STR atau Surat Tanda Registrasi adalah bukti tertulis yang diberikan oleh
pemerintah kepada tenaga kesehatan yang telah memiliki sertifikat kompetensi.
Pengaturan mengenai STR terdapat dalam Permenkes Nomor 1796 tahun 2011
Tentang Registrasi Tenaga Kesehatan
Pasal 2 ;
(1) Setiap tenaga kesehatan yang akan menjalankan pekerjaannya wajib
memiliki STR.
(2) Untuk memperoleh STR sebagaimana dimaksud pada ayat (1), tenaga
kesehatan harus memiliki ijazah dan sertifikat kompetensi.
(3) Ijazah dan sertifikat kompetensi sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
diberikan kepada peserta didik setelah dinyatakan lulus ujian program
pendidikan dan uji kompetensi.
Pasal 3 ;
(1) Ijazah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (2) dikeluarkan
oleh perguruan tinggi bidang kesehatan sesuai dengan peraturan
perundang-undangan.
(2) Sertifikat kompetensi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (2)
dikeluarkan oleh MTKI.
Pasal 4 ;
(3) Sertifikat kompetensi dipergunakan sebagai dasar untuk memperoleh
STR.
(3) Praktik keperawatan sebagaimana dimaksud pada Ayat (1) dilaksanakan melalui
kegiatan :
f. Pelaksanaan asuhan keperawatan ;
g. Pelaksanaan upaya promotif, preventif, pemulihan, dan
pemberdayaan masyarakat ;
h. Pelaksanaan tindakan keperawatan komplementer.
Asuhan keperawatan sebagaiman dimaksud diatas meliputi ;
- Pengkajian,
- Penetapan diagnosa keperawatan,
- Perencanaan,
- Implementasi : penerapan perencanaan dan pelaksanaan tindakan keperawatan
yang meliputi pelaksanaan prosedur keperawatan, observasi keperawatan,
pendidikan dan konseling kesehatan.
- Evaluasi keperawatan.
Dalam melaksanakan praktiknya perawat juga dapat memberikan obat yang berlogo
hijau dan biru seperti yang diatur dalam Pasal 8 Ayat (7) Perawat dalam menjalankan
asuhan keperawatan sebagaimana dimaksud pada Ayat (4) dapat memberikan obat
bebas dan/atau obat bebas terbatas.
Perawat juga dapat melakukan tindakan keperawatan koplementer sebagai tindakan
tambahan (bukan utama) dalam melakukan praktik mandiri seperti akupresure,
akupunture, distraksi/relaksasi, penerapan konsep psikoneuroimunologi.
Beberapa hal yang mengatur penyelanggaraan praktik perawat juga terdapat pada
Pasal 9 ;
Perawat dalam melakukan praktik harus sesuai dengan kewenangan yang dimiliki.
Pasal 10 ;
(1) Dalam keadaan darurat untuk penyelamatan nyawa seseorang/pasien dan tidak
ada dokter ditempat kejadian, perawat dapat melakukan pelayanan kesehatan
diluar kewenangan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8.
(2) Bagi perawat yang menjalankan praktik didaerah yang tidak memiliki dokter
dalam rangka melaksanakan tugas pemerintah, dapat melakukan pelayanan
kesehatan diluar kewenangan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8.
(3) Dalam melaksanakan pelayanan kesehatan sebagaimana dimaksud pada Ayat (2)
harus mempertimbangkan kompetensi, tingkat kedaruratan dan kemungkinana
untuk dirujuk.
(4) Daerah yang tidak memiliki dokter sebagaimana dimaksud pada Ayat (2) adalah
kecamatan atau kelurahan/desa yang ditetapkan oleh Kepala Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota.
(5) Dalam hal daerah sebagaimana dimaksud pada Ayat (4) telah terdapat dokter,
kewenangan perawat sebagaimana dimaksud pada Ayat (2) tidak berlaku.
Pelayanan kesehatan kepada masyarakat tidak hanya didominasi oleh satu profesi
saja, sering kali terjadi dalam memberikan pelayanan membutuhkan profesi lain demi
tercapainya pelayanan yang maksimal. Tidak terkecuali perawat maupun dokter dalam
memeberikan pelayanan membutuhkan kerjasama yang baik. Ada beberapa tindakan
yang dapat dilakukan perawat dengan pelimpahan wewenang dari dokter secara sah
dan tidak melanggar hukum. Dasar dari tindakan dengan pelimpahan wewenang telah
diatur dalam Undang-Undang Praktik Kedokteran Nomor 29 Tahun 2004 Pasal 73 ;
(1) Setiap orang dilarang menggunakan identitas berupa gelar atau bentuk lain
yang menimbulkan kesan bagi masyarakat seolah-olah yang bersangkutan
adalah dokter atau dokter gigi yang telah memiliki surat tanda registrasi
dan/atau surat izin praktik.
(2) Setiap orang dilarang menggunakan alat, metode atau cara lain dalam
memberikan pelayanan kepada masyarakat yang menimbulkan kesan seolaholah
yang bersangkutan adalah dokter atau dokter gigi yang telah memiliki
surat tanda registrasi dan/atau surat izin praktik.
(3) Ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) tidak berlaku
Bagi tenaga kesehatan yang diberi kewenangan oleh peraturan
perundangundangan.
Penjelasan dari pasal 73 ;
(3) Tenaga kesehatan dimaksud antara lain bidan dan perawat yang diberi
kewenangan untuk melakukan tindakan medis sesuai dengan peraturan
perundangan-undangan.
Aturan lebih spesifik lagi terdapat dalam Permenkes Nomor 2052 Tahun 2010 Tentang
Izin Praktik Dan Pelaksanaan Praktik Kedokteran Pasal 23 ;
(1) Dokter atau dokter gigi dapat memberikan pelimpahan suatu tindakan kedokteran
atau kedokteran gigi kepada perawat, bidan atau tenaga kesehatan tertentu lainnya
secara tertulis dalam melaksanakan tindakan kedokteran atau kedokteran gigi.
(2) Tindakan kedokteran atau kedokteran gigi sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
hanya dapat dilakukan dalam keadaan di mana terdapat kebutuhan pelayanan yang
melebihi ketersediaan dokter atau dokter gigi di fasilitas pelayanan tsb.
(3). Pelimpahan tindakan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan dengan
ketentuan:
a). Tindakan yang dilimpahkan termasuk dalam kemampuan dan keterampilan
yang telah dimiliki oleh penerima pelimpahan;
b). Pelaksanaan tindakan yang dilimpahkan tetap di bawah pengawasan pemberi
pelimpahan;
c).Pemberi pelimpahan tetap bertanggung jawab atas tindakan yang
dilimpahkan sepanjang pelaksanaan tindakan sesuai dengan pelimpahan
yang diberikan;
d). Tindakan yang dilimpahkan tidak termasuk mengambil keputusan klinis sebagai
dasar pelaksanaan tindakan; dan
e). Tindakan yang dilimpahkan tidak bersifat terus menerus.