiatan diluar gedung
1) Penyuluhan dan kegiatan pembinaan hidup sehat
2) Penjaringan kasus gangguan jiwa di masyarakat (terutama kasus pasung)
3) Keperawatan kesehatan jiwa
4) Pelayanan kesehatan jiwa yang bersumberdaya masyarakat (community-based
services)
5) Merujuk kasus ke fasiltas dengan tingkat yang lebih tinggi seperti rumah sakit
atau lembaga non kesehatan yang ada di masyarakat

92
2.4. Standar Monitoring dan Evaluasi
Monitoring adalah aktivitas untuk menjamin kesesuaian pelaksanaan kegiatan dengan
rencana yang telah ditetapkan sebelumnya dengan cara mengamati perkembangan kegiatan
tersebut
Kegiatan monitoring meliputi proses pengumpulan dan analisis informasi dari penerapan
suatu program termasuk mengecek secara regular untuk melihat apakah kegiatan/program itu
berjalan sesuai rencana sehingga masalah yang dilihat/ditemui dapat diatasi (WHO).
Evaluasi adalah proses pengumpulan data, menganalisis informasi, efektivitas dan
dampak dari suatu tahap keseluruhan program, termasuk menilai pencapaian program,
mendeteksi dan menyelesaikan masalah serta merencanakan kegiatan yang akan datang
(WHO).
Proses monitoring dan evaluasi ini ditujukan untuk peningkatan mutu pelayanan
kesehatan di Puskesmas serta untuk menilai perkembangan dan kemajuan yang telah dicapai
Puskesmas menuju visi dan tujuan yang ingin dicapai.
2.5.1. Jenis monitoring dan evaluasi
Pada tribulanan dapat dilakukan Evaluasi Kinerja Kumulatif Tribulan I/II/III/IV
Puskesmas (terdapat pada lampiran 19)
2.5.2. Jadwal dan pelaksanaan monitoring dan evaluasi
Setiap bulan penanggung jawab program di Puskesmas melakukan evaluasi pelayanan
dan melaporkan ke Kepala Puskesmas dan membandingkan kinerja program dengan
target yang ingin dicapai, sehingga perbaikan dapat segera dilakukan.
Puskesmas harus menyelenggarakan pertemuan staf secara teratur dan berkala
sekurang-kurangnya 3 ( tiga) bulan sekali antara pimpinan atau penanggung jawab
dengan staf/bawahannya untuk mengindentifikasi, membahas masalah yang dihadapi,
penyebaran informasi dan melakukan evaluasi pelayanan Puskesmas.
Hasil pertemuan harus dicatat. Hal-hal yang dibicarakan dan disepakati dalam
pertemuan dilengkapi dengan daftar hadir dan kemudian disebarluaskan kepada seluruh
karyawan yang berkepentingan agar dapat ditindaklanjuti.
Pembuktian berupa dokumen notulen rapat, daftar hadir, hasil evaluasi dan bukti
diseminasi/ekspedisi.
Secara berkala, setiap 3 bulan dilakukan Evaluasi kinerja kumulatif tribulan I/II/III/IV
Puskesmas (lampiran 20) dilakukan oleh Puskesmas dan Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota.
Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota mengirimkan laporan setiap 3 ( tiga bulan)
mengenai kegiatan pelayanan kesehatan yang telah dilakukan ke Dinas Kesehatan
Provinsi.
Pada akhir tahun Puskesmas dan Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota melakukan
penilaian standar Puskesmas ( Lampiran 22) dan melaporkan hasil penilaian ke Dinas
Kesehatan Provinsi.
2.5.3. Evaluasi kegiatan
Penyelenggaraan kegiatan harus diikuti dengan kegiatan evaluasi yang dilakukan secara
berkala.
Kegiatan evaluasi mencakup hal-hal sebagai berikut:
a. Evaluasi dibedakan dua hal, yaitu
1) Telaah internal, yaitu telaah bulanan terhadap penyelenggaraan kegiatan dan hasil
yang dicapai oleh Puskesmas. Telaah bulanan ini dilakukan dalam lokakarya mini
Puskesmas dengan membandingkan hasil pencapaian dengan rencana dan standar
pelayanan
2) Telaah eksternal, yaitu telaah triwulan terhadap hasil yang dicapai dikaitkan dengan
sektor lain terkait yang ada di wilayah kerja Puskesmas. Telaah triwulan ini dilakukan
dalam lokakarya mini triwulan Puskesmas secara lintas sektor. Sumber telaahan
eksternal bisa berasal dari hasil survey/Indeks Kepuasan Masyarakat (IKM)

93
b. Menyusun saran peningkatan penyelenggaraan kegiatan sesuai dengan pencapaian kinerja
Puskesmas serta masalah dan hambatan yang ditemukan dari hasil telaahan bulanan dan
triwulan

94
BAB 3
STANDAR PUSKESMAS RAWAT INAP

3.1. STANDAR PUSKESMAS RAWAT INAP

Puskesmas rawat inap adalah Puskesmas yang mempunyai penambahan fasilitas


berupa rawat inap dengan tempat tidur minimal 6 (enam) dan maksimal 25 (dua puluh lima)
buah, untuk dapat memberikan layanan kesehatan rawat inap setiap hari selama 24 (dua puluh
empat) jam kepada masyarakat dalam waktu tidak lebih dari 5 (lima) hari, serta sebagai
Pusat rujukan antara pelayanan Puskesmas ke rumah sakit.
Kriteria pengembangan Puskesmas rawat jalan menjadi Puskemas rawat inap yaitu:
1. Letak Puskesmas 10 km atau 1 jam perjalanan dari rumah sakit.
2. Kondisi sosial ekonomi sebagian besar masyarakat rendah.
3. Memenuhi kriteria standar Puskesmas rawat inap.
4. Tingkat kebutuhan masyarakat pada layanan rawat inap yang tinggi.
Standar yang berlaku pada Puskesmas rawat jalan juga berlaku pada Puskesmas rawat
inap, dengan penambahan:

4.1.1 Standar Manajemen dan Administrasi


Standar manajemen dan administrasi Puskesmas rawat inap sama dengan tujuan
Puskesmas rawat jalan, ditambah dengan:
4.1.1.1 Tujuan
Tujuan Puskesmas rawat inap sama dengan tujuan Puskesmas rawat jalan,
ditambah dengan meningkatkan akses masyarakat terhadap pelayanan kesehatan
rawat inap yang murah dan bermutu.
4.1.1.2 Struktur Organisasi
Struktur organisasi Puskesmas rawat inap sama dengan struktur organisasi
Puskesmas rawat jalan dengan menambahkan Upaya Kesehatan Perorangan (UKP),
terdiri dari UKP rawat jalan dan UKP rawat inap

95
STRUKTUR ORGANISASI PUSKESMAS RAWAT INAP

Kepala Puskesmas
rawat inap

Kepala Tata Usaha


Koordinator Tim Mutu

Keuangan Kepegawaian SP2TP


dan Umum

Koordinator Upaya Koordinator Upaya Kesehatan Koordinator Koordinator


Kesehatan Masyarakat (Pengendalian Upaya Upaya rawat inap
Masyarakat dan Surveilance) Kesehatan
(Pemberdayaan) Perorangan

Penanggung Penanggung Jawab


Penanggung
Jawab Penanggung
Jawab
Jawab

UKS/UKGS,UKGM Imunisasi
dan ARU P2 DBD Poli umum Rawat inap
Perbaikan gizi P2 Diare Poli KIA/KB Keperawatan
Kesehatan jiwa P2 TB Poli gigi Ambulans
UKK P2MH/Kusta Klinik Poli gizi Laboratorium
Pemberdayaan dan P2 ISPA Ambulans
Promkes Wabah/Surveilans Perkesmas
Kesling Napza UGD
Kesehatan indera Radiologi
Battra Laboratorium
Kesehatan keluarga Apotik dan
Poskestren gudang obat
Kesehatan olah raga Pusling

Polindes Koordinator Puskesmas Koordinator


Pembantu Ponkesdes
Gambar 2.2. Stuktur organisasi Puskesmas rawat inap
Keterangan:
Kepala Puskesmas berada pada eselon IVa
Kepala Tata Usaha berada pada eselon IVb
Garis pertanggung jawaban
Polindes sebagai UKBM tetapi bertanggung jawab langsung kepada kepala
Polindes Puskesmas

1. Jenis Pelayanan, sama dengan jenis pelayanan Puskesmas rawat jalan dengan
penambahan:
1. Pelayanan didalam gedung

96
c. Pelayanan kegawatdaruratan 24 (dua puluh empat) jam dan 7 (tujuh) hari dalam
seminggu.
d. Pelayanan rawat inap
2. Pelayanan penunjang klinik
a. Pelayanan laboratorium: kimia klinik
b. Pelayanan radiologi: bila ada sumber daya pendukung
c. Pelayanan EKG: bila ada sumber daya pendukung
2. Jam Kerja, sama dengan jam kerja Puskesmas rawat jalan dengan perkecualian untuk
pelayanan kegawatdaruratan, rawat inap berlangsung 24 jam dan laboratorium 24 jam
(on call)
3. Rekam Medik, sama dengan rekam medik Puskesmas rawat jalan dengan penambahan:
1. Asuhan keperawatan rawat inap
2. Resume keperawatan rawat inap

ii. Standar Sumber Daya Puskesmas Rawat Inap


1.1.2.1. Bangunan
Standar bangunan Puskesmas rawat inap sama dengan bangunan Puskesmas
rawat jalan dengan perubahan kebutuhan air bersih untuk karyawan dan pengunjung
sebanyak 15-20 liter/orang/hari ditambah dengan 40-60 liter/orang/hari.Khusus untuk
puskesmas yang mempunyai alat radiologi , maka pintu ruang radiologi, dilapisi
dengan plat timbal sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

1.1.2.2. Ruang
Standar ruang Puskesmas rawat inap sama dengan Puskesmas rawat jalan
dengan minimal penambahan ruang rawat inap yang terdiri dari:
1. Ruang rawat gabung ibu dan bayi : 2 TT
2. Ruang rawat inap anak : 1 TT
3. Ruang rawat inap wanita : 1 TT
4. Ruang rawat inap laki-laki : 1 TT
5. Ruang rawat inap penyakit menular : 1 TT
6. Luas bangunan disesuaikan dengan jumlah tempat tidur (TT). Bangunan minimal
adalah 50 m2 per tempat tidur.
7. Perbandingan jumlah tempat tidur dengan luas lantai untuk ruang perawatan dan
ruang isolasi sebagai berikut
Ruang perawatan Ruang isolasi
minimal minimal
Ruang bayi 2 m2/TT 3,5 m2/TT
Ruang rawat dewasa/anak 4,5 m2/TT 6 m2/TT

Kamar mandi dan WC


1. Jumlah kamar mandi dan WC untuk pengunjung = 1 : 10
2. Rasio kamar mandi/WC dengan tempat tidur = 1 : 5
3. Bebas serangga dan tikus
Ruang perawatan mempunyai persyaratan:
1. Bebas serangga dan tikus
2. Tidak berdebu
3. Tidak berbau
4. Pencahayaan cukup
5. Suhu nyaman, sekitar 26-27 0C (dengan AC)atau suhu kamar (tanpa AC)
6. Tidak lembab
7. Tidak bising
Ruang pelayanan Puskesmas rawat inap sama dengan Puskesmas rawat jalan
dengan tambahan pada lampiran 12

1.1.3. Penanganan Limbah

97
Penanganan limbah Puskesmas rawat inap sama dengan penanganan limbah
Puskesmas rawat jalan dengan penambahan:
a. Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL), yaitu suatu bangunan instalasi yang mampu
mengolah limbah cair klinis yang berbahaya menjadi aman untuk dibuang di alam atau
badan air.
Persyaratan IPAL (Pengolahan Limbah Cair) :
Pengolahan limbah cair hanya akan efisien jika memenuhi persyaratan sbb :
1) Pengolahan primer : tempat penampungan air limbah pertama yang berasal dari
aktifitas harian (bekas cucian, makanan, bekas minuman dll)
2) Purifikasi biologis sekunder : pengendapan sebagian besar mikroba (bakteri : 90-95
%), virus dan cacing. Pada tahap ini efluen masih mengandung bakteri dan virus
dalam konsentrasi efektif.
3) Pengolahan tersier : teknik pengolaman dapat diterapkan jika lokasi memungkinkan,
apabila sebaliknya maka dilakukan teknik filtrasi pasir cepat.
4) Desinfeksi Klor : upaya penurunan konsentrasi bakteri pathogen, efluen tersier harus
menjalani desinfeksi klor sampai kadar yang ditetapkan. Desinfentant dimaksud
yaitu : Klor dioksida (paling efisien), natrium hipoklorit atau gas klor. Atau desinfeksi
dengan sinar ultraviolet.
b. Air limbah yang berasal dari Puskesmas rawat inap harus diolah di Instalasi Pengolahan
Air Limbah (IPAL), bila tidak mempunyai IPAL harus dikelola sesuai ketentuan yang
berlaku melalui kerjasama dengan pihak lain atau pihak yang berwenang.
c. Disalurkan melalui saluran tertutup, kedap air dan lancar.
d. Limbah cair bekas cucian film harus ditampung dan tidak boleh dibuang ke lingkungan
serta dikoordinasikan dengan Dinas Kesehatan.
1.1.4. Sumber Daya Manusia (SDM), sama dengan sumber daya manusia Puskesmas rawat jalan
dengan penambahan pada lampiran 13
1.1.5. Peralatan, sama dengan peralatan Puskesmas rawat jalan, dengan tambahan pada lampiran 16

iii. Standar Upaya Kesehatan,


Standar upaya kesehatan Puskesmas rawat inap sama dengan upaya kesehatan
Puskesmas rawat jalan dengan penambahan:
1. Upaya Kesehatan Wajib
a. Upaya Kesehatan Ibu dan Anak serta Keluarga Berencana
b. Upaya Pengobatan dan Penanganan Kegawat daruratan
c. Upaya Keperawatan Keperawatan Kesehatan Masyarakat
2. Upaya Kesehatan Pengembangan
Upaya Keperawatan Kesehatan Masyarakat

3.1.3.1. Upaya Kesehatan Ibu dan Anak serta Keluarga Berencana


Upaya kesehatan ibu dan anak serta keluarga berencana pada Puskesmas rawat
inap sama dengan Puskesmas rawat jalan, dengan penambahan pelayanan rawat
gabung ibu dan anak, dengan kegiatan:
a. Pertolongan Persalinan
b. Pelayanan asuhan kebidanan ibu nifas normal
c. Perawatan bayi
d. Pelayanan ibu menyusui
e. Penyuluhan
f. Bimbingan gizi
g. Asuhan Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) untuk stabilisasi dan perbaikan suhu
badan
h. Perawatan bayi dalam inkubator
Perawatan bayi baru lahir dengan kondisi sehat (berat badan normal, partus
tanpa penyakit/komplikasi) harus rawat gabung(rooming in) dengan ibunya.

98
3.1.3.2. Upaya Pengobatan dan Penanganan Kegawatdaruratan
Upaya pengobatan dan penanganan kegawatdaruratan pada Puskesmas rawat inap
sama dengan upaya pengobatan dan penanganan kegawat daruratan Puskesmas rawat
jalan, ditambah dengan:
1. Pelayanan rawat inap
a. Pelayanan, penilaian disability, penggunaan obat, EKG dan defibrilator
b. Pelayanan medis dan pelayanan penunjang untuk observasi dan diagnosa
penyakit
c. Rujukan
d. Pemulangan
2. Penanganan gawat darurat 24 (dua puluh empat) jam sehari dan 7 (tujuh) hari
seminggu dengan kemampuan melakukan pemeriksaan awal kasus-kasus gawat
darurat, melakukan resusitasi dan stabilisasi sesuai dengan standar

3. 1.3.3.Upaya Pelayanan laboratorium


Pelayanan dilakukan 24 jam (dua puluh empat) on call
Kemampuan pemeriksaan, sama dengan laboratorium Puskesmas, ditambah
pemeriksaan:
1) Kimia klinik : gula darah puasa, 2 jam post prandial, gula darah sewaktu,
bilirubin, SGOT, SGPT, ureum, kreatinin, asam urat, trigliserida, kolesterol
total, protein dan total albumin globulin. Minimal gula darah puasa dan 2 (dua)
jam post prandial, kolesterol, trigliserida dan asam urat
2) EKG, bila sumber daya memungkinkan
3) Radiologi, bila sumber daya memungkinkan. Pelayanan radiodiagnostik
harus mempunyai persyaratan perijinan dari Kepala Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota sesuai dengan Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor
780/MENKES/PER/VIII/2008 tentang Penyelenggaraan Pelayanan Radiologi
Pelayanan yang dilakukan wajib menjamin keamanan bagi pasien, petugas dan
lingkungan, harus memenuhi persyaratan ruangan, bangunan, peralatan serta
sumberdaya manusia sesuai dengan Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor
1014/MENKES/SK/XII/2008 tentang Standar Pelayanan Radiologi Diagnostik
di Sarana Pelayanan Kesehatan

3.1.4. Upaya Kesehatan Pengembangan


Upaya kesehatan pengembangan Puskesmas rawat inap sama dengan pengembangan
Puskesmas rawat jalan dengan penambahan:
3.1.4.1. Upaya Keperawatan Kesehatan Masyarakat
Upaya keperawatan kesehatan masyarakat Puskesmas rawat inap sama dengan
Perkesmas Puskesmas rawat jalan, dengan penambahan:
Kegiatan didalam gedung;
1. Perawat jaga siap 24 jam sehari di Unit Gawat Darurat serta di ruang rawat inap
a. Mampu asuhan keperawatan mengacu kepada standar praktek keperawatan yang
berlaku dan ditujukan pada pasien dan atau keluarganya
b. Perawat bertanggung jawab terhadap semua aspek pemberian asuhan
keperawatan
c. Rencana asuhan keperawatan disusun berdasarkan diagnosa keperawatan
2. Catatan asuhan keperawatan meliputi merawat dan memberikan asuhan keperawatan
untuk pasien dengan penyakit yang dapat dilayani oleh dokter umum di unit rawat inap,
rawat jalan dan gawat darurat
3. Asuhan keperawatan
a. Pengkajian keperawatan
b. Diagnosa keperawatan
c. Rencana keperawatan, termasuk mengatur jadwal harian dan mingguan,
mengawasi pemeliharaan kartu-kartu, buku catatan dan laporan kegiatan

99
d. Rincian dan tindakan keperawatan yang diberikan
e. Evaluasi
f. Rencana kepulangan pasien (resume keperawatan)
4. Tenaga keperawatan harus menghormati hak dan kewajiban pasien serta kode etik
keperawatan
5. Tindakan keperawatan sesuai dengan standar praktek keperawatan dan etika profesi,
didokumentasikan sebagai bukti pelaksanaan tugas tenaga keperawatan
6. Pertemuan berkala staf keperawatan setiap bulan untuk mendiskusikan hal-hal yang
berkaitan dengan penyediaan pelayanan keperawatan. Hasil pertemuan harus dicatat dan
disimpan dengan baik
7. Membimbing dan mengawasi petugas penunjang pelayanan /tenaga non perawatan

3.2. STANDAR PUSKESMAS RAWAT INAP DENGAN PONED

Puskesmas Rawat Inap dengan PONED adalah Puskesmas Rawat Inap yang mempunyai
kemampuan serta fasilitas dalam Pelayanan Obstetri Neonatal Emergensi Dasar. Puskesmas siap
memberikan pelayanan 24 jam terhadap ibu hamil, bersalin dan nifas serta bayi baru lahir dengan
komplikasi baik yang datang sendiri atau atas rujukan kader masyarakat, bidan di desa,
Puskesmas Pembantu dan Puskesmas.
Puskesmas melakukan rujukan ke RS PONEK (Pelayanan Obstetri dan Neonatal
Emergensi Komprehensif) pada kasus yang tidak mampu ditangani.
Puskesmas rawat inap dengan PONED adalah Puskesmas rawat inap yang mampu
melayani kegawatdaruratan obstetri dan neonatal emergensi dasar. Puskesmas rawat inap dengan
PONED merupakan Puskesmas rawat inap yang mempunyai fasilitas dan kemampuan
Penanganan Obstetri Neonatologi Emergensi Dasar. Dengan makin tersebarnya kemampuan
pelayanan PONED di Puskesmas maka kasus gawat darurat obstetri dan neonatal dapat
distabilkan dan dilakukan penanganan awal yang selanjutnya akan dirujuk ke Rumah Sakit
Kabupaten/Kota untuk menangani kasus rujukan gawat darurat obstetri dan neonatal lebih
baikdan selanjutnya setelah sembuh dikembalikan ke Puskesmas dengan surat rujukan balik
Maka standar yang berlaku pada Puskesmas rawat inap juga berlaku pada Puskesmas
rawat inap dengan PONED, dengan penambahan :
Kriteria pengembangan Puskesmas rawat inap menjadi Puskesmas rawat inap dengan PONED :
1. Puskesmas dengan sarana pertolongan persalinan dari Puskesmas tersebut merupakan
Puskesmas dengan rawat inap yang sudah berfungsi baik.
2. Mempunyai fungsi sebagai sub senter rujukan.
a. Melayani sekitar 50.000-100.000 penduduk yang tercakup oleh Puskesmas (termasuk
penduduk diluar wilayah Puskesmas rawat inap dengan PONED), kecuali Puskesmas di
kepulauan.
b. Jarak tempuh dari lokasi pemukiman sasaran, pelayanan dasar dan Puskesmas biasa ke
puskesmas mampu PONED paling lama 1 (satu) jam dengan transportasi umum
setempat, mengingat waktu pertolongan hanya 2 jam untuk kasus perdarahan.
c. Dapat dilalui oleh sarana transportasi umum
Kriteria standar Puskesmas Perawatan dengan PONED:
a. Mempunyai tenaga sekurang-kurangnya 1 (satu) orang dokter dan 1 (satu) orang
bidan/Perawat yang tinggal disekitar lokasi Puskesmas rawat inap dengan PONED.
b. Mempunyai tenaga minimal tim PONED 1 (satu) orang dokter, 1 (satu) orang bidan
terlatih PPGDON, 1 (satu) perawat wanita yang tinggal disekitar lokasi Puskesmas rawat
inap dengan PONED.
Kriteria Puskesmas PONED :
1. Puskesmas PONED Aktif
a. Puskesmas rawat inap dengan PONED mempunyai Tim PONED yang lengkap (dokter,
bidan, perawat), atau minimal 1 orang dokter dan 1 orang bidan/perawat terlatih PONED
yang bertempat tinggal di sekitar lokasi Puskesmas PONED.
b. Mempunyai PONED kit siap pakai, suasana aseptik dan tersedia air bersih mengalir.
c. Mempunyai tanah yang tidak bermasalah dan berada di lokasi strategis

100
d. Mempunyai obat dan bahan pakai habis cukup
e. Mempunyai biaya operasional
2. Puskesmas PONED Tidak Aktif
Tidak memenuhi kriteria Puskesmas PONED Aktif.

Standar yang berlaku pada Puskesmas rawat inap juga berlaku pada Puskesmas rawat inap
dengan PONED dengan penambahan:

3.1.16. Standar Manajemen dan Administrasi


Standar manajemen dan administrasi yang berlaku pada Puskesmas rawat inap juga
berlaku pada Puskesmas rawat inap dengan PONED dengan penambahan:

3.1.16.1. Kelembagaan
Menjadi keharusan bahwa Puskesmas mempunyai surat berupa pengesahan
tentang status Puskesmas rawat inap dengan PONED sebagai institusi/sarana
kesehatan yang ditanda tangani oleh Bupati/Walikota atas usulan Kepala Dinas
Kesehatan Kabupaten/Kota

3.1.16.2. Tujuan
Tujuannya sama dengan tujuan Puskesmas rawat inap dengan penambahan:
a. Menyelamatkan kasus kegawatdaruratan kebidanan dan neonatal dengan
memberikan pertolongan pertama, stabilisasi serta mempersiapkan rujukan ke
Rumah Sakit PONEK
b. Mencegah kematian ibu dan bayi.

3.1.16.3. Uraian tugas, sama dengan uraian tugas Puskesmas rawat inap, dengan penambahan:
Melaksanakan dan memberikan upaya pelayanan medik kegawatdaruratan
obstetri dan neonatal dengan penuh tanggung jawab sesuai keahlian dan
kewenangannya.
Tabel 3.2.1.3.Pembagian tugas Petugas Kesehatan /Tim PONED:
No Tenaga Medis Tugas Umum Tugas Khusus
1. Dokter Penyelenggaraan - Menegakkan diagnosa dan
pelayanan medis menentukan terapi serta tindakan
pada kasus kegawat daruratan
maternal dan neonatal
- Operator pada tindakan obstetri
dan neonatal sesuai
kewenangannya
2. Bidan Pelaksana Pelayanan asuhan Membantu persiapan dan
pelaksanaan tindakan obstetri dan
kebidanan
neonatal
3. Perawat Asuhan Melaksanakan asuhan
keperawatan pada Ibu Hamil,
Keperawatan
Bersalin, Nifas serta Bayi Baru
Lahir.

3.1.16.4. Indikator kinerja


Indikator kinerja Puskesmas rawat inap dengan PONED sama dengan indicator
kinerja Puskesmas rawat inap dengan penambahan pada lampiran 2

3.1.16.5. Jenis Pelayanan,


sama dengan jenis pelayanan Puskesmas rawat inap dengan penambahan: Pelayanan
kegawatdaruratan maternal dan neonatal

101
Pelayanan PONED mengacu pada buku acuan Pelatihan Pelayanan Obstetri
Neonatal Emergensi Dasar tahun 2008. Ruang lingkup pelayanan yang berkaitan
dengan kegawatdaruratan maternal dan neonatal yang diberikan, meliputi:
1. Pemantauan kemajuan persalinan
2. Pengendalian infeksi
3. Tatalaksana kegawatdaruratan medik Maternal Neonatal
4. Tatalaksana perdarahan pada kehamilan muda
5. Tatalaksana perdarahan post partum
6. Tatalaksana hipertensi dalam kehamilan dan pre eklampsi/eklampsi
7. Tatalaksana persalinan macet
8. Tatalaksana ketuban pecah sebelum waktunya dan sepsis
9. Tatalaksana infeksi nifas
10. Tatalaksana asfiksia pada bayi baru lahir
11. Tatalaksana gangguan nafas pada bayi baru lahir
12. Tatalaksana Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR)
13. Tatalaksana hipotermi
14. Tatalaksana hipoglikemi pada bayi baru lahir
15. Tatalaksana ikterus/hiperbilirubinemia neonatus
16. Tatalaksana kejang pada neonatus
17. Tatalaksana infeksi neonatus
18. Tatalaksana stabilisasi, rujukan dan transportasi bayi baru lahir
19. Tatalaksana persiapan umum sebelum tindakan kegawatdaruratan obstetri
neonatal
Jenis pelayanan yang diberikan dikaitkan dengan sebab kematian ibu dan bayi,
meliputi:
1. Maternal
a. Penatalaksanaan b. Ekstraksi vakum
kegawatdaruratan c. Infeksi nifas
kebidanan
2. Neonatal
a. Bayi berat lahir rendah e. Kejang/ikterik pada
b. Hipotermia bayi baru lahir
c. Resusitasi /asfiksia f. Rujukan dan
pada bayi baru lahir transportasi bayi baru
d. Penanganan gangguan lahir
saluran cerna g. Penanganan dehidrasi

3.1.17. Standar Sumber Daya


3.1.17.1. Bangunan dan ruang
Bangunan dan ruangan Puskesmas rawat inap dengan PONED sama dengan
bangunan Puskesmas rawat inap dengan penambahan:
a. Ruang Bersalin
b. Ruang Perawatan Pasca Persalinan/Rawat Gabung

3.1.17.2. Sumber daya manusia, sama dengan sumber daya manusia di Puskesmas rawat
inap dengan perubahan sumber daya manusia
1. Mempunyai tim PONED yang terdiri dari minimal seorang dokter umum dan
seorang bidan yang sudah mengikuti pelatihan PONED dan magang di
Rumah Sakit dengan bimbingan dokter spesialis
2. Tim mau bekerja minimal 2 (dua) tahun setelah mengikuti pelatihan dan harus
siap memberi pelayanan kegawatdaruratan maternal dan neonatal selama 24
jam
3. Tim PONED bertempat tinggal di sekitar lokasi Puskesmas, dengan
waktu tempuh maksimal 15 menit ke Puskesmas.

102
3.1.17.3. Peralatan
Peralatan medis Puskesmas rawat inap dengan PONED, sama dengan peralatan Puskesmas rawat inap
, dengan penambahan (lihat lampiran.... standar alat)
peralatan yang digunakan untuk pemeriksaan kehamilan, persalinan normal, dan
persalinan dengan komplikasi :
- Set resusitasi (balon respirasi, selang reservoir oksigen,masker oksigen)
- Aspirator/penghisap lendir /Suction Pump
- Ekstraktor vakum
- Forceps naegle, lengkap dan kondisinya baik.
- AVM, lengkap dan berfungsi baik
- Sarung tangan panjang untuk placenta manual
2.3.2 Peralatan Neonatal
Pemeriksaan Neonatus Peralatan Kegawatdaruratan
Stetoskop Bayi Inkubator
Termometer Bayi Meja tindakan resusitasi bayi dan tempat tidur
Timbangan bayi untuk observasi bayi (meja dengan lampu dop
Meteran bayi 60 Watt)
Alat penghisap lendir Set resusitasi (Laringoskop pediatri, selang
Pipa plastik reservoar oksigen, ambubag, masker oksigen,
Baju kangguru pipa endotrakeal ukuran 2, 2 ,3)
Lampu pemanas/radiant warmer Balon penghisap
Kateter penghisap lendir
Sonde lambung

a. Balon sungkup
b. Vacum/forceps ekstraksi

3.1.17.4. Obat-obatan
Obat-obatan Puskesmas rawat inap dengan PONED sama dengan obat-obatan Puskesmas
rawat inap, dengan penambahan:
a. Untuk perdarahan post partum : Oksitosin parenteral, ergometrin, misoprostol tablet
b. Untuk pre eklampsia berat / eklampsia : MgSO4 injeksi, nifedipin, atenolol/labetalol
c. Antibiotika
d. Calsium glukonas
e. Cairan infus : ringer lactat/NaCl/dextrose 5%/HES
f. Set infus dan transfusi set
g. Kateter urin dan kantong urin
h. Alat suntik 1, 2 , 3, 5, 10, 20cc
i. Tabung Oksigen minimal 2
j. Sodium bikarbonat 8,4%
k. Vitamin K1
l. Salep mata
m. Lidocain
n. Adrenalin/Norepinephrine
b. Ketamine HCl
c. Diazepam
d. Dopamin/Dobutamin
e. Naloxone dan Sulfas Atropin
f. Furosemide

3.1.18. Standar Upaya Pelayanan Kesehatan

103
Standar upaya pelayanan kesehatan Puskesmas rawat inap dengan PONED sama
dengan Puskesmas rawat inap, ditambah dengan:
3.1.18.1. Upaya Penanganan Gawat Darurat Obstetri Neonatologi
1. Deskriptif
Puskesmas yang memberikan pelayanan Obstetri dan Neonatal Emergensi Dasar
merupakan pelayanan untuk menanggulangi kasus-kasus kegawatdaruratan obstetri
dan neonatal yang meliputi segi :
a. Pelayanan obstetri yang meliputi pemberian oksitosin parenteral, antibiotika
parenteral dan sedativa, pengeluaran plasenta manual/kuret serta pertolongan
persalinan menggunakan vakum ekstraksi / forceps ekstraksi
b. Pelayanan neonatal yang meliputi resusitasi untuk bayi asfiksia, pemberian
antibiotika parenteral, pemberian antikonvulsan paranteral, pemberian Bic-nat
intraumbilical/Phenobarbital untuk mengatasi ikterus, pelaksanaan thermal control
untuk mencegah hipotermia dan penanggulangan gangguan pemberian nutrisi
2. Kegiatan penanganan gawat darurat obstetri neonatologi.
a. Kegiatan didalam gedung
1) Penatalaksanaan perdarahan pada kehamilan muda(abortus)
2) Persalinan
3) Penatalaksanaan perdarahan post partum termasuk plasenta manual
5) Penatalaksanaan hipertensi dalam kehamilan dan pre eklampsi
6) Pertolongan persalinan dengan faktor penyulit (ekstraksi vacum)
7) Penatalaksanaan ketuban pecah sebelum waktunya
8) Penatalaksanaan infeksi nifas
9) Penatalaksanaan asfiksia pada bayi baru lahir
10) Penatalaksanaan Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR)
11) Penatalaksanaan hipotermi
12) Penatalaksanaan hipoglikemi pada bayi baru lahir
13) Penatalaksanaan ikterus/hiperbilirubinemia neonatus
14) Penatalaksanaan kejang pada neonatus
15) Penatalaksanaan infeksi neonatus
16) Melakukan stabilisasi dan rujukan kasus gawat darurat maternal
neonatal ke Rumah Sakit
17) Kuretase
Kegiatan diluar gedung
1. Rujukan kasus. Puskesmas PONED wajib melakukan rujukan ke RS PONEK
untuk kasus-kasus emergensi yang tidak dapat ditangani di Puskesmas dengan
prosedur rujukan yang aman
2. Kunjungan rumah bila pasien sudah kembali dari Puskesmas rawat inap dengan
PONED atau Rumah Sakit.

3.1.19. Standar Pencatatan dan Pelaporan


Pencatatan dan pelaporan Puskesmas rawat inap dengan PONED sama dengan
Puskesmas rawat inap ditambah dengan lampiran 17

3.2. STANDAR PUSKESMAS RAWAT INAP PLUS (Pemberi Layanan Unggulan Spesialis)
Jenis Puskesmas rawat inap PLUS :
1. Puskesmas rawat inap PLUS (PONED)
2. Puskesmas rawat inap PLUS (non PONED)

3.2.16. STANDAR PUSKESMAS RAWAT INAP PLUS (PONED)

Kriteria pengembangan menjadi Puskesmas rawat inap PLUS (PONED) adalah:


1. Puskesmas yang telah mempunyai fasilitas rawat inap disertai UGD 24 jam.
2. Dapat menyesuaikan standar sumber daya manusia, alat dan bangunan.
3. Mempunyai tenaga dokter spesialis dengan kunjungan minimal 1 kali per minggu.

104
Standar yang berlaku pada Puskesmas rawat inap juga berlaku pada Puskesmas rawat inap
PLUS (PONED) dengan penambahan:
1. Manajemen dan administrasi, meliputi tujuan dan jenis pelayanan
2. Sumber daya, meliputi ruang dan sumber daya manusia
3. Upaya pelayanan kesehatan

3.2.16.1. Standar Manajemen dan Administrasi


1. Tujuan Puskesmas, sama dengan tujuan Puskesmas rawat inap dengan
penambahan: meningkatkan akses dan kualitas pelayanan pada masyarakat
sesuai dengan spesialis yang ada.
2. Jenis Pelayanan, sama dengan jenis pelayanan Puskesmas rawat inap dengan
penambahan pelayanan spesialistik yang ada baik didalam maupun diluar
gedung
3. Uraian tugas dokter spesialis kebidanan dan kandungan dan anak :
a) Melakukan bimbingan terhadap sumber daya di Puskesmas PONED
b) Konsultan pada kasus-kasus yang sulit ditangani

3.2.16.2. Standar Sumber daya


Standar sumber daya Puskesmas rawat inap PLUS sama dengan sumber daya
Puskesmas rawat inap, ditambah dengan penambahan ruangan yang dibutuhkan
untuk pelayanan spesialistik tersebut.
1. Standar ruang Puskesmas rawat inap PLUS sama dengan sumber daya
Puskesmas rawat inap, dengan penambahan pada lampiran 12
2. Sumber Daya Manusia, sama dengan sumber daya manusia Puskesmas rawat
inap dengan penambahan tenaga spesialis yang ada.

3.2.16.3. Standar Upaya Pelayanan Kesehatan, sama dengan Puskesmas rawat


inap dengan penambahan pelayanan spesialistik yang ada, kegiatan di
dalam gedung yang dilakukan berupa:
a. Konsultasi dengan Dokter spesialis di Puskesmas secara langsung maupun
tidak langsung
b. Merujuk kasus komplikasi yang tidak dapat ditangani di Puskesmas
c. Peningkatan kompetensi dokter dan bidan oleh Dokter Spesilalis
d. Pembinaan Puskesmas PLUS oleh tenaga spesialis

105
BAB 4
PENUTUP

Standar Puskesmas ini merupakan revisi terhadap buku Standar Puskesmas Rawat Inap,
diharapkan dapat membantu penyelenggaraan Puskesmas rawat jalan dan rawat inap agar pelayanan
kesehatan dapat berjalan dengan baik sehingga dapat meningkatkan derajat kesehatan masyarakat
secara optimal melalui pelayanan kesehatan yang terjangkau dan berkualitas.
Standar Puskesmas merupakan acuan Kabupaten/Kota dalam mengembangkan kebijakan
operasional setempat sesuai dengan kondisi dan situasi daerah masing-masing. Diharapkan standar ini
bermanfaat dan dapat membantu Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dalam melaksanakan pembinaan
dan pengawasan secara rutin terhadap penyelenggaraan pelayanan kesehatan di Puskesmas rawat
jalan, Puskesmas rawat inap, Puskesmas rawat inap PONED dan Puskesmas rawat inap PLUS. Pada
akhirnya, diharapkan agar kualitas dan efektivitas pelayanan kesehatan di Puskesmas meningkat.
Penyusunan buku Standar Puskesmas ini telah diusahakan dengan sebaik-baiknya dengan
melibatkan beberapa unsur terkait. Namun demikian tentu masih terdapat kekurangan dan kekeliruan
dalam penyusunan buku ini, untuk itu saran perbaikan dan penyempurnaan Standar Puskesmas ini
kami harapkan dari berbagai pihak yang terkait dengan pelayanan dan pendidikan kesehatan demi
kesempurnaan buku ini.

106
DAFTAR PUSTAKA

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 25 tahun 2009 Tentang Pelayanan Publik. Jakarta

Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara RI no PER/25/M.PAN/05/2006, Tentang


Pedoman Penilaian Kinerja Unit Pelayanan Publik.Jakarta

Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 279/MENKES/SK/IV/2006 Tentang Pedoman Penyelenggaraan


Upaya Keperawatan Kesehatan Masyarakat di Puskesmas.Jakarta

Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 585/MENKES/SK/V/2007 Tentang


Pedoman Pelaksanaan Promosi Kesehatan di Puskesmas

Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 121/MENKES/SK/II/2008 Tentang Standar Pelayanan Medik


Herbal. Jakarta

Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 269/MENKES/PER/III/ 2008 Tentang


Rekam Medis. Jakarta

Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 290 Tahun 2008

Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 51/MENKES/PER/X/I/2009 Tentang Pekerjaan


Kefarmasian. Jakarta

Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 161/MENKES/PER/I/2010 Tentang Registrasi Tenaga


Kesehatan.Jakarta

Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 492/MENKES/PER/IV/2010 Tentang Persyaratan Kualitas


Air Minum. Jakarta

Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 1464/MENKES/PER/X/I/2010 Tentang Ijin dan


Penyelenggaraan Praktik Bidan. Jakarta

Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 492/MENKES/PER/IV/2010 Tentang Persyaratan Kualitas


Air Minum. Jakarta

Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 028/MENKES/PER/IV/2011 Tentang Klinik, Jakarta

Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 001/MENKES/PER/IV/2012 Tentang Sistem Rujukan


Pelayanan Kesehatan Perorangan, Jakarta

Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 23/MENKES/SK/V/1994 Tentang Susunan Organisasi.


Jakarta
-1-
Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 50/MENKES/SK/1998 Tentang Klasifikasi Statistik
Internasional Mengenai Penyakit Revisi Kesepuluh (ICD-X)

Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 900/Menkes/SK/XII/2012 tentang


DAFTAR OBAT Bidan. Jakarta

Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 81/MENKES/SK/I/2004 Tentang Pedoman Penyusunan


Perencanaan Sumberdaya Manusia Kesehatan di Tingkat Provinsi,Kabupaten/Kota serta Rumah
Sakit. Jakarta

107
Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 1239/MENKES/SK/XI/2001 Tentang Registrasi dan Praktik
Perawat. Jakarta KeputusanMenteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara RI no
PER/25/M.PAN/05/2006, Tentang Pedoman Penilaian Kinerja Unit Pelayanan Publik.Jakarta

Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 1076/MENKES/SK/VII/2003 Tentang Penyelenggaraan


Pengobatan Tradisional. Jakarta

Keputusan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara RI no KEP/25/M.PAN/2/2004, Tentang


Penyusunan Indeks Kepuasan Masyarakat Unit Pelayanan Instansi Pemerintah.Jakarta

Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 81/MENKES/SK/I/2004 Tentang Pedoman Penyusunan


Perencanaan SDM Kesehatan di Tingkat Provinsi, Kab/Kota serta Rumah Sakit. Jakarta

Keputusan Menteri Kesehatan RI No 1267/MENKES/SK/XII/2004 Tentang Standar Pelayanan


Laboratorium Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota

Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 836/MENKES/SK/VI/2005 Tentang Pedoman Pengembangan


Manajemen Kinerja Perawat dan Bidan.Jakarta

Keputusan Menteri Kesehatan RI no 666/MENKES/SK/VI/2007 Tentang Klinik Rawat Inap


Pelayanan Medik Dasar. Jakarta

Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 121/MENKES/SK/II/2008 Tentang Standar Pelayanan Medik


Herbal.Jakarta
-1-
Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 317/MENKES/SK/V/2009 Tentang Petunjuk Teknis
Perencanaan Pembiayaan SPM Bidang Kesehatan di Kabupaten/Kota. Jakarta
-1-
Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 2500/Menkes/SK/XII/2011 tentang
DAFTAR OBAT ESENSIAL NASIONAL 2011. Jakarta

Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 900/Menkes/SK/XII/2012 tentang


DAFTAR OBAT Bidan. Jakarta

Depkes RI, (1996). Pedoman Pemantauan dan Penilaian Program Perawatan Kesehatan Masyarakat.
Jakarta. Ditjen Bina Kesehatan Masyarakat Departemen Kesehatan RI

Depkes RI, (1999). Standar Pelayanan Rumah Sakit. Jakarta

Hanafiah, Jusuf, Amir, Amri, (1999). Etika Kedokteran dan Hukum Kesehatan. EGC.Jakarta

Depkes RI, (2002). Standar Pelayanan Kesehatan Indera Penglihatan dan Pendengaran. Jakarta

Depkes RI, (2003). Pedoman Pengelolaan Obat Publik dan Perbekalan Kesehatan di Puskesmas.
Direktorat Jenderal Pelayanan Kefarmasian dan Alat Kesehatan. Jakarta

Depkes RI, (2004). PedomanPengembangan Pelayanan Obstetri-neonatal Emergensi Dasar (PONED).


Direktorat Kesehatan Keluarga. Direktorat Bina Kesehatan Masyarakat.Jakarta

Mabes TNI (2004). Pedoman Tentang Pengukuran Kinerja Pelayanan Kesehatan di Rumah Sakit
Angkatan Darat. Direktorat Kesehatan. Jakarta

Prawirohardjo S, (2004). Panduan Pencegahan Infeksi untuk Fasilitas Pelayanan Kesehatan Dengan
Sumber Daya Terbatas. Yayasan Bina Pustaka. Jakarta

108
Dinkes Prov Jatim, (2005). Pedoman Penilaian Kinerja Puskesmas. Surabaya

Depkes RI, (2005). Depkes RI, (2005). Standar Sarana Penyimpanan Obat Publik dan Perbekalan
Kesehatan. Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan. Jakarta

Depkes RI, (2005). Standar Sarana Penyimpanan Obat Publik dan Perbekalan Kesehatan. Direktorat
Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan. Jakarta

Depkes RI, (2005). Pedoman Pelayanan Keperawatan Gawat Darurat di Rumah Sakit. Direktorat Bina
Keperawatan. Jakarta

RSUD dr Soetomo, (2005). Pelatihan GELS (General Emergency Life Support/PPGD)


Penanggulangan Penderita Gawat Darurat. Surabaya

Depkes RI, (2006). Pedoman Penyelenggaraan Upaya Keperawatan Kesehatan Masyarakat Di


Puskesmas. Jakarta

Depkes RI, (2006). Pedoman Perencanaan Tingkat Puskesmas. Direktorat Jenderal Bina Kesehatan
Masyarakat. Jakarta

Depkes RI, (2006). Pedoman Lokakarya Mini Puskesmas. Direktorat Jenderal Bina Kesehatan
Masyarakat. Jakarta

Yayasan Gerontologi Abiyoso, (2006). Lanjut Usia di Jawa Timur. Surabaya

Depkes RI, (2007). Pedoman Pelayanan Kefarmasian di Puskesmas. Direktorat Bina Farmasi
Komunitas dan Klinik. Jakarta

Depkes RI, (2007). Pedoman Pengobatan Dasar di Puskesmas. Direktorat Bina Kesehatan
Masyarakat.Jakarta

Depkes RI, (2007). Pedoman Tata Ruang Puskesmas. Direktorat Bina Kesehatan Masyarakat.Jakarta

Depkes RI, (2007). Standar Pelayanan Kesehatan Gigi dan Mulut di Puskesmas. Direktorat Jenderal
Bina Pelayanan Medik. Jakarta

Depkes RI, (2007). Standar Pelayanan Medik Akupuntur. Jakarta

Depkes RI, (2007). Standar Pelayanan Minimal Pengendalian Penyakit Jantung dan Pembuluh Darah.
Direktorat Pengendalian Penyakit Tidak Menular. Dirjen PP dan PL Jakarta

Depkes RI, (2007). Pedoman Pelayanan Kefarmasian di Puskesmas. Direktorat Bina Farmasi
Komunitas dan Klinik. Jakarta

Depkes RI, (2008). Pedoman Pelayanan Medik Dasar Pada Anak di Sarana Kesehatan. Direktorat
Bina Pelayanan Medik Dasar.Jakarta

Depkes RI, (2008). Pedoman Peningkatan Mutu Pelayanan Medik Dasar. Direktorat Bina Pelayanan
Medik Dasar. Jakarta

Depkes RI, (2008). Pedoman Pelayanan Medik di Klinik Departemen dan Perusahaan. Direktorat
Bina Pelayanan Medik Dasar Direktorat Jenderal Bina Pelayanan Medik. Jakarta

109
Depkes RI, (2008). Pedoman Manajerial Pencegahan dan Pengendalian Infeksi di Rumah Sakit dan
Fasilitas Pelayanan Kesehatan Lainnya. Direktorat Bina Pelayanan Medik. Jakarta

IBI, (2008). Buku Instrumen Bidan Delima (3) Revisi 1 Feb 2008. Jakarta

Depkes RI, (2009). Akreditasi Laboratorium Kesehatan. Direktorat Bina Pelayanan Penunjang Medik
. Direktorat Jenderal Bina Pelayanan Medik. Jakarta

Kementerian Kesehatan RI, (2009). Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 81/MENKES/SK/I/2009


Tentang Standar Instalasi Gawat Darurat (IGD) Rumah Sakit. Jakarta

Depkes RI, (2009). Buku Pedoman Pelayanan Kesehatan Jiwa di Fasilitas Pelayanan Kesehatan
Dasar. Direktorat Jenderal Bina Pelayanan Medik. Jakarta

Depkes RI, (2010). Pedoman Standar Puskesmas. Surabaya

Dinkes Prov Jatim, (2010). Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Provinsi Jawa
Timur Tahun 2010-2014. Surabaya

Dinkes Prov Jatim, (2010). Pedoman Pengukuran Tingkat Perkembangan UKBM. Surabaya

Kesepakatan Bersama Antara Pemerintah Provinsi Jawa Timur Dengan Pemerintah Kabupaten /Kota
di Jawa Timur Tentang Kerjasama Pembangunan Daerah. Surabaya

Peraturan Gubernur Jawa Timur Nomor 4 Tahun 2010 Tentang Pondok Kesehatan Desa (Puskesmas
Rawat Inap). Surabaya

Depkes RI, (2010). Pedoman Pelayanan Kesehatan Indera Penglihatan di Puskesmas. Jakarta

Depkes RI, (2010). Pedoman Pelayanan Kesehatan Indera Pendengaran di Puskesmas. Jakarta

Kementerian Kesehatan RI, (2011). Petunjuk Teknis Penyusunan Profil Kesehatan Kabupaten/Kota.
Jakarta

Dinkes Prov Jatim, (2011). Standar Ponkesdes. Bidang Bina Pelayanan Kesehatan.Surabaya

Dinkes Prov Jatim, (2011).Rencana Aksi Daerah Percepatan Pencapaian Tujuan Pembangunan
Millenium ( MDGs) di Provinsi Jawa Timur 2011-2015. Surabaya

Dinkes Prov Jatim, (2011).Pedoman Penyelenggaraan Pelayanan Kesehatan di Puskesmas Pembantu.


Bidang Bina Pelayanan Kesehatan. Surabaya

Depkes RI, (2011). Daftar Obat Esensial Nasional. Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat
Kesehatan. Jakarta.

Dinkes Prov Jatim, (2012).Standar Puskesmas rawat inap. Bidang Bina Pelayanan Kesehatan.
Surabaya

Dinkes Prov Jatim, (2012). Pedoman Sistem Rujukan Berbasis Indikasi Medis Provinsi Jawa Timur.
Surabaya

Dinkes Prov Jatim, (2012). Pedoman Penilaian Kinerja Puskesmas. Bidang Bina Pelayanan
Kesehatan. Surabaya

Konsil Kedokteran Indonesia, (2006). Manual Persetujuan Tindakan Kedokteran.Jakarta

110
Lampiran 1
KARTU RAWAT JALAN

DINAS KESEHATAN KABUPATEN.KOTA..................


PUSKESMAS ................................KECAMATAN .........................

NAMA :.........................................................................................
JENIS KELAMIN: L/P UMUR:..TAHUN
ALAMAT :..........................................................................................
NAMA KK :..........................................................................................
NO INDEKS/REGISTER KK :......................................................................................
Tanggal Pemeriksaan Diagnosa No Kode Pengobatan Anjuran B/L/KKL Ket/
Penyakit Paraf
( ICD X)

*B = Baru= Kunjungan Penderita untuk pertama kali


*L = Lama = Kunjungan berikutnya
*KKL = Kunjungan Kasus Lama dalam

111
Lampiran 2
Kop Dinas Kesehatan

URAIAN TUGAS DAN TANGGUNG JAWAB BIDAN DI PUSKESMAS

Yang bertanda tangan dibawah ini kepala Puskesmas..,memberikan tugas kepada :


Nama :
NIP/NIK :
Pendidikan :
Nama Jabatan : Bidan .......................................................
Atasan langsung : Kepala Puskesmas
Bawahan langsung : Bidan Desa
Kedudukan : Berada dibawah dan bertanggung jawab kepada ..
Fungsi : Membantu pelaksanaan pelayanan di Puskesmas
Hasil Kerja : Masyarakat desa yang sehat
Pelaksanaan Kerja:
1. Uraian Tugas:
a. Menyusun rencana kerja tahunan
b. Merencanakan kegiatan tahunan dg penjadwalan kegiatan bulanan
c. Melaksanakan pelayanan kesehatan promotif, preventif, tanpa mengabaikan upaya kuratif dan
rehabilitatif seperti: KIA, KB, imunisasi & penanggulangan diare, perbaikan gizi, pengobatan,
kesehatan lingkungan dan PHN
d. Memberikan pelayanan dan pemeriksaan kesehatan ibu hamil
e. Memberikan pelayanan pemasangan kontrasepsi
f. Memberikan pelayanan persalinan
g. Memberikan pelayanan konsultasi kesehatan Ibu dan Anak
h. Memberikan pelayanan gizi balita
i. Memberikan pelayanan imunisasi calon penganti wanita
j. Memberikan pelayanan imunisasi balita
k. Melaksanakan Posyandu bersama perawat
l. Menggerakkan, mengembangkan dan membina masyarakat desa di wilayah
kerjanya agar berperilaku hidup sehat
m. Membantu upaya masyarakat dalam meningkatkan derajat kesehatan masyarakat di
wilayah kerjanya
n. Melakukan kunjungan rumah dan pemasangan stiker
o. Melaksanakan pengelolaan keuangan, inventaris/ peralatan medis, non medis dan
obat Mengajukan kebutuhan obat, mengambil dan menyimpan obat
p. Melaksanakan pencatatan dan pelaporan kegiatan
q. Membuat laporan bulanan jenis pelayanan
r. Menyusun data pelayanan dalam bentuk monografi
s. Mebimbing, membina dan meningkatkan pengetahuan dan kemampuan kebidanan
t. Mengikuti rapat atau pertemuan internal dan atau koordinasi lintas sektor
u. Melaksanakan tugas lain yang diberikan Kepala Puskesmas
v. Tugas pokok

2. Tanggung jawab dan hasil pekerjaan

112
a. Memberikan pelayanan kebidanan sesuai SOP Bertanggung jawab atas pelaksanaan tugas yang
dibebankan
b. Bertanggung jawab atas keberhasilan upaya kesehatan di wilayahnya
c. Bertanggung jawab atas pemeliharaan sarana kesehatan di Puskesmas
d. Bertanggung jawab atas tertib administrasi (keuangan, kepegawaian, pencatatan dan pelaporan,
obat-obatan dll)
e. Bertanggung jawab kepada Kepala Puskesmas secara teknik medik dan administratif

3. Wewenang :
a. Menggunakan alat atau inventaris kebidanan untuk kepentingan pelayanan
b. Melakukan tindakan medis sesuai dengan kompetensi
c. Memberikan pelayanan kesehatan sesuai dengan kemampuan, kewenangan atas perintah Kepala
Puskesmas dan dibawah pengawasan dokter puskesmas baik dalam maupun luar gedung
d. Melaksanakan upaya rujukan medik dan kesehatan baik horizontal maupun vertikal ke sarana
pelayanan kesehatan yang lebih mampu
e. Menyelenggarakan administrasi: keuangan, sarana prasarana, obat-obatan, kepegawaian,
ketatausahaan yang sederhana
f. Melaksanakan fungsi manajemen (perencanaan, penggerakan dan pelaksanaan, pengawasan,
pengendalian dan penilaian
g. Membina & menggerakkkan peran serta masyarakat (posyandu, kader, tokoh masyarakat dan
dukun) di wilayah kerjanya
4. Hubungan kerja/kemitraan :
a. Bidan Desa
b. Penanggung Jawab Program Imunisasi
c. Penanggung Jawab Perbaikan Gizi
d. Penanggung Jawab Program Kesehatan Lingkungan
e. Koordinator Program Pengendalian Penyakit dan Surveilans
f. Koordinator UKP (Dokter Puskesmas)
g. Penanggung Jawab Program Gigi dan Mulut
h. Penanggung Jawab Program Promkes dan PKM
i. Penanggung Jawab Program UKBM

Uraian tugas ini berlaku selama yang bersangkutan masih menduduki jabatan tersebut diatas.

Dibuat oleh ...................,.........................


Koordinator ................... Personil yang bersangkutan

` (...........
) (......)
NIP NIP
Mengesahkan
Kepala Puskesmas

(..........)
NIP.........

113
114
Lampiran 3
ALUR PELAYANAN
Puskesmas .
Jlno..Kab/Kota.

Periksa:
1. Poli Umum
Daftar
Ruang 2. Poli Gigi
Tunggu 3. Poli KIA-KB
4. Poli Gizi
5. Promotif/pr Rujuk
eventif
Pasien 6. . /
pulan
g/
Rawat
Laboratorium Inap
Unit
Gawat
Darura 1. Kamar
t Obat
2.

JAM PELAYANAN
Senin - Kamis : 07.00 14.00 WIB
Jumat : 07.00 11.00 WIB
Sabtu : 07.00 12.00 WIB
Minggu : tutup
Lampiran 4

SOP NON MEDIS


PENDAFTARAN PASIEN, PENERIMAAN PASIEN DAN ATAU SPESIMEN

: Pendaftaran pasien,
Judul SOP penerimaan pasien dan atau Penanggung Jawab
Logo spesimen
Puskesmas No. : .... / PK-KIA / PKM...... /
Disusun Diperiksa Disahkan
................ Dokumen 2011
Kabupaten No. Revisi : 00
....................
Tgl. mulai
: ...........................
berlaku
Halaman : 116 - 141 ........................ ....................... ...........................
I. Pengertian:
Mendaftar dan menerima semua pasien dan atau specimen dan pengambilan spesimen yang mau
periksa ke laboratorium Puskesmas
II. Tujuan:
Peningkatan mutu pelayanan laboratorium Puskesmas dan penatalaksanaan pelayanan secara cepat
terhadap pasien
III. Kebijakan
a. Prosedur
1. Pendaftaran pasien dan atau spesimen
a) Pendaftaran pasien atau specimen dilakukan di meja pendaftaran yang dibuka setiap hari
kerja (Senin-Sabtu) pada jam 07.00 14.00 WIB dan hari Minggu jam 07.00 11.00 WIB
b) Pendaftaran dan pengambilan spesimen diluar gedung dibatasi
c) Petugas pendaftaran melakukan pencatatan:
1) Tanggal pendaftaran
2) Identitas pasien,meliputi: nama,umur, jenis kelamin dan alamat
3) Identitas pengirim
4) Pemeriksaan yang diminta
d) Setelah pasien menyelesaikan administrasi pendaftaran, pasien menuju ruang sampling
2. Penerimaan pasien:
Spesimen yang dapat diperiksa di Laboratorium Puskesmas :
a) Darah
b) Urin
c) Tinja
d) Sputum
b. Instruksi Kerja
1. Menyapa pasien yang datang
2. Menanyakan tujuan pasien datang ke laboratorium Puskesmas
3. Menanyakan pasien apakah ada surat pengantar dari dokter/perawat/bidan
4. Menanyakan jenis pemeriksaan yang dikehendaki bagi pasien yang tidak membawa surat
pengantar dari dokte/perawat/bidan (atas permintaan sendiri),bila kesulitan dianjurkan untuk
melakukan konsultasi dengan dokter Puskesmas
5. Bagi pasien rawat inap di Puskesmas atau pasien yang menghendakipelayanan home service
(pengambilan spesimen di rumah) dapat menghubungi laboratorium Puskesmas terlebih
dahulu,kemudian petugas laboratorium melakukan pengambilan di rumah atau Puskesmas
yang bersangkutan
6. Petugas pendaftaran melakukan pencatatan:
a) Tanggal pendaftaran
b) Identitas pasien, meliputi: nama,umur, jenis kelamin dan alamat
c) Identitas pengirim
d) Pemeriksaan yang diminta
7. Setelah pasien menyelesaikan administrasi, pasien menuju ruang sampling untuk dilakukan
pengambilan
spesimen
8. Untuk pendaftaran spesimen rujukan dilakukan pencocokan antara specimen yang datang
dengan jenis pemeriksaan yang diminta
Lampiran 5
SOP MEDIS
SOP PENANGANAN SYOK ANAFILAKTIK

1. Tujuan:
Sebagai acuan dalam penatalaksanaan syok anafilaktik di Puskesmas...............

2. Ruang lingkup
Semua pasien yang mengalami syok anafilaktik di semua unit layanan yang melakukan tindakan
medis,yaitu:
2.1. Unit layanan UGD
2.2. Unit layanan poli umum
2.3. Unit layanan poli KIA/KB
2.4. Unit layanan ruang persalinan
2.5. Unit layanan poli gigi
2.6. Unit layanan ruang tindakan
2.7. Unit layanan rawat inap

3. Kriteria pencapaian:
Semua tenaga medis dan paramedis mampu dan terampil dalam menangani pelanggan yang
mengalami shock anafilaktik

4. Definisi
Penanganan shock anafilaktik merupakan serangkaian tindakan deteksi cepat dan koreksi segera
terhadap kondisi yang mengancam jiwa akibat terjadinya syok anafilaktik yang disebabkan oleh
pemberian obat obatan / alergi berat.

5. Uraian umum
5.1. Syok merupakan keadaan darurat yang disebabkan oleh kegagalan perfusi darah ke jaringan,
sehingga mengakibatkan gangguan metabolism sel
5.2. Syok anafilaktik adalah syok yang biasanya terjadi segera setelah penyuntikan/pemberian
serum atau obat-obatan terhadap penderita yag sensitif.
Tanda-tanda syok anafilaktik yaitu:
3.2.1. Tanda subyektif : Hal ini sering didahului dengan gejala mual, pusing, nyeri kepala,
gangguan penglihatan, urtikaria, edema wajah, lemas, berdebar dan telinga
berdenging.
3.2.2. Tanda obyektif : keringat dingin, tekanan darah menurun denyut nadi meningkat,
rekuensi napas meningkat.
Selain tanda-tanda syok juga terdapat spasme bronkioli yang menyebabkan asfiksia dan
sianosis.

6. Peralatan
6.1. Tabung oksigen
6.2. Tensimeter
6.3. Ambulans (bila dirujuk)
6.4. Adrenalin ampul
6.5. Difenhidramin 60 80mg
6.6. Deksametason vial
6.7. Aminophilin 1 ampul
6.8. Jarum suntik disposIble 2,5 atau 3 ml
6.9. Infus set dengan menggunakan jarum besar (no. 16 18)
6.10. Cairan ringer lactate (RL) atau NaCl 0,9%

7. Instruksi kerja
No Instruksi kerja Petugas
1 Bebaskan jalan nafas pasien Dokter/perawat/bidan
2 Berikan oksigen 6-8 liter per menit Dokter/perawat/bidan
3 Baringkan pasien dengan posisi kaki lebih tinggi dari kepala (posisi Dokter/perawat/bidan
trendelenburg)
4 Berikan suntikan adrenalin 1:1000 sejumlah 0,2 - 0,5 cc (4-5 strip) Dokter/perawat/bidan
secara subkutan pada bagian tubuh yang mudah dicapai, untuk pasien
anak 0,01 cc per kilogram berat badan
5 Pasang segera infus ringer laktat atau NaCl 0,9% dengan menggunakan Dokter/perawat/bidan
jarum besar (no. 16 18), teteskan 12 tetes/menit untuk memudahkan
tindakan selanjutnya.
6 Amati kesadaran, denyut nadi, tekanan darah, frekuensi pernapasan Dokter/perawat/bidan
untuk memantau apakah ada tanda-tanda kemajuan
7 Apabila tensi tidak terukur atau kurang dari 100 mmHg ulangi Dokter/perawat/bidan
pemberian adrenalin 1 : 10.000 (adrenalin 1 cc ditambah NaCl 9 cc)
diberikan IV sebanyak 2 3 cc, untuk pelanggan anak 0,1 cc per
kilogram berat badan. Dosis dapat diulang setiap 10 menit
8 Setelah infus terpasang dapat diberikan difenhidramin 60 80mg intra Dokter/perawat/bidan
vena (IV) bolus
9 Bila ada wheezing berikan aminophilin 1 ampul IV pelan pelan Dokter/perawat/bidan
10 Sementara itu segera siapkan transportasi untuk merujuk ke rumah Dokter/perawat/bidan
sakit terdekat bila tidak terdapat kemajuan.

8. Diagram alir

Lakukan
pembebasan jalan Berikan masker Tinggikan kaki Berikan injeksi
Mulai oksigen 6-8 liter pasien adrenalin 1:1000
nafas pasien
per menit

Pasang infus RL dg
jarum besar

Bila ada wheezing Setelah infus Dosis dapat


Selesai Apabila tensi tidak
berikan aminophilin terpasang dapat diulang
terukur, berikan injeksi
1 ampul IV pelan2 diberikan setiap 10
adrenalin 1:10.000
difenhidramin menit

9. Referensi
a. Materi Pelatihan General Emergency Life Support dan Penanggulangan Penderita Gawat
Darurat, Seri Medis Teknik Standard. RSU dr. Soetomo FK UNAIR, Surabaya, 2007
b. Primary Trauma Care, buku kerja Versi Januari 2008. Ikatan Dokter Spesialis Anestesi
Indonesia, 2008
c. Simposium Penanganan Penderita Shock. Ikatan Dokter Spesialis Anestesi Indonesia, Surabaya

9. Dokumen terkait
a. Kartu rekam medik non rawat inap/rawat inap pasien
b. Buku register unit layanan terkait
c. Buku rujukan pasien
d. Form rujukan eksternal (Askes/Jamkesmas/umum)
Lampiran 7
SOP CARA CUCI TANGAN

Gambar 2. Cara Cuci Tangan yang Benar

Gambar 3. Cara Menggunakan Alcohol Rub


Lampiran 8

Lampiran 9
PERSETUJUAN TINDAKAN MEDIS

Saya, yang bertanda tangan dibawah ini :


Nama : ...
Umur/kelamin : ....tahun, laki-laki/perempuan.
Alamat : ....
....
Bukti diri/KTP : ....
Setelah mendapatkan penjelasan dari tim medis dengan ini menyatakan dengan sesungguhnya
telah memberikan PERSETUJUAN
Untuk dilakukan tindakan medis berupa **........................
Terhadap diri saya sendiri */isteri/suami*/anak*/ayah*/ibu saya*, dengan
Nama : ............
Umur/kelamin : ....tahun, laki-laki/perempuan.
Alamat : .........
....
Dirawat di :
Bukti diri/KTP : ....
Nomor rekam medis : .
Yang tujuan, sifat dan perlunya tindakan medis tersebut diatas, serta resiko yang dapat
ditimbulkannya telah cukup dijelaskan oleh Dokter/Petugas Puskesmas* dan telah saya mengerti
sepenuhnya.
Demikian pernyataan persetujuan ini saya buat dengan penuh kesadaran dan tanpa paksaan.
........tgl......... ..........tgl.......... ......... tgl..........
Tanda tangan Tanda tangan Yang membuat pernyataan
Saksi-saksi Dokter/Petugas Puskesmas Tanda tangan
1.............

(........) (....) (.)


Nama jelas Nama jelas Nama jelas
2...........
(......)
Nama jelas
** Isi dengan jenis tindakan medis yang akan dilakukan
*Lingkari dan coret yang lain
Lampiran 10
PENOLAKAN TINDAKAN MEDIS

Saya, yang bertanda tangan dibawah ini :


Nama : .........
Umur/kelamin : ........tahun,laki-laki/perempuan.
Alamat : .........
.........
Bukti diri/KTP : .........
Dengan ini menyatakan dengan sesungguhnya telah menyatakan PENOLAKAN
Untuk dilakukan tindakan medis berupa **.......
Terhadap diri saya sendiri */isteri/suami*/anak*/ayah*/ibu saya*,dengan
Nama : ........
Umur/kelamin : .......tahun,laki-laki/perempuan.
Alamat : ........
........
Bukti diri/KTP : ........
Dirawat di : .....
Nomor rekam medis : .....
Saya juga telah menyatakan dengan sesungguhnya dengan tanpa paksaan bahwa saya :
a. Telah diberikan informasi dan penjelasan serta peringatan akan bahaya, resiko serta
kemungkinan-kemungkinan yang timbul apabila tidak dilakukan tindakan medis berupa
**.......................................
.
b. Telah saya pahami sepenuhnya informasi dan penjelasan yang diberikan dokter.
c. Atas tanggung jawab dan resiko saya sendiri tetap menolak untuk dilakukan tindakan medis
yang dianjurkan dokter .
......tgl........ .......tgl.......... .......tgl.........
Tanda tangan Tanda tangan Yang membuat pernyataan
Saksi-saksi Dokter Tanda tangan
1......

(.) () (.)
Nama jelas Nama jelas Nama jelas
2.

(..)
Nama jelas
** Isi dengan jenis tindakan medis yang akan dilakukan
* Lingkari dan coret yang lain
Lampiran 11

KOP PUSKESMAS

KEPUTUSAN KEPALA UPT PUSKESMAS ..


No.
TENTANG
PENDELEGASIAN PENGOBATAN DASAR
DI UPT PUSKESMAS ................

Menimbang : dst,
Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran
2. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan
3. Permenkes no . 512/Menkes/Per/IV/2009 tentang Ijin Praktik Dokter dan
Pelaksanaan Praktek Kedokteran
Memperhatikan: Untuk meningkatkan tanggung jawab dan akuntabilitas pelayanan Kesehatan
bagi petugas maupun masyarakat di UPT Puskesmas..........
Dan keterbatasan tenaga medis di UPT Puskesmas .................... maka perlu diberikan
kewenangan dalam hal pelayanan kesehatan dasar kepada perawat di Puskesmas

No Nama NIP Pangkat / Golongan Jabatan Desa

4 dst

MEMUTUSKAN
Menetapkan :
KESATU : Daftar nama perawat di UPT Puskesmas ............................ tersebut diatas dinilai
mampu untuk melaksanakan pendelegasian tugas pelayanan kesehatan tingkat
dasar (Pemeriksaan dan pengobatan) berdasarkan prosedur tetap yang telah dibuat
sesuai dengan kemampuan dan pengetahuan yang dimiliki.

KEDUA : Pendelegasian pengobatan dasar di UPT Puskesmas ...................... kepada perawat


dilakukan apabila:
1. Dokter yang melakukan pemeriksaan dan pengobatan tidak ada di tempat
karena tugas kedinasan lain atau berhalangan hadir atau izin
2. Keadaan situasional tertentu seperti jumlah yang banyak yang tidak dapat
ditangani oleh dokter yang ada atau ada kejadian Luar Biasa (KLB)

KETIGA : Kepala Puskesmas bertindak sebagai penanggung jawab dan menerima laporan
langsung dari perawat Puskesmas.

KEEMPAT : Segala sesuatu akan diubah dan ditetapkan kembali apabila ternyata dikemudian
hari terdapat kekeliruan dalam Surat Keputusan ini
KELIMA : Surat Keputusan ini berlaku sejak tanggal ditetapkan

Ditetapkan di ...........................
Pada tanggal : ........................
Kepala UPT Puskesmas Dokter yang memberi wewenang

................................................. ....................................................
NIP : ...................................... NIP : ..........................................

Tembusan:
2. Koordinator Pengobatan Dasar
3. Koordinator Tata Usaha
4. Yang bersangkutan
Lampiran 12
KUESIONER PENYUSUNAN INDEKS KEPUASAN MASYARAKAT
INSTANSI PENYELENGGARA PELAYANAN PEMERINTAH
DEP/LPN/PROV/KAB/KOTA/BUMN/BUMD*):..

SURVEI KEPUSAN MASYARAKAT TERHADAP PELAYANAN PUBLIK

Bapak/Ibu/Saudara Yang Terhormat

Pemerintah dan dunia usaha sangat membutuhkan insformasi unit pelayanan instansi pemerintah secara
rutin . Untuk itu pemerintah berupaya menyajikan INDEKS KEPUASAN MASYARAKAT secara rutin, yang
diharapkan mampu memberikan gambaran mengenai kualitas pelayanan di instansi pemerintah pada
masyarakat. Indeks tersebut diperoleh berdasarkan pendapat masyarakat, yang di kumpulkan melalusi SURVEI
KEPUASAN MASYARAKAT TERHADAP UNIT PELAYANAN PUBLIK.

Survei ini MENANYAKAN PENDAPAT masyarakat, mengenai pengalaman dalam memperoleh


pelayanan instansi pemerintah atas penyelenggaraan pelayanan.

PERTANYAAN SENGAJA DIRANCANG SESEDERHANA MUNGKIN, untuk tidak mengambil waktu


bapak/ibu/saudara yang sangat berharga. Pendapat bapak/ibu/sauadara akan sangat me mbantu keberhasilan
survey ini sebagai dasar penyusunan indeks kepusan dalam upaya peningkatan mutu pelayanan instansi
pemerintah kepada masyarakat.

Jawaban hanya dipergunakan untuk kepentingan survei.

Atas perhatian dan partisipasinya, disampaikan terima kasih.


..2013

INSTANSI PENYELENGGARAAN PELAYANAN PEMERINTAH


DEP/LPN/PROV/KAB/KOTA/BUMN/BUMD*):..
SURVEI KEPUASAN MASYARAKAT TERHADAP PELAYANAN PUBLIK

BIDANG :
UNIT PELAYAN :
AlAMAT :
TELPON/FAX :
(.,2013)

PERHATIAN.
1. Tujuan survey ini adalah untuk memperoleh gambaran secara obyektif mengenai kepuasan masyarakat
terhadap pelayanan public
2 Nilai yang diberikan oleh masyarakat diharapkan sebagai nilai yang dapat dipertanggung jawabkan
3 Hasil survey ini akan digunakan untuk bahan penyusunan indeks kepuasan masyarakat terhadap
pelayanan public yang sangat bermanfaat bagi pemerintah maupun masyarakat
4 Keterangan ini yang diberikan bersifat terbuka dan tidak dirahasiakan
5 Survei ini tidak ada hubungannya dengan pajak ataupun politik

**Coret yang tidak perlu


DATA MASYARAKAT (RESPONDEN) Diisi oleh Petugas
(Lingkari Kode Angka Sesuai Jawban Masyarakat/Responden)
Nomor Responden
Umur Tahun
Jenis Kelamin 1.Laki-Laki 2.Perempuan
Pendidikan Terakhir 1.SD Kebawah 4.D1-D3-D4
2.SLTP 5.S1
3.SLTA 6. S2 ke atas
Pekerjaan Umum 1.PNS/TNI/Porli 4.Pelajar
2.Pegawai Swasta
Wirausahawan
II.DATA PENCACAH/PENGUMPUL DATA
Nama
Nip/Data Lain
III.PENDAPAT RESPONDEN TENTANG PELAYANAN PUBLIK
(Lingkari Kode Huruf Sesuai Jawaban Masyarakat/Responden)
1 Bagaimana Pemahaman Saudara Tentang P*) 8. Bagaimana pendapat saudara tentang Keadilan P*)
kemudahan prosedur pelayanan di unit ini. untuk mendapatkan pelayanan di unit ini.
a.Tidak mudah 1 a.Tidak adil 1
b.Kurang mudah 2 b.Kurang adil 2
c.Mudah 3 c.Adil 3
d.Sangat mudah 4 d.Sangat adil 4
2. Bagaimana pendapat saudara tentang 9. Bagaimana pendapat saudara tentang kesopanan
kesesuaian persyaratan pelayanan dengan dan keramahan petugas dalam memberikan
jenis pelayanannya. 1 pelayanan. 1
a.Tidak sesuai 2 a.Tidak sopan dan ramah 2
b.Kurang sesuai 3 b.Kurang sopan dan ramah 3
c.Sesuai 4 c.Sopan dan ramah 4
d.Sangat jelas d.Sanagt sopan dan ramah
3. Bagaimana pendapat saudara tentang 10 Bagaimana pendapat saudara tentang kewajaran
kejelasan dan kepastian petugas yang . biaya untuk mendapatkan pelayanan.
melayani. 1 a.Tidak wajar 1
a.Tidak jelas 2 b.kurang wajar 2
b.Kurang jelas 3 c.wajar 3
c.Jelas 4 d.Sangat wajar 4
d.Sangat jelas
4. Bagaimana pendapat saudara tentang 11 Bagaimana pendapat saudara tentang kesuaian
kedisiplinan petugas dalam memberikan . antara biaya yang dibayarkan dengan biaya yang
pelayanan. dibayarkan dengan biaya yang telah ditentukan
a.Tidak disiplin 1 a.Selalu tidak sesuai 1
b.Kurang disiplin 2 b.Kadang-kadang sesuai 2
c.Disiplin 3 c.Banyak sesuainya 3
d.Sangat disiplin 4 d.Selalu sesuai 4
5. Bagaimana pendapat saudara tentang tagung 12 Bagaimana pendapat saudara tentang ketepatan
jawab petugas dalam memberikan pelayanan. . pelaksanaan terhadap jadwal waktu pelayanan
a.tidak bertanggung jawab 1 a.Selalu tidak tepat 1
b.Kurang bertanggung jawab 2 b.Kadang-kadang tepat 2
c.Bertanggung jawab 3 c.Banyak tepanya 3
d.Sangat bertanggung jawab 4 d.Selalu tepat 4
6. Bagaimana pendapat saudara tentang 13 Bagaimana pendapat Saudara tentang
kemampuan petugas dalam memberikan . kenyamanan di lingkungan unit pelayanan
pelayanan. 1 a.Tidak nyaman 1
a.Tidak mampu 2 b.kurang nyaman 2
b.Kurang mampu 3 c.Nyaman 3
c.mampu 4 d.Sangat nyaman 4
d.sangat mampu
7. Bagaimana pendapat saudara tentang 14 Bagaimana pendapat saudara tentang keamanan
kecepatan pelayanan di unit ini. pelayanan di unit ini.
a.Tidak cepat 1 a.tidak aman 1
b.Kurang cepat 2 b.Kurang aman 2
c.Cepat 3 c.Aman 3
d.Sangat cepat 4 d.sangat aman 4
Lampiran 13
Standar Kurikulum PPGD Untuk Dokter dan Perawat Puskesmas
A. Kurikulum PPGD Untuk Dokter

NO MATERI DOKTER
A Materi Dasar : T Prk Jml
1. Pedoman Kegawatdaruratan 1 0 1
2. Sistem Penanggulangan Gawat Darurat Terpadu ( SPGDT ) 1 0 1
3. Etika dan Hukum Kesehatan
1 0 1
3 0 3
B Materi Inti :
A.Materi Teknis Medis Standar
1. Dasar-dasar PPGD 1 0 1
2. Airway, Breathing,Circulation,Drug,,Disabilty, Differential 3 7 10
Diagnosis (A,B,C,D) Problem dan Management
3. Resusitasi Jantung Paru
4. Penilaian rekaman EKG 1 2 3
5. Penggunaan Defibrilator 1 1 2
1 2 3
B.Materi Teknis Medis Khusus
1. Kegawatdaruratan Bedah/ penanganan trauma
2.Kegawatdaruratan Penyakit Dalam/ Jantung 4 9 13
3.Kegawatdaruratan Obstetri ( Kebidanan ) 4 6 10
4. Kegawatdaruratan bayi baru lahir, bayi dan anak 4 6 10
5.Kegawatdaruratan Neurologi 4 6 10
6. Kegawatdaruratan Psikiatri 2 0 2
&. Stablisasi dan Transportasi 1 0 1
1 2 3
C.Prinsip Penanganan Bencana
1 3 4
28 44 72
C Materi Penunjang :
1.Dinamika kelompok 0 2 2
2.Geomedic Mapping 1 0 1
3.Materi lokal spesifik 2 0 2
4.Komunikasi interpersonal 1 0 1
4 2 6
Jumlah 35 46 81

B. Kurikulum PPGD untuk Perawat :

NO MATERI DOKTER
A Materi Dasar : Teori Praktek Jml
1. Pedoman Kegawatdaruratan 1 0 1
2. Sistem Penanggulangan Gawat Darurat Terpadu ( SPGDT ) 1 0 1
3. Etika & Hukum Kesehatan
1 0 1
3 0 3
B Materi Inti :
A.Materi Teknis Medis Standar
1. Dasar-dasar PPGD 1 1 2
2. Airway, Breathing,Circulation,Drug,,Disabilty, Differential 3 7 10
Diagnosis (A,B,C,D) Problem dan Management
3. Resusitasi Jantung Paru
4. Penilaian rekaman EKG 2 7 9
5. Penggunaan Defibrilator 1 2 3
1 0 1
B.Materi Teknis Medis Khusus
1. Kegawatdaruratan Bedah/ penanganan trauma
2.Kegawatdaruratan Penyakit Dalam/ Jantung 5 5 10
3.Kegawatdaruratan Obstetri ( Kebidanan ) 3 6 9
4. Kegawatdaruratan bayi baru lahir, bayi dan anak 2 7 9
5.Kegawatdaruratan Neurologi 2 7 9
6. Kegawatdaruratan Psikiatri 1 0 1
&. Stablisasi dan Transportasi 1 0 1
1 3 4
C.Prinsip Penanganan Bencana
1 3 4
24 48 72

C Materi Penunjang :
1.Dinamika Kelompok 0 2 2
2.Geomedic Mapping 1 0 1
3. Materi lokal spesifik 2 0 2
4.Komunikasi interpersonal 1 0 1

4 2 6
Jumlah 31 50 81
Catatan :
1. Perbedaan stuktur program untuk dokter dan perawat/bidan adalah jumlah jam pelajaran (jpl)
Teori dan Praktek
2. Materi Penunjang : Muatan Lokal disesuaikan dengan jenis penyakit/permasalahan di wilayah
setempat

Lampiran 14
KUESIONER SURVEI KEPUSAN MASYARAKAT TERHADAP PELAYANAN PUSKESMAS

INSTANSI PENYELENGGARA PELAYANAN PEMERINTAH


DEP/LPN/PROV/KAB/KOTA/BUMN/BUMD*):..
SURVEI KEPUSAN MASYARAKAT TERHADAP PELAYANAN PUSKESMAS

Bapak/Ibu/Saudara Yang Terhormat

Pemerintah dan dunia usaha sangat membutuhkan insformasi unit pelayanan instansi pemerintah
secara rutin . Untuk itu pemerintah berupaya menyajikan INDEKS KEPUASAN MASYARAKAT
secara rutin, yang diharapkan mampu memberikan gambaran mengenai kualitas pelayanan di instansi
pemerintah pada masyarakat. Indeks tersebut diperoleh berdasarkan pendapat masyarakat, yang di
kumpulkan melalusi SURVEI KEPUASAN MASYARAKAT TERHADAP UNIT PELAYANAN
PUBLIK.

Survei ini MENANYAKAN PENDAPAT masyarakat, mengenai pengalaman dalam memperoleh


pelayanan instansi pemerintah atas penyelenggaraan pelayanan.

PERTANYAAN SENGAJA DIRANCANG SESEDERHANA MUNGKIN, untuk tidak mengambil


waktu bapak/ibu/saudara yang sangat berharga. Pendapat bapak/ibu/sauadara akan sangat membantu
keberhasilan survey ini sebagai dasar penyusunan indeks kepusan dalam upaya peningkatan mutu
pelayanan instansi pemerintah kepada masyarakat.

Jawaban hanya dipergunakan untuk kepentingan survei.

Atas perhatian dan partisipasinya, disampaikan terima kasih.


,..2013

INSTANSI PENYELENGGARAAN PELAYANAN PEMERINTAH


DEP/LPN/PROV/KAB/KOTA/BUMN/BUMD*):..
SURVEI KEPUASAN MASYARAKAT TERHADAP PELAYANAN PUSKESMAS

BIDANG :
UNIT PELAYAN :
AlAMAT :
TELPON/FAX :

(.,2013)

PERHATIAN.
1. Tujuan survey ini adalah untuk memperoleh gambaran secara obyektif mengenai kepuasan
masyarakat terhadap pelayanan public
2 Nilai yang diberikan oleh masyarakat diharapkan sebagai nilai yang dapat dipertanggung
jawabkan
3 Hasil survey ini akan digunakan untuk bahan penyusunan indeks kepuasan masyarakat terhadap
pelayanan public yang sangat bermanfaat bagi pemerintah maupun masyarakat
4 Keterangan ini yang diberikan bersifat terbuka dan tidak dirahasiakan
5 Survei ini tidak ada hubungannya dengan pajak ataupun politik

**Coret yang tidak perlu

DATA MASYARAKAT (RESPONDEN)

(Lingkari Kode Angka Sesuai Jawban Masyarakat/Responden) Diisi oleh Petugas


Nomor Responden
Umur Tahun

Jenis Kelamin 1.Laki-Laki 2.Perempuan

Pendidikan Terakhir 1.SD Kebawah 4.D1-D3-D4


2.SLTP 5.S1
3.SLTA S2 ke atas
Pekerjaan Umum 1.PNS/TNI/Porli 4.Pelajar
2.Pegawai Swasta
Wirausahawan

II.DATA PENCACAH/PENGUMPUL DATA


Nama
Nip/Data Lain

III.PENDAPAT RESPONDEN TENTANG PELAYANAN PUSKESMAS


(Lingkari Kode Huruf Sesuai Jawaban Masyarakat/Responden)
1 Bagaimana Pemahaman Saudara Tentang P*) 8. Bagaimana pendapat saudara tentang P*)
kemudahan prosedur pelayanan di unit Keadilan untuk mendapatkan pelayanan di
ini. 1 unit ini. 1
a.Tidak mudah 2 a.Tidak adil 2
b.Kurang mudah 3 b.Kurang adil 3
c.Mudah 4 c.Adil 4
d.Sangat mudah d.Sangat adil
2 Bagaimana pendapat saudara tentang 9. Bagaimana pendapat saudara tentang
. kesesuaian persyaratan pelayanan dengan kesopanan dan keramahan petugas dalam
jenis pelayanannya. 1 memberikan pelayanan. 1
a.Tidak sesuai 2 a.Tidak sopan dan ramah 2
b.Kurang sesuai 3 b.Kurang sopan dan ramah 3
c.Sesuai 4 c.Sopan dan ramah 4
d.Sangat jelas d.Sanagt sopan dan ramah
3 Bagaimana pendapat saudara tentang 10 Bagaimana pendapat saudara tentang
. kejelasan dan kepastian petugas yang . kewajaran biaya untuk mendapatkan
melayani. 1 pelayanan. 1
a.Tidak jelas 2 a.Tidak wajar 2
b.Kurang jelas 3 b.kurang wajar 3
c.Jelas 4 c.wajar 4
d.Sangat jelas d.Sangat wajar
4 Bagaimana pendapat saudara tentang 11 Bagaimana pendapat saudara tentang
. kedisiplinan petugas dalam memberikan . kesuaian antara biaya yang dibayarkan
pelayanan. dengan biaya yang dibayarkan dengan biaya
a.Tidak disiplin 1 yang telah ditentukan 1
b.Kurang disiplin 2 a.Selalu tidak sesuai 2
c.Disiplin 3 b.Kadang-kadang sesuai 3
d.Sangat disiplin 4 c.Banyak sesuainya 4
d.Selalu sesuai
5 Bagaimana pendapat saudara tentang 12 Bagaimana pendapat saudara tentang
. tagung jawab petugas dalam memberikan . ketepatan pelaksanaan terhadap jadwal
pelayanan. 1 waktu pelayanan 1
a.tidak bertanggung jawab 2 a.Selalu tidak tepat 2
b.Kurang bertanggung jawab 3 b.Kadang-kadang tepat 3
c.Bertanggung jawab 4 c.Banyak tepanya 4
d.Sangat bertanggung jawab d.Selalu tepat
6 Bagaimana pendapat saudara tentang 13 Bagaimana pendapat Saudara tentang
. kemampuan petugas dalam memberikan . kenyamanan di lingkungan unit pelayanan
pelayanan. 1 a.Tidak nyaman 1
a.Tidak mampu 2 b.kurang nyaman 2
b.Kurang mampu 3 c.Nyaman 3
c.mampu 4 d.Sangat nyaman 4
d.sangat mampu
7 Bagaimana pendapat saudara tentang 14 Bagaimana pendapat saudara tentang
. kecepatan pelayanan di unit ini. keamanan pelayanan di unit ini.
a.Tidak cepat 1 a.tidak aman 1
b.Kurang cepat 2 b.Kurang aman 2
c.Cepat 3 c.Aman 3
d.Sangat cepat 4 d.sangat aman 4
Sesuai dengan KEPMENKES RI No. 50/MENKES/SK/1998, telah diberlakukan Klasifikasi
Statistik Internasional Mengenai Penyakit Revisi Kesepuluh (ICD-X). Berikut rincian bab ICD-X:

No Kelompok Penyakit Kode Awal

I Penyakit infeksi dan parasit A00-B99


I.1. Penyakit infeksi virus A80-B30
I.2. Penyakit Jamur Kulit B31-B37
I.3.Penyakit Parasitik B38-B58

I.4. Penyakit Kecacingan B59-B99


II Neoplasma C00-D48
III Penyakit darah dan organ pembentuk darah dan gangguan mekanisme immune D50- D89
IV Endokrin, gizi dan ganguan metabolik E00-E90
V Ganguan jiwa dan perilaku F00-F99

VI Penyakit susunan syaraf G00-G99

VII Penyakit mata dan adnexa mata H00-H59


VIII Penyakit telinga dan mastoid H60-H95
IX Penyakit kardiovaskuler I00-I99
X Penyakit sistem pernafasan J00-J99
XI Penyakit gigi dan mulut K00-K14
XII Penyakit infeksi saluran cerna K15-K99
XIII Infeksi kulit L00-L99

XIV Penyakit muskulokeletal M00- M99

XV Penyakit Urogenital N00-N99


XVI Penyakit kebidanan O00-O99

XVII Gejala dan tanda penyakit R00-R99

XVIII Keadaan akibat trauma S00-T98

Tabel 3.1. Kode Diagnosa ICD X Berdasarkan Nama Penyakit


I. A00-B99 Kelompok Penyakit Infeksi Dan Parasit
A00 Kholera A54.3 Conjungtivitis purulenta kornea B35.1 Tinea unguinum
baik(Gonococcal)
A01 Typhus dan Paratyphus A54.9 Gonococcal infection yang tidak B35.3 Tinea pedis (Jamur Kaki/ rangen)
spesifik
A03.0 Disentri basiler (shigellosis) A55 Klamidia (Lymphogranuloma B35.4 Tinea corporis (jamur Badan)
Venereum)/LGV
A05.9 Keracunan makanan oleh bakteri A57 Chancroid B35.6 Tinea cruris (jamur di
selangkangan)
A06.0 Disentri amuba akut A59.0 Trichomoniasis saluran kencing B35.9 Dermatophytosis, unspecified
dan kelamin
A06.1 Disentri amuba kronis A60 Herpes viral Anogenital (herpes B36 Jamur kulit lain
simpleks)
A07.1 Giardiasis [lambliasis] A63.0 Condiloma /Anogenital B36.0 Panu / Pityriasis versicolor
(venereal) warts
A09.a Diare and gastroenteritis tanpa A64 IMS lain yang tidak B37.0 Candidal stomatitis
dehidrasi spesifik(keputihan)
A09.b Diare and gastroenteritis dehidrasi A66 Frambusia B37.3+ Candidiasis pada vulva dan vagina
ringan/sedang (N77.1*)
A09.c Diare and gastroenteritis dehidrasi A71 Trachoma B37.9 Candidiasis, unspecified
berat
A15.0 TBC paru BTA (+)
A16.0 TBC Klinis BTA negatif A80- Penyakit Infeksi Virus B38-B58 Penyakit Parasitik
B30
A16.2 TBC Klinis tanpa periksa BTA A80.3 AFP B50 Malaria Falcifarum (Plasmodium
falciparum)
A18.2 TBC kelenjar A82 Rabies B51 Malaria Plasmodium vivax
A18.8+ TBC extra paru pada organ lainya A91 DHF (Dengue haemorrhagic B52 Malaria Plasmodium malariae
fever)
A19.9 TB Milier A92.0 Chikungunya virus disease B53.0 Malaria Plasmodium ovale
A22 Anthrax B00 Herpesviral [herpes simplex] B54 Malaria tidak spesifik
infections
A25 Pes B01 Varicella [chickenpox] B58 Toxoplasmosis
A27 Leptospirosis B02 Herpes zooster B59-B99 Penyakit Kecacingan
A30.1 Kusta tipe kering/PB MH B03 Smallpox (cacar) B68 Cacing Pita Taeniasis
A30.5 Kusta tipe basah / MB MH B05 Measles / campak / gabag / B74 Filariasis
morbili
A31.1 Infeksi mykobakterial kulit B06 Rubella [German measles] B76.9 Cacing Tambang (Hookworm
(dermatitis infeksi) disease, )
A33 Tetanus neonatorum B07 Viral warts / caplak / B77 Cacing Gelang / Ascariasis
verucca/kutil
A35 Tetanus lain BI5 Hepatitis A akut B78 Strongyloidiasis
A36 Diphtheria B16 Hepatitis B akut B79 Cacing Trichuriasis/cacing cambuk
A37 Batuk rejan/Whooping cough B17 Hepatitis virus akut lain B80 Cacing Enterobiasis (cacing kremi)
A39 Meningitis infeksi B18 Hepatitis virus Kronik B85 Pediculosis and pthiriasis
A41 Sepsis B23.0 HIV Akut B86 Scabies
A46 Erysipelas B26 Mumps / Parotitis / Gondongan B90 Gejala sisa tuberculosis
A48.0 Gas gangrene B30 Conjunctivitis Virus B91 Gejala sisa poliomyelitis
A49.9 Infeksi bakteri tidak spesifik B31- Penyakit Jamur Kulit B92 Gejala sisa Morbus Hansen
B37
A50 Syphilis Congenital (bawaan) B35 Dermatophytosis (JAMUR Kulit)
A51 Syphilis dini B35.0 Tinea barbae and tinea capitis
(Kadas)
A52 Syphilis fase lanjut
II. C00-D48 Tumor
C00 Tumor ganas bibir C43.9 Tumor ganas Melanoma tidak D10 Tumor jinak pada mulut dan faring
spesifik
C01 Tumor ganas lidah C50 Tumor ganas pada payudara D13 Tumor jinak sistem pencernaan
C11 Tumor ganas Nasopharing C51 Tumor ganas pada vulva D14 Tumor jinak telinga tengah, sistem
pernafasan
C15 Tumor ganas esofagus C53 Tumor ganas pada cervix uteri D16 Tumor jinak tulang dan tulang
rawan artikular
C16 Tumor ganas lambung C54 Tumor ganas pada corpus uteri D18 Haemangioma dan lymphangioma
C17 Tumor ganas usus kecil C56 Tumor ganas pada Ovarium D23 Tumor jinak kulit
C18 Tumor ganas usus besar / Kolon C63 Tumor ganas lain pada Kelamin D24 Tumor jinak payudara
Laki
C20 Tumor ganas rektum C68.9 Tumor ganas saluran kencing D25 Myoma of uterus
C22 Tumor ganas liver dan sal empedu C69 Tumor ganas mata dan adnexa D34 Tumor jinak kel. Thyroid
C34 Tumor ganas pada paru dan C76.0 Tumor ganas kepala, wajah, leher D36 Tumor jinak lain pada tempat lain
bronkus
C40 Tumor ganas tulang dan tl rawan C90 Tumor ganas sel plasma D40.0 Tumor jinak prostate/BPH
,myeloma
C43 Tumor ganas melanoma pada kulit C95 Leukemia D41 Tumor jinak saluran kencing
D48.6 Tumor jinak dada ( FAM, FCD, dll)

III. D 50- D89 Penyakit Darah Dan Organ Pembentuk Darah Dan Gangguan Mekanisme Immune
D50.8 Anemia Defisiensi Besi (Fe) D53.9 Anemia kurang gizi D64.9 Anemia, unspecified (Anemia
Aplastik)
D52 Anemia Defisiensi Asam Folat D56 Thalassaemia D66 Haemofili A( factor VIII deficiency)
IV.E00 - E90 kelompok endokrin, nutrisi dan ganguan metabolik
E01.0 Gondok endemis (Iodine- E34.9 Gangguan endokrin, tidak E50.3 Xeropthalmia /Vit A defi. dengan
deficiency-related diffuse ) ditentukan kekeruhan kornea(X2A)
E01.1 Gondok endemis multi nodular E40 Kwashiorkor E50.4 Xeropthalmia /Vit A def. dengan
keratomalacia(X3A)

E05.9 Thyrotoxicosis, unspecified E41 Marasmus E50.5 Xeropthalmia /Vit A deficiency dg


Buta senja (Xn)

E06 Thyroiditis E42 Marasmic kwarshiorkor E50.6 Xeropthalmia /Vit A def dengan
scars pada kornea (XS)
E10 DM tipe I (Insulin-dependent E44 Malnutrisi Protein-energy ringan E66 Obesitas
diabetes mellitus s/d sedang/BGM
E10.5 DM tipe I (IDDM komplikasi E50.0 Vitamin A deficiency with E73.9 Laktosa intoleransi, tidak ditentukan
perifer circulatory /gangrene) conjunctival xerosis (X1A)
E11 DM II (Non-insulin-dependent E50.1 Vit A def. dg Bitots spot and E78.0 Pure hiperkolesterolemia
diabetes mellitus conjunctival xerosis (X1B)
E11.5 DM tipe II NIDDM komplikasi E50.2 Xeropthalmia /Vit A def. dengan E78.5 Hiperlipidemia, unspecified
perifer circulatory / gangrene) kekeruhan kornea X2A)
E79 Hiperuricemia dan pirimidin
IV. F00-F99 Ganguan Jiwa Dan Prilaku
F00 Demensia F23 Gangguan psikotik akut F52.4 Ejakulasi dini
F05 Delirium F31 Gangguan afektif / Kepribadian F52.5 Vaginismus non organik
bipolar
F10 Gangguan mental akibat F32 Neurosa depresi F52.6 Dispareunia non organik
penggunaan alkohol
F11 Gangguan mental akibat F40 Neurosa fobia (Phobic anxiety) F52.7 Dorongan seksual yang berlebihan
penggunaan opioid
F12 Gangguan mental akibat F41 Neurosa cemas (Anxietas) F53 Gangguan Jiwa , Perilaku
Kanabinoid Berhubungan Nifas
F13 Gangguan mental akibat obat F41.2 Neurosa campuran anxietas dan F55 Pnyalahgunaan obat tidak
penenang depresif menimbulkan ketergantungan
F14 Gangguan mental akibat F42 Neurosa obsesif-kompulsif F69 Gangguan prilaku pada dewasa
penggunaan kokain
F15 Gangguan mental akibat stimulan F43 Reaksi terhadap stres berat, dan F70 Retardasi mental ringan
lain gangguan penyesuaian
F16 Gangguan mental akibat F44.9 Neurosa histeria (gangguan F71 Retardasi mental sedang
halusinogen disosiatif /konversi)
F17 Gangguan mental akibat tembakau F45.9 Psikosomatis F72 Retardasi mental berat
F19 Gangguan mental akibat narkoba , F48. Neurastenia F80.0 Khusus gangguan artikulasi bicara
zat psikoaktif lain
F20.0 Schizophrenia Paranoid F50.0 Anoreksia nervosa F82 Gangguan perkembangan fungsi
motorik khas
F20.1 Schizophrenia Hebephrenic F51.0 Insomnia non organik F83 Campuran gangguan
perkembangan spesifik
F20.2 Schizophrenia Catatonic F52.0 Kurang atau hilangnya nafsu F84.0 Autis masa kanak-kanak
seksual
F20.9 Skizofrenia, tidak spesifik F52..1 Tidak menyukai dan tdak F90.1 Hiperaktif masa kanak-kanak
menikmati seks
F20.5 Residual schizophrenia F52.2 Kegagalan dari respons genital F93.9 Gangguan emosional masa kanak-
kanak
F22 Gangguan waham (delusion) F52.3 Disfungsi orgasme F98.2 Gangguan makan masa bayi dan
menetap kanak-kanak
VI. G00-G99 Penyakit Susunan Syaraf
G20 Parkinsons disease G46* CVA G61.0 Guilain Barre sindrom
G40.1 Epilepsi parsial (kejang sederhana ) G47.0 Insomnia(Ggg memulai dan G62.9 Polineuropathi, unspecified
mempertahankan tidur )
G40.6 Epilepsi Grand mall G51.0 Bells palsy G81 Hemiplegia
G43.9 Migrain G51.3 TIK/Clonic hemifacial spasm G82 Paraplegia and tetraplegia
G44.8 Tension Head Ache (THA) G54 Gangguan ujung syaraf dan G91 Hydrocephalus
plexus
G45 TIA (Transient cerebral Ischaemic G56.0 Carpal Tunnel Syndrome
Attack)
VII. H00 - H59 Penyakit Mata Dan Adnexa Mata
H00.0 Hordeolum dan radang kelopak H16.0 Ulkus kornea (konjungtivitis H40.1 Glaukoma primer sudut terbuka
mata lain purulenta kornea rusak)
H00.1 Kalazion H17 Luka dan kekeruhan kornea H40.2 Glaukoma primer sudut tertutup
H01.0 Blepharitis Keratitis herpes viral dan H49.9 Strabismus / Mata juling
H19.1* keratoconjunctivitis (B00.5+)

H02.6 Xanthelasma pada kelopak mata H25 Katarak senilis H52.0 Hypermetropia
H04.0 Dacryoadenitis (radang kelenjar air H25.0 Katarak insipien ( ancaman / H52.1 Myopia
mata) immatur katarak )
H04.9 Kelainan Kelenjar Air Mata H25.1 Katarak Matur inti lensa H52.2 Astigmatism
H10 Conjunctivitis H26.1 Katarak traumatik H52.4 Presbyopia
H10.0 Mucopurulent conjunctivitis H26.2 Katarak komplikasi H53.5 Kekurangan penglihatan warna
H11.0 Pterygium H26.3 Obat-induced katarak H54.0 Kebutaan, kedua mata
H11.3 Perdarahan conjungtiva H26.4 Setelah katarak H54.2 Low vision, kedua mata
H15 Scleritis 28.0* Katarak diabetikum H54.4 Kebutaan, salah satu mata
H16 Keratitis H40.0 Suspek Glaucoma H54.5 Low vision, satu mata
VIII. H60-H95 Penyakit Telinga Dan Mastoid

H60 Otitis externa / infeksi telinga luar H66.3 Otitis media supuratif kronik H81.4 Vertigo
(OMPK)
H61 Kelainan telinga luar H70.0 Mastoiditis akut H83.3 Efek kebisingan pada telinga (Nihl)
H65 Otitis Media Nonsuppurative H70.1 Mastoiditis kronis H91.1 Presbycusis
(OMA)
H66 Otitis Media Suppurative (OMP) H71 Cholesteatoma (cerumen H90.2 Gangguan pendengaran konduktif
dan lainya obsturans)
H66.0 Otitis Media Supuratif Akut H72 Membran timpani berlubang H90.5 Gangguan pendengaran
(OMPA) sensorineural
H93.1 Tinitus
IX. I 00 I 99 Penyakit Kardiovaskuler
I08 Penyakit katup Jantung I20 Angina pectoris I61.9 CVA (Intracerebral haemorrhage)
I09.0 Jantung rematik ( Rheumatic I21 Acute Myocardial I64 Stroke
myocarditis) Infarction (AMI)
I10a Hipertensi esensial I24 Penyakit iskemik jantung I69.4 Gejala sisa stroke
ringan(T140/90-159/99)
I10b Hipertensi esensial I48 Atrial fibrillation and flutter I73.0 Sindrom Raynaud
lsedang(T160/100-179/109)
I10c Hipertensi esensial I49 Aritmia jantung I80 Phlebitis and thrombophlebitis
berat(T180/110-209/119)
I10d Hipertensi esensial sangat I50 Gagal Jantung (Heart failure) I84 Haemorrhoid
berat(T>209/>119)
I11.0 Hipertensi dengan penyakit jantung I50.9 Decompensasio Cordis (Payah I95 Hipotensi
(kongestif) Jantung)
X. J00-J99 Penyakit Pada Sistem Pernafasan
J00 Nasofaringitis akut [common cold] J18.0 Bronchopneumonia, unspecified J39.0 Abses retropharyngeal dan
parapharyngeal
J01 Sinusitis akut J18.9 Pneumonia, unspecified J41 Bronchitis kronis
J02 Faringitis akut 18.9a Pneumonia berat J44 Penyakit paru obstruktif kronik
J03 Tonsillitis akut J20.9 Bronchitis akut tidak specifik J45 Asthma bronchiale
J04.0 Laryngitis akut J22 Infeksi saluran pernafasan bawah J46 Status asthmaticus
akut lainnya
J04.1 Tracheitis akut J30 Rhinitis Alergi / vasomotor J47 Bronchiectasis
J10 Influenza, virus teridentifikasi J35.9 Tonsil dan adenoid (penyakit) J66 Penyakit saluran napas karena debu
(avian, babi dll) tidak spesifik organik tertentu
J11 Influenza, virus tidak J33 Polip hidung J84.9 Penyakit jaringan paru tidak
teridentifikasi spesifik
J12 Viral pneumonia, not elsewhere J39 Penyakit saluran pernapasan J90 Efusi pleura
classified bagian atas,lainnya
Xi. K00-K99 Penyakit Gigi Dan Mulut
K00 Gangguan pertumbuhan dan erupsi K04.2 Degenerasi pulpa K07.6 Kelainan sendi Temporomandibular
gigi
K00.0 Anodontia K04.3 Abnormal pembentukan jaringan K08.2 Atrofi dari edentulous alveolar
keras di pulpa ridge
K00.3 Mottled teeth K04.4 Apikal periodontitis akut dari K09 Kista daerah mulut (tmsk
asal pulpa odontogenic cysts)
K00.6 Persistensi K04.5 Apikal periodontitis kronis K10 Penyakit rahang lain
K01 Embedded and impacted teeth K04.6 Periapikal abses dengan sinus K10.3 Alveolitis dari rahang
K02 Karies gigi K04.7 Periapikal abses tanpa sinus K11 Penyakit kelenjar liur
K02.0 Caries limited to enamel K04.8 Radicular kista K11.2 Sialoadenitis
K02.1 Caries dentin K05.0 Gingivitis akut K11.6 Mucocele
K02.2 Caries of cementum K05.1 Gingivitis kronis K12 Stomatitis and related lesions
(sariawan)
K03.0 Excessive attrition of teeth K05.2 Periodontitis akut (termasuk K12.0 Recurrent oral aphthae
abses periodontal)
K03.1 Abrasi gigi K05.3 Periodontitis kronis K12.2 Selulitis dan abses mulut (termasuk
buccal abses)
K03.2 Erosi gigi K05.4 Periodontosis K13 Penyakit lain bibir , submukosa,
mukosa oral
K03.3 Resorpsi patologis gigi K05.6 Periodontal disease, unspecified K13.0 Penyakit bibir
K03.5 Ankylosis gigi K06.0 Resesi gingival (termasuk epulis) K13.1 Cheek and lip biting
K03.7 Perubahan warna Post eruptive K06.1 Pembesaran gingiva K13.2 Leukoplakia dan gangguan lain
jaringan keras gigi epitel lidah
K03.8 Ditentukan lain penyakit jaringan K06.2 Gingiva dan alveolar ridge K13.4 Granuloma dan Granuloma-seperti
keras gigi edentulous lesi terkait trauma lesi mukosa oral
K04 Penyakit pulpa dan jaringan K06.9 Gangguan edentulous gingiva K14 Penyakit lidah
dan alveolar ridge, tidak
ditentukan
K04.0 Pulpitis K07 Dentofacial anomali [termasuk K14.0 Glossitis
maloklusi]
K04.1 Nekrosis pulpa K07.4 Maloklusi, unspecified K14.1 Geografis lidah
XII. K15-K99 Penyakit Infeksi Saluran Cerna
K25 Gastric ulcer (tukak lambung) K36 Appendicitis lain (Peri K59.0 Konstipasi
apendicular infiltrat)
K29.7 Gastritis, unspecified K40 Hernia Inguinal K74 Cirrosis Hepatis
K29.9 Gastroduodenitis, unspecified K41 Hernia Femoral K80 Cholelithiasis/Batu empedu
K30 Dyspepsia K42 Hernia Umbilical (hernia pusar) K92 Penyakit sal cerna lainya
K35 Appendicitis Akut K56.7 Ileus, unspecified K92.0 Haematemesis
K92.1 Melena
XIII. L00-L99 Infeksi Kulit
L01 Impetigo L21 Dermatitis Seborrhoeic L60.0 Paranochia/ Ingrowing nail
L02 Abses (Cutaneous abses, furunkel L23 Dermatitis kontak alergika L70 Acne/ Jerawat
and karbunkel)
L03 Cellulitis L24 Dermatitis kontak iritasi L72 Kista folikel kulit
L08.0 Pyoderma L30.0 Dermatitis Nummular L72.0 Kista Epidermal
L10 Pemphigus L40 Psoriasis L72.9 Kista Folikel kulit dan jaringan
subcutaneous (Atheroma,dll)
L20 Dermatitis Atopic L50 Urticaria L74.3 Miliaria (biang keringat)
L60 Kelainan pada kuku (Nail L91.0 Keloid bekas luka
disorders)

Xiv. M50-M99 Penyakit Muskulo Skeletal


M06.9 Rheumatoid arthritis, unspecified M32 Sistemik Lupus Erythematosus / M67.4 Ganglion
SLE
M10.9 Osteoathritis / Gout, unspecified M41 Scoliosis M77.0 Epicondylitis Medial
M12.5 Traumatic arthropathy M51.2 Hernia Nukleus Pulposus/ HNP M77.1 Epicondylitis Lateral

M13.0 Polyarthritis, unspecified M54.3 Sciatica M79.1 Myalgia


M13.9 Arthritis, unspecified M54.5 Low Back Pain/ LBP M79.2 Neuralgia and neuritis, unspecified
M15 Polyarthrosis M62.6 Ketegangan otot M81.9 Osteoporosis, unspecified
M24.6 Ankylosis pada sendi M65 Synovitis dan tenosynovitis M86 Osteomyelitis
M65.2 Tendinitis
Xv.N00-N99 Penyakit Urogenital
N00 Sindrom Nephritis akut N45 Orchitis dan epididymitis N76,2 Vulvitis Akut
N030 Sindrom Nephritis kronis N46 Infertilitas laki-laki N76.3 Vulvitis Subakut dan kronis
N04.9 Sindrom Nefrotik, unspecified N61 Mastitis N80 Endometriosis
N17 Gagal ginjal akut N63 Benjolan pada payudara tidak N84.9 Polip saluran kelamin perempuan,
spesifik tidak ditentukan
N18 Gagal ginjal kronik N70 Salpingitis and oophoritis N91.0 Amenorrhoe primer
N20 Batu ginjal dan saluran kencing N72 Cervicitis N91.1 Amenorrhoe Sekunder
N23 Kolik ginjal tidak spesifik N75,0 Kista kelenjar Bartholin N92.4 Pendarahan berlebihan pada
premenopause
N30 Infeksi saluran kemih/cystitis N75,1 Abses Bartholin N92.6 Haid tidak teratur / Menometrorhagi
N34.1 Urethritis non spesifik N76,0 Vaginitis akut N94.6 Dismenorrhoea, unspecified
N40 Hiperplasia prostat N76,1 Vaginitis Subakut dan kronis N97.9 Infertility pada wanita
Xvi. O00-O99 Penyakit Kebidanan
O00 KET / Kehamilan ektopik O21.1 Hyperemesis gravidarum dg ggg O64.0 Persalinan terhambat oleh
metabolik malpresentation malposisi
O01 Mola hidatidosa O25 Kekurangan gizi di kehamilan O65 Persalinan terhambat akibat
kelainan panggul ibu
O02.1 Missed abortion O30.0 Kehamilan kembar O66.0 Persalinan terhambat karena bahu
dystocia
O03 Abortus Spontan O32 Diketahui atau diduga O66.1 Persalinan terhambat karena kembar
malpresentasi janin terkunci
O04 Abortus indikasi medis O33 Diketahui atau diduga disproporsi O66.2 Persalinan terhambat karena janin
pelvis sangat besar
O05 Abortus yang lain ( criminal O42 Premature rupture of membranes O66.9 Persalinan terhambat lain
abortus ) ( ketuban pecah dini )
O14.0 Pre Eklampsia ringan(Moderate ) O44 Placenta praevia O70 Robekan perineum selama
persalinan
O14.1 Pre Eklampsia berat O46.9 Perdarahan antepartum , tidak 072 HPP / Perdarahan post partum
diklasifikasikan di tempat lain
O15 Eklampsia O48 Hamil lebih bulan (serotinus) O73 Retensio plasenta
O20.0 Aborsi mengancam O63.0 Persalinan lama kala satu O92 Gangguan payudara dan laktasi
masa melahirkan
O20.9 Perdarahan , hamil muda O63.1 Persalinan lama kala dua O99.8 Komplikasi kehamilan, persalinan
unspecified dan puerperium
XVI. P00-Q99 Keadaan Yang Berasal Dari Periode Perinatal
P05.1 Kecil untuk usia kehamilan Q00- Malformasi Q43.1 Penyakit Hirschsprung
Q99
P05.1 Kecil untuk usia kehamilan Q02 Microcephali Q54 Hipospadia
P07.0 Berat lahir sangat rendah Q03 Hidrocephalus Q56.0 Talipes equinovarus
P21 Asfiksia BBL Q36 Bibir sumbing Q69 Polidactili
P22.0 Sindrom distress pernafasan bayi Q37 Sumbing langit-langit dengan Q90.9 Down syndrome, unspecified
baru lahir bibir sumbing
P59.0 Penyakit kuning neonatal Q42.2 Atresia dan stenosis dari anus
berhubungan dengan prematur kongenital
XVII. R00-R99 Gejala Dan Tanda Penyakit

R00 Kelainan detak jantung R13 Disphagia / nyeri menelan R54 Lansia (60th dst)
R01 Bising jantung/murmur R18 Ascites R56 Kejang / Konvulsi tidak ada
klasifikasi lain
R04.0 Epistaksis / mimisan R20 Gangguan sensasi kulit R56.0 Kejang demam / Febrile convulsion
R04.2 Haemoptisis / batuk darah R32 Inkontinensia R57 Syok hipovolemik
R07 Nyeri di tenggorokan dan dada R33 Retensio urin R60.9 Oedema, unspecified
R10.0 Akut abdomen R50 Febris tanpa sebab yg jelas R63 Anoreksia
R11 Mual muntah/Nausea dan vomitus R51 Cephalgia /sakit kepala R73.0 Tes toleransi glukosa abnormal

XVII. S00-Z98 KEADAAN AKIBAT TRAUMA


S00.9 Cedera kepala ringan S43 Dislokasi,sprain, strain ligamen T15 Corpus alienum mata external
dari bahu
S01 Luka terbuka dikepala S50 Cedera dangkal lengan bawah T16 TCorpus alienum telinga
SO2.5 Fraktur Gigi S53 Dislokasi, sprain dan strain siku T17 Corpus alienum saluran nafas
S03 Dislocasi, sprain , strain kepala S62 fraktur pergelangan tangan atau T18 Corpus alienum saluran cerna
tangan
S05.1 Memar dari bola mata dan jaringan S63 Dislokasi, sprain dan strain T31 Luka bakar
orbit pgelangan, tangan
S05.4 Luka menembus orbit dg / tanpa S70 Cedera dangkal pinggul dan paha T47 Keracunan yg mempengaruhi
benda asing pencernaan
S06.9 Trauma Intracranial (Comotio S80 Cedera dangkal tungkai bawah T59 Efek beracun gas dan uap
cerebri , Contusio cerebri)
S10 Cedera leher dangkal S93 Dislokasi, sprain dan strain T60 Keracunan pestisida
pergelangan , kaki
S20 Cedera dada dangkal T14.0 Cedera Dangkal tidak dirinci T63 Efek toksik kontak dengan binatang
berbisa
S22 Fraktur iga, tl dada dan tl belakang T14.1 Luka terbuka (vulnus apertum) T63.0 Bisa ular
dada
S23 Dislokasi, sprain atau strain thorax T14.2 Fraktur wilayah tubuh tidak T67 Heatstroke dan sengatan matahari
dirinci
S30 Trauma abdomen, punggung T14.3 Dislokasi, sprain dan strain tidak T70 Efek dari tekanan udara dan tekanan
bawah, pelvis spesifik air
S32 Fraktur lumbalis tulang belakang T14.4 Cedera saraf tidak spesifik U04,9 Severe acut respiratory syndrom
dan panggul (sars)
S33 Dislokasi, sprain , strain vertebra, T14.5 Cedera pembuluh darah tidak W54 Tergigit atau terkena anjing
pelvis spesifik
S40 Cedera dangkal bahu dan lengan T14.6 Cedera otot dan tendon tidak X50 Trauma karena gerakan berulang
atas spesifik
T14.7 Crushing cedera dan traumatik
amputasi tidak dirinci
Z00-Z99 Faktor yang berhubungan dengan status kesehatan
Z00 Sehat Z08.0 Pemeriksaan setelah pembedahan Z41.2 Sirkumsisi (sunat)
untuk neoplasma
Z00.0 Pemeriksaan kesehatan umum Z08.1 Pemeriksaansetelah radioterapi Z58.0 Paparan kebisingan
untuk neoplasma
Z00.1 Pemeriksaan kesehatan rutin anak Z08.2 Pemeriksaan setelah kemoterapi Z58.1 Paparan kebisingan
untuk neoplasma
Z01.0 Pemeriksaan m,ata dan telinga Z10.0 Pemeriksaan kesehatan pekerja Z58.2 Paparan terhadap pencemaran air
Z01.1 Pemeriksaan telinga dan Z30 Kontrasepsi Z58.3 Paparan polusi tanah
pendengaran
Z02.1 Pemeriksaan kerja Z30.2 Sterilisasi Z58.4 Paparan radiasi
Z02.5 Periksa kesehatan untuk partisipasi Z32.1 Kehamilan dikonfirmasi Z58.5 Paparan polusi lain
dalam olahraga
Z02.8 Pemeriksaan lain untuk keperluan Z38 Bayi lahir hidup Z70.9 Sex konseling, tidak ditentukan
administrasi
Z39 Perawatan, pemeriksaan pasca-
melahirkan

Anda mungkin juga menyukai