BAB 1
PENDAHULUAN
2
41. Peraturan Gubernur Jawa Timur Nomor 38 Tahun 2009 tentang Rencana Pembangunan
Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Provinsi Jawa Timur Tahun 20092014
42. Keputusan Gubernur Jawa Timur Nomor 61 tahun 1999 tentang Baku Mutu Limbah Cair
Bagi Kegiatan Rumah Sakit di Provinsi Jawa Timur
43. Keputusan Gubernur Jawa Timur Nomor 14 tahun 2001 tentang Pengambilan Contoh Uji
Air, Limbah Cair, Udara di Provinsi Jawa Timur
44. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 028 Tahun 2011 tentang klinik
45. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 001 Tahun 2012 pasal 3 tentang
sistim rujukan pelayanan kesehatan perorangan
1.3 Pengertian
1. Standar pelayanan kesehatan adalah ukuran baku dan tolok ukur yang dipergunakan
dalam penyelenggaraan dan penilaian kualitas pelayanan kesehatan
2. Puskesmas adalah Unit Pelaksana Teknis Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota (UPTD) yang
bertanggung jawab menyelenggarakan pembangunan kesehatan di suatu wilayah kerja
3. Puskesmas rawat jalan adalah Puskesmas yang melaksanakan 6 (enam) upaya wajib dan
pengembangan serta tidak mempunyai fasilitas rawat inap
4. Puskesmas rawat inap adalah Puskesmas yang mempunyai fasilitas rawat inap dengan
tempat tidur minimal 6 (enam) dan maksimal 25 (dua puluh lima) buah, untuk dapat
memberikan layanan kesehatan rawat inap selama 24 (dua puluh empat) jam kepada
masyarakat dalam waktu tidak lebih dari 5 (lima) hari
5. Puskesmas rawat inap denganPONED adalah Puskesmas Rawat Inap yang mempunyai
kemampuan serta fasilitas dalam Pelayanan Obstetri Neonatal Emergensi Dasar.
Puskesmas siap memberikan pelayanan 24 jam terhadap ibu hamil, bersalin dan nifas
serta bayi baru lahir dengan komplikasi baik yang datang sendiri atau atas rujukan kader
masyarakat, bidan di desa, Puskesmas Pembantu dan Puskesmas.
6. Puskesmas rawat inap PLUS (Pemberi Layanan Unggulan Spesialis) adalah Puskesmas
rawat inap yang mempunyai unggulan minimal 1 (satu) orang dokter spesialis, dengan
kunjungan periodik maupun pelayanan tetap ke Puskesmas
7. Puskesmas rawat inap PLUS (PONED) adalah Puskesmas rawat inap yang mempunyai
unggulan minimal 1 (satu) orang dokter spesialis Kebidanan kandungan dan atau spesialis
Anak, dengan kunjungan periodik maupun pelayanan tetap ke Puskesmas
8. Puskesmas rawat inap PLUS (Pemberi Layanan Unggulan Spesialis) non PONED
adalah Puskesmas rawat inap bukan PONED yang mempunyai unggulan minimal 1 (satu)
orang dokter spesialis, bukan dokter spesialis Kebidanan kandungan dan Anak, dengan
kunjungan periodik maupun pelayanan tetap ke Puskesmas
9. Pelayanan medik dasar adalah pelayanan medik yang dilakukan oleh maksimal dokter
dan dokter gigi ddi sarana pelayanan kesehatan dasar
10. Pelayanan kesehatan tingkat pertama adalah pelayanan kesehatan dasar yang diberikan
oleh dokter dan dokter gigi di puskesmas, puskesmas perawatan, tempat praktik
perorangan, klinik pratama, klinik umum dibalai/lembaga pelayanan kesehatan, dan
rumah sakit pratama
11. Pelayanan kesehatan tingkat kedua adalah pelayanan kesehatan spesialistik yang
dilakukan oleh dokter spesialis atau dokter gigi spesialis yang menggunakan pengetahuan
dan teknologi kesehatan spesialistik di rumah sakit kelas B,C,D serta RS khusus
12. Pelayanan kesehatan tingkat ketiga adalah pelayanan kesehatan subspesialistik yang
dilakukan oleh dokter sub spesialis atau dokter gigi sub spesialis yang menggunakan
pengetahuan dan teknologi subspesialistik di rumah sakit kelas A dan RS kelas B yang
mempunyai subspesialistik
13. Kompetensi adalah seperangkat tindakan cerdas dan penuh tanggung jawab yang dimiliki
seseorang sebagai syarat untuk dianggap mampu oleh masyarakat dalam melaksanakan
tugas-tugas di bidang pekerjaan tertentu (SK Mendiknas No. 45/U/2002)
14. Sistim rujukan adalah suatu sistim penyelenggaraan pelayanan kesehatan dimana terjadi
pelimpahan tanggung jawab timbal balik atas kasus atau masalah kesehatan yang timbul
3
baik secara vertikal maupun horizontal secara struktural dan fungsional terhadap kasus
penyakit atau masalah penyakit atau permasalahan kesehatan
1.4 Tujuan
1. Tujuan umum
Tersedianya standar penyelenggaraan Puskesmas sehingga tercapai pelayanan kesehatan
yang aman dan bermutu agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang optimal
2. Tujuan khusus
a. Tersedianya standar Puskesmas rawat jalan
b. Tersedianya standar Puskesmas rawat inap
1) Tersedianya standar Puskesmas rawat inap
2) Tersedianya standar Puskesmas rawat inap PONED
3) Tersedianya standar Puskesmas rawat inap PLUS
1.5 Manfaat
Dengan tersedianya standar Puskesmas maka dapat diperoleh manfaat sebagai berikut,
1. Bagi masyarakat
Sebagai acuan untuk mendapatkan pelayanan kesehatan sesuai standar
2. Bagi Puskesmas
Sebagai acuan dalam penyelenggaraan pelayanan, monitoring dan evaluasi pelayanan
kesehatan di Puskesmas
3. Bagi Dinas Kesehatan Provinsi dan Kabupaten/Kota
a. Sebagai acuan dalam mengukur standar pelayanan kesehatan di Puskesmas
b. Sebagai acuan dalam penentuan kebijakan di Puskesmas
c. Sebagai acuan dalam perencanaan program dan anggaran
4. Bagi pemerintah daerah
Sebagai acuan dalam perencanaan pengembangan, monitoring dan evaluasi pelayanan
kesehatan
4
BAB 2
STANDAR PUSKESMAS RAWAT JALAN
Manajemen Puskesmas adalah proses rangkaian kegiatan yang dilaksanakan secara sistematik
di Puskesmas untuk menghasilkan keluaran yang efektif dan efisien untuk semua pekerjaan kegiatan.
Manajemen Puskesmas merupakan suatu rangkaian kegiatan yang bekerja secara sinergik yang
meliputi perencanaan, penggerakan,pelaksanaan serta pengendalian, pengawasan dan penilaian
Administrasi Puskesmas adalah tata cara tulis menulis yang dilakukan secara teratur, tertib,
terarah dan seragam serta mempunyai peranan dalam mendukung pelaksanaan tugas pokok guna
mencapai tujuan organisasi.
Manajeman dan administrasi di Puskesmas terbagi menjadi:
1. Manajemen Operasional
2. Manajemen Mutu
2.1.1.Manajemen Operasional
Manajemen Operasional adalah proses perencanaan, pengorganisasian, pengarahan dan
pengawasan usaha Puskesmas dan penggunaan sumber dayanya agar mencapai tujuan yang
telah ditetapkan. Jadi merupakan proses transformasi dari input menjadi output
Manajemen Operasional Puskesmas, meliputi:
1. Ijin Operasional
2. Visi, misi, Motto dan janji layanan serta tujuan dan fungsi
3. Struktur organisasi dan uraian tugas
4. Peta wilayah kerja
5. Jam kerja
6. Jenis pelayanan
7. Persyaratan pelayanan
8. Biaya/tarif
9. Denah ruangan
10. Alur pelayanan
11. Rekam medik
12. Informed consent
13. Alur rujukan
14. Pendelegasian pengobatan dasar
15. Hak dan kewajiban pasien
16. Hak dan kewajiban penyedia layanan
17. Standar Operasional Prosedur (SOP)
5
18. Indikator kinerja program
19. Pencatatan dan pelaporan
20. Perencanaan
2.1.1.2.`Visi, Misi, Motto dan Janji Layanan serta Tujuan dan Fungsi Puskesmas
2.1.1.2.1. Visi
Visi pembangunan kesehatan di Puskesmas adalah Terwujudnya Kecamatan
Sehat, yakni sebuah Kecamatan dimana masyarakatnya hidup dalam lingkungan yang sehat
dan perilaku hidup bersih dan sehat, memiliki kemampuan untuk menjangkau pelayanan
kesehatan yang bermutu, secara adil dan merata agar tercapai derajat kesehatan yang setinggi-
tingginya.
Rumusan visi untuk masing-masing Puskesmas harus mengacu pada visi tersebut
dan digunakan sesuai dengan situasi dan kondisi masyarakat serta wilayah kecamatan setempat.
2.1.1.2.2. Misi
Misi pembangunan kesehatan yang diselenggarakan Puskesmas adalah adalah:
a. Menggerakkan pembangunan berwawasan kesehatan di wilayah kerjanya
Puskesmas akan selalu menggerakkan pembangunan sektor lain yang diselenggarakan di
wilayah kerjanya, agar memperhatikan aspek kesehatan, yaitu pembangunan yang tidak
menimbulkan dampak negatif terhadap kesehatan, setidak-tidaknya terhadap lingkungan
dan perilaku masyarakat
b. Mendorong kemandirian hidup sehat bagi perorangan, keluarga dan masyarakat di
wilayah kerjanya
Puskesmas akan selalu berupaya agar setiap keluarga dan masyarakat yang bertempat
tinggal di wilayah kerjanya makin berdaya dibidang kesehatan, melalui peningkatan
pengetahuan dan kemampuan menuju kemandirian untuk hidup sehat
c. Memelihara dan meningkatkan mutu pemerataan dan keterjangkauan pelayanan
kesehatan yang diselenggarakan.
Puskesmas akan selalu berupaya menyelenggarakan pelayanan kesehatan yang sesuai
dengan standar dan memuaskan masyarakat, mengupayakan pemerataan pelayanan
kesehatan serta meningkatkan efisiensi pengelolaan dana sehingga dapat dijangkau oleh
seluruh anggota masyarakat.
d. Memelihara dan meningkatkan kesehatan perorangan, keluarga, masyarakat beserta
lingkungannya, selalu berupaya mencegah dan menyembuhkan penyakit, serta
memulihkan kesehatan perorangan, keluarga dan masyarakat yang berkunjung dan yang
bertempat tinggal di wilayah kerjanya, tanpa diskriminasi dan dengan menerapkan
kemajuan ilmu dan teknologi kesehatan yang sesuai. Upaya pemeliharaan dan
6
peningkatan yang dilakukan oleh Puskesmas mencakup pula aspek lingkungan dari yang
bersangkutan
2.1.1.2.5. Tujuan
Tujuan pembangunan kesehatan yang diselenggarakan oleh Puskesmas adalah
mendukung tercapainya tujuan Pembangunan Kesehatan Nasional yakni meningkatkan
kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang yang bertempat
tinggal di wilayah kerja Puskesmas agar terwujud derajat kesehatan yang setinggi
tingginya dalam rangka mewujudkan Indonesia Sehat.
2.1.2.5. Fungsi
Fungsi Puskesmas adalah sebagai,
1. Pusat penggerak pembangunan berwawasan kesehatan
Puskesmas selalu berupaya menggerakkan dan memantau penyelenggaraan
pembangunan lintas sektor termasuk oleh masyarakat dan dunia usaha di wilayah
kerjanya, sehingga berwawasan serta mendukung pembangunan kesehatan.
Disamping itu Puskesmas aktif memantau dan melaporkan dampak kesehatan dari
penyelenggaraan setiap program pembangunan di wilayah kerjanya
2. Pusat pemberdayaan masyarakat
Puskesmas selalu berupaya agar perorangan terutama pemuka masyarakat, keluarga
dan masyarakat, memiliki kesadaran, kemauan dan kemampuan melayani diri
sendiri dan masyarakat untuk hidup sehat, berperan aktif dalam memperjuangkan
kepentingan kesehatan termasuk sumber pembiayaannya, serta ikut menetapkan,
menyelenggarakan dan memantau pelaksanaan program kesehatan. Pemberdayaan
perorangan, keluarga dan masyarakat ini diselenggarakan dengan memperhatikan
kondisi dan situasi, khususnya sosial budaya masyarakat setempat
3. Pusat pelayanan kesehatan masyarakat primer
Pelayanan kesehatan masyarakat primer adalah pelayanan yang bersifat public
goods dengan tujuan utama memelihara dan meningkatkan kesehatan serta
mencegah penyakit tanpa mengabaikan penyembuhan penyakit dan pemulihan
kesehatan. Pelayanan kesehatan masyarakat tersebut antara lain adalah promosi
kesehatan, pemberantasan penyakit, penyehatan lingkungan, perbaikan gizi,
peningkatan kesehatan keluarga, keluarga berencana, kesehatan jiwa masyarakat
serta berbagai program kesehatan masyarakat lainnya
4. Pusat pelayanan kesehatan perorangan primer
Puskesmas bertanggung jawab menyelenggarakan pelayanan kesehatan tingkat
pertama secara menyeluruh, terpadu dan berkesinambungan. Pelayanan kesehatan
perorangan tingkat pertama yang menjadi tanggung jawab Puskesmas adalah
pelayanan yang bersifat pribadi (private goods) dengan tujuan utama
menyembuhkan penyakit dan pemulihan kesehatan perorangan, tanpa mengabaikan
pemeliharaan kesehatan dan pencegahan penyakit
Ketentuan:
7
1. Ada kejelasan Visi, Misi, Motto dan Janji Layanan serta Tujuan dan Fungsi yang
menjadi acuan penyelenggara layanan di Puskesmas
2. Visi, Misi, Motto dan Janji Layanan serta Tujuan dan Fungsi yang dipampang di
dinding Puskesmas sesuai dengan kebutuhan dan harapan masyarakat
3. Ada mekanisme untuk mengkomunikasikannya ke pemegang program, pelaksana dan
masyarakat
4. Semua karyawan Puskesmas memahami Visi, Misi, Motto dan Janji Layanan serta
Tujuan dan Fungsi Puskesmas
5. Ada peninjauan/evaluasi tentang Visi, Misi, Motto dan Janji Layanan serta Tujuan dan
Fungsi Puskesmas dalam penyelenggaraan program dan layanan
6. Ada evaluasi kesesuaian kinerja Puskesmas dengan Visi, Misi, Motto dan Janji
Layanan serta Tujuan dan Fungsi Puskesmas
8
2) Upaya Kesehatan Perorangan (UKP) di Puskesmas yaitu UKP rawat jalan yang
terdiri dari penanggung jawab:
a) Poli Umum
b) Poli KIA/KB
c) Poli Gigi
d) Klinik Gizi
e) Ambulans
f) Unit Gawat Darurat
g) Radiologi
h) Laboratorium
i) Apotik dan gudang obat
j) Puskesmas keliling
d. Jaringan pelayanan Puskesmas meliputi:
1) Unit Puskesmas Pembantu, yang membawahi/mengkoordinir beberapa bidan
dan perawat ponkesdes yang mejadi wilayah binaannya
2) Ponkesdes (Pondok Kesehatan Desa)
3) Polindes
Kepala Puskesmas
Penanggung Jawab
Penanggung Jawab Penanggung Jawab
9
Gambar 2.1. Struktur organisasi Puskesmas rawat jalan
Keterangan:
Garis pertanggung jawaban
Polindes Polindes sebagai UKBM tetapi bertanggung jawab langsung kepada
Kepala Puskesmas
Kepala Puskesmas
1. Mempunyai tugas pokok dan fungsi memimpin, mengawasi dan mengkoordinir
kegiatan Puskesmas yang dapat dilakukan dalam jabatan struktural dan jabatan
fungsional
2. Menyusun rencana kerja dan kebijakan teknis Puskesmas
3. Memimpin pelaksanaan kegiatan di Puskesmas
4. Melaksanakan pengawasan, pengendalian dan evaluasi program/kegiatan Puskesmas
5. Memimpin penyelenggaraan pertemuan berkala ( mini lokakarya bulanan,
tribulanan)
6. Membina petugas puskesmas
7. Bertanggung jawab mengenai pendidikan berkelanjutan, orientasi dan program
pelatihan staf untuk menjaga kemampuan dan meningkatkan pelayanan sesuai
kebutuhan
8. Membangun kerjasama dengan berbagai pihak terkait di kecamatan, Lintas Sektor,
penyedia pelayanan kesehatan tingkat pertama swasta dan perorangan serta
masyarakat dalam UKBM
10
9. Bertanggung jawab atas penyelenggaraan pelaksanaan program program di
Puskesmas
10. Bertanggung jawab atas penyusunan RUK melalui analisa dan perumusan masalah
berdasarkan prioritas
11. Bertanggung jawab atas penyusunan RPK secara terinci dan lengkap
12. Mengolah dan menganalisa data, untuk selanjutnya diinformasikan atau dilaporkan
ke Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota, serta pihak yang berkepentingan lainnya
13. Memberikan umpan balik hasil kegiatan kepada semua staf puskesmas
14. Melakukan pemeriksaan keuangan secara berkala dan bertanggungjawab atas hasil
pemeriksaan
15. Melaksanakan tugas lain yang diberikan oleh Kepala Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota
11
2. Melaksanakan pelayanan medik sesuai SOP, Standar Pelayanan Minimal (SPM),
Standar Pelayanan Publik (SPP) tata kerja dan kebijakan yang telah ditetapkan oleh
kepala Puskesmas
3. Mengidentifikasi, merencanakan, memecahkan masalah, mengevaluasi program
kesehatan/gigi.
4. Memberikan penyuluhan kesehatan dengan pendekatan promotif dan edukatif
5. Menyusun pelaporan dan rekam medik yang baik, lengkap serta dapat
dipertanggung jawabkan termasuk memberi kode diagnosa menurut ICD X
6. Melaksanakan dan meningkatkan mutu pelayanan Puskesmas
7. Melaksanakan tugas lain yang diberikan oleh Kepala Puskesmas
Bidan/Perawat/Perawat gigi
1. Menyusun rencana kerja teknis kebidanan/keperawatan
2. Melaksanakan kegiatan kebidanan/keperawatan
3. Melaksanakan asuhan kebidanan/keperawatan/gigi dan mulut
4. Melaksanakan pelayanan kebidanan/keperawatan sesuai standar prosedur operasional,
SPM, Standar Pelayanan Publik (SPP) tata kerja dan kebijakan yang telah ditetapkan
oleh kepala Puskesmas
5. Membuat catatan pelaporan dan rekam medik secara baik, lengkap serta dapat
dipertanggung jawabkan,
6. Melaksanakan evaluasi kegiatan kebidanan/keperawatan
7. Meningkatkan mutu pelayanan Puskesmas
8. Melaporkan pelaksanaan kegiatan kebidanan/keperawatan secara berkala kepada
penanggung jawab
9. Melaksanakan tugas lain yang diberikan oleh Kepala Puskesmas
Bendahara
1. Membuat laporan harian penerimaan (DPD II 62)
2. Membuat catatan bulanan uang masuk dan uang keluar dalam buku
kas
3. Bendahara pengeluaran memeriksa dan melaporkan kas setiap 3 ( tiga) bulan sekali
/setiap bulan
4. Bendahara penerima memeriksa dan melaporkan kas setiap 3 ( tiga) bulan sekali
/setiap bulan
5. Melaksanakan tugas lain yang diberikan oleh Kepala Puskesmas
Analis Kesehatan
1. Melaksanakan pelayanan laboratorium sesuai SOP, SPM, tata kerja dan kebijakan
yang telah ditetapkan dan kepala Puskesmas
2. Melaksanakan upaya pelayanan laboratorium dengan penuh tanggung jawab sesuai
keahlian dan kewenangannya
3. Membuat pencatatan dan pelaporan yang perlu secara baik, lengkap serta dapat
dipertanggungjawabkan
12
4. Melaksanakan upaya pelayanan laboratorium sesuai standar profesi dan mematuhi
peraturan perundangan yang berlaku
5. Meningkatkan mutu pelayanan di Puskesmas
6. Beserta Kepala Puskesmas menyusun perencanaan upaya pelayanan laboratorium.
7. Melaksanakan tugas lain yang diberikan oleh Kepala Puskesmas
Tenaga lainnya (tenaga gizi, kesling, promkes, p2, tenaga teknis UKP dan UKM)
Melaksanakan dan memberikan upaya pelayanan untuk menunjang kegiatan pelayanan
Puskesmas dengan penuh tanggung jawab sesuai tugas dan fungsinya serta melaksanakan
tugas lain yang diberikan oleh Kepala Puskesmas
13
Jenis pelayanan adalah jenis-jenis pelayanan yang diberikan oleh Puskesmas kepada
masyarakat
Ketentuan:
1. Jenis pelayanan yang terpampang di Puskesmas sesuai Keputusan Menteri Kesehatan
Nomor 128/MENKES/SK/II/2004 tentang Kebijakan Dasar Puskesmas serta telah
dikembangkan sesuai dengan kebutuhan masyarakat
2. Ada kebutuhan dan harapan masyarakat terhadap pelayanan di Puskesmas
3. Ada ketetapan Kepala Puskesmas tentang jenis pelayanan yang disediakan oleh Puskesmas
4. Tersedia informasi tentang jenis pelayanan sehingga pengguna mengetahui dan memahami
jenis pelayanan Puskesmas serta dapat memanfaatkannya
Lingkup Pelayanan Kesehatan
Puskesmas melaksanakan pelayanan kesehatan dasar yang terdiri dari upaya kesehatan
perorangan dan upaya kesehatan masyarakat. Upaya tersebut dikelompokkan menjadi dua
yaitu;
A. Upaya Kesehatan Wajib
Upaya Kesehatan Wajib adalah upaya pelayanan kesehatan yang ditetapkan
berdasarkan komitmen nasional, regional dan global yang mempunyai daya ungkit tinggi
terhadap peningkatan derajat kesehatan masyarakat.
Ada enam pelayanan kesehatan dasar yaitu ,
1. Upaya Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat;
2. Upaya Kesehatan Lingkungan;
3. Upaya Kesehatan Ibu dan Anak serta Keluarga Berencana;
4. Upaya Perbaikan Gizi Masyarakat;
5. Upaya Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit,
6. Upaya Pengobatan Dasar.
Pelayanan kesehatan di Puskesmas dititik beratkan pada kegiatan promotif dan
preventif daripada kuratif dan rehabilitatif
B. Upaya Kesehatan Pengembangan
Upaya Kesehatan Pengembangan yang dimaksud adalah upaya kesehatan yang
ditetapkan berdasarkan permasalahan kesehatan di masyarakat sesuai dengan kebutuhan
masyarakat desa/ kelurahan dan kemampuan Puskesmas setempat, meliputi:
1. Upaya Keperawatan Kesehatan Masyarakat
2. Upaya Kesehatan Sekolah
3. Upaya Kesehatan Indera Penglihatan
4. Upaya Kesehatan Indera Pendengaran
5. Upaya Kesehatan Kerja
6. Upaya kesehatan Olahraga
7. Upaya Kesehatan Jiwa
8. Upaya Usia Lanjut
9. Upaya Pembinaan Pengobatan Tradisional .
14
kesehatan dan konseling
l. Pelayanan ambulans ada ada
m. Pelayanan rawat inap ada ada
2.1.6. Biaya/Tarif
Biaya/tarif yang berlaku diumumkan kepada masyarakat, terpampang di dinding dan
sesuai dengan Perda atau aturan yang berlaku
15
Peta wilayah kerja menggambarkan data umum tentang wilayah kerja Puskesmas,
yang meliputi keterangan desa, batas wilayah, sarana prasarana dll, untuk perencanaan &
pelaksanaan program serta untuk memudahkan terpantaunya sasaran pelayanan kesehatan
2. Kewajiban pasien
a. Membawa kartu identitas (KTP/SIM) atau mengetahui alamat dengan jelas untuk
kunjungan pertama kali
b. Membawa kartu berobat:
1) Pengguna layanan PT.ASKES membawa kartu ASKES
2) Pengguna layanan GAKIN membawa kartu ASKESKIN atau JAMKESDA
3) Pengguna layanan umum yang sudah pernah berkunjung membawa kartu
kunjungan/berobat
c. Mengikuti alur pelayanan Puskesmas
d. Mentaati aturan pelayanan dan mematuhi nasehat serta petunjuk pengobatan
e. Memberikan informasi yang benar dan lengkap tentang masalah kesehatannya
kepada tenaga kesehatan di Puskesmas
16
b. Memberikan informasi pelayanan kepada pengguna layanan, baik itu waktu,
persyaratan, hasil dan biaya serta kompensasi pelayanan
c. Memberikan teguran bagi pengunjung yang tidak mentaati ketentuan pelayanan dan
memberikan saran agar tidak terulang lagi
d. Berusaha untuk memenuhi kebutuhan pengguna layanan semaksimal mungkin,
sehingga tercapai kepuasan pengguna layanan
e. Melakukan pengukuran Indeks Kepuasan Masyarakat terhadap pelayanan
17
kepegawaian (KP, KGB, DUK dll) suction 1. Pelayanan TB
2. Susunan/peta jabatan 7. Pemberian oksigen dengan nasal 2. Diagnosis TB
( struktural dan fungsional) kanul 3. Pencatatan dan pelaporan petugas P2
3. Memelihara file kepegawaian 8. Penatalaksanaan luka TB
4. Monografi ketenagaan 9. Cuci tangan 4. Pembuatan dan pemeriksaan Slide
5. Menghitung kebutuhan diklat 10. Penilaian kesadaran dengan Sediaan TB
6. Rekapitulasi daftar hadir pemeriksaan GCS Kusta
11. Pemberian injeksi intra vena melalui 1. Pelayanan P2 kusta
D. Peralatan infus 2. Diagnosis kusta
1. Inventarisasi bahan habis pakai 12. Pemasangan dan pelepasan kateter 3. Pencatatan dan pelaporan program
(bhp) non medis loket pendaftaran, tetap kusta
administrasi rujukan, kesehatan 13. Pemberian injeksi intra muscular dan
lingkungan, surveilance, kesehatan subkutan ISPA
jiwa dan Perkesmas 14. Informed concent 1. Deteksi dini ISPA
2. Inventaris sarana dan media 2. Penatalaksanaan ISPA
promosi kesehatan M. Pelayanan kefarmasian 3. Pencatatan dan pelaporan ISPA
3. Inventarisasi bhp medis dan non 1. Penerimaan dan pengkajian resep 4. Penyimpanan bhp P2 ISPA
medis P2 TB, P2 Kusta, P2 ISPA, 2. Peracikan dan penyerahan obat
P2 diare, imunisasi 3. Pelayanan informasi obat Diare
4. Inventarisasi bhp medis dan non 4. Pencatatan dan penyimpanan resep 1. Penatalaksanaan Diare
medis poli umum, gawat darurat, 5. Penanganan obat rusak dan 2. Pencatatan dan pelaporan program
kamar obat, gudang obat dan kadaluarsa diare
laboratorium 6. Penerimaan dan penyimpanan obat
5. Inventarisasi bhp medis P2 DBD di kamar obat DBD
6. Sterilisasi alat 7. Konseling obat 1. Penatalaksanaan DBD
7. Prosedur pemakaian alat elektronik 8. Pencatatan dan pelaporan petugas di 2. Pencatatan dan pelaporan program
(sterilisator, inkubator, kamar obat DBD
hematoanalyzer dll) 3. Pelaksanaan Penyelidikan
N. Gudang Obat Epidemiologi DBD
E.Keuangan 1. Penerimaan dan penyimpanan obat
1. Pembuatan RUK dan RPK di gudang obat S. Pencegahan Penyakit
2. Pendistribusian obat Surveilans
F. Promosi Kesehatan 3. Pencatatan dan pelaporan petugas 1. Penyelidikan epidemiologi KLB
1.Pemberian penyuluhan kepada gudang obat 2. Penanggulangan KLB
individu/keluarga 3. Pencatatan dan pelaporan kegiatan
O. Pelayanan Laboratorium surveilance
G.Kesehatan Lingkungan 1. Alur laboratorium
1. Pelayanan kesehatan lingkungan 2. Pengambilan sampel darah, urine, Imunisasi
2. Pencatatan dan pelaporan petugas tinja dan cairan tubuh 1. Pelayanan imunisasi
kesehatan Lingkungan 3. Pengambilan sample sputum, fiksasi, 2. Penyimpanan bhp medis imunisasi
pengecatan, 3. Pencatatan dan pelaporan imunisasi
H. KIA KB 4. Pengambilan sample Morbus 4. Pemeliharaan lemari dingin
1. Pelayanan ANC Hansen 5. Penyimpanan vaksin
2. Pelayanan PPIA ( Pencegahan 5. Pemeriksaan darah
Penularan HIV dari Ibu ke Anak) 6. Pemeriksaan urine T. Pencegahan dan Pengendalian
3. Perdarahan ante partum 7. Pemeriksaan tinja Infeksi (PPI)
4. Penanganan gawat janin 8. Cuci tangan 1. Kebersihan Tangan
5. Persalinan normal 9. Pembacaan,pencatatan dan pelaporan 2. Penggunaan Alat Pelindung Diri
6. Episiotomi hasil pemeriksaan ( APD)
7. Penanganan gawat darurat bayi 10. Pengawasan mutu internal dan 3. Penggunaan Peralatan Perawatan
8. Pelayanan kesehatan ibu nifas eksternal Pasien
9. Pelayanan pemeriksaan bayi , Pelayanan laboratorium di Puskesmas 4. Pengendalian Lingkungan
balita, anak pra sekolah sehat dan rawat inap, ditambah: 5. Pemrosesan peralatan pasien dan
sakit 1. Pemeriksaan kimia klinik penatalaksanaan linen
10. Pelayanan KB ( kondom, Pil, 2. Pemeriksaan serologi 6. Kesehatan karyawan/perlindungan
Suntik, Implant, IUD) petugas kesehatan
11. Pelayanan Pap Smear P. Gizi Masyarakat 7. Penempatan pasien
12. Pelayanan IVA 1. Penimbangan balita 8. Higiene respirasi/etika batuk
13. Pelayanan KTP 2. Pengukuran tinggi badan dan atau 9. Praktek menyuntik yang aman
14. Pencegahan infeksi panjang badan 10. Pengelolaan Limbah Medis dan Non
15. Pencatatan dan pelaporan 3. Prosedur tata laksana gizi buruk Medis
pelayanan KIA-KB 4. Penilaian status gizi balita U. UKS
16. Pengelolaan bhp medis poli 1. Penjaringan Siswa Baru
5. Penyuluhan gizi
KIA/KB 2. Penyuluhan Siswa
I. ARU 6. Pengelolaan PMT Pemulihan 3. Pembinaan Guru
1. Pelayanan Kesehatan Remaja 7. Pengelolaan PMT Penyuluhn 4. Pencatatan dan pelaporan UKS
sekolah 8. Pemberian Kapsul Vit. A Pengelolaan BHP UKS
18
9. Pemberian Tablet Fe
10. Pelacakan Balita Gizi Buruk V. Perkesmas
11. Monitoring Garam Beryodium 1. Pelayanan Perkesmas
2. Pelayanan Kesehatan Remaja 2. Pencatatan dan Pelaporan
tidak sekolah
12. Pemetaan Kadarzi
Perkesmas/Askep
3. Pelayanan Kesehatan Reproduksi 13. Konseling Gizi dan laktasi
Remaja 14. Pencatatan dan pelaporan program W. Kesehatan Jiwa
4. Pelayanan KTA gizi 1. Pelayanan ganggguan jiwa
5. Pelayanan Kesehatan Usila 15. Inventarisasi barang gizi 2. Pencatatan dan pelaporan
6. Pengelolaan bhp ARU 16. Evaluasi program gizi kesehatan jiwa
Pelayanan Gizi di Puskesmas rawat inap,
J. Rawat Inap ditambah:
1. Pemasangan infus 1. Asuhan gizi di ruang rawat inap untuk
2. Pemasangan dan pelepasan kateter pasien dengan diet biasa
3. Perawatan luka/gangren 2. Asuhan gizi di ruang rawat inap untuk
pasien dengan diet khusus
19
1. Dalam keadaan darurat untuk penyelamatan nyawa seseorang/pasien dan tidak
ada dokter ditempat kejadian
2. Perawat/Bidan merupakan petugas kesehatan dari Puskesmas yang ditempatkan
di Puskesmas Pembantu dan Ponkesdes dan harus melaksanakan program pemerintah
berupa pengobatan dasar sesuai dengan SOP
3. Keadaan situasional tertentu seperti jumlah yang banyak yang tidak dapat
ditangani oleh dokter yang ada atau ada KLB
Informasi tentang tindakan medik harus diberikan kepada pasien, baik diminta
maupun tidak diminta
1. Persetujuan Informed Consent
Persetujuan/penolakan dapat diberikan secara tertulis maupun lisan oleh pasien
setelah yang bersangkutan mendapat penjelasan secara lengkap dari tenaga kesehatan
yang sekurang-kurangnya mencakup:
a. Diagnosis dan tata cara tindakan medik
b. Tujuan tindakan medik yang dilakukan
c. Alternatif tindakan lain dan resikonya
d. Resiko dan komplikasi yang mungkin terjadi
e. Prognosis terhadap tindakan yang dilakukan
f. Bagi pasien dewasa yang menderita gangguan mental, persetujuan diberikan oleh
orang tua/wali
g. Bagi pasien dibawah umur 21 (dua puluh satu) tahun yang tidak mempunyai orang
tua/wali dan atau orang tua/wali berhalangan, persetujuan dapat diberikan oleh
keluarga terdekat
h. Dalam hal pasien tidak sadar/pingsan, tidak didampingi oleh keluarga terdekat dan
secara medik berada dalam keadaan gawat dan atau darurat yang memerlukan
tindakan medik segera untuk kepentingannya maka tidak diperlukan persetujuan dari
siapapun
2. Penolakan pemeriksaan/tindakan
3. Pembatalan persetujuan
a. Pada prinsipnya setiap pasien dapat membatalkan persetujuan mereka dengan
membuat surat atau pernyataan tertulis pembatalan persetujuan tindakan kedokteran.
b. Pembatalan dilakukan sebelum tindkan dimulai.
c. Pasien harus diberitahu bahwa pasien bertanggung jawab atas akibat dari pembatalan
persetujuan tindakan, oleh karena itu pasien harus kompeten untuk dapat
20
membatalkan persetujuan dan dokter harus menghormatinya dan membatalkan
tindakan atau pengobatannya
21
3. Data derajat kesehatan yang meliputi data kematian, kesakitan dan status gizi
4. Data upaya kesehatan yang telah dilakukan/kinerja, yang terdiri dari kinerja
upaya kesehatan wajib dan pengembangan
22
a Bendahara Penerimaan
1. Perda/Perbup tarif 1) Laporan keadaan kas (LKK)
2. Buku kas umum ( bend 10) (Bend 25)
3. Buku Bend 16 (penerimaan 2) Laporan persediaan benda
per jenis) berharga (DPD II 74)
4. Buku Bend 26 (penerimaan 3) Laporan harian penerimaan
harian) (DPD II 62)
5. Surat Tanda Setor ( STS) 4) Laporan pelayanan
6. Buku kas bantu per kode kesehatan program
rekening (Bend 12) Jamkesmas :Format PPKIA,
IB, IC
5) Laporan Pertanggung
Jawaban Fungsional
6) Buku rekap harian
7) Rincian per obyek
b Bendahara Pengeluaran
1. Buku kas umum 1. Laporan keadaan kas (LKK)
2. Buku kas bantu per kode (Bend 25)
rekening (Bend 12) 2. Laporan Pertanggung
3. Buku Bendahara 15 (pajak) jawaban Askes dan
4. Buku panjar Jamkesmas
5. Bukti/tanda setoran retribusi 3. Laporan pemungutan
ke kasda penyetoran koordinator
pemungut
4. Buku rekap harian
5. Rincian per obyek
3 Barang dan asset (alat, obat,
a Petugas pengelola barang/asset
1. Daftar/kartu inventaris barang 1. Laporan inventaris alat 1. Data asset di masing
2. Usulan petugas pengelola kesehatan masing ruangan
barang/asset 2. Laporan asset /seluruh 2. Data RKBU (Rencana
3. SK Bendahara barang dan inventaris alat kesehatan Kebutuhan Barang Unit)
pengurus barang/asset setiap semester dan RPTBU (Rencana
4. Buku kendali data stok barang 3. Laporan asset /seluruh Pengadaan Triwulan arang
5. Buku data terima barang dan inventaris alat kesehatan Unit)
pengeluaran barang setiap akhir tahun 3. Data RPTBU
6. Penerimaan barang dan stok 4. Laporan fungsi dan kondisi 4. Data stok barang
barang alat kesehatan 5. KIR
6. KIB
4 Obat obatan dan Upaya
kefarmasian
1. Etiket 1. Laporan kompilasi Data pelaksanaan pelayanan
2. Buku kunjungan resep peresepan Puskesmas kefarmasian
3. Kartu stok obat 2. Laporan Pemakaian
4. Penerimaan dan Pemakaian sisa dan Lembar Permintaan
obat apotik Obat ( LPLPO)/
5. Catatan harian pemakaian obat 3. Laporan pemakaian
(buku lidi) vaksin
6. Catatan penerimaan dan 4. Laporan triwulan
pemakaian sisa obat apotik pelayanan kefarmasian di
7. Catatan harian pendistribusian di Puskesmas
dan pemakaian obat pusling 5. Laporan Obat Rusak,
obat Pustu, Polindes, hilang dan Kadaluarsa
Ponkesdes dan Puskesmas 6. Laporan Kesalahan
8. Rekapitulasi jenis resep Pemberian Obat
gratis/bayar/Askes 7. Laporan penggunaan
9. Pemantauan Terapi Obat di Narkotika dan
Rawat Inap Psikotropika
10.Pncatatan Pelayanan Informasi
obat dan Konseling obat &
23
pelaksanaan pelayanan
kefarmasian di Puskesmas.
3 Upaya Pelayanan Kesehatan
3 Upaya Promosi Kesehatan
1) Buku kegiatan 1) Laporan tribulanan 1.Cakupan desa siaga aktif
penyuluhan kesehatan Promosi Kesehatan per Desa
( Promkes) 2) Laporan tahunan 2.Cakupan rumah tangga
2) Format Pengukuran Promosi Kesehatan & sehat per Desa
Tahapan Desa SiagaAktif Pemberdayaan Masyarakat 3.Cakupan Posyandu PURI
dan Rekapitulasinya (profil Promkes Puskesmas) dan UKBM lainnya per desa
3) Form Kajian PHBS rumah 4. Cakupan penyuluhan
tangga dan rekapitulasinya kelompok di dalam gedung
4) Format pengukuran dan diluar gedung
tingkat perkembangan
Posyandu dan UKBM
lainnya serta rekapitulasinya
5) Buku kegiatan
pembinaan Desa Siaga,
Posyandu dan UKBM
lainnya
2 Upaya Kesehatan Lingkungan
1) Formulir penilaian rumah : 1) Laporan sanitasi a. Cakupan sanitasi
a) Komponen rumah perumahan lingkungan :
b) Sarana sanitasi 2) Laporan klinik sanitasi 1) Sarana air bersih/
c) Perilaku penghuni 3) Laporan pengelolaan minum.
d) Binatang peliharaan TPM 2) Sarana air minum
1) Formulir pengelolaan limbah 4) Laporan hasil terlindung
padat dan cair : pemeriksaan higiene 3) Sanitasi dasar (air
2) Register pengelolaan limbah sanitasi Institusi limbah, sampah,jamban)
padat dan cair. 5) Laporan hasil 4) Penggunaan bahan
3) Register kegiatan klinik sanitasi pemeriksaan higiene kimia
4) Register hasil pembinaan sanitasi Tempat-Tempat 5) Ternak/hewan
/Pengawasan higiene sanitasi Umum ( TTU) peliharaan
Tempat Pengelolaan Makanan 6) Laporan hasil 6) Sumber pencemaran
(TPM). pemeriksaan sampel di sekitar rumah
5) Register pemeriksaan sanitasi Makanan.
institusi 7) Laporan akses air b. Cakupan sarana
6) Register TTU bersih. pengelolaan limbah yang
7) Register pemeriksaan sampel 8) Laporan hasil inspeksi memenuhi syarat:
makanan sanitasi sarana air Bersih. 1) M
8) Register akses air bersih 9) Laporan hasil inspeksi anajemen pengelolaan limbah
9) Register akeses air minum sanitasi sarana air minum 2) Je
terlindung 10) Laporan pemeriksaan nis limbah yang dihasilkan
10)Register inspeksi Sanitasi sampel air DAM/PDAM/ Pengelolaan Limbah padat
Register inspeksi Non Perpipaan dan cair
11)Register pemeriksaan sampel 11) Laporan pemeriksaan
air sampel air
12)Register kepemilikan jamban 12) Laporan kepemilikan
13)Formulir program penyehatan jamban
lingkungan 13) Laporan 10 penyakit
berbasis lingkungan.
14) Laporan monitoring
pengelolaan limbah cair
dan padat sarana pelayanan
kesehatan
3 Upaya Pelayanan Kesehatan Ibu
.3 dan Anak serta KB
3 Upaya pelayanan kesehatan Ibu
.3.1
1) Kartu ibu 1) PWS-KIA (Ibu) 1) Cakupan K1
24
2) Formulir partograf 2) LB3KIA(Lap. Bulanan 2) Cakupan Kunjungan Ibu
3) Buku KIA KIA) Hamil K4
4) Register Kohort ibu 3) Laporan sarana prasarana 3) Cakupan ibu hamil dengan
5) Form pelacakan kematian B1,B2,B3 komplikasi kebidanan
maternal (OVM) 4) Laporan kematian Ibu yang ditangani
6) Register pelayanan korban 5) Laporan Penggunaan buku 4) Cakupan pertolongan
tindak kekerasan terhadap KIA persalinan oleh tenaga
perempuan, anak dan KDRT 6) Laporan Pelaksanaan Kelasi kesehatan yang memiliki
bu hamil kompetensi kebidanan
7) Laporan P4K 5) Cakupan pelayanan ibu
8) Laporan Pelayanan Korban nifas
Tindak Kekerasan terhadap
Perempuan, Anak dan
KDRT
3 Upaya Pelayanan Kesehatan Anak
.3.2
1)
Kartu anak 1) Laporan buku KIA 1) Cakupan Kunjungan
2)
Formulir MTBM dan MTBS 2) Laporan kematian bayi dan Neonatal KN-1
3)
Buku KIA balita. 2) Cakupan Pelayanan
4)
Register kohort bayi 3) PWS-KIA ( Anak ) Neonatal (KN Lengkap)
5)
Register kohort anak balita 4) LB3KIA 3) Cakupan neonatal dengan
6)
Register kohort anak prasekolah 5) Laporan kegiatan kesehatan komplikasi yang ditangani
7)
Register penyimpangan tumbuh remaja. 4) Cakupan kunjungan Bayi
kembang 6) Laporan bulanan program 5) Cakupan pelayanan anak
8) Form pelacakan kematian Kesehatan anak usia balita
perinatal (OVP) sekolah 6) Cakupan pelayanan anak
9) Register anak usia Sekolah pra sekolah
10)Formulir skrining anak usia 7) Cakupan anak usia sekolah
Sekolah 8) Cakupan remaja yang
11)Register pelayanan korban dilayani
tindak kekerasan terhadap
perempuan, anak dan KDRT
3 Upaya Pelayanan
.3.3 Keluarga Berencana
1) Kartu status KB (K1) 1) LB3 USUB (laporan 1) Cakupan peserta Keluarga
2) Kartu peserta KB (K4) bulanan Usia Subur ) Berencana aktif
3) Register kohort KB 2) PWS KB 2) Cakupan ibu hamil ANC
4) Register alat & obat 3) Laporan PMTCT (PPIA) yang mendapat konseling
kontrasepsi PMTCT
25
.5 Pemberantasan Penyakit
3 Upaya Pencegahan Penyakit
.5.1
1 Surveillance
1. Register SBM 1) Laporan Sistem Surveilans 1) Cakupan desa/kelurahan
2. Register rawat jalan (Penyakit Terpadu (Lap. SST) mengalami KLB
potensial wabah) 2) Laporan kader (Form ( Kejadian Luar Biasa)
SBM/Surveilence Berbasis yang dilakukan
Masy) penyelidikan epidemiologi
3) Laporan mingguan wabah dalam waktu <24 jam
(W2PU) 2) Penemuan dan penanganan
4) Laporan bulanan pasien baru TB BTA
Surveillance Terpadu positif
penyakit berbasis 3) Angka penjaringan suspek
Puskesmas. penderita TB paru
5) Laporan KLB (W1) bila ada 4) Angka keberhasilan
KLB pengobatan pasien baru
BTA positif
1. Penemuan kasus filariasis
2 Imunisasi
1) Buku stok vaksin 1) Laporan imunisasi 1. Cakupan desa/kelurahan
2) Buku grafik suhu 2) Laporan hasil pencapaian Univrsal Child
3) Register kohort ibu, bayi UCI Imunization
4) Laporan uniject rusak 3) Laporan cakupan imunisasi (UCI)
5) Form pelaporan kejadian BIAS Puskesmas. 2. Imunisasi dasar lengkap
ikutan pasca imunisasi. 4) Laporan penerimaan & pada bayi usia <1 tahun
pengiriman vaksin HB (BCG 1 kali, DPT-HB 3
Uniject kali, Polio 4 kali, Campak
5) Laporan imunisasi HB 1 kali) ditambah
uniject perlindungan dini
6) Hasil kegiatan skrining dan imunisasi Hepatitis B < 7
imunisasi TT WUS per hari
desa/kelurahan
3 Upaya Pemberantasan Penyakit
.5.2
1 Tuberculosis
1. Kartu pengobatan pasien TB 1) Laporan bulanan via sms 1. Angka penjaringan
(TB01) (INPRES NO 3/2010) suspek TB
2. Kartu penderita TB (TB02) 2) Laporan tribulan ke Dinkes 2. Angka keberhasilan
1. Register pasien TB di Kab/Kota (TB 03 UPK) pengobatan (sukses rate)
Fasyankes (TB o3 UPK) 3) Laporan hasil pengiriman 3. Jumlah pasien BTA +
2. Daftar suspek diperiksa dahak pemantapan mutu eksternal baru diantara semua
SPS (Register TB06) (PME) /Cross check (TB 12) pasien TB tercatat dalam
3. Form rujukan pasien pindah 1 (satu tribulan/ satu
(TB 09) tahun)
3. Form hasil akhir pengobatan
pasien pindah (TB 10)
2 Kusta
1) Kartu penderita 1. Form POD 1. Angka kesembuhan
2) Register (kohort penderita kusta 2. Form pengobatan Prednisone penderita Kusta PB
tipe PB/tipe MB Register kohort penderita 2. Angka kesembuhan
3) Register kohort penderita kusta kusta tipe PB (fotokopi tiap penderita Kusta MB
tipe MB (fotokopi tiap 3 bulan) 3 bulan)
3 ISPA
) Register ISPA 1 Form MTBS atau form Angka cakupan penemuan
stempel pneumoni balita penderita pneumoni balita
4IVD (Infeksi Virus Dengue)
26
1) Buku catatan pasien penderita 2) Stratifikasi desa 1. Penemuan kasus suspek
IVD 3) Distribusi penderita per desa penderita IVD (Infeksi
4) Grafik rata rata jumlah Virus Dengue) yang dirujuk
pasien 2. Cakupan penanganan
5) Grafik pola penderita IVD penderita IVD
PWS vektor DBD 3. Angka Bebas Jentik
5 Malaria
1) Form pengiriman SD API (Annual Paracite Index)
ut.pemerik.ulang di
lab.Mal.Jatim
2) Daftar Penyebaran Penderita
Malaria
3) Register penderita Malaria
6 Diare
Register Diare 1) Angka cakupan pelayanan
penderita diare
2) Angka penggunaan oralit
dan zinc
3) Angka GFR pada kasus
KLB diare
7 Rabies
Register kasus gigitan hewan 1) Data penemuan kasus
tersangka rabies gigitan HPR
2) Data penatalaksanaan kasus
gigitan ( pencucian luka )
3) Pemberian VAR
8 HIV/AIDS/IMS
Register ( jika ada kasus) 1) Kasus IMS
2) Kasus HIV/AIDS
9 P
enyakit tidak menular
1) Register rawat jalan 1) Jumlah Kasus dan Kematian
2) Laporan Posbindu PTM Penyakit Tidak Menular
3) Register deteksi dini kanker Menurut Jenis Kelamin dan
payudara dan leher rahim Umur(Form STP).
2) Form Faktor Resiko PTM dan
Form PTM ( bagi Puskesmas
yang sudah terbentuk
Posbindu PTM)
3) Form Frekapitulasi deteksi
dini kanker payudara dan
leher rahim ( bagi puskesmas
pilot project)
3 Upaya pengobatan dasar
.6
3 Upaya pengobatan
.6.1
1) Kartu rekam medik 1) Laporan kasus penyakit 1) Visit rate
2) Resep (LB1) 2) Data penyakit /angka
3) Register rawat jalan 2) LB4 kesakitan karena penyakit
4) Surat rujukan 3) Pola penyakit ( 10 ( ISPA, diare,
5) Surat Keterangan Sehat/Sakit terbanyak) TBC,kusta,hepatitis dll)
4) Lap. bulanan kegiatan 3) Grafik kunjungan rawat
Puskesmas jalan
5) Lap. LB 1 (lap. Bulanan 6) Jumlah pasien baru
data kesakitan) 7) Jumlah pasien lama
6) LB-2 M (lap. Bulanan data
kematian)
7) Laporan bulanan rujukan
Puskesmas ke Rumah Sakit.
27
3 Upaya pelayanan kegawat
.6.2 daruratan
1) Register kunjungan UGD Laporan kecelakaan Jumlah kunjungan UGD
2) Informed Consent
3 Upaya pengobatan gigi dan mulut
.6.3
1) Kartu Rekam Medik 1. Laporan Bulanan Penyakit 1. Grafik Kunjungan gilut
2) Register rawat jalan Gigi Mulut (LB1) 2. Grafik morbiditas
3) FormulirLaporan Informed Consent2. Laporan BulananKegiatan penyakit
4) Informed Consent Puskesmas ( LB4)
3. Laporan Tahunan Data
Dasar gigi
3 Upaya Pelayanan Laboratorium
.6.4
1) Register pencatatan pasien 1) Laporan laboratorium Angka kesalahan
2) Register pencatatan hasil lapangan. baca (error rate)
3) Blanko hasil pemeriksaan kimia 2) Laporan rujukan
klinik laboratorium Puskesmas ke
4) Blanko hasil pemeriksaan darah laboratorium luar.
5) Blanko hasil pemeriksaan urine 3) Laporan laboratorium
6) Blanko hasil pemeriksaan Puskesmas.
serologi
7) Blanko hasil BTA
8) Kartu gol darah
9) Pengiriman sediaan darah untuk
pemeriksaan ulangan di
laboratorium Malaria Provinsi
Jawa Timur).
10)Register laboratorim (TB 04)
11) Formulir permohonan
pemeriksaan laboratorium (Form
TB 05)
28
1. Register bantu kesehatan kerja 1) Laporan bulanan kesehatan
2. Formulir KK-1 sd KK-7 SIM pekerja (LBKP-1
KK Puskesmas)
2) Laporan semester kesehatan
pekerja (LS-1 Puskesmas)
3) Laporan hasil kegiatan
kesehatan kerja
5 Upaya kesehatan usila
Register kesehatan pralansia dan Laporan kegiatan kesehatan usia
lansia lanjut
6 Upaya kesehatan Indera
a Upaya kesehatan mata
a. Register rawat jalan 1) SP3/SP2TP
b. Register bantu kesehatan mata 2) Laporan kegiatan kesehatan
mata
3) Laporan Tribulan Kesehatan
Mata
b Upaya kesehatan telinga
a. Register rawat jalan a. SP3/SP2TP
b.Register bantu kesehatan telinga b. Laporan kegiatan kesehatan
Telinga
c. Laporan Tribulan Kesehatan
Telinga
7 Upaya kesehatan jiwa
1) Laporan hasil kegiatan
kesehatan jiwa
2) Laporan kegiatan psikologi
8 Upaya kesehatan olahraga
Pendataan kelompok/klub olahraga Laporan bulanan program
kesehatan olahraga
2 Jenis Pencatatan dan Pelaporan Puskesmas Rawat Inap dengan PONED berdasarkan jenis
pelayanan: sama dengan Puskesmas rawat inap dengan penambahan:
N Kelengkapan dokumen
o Pencatatan Pelaporan Data
1 Upaya Kesehatan Ibu dan Anak
1. Format AMP
2. KMS ibu hamil/buku KIA;
3. Pencatatan dalam Sistim Informasi
Manajemen Puskesmas (SP2TP)
4. Form Rujukan Maternal dan
Neonatal (Form R)
5. Form otopsi verbal maternal dan
neonatal (Form OM dan OP)
2 Upaya pengobatan di rawat inap
1.Rekam Medik 1. Laporan jumlah dirawat 1. Grafik kunjungan rawat
2. Asuhan keperawatan 2. Jumlah pasien masuk inap
3. Jumlah pasien keluar hidup
4. Jumlah pasien keluar mati
5. Jumlah pasien mati<48 jam
6. Jumlah lama dirawat
7. Jumlah hari perawatan
29
3. Puskesmas mengirimkan laporan bulanan ke Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota paling
lambat tanggal 5 bulan berikutnya.
4. Puskesmas mengirimkan laporan tribulanan ke Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota paling
lambat tanggal 5 bulan berikutnya.
5. Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota melakukan pengolahan/rekapitulasi laporan dari
Puskesmas serta menyusun laporan dan menginformasikannya ke Dinas Kesehatan
Provinsi.
1.1.16. Perencanaan
Perencanaan adalah suatu proses kegiatan yang urut yang harus dilakukan untuk
mengatasi masalah kesehatan di wilayah kerja Puskesmas dalam rangka mencapai tujuan
yang telah ditentukan dengan memanfaatkan sumber daya yang tersedia secara berhasil guna
dan berdaya guna
a. Puskesmas melakukan penilaian kebutuhan masyarakat untuk mengidentifikasi dan
merespon kebutuhan dan harapan masyarakat di Puskesmas dengan melakukan
pertemuan dengan tokoh-tokoh masyarakat dan sektor terkaitmelui kegiatan Survei
Mawas Diri (SMD) untuk kemudian dilakukan analisis kesehatan komunitas (Community
Health Analysis) yang menjadi bahan untuk penyusunan Puskesmas
b. Rencana Puskesmas dituangkan dalam bentuk Rencana Usulan Kegiatan untuk tahun
berikut dan Rencana Pelaksanaan Kegiatan untuk Tahun Anggaran berjalan yang
diuraikan lebih lanjut dalam Rencana Kegiatan Bulanan, baik untuk kegiatan promotif,
preventif, kuratif dan rehabilitatif. Upaya-upaya di Puskesmas lebih diarahkan pada
kegiatan promotif, preventif dan deteksi dini.
c. Perencanaan kegiatan disampaikan pada mikroplanning di Puskesmas yang kemudian
menjadi perencanaan tingkat Puskesmas yang meliputi persiapan, analisis situasi,
Rencana Usulan Kegiatan (RUK), Rencana Pelaksanaan Kegiatan (RPK) atau Plan Of
Action (POA).
Tahapan Perencanaan Tingkat Puskesmas:
1. Tahap Persiapan
2. Tahap Analisa Situasi
3. Tahap Penyusunan Rencana Usulan Kegiatan
4. Tahap Penyusunan Rencana Pelaksanaan Kegiatan
1. Tahap Persiapan
Puskesmas mempersiapkan :
a) Tim Penyusun Perencanaan Tingkat Puskesmas ( PTP) dengan anggota pemegang
program di Puskesmas
b) Sosialisasi Pedoman Perencanaan Tingkat Puskesmas ( PTP) oleh Kepala Puskesmas
c) Pedoman yang harus dipelajari: Kebijakan dan pengarahan Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota dan Kementerian Kesehatan
2. Tahap Analisa Situasi
Tujuan: memperoleh informasi mengenai keadaan dan permasalahan yang dihadapi
Puskesmas melalui analisa data umum dan data khusus yang sudah dikumpulkan ( lihat
lampiran..)
3. Tahap Penyusunan Rencana Usulan Kegiatan ( RUK)
Tujuan:
a) Mempertahankan kegiatan yang sudah dicapai pada periode sebelumnya dan
memperbaiki program yang masih bermasalah
b) Menyusun rencana kegiatan baru yang disesuaikan dengan kondisi kesehatan di
wilayah tersebut dengan kemampuan Puskesmas
Langkah RUK:
a) Analisa Masalah, dengan tahapan:
1) Identifikasi Masalah
2) Menetapkan urutan prioritas masalah
3) Merumuskan masalah
30
4) Mencari akar penyebab masalah
5) Menetapkan cara-cara pemecahan masalah
b) Penyusunan RUK Upaya Kesehatan Wajib dan Upaya Kesehatan Pengembangan,
meliputi:
1) Kegiatan tahun yad ( kegiatan rutin, sarana/prasarana, operasional dan program
hasil analisis masalah)
2) Kebutuhan Sumber Daya, berdasarkan ketersediaan sumberdaya yang ada pada
tahun ini
3) Rekapitulasi RUK dan sumber daya yang dibutuhkan ke dalam format RUK
Pusksemas
4. Tahap Penyusunan Rencana Pelaksanaan Kegiatan (RPK)
Langkah Penyusunan RPK:
a) Mempelajari alokasi kegiatan dan biaya yang sudah disetujui
b) Membandingkan aklokasi yang sudah disetujui dengan RUK yang diusulkan dan
situasi pada saat penyusunan RPK
c) Menyusun rancangan awal, rincian dan volume kegiatan yang akan dilaksanakan serta
sumber daya pendukung menurut bulan dan lokasi pelaksanaan
d) Mengadakan lokakarya mini tahunan untuk membahas kesepakatan RPK
e) Membuat RPK yang telah disusun dalam bentuk matriks
31
4 Masukan 1. Penggalangan Tim dalam bentuk 1. Laporan hasil kegiatan bulan lalu
dinamika kelompok tentang peran, 2. Informasi tentang hasil rapat di
tanggung jawab staf dan kewenangan Kabupaten/Kota
Puskesmas 3. Informasi tentang hasil rapat di
2. Informasi tentang kebijakan, program Kecamatan
dan konsep baru berkaitan dengan 4. Informasi tentang kebijakan, program
Puskesmas dan konsep baru
3. Informasi tentang tata cara
penyusunan POA
5 Proses 1. Inventarisasi kegiatan Puskesmas 1. Analisis hambatan dan masalah, antara
termasuk kegiatan lapangan/daerah lain dengan mempergunakan PWS
binaan 2. Analisis sebab masalah, khusus untuk
2. Analisis beban kerja tiap petugas mutu dikaitkan dengan kepatuhan
3. Pembagian tugas baru termasuk terhadap standar pelayanan
tanggung jawab daerah binaan 3. Merumuskan alternatif pemecahan
4. Penyusunan rencana kegiatan (POA) masalah
tahunan berdasarkan Rencana
Pelaksanaan Kegiatan (RPK)
6 Keluaran POA tahunan Kesepakatan untuk melaksanakan kegiatan
Kesepakatan bersama untuk pelaksanaan Rencana kerja bulan yang baru
kegiatan sesuai POA
Matriks pembagian tugas dan daerah
binaan
32
8 Proses 1. Inventarisasi peran bantu masing- 1. Analisis hambatan dan masalah
masing sektor program kesehatan
2. Analisis masalah peran bantu dari 2. Analisis hambatan dan masalah
masing-masing sektor dukungan dari masing
3. Pembagian peran dan tugas 3. Merumuskan cara pemecahan
masing-masing sektor masalah masing sektor
4. Menyusun rencana kerja dan
menyepakati kegiatan untuk
tribulan baru
9 Keluaran 1. Kesepakatan tertulis lintas sektor 1. Rencana kerja tribulan yang baru
terkait dalam mendukung program 2. Kesepakatan bersama
kesehatan
2. Rencana kegiatan masing masing
sektor
2.2.Manajemen mutu
Manajemen mutu adalah pendekatan manajemen yang merupakan suatu sistem yang
terstruktur untuk menciptakan partisipasi menyeluruh di seluruh jajaran Puskesmas dalam
merencanakan dan melaksanakan fungsi Puskesmas agar sesuai dengan standar
Pengendalian Mutu Puskesmas
Puskesmas mempunyai program peningkatan mutu internal dan eksternal, untuk
mengevaluasi seluruh kegiatan yang berkaitan dengan pelayanan kesehatan yang diberikan.
Program peningkatan mutu dilakukan dengan memantau Indek Kepuasan Masyarakat, dengan
cara wawancara/kuesioner dengan staf dan pelanggan.
33
a) Survey Indek Kepuasan Masyarakat dan menetapkan Indek Kepuasan Masyarakat
b) Mengelola pengaduan pengguna layanan Puskesmas, mulai dari pencatatan,
pelaporan, rencana tindak lanjut dan penanganan pengaduan
c) Pemantauan Pencegahan Dan Pengendalian Infeksi
d) Melakukan penilaian terhadap Standar Puskesmas dan Kinerja Puskesmas secara
periodik, melaporkan kepada Kepala Puskesmas. Mendokumentasikan kegiatan
perbaikan standar dan kinerja program mulai dari monitoring, penilaian, analisis,
penyusunan rencana perbaikan, pelaksanaan perbaikan dan evaluasinya
2. Menggerakkan dan memanfaatkan sumber daya yang ada untuk terwujudnya
perencanaan mutu
3. Melakukan supervisi, dukungan dan coaching dalam memberdayakan Puskesmas
dalam pemecahan masalah mutu dengan pendekatan tim
34
12.Kepastian jadwal pelayanan, yaitu pelaksanaan waktu pelayanan, sesuai dengan
ketentuan yang telah ditetapkan
13.Kenyamanan lingkungan, yaitu kondisi sarana dan prasarana pelayanan yang bersih,
rapi dan teratur sehingga dapat memberikan rasa nyaman kepada penerima layanan
14.Keamanan pelayanan, yaitu terjaminnya tingkat keamanan lingkungan unit
penyelenggara pelayanan ataupun sarana yang digunakan, sehingga masyarakat
merasa tenang untuk mendapatkan pelayanan terhadap resiko- resiko yang
diakibatkan dari pelaksanaan pelayanan
35
d) Farmasi
e) Sanitasi
f) Petugas Kebersihan
Tugas Tim PPI:
1. Melakukan sosialisasi PPI agar kebijakan dapat dipahami dan dilaksanakan oleh
petugas Puskesmas
2. Membuat SOP PPI
3. Menyusun dan mengevaluasi pelaksanaan PPI dan program diklatnya
4. Memberikan konsultasi pada petugas Puskesmas
5. Memberikan masukan yang menyangkut konstruksi bangunan dan pengadaan alat dan
bahan kesehatan, renovasi ruangan, cara pemrosesan alat, penyimpanan alat dan linen
sesuai dengan prinsip PPI
6. Melakukan pengawasan terhadap tindakan yang menyimpang dari standar
prosedur/monitoring surveilans proses
7. Melakukan pengamatan PPI Puskesmas dengan menggunakan daftar Tilik PPI seperti
dibawah ini
36
berfungsi baik
Proses pembuangan limbah
berjalan baik
Antiseptik Alkohol
Betadine
Jumlah
Keterangan:
SB: Sangat Baik : > 90 % petugas patuh mengikuti prosedur
B : Baik : 70-89 % petugas patuh mengikuti prosedur
C : Cukup : 60-69 % petugas patuh mengikuti prosedur
K : Kurang : 50-59 % petugas patuh mengikuti prosedur
SK : Sangat Kurang : <50 % petugas patuh mengikuti prosedur
37
Lepaskan sarung tangan segera setelah selesai, sebelum menyentuh benda dan
permukaan yang tidak terkontaminasi , sebelum beralih ke pasien lain
Jangan memakai sarung tangan yang sama untuk pasien yang berbeda
Gantilah sarung tangan bila tangan berpindah dari area tubuh terkontaminasi ke area
bersih
Pakailah goggle untuk melindungi konjungtiva, mukus membran mata, hidung,
mulut selama melaksanakan prosedur dan aktifitas perawatan pasien yang berisiko
terjadi cipratan/semprotan dari darah, cairan tubuh, sekresi, ekskresi
Secara umum, dapat digunakan masker bedah untuk mencegah transmisi melalui
partikel besar dari droplet saat kontak erat (<3 m) dari pasien saat batuk/bersin.
Pakailah selama tindakan yang menimbulkan aerosol walaupun pada pasien tidak
diduga infeksi
Kenakan gaun ( bersih, tidak steril ) untuk melindungi kulit, mencegah baju menjadi
kotor, kulit terkontaminasi selama prosedur/merawat pasien yang memungkinkan
terjadinya percikan/semprotan cairan tubuh pasien
Bila gaun tembus cairan, perlu dilapisi apron tahan cairan mengantisipasi
semprotan/cipratan cairan infeksius.
Pakailah sepatu boot untuk melindungi kaki dari cipratan/semprotan dari darah,
cairan tubuh, sekresi, ekskresi
38
Na hipoklorit (pemutih), alkohol, komponen fenol, komponen ammonium quarternary,
komponen peroksigen. Ikuti aturan pakai pabrik cairan disinfektan, waktu kontak, dan
cara pengencerannya
Pembersihan area sekitar pasien:
Pembersihan permukaan horisontal sekitar pasien harus dilakukan secara rutin setiap
hari dan lebih teliti setiap pasien pulang
Untuk mencegah aerosolisasi patogen infeksi saluran napas, hindari sapu, tapi
gunakan cara basah (kain basah)
Ganti cairan pembersih, lap kain, kepala mop setelah dipakai (terkontaminasi)
Peralatan pembersih harus dibersihkan, dikeringkan tiap kali setelah pakai. Mop
dicuci, dikeringkan tiap hari sebelum disimpan dan dipakai kembali.
Untuk mempermudah pembersihan bebaskan area pasien dari benda-benda/peralatan
yang tidak perlu
Jangan lakukan fogging dengan disinfektan, tidak terbukti mengendalikan infeksi,
dan bisa berbahaya
Pembersihan dapat dibantu dengan vacuum cleaner (pakai filter, HEPA). Jangan
memasang karpet
5.Penata Penanganan, transportasi dan proses linen yang terkena darah, cairan tubuh, sekresi,
laksanaan Linen ekskresi harus dilakukan dengan prosedur yang benar untuk mencegah kulit, mukus
membran terekspos dan terkontaminasi linen, atau terjadi transfer mikroba ke pasien
lain, petugas dan lingkungan
Buang terlebih dahulu kotoran (misal: feses), ke toilet dan letakkan linen dalam kantong
linen.
Hindari menyortir linen di ruang rawat pasien. Jangan memanipulasi linen
terkontaminasi untuk hindari kontaminasi terhadap udara, permukaan dan orang.
Cuci dan keringkan linen sesuai SOP. Dengan air panas 70oC, minimal 25 menit. Bila
dipakai suhu < 70oC pilih zat kimia yang sesuai.
Pastikan kantong tidak bocor dan lepas ikatan selama transportasi. Kantong tidak perlu
ganda.
Petugas yang menangani linen harus mengenakan APD yang sesuai
6. Kesehatan Setiap petugas harus waspada dalam bekerja, untuk mencegah terjadinya luka/cedera
karyawan saat menangani jarum, scalpel dan alat tajam lain, setelah melakukan prosedur, saat
membersihkan instrumen dan saat membuang jarum
Seharusnya gunakan alat pengaman (safety devices) pada waktu menangani jarum,
scalpel, alat tajam lain
Jangan tutup/recap jarum yang telah dipakai, memanipulasi jarum dengan tangan,
menekuk jarum, mematahkan, melepas jarum dari spuit. Buang jarum, spuit, pisau
scalpel, dan peralatan tajam habis pakai kedalam wadah tahan tusukan sebelum
dibuang ke insenerator
Pakai mouthpiece, resusitasi bag atau peralatan ventilasi lain pengganti metoda
resusitasi mulut ke mulut
Jangan mengarahkan bagian tajam jarum ke bagian tubuh selain akan menyuntik.
7.Penempatan Tempatkan pasien yang potensial mengkontaminasi lingkungan atau yang tidak dapat
Pasien diharapkan menjaga kebersihan kedalam ruang rawat yang terpisah.
Bila ruang isolasi tidak memungkinkan, upayakan agar prinsip pemisahan tetap
terjadi.
Cara penempatan sesuai jenis kewaspadaan terhadap transmisi infeksi
8.Hygiene Kunci PPI adalah mengendalikan penyebaran patogen dari pasien yang terinfeksi untuk
respirasi transmisi kepada kontak yang tidak terlindungi. Untuk penyakit yang ditransmisikan
/ Etika batuk melalui droplet besar dan atau droplet nuklei maka etika batuk harus diterapkan kepada
semua individu dengan gejala gangguan pada saluran napas.
Pasien, petugas, pengunjung dengan gejala infeksi saluran napas harus:
Menutup mulut dan hidung dengan lengan atas saat batuk atau bersin
Pakai tisu, saputangan, masker kain/medis bila tersedia, buang ke tempat sampah
(yang terlebih dahulu dilapisi kantong plastik) tertutup
39
Lakukan cuci tangan sesuai standar.
Manajemen fasilitas kesehatan/RS harus promosi higiene respirasi/etika batuk:
Promosi kepada semua petugas, pasien, keluarga dengan infeksi saluran napas
dengan demam
Edukasi petugas, pasien, keluarga, pengunjung akan pentingnya kandungan aerosol
dan sekresi dari saluran napas dalam mencegah transmisi penyakit saluran napas
Menyediakan sarana untuk kebersihan tangan (alcohol handrub, wastafel-antiseptik,
tisu towel, terutama area tunggu harus diprioritaskan (10)
9. Praktek Pakai jarum yang steril, sekali pakai, tiap kali penyuntikan untuk mencegah kontaminasi
menyuntik yang pada peralatan injeksi dan terapi.
aman Bila memungkinkan gunakan juga vial sekali pakai walaupun multidose. Jarum atau
spuit yang dipakai ulang untuk mengambil obat dalam vial multidose dapat
menimbulkan kontaminasi mikroba yang dapat menyebar saat obat dipakai untuk pasien
lain
40
d. Tempat parkir memadai dan bersih
e. Tersedia taman yang terpelihara dan rapi.
f. Tersedia Tempat penampungan sementara sampah
g. Lingkungan Puskesmas harus merupakan kawasan bebas asap rokok
3. Lahan
a. Luas lahan untuk Puskesmas rawat jalan sebesar 500 m2 , Puskesmas rawat Inap
sebesar 1000 m2 dan Puskesmas rawat Inap PONED sebesar 1000m2
b. Luas lahan untuk bangunan tidak bertingkat minimal 1,5 kali luas bangunan.
Luas lahan untuk bangunan bertingkat minimal 2 kali luas bangunan lantai dasar
c. Kontur lahan dalam kondisi datar, tidak ada kemiringan yang ekstrim
4. Area pelayanan
a. Pelayanan darurat letaknya harus menjamin kecepatan akses dan mempunyai
pintu masuk yang terpisah
b. Pelayanan administrasi,kantor administrasi umum hendaknya berdekatan dengan
pintu utama Puskesmas
c. Pelayanan persalinan terletak dan dirancang untuk mencegah lalu lintas aktivitas
yang tidak berhubungan. Ruang persalinan hendaknya tidak bising dan bersih.
Ruang persalinan hendaknya terpisah, tetapi mempunyai akses yang cepat dari
ruang persalinan ke perawatan
d. Ruang perawat hendaknya terletak pada lokasi yang dapat mengamati pasien
2.2.1.1.2.Persyaratan bangunan
Seluruh bangunan harus memenuhi aspek Keselamatan dan Keamanan pasien
dan orang yang berada di Puskesmas (Patient Safety), dimana:
1) Minimum tersedia dua buah pintu keluar
2) Pintu keluar langsung berhubungan dengan tempat terbuka di luar bangunan
3) Puskesmas mempunyai pemadam kebakaran, seperti pemadam api atau selang
yang mudah dilihat dan mudah dicapai pada lokasi strategis
4) Puskesmas mempunyai sarana atau fasilitas bagi pasien cacat tubuh.
5) Aspek keamanan pasien, antara lain
a) Pegangan sepanjang tangga
b) Toilet dilengkapi dengan pegangan
c) Pintu dapat dibuka dari luar
a. Konstruksi bangunan:
1) Kuat utuh, terpelihara, bersih, dan dapat mencegah penularan penyakit serta
kecelakaan
2) Menggunakan kayu harus dilapisi dengan bahan anti rayap.
b. Lantai
1) Bahan kedap air, permukaan rata, Bersih, kuat, rata, tidak licin dan mudah
dibersihkan
2. Lantai yang selalu terkena air misalnya kamar mandi, tempat cuci dan sejenisnya
mempunyai kemiringan 2 -3 % kearah saluran dan pembuangan air.
c. Dinding
1) Permukaan rata, bersih, dicat warna terang dan mudah dibersihkan.
2) Permukaan dinding yang selalu terkena percikan air harus kedap air dan mudah
dibersihkan.
3) Dinding ruang radiologi, dibuat sesuai ketentuan yang berlaku, agar tidak terjadi
kebocoran radiasi.
4) Dinding dicat dengan bahan yang bisa dicuci atau dilapis keramik
d. Ventilasi
Ventilasi harus memadai untuk menjamin peredaran udara di dalam ruangan puskesmas
dengan baik.
41
1) Luas ventilasi alamiah permanen minimal 15 % dari luas lantai dengan menerapkan
sistem ventilasi silang.
2) Semua jendela ruang tindakan diberi kawat kassa tidak permanen /penapis pencegah
masuknya seranggadan agar mudah dibersihkan
3) Bila ventilasi tidak menjamin adanya pergantian udara alamiah dengan baik maka
ruangan dilengkapi dengan penghawaan mekanis misal kipas angin, exhausterfan atau
AC.
4) Ventilasi dapur menggunakan cerobong asap atau exhausterfan.
5) Ventilasi pada laboratorium menggunakan exhausterfan/AC dan dialirkan pada udara
luar.
6) Sistem ventilasi udara laboratorium/pemeriksaan harus diatur sedemikian rupa
sehingga udara mengalir masuk sesuai area bersih ke area tercemar dan keluar ke
udara bebas yang tidak dilalui lalu lintas manusia. Di ruang pemeriksaan aliran udara
seharusnya dari belakang petugas kesehatan atau diantara petugas dan pasien.
7) Ruang pemrosesan dianjurkan selalu terpasang lampu UV bila dalam keadaan tidak
digunakan. Lampu harus selalu dalam keadaan bersih dan efek germisidal lampu
diperiksa secara rutin setiap bulan menggunakan alat pengukur.
e. Atap:
1) Ttidak bocor, dan tidak menjadi tempat perindukan serangga dan tikus,
2) Tinggi atap lebih dari 10 meter harus dilengkapi dengan penangkal petir
f. Langit-langit
1) Mudah dibersihkan.
2) Dicat dengan warna terang.
3) Tinggi langit langit antara 2,70 m sampai 3,3 m dari lantai,
g. Pintu.
1) Kuat, tinggi minmal 2,10 meter, lebar minimal 1,2 meter dan dapat mencegah
masuknya serangga, tikus, dan binatang pengganggu lain.
2) Pintu ruang perawatan, ruang poli, dan lain - lain dapat menutup secara otomatis.
3) Pintu yang selalu terkena air dilapisi dengan bahan kedap air
4) Pintu ruang radiologi, dilapisi dengan plat timbal sesuai dengan ketentuan yang
berlaku.
h. Jendela
1) Dapat mencegah masuknya serangga, tikus, dan binatang pengganggu lain.
2) Luas jendela, kisi-kisi atau dinding gelas kaca untuk masuknya cahaya minimal 1/6
kali luas lantai.
3) Ambang bawah jendela minimal 1 meter dari lantai
42
2) Puskesmas rawat inap 15 20 liter/orang/hari ditambah dengan 40 60
liter/orang/hari.
Air bersih untuk keperluan Puskesmas dapat diperoleh dari PDAM, Sumber Air
tanah atau sumber lain yang telah diolah sehingga memenuhi persyaratan kesehatan.
b. Memenuhi syarat fisik, kimia, bakteriologis sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
c. Distribusi ke ruangan ruangan menggunakan sarana perpipaan.
d. Sumber air bersih dan sarana distribusinya harus bebas dari pencemaran fisik, kimia
dan bakteriologis.
43
d) Tersedia lap pengering tangan atau alat pengering tangan.
e) Terpelihara dan bersih.
6. Fasilitas Sanitasi dan Keamanan Lainnya.
a) Ketersediaan dan distribus air perlu tersedia Water Tower yang tertutup.
b) Tersedia tabung pemadam kebakaran yang berfungsi dengan baik.
c) Tersedia ruangan khusus untuk penyimpanan perlengkapan kebersihan.
d) Tersedia tempat khusus Genset yang kedap suara.
7. Instalasi.
a) Pemasangan jaringan instalasi air minum, air limbah, gas, listrik/ genset, sistem
penghawaan dan sarana komunikasi harus aman dan terlindung sesuai ketentuan teknis
yang berlaku.
b) Jika bangunan Puskesmas lebih tinggi dari 10 meter atau lebih tinggi dari bangunan lain
di sekitarnya harus dilengkapi dengan penangkal petir.
c) Instalasi untuk masing-masing peruntukan sebaiknya menggunakan kode warna atau
label.
d) Tidak terjadi hubungan silang dan aliran balik antara jaringan distribusi air limbah dengan
air bersih.
e) Ditata agar memenuhi syarat estetika.
f) Tidak menjadi tempat perindukan serangga dan tikus.
2.2.1.6. Tatalaksana.
1. Tata Cara Pemeliharaan Sarana
a) Lantai dibersihkan dengan bahan anti septic minimal satu kali sehari.
b) Air Conditioner :
1) Secara periodik harus dimatikan dan diupayakan mendapat pergantian udara segar
dengan cara membuka seluruh pintu dan jendela setiap pagi selama 1 jam.
2) Membersihkan saringan/ filter udara AC secara periodik.
c) Pengendalian sumber kebisingan disesuaikan dengan sifat sumber :
1) Sumber genset dikendalikan dengan meredam dan membuat sekat yang memadai.
2) Sumber dari lalu lintas dikurangi dengan menanam pohon, peninggian tembok.
d) Pengambilan sampel air bak penampung dan pada kran terjauh yang dilakukan
minimal 2 kali/tahun, pada musin hujan dan kemarau.
e) Pembersihan baik air dan tempat perindukan lainnya dilakukan sekurang-kurangnya 3
hari sekali untuk mencegah perkembanganbiakan nyamuk aedes aigypty.
f) Penanganan limbah infeksius yang berasal dari lab. Poli dann ruang bersalin harus
direndam dalam larutan kaporit 3% selama satu malam, direbus air mendidih selama 1
jam atau dipanaskan dengan autoclave selama 15 menit dan kemudian dibakar atau
ditanam di dalam tanah.
g) Pembersihan mebel dan sarana lainnya pada Puskesmas minimal dilakukan satu kali
sehari dengan menggunakan kain basah. Tempat duduk, slot pintu, wastafel yang
berhubungan dengan pasien dibersihkan/dilap dengan larutan alcohol 60%.
2. Penyelenggaraan Kesehatan Lingkungan Puskesmas.
a) Penyusunan rencana kerja tahunan penyehatan lingkungan Puskesmas yang merupakan
bagian dari rencana kerja program penyehatan sarana tempat umum yaitu :
1) Jenis kegiatan yang akan dilaksanakan seperti pemeliharaan kebersihan dan
pemeriksaan sampel air.
2) Sasaran/ target tiap jenis kegiatan.
3) Jadwal pelaksanaan kegiatan.
4) Tenaga yang akan melaksanakan kegiatan, peralatan, bahan atau sarana yang
diperlukan (jenis dan jumlah).
5) Pembiayaan untuk tiap jenis kegiatan.
6) Pelaksanaan dan pengawasan terhadap pelaksanaan kegiatan.
7) Pencatatan pelaporan
8) Evaluasi kegiatan.
44
c) Pelaksanaan kegiatan penyehatan lingkungan Puskesmas melaksanakan kegiatan
sesuai dengan yang telah direncanakan.
3. Tersedia listrik dengan daya sesuai kebutuhan. Aliran listrik berfungsi baik, kabel dan
steker terpasang aman dan kokoh dan semua lampu berfungsi baik
4. Wastafel dengan air mengalir
a) Harus tersedia pada setiap ruangan periksa, ruang UGD, poli gigi, ruang KIA, ruang
pengobatan, ruang suntik, ruang laboratorium dan ruang lainnya yang memerlukan air
b) Dilengkapi dengan dispenser sabun cair atau zat anti septik, khusus untuk ruang
pengobatan, UGD, tindakan, KIA-KB, pesalinan, gigi dan mulut dianjurkan dalam
dispenser dengan pompa siku dan kran air siku
c) Terpelihara dan selalu bersih
d) Tersedia pengering tangan/tissue
Kondisi bangunan utama Puskesmas:
1) Baik, bila :
a) tidak ada kerusakan pada struktur dan arsitektur bangunan,
b) alur pelayanan ruang yang ada sudah sesuai standar,
c) sirkulasi udara dan cahaya pada ruang sudah tercukupi,
d) seluruh instalasi listrik dan sanitair berfungsi sebagai mana mestinya.
2) Rusak ringan, bila :
a) saluran air kotor / tersumbat,
b) cat dinding dan plafon kusam,
c) plesteran pada dinding rusak,
d) kran air dan atau saklar listrik tidak berfungsi,
3) Rusak sedang, bila :
a) plafond rusak (ambrol terkena air / rangka lapuk),
b) keramik lantai/ dinding pecah,
c) instalasi listrik/ sanitair bermasalah,
d) kusen pintu dan jendela rusak (lapuk/ patah)
4) Rusak berat, bila :
a) atap(rangka dan penutupnya) ambrol/ rusak,
b) struktur bangunan utama patah (kolom, balok, Sloof, dek, dll),
c) terjadi kebocoran / tidak berfungsinya seluruh instalasi listrik dan sanitair
2.2.1.2. Ruang
1) Setiap Puskesmas memiliki fasilitas ruangan yang lengkap dan digunakan seluruhnya,
ditata menurut alur kegiatan dengan memperhatikan ruang gerak petugas dan
dievaluasi pemanfaatannya
2) Semua ruangan mempunyai ventilasi dan penerangan/pencahayaan yang cukup
Ruangan diterangi cahaya alami/lampu listrik sehingga pasien dan tulisan dapat
terbaca tanpa sumber cahaya tambahan
3) Ruangan Puskesmas harus bersih, bebas debu, kotoran, sampah atau limbah, tersedia
tempat sampah, atap bersih dan terawat dan tidak ada sarang laba-laba. Hal ini juga
berlaku untuk lantai, mebel, perlengkapan dan instrumen, pintu dan jendela, dinding,
steker listrik dan langit-langit
Jenis Puskesmas
No Jenis Ruang Fungsi dan persyaratan khusus
Rawat Rawat Rawat
Jalan Inap Inap
Poned
45
1 Pendaftaran Penyimpanan dan pengolahan data pasien 16 16 16
dan Rekam
medik
2 Pertemuan Serbaguna untuk penyuluhan dan koordinasi staf serta 30 30 30
ruang data, kapasitas minimal 18 orang.
3 Gawat darurat Pelayanan pasien gawat darurat dan mempunyai tempat 20 20 20
tidur untuk observasi
a. Lokasi harus berada di bagian depan Puskesmas,
mudah dijangkau oleh masyarakat dengan tanda-tanda
yang jelas dari dalam dan luar Puskesmas
b. Harus mempunyai pintu masuk dan keluar yang
berbeda
c. Ambulans/kendaraan yang membawa pasien harus
dapat sampai di depan pintu yang areanya terlindung
dari panas dan hujan
d. Pintu UGD harus dapat dilalui brankar
e. Dilengkapi dengan ruang triage (ruang untuk
pemilahan pasien berdasarkan kegawatdaruratannya
f. Dimiliki oleh puskesmas rawat jalan maupun rawat
inap
4 Poli umum Pemeriksaan pasien umum dan tidak gawat 12 12 12
Kriteria ruangan:
a. Arah angin harus dari belakang petugas
b. Mempunyai cross ventilation (ventilalasi cukup dan
terbuka)
5 Poli gigi dan Pemeriksaan serta tindakan gigi dan mulut 12 12 12
mulut
6 Poli KIA/KB pelayanan KIA dan Keluarga Berencana 12 12 12
7 Imunisasi Distribusi dan imunisasi 12 12 12
8 Klinik gizi dan Konsultasi 9 9 9
laktasi
9 Klinik sanitasi Pelayanan kesehatan lingkungan 9 9 9
10 Konsultasi/Pro Konsultasi dan penyuluhan atau pemberian informasi ke 9 9 9
mosi kesehatan masyarakat
11 Kamar obat Pemberian obat, pembuatan obat racik dan penyimpanan 9 9 9
obat harian
12 Laboratorium Pemeriksaan spesimen pasien 9 9 9
Kriteria ruangan:
a. Untuk ruangan ber AC harus mempunyai exhaust fan,
bila tidak ber AC maka ventilasi ruang harus cukup dan
terbuka
b. Mempunyai tempat terbuka atau tempat khusus
untuk mengeluarkan dahak (sputum both)
13 Bersalin Pertolongan persalinan normal, tindakan kebidanan lain 12 16 16
(kuret, IUD) dengan KM/WC serta ruang menyusui
a. Tinggi pintu minimal 2,10 meter, lebar minimal 1,20
meter
b. Pintu dibuat dengan 2 (dua) daun pintu dan membuka
kedalam
c. Plafon harus rata, dipasang tanpa nat dan terbuat dari
bahan keras
d. Tidak berjendela terbuka tetapi mempunyai jendela atas
e. Pertemuan antara dinding vertikal dan lantai tidak boleh
patah tegas
f. Sebaiknya tersedia KM/WC untuk kebutuhan pasien
g. Tempat tidur dengan tirai pemisah/isolasi
h. Ibu bersalin terjaga privacynya dan keluarga dapat
menemani
i. Dilengkapi minimal 3 ( tiga )steker
14 Tindakan Tindakan dengan tingkat steril yang maksimal, pertemuan 12 12 12
dinding dalam ruang sebaiknya bersudut
tumpul/melengkung, untuk melakukan tindakan operatif
sederhana dan tindakan operatif kecil, seperti circumsisi,
pengangkatan aterom, lipom dan lain-lain bedah minor,
infeksi dan luka bakar
46
15 Kepala Administratif 9 9 9
Puskesmas
16 R.Tunggu Penyuluhan/promotif 36 36 36
17 Gudang obat Penyimpanan obat dengan persyaratan: 12 12 12
a. Luas gudang dan volume obat yang disimpan sudah
sesuai
b. Tersendiri tidak boleh dicampur barang lain
c. Sirkulasi udara baik
d. Dapat menjamin keamanan obat baik secara fisik
maupun kimiawi
e. Melindungi obat dari cahaya matahari langsung
f. Tidak lembab (ada alat pengukur suhu/kelebbaban)
g. Bersih
h. Penerangan cukup/ lampu untuk gudang obat
i. Bebas hewan pengerat
j. Teralis
k. Adanya cahaya yang masuk
l. Kunci rangkap 2 (dua)untuk dokter dan petugas gudang
18 Gudang umum Penyimpanan alat kesehatan 4 4 4
19 Administrasi/ka Administratif oleh staf puskesmas 20 20 20
ntor
20 Dapur Mengolah makanan dari mentah menjadi masak 9 9 9
a. Ventilasi dan penerangan cukup
b. Sumber air bersih sesuai dengan persyaratan air bersih
c. Ada saluran pembuangan air limbah yang
tertutup/higienis.
d. Warna tembok dapur cerah
e. Ada alat pemadam kebakaran ukuran kecil
f. Perabot dan alat dapur sesuai kebutuhan
g. Lantai bersih dan tidak licin
Untuk puskesmas rawat inap:
a. Diletakkan dekat dengan ruang perawatan
b. Sertifikat penjamah makanan bagi petugas dapur
21 KM/WC pasien Ratio jumlah kamar mandi/WC dibanding jumlah 12 12 12
rawat jalan pengunjung = 1: 40.Dibedakan untuk pria dan wanita,
minimal 1 buah untuk pria dan 1 buah untuk wanita @ 6
m2
23 KM/WC Bagi karyawan disediakan sekurangkurangnya 1 kamar 12 12 12
karyawan mandi dan WC untuk 15 orang.Dibedakan untuk pria dan
wanita, minimal @1 buah @ 6 m2
24 Cuci alat Membersihkan/mencuci alat kesehatan yang telah 3 3 3
kesehatan digunakan
25 Sterilisasi alat Sterilisasi alat medik untuk operasi kecil, alat-alat dari 3 3 3
poliklinik gigi, gawat darurat, persalinan dan perawatan
26 Spoolhoek Pembuangan darah/cairan sisa kegiatan operasi dan 3 3 3
persalinan
27 Genset Pengganti listrik Puskesmas dalam keadaan darurat, ruang 4 0 0
kedap suara kapasitas generator yang disediakan minimal
40% dari daya terpasang dan dilengkapi AMF dan ATS
system
Kapasitas Gen Set disediakan minimal 40% dari daya 0 6 6
terpasang dan dilengkapi AMF dan ATS system.Minimal
2000-5000 Watt
28 Perlengkapan Penyimpanan perlengkapan kebersihan 2 2 2
kebersihan
29 Linen Menyimpan kebutuhan linen/kain tenun untuk kebutuhan 0 3 3
merawat pasien
30 Garasi Penyimpanan ambulans operasional 12 12 12
Penyimpanan ambulans gadar 0 12 12
31 Parkir Parkir kendaraan pengunjung dan karyawan Puskesmas 24 24 24
C Rawat inap
32 Rawat gabung Ruang rawat gabung ibu dan bayi baru lahir dalam keadaan 0 12 12
ibu dan bayi normal, @2 m2/TT, minimal 1 TT ibu dan 1 TT bayi
33 Anak/bayi Rawat inap anak/bayi, 2 m2/TT (1 TT) 0 2 2
47
34 Laki laki Rawat inap laki laki dewasa, 4,5 m2/TT 1 TT) 0 4,5 4,5
dewasa
35 Perempuan Rawat perempuan dewasa,4,5 m2/TT(1 TT) 0 4,5 4,5
dewasa
36 Penyakit Rawat penyakit menular, 6 m2/TT (1 TT) 0 6 6
menular/ruang Pertimbangan pada saat penempatan pasien :
isolasi a. Kamar terpisah bila mungkin terjadi kontaminasi luas
terhadap lingkungan, misal: luka lebar dengan cairan
keluar, diare, perdarahan tidak terkontrol.
b. Kamar terpisah dengan pintu tertutup bila ada risiko
transmisi melalui udara ke kontak, misal: luka dengan
infeksi kuman gram positif.
c. Kamar terpisah atau terkelompok dengan ventilasi
dibuang keluar dengan exhaust ke area tidak ada orang
lalu lalang, misal: TBC.
d. Kamar terpisah dengan udara terkunci bila risiko terjadi
transmisi airborne luas, misal: varicella
e. Kamar terpisah bila pasien kurang mampu menjaga
kebersihan (anak, gangguan mental)
37 Dokter jaga 1 kamar untuk istirahat 0 9 9
38 Perawat/ 2 kamar perawat/bidan (1 untuk laki laki dan 1 perempuan) 0 18 18
bidan jaga menjaga/mengawasi pasien yang dirawat, masing-masing 9
m2
22 KM/WC pasien Ratio kamar mandi/WC pasien dibanding jumlah tempat 0 12 12
rawat inap tidur = 1:5 TT, dibedakan untuk pria dan wanita, minimal 2
buah @ 6 m2 per set
Jumlah 347 437 437
II. Limbah
1. Jenis dan definisi limbah Puskesmas
a. Limbah medis padat adalah limbah padat yang terdiri dari limbah infeksius, limbah
patologi, limbah benda tajam, limbah farmasi, limbah sitotoksis, limbah kimiawi, limbah
radioaktif, limbah container bertekanan dan limbah dengan kandungan logam berat yang
tinggi
48
b. Limbah non medis padat adalah limbah padat yang dihasilkan dari kegiatan diluar medis
yang berasal dari dapur, perkantoran, taman dan halaman yang dapat dimanfaatkan
kembali apabila ada teknologinya.
c. Limbah cair adalah semua air buangan termasuk tinja yang berasal dari kegiatan
Puskesmas yang kemungkinan mengandung mikroorganisme, bahan kimia beracun dan
radioaktif yang berbahaya bagi kesehatan.
d. Limbah gas adalah semua limbah berbentuk gas yang berasal dari kegiatan pembakaran di
puskesmas seperti insinerator, dapur, perlengkapan generator, anestesi dan pembuatan obat
sitotoksik.
2. Penanganan Limbah
a. Limbah medis padat
1) Limbah benda tajam harus dikumpulkan dalam satu wadah tanpa memperhatikan
terkontaminasi atau tidaknya. Wadah harus anti bocor, anti tusuk dan tidak mudah
untuk dibuka
2) Manajemen limbah dan benda tajam
a) Segera membuang limbah ke kontainer limbah
b) Limbah infeksius/ternoda darah dan cairan tubuh ke kantong plastik merah
c) Limbah non infeksius/tidak ternoda darah atau cairan tubuh ke kantong plastik
hitam
d) Hati-hati menangani benda tajam
e) Tidak boleh memberikan ke orang lain limbah benda tajam
f) Tidak menyarungkan kembali jarum bekas pakai/Membuang jarum bekas ke
safety box.
3) Penyuntikan yang aman:
a) Menggunakan spuit berulang kali tidak direkomendasikan,( jarum suntik sekali
pakai buang)
b) Menggunakan bak instrumen jika memberikan suntikan, bukan keranjang plastik
berubang-lubang (dihapus)
c) Jika menggunakan obat suntik multi dosis, tempatkan dalam jarum yang baru dan
simpan dalam kulkas, tulis tanggal dan jam( dihapus)
d) Jika memungkinkan hindari penyuntikan multi dosis
4) Jarum dan syringes spuit harus dipisahkan sehingga tidak dapat digunakan kembali.
Sebelum dipisahkan jarum dan spuit dibilas dengan menggunakan larutan klorin 0,5%
dilakukan 2-3 kali. Untuk benda-benda tajam hendaknya ditampung pada tempat
khusus ( safety box) seperti botol atau karton yang aman
5) Tempat perwadahan limbah medis padat infeksius dan sitotoksik yang tidak langsung
kontak dengan limbah harus segera dibersihkan direndam selama 10 menit dengan
larutan desinfektan dan dibilas dengan air mengalir apabila akan digunakan kembali
sedangkan untuk kantong plastik yang telah dipakai dankontak langsung dengan
limbah tersebut tidak boleh digunakan lagi
6) Limbah medis sangat infeksius, infeksius dan patologi anatomi dapat dimasukkan
dalam kantong plastik yang kuat dan anti bocor atau kontainer warna kuning merah
7) Penanganan limbah infeksius yang berasal dari poli dan ruang bersalin harus direndam
dalam larutan kaporit 3% selama satu malam, direbus mendidih selama 1 jam 20 menit
atau dipanaskan dalam autoclave selama 15 menit dan kemudian dibakar atau ditanam
dalam tanah
8) Cara dan teknologi pengolahan atau pemusnahan limbah medis padat disesuaikan
dengan kemampuan Puskesmas. Bagi Puskesmas yang tidak mempunyai insinerator,
maka limbah medis padatnya harus dimusnahkan melalui kerjasama dengan rumah
sakit lain atau pihak lain yang mempunyai insinerator selambat-lambatnya dalam 24
jam apabila disimpan pada suhu ruang.
Syarat tempat penyimpanan limbah medis antara lain:
a. Lokasi penyimpanan bebas banjir
b. Tidak rawan bencana
c. Berada diluar kawasan lindung
49
d. Sesuai dengan rencana tata ruang
b. Limbah medis non medis padat
1) Dilakukan pemilahan limbah non medis padat antara limbah basah dan limbah kering
2) Terdapat minimal 2 (dua) buah wadah yang terbuat dari bahan yang kuat, cukup
ringan, tahan karat, kedap air, tertutup dan mempunyai permukaan yang mudah
dibersihkan misalnya fiberglass untuk setiap kamar
3) Limbah tidak boleh dibiarkan dalam wadahnya melebihi 3X24 jam supaya tidak
menjadi perindukan vektor penyakit
4) Limbah ditampung dalam kantong plastik warna hitam dan ada tali pengikat
5) Limbah diikumpulkan di sentral penampungan sementara di TPS untuk kemudian
dibuang di Tempat Pembuangan Akhir
c. Limbah cair
Puskesmas memiliki Instalasi Pengolahan Limbah cair (SPAL) sendiri atau bersama-
sama secara kolektif dengan bangunan di sekitarnya yang memenuhi persyaratan teknis:
1) Saluran pembuangan air limbah/SPAL di Puskesmas dibuang ke septic tank yang
dilengkapi dengan sumur peresapan .Limbah cair medis bekas cucian pasien harus
dialirkan ke septic tank, kemudian diolah di IPAL sebelum dibuang ke saluran umum.
2) Air limbah dari dapur harus dilengkapi penangkap lemak dan saluran air limbah harus
dilengkapi/ditutup dengan grill.
3) Limbah cair bekas cucian film harus ditampung dan tidak boleh dibuang ke
lingkungan serta dikordinasikan dengan dinas kesehatan
4) Saluran air limbah harus tertutup, kedap air, limbah harus mengalir dengan lancer,
terpisah dengan saluran air hujan, bersih dari sampah dan dilengkapi penutup dengan
bak kontrol setiap jarak 5 (lima) meter.
5) Pembuatan saluran air limbah setelah SPAL dengan cara diresapkan kedalam bak
resapan dalam tanah
Kualitas effluent yang layak dibuang kedalam lingkungan harus memenuhi persyaratan
baku mutu. Semua limbah cair buangan Puskesmas harus masuk kedalam bak
penampungan pengelolaan limbah
Standar minimal SPAL Puskesmas:
50
Puskesmas rawat inap inap memiliki IPAL (Pengolahan Limbah Cair)Pengolahan limbah cair
hanya akan efisien jika memenuhi persyaratan sbb :
1. Pengolahan primer : tempat penampungan air limbah pertama yang berasal dari aktifitas
harian (bekas cucian, makanan, bekas minuman dll)
2. Purifikasi biologis sekunder : pengendapan sebagian besar mikroba (bakteri : 90-95 %),
virus dan cacing. Pada tahap ini efluen masih mengandung bakteri dan virus dalam
konsentrasi efektif.
3. Pengolahan tersier : teknik pengolaman dapat diterapkan jika lokasi memungkinkan,
apabila sebaliknya maka dilakukan teknik filtrasi pasir cepat.
4. Desinfeksi Klor : upaya penurunan konsentrasi bakteri pathogen, efluen tersier harus
menjalani desinfeksi klor sampai kadar yang ditetapkan. Desinfentant dimaksud yaitu :
Klordioksida (paling efisien), natrium hipoklorit atau gas klor atau desinfeksi dengan
sinar ultraviolet.
d. Limbah gas
Standar limbah gas (emisi) dari pengolahan pemusnah limbah medis padat mengacu
dengan insinerator pada Keputusan Menteri Lingkungan Hidup Nomor Kep-13.H/3/1995
tentang Baku Mutu Emisi Sumber Tidak Bergerak.
2.2.1.4.Manajemen linen
Menyimpan linen bersih di dalam lemari tertutup
Memisahkan penyimpanan linen bersih dengan linen steril
Memisahkan troley linen bersih dan linen kotor
Memisahkan linen kotor ternoda darah atau cairan tubuh dengan linen kotor tidak
ternoda
Menempatkan linen kotor tidak dilantai
Persediaan linen sesuai kebutuhan
51
Perencanaan SDM Kesehatan merupakan salah satu unsur utama yang menekankan
pentingnya upaya penetapan jenis, jumlah dan kualifikasi SDM sesuai dengan kebutuhan
pembangunan kesehatan. Untuk memantapkan sistim manajemen SDM Kesehatan perlu
dilakukan perencanaan, pengadaan, pendayagunaan dan pemberdayaan profesi kesehatan
sesuai dengan Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 004/Menkes/SK/ I /2003 tentang
Kebijakan dan Strategi Desentralisasi Bidang Kesehatan.
Rasio dokter, perawat, bidan di Jawa Timur berdasarkan Permenkes 81 Tahun
2001 tentang Pedoman Penyusunan Perencanaan SDM Kesehatan Tingkat Provinsi,
Kabupaten / Kota serta RS adalah sebagai berikut:
1. Rasio dokter dibandingkan jumlah penduduk 1: 2500
2. Rasio perawat dibandingkan jumlah penduduk 1:100.000
3. Rasio bidan dibandingkan jumlah penduduk 100:100.000
Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
81/MENKES/SK/I/2004 tentang Pedoman Penyusunan Perencanaan SDM Kesehatan di
tingkat Provinsi, Kabupaten/Kota serta Rumah Sakit, maka pola ketenagaan minimal untuk
penyelenggaraan manajemen Puskesmas rawat jalan sesuai standar minimal ketenagaan di
Puskesmas (lampiran 13)
Ketentuan umum:
1. Ada data pemetaan kompetensi ketenagaan Puskesmas dibandingkan dengan standar
2. Ada perencanaan dan hasil pengembangan kompetensi tenaga di Puskesmas
3. Terdapat kelengkapan file kepegawaian untuk semua pegawai sesuai dengan
kompetensi, pendidikan, pelatihan, ketrampilan dan pengalaman termasuk SIP, SIB,
SIPP dan SIA
4. Dilakukan evaluasi penerapan hasil pelatihan terhadap pengelola dan pelaksana
pelayanan
Ketentuan pengelola sumber daya manusia:
1. Setiap Puskesmas harus memiliki kepala/penanggung jawab seorang sarjana di bidang
kesehatan yang kurikulum pendidikannya mencakup kesehatan masyarakat dan telah
mengikuti pelatihan dalam bidang manajemen Puskesmas.
2. Petugas teknis Puskesmas harus mengikuti pelatihan dalam bidang teknis yang
berkaitan. Pembuktian berupa: ijazah, Surat Keputusan pengangkatan pegawai,
sertifikat/surat keterangan pelatihan
52
umum
7 Supir - SMP/SMA 1 2 2
8 Penjaga& - SMP/SMA 1 2 2
Petugas
kebersihan
B Tenaga teknis
9 Loket - SMA sederajat 2 2 2
10 Poli umum Fungsional Mempunyai Surat Tanda Registrasi (STR) dan 1 1 1
Dokter Surat Ijin Praktek (SIP)
yang masih berlaku
Kompetensi:
1. Mampu melaksanakan pelayanan medik
dasar sesuai kompetensi dan kewenangannya
2. Merangkap di Pelayanan Kegawatdaruratan
Fungsional DIII keperawatan, mempunyai Surat Ijin 2 2 2
Perawat Perawat (SIP) dan Surat Tanda Registrasi
Trampil (STR) serta pernah bekerja selama 2 (dua)
tahun
11 Pelayanan Fungsional Kompetensi: 0 1 1
kegawat Dokter Mampu melaksanakan pelayanan kegawat
daruratan daruratan
Pelatihan kegawatdaruratan PPGD untuk
dokter/GELS (General Emergency Life
Support)/ATLS (Advance Traumatic Life
Support)/ACLS (Advance Cardiac Life
Support)
Fungsional SI Kep.Ners /D IV/DIII Keperawatan 1 1 1
Perawat Ahli
(Perawat
Koordinator)
Fungsional DIII Keperawatan, mempunyai Surat Ijin 2 3 3
Perawat Perawat (SIP)yang masih berlaku dan Surat
Trampil Tanda Registrasi (STR) serta Surat Ijin Kerja
( SIK)
Kompetensi Perawat:
1. Mampu melaksanakan asuhan keperawatan
sesuai kompetensi dan kewenangannya
2. Mampu melaksanakan pelayanan Kegawat
daruratan
3. Memiliki sertifikat :
a. Asuhan Keperawatan
b. Pelatihan kegawatdaruratan Pertolongan
Pertama Gawat Darurat (PPGD) untuk
perawat /Basic Trauma Life Support
(BTLS)/Basic Cardiac Life Support
( BCLS)/ Emergency Nursing
c. Imunisasi
d. Konseling
e. Pendidikan Kesehatan
f. Keperawatan Kesehatan Masyarakat
g. Imunisasi
h. SDIDTK
12 Poli KIA- Fungsional S1/DIV/DIII Kebidanan. mempunyai Surat Ijin 0 1 1
KB Bidan Ahli Bidan (SIB)yang masih berlaku/Surat Tanda
(Bidan Registrasi (STR) dan SIKB (Surat Ijin Kerja
Koordinator ) Bidan)
Fungsional DIII Kebidanan, mempunyai SIB yang masih 2 2 2
Bidan Trampil berlaku/STR dan SIKB
Kompetensi Bidan
1. Mampu melaksanakan pelayanan
kebidanan sesuai kompetensi dan
kewenangannya
2. Asuhan Persalinan Normal (APN)
termasuk Inisiasi Menyusu Dini (IMD)
3. Stimulasi Deteksi dan Intervensi Dini
Tumbuh Kembang (SDIDTK)
53
4. Manajemen Terpadu Balita Sakit/Muda
(MTBS/M)
5. Pelayanan Keluarga Berencana
6. CTU (Contraseptive Technical Up date)
7. Penanganan Bayi Berat Badan Lahir
Rendah (BBLR) dan Asfiksi
13 Poli gigi Fungsional Mempunyai STR dan SIP yang masih berlaku 1 1 1
dan mulut Dokter Gigi Kompetensi Dokter Gigi:
a. Mampu mengindentifikasi,merencanakan,
memecahkan masalah, mengevaluasi
program kesehatan gigi
b. Mampu mengkoordinir dan memonitor
program kesehatan gigi dan mulut di wilayah
kerjanya
c. Mampu melaksanakan pelayanan
pencegahan penyakit gigi,pelayanan medik
gigi dasar dan khusus sesuai kompetensi dan
kewenangannya
d. Mampu melaksanakan pelayanan
darurat gigi /Basic Emergency Care
Fungsional D-III perawat gigi, mempunyai STR dan Surat 1 1 1
Perawat Gigi Ijin Kerja
Kompetensi Perawat Gigi:
a. Mampu melaksanakan asuhan keperawatan
kesehatan gigi mulut,pelayanan promotif
preventif dan pencatatan dan leporan
pelayanan kesehatan gigi
b. Mampu melaksanakan asistensi dokter gigi
sesuai kompetensi dan kewenangannya
14 Kamar obat Fungsional a. Tenaga Teknis Kefarmasian (TTK) yang 1 1 1
Asisten terdiri dari Asisten Apoteker atau DIII
Apoteker Farmasi atau Sarjana Farmasi
b. Memiliki Surat Ijin Kerja (SIK)
Asisten Apoteker yang masih berlaku
Fungsional Apoteker 0 1 1
Apoteker
15 Laboratoriu Fungsional DIII/DIVAnalis kesehatan dengan Sertifikat 1 1 1
m Pranata Pelatihan program TB strategi DOTS (Directly
Labkes Observed Treatment Of Short Course)
16 Penanggula Fungsional Sarjana/DIII Kesehatan dengan Sertifikasi 1 1 1
ngan Epidemiolog Pelatihan Epidemiologi
penyakit
17 Konsultasi/ Fungsional Sarjana/DIII Kesehatan dengan Sertifikasi 1 1 1
Promosi Promkes Penyuluh Kesehatan
Kesehatan
18 Kesehatan Fungsional Sarjana/DIV/DIII Bidang Kesehatan 1 1 1
lingkungan Sanitarian Lingkungan atau Teknik Kesehatan Lingkungan
19 Gizi Fungsional Sarjana/DIV/DIII Gizi yang telah mengikuti uji 1 2 2
Nutrisionis kompetensi dan memiliki STR
20 Imunisasi Fungsional DIII Keperawatan/Kebidanan 1 1 1
Perawat
/Bidan trampil
II Ruang rawat inap
21 a. Dokter Fungsional sama dengan Puskesmas rawat jalan dengan 0 1 1
Dokter penambahan jumlah
Kompetensi tambahan: pelatihan PONED 0 0 1
22 a. Bidan Fungsional DIII Kebidanan, mempunyai SIB yang masih 0 4 4
Bidan Trampil berlaku/STR dan SIKB
Fungsional Kompetensi tambahan: pelatihan PONED 0 0 2
Bidan Ahli
23 b. Perawat Fungsional sama dengan Puskesmas rawat jalan Ratio 0 6 6
Perawat jumlah total perawat dengan tempat tidur 1
Trampil perawat untuk 2 Tempat Tidur (TT)
Penambahan tenaga sesuai jumlah tempat tidur
yang tersedia
54
24 e. Fungsional Kompetensi tambahan: pelatihan PONED 0 0 1
Perawat/bid Ahli
an
Jumlah tenaga di Puskesmas 27 46
Keterangan:
1. Jumlah bidan di desa sesuai dengan jumlah desa di wilayah kerja Puskesmas
2. Tidak termasuk tenaga untuk Puskesmas Pembantu
3. Jenis dan jumlah tenaga di Puskesmas dapat dikembangkan sesuai dengan kebutuhan
4. Ratio jumlah total perawat dengan tempat tidur 1 perawat untuk 2 Tempat Tidur (TT)
Penambahan tenaga sesuai jumlah tempat tidur yang tersedia
2 Bidan Fungsional Bidan Trampil & Syarat sama dengan Puskesmas rawat inap 1
ahli
3 Perawat Fungsional Perawat trampil Syarat sama dengan Puskesmas rawat inap 1
2.2.3. Peralatan
1. Persyaratan alat kesehatan di Puskesmas adalah
Puskesmas harus dilengkapi dengan peralatan medis dan non medis yang memadai
sesuai dengan jenis pelayanan yang diberikan.
Peralatan medis dan non medis yang digunakan harus memenuhi standar mutu,
keamaanan dan keselamatan.
Peralatan harus dirawat dengan baik lengkap, sesuai dengan spesifikasi dan berfungsi
dengan baik.
Peralatan yang ada harus agar fungsinya tetap terjaga
Setiap peralatan yang digunakan untuk kegiatan harus mempunyai penanggung jawab
dalam hal penggunaan dan pemeliharaan peralatan yang menjadi tanggung jawabnya.
Kinerja setiap penanggung jawab alat dievaluasi
Setiap peralatan harus masuk dalam daftar inventaris.Puskesmas dan setiap ruangan di
Puskesmas mempunyai daftar inventaris barang
2. Pemeliharaan alat kesehatan di Puskesmas
Pemeliharaan peralatan mempunyai tujuan mencegah resiko kerusakan peralatan
yang digunakan untuk diagnosis, pengobatan, pemantauan dan perawatan pasien
Ketentuan pemeliharaan:
a) Peralatan harus terlihat bersih sehabis dipakai, langsung dicuci, atau disetrika,
disimpan pada tempatnya dengan rapi dan tertutup sehingga tidak ada debu yang
menempel
b) Semua peralatan harus bersih dari debu, kotoran, bercak dan cairan, dll
c) Permukaan alat
1) Permukaan instrumen metal harus bebas karat/cacat /terkelupas
2) Permukaan peralatan yang dicat harus utuh dan bebas dari goresan/cacat
3) Peralatan dari plastik atau kain pelapis harus utuh (tidak bocor/robek)
4) Peralatan harus terjamin kebersihan dan sterilitasnya terutama untuk peralatan
yang kontak dengan cairan tubuh harus dievaluasi
d) Instrumen yang siap digunakan harus dalam keadaan steril
e) Roda peralatan jika ada harus lengkap dan berfungsi baik
f) Setiap Puskesmas harus mempunyai prosedur baku disertai dengan instruksi kerja
yang menjelaskan secara rinci tata cara penggunaan alat.
55
g) Seluruh kegiatan yang berkaitan dengan pemeliharaan, kalibrasi dan perbaikan
peralatan harus dilaksanakan sesuai dengan prosedur dan instruksi kerja yang
ada.Prosedur dan instruksi kerja tersebut harus dievaluasi secara berkala
h) Peralatan medis yang digunakan di Puskesmas harus diuji dan dikalibrasi secara
berkala oleh pengkalibrasi yang berwenang.
i) Pemeliharaan dan kalibrasi peralatan berkala dan menjadi tanggung jawab Puskesmas
dan Dinas Kesehatan
j) Dalam mempergunakan alat khusus seperti EKG, defibrilator, radiologi, inkubator,
USG, dll sebelumnya harus dilakukan uji fungsi dan uji coba serta program pelatihan
untuk mempergunakannya
k) Pasokan oksigen harus dievaluasi secara berkala, dengan ketentuan
1) Harus ada dua tabung oksigen dengan satu regulator dan pengukur aliran
2) Tabung oksigen cadangan harus selalu terisi penuh
3) Harus ada pengatur kadar oksigen
l) Peralatan Keamanan dan Keselamatan Kerja (K3)
1) Setiap Puskesmas harus dilengkapi dengan peralatan pencegahan dan
penanggulangan kebakaran dan peralatan K3 untuk melindungi petugas dan
orang di sekitarnya
2) Peralatan K3 minimal adalah Set peralatan pencegahan infeksi/APD set
(apron/celemek, pengaman mata/kaca mata goggle, masker, sarung tangan,
sepatu karet tertutup/boot), alat Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan (P3K) dan
pemadam kebakaran
3) Setiap Puskesmas harus mempunyai prosedur baku untuk mengatasi terjadinya
kecelakaan dalam Puskesmas
4) Prosedur tersebut harus disertai dengan Instruksi Kerja yang menjelaskan secara
rinci tata cara mengatasi kecelakaan akibat kebakaran, sengatan listrik, ledakan,
tumpahan bahan kimia dan bahan infeksius
56
11. Gantungan infus
12. Lampu ruangan secukupnya dan bukan lampu neon. Lampu yang dimaksud
dapat bergerak untuk menerangi penderita.
13. Kotak untuk obat dan peralatan
14. Scoop stretcher
15. Tanda pengenal ambulans transportasi dari bahan yang memantulkan sinar
16. Meja yang dapat dilipat
17. Tempat kereta dorong pasien
18. Air bersih dan penampungan limbah
19. Loud speaker
d Petugas 1 (satu) orang pengemudi dengan o 1 (satu) orang pengemudi dengan
kemampuan BLS, mengemudi dan kemampuan BLS, mengemudi dan
komunikasi pelatihan komunikasi
medik/radiomedik
1 ( satu) orang perawat dengan
kemampuan PPGD, pelatihan
komunikasi medik dan transportasi
bayi, ACLS
1 ( satu) orang dokter dengan
pelatihan GELS/PPGD, ACLS
e Isi dan luas ruangan kendaraan
1) Luas ruangan kendaraan:petugas dapat berdiri
2) Ruang dalam ambulans cukup tinggi sehingga infus dapat menetes dengan
baik
3) Gantungan infus
4) Lampu ruangan cukup terang dan bukan lampu neon. Lampu yang dimaksud
untuk menerangi penderita, dapat bergerak dan dilipat.Spot light untuk korban
5) Sumber listrik 12 volt dengan stop kontak
6) Kotak untuk obat dan peralatan. Jenis obat emergensi yang dibawa pada
daftar obat
7) Tempat duduk yang dapat diatur/dilipat bagi petugas dalam ambulans
8) Ruangan penderita cukup luas untuk sekurang-kurangnya 2 (dua) tandu.Tandu
yang dimaksud dapat dilipat
9) Pintu belakang dapat dibuka kearah atas
f Medis
1) Wound Toilet Set
1. Bidai dan mitella 1. Bidai dan mitella Verband 5 cm
2. Verband 5 cm dan 10 cm dan 10 cm
3. Elastic verband 2. Elastic verband
4. Gunting verband 3. Gunting verband
5. Manset pengikat 4. Manset pengikat
6. Plester 5. Plester
7. Gurita 6. Gurita
8. Balut cepat 7. Balut cepat Arteri klem
9. Neck collar 8. Pinset
10. Tongue spatel 9. Pack luka bakar Kasa steril
11. Pinset 10. Syringe 2,5cc s/d 20 cc
12. Kasa steril 11. Urine cathether
13. Lampu senter
14. Termometer
2) Peralatan resusitasi secara manual/otomatik lengkap bagi dewasa, anak dan bayi
1. Suction portable
2. Pulse oxymetri
3. Intubasi set:
1) Bag valve mask
2) Naso gastric tube
3) ETT( Endotracheal Tube)
4) Stylet
5) Laryngoscope
57
6) Plester
7) Jelly
8) Kanul/masker oksigen
9) Juction rees
3) Peralatan medis gawat darurat
1. Obat gawat darurat, infus set dan
cairan infus secukupnya
2. Kantung jenazah
3. APD set untuk 2 (dua) orang:
sarung tangan disposable, kaca
mata goggle,
4. Tabung Oksigen dan peralatannya
5. Set Pemeriksaan Umum (lihat
standar peralatan poli umum
Puskesmas rawat jalan
4) Trauma set
1. Head immobilizer
2. Stiff neck collar
3. Long spine board
4. Minor Surgery set
Peralatan non medis Puskesmas selain yang tercantum dalam table diatas, juga terdiri
dari:
1) Kendaraan bermotor sesuai dengan kebutuhan pelayanan puskesmas
2) Perahu bermotor untuk Puskesmas keliling daerah tertinggal dan terpencil
3) Alat-alat komunikasi :
a. Mampu mengadakan komunikasi keluar Puskesmas
b. Berupa alat komunikasi internal dan eksternal baik berupa radio komunikasi jarak
sedang HF/VHF/UHF, telepon seluler, telepon dan fax
4) Mebelair
a. Bersih dari debu, kotoran, cemaran, cairan dan lain-lain
b. Jumlah dan jenis sesuai kebutuhan
58
9. Table autoclave/ 1
peralatan sterilisasi
II Ruang Tindakan 1
set
1. Set pemeriksaan 1 Set alat 1
umum Ruang
tindakan
puskesmas
rawat jalan
2. Oksigen set 1
3. THT set 1
4. Resusitator Infant 1
set
5. Set peralatan bedah 1
kecil mata
6.CHN Kit 1
7. APD set 1
III Poli umum
1. Set pemeriksaan 1 Set ATK 1
umum
2. Set pemeriksaan 1 Lemari simpan alat 1
mata
3. APD set 1 Tempat tidur periksa 1
dan perlengkapannya set
( matras, bantal,
sprei,perlak dan
sarung bantal)
IV Poli gigi dan
mulut
1. Set peralatan poli 1 Set ATK 1
gigi
2. APD set 1 Lemari simpan ala 1
3. Table 1 Jam/air sound 1
autoclave/peralata
n sterilisasi
V Poli KIA/KB
1. Set peralatan poli 1 Set ATK 1
KIA
2. Set pemeriksaan 1 Formulir askep/ 1
kehamilan kebidanan
3. Set peralatan 1
pelayanan KB
4. APD set 1
5. Table autoclave/ 1
peralatan sterilisasi
VI Persalinan
1.Set persalinan 1 Set ATK 1 Set 1
normal peralatan
bersalin
2.Hechting set 1
3.Peralatan Asuhan 1
Bayi Baru Lahir
4.Set persalinan 1
5. Set persalinan 1
(Bidan Kit mobile)
VII Laboratori
um
1. Set peralatan 1 Set ATK 1 Set 1
laboratorium manual peralatan
dan atau otomatis laboratorium
59
tambahan
(USG,
EKG)
2. Set peralatan K3 1
VIII Imunisasi
Kit Imunisasi 1 Set ATK 1
IX Gizi dan laktasi
1.Alat antropometri 1
2. Penyuluhan Gizi 1
3. Laktasi kit 1
4. Set ATK 1
5. Lemari gantung 1
(locker tempat
leaflet)
6. Lemari kaca 1
7. Komputer set 1
X Klinik sanitasi
1. APD untuk 1 Set ATK 1
petugas pengelola
limbah
2. Trolly khusus 1
sampah umum
3. Set peralatan klinik 1
sanitasi
XI Promosi
Kesehatan
1. Set peralatan 1
penyuluhan
2. Set ATK 1
3. Lemari
audiovisual
4. Papan data
XII Kamar obat
1. Penggerus 1 1. Rak obat Lemari 1
obat/mortir dan narkotika
stamfer/ Blender berkunci
obat
2. Timbangan obat 1 2. Lemari simpan
obat dengan kunci
pengaman
3. Meja kerja
biro untuk
peracikan
4. Kursi kerja
5. Jam/air sound
timer
6. Tempat sampah
tertutup
7.
XIII Kepala
Puskesmas
Set ATK 1
Jam 1
White board 1
XIV Pendaftaran,
administrasi dan
rekam medik
1. Set ATK 1
2. Meja pendaftaran 1
60
3. Jam 1
4. Rak arsip rekam 1
medik
5. Komputer set 1
XV Pertemuan
1. Meja kerja 1
biro
2. Meja kerja 1 biro 1
3. Kursi kerja 12
4. Lemari/rak arsip 1
5. White board 1
6. Papan data 1
XVI Ruang tunggu
Kursi tunggu 5
XVII Gudang obat
1. Lemari 1
simpan/rak
dengan ketebalan
40-45 cm
2. Rak obat 1
3. Palet 2
XVIII Gudang umum Rak 1
XIX Administrasi/ka
ntor
1. Meja kerja biro 1
2. Kursi kerja 4
3. Brankas 1
4. Lemari arsip 1
5. Filling kabinet 1
6. Komputer set 1
7. Mesin ketik 1
manual
XX Dapur
1. Lemari simpan
2. Rak
3. Set peralatan Set
dapur peralatan
dapur
XXI Cuci alat Perlengkapan 1 set
kesehatan kebersihan
XXIII Perlengkapan
kebersihan
XXII Generator listrik 200-500 Watt 1 2000-5000 1
portable Watt
XXIV Garasi Ambulans 1 Ambulans 1
operasional operasional
Ambulans 1
gadar
XXV Ruang rawat inap Set 1
perawatan
Peralatan medis dan non medis Puskesmas rawat inap dengan PONED:sama dengan peralatan
medis dan non medis Puskesmas rawat inap, dengan penambahan Peralatan Medis Poned 1 set
Berikut dibawah ini adalah rincian set peralatan medis dan non medis pada puskesmas rawat
jalan dan rawat inap
Tabel 2.12. Peralatan non medis Puskesmas
61
No A. Set peralatan gizi dan laktasi Standar 26 Perlengkapan pengambil sample makanan 1set
terdiri:
1 Alat antropometri 1 set a. Sabun desinfeksi 1
a. Timbangan detekto/timbangan injak 1 b. Termos es 1
b. Pengukur tinggi badan (mikrotoise) 1 c. Tas pembawa sample / tas lapangan 1
c. Baby scale (timbangan bayi) 1 d. Sendok 1
d. Papan panjang badan (length board) 1 e. Sarung tangan steril 1
e. Alat pengukur lingkar lengan atas 1 f. Kantong plastik steril 1
(lila) g. Pisau pemotong yang steril 1
2 Peralatan klinik laktasi 1 set h. Flysweep net (fly griil) 1
a. Dispenser / termos air panas 1 Jumlah
b. Pompa payudara untuk ASI 1
c. Kassa steril beserta tempatnya 1 No C. Set peralatan penyuluhan Stan
(toples) dar
d. Tissue dan tempatnya 1 1 Flip chart dan stands 1
e. Sabun cuci 1 2 LCD Projector 1
f. Lap / serbet bersih 1 3 Laptop 1
g. Laktasi kit yaitu alat peraga 1 4 Amplifier& wireless Microphone 1
menyusui yang benar terdiri dari: 5 Kamera foto 1
1) Boneka model payudara 1 6 Megaphone/Public address system 1
( tetek-tetekan ) 7 Portable generator (lapangan) 1
2) Baby feeding tube Fr.3,5 panjang 1 8 Tape / Radio kaset/cassette recorder/player 1
35 cm 9 Papan Informasi 1
3) Cangkir dan tutupnya 1 10 Layar yang dapat digulung (screen) 1
4) Disposible syringe 20 60 11 VCD-DVD player 1
cc,10cc,5,cc@20 bh 12 Komputer dan printer @1 2
Jumlah 13
Jumlah
No C. Set peralatan dapur Stan
No B. Set peralatan klinik sanitasi Jml Puskesmas rawat jalan dar
62
(diameter 40 cm )/rice cooker Alat Alat Makan :
(kapasitas 6 liter ) 3 12 ( Sebaiknya Terbuat Dari Bahan Yang
b. Panci 3 ukuran (diameter 15,30,40 Mudah Dibersikan / Plastik, Stainles Steel
cm) @1 1 Keramik )
c. Penggorengan ( diameter 40 ) 1 a. Sendok Dan Garpu ( lusin )
d. Lemari pendingin dua pintu 1 b. Piring Makanan ( lusin ) 2
e. Blender 1 c. Gelas Minum ( lusin ) 1
f. Rak-rak makanan 1 d. Mangkuk Sayur ( lusin ) 1
g. Troli untuk makanan 3 susun 1 e. Piring Buah (lusin ) 2
h. Lemari penyimpanan makanan 1 f. Piring Kue Cekung ( lusin ) 2
i. Timbangan makanan g. Cangkir Bertutup ( lusin ) 1
2 h. Tutup dan tatanan gelas 1
Peralatan kecil,terdiri dari 3 ( lusin ) 1
a. Pisau dapur 6 i. Nampan ( lusin )
b. Sendok sayur 2 1
c. Sodet 1 Peralatan Khusus Untuk Membuat Formula
d. Pembuka botol / kaleng 1 13 Dan Makanan Bayi
e. Cobek / ulekan 2 a. Thermos
f. Serokan 2 b. Blender39
g. Talenan 1 c. Gelas Ukur 1
h. Saringan kelapa 1 d. Sendok Makan ( lusin ) 1
i. Saringan teh 1 e. Sendok Tehh ( lusin ) 1
j. Wajan datar 2 ukuran ( diameter 16 2 f. Panci Kecil Bertangkai Diameter 15 Cm 1
cm dan 18 cm)@1 g. Piring Dan Gelas ( lusin ) 1
3 h. Mangkok ( lusin ) 1
Alat alat makan : i. Waskom Plastik
( Sebaiknya terbuat dari bahan yang j. Kocokan Susu 1
mudah dibersikan / plastik, stainles steel 1
keramik ) 1
a. Sendok dan garpu ( lusin ) 1 Jumlah 1
b. Piring makanan ( lusin ) 2 Set ATK( Alat Tulis Kantor) , terdiri dari :
c. Gelas minum ( lusin ) 2 1. Meja biro 1
d. Mangkuk sayur ( lusin ) 2 2. Kursi Kerja 1
e. Piring buah (lusin ) 1 3. Kursi Hadap 1
f. Piring kue cekung ( lusin ) 1
g. Cangkir bertutup ( lusin ) 1 Set perawatan Puskesmas rawat inap 1 set
h. Tutup dan tatanan gelas ( lusin ) 1 1. Kasur 6
i. Nampan ( lusin ) 1 2. Bantal 18
4 3. Sarung bantal 18
Peralatan khusus untuk membuat 4. Sprei 12
formula dan makanan bayi
5. Selimut dewasa 12
a. Termos 1
b. Blender 1 6. Handuk kecil ( 60X40 cm) 12
c. Gelas ukir 1 7. Sprei kecil ( steek laken) 12
d. Sendok makan ( lusin ) 1 8. Selimut bayi, handuk bayi 6
e. Sendok teh ( lusin ) 1 9. Lap mandi untuk pasien. 6
f. Panci kecil bertangkai diameter 15 1 10. Lemari kecil/bed side cabinet 6
cm 11. Kursi 24
g. Piring dan gelas ( lusin ) 1 12. Tempat sampah plastik untuk 6
h. Mangkok ( lusin ) 1 pasien
i. Waskom plastik 1
13. Sikat kuku 6
5 j. Kocokan susu 1
Jumlah
63
64
1)
2)
3)
4)
5)
6)
7)
8)
b 17 2
18 1
19 5
20 5
21 1
2 22 1
a 1 23 1
b 1 24 1
c. 1 25 1
% Jumlah riil alkes dibandingkan jumlah 31 5
(standar)Set peralatan poli umum
32 1
A2. Puskesmas Rawat Jalan 33 1
1 1 34 1
2 35 1
a. 1 36 r 1
b. 1 37 1
c. 1 38 1
d. 1 39 1
e. 1 40 1
f 1 41 1
g. 1 42 1
h. 1 43 1
i. 1 44 1
j. 2 45 1
k. 1 46 1
65
B. Peralatan Puskesmas rawat inap
Peralatan rawat inap adalah
peralatan rawat jalan ditambah
beberapa set peralatan sebagai
berikut :
1. Set peralatan tambahan ruang
tindakan
2. Set peralatan bersalin
3. Set peralatan tambahan UGD
4. laboratorium.
Selain tiga set peralatan diatas, ada
dua set peralatan yang sudah
terdapat pada peralatan non rawat
inap namun mengalami
penambahan jumlah maupun jenis
alat pada rawat inap yaitu B.2. Set
peralatan bedah dan gawat darurat
( UGD ) dan B.4. Set peralatan
laboratorium
No B1. Set peralatan tambahan ruang Jum Kon No B3.Set peralatan tambahan Unit Gawat Jum Kondi
tindakan Puskesmas rawat inap lah disi Darurat rawat inap lah si
(bai (baik/
k/ru rusak)
sak)
Sama dengan peralatan ruang Sama dengan peralatan UGD
tindakan Puskesmas rawat jalan , Puskesmas rawat jalan, ditambah:
ditambah:
1 Pispot fraktur/ immobilisasi 1 1 Tracheostomi set 1
2 Usungan (brankar) 2 2 Chest tube set 1
3 Waskom cuci 5 3 Alat pembaca foto rontgen/film viewer 1
set
4 Kursi roda roda mati 1 4 Peralatan intubasi endotrakheal , untuk 1
membuka jalan nafas:
66
7 Dilatator, komplet (hegar) 1 l. Laringoscope blade lurus dan blade 10
bengkok untuk anak dan dewasa
minimal 1 untuk bermacam ukuran
67
38 Tempat sampah basah & kering, 1 23 Sendok lensa mata 1
bertutup
39 Lampu senter 1 24 Sonde dengan mata, 14,5 cm 1
40 Urinometer (untuk pemeriksaan 1 25 Spatula, alat untuk reposisi, SS 1
urine) (wecker)
41 Peralatan imunisasi 1 26 Tang pemasang dan pencabut agrave 1
(michel)
42 Hemoglobinometer set ( sahli ) 2 27 Kain penutup meja mayo 1
43 Termometer untuk bayi dan 2 28 Torniket karet 1
dewasa@1
44 Resusitator for infant 1 Jumlah 64
45 Tabung / sungkup resusitator 1 % riil alkes bersalin RI dibdg standar
68
c. Tempat sampah tertutup 1
d. Pelengkap kebersihan ( sapu, 4
sikat, lap, alat/kain untuk pel) @1
Jumlah 99
% riil alkes bersalin RI dibdg
standar
2.2.4.2. Obat-obatan
Hal-hal yang perlu diperhatikan pada manajemen/pengelolaan obat
a. Mempunyai alur pelayanan obat
b. Ada tulisan kamar obat pada ruang pelayanan kefarmasian
c. Resep:
1. Setiap penerimaan resep harus diteliti terlebih dahulu dan setelah diterima diberi
nomor urut.
2. Resep harus lengkap, terdiri dari:
a) Nomor urut resep
b) Kop Puskesmas: nama, alamat dan no telp Puskesmas
c) Dokter penulis resep: Nama dokter, Nomor NIP/SIP
d) Tanggal penulisan resep
e) Nama pasien
69
f) Umur
g) Alamat pasien
h) Nama obat, bentuk sediaan, dosis, jumlah obat dan umur serta cara pemakaiannya
3. Resep narkotik dan psikotropik dipisah, diberi garis ...dan direkap untuk dilaporkan
4. Resep racikan dikerjakan dalam mortir dan stamfer yang selalu dibersihkan/dicuci
dan dikeringkan sehabis dipakai
d. Penyerahan obat:
1) Sebelum obat diserahkan maka harus dilakukan pengecekan terakhir tentang nama
pasien, jenis obat serta kemasannya
2) Penyerahan obat harus disertai dengan pemberian informasi kepada pasien maupun
keluarga pasien dalam hal penggunaan dan penyimpanan obat serta berbagai aspek
pengetahuan tentang obat (seperti bila obat tersisa dan lupa minum obat) demi
meningkatkan kepatuhan dalam penggunaan obat. Pemberian obat
Informasi obat yang diberikan kepada pasien (Buku Pedoman Pemberian Informasi
Obat), meliputi:
a) Dosis obat
b) Frekuensi pemakaian obat
c) Lama pengobatan
d) Cara pemakaian
e) Efek samping
f) Kontra indikasi
g) Cara penyimpanan Obat sesuai aturan
3) Etiket obat:
a) Etiket berisi informasi sesuai dengan resep dokter
b) Tulisan pada etiket jelas dan mudah terbaca
c) Etiket warna putih untuk obat dalam dan warna biru untuk obat luar
d) Etiket harus mencantumkan nama pasien, tanggal dan cara pemakaian serta aturan
pemakaian obat
Puskesmas
Jl
Tanggal ..
Nama:..
Aturan pakai:
x..tab/caps/sendok takar
Sebelum/sesudah makan
e. Pencatatan dalam rekam medis pasien beserta dosis obat yang diberikan
f. Pengelolaan meliputi perencanaan, penyimpanan dan penyerahan serta distribusi obat ke
unit pelayanan
g. Pencatatan, pelaporan dan pengarsipan mengenai pemakaian obat dan efek samping obat
h. Pemantauan terapi obat dan pengkajian penggunaan obat
i. Pengaturan persediaan dan perencanaan obat
j. Obat kadaluarsa dan rusak disimpan secara terpisah/diserahkan ke Gudang Farmasi
Kabupaten/Kota (GFK) dengan Berita Acara Penyerahan
h. Penataan obat:
1. Ruang dalam kondisi bersih, tidak lembab, cukup ventilasi dan penerangan
2. Mempunyai meja untuk peracikan, plastik obat yang ada tulisannya, kertas puyer, etiket
dan tempat sampah tertutup
3. Etiket/label pada tempat penyimpanan obat harus lengkap dan tertib, untuk
mempermudah pengambilan obat dan mencegah kesalahan pengambilan obat.
4. Penyimpanan obat:
a) Obat disimpan di dalam wadah asli atau wadah yang sesuai
b) Obat golongan narkotika disimpan dalam lemari obat yang ter kunci
70
c) Obat disusun teratur rapi dalam rak/lemari obat dengan sistimatika penyimpanan
obat sesuai dengan abjad (alfabetis) dengan sistim FIFO (First In First Out) dan
FEFO (F irst Expire First Out). Hal ini berguna untuk mengetahui dengan cepat
obat yang rusak dan kadaluarsa
d) Gudang obat memiliki palet dan rak untuk mencegah agar obat tidak lembab dan
rusak
e) Puskesmas rawat jalan dan rawat inap harus memiliki lemari narkotika berkunci
dan terkunci sebagai tempat penyimpanan obat-obatan narkotika dan psikotropika
f) Terdapat lemari pendingin yang berfungsi dengan baik untuk penyimpanan
obatsuppositoria, vaksin atau sera
g) Tidak dijumpai binatang pengerat, rayap, dan kecoa
71
24. Obat untuk Telinga, Hidung dan Tenggorokan
25. Vitamin dan mineral
II. Obat emergensi dan bahan habis pakai yang harus tersedia dalam jumlah cukup pada ruang
Unit Gawat Darurat adalah:
1. Adrenalin 1:1000 12. Diazepam ampul
2. Noradrenalin 13. Antipiretika
3. Norepinefrin 14. Koagulantia
4. Ephedrine 15. Anti kejang
5. Sulfas atropine 16. Papaverin
6. Antihistamin 17. Cairan infus Ringer Lactat, Na
7. Hidrokortison vial Cl 0,9 %, Glucose 5%, 40%
8. Aminophilin 240 mg/10 ml 18. Infus set
9. Transamin 19. Uterotonika
10. Dopamin 20. MgSo4
11. Diphenhidramin
III. Obat yang tersedia untuk Bidan sesuai dengan Keputusan Menteri Kesehatan Republik
Indonesia Nomor 900/MENKES/SK/VII/2002 tanggal 25 Juli 2002, adalah
1. Roborantia 7. Uterotonika
2. Vaksin 8. Antipiretika
3. Syok anafilaktik 9. Koagulantia
a. Adrenalin 1:1000 10. Anti kejang
b. Antihistamin 11. Glycerin. 11.
c. Hidrokortison 12. Obat luka
d. Aminophilin 240 mg/10 ml 13. Dopamin
4. Sedativa 14. Obat penanganan asfiksia pada
5. Antibiotika bayi baru lahir
6. Cairan infus 15. Cairan desinfektan (termasuk
Chorine)
2.2.4.2. Bahan Habis Pakai
I. Bahan habis pakai medis untuk Puskesmas:
Folley catheter no 10, 12, 14, 16, 18
Urine bag
Selang karet untuk anus
NGT /selang lambung (berbagai ukuran)
Endotracheal tube ( ETT ) 2.5, 3, 4
Sungkup berbalon
Sungkup/masker sederhana
Kateter,selang penghisap lendir bayi
Sarung tangan steril no 6, 7, 7, 8
Infus set dewasa dan anak
Jarum infus
Wing needle (jarum berkateter) no 16, 18
Surflow, Abbocath no 16,18, 20
Skaptel
Mata pisau bedah no 10, 11, 15, 20
Disposible spuit berbagai ukuran (1 cc, 2 cc , 3 cc, 5 cc, 10 cc, 20 cc)
Jarum suntik disposible no 02, 12, 14, 18, 20, 23
Jarum jahit lengkung 2 lingkaran(bedah) no 9, 10, 11, 12, 13, 14, 16
Jarum jahit lengkung lingkaran
Jarum otot besar dan jarum otot kecil
72
Benang: cat gut no 3.0, nilon no 3,0 dan silk no 3,0
Kapas pembalut 25 gr dan perban
Kasa hidrofil steril
Duk biasa, besar (274 x 183 cm), sedang (274 x 135 cm), kecil (114 x 91 cm)
Duk bolong besar, duk bolong sedang dan duk bolong kecil
Kain balut segitiga (mitella) dan peniti
Alcohol pads
Pembalut
Cotton bud
Jelly/cairan pelicin/minyak
Plester
Safety box untuk pembuangan jarum suntik bekas
Sarung tangan karet untuk mencuci tangan.
Strip glukotest
Oksigen
73
Puskesmas mempunyai hubungan koordinatif, kooperatif dan fungsional dengan sarana
pelayanan kesehatan lain.
Puskesmas wajib berpartisipasi dalam penanggulangan bencana, wabah penyakit,
pelaporan penyakit menular dan penyakit lain yang ditetapkan oleh tingkat nasional dan daerah
serta dalam melaksanakan program prioritas pemerintah. Lingkup upaya kesehatan Puskesmas
meliputi Upaya Kesehatan Masyarakat (UKM) dan Upaya Kesehatan Perorangan (UKP). yang
saling berkaitan
UKM adalah setiap kegiatan yang dilakukan oleh Puskesmas untuk memelihara dan
meningkatkan kesehatan serta mencegah dan menanggulangi timbulnya masalah kesehatan di
masyarakat. UKM mencakup upaya-upaya promosi kesehatan, pemeliharaan kesehatan,
pemberantasan penyakit menular, kesehatan jiwa, pengendalian penyakit tidak menular,
penyehatan lingkungan dan penyediaan sanitasi dasar, perbaikan gizi masyarakat, pengamanan
sediaan farmasi termasuk obat tradisional dan alat kesehatan, pengamanan penggunaan zat
aditif (bahan tambahan makanan) dalam makanan dan minuman, pengamanan narkotika,
psikotropika, zat adiktif dan bahan berbahaya, serta penanggulangan bencana dan bantuan
kemanusiaan.
UKP adalah setiap kegiatan yang dilakukan oleh Puskesmas untuk memelihara dan
meningkatkan kesehatan serta mencegah dan menyembuhkan penyakit serta memulihkan
kesehatan perorangan. UKP mencakup upaya-upaya promosi kesehatan perorangan,
pencegahan penyakit, pengobatan rawat jalan, pengobatan rawat inap, pembatasan dan
pemulihan kecacatan yang ditujukan terhadap perorangan. Dalam UKP juga termasuk
pengobatan tradisional dan alternatif serta pelayanan kebugaran fisik dan kosmetika. Kedua
upaya kesehatan tersebut bersinergi dan dilengkapi dengan berbagai upaya kesehatan
penunjang.
Upaya penunjang untuk UKM antara lain adalah pelayanan laboratorium kesehatan
masyarakat.Sedangkan upaya penunjang untuk UKP antara lain adalah pelayanan laboratorium.
Upaya kesehatan dikelompokkan menjadi dua, yaitu
2.3.1. Upaya Kesehatan Wajib
Upaya kesehatan wajib merupakan kegiatan yang harus ada dalam pelayanan di
Puskesmas, meliputi:
1. Upaya Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat
2. Upaya Kesehatan Lingkungan
3. Upaya Kesehatan Ibu dan Anak serta Keluarga Berencana
4. Upaya Perbaikan Gizi Masyarakat
5. Upaya Penanggulangan Penyakit
6. Upaya Pengobatan dan Penanganan Kegawatdaruratan
2.3.2. Upaya Kesehatan Pengembangan
Upaya Kesehatan Pengembangan dapat bervariasi sesuai dengan kekhususan
atau permasalahan kesehatan di wilayah kerja dan potensi sumber daya yang tersedia
di masing-masing Puskesmas, meliputi:
1. Upaya Keperawatan 2. Upaya Kesehatan Kerja
Kesehatan Masyarakat 3. Upaya Pembinaan Pengobatan
2. Upaya Kesehatan Gigi Tradisional
dan Mulut. 4. Upaya Kesehatan Olah Raga
3. Upaya Kesehatan 5. Upaya Kesehatan Indera (mata
Sekolah. dan telinga)
4. Upaya Kesehatan Usia 6. Upaya Kesehatan Jiwa
Lanjut
74
keluarga serta lingkungannya secara mandiri dan mengembangkan upaya kesehatan berbasis
masyarakat.
Tujuan promosi kesehatan di Puskesmas adalah agar masyarakat mau dan mampu
menerapkan perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) sebagai bentuk pemecahan masalah-
masalah kesehatan yang dihadapinya, baik masalah kesehatan yang diderita maupun yang
berpotensi mengancam, secara mandiri. Disamping itu, petugas kesehatan puskesmas
diharapkan mampu menjadi teladan bagi pasien, keluarga dan masyarakat untuk melakukan
PHBS.
Pemberdayaan masyarakat adalah segala upaya fasilitasi yang bersifat non instruktif,
untuk meningkatkan pengetahuan dan kemampuan masyarakat, agar mampu mengidentifikasi
masalah, merencanakan dan melakukan pemecahannya dengan memanfaatkan potensi
setempat.
Antara promosi kesehatan dan pemberdayaan masyarakat merupakan dua hal yang
tidak dapat dipisahkan. Promosi kesehatan selalu bertujuan akan adanya kemampuan dan
kemauan masyarakat untuk bertindak yaitu yang disebut sebagai masyarakat yang berdaya,
sedangkan pemberdayaan masyarakat selalu harus diawali dengan pemberian informasi yang
terus menerus.
Tujuan pemberdayaan masyarakat adalah meningkatkan kemandirian masyarakat dan
keluarga dalam bidang kesehatan, sehingga masyarakat akan dapat berkontribusi dalam
meningkatkan derajat kesehatan.
Pemberdayaan masyarakat merupakan suatu proses, salah satu bentuk proses
pemberdayaan masyarakat saat ini adalah berkembangnya kegiatan Desa Siaga. Keberhasilan
Proses pemberdayaan dapat dilihat dengan terwujudnya berbagai Upaya Kesehatan Berbasis
Masyarakat (UKBM) di masyarakat.
UKBM adalah upaya kesehatan berbasis masyarakat yang dibentuk dari, oleh , untuk
dan bersama masyarakat.Jenis-jenis UKBM antara lain Posyandu, Poskesdes, Poskestren, Pos
UKK, dll
2. Kegiatan upaya promosi kesehatan
a. Kegiatan didalam gedung
75
d. Pemanfaatan ruang tunggu dengan pemasangan poster, penyediaan boks leaflet
e. Pendekatan keagamaan dengan mengajak pasien untuk berdoa
Laboratorium Meningkatkan kesadaran pasien, pengunjung dan para pengantarnya akan pentingnya
melakukan pemeriksaan laboratorium melalui pemasangan poster dan penyediaan leaflet
yang bisa dibawa pulang.
Kamar obat Meningkatkan kesadaran tentang manfaat obat generik, kedisiplinan dan kesabaran dalam
penggunaan obat sesuai petunjuk dokter
Pemasangan poster dan penyediaan leaflet tentang informasi kesehatan serta pemutaran
tape recorder
Tempat Penyampaian salam hangat dan ucapan selamat jalan semoga cepat sembuh dan bertambah
pembayaran sehat
Klinik khusus Layanan konseling, misalnya klinik gizi, klinik sanitasi, klinik konsultasi remaja,dll
Tempat parkir Promosi kesehatan dapat berupa pemasangan baliho/billboard di sudut area lapangan parkir
Taman Jika memungkinkan mempromosikan taman obat keluarga dan karangkitri (jenis tanaman
dengan kandungan gizinya), dll
Dinding Dipasang spanduk pada momen tertentu asal tidak merusak keindahan gedung
Pagar pembatas Dipasang spanduk pada momen tertentu misalnya kampanye hari-hari kesehatan, namun
kawasan harus diperhitungkan agar tidak merusak keindahan pagar Puskesmas
Puskesmas
Kantin/kios Ditampilkan pesan terkait konsumsi gizi seimbang, dll bisa dalam bentuk poster
di kawasan
Puskesmas
Tempat Ibadah Pemasangan poster dan penyediaan leaflet. Pesan yang disampaikan sebaiknya pesan untuk
kesehatan jiwa, pentingnya menjaga kebersihan / kesehatan lingkungan
76
masyarakat dalam suatu wilayah, melalui upaya pengawasan dampak kualitas lingkungan yang
merupakan proses pengamatan, pencatatan, pengukuran, pendokumentasian secara verbal dan
visual menurut prosedur standar tertentu terhadap satu atau beberapa komponen lingkungan
dengan menggunakan satu atau beberapa parameter sebagai tolok ukur yang dilakukan secara
terencana, terjadwal dan terkendali dalam satu siklus waktu tertentu, yang menekankan
kegiatannya pada sumber, ambient (lingkungan), pemaparan, dan dampak pada manusia.
2. Kegiatan upaya kesehatan lingkungan
a. Kegiatan didalam gedung
1) Pemetaan dan pemantauan sasaran program penyehatan lingkungan, sehingga
tersedianya data program penyehatan lingkungan dan terpetakannya penyebaran hasil
kegiatan program
2) Membuat laporan dan feed back terhadap stakeholder, sehingga tersusunnya pelaporan
dokumen penting lainnya serta gambaran di daerah
3) Melakukan pelayanan konseling bidang penyehatan lingkungan melalui program kilinik
sanitasi Puskesmas.
4) Melaksanakan pemicuan sekaligus melakukan pendampingan pasca pemicuan dalam
rangka program Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM), agar adanya perubahan
perilaku masyarakat dan peningkatan akses terhadap air minum dan sanitasi dasar oleh
masyarakat dengan terlaksananya sanitasi secara total
5) Melakukan penatalaksanaan manajemen KLB/bencana berbasis lingkungan di tingkat
Kecamatan.
6) Penatalaksanaan strategi adaptasi sektor kesehatan terhadap dampak perubahan iklim.
7) Penatalaksanaan ijin operasional pemberantasan hama (pescontrol).
b. Kegiatan diluar gedung
1) Membantu mekanisme penyediaan dan pengelolaan air bersih dan sanitasi
lingkungan berbasis komunitas masyarakat
2) Melakukan inspeksi sanitasi terhadap Tempat pengelolaan Sementara (TPS) sampah
dan Tempat pengelolaan Akhir (TPA) sampah. perumahan, sarana air bersih, Tempat
Tempat Umum, prioritas, tempat pengelolaan makanan, tempat pengelolaan pestisida,
sarana sanitasi dasar, termasuk pembinaan pekerja tempat umum dan industri kecil
dalam mendukung kesehatan keselamatan kerja (K3), sehingga termonitornya
kondisi higiene sanitasi sasaran kegiatan, keluarnya rekomendasi teknis, meningkatkan
kualitas sanitasi dan terciptanya kewaspadaan dini
3) Melakukan koordinasi lintas program dan lintas sektor di tingkat kecamatan sehingga
terbentuknya jejaring dan kerjasama antara sektor terkait dalam menangani masalah
kesehatan lingkungan.
4) Melakukan strategi adaptasi sektor kesehatan terhadap dampak perubahan iklim.
5) Melakukan pembinaan dan monitoring terhadap Puskesmas dan jaringannya, sehingga
terlaksananya fungsi Puskesmas Pembantu dan Ponkesdes sesuai dengan tupoksinya
6) Melakukan pembinaan dalam upaya menurunkan risiko terjadinya angka kesakitan
akibat kondisi lingkungan dengan melakukan intervensi yang tepat antara lain dengan
Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN), sehingga hilang atau berkurangnya breading
place yang menjadi sumber berkembang biaknya binatang penular penyakit
77
kejadian penyakit, keadaan lingkungan, dan perilaku yang diduga berkaitan
dengan kejadian penyakit.
5) Membantu menyimpulkan permasalahan lingkungan atau perilaku yang berkaitan
dengan kejadian penyakit yang diderita.
6) Memberikan saran tindak lanjut sesuai permasalahan.
7) Bila diperlukan, membuat kesepakatan dengan penderita atau keluarganya tentang
jadwal kunjungan lapangan.
2. Luar Gedung
Sesuai dengan jadwal yang telah disepakati antara penderita atau keluarganya dengan
petugas, petugas kesehatan lingkungan melakukan kunjungan lapangan/rumah dan
diharuskan melakukan langkah - langkah sebagai berikut.
1) Mempelajari hasil wawancara atau konseling di dalam gedung (Puskesmas)
2) Menyiapkan dan membawa berbagai peralatan dan kelengkapan lapangan yang
diperlukan seperti formulir kunjungan lapangan, media penyuluhan, dan alat sesuai
dengan jenis penyakitnya.
3) Memberitahu atau menginformasikan kedatangan kepada perangkat desa/
kelurahan (kepala desa/lurah, sekretaris, kepala dusun atau ketua RW/RT) dan petugas
kesehatan/ bidan di desa.
4) Melakukan pemeriksaan/pengamatan lingkungan, pengamatan perilaku, serta
konseling sesuai dengan penyakit/ masalah yang ada.
5) Membantu menyimpulkan hasil kunjungan lapangan.
6) Memberikan saran tindak lanjut kepada sasaran (keluarga penderita dan keluarga
sekitar).
7) Apabila permasalahan yang ditemukan menyangkut sekelompok keluarga atau
kampung, informasikan hasilnya kepada petugas kesehatan di desa/ kelurahan,
perangkat desa/ kelurahan (kepala desa/ lurah, sekretaris, kepala dusun atau ketua
RW/RT), kader kesehatan lingkungan serta lintas sektor terkait di tingkat Kecamatan
untuk dapat ditindak lanjuti secara bersama.
1. Deskripsi
a. Upaya pelayanan kesehatan ibu adalah upaya pemerintah dalam rangka meningkatkan
kesehatan wanita yang berkaitan dengan fungsi keibuannya untuk mencapai derajat
kesehatan yang setinggi-tingginya, dan akselerasi penurunan Angka Kematian Ibu (AKI),
yang dimulai sejak periode usia subur, kehamilan, persalinan, nifas dan meneteki
b. Upaya pelayanan kesehatan anak adalah upaya pemerintah dalam rangka meningkatkan
kesehatan anak untuk mencapai derajat kesehatan yang setinggi-tingginya, memiliki
kebugaran jasmani, kecerdasan intelektual, emosional dan spiritual melalui upaya
pemenuhan, peningkatan dan perlindungan hak anak, mulai dari terwujudnya bayi lahir
sehat dengan lahir normal, mempertahankan hidup, tumbuh dan berkembang secara
optimal sejak usia dini, usia sekolah, masa pubertas sampai usia dewasa
c. Upaya kesehatan remaja adalah upaya pemerintah dalam rangka meningkatkan derajat
kesehatan remaja melalui peningkatan pengetahuan, sikap dan perilaku tentang kesehatan
remaja
d. Upaya kesehatan remaja dilaksanakan dengan prinsip kemitraan dan harus mampu
membangkitkan, mendorong keterlibatan dan kemandirian remaja. Pelaksanaan pembinaan
kesehatan remaja dilaksanakan terpadu lintas program dan lintas sektor, pemerintah dan
sektor swasta, serta LSM, sesuai dengan peran dan kompetensi masing-masing sektor
secara efektif dan efisien sehingga mencapai hasil yang optimal
e. Upaya pelayanan Keluarga Berencana (KB) adalah upaya Pemerintah dalam
mengendalikan laju pertambahan penduduk dengan menjarangkan atau merencanakan
jumlah dan jarak kehamilan dengan menggunakan kontrasepsi dan akselerasi penurunan
Angka Kematian Ibu ( AKI) melalui pencegahan Kehamilan yang Tidak Diinginkan
78
(KTD) dengan menggunakan kontrasepsi, termasuk penanganan komplikasi, efek samping
dan kegagalan
2. Kegiatan upaya kesehatan Ibu dan Anak serta Keluarga Berencana
Tabel 2.2. Kegiatan KIA-KB didalam dan diluar gedung Puskesmas rawat jalan
Kriteria a. Kegiatan didalam gedung b. Kegiatan diluar gedung
Pelayanan 1.Pemeriksaan antenatal (termasuk Hb bumil), 1. Pelayanan ante natal pada kehamilan
kesehatan natal dan post natal normal
ibu 2. Pelaksanaan kelas ibu (ibu hamil dan ibu 2. Pelayanan ibu nifas normal
balita) 3. Pelayanan ibu menyusui
2.Pertolongan persalinan normal 4. Melaksanakan deteksi dini kanker leher
3. Perawatan nifas rahim dan payudara (sarari)
4. Penyuluhan 5. Pelaksanaan kelas ibu (ibu hamil dan ibu
5. Rujukan balita)
7.Bimbingan (konseling)gizi
8.Pelayanan penanganan vaginitis, servisitis,
adneksitis dan ekstirpasi kista kelenjar
Bartholini
9.Melaksanakan deteksi dini kanker leher
rahim (IVA) dan payudara (sarar)
10.Pemberian surat keterangan kelahiran dan
kematian
Pelayanan 1.Kunjungan Neonatal 1. Kunjungan rumah (KN)
kesehatan 2.Pemantauan tumbuh kembang anak 2. Imunisasi rutin sesuai program
anak (SDIDTK) pemerintah (Posyandu)
3.Imunisasi 3. Pemantauan tumbuh kembang bayi, anak
4.MTBM dan MTBS balita dan anak pra sekolah/SDIDTK
(Posyandu, TK, PAUD)
4. Konseling dan penyuluhan (Posyandu,
kunjungan rumah)
Pelayanan 1.KIE 1. Skreening remaja yang sekolah dan yang
kesehatan 2.Pelayanan medis tidak sekolah
remaja 3.Konseling 2. KIE untuk remaja yang sekolah dan yang
4.Rujukan tidak sekolah
3. Konseling untuk remaja yang sekolah dan
yang tidak sekolah
Pelayanan 1. Pelayanan dan konseling KB 1. Konseling dan penyuluhan (Posyandu,
Keluarga 2. Pelayanan KB kafetaria (IUD, implant, kunjungan rumah)
Berencana suntik, pil, kondom) 2. Pelayanan KB dengan Tim KB Keliling
(KB) 3. Pelayanan efek samping dan komplikasi (TKBK)
4. Penyuluhan 3. Pelayanan dengan momen khusus ( Safari
5. Pelayanan dan konseling pada calon - TNI KB Kes)
pengantin wanita, masa pra hamil dan masa 4. Pendataan sasaran KB ( 4 T, Unmetneed,
antara dua kehamilan keluarga miskin)
6. Rujukan 5. Pelayanan dan konseling pada calon
pengantin wanita, masa pra hamil dan
masa antara dua kehamilan
1. Deskripsi
Dalam Undang-Undang Nomor 36 tahun 2009 disebutkan bahwa upaya perbaikan
gizi masyarakat bertujuan untuk meningkatkan mutu gizi perseorangan dan masyarakat,
antara lain melalui perbaikan pola konsumsi makanan, perbaikan perilaku sadar gizi dan
peningkatan akses dan mutu pelayanan gizi dan kesehatan sesuai dengan kemajuan ilmu dan
teknologi.
79
Di masyarakat, upaya perbaikan gizi dilakukan oleh para petugas gizi puskesmas
bersama-sama dengan masyarakat setempat. Kegiatannya dilakukan di dalam gedung maupun
di luar gedung dan bekerjasama dengan lintas program maupun lintas sektor.
2. Kegiatan upaya perbaikan gizi masyarakat
Tabel 2.3. Kegiatan perbaikan gizi masyarakat didalam dan diluar gedung Puskesmas
80
Kompeten si 1. Pelatihan pengelola rantai vaksin
tenaga 2. Pelatihan Koordinator Imunisasi
81
an penyakit kematian), baik menular maupun 4. Melakukan pelacakan dan menentukan
menular penyakit tidak menular menurut daerah fokus penyakit potensi KLB
dan tidak karakteristik epidemiologi (waktu, (kolera, pes Bubo, IVD, Campak, Polio,
menular tempat dan orang) dalam rangka Difteri, Pertusis, Rabies, Malaria, Avian
kewaspadaan dini serta respon KLB influenza H5N1, penyakit Antraks,
12. Membuat pemetaan, daerah Leptospirosis, Hepatitis, Influenza A
rawan bencana, rawan PD3I dengan baru (H1N1), Meningitis, Demam
indikator cakupan imunisasi kuning Cikungunya dengan membuat
(kurang dari target yang pemetaan
ditentukan). Dengan disertai 3. Melakukan screening TT WUS dan atau
analisis faktor penyebabnya memberikan imunisasi di Posyandu
13. Melakukan screening TT WUS 4. Melakukan pencarian kasus penderita
dan atau memberikan imunisasi secara aktif (pelacakan kasus, kunjungan
14. Pelayanan konseling rumah, pelacakan
15. Membuat pencatatan dan kontak ,dsb..sweeping)
pelaporan kegiatan 5. Melakukan pelacakan dalam upaya
16. Membuat pemetaan daerah penanggulangan KLB, bila ada KLB dan
rawan bencana dan jalur evakuasi keracunan makanan
7. Melakukan Sistem Kewaspadaan 6. Pelayanan imunisasi di Posyandu,
Dini KLB Ponkesdes dan Pustu
17.Penyuluhan kepada masyarakat melalui
kegiatan yang ada di desa/kelurahan
setempat
18.Melaksanakan surveilans faktor risiko
PTM melalui Posbindu (Pos Pembinaan
Terpadu) atau UKBM yang ada di
masyarakat
19.Melakukan koordinasi lintas sektor dan
tokoh masyarakat dalam rangka
pencegahan dan pengendalian penyakit
menular dan tidak menular
20. Membuat Rapid Health Assesment
1.Deskripsi:
.Adapun penyakit menular tertentu yang dapat menimbulkan wabah adalah
Kolera, Pes, Demam Berdarah Dengue, Campak, Polio, Difteri, Pertusis, Rabies,
Malaria, Avian Influenza H5N1, Antraks, Leptospirosis, Hepatitis, Influenza A
baru (H1N1), Meningitis, Yellow Fever dan Chikungunya.
Penyakit menular masih merupakan salah satu masalah kesehatan di Jawa
Timur. Hal ini diperlukan upaya penemuan kasus sedini mungkin dan pengobatan
secara cepat dan tepat. Beberapa penyakit menular tersebut antara lain :
a) Penyakit Kusta, masih merupakan masalah kesehatan karena 30% penderita
Kusta yang ada di Indonesia berasal dari Jawa Timur. Saat ini penderita
terdaftar per 31 Desember 2012 sejumlah 5570 orang. Salah satu upaya kita
untuk menurunkan angka kesakitan kusta dengan meningkatkan advokasi,
kerjasama LS/LP dan penyuluhan pada masyarakat melalui media
cetak/elektronik.Dengan kegiatan tersebut diatas diharapkan dapat menurunkan
stigma di masyarakat serta angka kecacatan pada penderita baru.
b) Tuberculosis (TB), di Jawa Timur merupakan provinsi kedua (14%) setelah
Jawa Barat sebagai penyumbang kasus TB di Indonesia. Pada tahun 2009
jumlah kasus TB yang berhasil ditemukan di Jawa Timur sebanyak 36.999
kasus. Permasalahan secara umum pada program TB adalah angka penemuan
82
kasus baru masih dibawah target, hal ini dapat diasumsikan bahwa masih
banyak penderita TB yang berobat ke unit pelayanan kesehatan yang lain tanpa
menggunakan strategi DOTS maka dampaknya akan muncul kasus Multi Drug
Resisten (MDR).Bagi pasien dengan pemeriksaan dahak positif maka dapat
diberikan obat TB dalam bentuk lepas (puskesmas rawat inap) dan dipantau
oleh petugas TB sampai pasien melanjutkan pengobatan TB di puskesmas
terdekat alamat pasien.
c) Pneumonia, kejadian Pneumonia di Indonesia pada balita diperkirakan antara
10% - 20% per tahun.Tahun 2013 P2 ISPA menetapkan target penemuan
penderita Pneumonia balita per tahun pada suatu wilayah kerja sebesar 90%
dari 10% jumlah balita yang ada di wilayah kerja
d) Diare, merupakan salah satu penyebab angka kematian dan kesakitan tertinggi
pada anak, terutama pada anak di bawah umur 5 tahun (balita). Angka insiden
(kesakitan) Diare di Indonesia pada tahun 2006 (survei P2 Diare) 423 per 1000
penduduk, sedangkan episode Diare balita adalah 1,0 1,5 kali pertahun.
Program P2 Diare menetapkan angka 10% dari perkiraan jumlah penderita
sebagai target penemuan penderita Diare per tahun pada suatu wilayah kerja.
e) Infeksi Virus Dengue (IVD)
Penyakit ini merupakan salah satu penyakit endemis di Indonesia dengan angka
kesakitan yang cenderung meningkat dari tahun ke tahun serta sering
menimbulkan KLB di berbagai Kabupaten/Kota. Strategi utama adalah
melakukan upaya preventif dengan pemutusan mata rantai penularan melalui
gerakan Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) Plus tanpa mengabaikan
peningkatan kewaspadaan dini dan penanggulangan KLB serta penatalaksanaan
penderita.
f) Filariasis (Penyakit Kaki Gajah, Elephantiasis)
Penyakit menular menahun yang disebabkan oleh cacing filaria yang
menyerang saluran dan kelenjar getah bening. Penyakit ini dapat merusak
sistem limfe, menimbulkan pembengkakan pada tangan, kaki, glandula
mammae dan skrotum, menimbulkan cacat seumur hidup serta stigma sosial
bagi penderita dan keluarganya.
Penyakit menular masih merupakan masalah kesehatan masyarakat, Prevalensi
penyakit tidak menular yang juga mengalami peningkatan, yaitu penyakit jantung dan
pembuluh darah, penyakit kanker, penyakit diabetes melitus, penyakit degeneratif
serta gangguan akibat kecelakaan dan cedera. Kecenderungan ini dipacu oleh
berubahnya gaya hidup masyarakat modernisasi, urbanisasi penduduk antar kawasan
atau negara yang tidak mengenal batas, sehingga gobalisasi hampir di semua aspek
kehidupan baik sosial budaya, ekonomi, politik, ilmu pengetahuan dan teknologi.
5. Kegiatan upaya pemberantasan penyakit
Tabel 2.4.Kegiatan upaya pemberantasan penyakit didalam dan diluar gedung Puskesmas
Kriteria Kegiatan didalam gedung Kegiatan diluar gedung
Kompeten 1.Pelatihan pengelola program TB 1. Pelatihan/Praktek RHA (Rapid Health
si tenaga 2.Pelatihan petugas program Kusta Assessment)
3.Pelatihan tatalaksana Malaria untuk 2. Pelatihan TRC (Team Reaksi Cepat)
dokter 3. On The Job Training Pengelola Program
4.Pelatihan entomologi vector Malaria TB Fasyankes
5.Pelatihan fogging untuk petugas
Puskesmas (IVD)
6.Pelatihan entomologi vektor IVD
7.Pelatihan MTBS
8.Pelatihan IMS, VCT, dan PITC
9.On The Job Training Pemeriksaan
Mikroskopis TB
83
Upaya 1.Melakukan pemeriksaan dan 1. Melakukan pencarian kasus penderita
pencegah tatalaksana penderita Pneumonia secara aktif (pelacakan kasus, kunjungan
an dan Balita, Diare, TB , Kusta dan IVD. rumah, pelacakan kontak, dsb)
pemberan Melakukan penjaringan suspek TB, 2. Melakukan pelacakan kasus mangkir
tasan IVD, Kusta, IMS, HIV dan malaria. (TB, Kusta)
penyakit 2.Melakukan pemeriksaan dan 3. Pemeriksaan jentik berkala (PJB IVD) di
menular tatalaksana penderita penyakit Tidak rumah-rumah atau tempat-tempat umum
dan tidak menular 4. Penyuluhan kepada masyarakat melalui
menular 3.Melakukan pemeriksaan dan kegiatan yang ada di desa/kelurahan
tatalaksana penderita Pes, setempat
leptospirosis, Frambusia, Malaria 5. Melakukan koordinasi lintas sektor dan
(Bagi daerah khusus/endemis). tokoh masyarakat dalam rangka
4.Melakukan rujukan diagnosis (pada pencegahan dan pengendalian penyakit
TB) dan rujukan kasus (Pneumonia menular dan tidak menular
Balita, Diare, TB , Kusta dan IVD) 6. Melaksanakan fogging
yang tidak bisa ditangani di 7. Melakukan pelacakan dalam upaya
Puskesmas penanggulangan KLB.
5.Pengambilan obat dan pengawasan
menelan obat (TB dan Kusta)
6.Pelayanan konseling
7.Membuat pencatatan dan pelaporan
kegiatan
8.Melakukan Sistem Kewaspadaan
Dini KLB
84
6. Menerima rujukan 6. Bakti sosial dan pengobatan massal
7. Melakukan rujukan kasus spesialistik 7. Puskesmas keliling
8. Menerbitkan surat keterangan sakit/sehat
9. Melakukan rehabilitasi
10. Mampu melakukan bedah minor
85
1) Melakukan pelatihan Bantuan Hidup Dasar kepada masyarakat awam umum dan
awam khusus
2) Membantu pasien mengatasi kegawatan sirkulasi pembuluh darah dan kesadaran,
pernafasan serta jalan nafas. (Circulation Breath - Airway )
3) Melaksanakan simulasi evakuasi bencana
4) Pelayanan gawat darurat pada situasi bencana
1. Deskriptif
Upaya pelayanan laboratorium adalah upaya yang melaksanakan pelayanan
pemeriksaan spesimen klinik untuk mendapatkan informasi tentang kesehatan
perorangan terutama untuk menunjang upaya penegakan diagnosis penyakit, follow up
terapi dan screening kesehatan serta untuk keperluan penelitian.
2. Kegiatan Upaya Pelayanan Laboratorium
a.Kegiatan didalam gedung
1) Menyelenggarakan pemeriksaan laboratorium yang bermutu berdasarkan etika profesi
2) Melaksanakan rujukan specimen secara horicontal antar puskesmas di wilayahnya
3) Melaksanakan Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) Laboratorium Puskesmas
untuk menghindari bahaya/resiko terhadap petugas laboratorium
4) Melaksanakan kegiatan Pemantapan Mutu, baik Eksternal maupun Internal untuk
menjamin ketepatan hasil pemeriksaan
5) Melaksanakan pencatatan dan pelaporan hasil pemeriksaan
6) Menyelenggarakan pelayanan di bidang diagnostik dengan cara memberikan dan
melakukan interpretasi hasil laboratorium yang bermanfaat untuk pengelolaan pasien,
Puskesmas rawat jalan minimal mampu melakukan pemeriksaan:
1) Pemeriksaan darah, meliputi pemeriksaan hemoglobin, Laju Endap Darahv
hematokrit, hitung jenis lekosit, eritrosit dan trombosit, pemeriksaan sediaan
86
apus, masa perdarahan, masa pembekuan darah, golongan darah, pemeriksaan
sediaan malaria (tetes tebal)
2) Pemeriksaan urin, meliputi makroskopis (warna, kejernihan, bau, volume,PH,
berat jenis, glukosa, protein, urobilin, bilirubin, darah samar, benda keton dan
sedimen), tes kehamilan
3) Pemeriksaan tinja, berupa:
Makroskopis: warna, bau, konsistensi, darah, lendir, pus, cacing dewasa dan
tes darah samar
Mikroskopis: telur cacing, amoeba, epitel, eritrosit, lekosit dan sisa makanan (
lemak, karbohidrat dan protein)
4) Pemeriksaan mikrobiologi:Basil Tahan Asam (BTA), malaria
5) Pemeriksaan imunologi: tes kehamilan, golongan darah
87
1. Asuhan keperawatan kasus yang memerlukan tindak lanjut di rumah (individu
dalam konteks keluarga). Merupakan asuhan keperawatan individu di rumah dengan
melibatkan peran serta aktif keluarga.
Kegiatan yang dilakukan antara lain :
a) Penemuan suspek/kasus kontak serumah
b) Penyuluhan/pendidikan kesehatan pada individu dan keluarganya
c) Pemantauan keteraturan berobat sesuai program pengobatan
d) Kunjungan rumah (home visit/home health nursing) sesuai rencana
e) Pelayanan keperawatan dasar langsung (direct care) maupun tidak langsung
(indirect care)
f) Pemberian nasehat (konseling) kesehatan/keperawatan
g) Pencatatan dan pelaporan seperti kartu keluarga dan pencatatan posyandu
2. Asuhan keperawatan keluarga rawan dan miskin
Merupakan asuhan keperawatan yang ditujukan pada keluarga rawan
kesehatan/keluarga miskin yang mempunyai masalah kesehatan yang di temukan di
masyarakat dan dilakukan di rumah keluarga.
Kegiatannya meliputi,
a) Identifikasi keluarga rawan kesehatan/keluarga miskin dengan masalah kesehatan
di masyarakat
b) Penemuan dini suspek/kasus kontak serumah
c) Pendidikan/penyuluhan kesehatan terhadap keluarga (lingkup keluarga)
d) Kunjungan rumah (home visit/home health nursing) sesuai rencana
e) Pelayanan keperawatan dasar langsung (direct care) maupun tidak langsung
(indirect care)
f) Pelayanan kesehatan sesuai rencana, misalnya memantau keteraturan berobat
pasien dengan pengobatan jangka panjang
g) Pemberian nasehat ( konseling) kesehatan/keperawatan di rumah
h) Pencatatan dan pelaporan
88
2.3.2.3. Upaya Kesehatan Usia Lanjut
5. Deskripsi
Upaya pemerintah dalam rangka mengusahakan masa tua yang berbahagia dan masa
tua yang berguna, sehingga para usia lanjut tidak menjadi beban bagi masyarakat yang
mencakup upaya preventif, promotif, kuratif dan rehabilitatif. Dalam penanganan masalah
usia lanjut, perlu dilakukan pendekatan yang tepat, team work (koordinasi) dan
keterpaduan (diagnosa dan pengobatan).
6. Kegiatan upaya kesehatan usia lanjut
a. Kegiatan didalam gedung
1) Pelayanan kesehatan usia lanjut secara holistik, meliputi:
a) Kesehatan umum
b) Kesehatan jiwa
c) Gizi pada usia lanjut
d) Kesehatan indera (mata dan telinga)
e) Keperawatan kesehatan dasar
2) Penyuluhan kesehatan masyarakat berusia lanjut
b. Kegiatan diluar gedung
1) Pemeriksaan dan pembinaan kesehatan oleh Puskesmas melalui Posyandu lansia
2) Olah raga/kesegaran jasmani bagi lansia
3) Keperawatan kesehatan dasar (bantuan, bimbingan, penyuluhan dan pengawasan)
4) Penyuluhan yang berkaitan dengan masalah kesehatan usia lanjut,misalnya
penyakit jiwa, jantung, syaraf, mata, telinga dll
89
2.3.2.5. Upaya Kesehatan Olahraga
1. Deskripsi
Upaya yang bertujuan untuk meningkatkan kesehatan dan kebugaran jasmani
masyarakat, dilaksanakan melalui aktivitas fisik, latihan fisik dan/atau olahraga, serta
mengutamakan pendekatan preventif dan promotif, tanpa mengabaikan pendekatan
kuratif dan rehabilitatif.
2. Kegiatan upaya kesehatan olahraga
a. Kegiatan didalam gedung
1) Perencanaan kesehatan olahraga, mencakup identifikasi masalah, penyusunan
usulan kesehatan olahraga, mengajukan usulan kesehatan olahraga dan
penyusunan rencana pelaksanaan kegiatan
2) Pelaksanaan dan pengendalian mencakup pengorganisasian, penyelenggaraan
dan pemantauan
3) Penilaian mencakup pengawasan dan pertanggungjawaban
b. Kegiatan diluar gedung
1) Pembentukan, bimbingan teknis dan pengawasan upaya kesehatan olahraga
pada kelompok olahraga
2) Skrining kesehatan
3) Pengukuran tingkat kebugaran jasmani
4) Rujukan kesehatan olahraga
5) Penyuluhan
90
2) Penjaringan kasus-kasus penyakit mata, kebutaan serta gangguan penglihatan
3) Pemeriksaan dan tindakan medis pelayanan kesehatan indera penglihatan,yang
meliputi antara lain:
a) Mengukur dan menentukan tajam penglihatan (visus)
b) Melakukan pemeriksaan segmen depan mata dengan loupe dan lampu
senter
c) Pemeriksaan lapang pandangan dengan metode konfrontasi atau
kampus sederhana
d) Mengukur tekanan bola mata dengan tonometer schiotz
e) Memeriksa dan menentukan ada tidaknya kelainan penglihatan warna
dengan tes Ishihara-Kanehara
f) Melakukan tindakan bedah kecil (kalazion dan hordoelum)
g) Memeriksa dan menangani penyakit mata luar
h) Melakukan pertolongan pertama pada kedaruratan mata
4) Rujukan kasus penyakit mata ke Balai Kesehatan Mata Masyarakat (BKMM)
dan ke RSUD
5) Operasi katarak oleh tim ahli (Dokter Spesialis Mata dan perawat terlatih
mata) bekerjasama dengan tim Puskesmas yang sudah mendapat pelatihan
teknis mata dapat dikembangkan di Puskesmas rawat inap
b. Kegiatan diluar gedung, meliputi :
1) Penyuluhan kesehatan kepada masyarakat, anak sekolah, kelompok pekerja
non formal dan usia lanjut
2) Penjaringan kasus/deteksi dini gangguan penglihatan dan kebutaan oleh
kader, guru UKS dan petugas kesehatan
3) Pengobatan kasus penyakit mata serta pertolongan pertama pada kedaruratan
mata, dapat dilakukan oleh dokter Puskesmas atau tenaga perawat Puskesmas
dengan bimbingan dokter Puskesmas
4) Rujukan kasus ke Puskesmas
91
2) Penjaringan kasus-kasus gangguan pendengaran dan ketulian di masyarakat dan
sekolah oleh kader, dokter kecil, guru UKS dan petugas kesehatan yang sudah dilatih
3) Pengobatan kasus-kasus gangguan pendengaran dan pertolongan pertama pada
kedaruratan telinga dapat dilakukan oleh dokter dan perawat Puskesmas
4) Rujukan kasus ke Puskesmas atau fasilitas yang lebih tinggi
92
2.4. Standar Monitoring dan Evaluasi
Monitoring adalah aktivitas untuk menjamin kesesuaian pelaksanaan kegiatan dengan
rencana yang telah ditetapkan sebelumnya dengan cara mengamati perkembangan kegiatan
tersebut
Kegiatan monitoring meliputi proses pengumpulan dan analisis informasi dari penerapan
suatu program termasuk mengecek secara regular untuk melihat apakah kegiatan/program itu
berjalan sesuai rencana sehingga masalah yang dilihat/ditemui dapat diatasi (WHO).
Evaluasi adalah proses pengumpulan data, menganalisis informasi, efektivitas dan
dampak dari suatu tahap keseluruhan program, termasuk menilai pencapaian program,
mendeteksi dan menyelesaikan masalah serta merencanakan kegiatan yang akan datang
(WHO).
Proses monitoring dan evaluasi ini ditujukan untuk peningkatan mutu pelayanan
kesehatan di Puskesmas serta untuk menilai perkembangan dan kemajuan yang telah dicapai
Puskesmas menuju visi dan tujuan yang ingin dicapai.
2.5.1. Jenis monitoring dan evaluasi
Pada tribulanan dapat dilakukan Evaluasi Kinerja Kumulatif Tribulan I/II/III/IV
Puskesmas (terdapat pada lampiran 19)
2.5.2. Jadwal dan pelaksanaan monitoring dan evaluasi
Setiap bulan penanggung jawab program di Puskesmas melakukan evaluasi pelayanan
dan melaporkan ke Kepala Puskesmas dan membandingkan kinerja program dengan
target yang ingin dicapai, sehingga perbaikan dapat segera dilakukan.
Puskesmas harus menyelenggarakan pertemuan staf secara teratur dan berkala
sekurang-kurangnya 3 ( tiga) bulan sekali antara pimpinan atau penanggung jawab
dengan staf/bawahannya untuk mengindentifikasi, membahas masalah yang dihadapi,
penyebaran informasi dan melakukan evaluasi pelayanan Puskesmas.
Hasil pertemuan harus dicatat. Hal-hal yang dibicarakan dan disepakati dalam
pertemuan dilengkapi dengan daftar hadir dan kemudian disebarluaskan kepada seluruh
karyawan yang berkepentingan agar dapat ditindaklanjuti.
Pembuktian berupa dokumen notulen rapat, daftar hadir, hasil evaluasi dan bukti
diseminasi/ekspedisi.
Secara berkala, setiap 3 bulan dilakukan Evaluasi kinerja kumulatif tribulan I/II/III/IV
Puskesmas (lampiran 20) dilakukan oleh Puskesmas dan Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota.
Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota mengirimkan laporan setiap 3 ( tiga bulan)
mengenai kegiatan pelayanan kesehatan yang telah dilakukan ke Dinas Kesehatan
Provinsi.
Pada akhir tahun Puskesmas dan Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota melakukan
penilaian standar Puskesmas ( Lampiran 22) dan melaporkan hasil penilaian ke Dinas
Kesehatan Provinsi.
2.5.3. Evaluasi kegiatan
Penyelenggaraan kegiatan harus diikuti dengan kegiatan evaluasi yang dilakukan secara
berkala.
Kegiatan evaluasi mencakup hal-hal sebagai berikut:
a. Evaluasi dibedakan dua hal, yaitu
1) Telaah internal, yaitu telaah bulanan terhadap penyelenggaraan kegiatan dan hasil
yang dicapai oleh Puskesmas. Telaah bulanan ini dilakukan dalam lokakarya mini
Puskesmas dengan membandingkan hasil pencapaian dengan rencana dan standar
pelayanan
2) Telaah eksternal, yaitu telaah triwulan terhadap hasil yang dicapai dikaitkan dengan
sektor lain terkait yang ada di wilayah kerja Puskesmas. Telaah triwulan ini dilakukan
dalam lokakarya mini triwulan Puskesmas secara lintas sektor. Sumber telaahan
eksternal bisa berasal dari hasil survey/Indeks Kepuasan Masyarakat (IKM)
93
b. Menyusun saran peningkatan penyelenggaraan kegiatan sesuai dengan pencapaian kinerja
Puskesmas serta masalah dan hambatan yang ditemukan dari hasil telaahan bulanan dan
triwulan
94
BAB 3
STANDAR PUSKESMAS RAWAT INAP
95
STRUKTUR ORGANISASI PUSKESMAS RAWAT INAP
Kepala Puskesmas
rawat inap
UKS/UKGS,UKGM Imunisasi
dan ARU P2 DBD Poli umum Rawat inap
Perbaikan gizi P2 Diare Poli KIA/KB Keperawatan
Kesehatan jiwa P2 TB Poli gigi Ambulans
UKK P2MH/Kusta Klinik Poli gizi Laboratorium
Pemberdayaan dan P2 ISPA Ambulans
Promkes Wabah/Surveilans Perkesmas
Kesling Napza UGD
Kesehatan indera Radiologi
Battra Laboratorium
Kesehatan keluarga Apotik dan
Poskestren gudang obat
Kesehatan olah raga Pusling
1. Jenis Pelayanan, sama dengan jenis pelayanan Puskesmas rawat jalan dengan
penambahan:
1. Pelayanan didalam gedung
96
c. Pelayanan kegawatdaruratan 24 (dua puluh empat) jam dan 7 (tujuh) hari dalam
seminggu.
d. Pelayanan rawat inap
2. Pelayanan penunjang klinik
a. Pelayanan laboratorium: kimia klinik
b. Pelayanan radiologi: bila ada sumber daya pendukung
c. Pelayanan EKG: bila ada sumber daya pendukung
2. Jam Kerja, sama dengan jam kerja Puskesmas rawat jalan dengan perkecualian untuk
pelayanan kegawatdaruratan, rawat inap berlangsung 24 jam dan laboratorium 24 jam
(on call)
3. Rekam Medik, sama dengan rekam medik Puskesmas rawat jalan dengan penambahan:
1. Asuhan keperawatan rawat inap
2. Resume keperawatan rawat inap
1.1.2.2. Ruang
Standar ruang Puskesmas rawat inap sama dengan Puskesmas rawat jalan
dengan minimal penambahan ruang rawat inap yang terdiri dari:
1. Ruang rawat gabung ibu dan bayi : 2 TT
2. Ruang rawat inap anak : 1 TT
3. Ruang rawat inap wanita : 1 TT
4. Ruang rawat inap laki-laki : 1 TT
5. Ruang rawat inap penyakit menular : 1 TT
6. Luas bangunan disesuaikan dengan jumlah tempat tidur (TT). Bangunan minimal
adalah 50 m2 per tempat tidur.
7. Perbandingan jumlah tempat tidur dengan luas lantai untuk ruang perawatan dan
ruang isolasi sebagai berikut
Ruang perawatan Ruang isolasi
minimal minimal
Ruang bayi 2 m2/TT 3,5 m2/TT
Ruang rawat dewasa/anak 4,5 m2/TT 6 m2/TT
97
Penanganan limbah Puskesmas rawat inap sama dengan penanganan limbah
Puskesmas rawat jalan dengan penambahan:
a. Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL), yaitu suatu bangunan instalasi yang mampu
mengolah limbah cair klinis yang berbahaya menjadi aman untuk dibuang di alam atau
badan air.
Persyaratan IPAL (Pengolahan Limbah Cair) :
Pengolahan limbah cair hanya akan efisien jika memenuhi persyaratan sbb :
1) Pengolahan primer : tempat penampungan air limbah pertama yang berasal dari
aktifitas harian (bekas cucian, makanan, bekas minuman dll)
2) Purifikasi biologis sekunder : pengendapan sebagian besar mikroba (bakteri : 90-95
%), virus dan cacing. Pada tahap ini efluen masih mengandung bakteri dan virus
dalam konsentrasi efektif.
3) Pengolahan tersier : teknik pengolaman dapat diterapkan jika lokasi memungkinkan,
apabila sebaliknya maka dilakukan teknik filtrasi pasir cepat.
4) Desinfeksi Klor : upaya penurunan konsentrasi bakteri pathogen, efluen tersier harus
menjalani desinfeksi klor sampai kadar yang ditetapkan. Desinfentant dimaksud
yaitu : Klor dioksida (paling efisien), natrium hipoklorit atau gas klor. Atau desinfeksi
dengan sinar ultraviolet.
b. Air limbah yang berasal dari Puskesmas rawat inap harus diolah di Instalasi Pengolahan
Air Limbah (IPAL), bila tidak mempunyai IPAL harus dikelola sesuai ketentuan yang
berlaku melalui kerjasama dengan pihak lain atau pihak yang berwenang.
c. Disalurkan melalui saluran tertutup, kedap air dan lancar.
d. Limbah cair bekas cucian film harus ditampung dan tidak boleh dibuang ke lingkungan
serta dikoordinasikan dengan Dinas Kesehatan.
1.1.4. Sumber Daya Manusia (SDM), sama dengan sumber daya manusia Puskesmas rawat jalan
dengan penambahan pada lampiran 13
1.1.5. Peralatan, sama dengan peralatan Puskesmas rawat jalan, dengan tambahan pada lampiran 16
98
3.1.3.2. Upaya Pengobatan dan Penanganan Kegawatdaruratan
Upaya pengobatan dan penanganan kegawatdaruratan pada Puskesmas rawat inap
sama dengan upaya pengobatan dan penanganan kegawat daruratan Puskesmas rawat
jalan, ditambah dengan:
1. Pelayanan rawat inap
a. Pelayanan, penilaian disability, penggunaan obat, EKG dan defibrilator
b. Pelayanan medis dan pelayanan penunjang untuk observasi dan diagnosa
penyakit
c. Rujukan
d. Pemulangan
2. Penanganan gawat darurat 24 (dua puluh empat) jam sehari dan 7 (tujuh) hari
seminggu dengan kemampuan melakukan pemeriksaan awal kasus-kasus gawat
darurat, melakukan resusitasi dan stabilisasi sesuai dengan standar
99
d. Rincian dan tindakan keperawatan yang diberikan
e. Evaluasi
f. Rencana kepulangan pasien (resume keperawatan)
4. Tenaga keperawatan harus menghormati hak dan kewajiban pasien serta kode etik
keperawatan
5. Tindakan keperawatan sesuai dengan standar praktek keperawatan dan etika profesi,
didokumentasikan sebagai bukti pelaksanaan tugas tenaga keperawatan
6. Pertemuan berkala staf keperawatan setiap bulan untuk mendiskusikan hal-hal yang
berkaitan dengan penyediaan pelayanan keperawatan. Hasil pertemuan harus dicatat dan
disimpan dengan baik
7. Membimbing dan mengawasi petugas penunjang pelayanan /tenaga non perawatan
Puskesmas Rawat Inap dengan PONED adalah Puskesmas Rawat Inap yang mempunyai
kemampuan serta fasilitas dalam Pelayanan Obstetri Neonatal Emergensi Dasar. Puskesmas siap
memberikan pelayanan 24 jam terhadap ibu hamil, bersalin dan nifas serta bayi baru lahir dengan
komplikasi baik yang datang sendiri atau atas rujukan kader masyarakat, bidan di desa,
Puskesmas Pembantu dan Puskesmas.
Puskesmas melakukan rujukan ke RS PONEK (Pelayanan Obstetri dan Neonatal
Emergensi Komprehensif) pada kasus yang tidak mampu ditangani.
Puskesmas rawat inap dengan PONED adalah Puskesmas rawat inap yang mampu
melayani kegawatdaruratan obstetri dan neonatal emergensi dasar. Puskesmas rawat inap dengan
PONED merupakan Puskesmas rawat inap yang mempunyai fasilitas dan kemampuan
Penanganan Obstetri Neonatologi Emergensi Dasar. Dengan makin tersebarnya kemampuan
pelayanan PONED di Puskesmas maka kasus gawat darurat obstetri dan neonatal dapat
distabilkan dan dilakukan penanganan awal yang selanjutnya akan dirujuk ke Rumah Sakit
Kabupaten/Kota untuk menangani kasus rujukan gawat darurat obstetri dan neonatal lebih
baikdan selanjutnya setelah sembuh dikembalikan ke Puskesmas dengan surat rujukan balik
Maka standar yang berlaku pada Puskesmas rawat inap juga berlaku pada Puskesmas
rawat inap dengan PONED, dengan penambahan :
Kriteria pengembangan Puskesmas rawat inap menjadi Puskesmas rawat inap dengan PONED :
1. Puskesmas dengan sarana pertolongan persalinan dari Puskesmas tersebut merupakan
Puskesmas dengan rawat inap yang sudah berfungsi baik.
2. Mempunyai fungsi sebagai sub senter rujukan.
a. Melayani sekitar 50.000-100.000 penduduk yang tercakup oleh Puskesmas (termasuk
penduduk diluar wilayah Puskesmas rawat inap dengan PONED), kecuali Puskesmas di
kepulauan.
b. Jarak tempuh dari lokasi pemukiman sasaran, pelayanan dasar dan Puskesmas biasa ke
puskesmas mampu PONED paling lama 1 (satu) jam dengan transportasi umum
setempat, mengingat waktu pertolongan hanya 2 jam untuk kasus perdarahan.
c. Dapat dilalui oleh sarana transportasi umum
Kriteria standar Puskesmas Perawatan dengan PONED:
a. Mempunyai tenaga sekurang-kurangnya 1 (satu) orang dokter dan 1 (satu) orang
bidan/Perawat yang tinggal disekitar lokasi Puskesmas rawat inap dengan PONED.
b. Mempunyai tenaga minimal tim PONED 1 (satu) orang dokter, 1 (satu) orang bidan
terlatih PPGDON, 1 (satu) perawat wanita yang tinggal disekitar lokasi Puskesmas rawat
inap dengan PONED.
Kriteria Puskesmas PONED :
1. Puskesmas PONED Aktif
a. Puskesmas rawat inap dengan PONED mempunyai Tim PONED yang lengkap (dokter,
bidan, perawat), atau minimal 1 orang dokter dan 1 orang bidan/perawat terlatih PONED
yang bertempat tinggal di sekitar lokasi Puskesmas PONED.
b. Mempunyai PONED kit siap pakai, suasana aseptik dan tersedia air bersih mengalir.
c. Mempunyai tanah yang tidak bermasalah dan berada di lokasi strategis
100
d. Mempunyai obat dan bahan pakai habis cukup
e. Mempunyai biaya operasional
2. Puskesmas PONED Tidak Aktif
Tidak memenuhi kriteria Puskesmas PONED Aktif.
Standar yang berlaku pada Puskesmas rawat inap juga berlaku pada Puskesmas rawat inap
dengan PONED dengan penambahan:
3.1.16.1. Kelembagaan
Menjadi keharusan bahwa Puskesmas mempunyai surat berupa pengesahan
tentang status Puskesmas rawat inap dengan PONED sebagai institusi/sarana
kesehatan yang ditanda tangani oleh Bupati/Walikota atas usulan Kepala Dinas
Kesehatan Kabupaten/Kota
3.1.16.2. Tujuan
Tujuannya sama dengan tujuan Puskesmas rawat inap dengan penambahan:
a. Menyelamatkan kasus kegawatdaruratan kebidanan dan neonatal dengan
memberikan pertolongan pertama, stabilisasi serta mempersiapkan rujukan ke
Rumah Sakit PONEK
b. Mencegah kematian ibu dan bayi.
3.1.16.3. Uraian tugas, sama dengan uraian tugas Puskesmas rawat inap, dengan penambahan:
Melaksanakan dan memberikan upaya pelayanan medik kegawatdaruratan
obstetri dan neonatal dengan penuh tanggung jawab sesuai keahlian dan
kewenangannya.
Tabel 3.2.1.3.Pembagian tugas Petugas Kesehatan /Tim PONED:
No Tenaga Medis Tugas Umum Tugas Khusus
1. Dokter Penyelenggaraan - Menegakkan diagnosa dan
pelayanan medis menentukan terapi serta tindakan
pada kasus kegawat daruratan
maternal dan neonatal
- Operator pada tindakan obstetri
dan neonatal sesuai
kewenangannya
2. Bidan Pelaksana Pelayanan asuhan Membantu persiapan dan
pelaksanaan tindakan obstetri dan
kebidanan
neonatal
3. Perawat Asuhan Melaksanakan asuhan
keperawatan pada Ibu Hamil,
Keperawatan
Bersalin, Nifas serta Bayi Baru
Lahir.
101
Pelayanan PONED mengacu pada buku acuan Pelatihan Pelayanan Obstetri
Neonatal Emergensi Dasar tahun 2008. Ruang lingkup pelayanan yang berkaitan
dengan kegawatdaruratan maternal dan neonatal yang diberikan, meliputi:
1. Pemantauan kemajuan persalinan
2. Pengendalian infeksi
3. Tatalaksana kegawatdaruratan medik Maternal Neonatal
4. Tatalaksana perdarahan pada kehamilan muda
5. Tatalaksana perdarahan post partum
6. Tatalaksana hipertensi dalam kehamilan dan pre eklampsi/eklampsi
7. Tatalaksana persalinan macet
8. Tatalaksana ketuban pecah sebelum waktunya dan sepsis
9. Tatalaksana infeksi nifas
10. Tatalaksana asfiksia pada bayi baru lahir
11. Tatalaksana gangguan nafas pada bayi baru lahir
12. Tatalaksana Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR)
13. Tatalaksana hipotermi
14. Tatalaksana hipoglikemi pada bayi baru lahir
15. Tatalaksana ikterus/hiperbilirubinemia neonatus
16. Tatalaksana kejang pada neonatus
17. Tatalaksana infeksi neonatus
18. Tatalaksana stabilisasi, rujukan dan transportasi bayi baru lahir
19. Tatalaksana persiapan umum sebelum tindakan kegawatdaruratan obstetri
neonatal
Jenis pelayanan yang diberikan dikaitkan dengan sebab kematian ibu dan bayi,
meliputi:
1. Maternal
a. Penatalaksanaan b. Ekstraksi vakum
kegawatdaruratan c. Infeksi nifas
kebidanan
2. Neonatal
a. Bayi berat lahir rendah e. Kejang/ikterik pada
b. Hipotermia bayi baru lahir
c. Resusitasi /asfiksia f. Rujukan dan
pada bayi baru lahir transportasi bayi baru
d. Penanganan gangguan lahir
saluran cerna g. Penanganan dehidrasi
3.1.17.2. Sumber daya manusia, sama dengan sumber daya manusia di Puskesmas rawat
inap dengan perubahan sumber daya manusia
1. Mempunyai tim PONED yang terdiri dari minimal seorang dokter umum dan
seorang bidan yang sudah mengikuti pelatihan PONED dan magang di
Rumah Sakit dengan bimbingan dokter spesialis
2. Tim mau bekerja minimal 2 (dua) tahun setelah mengikuti pelatihan dan harus
siap memberi pelayanan kegawatdaruratan maternal dan neonatal selama 24
jam
3. Tim PONED bertempat tinggal di sekitar lokasi Puskesmas, dengan
waktu tempuh maksimal 15 menit ke Puskesmas.
102
3.1.17.3. Peralatan
Peralatan medis Puskesmas rawat inap dengan PONED, sama dengan peralatan Puskesmas rawat inap
, dengan penambahan (lihat lampiran.... standar alat)
peralatan yang digunakan untuk pemeriksaan kehamilan, persalinan normal, dan
persalinan dengan komplikasi :
- Set resusitasi (balon respirasi, selang reservoir oksigen,masker oksigen)
- Aspirator/penghisap lendir /Suction Pump
- Ekstraktor vakum
- Forceps naegle, lengkap dan kondisinya baik.
- AVM, lengkap dan berfungsi baik
- Sarung tangan panjang untuk placenta manual
2.3.2 Peralatan Neonatal
Pemeriksaan Neonatus Peralatan Kegawatdaruratan
Stetoskop Bayi Inkubator
Termometer Bayi Meja tindakan resusitasi bayi dan tempat tidur
Timbangan bayi untuk observasi bayi (meja dengan lampu dop
Meteran bayi 60 Watt)
Alat penghisap lendir Set resusitasi (Laringoskop pediatri, selang
Pipa plastik reservoar oksigen, ambubag, masker oksigen,
Baju kangguru pipa endotrakeal ukuran 2, 2 ,3)
Lampu pemanas/radiant warmer Balon penghisap
Kateter penghisap lendir
Sonde lambung
a. Balon sungkup
b. Vacum/forceps ekstraksi
3.1.17.4. Obat-obatan
Obat-obatan Puskesmas rawat inap dengan PONED sama dengan obat-obatan Puskesmas
rawat inap, dengan penambahan:
a. Untuk perdarahan post partum : Oksitosin parenteral, ergometrin, misoprostol tablet
b. Untuk pre eklampsia berat / eklampsia : MgSO4 injeksi, nifedipin, atenolol/labetalol
c. Antibiotika
d. Calsium glukonas
e. Cairan infus : ringer lactat/NaCl/dextrose 5%/HES
f. Set infus dan transfusi set
g. Kateter urin dan kantong urin
h. Alat suntik 1, 2 , 3, 5, 10, 20cc
i. Tabung Oksigen minimal 2
j. Sodium bikarbonat 8,4%
k. Vitamin K1
l. Salep mata
m. Lidocain
n. Adrenalin/Norepinephrine
b. Ketamine HCl
c. Diazepam
d. Dopamin/Dobutamin
e. Naloxone dan Sulfas Atropin
f. Furosemide
103
Standar upaya pelayanan kesehatan Puskesmas rawat inap dengan PONED sama
dengan Puskesmas rawat inap, ditambah dengan:
3.1.18.1. Upaya Penanganan Gawat Darurat Obstetri Neonatologi
1. Deskriptif
Puskesmas yang memberikan pelayanan Obstetri dan Neonatal Emergensi Dasar
merupakan pelayanan untuk menanggulangi kasus-kasus kegawatdaruratan obstetri
dan neonatal yang meliputi segi :
a. Pelayanan obstetri yang meliputi pemberian oksitosin parenteral, antibiotika
parenteral dan sedativa, pengeluaran plasenta manual/kuret serta pertolongan
persalinan menggunakan vakum ekstraksi / forceps ekstraksi
b. Pelayanan neonatal yang meliputi resusitasi untuk bayi asfiksia, pemberian
antibiotika parenteral, pemberian antikonvulsan paranteral, pemberian Bic-nat
intraumbilical/Phenobarbital untuk mengatasi ikterus, pelaksanaan thermal control
untuk mencegah hipotermia dan penanggulangan gangguan pemberian nutrisi
2. Kegiatan penanganan gawat darurat obstetri neonatologi.
a. Kegiatan didalam gedung
1) Penatalaksanaan perdarahan pada kehamilan muda(abortus)
2) Persalinan
3) Penatalaksanaan perdarahan post partum termasuk plasenta manual
5) Penatalaksanaan hipertensi dalam kehamilan dan pre eklampsi
6) Pertolongan persalinan dengan faktor penyulit (ekstraksi vacum)
7) Penatalaksanaan ketuban pecah sebelum waktunya
8) Penatalaksanaan infeksi nifas
9) Penatalaksanaan asfiksia pada bayi baru lahir
10) Penatalaksanaan Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR)
11) Penatalaksanaan hipotermi
12) Penatalaksanaan hipoglikemi pada bayi baru lahir
13) Penatalaksanaan ikterus/hiperbilirubinemia neonatus
14) Penatalaksanaan kejang pada neonatus
15) Penatalaksanaan infeksi neonatus
16) Melakukan stabilisasi dan rujukan kasus gawat darurat maternal
neonatal ke Rumah Sakit
17) Kuretase
Kegiatan diluar gedung
1. Rujukan kasus. Puskesmas PONED wajib melakukan rujukan ke RS PONEK
untuk kasus-kasus emergensi yang tidak dapat ditangani di Puskesmas dengan
prosedur rujukan yang aman
2. Kunjungan rumah bila pasien sudah kembali dari Puskesmas rawat inap dengan
PONED atau Rumah Sakit.
3.2. STANDAR PUSKESMAS RAWAT INAP PLUS (Pemberi Layanan Unggulan Spesialis)
Jenis Puskesmas rawat inap PLUS :
1. Puskesmas rawat inap PLUS (PONED)
2. Puskesmas rawat inap PLUS (non PONED)
104
Standar yang berlaku pada Puskesmas rawat inap juga berlaku pada Puskesmas rawat inap
PLUS (PONED) dengan penambahan:
1. Manajemen dan administrasi, meliputi tujuan dan jenis pelayanan
2. Sumber daya, meliputi ruang dan sumber daya manusia
3. Upaya pelayanan kesehatan
105
BAB 4
PENUTUP
Standar Puskesmas ini merupakan revisi terhadap buku Standar Puskesmas Rawat Inap,
diharapkan dapat membantu penyelenggaraan Puskesmas rawat jalan dan rawat inap agar pelayanan
kesehatan dapat berjalan dengan baik sehingga dapat meningkatkan derajat kesehatan masyarakat
secara optimal melalui pelayanan kesehatan yang terjangkau dan berkualitas.
Standar Puskesmas merupakan acuan Kabupaten/Kota dalam mengembangkan kebijakan
operasional setempat sesuai dengan kondisi dan situasi daerah masing-masing. Diharapkan standar ini
bermanfaat dan dapat membantu Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dalam melaksanakan pembinaan
dan pengawasan secara rutin terhadap penyelenggaraan pelayanan kesehatan di Puskesmas rawat
jalan, Puskesmas rawat inap, Puskesmas rawat inap PONED dan Puskesmas rawat inap PLUS. Pada
akhirnya, diharapkan agar kualitas dan efektivitas pelayanan kesehatan di Puskesmas meningkat.
Penyusunan buku Standar Puskesmas ini telah diusahakan dengan sebaik-baiknya dengan
melibatkan beberapa unsur terkait. Namun demikian tentu masih terdapat kekurangan dan kekeliruan
dalam penyusunan buku ini, untuk itu saran perbaikan dan penyempurnaan Standar Puskesmas ini
kami harapkan dari berbagai pihak yang terkait dengan pelayanan dan pendidikan kesehatan demi
kesempurnaan buku ini.
106
DAFTAR PUSTAKA
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 25 tahun 2009 Tentang Pelayanan Publik. Jakarta
107
Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 1239/MENKES/SK/XI/2001 Tentang Registrasi dan Praktik
Perawat. Jakarta KeputusanMenteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara RI no
PER/25/M.PAN/05/2006, Tentang Pedoman Penilaian Kinerja Unit Pelayanan Publik.Jakarta
Depkes RI, (1996). Pedoman Pemantauan dan Penilaian Program Perawatan Kesehatan Masyarakat.
Jakarta. Ditjen Bina Kesehatan Masyarakat Departemen Kesehatan RI
Hanafiah, Jusuf, Amir, Amri, (1999). Etika Kedokteran dan Hukum Kesehatan. EGC.Jakarta
Depkes RI, (2002). Standar Pelayanan Kesehatan Indera Penglihatan dan Pendengaran. Jakarta
Depkes RI, (2003). Pedoman Pengelolaan Obat Publik dan Perbekalan Kesehatan di Puskesmas.
Direktorat Jenderal Pelayanan Kefarmasian dan Alat Kesehatan. Jakarta
Mabes TNI (2004). Pedoman Tentang Pengukuran Kinerja Pelayanan Kesehatan di Rumah Sakit
Angkatan Darat. Direktorat Kesehatan. Jakarta
Prawirohardjo S, (2004). Panduan Pencegahan Infeksi untuk Fasilitas Pelayanan Kesehatan Dengan
Sumber Daya Terbatas. Yayasan Bina Pustaka. Jakarta
108
Dinkes Prov Jatim, (2005). Pedoman Penilaian Kinerja Puskesmas. Surabaya
Depkes RI, (2005). Depkes RI, (2005). Standar Sarana Penyimpanan Obat Publik dan Perbekalan
Kesehatan. Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan. Jakarta
Depkes RI, (2005). Standar Sarana Penyimpanan Obat Publik dan Perbekalan Kesehatan. Direktorat
Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan. Jakarta
Depkes RI, (2005). Pedoman Pelayanan Keperawatan Gawat Darurat di Rumah Sakit. Direktorat Bina
Keperawatan. Jakarta
Depkes RI, (2006). Pedoman Perencanaan Tingkat Puskesmas. Direktorat Jenderal Bina Kesehatan
Masyarakat. Jakarta
Depkes RI, (2006). Pedoman Lokakarya Mini Puskesmas. Direktorat Jenderal Bina Kesehatan
Masyarakat. Jakarta
Depkes RI, (2007). Pedoman Pelayanan Kefarmasian di Puskesmas. Direktorat Bina Farmasi
Komunitas dan Klinik. Jakarta
Depkes RI, (2007). Pedoman Pengobatan Dasar di Puskesmas. Direktorat Bina Kesehatan
Masyarakat.Jakarta
Depkes RI, (2007). Pedoman Tata Ruang Puskesmas. Direktorat Bina Kesehatan Masyarakat.Jakarta
Depkes RI, (2007). Standar Pelayanan Kesehatan Gigi dan Mulut di Puskesmas. Direktorat Jenderal
Bina Pelayanan Medik. Jakarta
Depkes RI, (2007). Standar Pelayanan Minimal Pengendalian Penyakit Jantung dan Pembuluh Darah.
Direktorat Pengendalian Penyakit Tidak Menular. Dirjen PP dan PL Jakarta
Depkes RI, (2007). Pedoman Pelayanan Kefarmasian di Puskesmas. Direktorat Bina Farmasi
Komunitas dan Klinik. Jakarta
Depkes RI, (2008). Pedoman Pelayanan Medik Dasar Pada Anak di Sarana Kesehatan. Direktorat
Bina Pelayanan Medik Dasar.Jakarta
Depkes RI, (2008). Pedoman Peningkatan Mutu Pelayanan Medik Dasar. Direktorat Bina Pelayanan
Medik Dasar. Jakarta
Depkes RI, (2008). Pedoman Pelayanan Medik di Klinik Departemen dan Perusahaan. Direktorat
Bina Pelayanan Medik Dasar Direktorat Jenderal Bina Pelayanan Medik. Jakarta
109
Depkes RI, (2008). Pedoman Manajerial Pencegahan dan Pengendalian Infeksi di Rumah Sakit dan
Fasilitas Pelayanan Kesehatan Lainnya. Direktorat Bina Pelayanan Medik. Jakarta
IBI, (2008). Buku Instrumen Bidan Delima (3) Revisi 1 Feb 2008. Jakarta
Depkes RI, (2009). Akreditasi Laboratorium Kesehatan. Direktorat Bina Pelayanan Penunjang Medik
. Direktorat Jenderal Bina Pelayanan Medik. Jakarta
Depkes RI, (2009). Buku Pedoman Pelayanan Kesehatan Jiwa di Fasilitas Pelayanan Kesehatan
Dasar. Direktorat Jenderal Bina Pelayanan Medik. Jakarta
Dinkes Prov Jatim, (2010). Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Provinsi Jawa
Timur Tahun 2010-2014. Surabaya
Dinkes Prov Jatim, (2010). Pedoman Pengukuran Tingkat Perkembangan UKBM. Surabaya
Kesepakatan Bersama Antara Pemerintah Provinsi Jawa Timur Dengan Pemerintah Kabupaten /Kota
di Jawa Timur Tentang Kerjasama Pembangunan Daerah. Surabaya
Peraturan Gubernur Jawa Timur Nomor 4 Tahun 2010 Tentang Pondok Kesehatan Desa (Puskesmas
Rawat Inap). Surabaya
Depkes RI, (2010). Pedoman Pelayanan Kesehatan Indera Penglihatan di Puskesmas. Jakarta
Depkes RI, (2010). Pedoman Pelayanan Kesehatan Indera Pendengaran di Puskesmas. Jakarta
Kementerian Kesehatan RI, (2011). Petunjuk Teknis Penyusunan Profil Kesehatan Kabupaten/Kota.
Jakarta
Dinkes Prov Jatim, (2011). Standar Ponkesdes. Bidang Bina Pelayanan Kesehatan.Surabaya
Dinkes Prov Jatim, (2011).Rencana Aksi Daerah Percepatan Pencapaian Tujuan Pembangunan
Millenium ( MDGs) di Provinsi Jawa Timur 2011-2015. Surabaya
Depkes RI, (2011). Daftar Obat Esensial Nasional. Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat
Kesehatan. Jakarta.
Dinkes Prov Jatim, (2012).Standar Puskesmas rawat inap. Bidang Bina Pelayanan Kesehatan.
Surabaya
Dinkes Prov Jatim, (2012). Pedoman Sistem Rujukan Berbasis Indikasi Medis Provinsi Jawa Timur.
Surabaya
Dinkes Prov Jatim, (2012). Pedoman Penilaian Kinerja Puskesmas. Bidang Bina Pelayanan
Kesehatan. Surabaya
110
Lampiran 1
KARTU RAWAT JALAN
NAMA :.........................................................................................
JENIS KELAMIN: L/P UMUR:..TAHUN
ALAMAT :..........................................................................................
NAMA KK :..........................................................................................
NO INDEKS/REGISTER KK :......................................................................................
Tanggal Pemeriksaan Diagnosa No Kode Pengobatan Anjuran B/L/KKL Ket/
Penyakit Paraf
( ICD X)
111
Lampiran 2
Kop Dinas Kesehatan
112
a. Memberikan pelayanan kebidanan sesuai SOP Bertanggung jawab atas pelaksanaan tugas yang
dibebankan
b. Bertanggung jawab atas keberhasilan upaya kesehatan di wilayahnya
c. Bertanggung jawab atas pemeliharaan sarana kesehatan di Puskesmas
d. Bertanggung jawab atas tertib administrasi (keuangan, kepegawaian, pencatatan dan pelaporan,
obat-obatan dll)
e. Bertanggung jawab kepada Kepala Puskesmas secara teknik medik dan administratif
3. Wewenang :
a. Menggunakan alat atau inventaris kebidanan untuk kepentingan pelayanan
b. Melakukan tindakan medis sesuai dengan kompetensi
c. Memberikan pelayanan kesehatan sesuai dengan kemampuan, kewenangan atas perintah Kepala
Puskesmas dan dibawah pengawasan dokter puskesmas baik dalam maupun luar gedung
d. Melaksanakan upaya rujukan medik dan kesehatan baik horizontal maupun vertikal ke sarana
pelayanan kesehatan yang lebih mampu
e. Menyelenggarakan administrasi: keuangan, sarana prasarana, obat-obatan, kepegawaian,
ketatausahaan yang sederhana
f. Melaksanakan fungsi manajemen (perencanaan, penggerakan dan pelaksanaan, pengawasan,
pengendalian dan penilaian
g. Membina & menggerakkkan peran serta masyarakat (posyandu, kader, tokoh masyarakat dan
dukun) di wilayah kerjanya
4. Hubungan kerja/kemitraan :
a. Bidan Desa
b. Penanggung Jawab Program Imunisasi
c. Penanggung Jawab Perbaikan Gizi
d. Penanggung Jawab Program Kesehatan Lingkungan
e. Koordinator Program Pengendalian Penyakit dan Surveilans
f. Koordinator UKP (Dokter Puskesmas)
g. Penanggung Jawab Program Gigi dan Mulut
h. Penanggung Jawab Program Promkes dan PKM
i. Penanggung Jawab Program UKBM
Uraian tugas ini berlaku selama yang bersangkutan masih menduduki jabatan tersebut diatas.
` (...........
) (......)
NIP NIP
Mengesahkan
Kepala Puskesmas
(..........)
NIP.........
113
114
Lampiran 3
ALUR PELAYANAN
Puskesmas .
Jlno..Kab/Kota.
Periksa:
1. Poli Umum
Daftar
Ruang 2. Poli Gigi
Tunggu 3. Poli KIA-KB
4. Poli Gizi
5. Promotif/pr Rujuk
eventif
Pasien 6. . /
pulan
g/
Rawat
Laboratorium Inap
Unit
Gawat
Darura 1. Kamar
t Obat
2.
JAM PELAYANAN
Senin - Kamis : 07.00 14.00 WIB
Jumat : 07.00 11.00 WIB
Sabtu : 07.00 12.00 WIB
Minggu : tutup
Lampiran 4
: Pendaftaran pasien,
Judul SOP penerimaan pasien dan atau Penanggung Jawab
Logo spesimen
Puskesmas No. : .... / PK-KIA / PKM...... /
Disusun Diperiksa Disahkan
................ Dokumen 2011
Kabupaten No. Revisi : 00
....................
Tgl. mulai
: ...........................
berlaku
Halaman : 116 - 141 ........................ ....................... ...........................
I. Pengertian:
Mendaftar dan menerima semua pasien dan atau specimen dan pengambilan spesimen yang mau
periksa ke laboratorium Puskesmas
II. Tujuan:
Peningkatan mutu pelayanan laboratorium Puskesmas dan penatalaksanaan pelayanan secara cepat
terhadap pasien
III. Kebijakan
a. Prosedur
1. Pendaftaran pasien dan atau spesimen
a) Pendaftaran pasien atau specimen dilakukan di meja pendaftaran yang dibuka setiap hari
kerja (Senin-Sabtu) pada jam 07.00 14.00 WIB dan hari Minggu jam 07.00 11.00 WIB
b) Pendaftaran dan pengambilan spesimen diluar gedung dibatasi
c) Petugas pendaftaran melakukan pencatatan:
1) Tanggal pendaftaran
2) Identitas pasien,meliputi: nama,umur, jenis kelamin dan alamat
3) Identitas pengirim
4) Pemeriksaan yang diminta
d) Setelah pasien menyelesaikan administrasi pendaftaran, pasien menuju ruang sampling
2. Penerimaan pasien:
Spesimen yang dapat diperiksa di Laboratorium Puskesmas :
a) Darah
b) Urin
c) Tinja
d) Sputum
b. Instruksi Kerja
1. Menyapa pasien yang datang
2. Menanyakan tujuan pasien datang ke laboratorium Puskesmas
3. Menanyakan pasien apakah ada surat pengantar dari dokter/perawat/bidan
4. Menanyakan jenis pemeriksaan yang dikehendaki bagi pasien yang tidak membawa surat
pengantar dari dokte/perawat/bidan (atas permintaan sendiri),bila kesulitan dianjurkan untuk
melakukan konsultasi dengan dokter Puskesmas
5. Bagi pasien rawat inap di Puskesmas atau pasien yang menghendakipelayanan home service
(pengambilan spesimen di rumah) dapat menghubungi laboratorium Puskesmas terlebih
dahulu,kemudian petugas laboratorium melakukan pengambilan di rumah atau Puskesmas
yang bersangkutan
6. Petugas pendaftaran melakukan pencatatan:
a) Tanggal pendaftaran
b) Identitas pasien, meliputi: nama,umur, jenis kelamin dan alamat
c) Identitas pengirim
d) Pemeriksaan yang diminta
7. Setelah pasien menyelesaikan administrasi, pasien menuju ruang sampling untuk dilakukan
pengambilan
spesimen
8. Untuk pendaftaran spesimen rujukan dilakukan pencocokan antara specimen yang datang
dengan jenis pemeriksaan yang diminta
Lampiran 5
SOP MEDIS
SOP PENANGANAN SYOK ANAFILAKTIK
1. Tujuan:
Sebagai acuan dalam penatalaksanaan syok anafilaktik di Puskesmas...............
2. Ruang lingkup
Semua pasien yang mengalami syok anafilaktik di semua unit layanan yang melakukan tindakan
medis,yaitu:
2.1. Unit layanan UGD
2.2. Unit layanan poli umum
2.3. Unit layanan poli KIA/KB
2.4. Unit layanan ruang persalinan
2.5. Unit layanan poli gigi
2.6. Unit layanan ruang tindakan
2.7. Unit layanan rawat inap
3. Kriteria pencapaian:
Semua tenaga medis dan paramedis mampu dan terampil dalam menangani pelanggan yang
mengalami shock anafilaktik
4. Definisi
Penanganan shock anafilaktik merupakan serangkaian tindakan deteksi cepat dan koreksi segera
terhadap kondisi yang mengancam jiwa akibat terjadinya syok anafilaktik yang disebabkan oleh
pemberian obat obatan / alergi berat.
5. Uraian umum
5.1. Syok merupakan keadaan darurat yang disebabkan oleh kegagalan perfusi darah ke jaringan,
sehingga mengakibatkan gangguan metabolism sel
5.2. Syok anafilaktik adalah syok yang biasanya terjadi segera setelah penyuntikan/pemberian
serum atau obat-obatan terhadap penderita yag sensitif.
Tanda-tanda syok anafilaktik yaitu:
3.2.1. Tanda subyektif : Hal ini sering didahului dengan gejala mual, pusing, nyeri kepala,
gangguan penglihatan, urtikaria, edema wajah, lemas, berdebar dan telinga
berdenging.
3.2.2. Tanda obyektif : keringat dingin, tekanan darah menurun denyut nadi meningkat,
rekuensi napas meningkat.
Selain tanda-tanda syok juga terdapat spasme bronkioli yang menyebabkan asfiksia dan
sianosis.
6. Peralatan
6.1. Tabung oksigen
6.2. Tensimeter
6.3. Ambulans (bila dirujuk)
6.4. Adrenalin ampul
6.5. Difenhidramin 60 80mg
6.6. Deksametason vial
6.7. Aminophilin 1 ampul
6.8. Jarum suntik disposIble 2,5 atau 3 ml
6.9. Infus set dengan menggunakan jarum besar (no. 16 18)
6.10. Cairan ringer lactate (RL) atau NaCl 0,9%
7. Instruksi kerja
No Instruksi kerja Petugas
1 Bebaskan jalan nafas pasien Dokter/perawat/bidan
2 Berikan oksigen 6-8 liter per menit Dokter/perawat/bidan
3 Baringkan pasien dengan posisi kaki lebih tinggi dari kepala (posisi Dokter/perawat/bidan
trendelenburg)
4 Berikan suntikan adrenalin 1:1000 sejumlah 0,2 - 0,5 cc (4-5 strip) Dokter/perawat/bidan
secara subkutan pada bagian tubuh yang mudah dicapai, untuk pasien
anak 0,01 cc per kilogram berat badan
5 Pasang segera infus ringer laktat atau NaCl 0,9% dengan menggunakan Dokter/perawat/bidan
jarum besar (no. 16 18), teteskan 12 tetes/menit untuk memudahkan
tindakan selanjutnya.
6 Amati kesadaran, denyut nadi, tekanan darah, frekuensi pernapasan Dokter/perawat/bidan
untuk memantau apakah ada tanda-tanda kemajuan
7 Apabila tensi tidak terukur atau kurang dari 100 mmHg ulangi Dokter/perawat/bidan
pemberian adrenalin 1 : 10.000 (adrenalin 1 cc ditambah NaCl 9 cc)
diberikan IV sebanyak 2 3 cc, untuk pelanggan anak 0,1 cc per
kilogram berat badan. Dosis dapat diulang setiap 10 menit
8 Setelah infus terpasang dapat diberikan difenhidramin 60 80mg intra Dokter/perawat/bidan
vena (IV) bolus
9 Bila ada wheezing berikan aminophilin 1 ampul IV pelan pelan Dokter/perawat/bidan
10 Sementara itu segera siapkan transportasi untuk merujuk ke rumah Dokter/perawat/bidan
sakit terdekat bila tidak terdapat kemajuan.
8. Diagram alir
Lakukan
pembebasan jalan Berikan masker Tinggikan kaki Berikan injeksi
Mulai oksigen 6-8 liter pasien adrenalin 1:1000
nafas pasien
per menit
Pasang infus RL dg
jarum besar
9. Referensi
a. Materi Pelatihan General Emergency Life Support dan Penanggulangan Penderita Gawat
Darurat, Seri Medis Teknik Standard. RSU dr. Soetomo FK UNAIR, Surabaya, 2007
b. Primary Trauma Care, buku kerja Versi Januari 2008. Ikatan Dokter Spesialis Anestesi
Indonesia, 2008
c. Simposium Penanganan Penderita Shock. Ikatan Dokter Spesialis Anestesi Indonesia, Surabaya
9. Dokumen terkait
a. Kartu rekam medik non rawat inap/rawat inap pasien
b. Buku register unit layanan terkait
c. Buku rujukan pasien
d. Form rujukan eksternal (Askes/Jamkesmas/umum)
Lampiran 7
SOP CARA CUCI TANGAN
Lampiran 9
PERSETUJUAN TINDAKAN MEDIS
(.) () (.)
Nama jelas Nama jelas Nama jelas
2.
(..)
Nama jelas
** Isi dengan jenis tindakan medis yang akan dilakukan
* Lingkari dan coret yang lain
Lampiran 11
KOP PUSKESMAS
Menimbang : dst,
Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran
2. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan
3. Permenkes no . 512/Menkes/Per/IV/2009 tentang Ijin Praktik Dokter dan
Pelaksanaan Praktek Kedokteran
Memperhatikan: Untuk meningkatkan tanggung jawab dan akuntabilitas pelayanan Kesehatan
bagi petugas maupun masyarakat di UPT Puskesmas..........
Dan keterbatasan tenaga medis di UPT Puskesmas .................... maka perlu diberikan
kewenangan dalam hal pelayanan kesehatan dasar kepada perawat di Puskesmas
4 dst
MEMUTUSKAN
Menetapkan :
KESATU : Daftar nama perawat di UPT Puskesmas ............................ tersebut diatas dinilai
mampu untuk melaksanakan pendelegasian tugas pelayanan kesehatan tingkat
dasar (Pemeriksaan dan pengobatan) berdasarkan prosedur tetap yang telah dibuat
sesuai dengan kemampuan dan pengetahuan yang dimiliki.
KETIGA : Kepala Puskesmas bertindak sebagai penanggung jawab dan menerima laporan
langsung dari perawat Puskesmas.
KEEMPAT : Segala sesuatu akan diubah dan ditetapkan kembali apabila ternyata dikemudian
hari terdapat kekeliruan dalam Surat Keputusan ini
KELIMA : Surat Keputusan ini berlaku sejak tanggal ditetapkan
Ditetapkan di ...........................
Pada tanggal : ........................
Kepala UPT Puskesmas Dokter yang memberi wewenang
................................................. ....................................................
NIP : ...................................... NIP : ..........................................
Tembusan:
2. Koordinator Pengobatan Dasar
3. Koordinator Tata Usaha
4. Yang bersangkutan
Lampiran 12
KUESIONER PENYUSUNAN INDEKS KEPUASAN MASYARAKAT
INSTANSI PENYELENGGARA PELAYANAN PEMERINTAH
DEP/LPN/PROV/KAB/KOTA/BUMN/BUMD*):..
Pemerintah dan dunia usaha sangat membutuhkan insformasi unit pelayanan instansi pemerintah secara
rutin . Untuk itu pemerintah berupaya menyajikan INDEKS KEPUASAN MASYARAKAT secara rutin, yang
diharapkan mampu memberikan gambaran mengenai kualitas pelayanan di instansi pemerintah pada
masyarakat. Indeks tersebut diperoleh berdasarkan pendapat masyarakat, yang di kumpulkan melalusi SURVEI
KEPUASAN MASYARAKAT TERHADAP UNIT PELAYANAN PUBLIK.
BIDANG :
UNIT PELAYAN :
AlAMAT :
TELPON/FAX :
(.,2013)
PERHATIAN.
1. Tujuan survey ini adalah untuk memperoleh gambaran secara obyektif mengenai kepuasan masyarakat
terhadap pelayanan public
2 Nilai yang diberikan oleh masyarakat diharapkan sebagai nilai yang dapat dipertanggung jawabkan
3 Hasil survey ini akan digunakan untuk bahan penyusunan indeks kepuasan masyarakat terhadap
pelayanan public yang sangat bermanfaat bagi pemerintah maupun masyarakat
4 Keterangan ini yang diberikan bersifat terbuka dan tidak dirahasiakan
5 Survei ini tidak ada hubungannya dengan pajak ataupun politik
NO MATERI DOKTER
A Materi Dasar : T Prk Jml
1. Pedoman Kegawatdaruratan 1 0 1
2. Sistem Penanggulangan Gawat Darurat Terpadu ( SPGDT ) 1 0 1
3. Etika dan Hukum Kesehatan
1 0 1
3 0 3
B Materi Inti :
A.Materi Teknis Medis Standar
1. Dasar-dasar PPGD 1 0 1
2. Airway, Breathing,Circulation,Drug,,Disabilty, Differential 3 7 10
Diagnosis (A,B,C,D) Problem dan Management
3. Resusitasi Jantung Paru
4. Penilaian rekaman EKG 1 2 3
5. Penggunaan Defibrilator 1 1 2
1 2 3
B.Materi Teknis Medis Khusus
1. Kegawatdaruratan Bedah/ penanganan trauma
2.Kegawatdaruratan Penyakit Dalam/ Jantung 4 9 13
3.Kegawatdaruratan Obstetri ( Kebidanan ) 4 6 10
4. Kegawatdaruratan bayi baru lahir, bayi dan anak 4 6 10
5.Kegawatdaruratan Neurologi 4 6 10
6. Kegawatdaruratan Psikiatri 2 0 2
&. Stablisasi dan Transportasi 1 0 1
1 2 3
C.Prinsip Penanganan Bencana
1 3 4
28 44 72
C Materi Penunjang :
1.Dinamika kelompok 0 2 2
2.Geomedic Mapping 1 0 1
3.Materi lokal spesifik 2 0 2
4.Komunikasi interpersonal 1 0 1
4 2 6
Jumlah 35 46 81
NO MATERI DOKTER
A Materi Dasar : Teori Praktek Jml
1. Pedoman Kegawatdaruratan 1 0 1
2. Sistem Penanggulangan Gawat Darurat Terpadu ( SPGDT ) 1 0 1
3. Etika & Hukum Kesehatan
1 0 1
3 0 3
B Materi Inti :
A.Materi Teknis Medis Standar
1. Dasar-dasar PPGD 1 1 2
2. Airway, Breathing,Circulation,Drug,,Disabilty, Differential 3 7 10
Diagnosis (A,B,C,D) Problem dan Management
3. Resusitasi Jantung Paru
4. Penilaian rekaman EKG 2 7 9
5. Penggunaan Defibrilator 1 2 3
1 0 1
B.Materi Teknis Medis Khusus
1. Kegawatdaruratan Bedah/ penanganan trauma
2.Kegawatdaruratan Penyakit Dalam/ Jantung 5 5 10
3.Kegawatdaruratan Obstetri ( Kebidanan ) 3 6 9
4. Kegawatdaruratan bayi baru lahir, bayi dan anak 2 7 9
5.Kegawatdaruratan Neurologi 2 7 9
6. Kegawatdaruratan Psikiatri 1 0 1
&. Stablisasi dan Transportasi 1 0 1
1 3 4
C.Prinsip Penanganan Bencana
1 3 4
24 48 72
C Materi Penunjang :
1.Dinamika Kelompok 0 2 2
2.Geomedic Mapping 1 0 1
3. Materi lokal spesifik 2 0 2
4.Komunikasi interpersonal 1 0 1
4 2 6
Jumlah 31 50 81
Catatan :
1. Perbedaan stuktur program untuk dokter dan perawat/bidan adalah jumlah jam pelajaran (jpl)
Teori dan Praktek
2. Materi Penunjang : Muatan Lokal disesuaikan dengan jenis penyakit/permasalahan di wilayah
setempat
Lampiran 14
KUESIONER SURVEI KEPUSAN MASYARAKAT TERHADAP PELAYANAN PUSKESMAS
Pemerintah dan dunia usaha sangat membutuhkan insformasi unit pelayanan instansi pemerintah
secara rutin . Untuk itu pemerintah berupaya menyajikan INDEKS KEPUASAN MASYARAKAT
secara rutin, yang diharapkan mampu memberikan gambaran mengenai kualitas pelayanan di instansi
pemerintah pada masyarakat. Indeks tersebut diperoleh berdasarkan pendapat masyarakat, yang di
kumpulkan melalusi SURVEI KEPUASAN MASYARAKAT TERHADAP UNIT PELAYANAN
PUBLIK.
BIDANG :
UNIT PELAYAN :
AlAMAT :
TELPON/FAX :
(.,2013)
PERHATIAN.
1. Tujuan survey ini adalah untuk memperoleh gambaran secara obyektif mengenai kepuasan
masyarakat terhadap pelayanan public
2 Nilai yang diberikan oleh masyarakat diharapkan sebagai nilai yang dapat dipertanggung
jawabkan
3 Hasil survey ini akan digunakan untuk bahan penyusunan indeks kepuasan masyarakat terhadap
pelayanan public yang sangat bermanfaat bagi pemerintah maupun masyarakat
4 Keterangan ini yang diberikan bersifat terbuka dan tidak dirahasiakan
5 Survei ini tidak ada hubungannya dengan pajak ataupun politik
III. D 50- D89 Penyakit Darah Dan Organ Pembentuk Darah Dan Gangguan Mekanisme Immune
D50.8 Anemia Defisiensi Besi (Fe) D53.9 Anemia kurang gizi D64.9 Anemia, unspecified (Anemia
Aplastik)
D52 Anemia Defisiensi Asam Folat D56 Thalassaemia D66 Haemofili A( factor VIII deficiency)
IV.E00 - E90 kelompok endokrin, nutrisi dan ganguan metabolik
E01.0 Gondok endemis (Iodine- E34.9 Gangguan endokrin, tidak E50.3 Xeropthalmia /Vit A defi. dengan
deficiency-related diffuse ) ditentukan kekeruhan kornea(X2A)
E01.1 Gondok endemis multi nodular E40 Kwashiorkor E50.4 Xeropthalmia /Vit A def. dengan
keratomalacia(X3A)
E06 Thyroiditis E42 Marasmic kwarshiorkor E50.6 Xeropthalmia /Vit A def dengan
scars pada kornea (XS)
E10 DM tipe I (Insulin-dependent E44 Malnutrisi Protein-energy ringan E66 Obesitas
diabetes mellitus s/d sedang/BGM
E10.5 DM tipe I (IDDM komplikasi E50.0 Vitamin A deficiency with E73.9 Laktosa intoleransi, tidak ditentukan
perifer circulatory /gangrene) conjunctival xerosis (X1A)
E11 DM II (Non-insulin-dependent E50.1 Vit A def. dg Bitots spot and E78.0 Pure hiperkolesterolemia
diabetes mellitus conjunctival xerosis (X1B)
E11.5 DM tipe II NIDDM komplikasi E50.2 Xeropthalmia /Vit A def. dengan E78.5 Hiperlipidemia, unspecified
perifer circulatory / gangrene) kekeruhan kornea X2A)
E79 Hiperuricemia dan pirimidin
IV. F00-F99 Ganguan Jiwa Dan Prilaku
F00 Demensia F23 Gangguan psikotik akut F52.4 Ejakulasi dini
F05 Delirium F31 Gangguan afektif / Kepribadian F52.5 Vaginismus non organik
bipolar
F10 Gangguan mental akibat F32 Neurosa depresi F52.6 Dispareunia non organik
penggunaan alkohol
F11 Gangguan mental akibat F40 Neurosa fobia (Phobic anxiety) F52.7 Dorongan seksual yang berlebihan
penggunaan opioid
F12 Gangguan mental akibat F41 Neurosa cemas (Anxietas) F53 Gangguan Jiwa , Perilaku
Kanabinoid Berhubungan Nifas
F13 Gangguan mental akibat obat F41.2 Neurosa campuran anxietas dan F55 Pnyalahgunaan obat tidak
penenang depresif menimbulkan ketergantungan
F14 Gangguan mental akibat F42 Neurosa obsesif-kompulsif F69 Gangguan prilaku pada dewasa
penggunaan kokain
F15 Gangguan mental akibat stimulan F43 Reaksi terhadap stres berat, dan F70 Retardasi mental ringan
lain gangguan penyesuaian
F16 Gangguan mental akibat F44.9 Neurosa histeria (gangguan F71 Retardasi mental sedang
halusinogen disosiatif /konversi)
F17 Gangguan mental akibat tembakau F45.9 Psikosomatis F72 Retardasi mental berat
F19 Gangguan mental akibat narkoba , F48. Neurastenia F80.0 Khusus gangguan artikulasi bicara
zat psikoaktif lain
F20.0 Schizophrenia Paranoid F50.0 Anoreksia nervosa F82 Gangguan perkembangan fungsi
motorik khas
F20.1 Schizophrenia Hebephrenic F51.0 Insomnia non organik F83 Campuran gangguan
perkembangan spesifik
F20.2 Schizophrenia Catatonic F52.0 Kurang atau hilangnya nafsu F84.0 Autis masa kanak-kanak
seksual
F20.9 Skizofrenia, tidak spesifik F52..1 Tidak menyukai dan tdak F90.1 Hiperaktif masa kanak-kanak
menikmati seks
F20.5 Residual schizophrenia F52.2 Kegagalan dari respons genital F93.9 Gangguan emosional masa kanak-
kanak
F22 Gangguan waham (delusion) F52.3 Disfungsi orgasme F98.2 Gangguan makan masa bayi dan
menetap kanak-kanak
VI. G00-G99 Penyakit Susunan Syaraf
G20 Parkinsons disease G46* CVA G61.0 Guilain Barre sindrom
G40.1 Epilepsi parsial (kejang sederhana ) G47.0 Insomnia(Ggg memulai dan G62.9 Polineuropathi, unspecified
mempertahankan tidur )
G40.6 Epilepsi Grand mall G51.0 Bells palsy G81 Hemiplegia
G43.9 Migrain G51.3 TIK/Clonic hemifacial spasm G82 Paraplegia and tetraplegia
G44.8 Tension Head Ache (THA) G54 Gangguan ujung syaraf dan G91 Hydrocephalus
plexus
G45 TIA (Transient cerebral Ischaemic G56.0 Carpal Tunnel Syndrome
Attack)
VII. H00 - H59 Penyakit Mata Dan Adnexa Mata
H00.0 Hordeolum dan radang kelopak H16.0 Ulkus kornea (konjungtivitis H40.1 Glaukoma primer sudut terbuka
mata lain purulenta kornea rusak)
H00.1 Kalazion H17 Luka dan kekeruhan kornea H40.2 Glaukoma primer sudut tertutup
H01.0 Blepharitis Keratitis herpes viral dan H49.9 Strabismus / Mata juling
H19.1* keratoconjunctivitis (B00.5+)
H02.6 Xanthelasma pada kelopak mata H25 Katarak senilis H52.0 Hypermetropia
H04.0 Dacryoadenitis (radang kelenjar air H25.0 Katarak insipien ( ancaman / H52.1 Myopia
mata) immatur katarak )
H04.9 Kelainan Kelenjar Air Mata H25.1 Katarak Matur inti lensa H52.2 Astigmatism
H10 Conjunctivitis H26.1 Katarak traumatik H52.4 Presbyopia
H10.0 Mucopurulent conjunctivitis H26.2 Katarak komplikasi H53.5 Kekurangan penglihatan warna
H11.0 Pterygium H26.3 Obat-induced katarak H54.0 Kebutaan, kedua mata
H11.3 Perdarahan conjungtiva H26.4 Setelah katarak H54.2 Low vision, kedua mata
H15 Scleritis 28.0* Katarak diabetikum H54.4 Kebutaan, salah satu mata
H16 Keratitis H40.0 Suspek Glaucoma H54.5 Low vision, satu mata
VIII. H60-H95 Penyakit Telinga Dan Mastoid
H60 Otitis externa / infeksi telinga luar H66.3 Otitis media supuratif kronik H81.4 Vertigo
(OMPK)
H61 Kelainan telinga luar H70.0 Mastoiditis akut H83.3 Efek kebisingan pada telinga (Nihl)
H65 Otitis Media Nonsuppurative H70.1 Mastoiditis kronis H91.1 Presbycusis
(OMA)
H66 Otitis Media Suppurative (OMP) H71 Cholesteatoma (cerumen H90.2 Gangguan pendengaran konduktif
dan lainya obsturans)
H66.0 Otitis Media Supuratif Akut H72 Membran timpani berlubang H90.5 Gangguan pendengaran
(OMPA) sensorineural
H93.1 Tinitus
IX. I 00 I 99 Penyakit Kardiovaskuler
I08 Penyakit katup Jantung I20 Angina pectoris I61.9 CVA (Intracerebral haemorrhage)
I09.0 Jantung rematik ( Rheumatic I21 Acute Myocardial I64 Stroke
myocarditis) Infarction (AMI)
I10a Hipertensi esensial I24 Penyakit iskemik jantung I69.4 Gejala sisa stroke
ringan(T140/90-159/99)
I10b Hipertensi esensial I48 Atrial fibrillation and flutter I73.0 Sindrom Raynaud
lsedang(T160/100-179/109)
I10c Hipertensi esensial I49 Aritmia jantung I80 Phlebitis and thrombophlebitis
berat(T180/110-209/119)
I10d Hipertensi esensial sangat I50 Gagal Jantung (Heart failure) I84 Haemorrhoid
berat(T>209/>119)
I11.0 Hipertensi dengan penyakit jantung I50.9 Decompensasio Cordis (Payah I95 Hipotensi
(kongestif) Jantung)
X. J00-J99 Penyakit Pada Sistem Pernafasan
J00 Nasofaringitis akut [common cold] J18.0 Bronchopneumonia, unspecified J39.0 Abses retropharyngeal dan
parapharyngeal
J01 Sinusitis akut J18.9 Pneumonia, unspecified J41 Bronchitis kronis
J02 Faringitis akut 18.9a Pneumonia berat J44 Penyakit paru obstruktif kronik
J03 Tonsillitis akut J20.9 Bronchitis akut tidak specifik J45 Asthma bronchiale
J04.0 Laryngitis akut J22 Infeksi saluran pernafasan bawah J46 Status asthmaticus
akut lainnya
J04.1 Tracheitis akut J30 Rhinitis Alergi / vasomotor J47 Bronchiectasis
J10 Influenza, virus teridentifikasi J35.9 Tonsil dan adenoid (penyakit) J66 Penyakit saluran napas karena debu
(avian, babi dll) tidak spesifik organik tertentu
J11 Influenza, virus tidak J33 Polip hidung J84.9 Penyakit jaringan paru tidak
teridentifikasi spesifik
J12 Viral pneumonia, not elsewhere J39 Penyakit saluran pernapasan J90 Efusi pleura
classified bagian atas,lainnya
Xi. K00-K99 Penyakit Gigi Dan Mulut
K00 Gangguan pertumbuhan dan erupsi K04.2 Degenerasi pulpa K07.6 Kelainan sendi Temporomandibular
gigi
K00.0 Anodontia K04.3 Abnormal pembentukan jaringan K08.2 Atrofi dari edentulous alveolar
keras di pulpa ridge
K00.3 Mottled teeth K04.4 Apikal periodontitis akut dari K09 Kista daerah mulut (tmsk
asal pulpa odontogenic cysts)
K00.6 Persistensi K04.5 Apikal periodontitis kronis K10 Penyakit rahang lain
K01 Embedded and impacted teeth K04.6 Periapikal abses dengan sinus K10.3 Alveolitis dari rahang
K02 Karies gigi K04.7 Periapikal abses tanpa sinus K11 Penyakit kelenjar liur
K02.0 Caries limited to enamel K04.8 Radicular kista K11.2 Sialoadenitis
K02.1 Caries dentin K05.0 Gingivitis akut K11.6 Mucocele
K02.2 Caries of cementum K05.1 Gingivitis kronis K12 Stomatitis and related lesions
(sariawan)
K03.0 Excessive attrition of teeth K05.2 Periodontitis akut (termasuk K12.0 Recurrent oral aphthae
abses periodontal)
K03.1 Abrasi gigi K05.3 Periodontitis kronis K12.2 Selulitis dan abses mulut (termasuk
buccal abses)
K03.2 Erosi gigi K05.4 Periodontosis K13 Penyakit lain bibir , submukosa,
mukosa oral
K03.3 Resorpsi patologis gigi K05.6 Periodontal disease, unspecified K13.0 Penyakit bibir
K03.5 Ankylosis gigi K06.0 Resesi gingival (termasuk epulis) K13.1 Cheek and lip biting
K03.7 Perubahan warna Post eruptive K06.1 Pembesaran gingiva K13.2 Leukoplakia dan gangguan lain
jaringan keras gigi epitel lidah
K03.8 Ditentukan lain penyakit jaringan K06.2 Gingiva dan alveolar ridge K13.4 Granuloma dan Granuloma-seperti
keras gigi edentulous lesi terkait trauma lesi mukosa oral
K04 Penyakit pulpa dan jaringan K06.9 Gangguan edentulous gingiva K14 Penyakit lidah
dan alveolar ridge, tidak
ditentukan
K04.0 Pulpitis K07 Dentofacial anomali [termasuk K14.0 Glossitis
maloklusi]
K04.1 Nekrosis pulpa K07.4 Maloklusi, unspecified K14.1 Geografis lidah
XII. K15-K99 Penyakit Infeksi Saluran Cerna
K25 Gastric ulcer (tukak lambung) K36 Appendicitis lain (Peri K59.0 Konstipasi
apendicular infiltrat)
K29.7 Gastritis, unspecified K40 Hernia Inguinal K74 Cirrosis Hepatis
K29.9 Gastroduodenitis, unspecified K41 Hernia Femoral K80 Cholelithiasis/Batu empedu
K30 Dyspepsia K42 Hernia Umbilical (hernia pusar) K92 Penyakit sal cerna lainya
K35 Appendicitis Akut K56.7 Ileus, unspecified K92.0 Haematemesis
K92.1 Melena
XIII. L00-L99 Infeksi Kulit
L01 Impetigo L21 Dermatitis Seborrhoeic L60.0 Paranochia/ Ingrowing nail
L02 Abses (Cutaneous abses, furunkel L23 Dermatitis kontak alergika L70 Acne/ Jerawat
and karbunkel)
L03 Cellulitis L24 Dermatitis kontak iritasi L72 Kista folikel kulit
L08.0 Pyoderma L30.0 Dermatitis Nummular L72.0 Kista Epidermal
L10 Pemphigus L40 Psoriasis L72.9 Kista Folikel kulit dan jaringan
subcutaneous (Atheroma,dll)
L20 Dermatitis Atopic L50 Urticaria L74.3 Miliaria (biang keringat)
L60 Kelainan pada kuku (Nail L91.0 Keloid bekas luka
disorders)
R00 Kelainan detak jantung R13 Disphagia / nyeri menelan R54 Lansia (60th dst)
R01 Bising jantung/murmur R18 Ascites R56 Kejang / Konvulsi tidak ada
klasifikasi lain
R04.0 Epistaksis / mimisan R20 Gangguan sensasi kulit R56.0 Kejang demam / Febrile convulsion
R04.2 Haemoptisis / batuk darah R32 Inkontinensia R57 Syok hipovolemik
R07 Nyeri di tenggorokan dan dada R33 Retensio urin R60.9 Oedema, unspecified
R10.0 Akut abdomen R50 Febris tanpa sebab yg jelas R63 Anoreksia
R11 Mual muntah/Nausea dan vomitus R51 Cephalgia /sakit kepala R73.0 Tes toleransi glukosa abnormal