Anda di halaman 1dari 12

REGULASI ATURAN UJIAN SURAT IZIN PRAKTIK PERAWAT

DI SUSUN OLEH:
KELOMPOK 4

1. ISWAHYUDI FIRMANSYAH M. TOME (1801068)


2. SRI NURMA PIONG (1801090)
3. ARSELIA A. RUMAMBI (1801093)
4. FHARISCA R. PARANSI (1801065)
5. WANDA A. ALULU (1801087)

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKES)
MUHAMMADIYAH MANADO
T.A 2021/2022
A. Teori SIPP (Surat Izin Praktek Perawat)
Menurut konsorsium ilmu-ilmu kesehatan (1992) praktek keperawatan adalah
tindakan mandiri perawat profesional atau ners melalui kerjasama yang bersifat
kolaboratif baik dengan klien maupun tenaga kesehatan lain dalam upaya memberikan
asuhan keperawatan yang holistic sesuai dengan wewenang dan tanggung jawabnya pada
berbagai tatanan, termasuk praktik keperawatan individu dan berkelompok. Sementara
pengetahuan teoritik yang mantap dan tindakan mandiri perawat profesional dengan
menggunakan pengetahuan teoritik yang mantap dan kokoh mencakup ilmu dasar dan
ilmu keperawatan sebagai landasan dan menggunakan proses keperawatan sebagai
pendekatan dalam melakukan asuhan keperawatan (pojok keperawatan CHS, 2002).
Pelayanan keperawatan adalah suatu bentuk pelayanan profesional yang
merupakan bagian integral dari pelayanan kesehatan yang didasarkan pada ilmu dan kiat
keperawatan, berbentuk pelayanan bio-psiko-soiso-spiritual yang komprehensif, di
tujukan kepada individu, keluarga, dan masyarakat baik sakit maupun sehat yang
mencakup seluruh proses kehidupan manusia. Pelayanan keperawatan yang di berikan
berupa bantuan karena adaya kelemahan fisik dan mental, keterbatasan pengetahuan dan
kurangnya kemauan menuju kepada kemampuan melaksanakan kegiatan hidup sehari-
hari secara mandiri.
Berdasarkan undang-undang nomor 36 tahun 2009 tentang kesehatan, pasal 23
menyebutkan bahwa tenaga kesehatan mempunyai kewenangan untuk menyelenggarakan
pelayanan kesehatan dan wajib memiliki ijin (mendapatkan registrasi) dari pemerintah
yang diatur oleh peraturan menteri. Upaya pelaksanaan amanat undang-undang tersebut
selanjutnya ditetapkan dalam Peraturan Menteri Kesehatan. Adapun peraturan menteri
kesehatan yang mengatur tentang perubahan atas peraturan menteri kesehtan Nomor HK
02.02 / Menkes / 148/ 1 / 2010 tentang izin dan penyelenggaraan praktek mandiri perawat
yaitu Permenkes No.17/MenKes/2013. Dalam permenkes ini juga diatur bagaimana
perawat yang melaksanakan praktik mandiri harus bertindak sesuai dengan
kewenangannya yang ada dan sesuai dengan standar praktek keperawatan.
B. GAMBARAN PELAKSANAAN SIPP
Walaupun praktik keperawatan itu kompleks, ia juga dinamis, selalu merespon
terhadap perubahan kebutuhan kesehatan, dan terhadap kebutuhan-kebutuhan perubahan
sistem pelayanan kesehatan. Menurut WHO (1996), unsur-unsur inti keperawatan
tergambarkan dalam kegiatan kegiatan berikut :
a. Mengelola kesehatan fisik dan mental serta kesakitan, kegiatannya meliputi
pengkajian, monitoring, koordinasi dan mengelola status kesehatan setiap saat
bekerjasama dengan individu, keluarga maupun masyarakat. Perawatan mengkaji
kesehatan klien, mendeteksi penyakit yang akut atau kronis, melakukan penelitian
dan menginterpretasikannya, memilih dan memonitor interprensi tarapeutik yang
cocok, dan melakukan semua ini dalam hubungan yang suportif dan carring.
Perawat harus bisa memutuskan kapan klien dikelola sendiri dan kapan harus
dirujuk ke profesi lain.
b. Memonitor dan menjamin kualitas praktik pelayanan kesehatan. Tanggung jawab
terhadap kegiatan-kegiatan praktik professional, seperti memonitor kemampuan
sendiri, memonitor efek-efek intervensi medis, mensupervisi pekerjaan-pekerjaan
personil yang kurang terampil dan berkonsultasi dengan orang yang tepat. Karena
ruang lingkup dan kompleksitas praktik keperawatan maka diperlukan
keterampilan-keterampilan dan pemecahan masalah, berfikir kritis serta bertinfak
etis dan legal terhadap kualitas pelayanan yang diberikan dan tidak diskriminatif.
c. Memberikan bantuan dan caring. Caring adalah bagian yang terpenting dalam
praktik keperawatan. Bantuan termasuk menciptakan suasana penyembuhan,
memberikan kenyamanan membangun hubungan dengan klien melalui asuhan
keperawatan. Peran membantu seharusnya menjamin partisipasi penuh dari klien
dalam perencanaan asuhan, pencegahan, dan treatmen dan asuhan yang diberikan.
Perawat memberikan informasi penting mengenai proses penyakit, gejala-
gejalanya, dan efek samping pengobatan.
d. Penyuluhan-penyuluhan kepada individu, keluarga maupun masyarakat mengenai
masalah-masalah kesehatan adalah fungsi penting dalam keperawatan.
e. Mengorganisir dan mengola sistem pelayanan kesehatan. Perawat berpartisipasi
dalam membentuk dan mengola sistem pelayanan kesehatan, ini termasuk
menjamin kebutuhan klien terpenuhi, mengatasi kekurangan staf, menghadapi
birokrasi, membangun dan memelihara tim terapeutik, dan mendapatkan asuhan
spesialis untuk pasien. Perawat bekerja intersektoral dengan rumah sakit,
puskesmas, institusi pelayanan kesehatan lain, dan sekolah. Profesi keperawatan
harus mempengaruhi strategi kebijaksanaan kesehatan, baik tingkat local, regional
maupun internasional, aktif terlibat dalam program perencanaan, pengalokasian
dana, mengumpulkan, menganalisis dan memberikan informasi kepada semua
level.

C. Undang-Undang Praktek Keperawatan


1. Undang-Undang No. 23 tahun 1992 tentang kesehatan
a. BAB I ketentuan Umum, pasal 1 ayat 3 : Tenaga kesehatan adalah setiap orang
yang mengabdikan diri dalam bidang kesehatan serta memiliki pengetahuan dan
atau keterampilan melalui pendidikan di bidang kesehatan yang untuk jenis
tertentu memerlukan kewenangan untuk melakukan upaya kesehatan.
b. Pasal 1 ayat 4, Sarana kesehatan adalah tempat yang dipergunakan untuk
menyelenggarakan upaya kesehatan.
2. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor :
1239/MENKES/SK/XI/2001tentang Registrasi dan Praktek Perawat (sebagai revisi
dari SK No. 647/MENKES/SK/IV/2000)
3. BAB I Ketentuan Umum Pasal 1 : Dalam ketentuan menteri ini yang dimaksud
dengan :
a. Perawat adalah orang yang telah lulus pendidikan perawat baik di dalam maupun
di luar negeri sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang
berlaku.
b. Surat ijin perawat selanjutnya disebut SIP adalah bukti tertulis pemberian
kewenangan untuk menjalankan pekerjaan keperawatan diseluruh Indonesia.
c. Surat ijin kerja selanjutnya disebut SIK adalah bukti tertulis untuk menjalankan
pekerjaan keperawatan di seluruh wilayah Indonesia.
4. BAB III perizinan,
a. Pasal 8, ayat 1, 2, dan 3 :
 Perawat dapat melaksanakan praktek keperawatan pada sarana pelayanan
kesehatan, praktek perorangan atau kelompok.
 perawat yang melaksanakan praktek keperawatan pada sarana pelayanan
kesehatan harus memiliki SIK
 Perawat yang melakukan praktek perorangan/berkelompok harus memiliki
SIPP
b. Pasal 9, ayat 1
SIK sebagaimana dimaksud dalam pasal 8 ayat 2 diperoleh dengan mengajukan
permohonan kepada Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota setempat.
c. Pasal 10
SIK hanya berlaku pada 1 (satu) sarana pelayanan kesehatan.
d. Pasal 12
 SIPP sebagaimana dimaksud dalam pasal 8 ayat 3 diperoleh dengan
mengajukan permohonan kepada Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota
setempat.
 SIPP hanya diberikan kepada perawat yang memiliki pendidikan ahli madya
keperawatan atau memiliki pendidikan keperawatan dengaan kompetensi yang
lebih tinggi. Surat ijin praktek Perawat selanjutnya disebut SIPP adalah bukti
tertulis yang diberikan perawat untuk menjalankan praktek perawat.
e. Pasal 13
Rekomendasi untuk mendapatkan SIK dan atau SIPP dilakukan melalui penilaian
kemampuan keilmuan dan keterampilan bidang keperawatan, kepatuhan terhadap
kode etik profesi serta kesanggupan melakukan praktek keperawatan.
f. Pasal 15
Perawat dalam melaksanakan praktek keperawatan berwenang untuk :
 Melaksanakan asuhan keperawatan meliputi pengkajian, penetapan diagnosa
keperawatan, perencanaan, melaksanakan tindakan keperawatan dan evaluasi
keperawatan.
 Tindakan keperawatan sebagaimana dimaksud pada butir (i) meliputi:
intervensi keperawatan, observasi keperawatan, pendidikan dan konseling
kesehatan.
 Dalam melaksanakan asuhan keperawatan sebagaimana dimaksud huruf (i)
dan (ii) harus sesuai dengan standar asuhan keperawatan yang ditetapkan
organisasi profesi.
 Pelayanan tindakan medik hanya dapat dilakuakn berdasarkan permintan
tertulis dari dokter.
g. Pengecualian pasal 15 adalah pasal 20 :
 Dalam keadaan darurat yang mengancam jiwa pasien/perorangan, perawat
berwenang untuk melakukan pelayanan kesehatan diluar kewenangan
sebagaimana dimaksud dalam pasal 15.
 Pelayanan dalam keadaan darurat sebagaimana dimaksud dalam ayat 1
ditujukan untuk penyelamatan jiwa.
h. Pasal 21
 Perawat yang menjalankan praktek perorangan harus mencantum SIPP di
ruang prakteknya.
 Perawat yang menjalankan praktek perorangan tidak diperbolehkan memasang
papan praktek.
i. Pasal 31
Perawat yang telah mendapatkan SIK atau SIPP dilarang :
 Menjalankan praktek selain ketentuan yang tercantum dalam izin tersebut.
 Melakukan perbuatan bertentangan dengan standar profesi.
 Bagi perawat yang memberikan pertolongan dalam keadaan darurat atau
menjalankan tugas di daerah terpencil yang tidak ada tenaga kesehatan lain,
dikecualikan dari larangan sebagaimana dimaksud pada ayat 1 butir a.

D. Analisa Jurnal

ANALISA JURNAL 1

Judul jurnal Implementasi permenkes ri no.


Hk.02.02/menkes/148/i/2010 dan permenkes
ri nomor 17 tahun 2013 tentang perubahan
atas permenkes ri no.
Hk.02.02/menkes/148/i/2010 tentang izin dan
penyelenggaraan praktik perawat di blud rs
sekarwangi kabupaten sukabumi
Kata kunci Perawat, Permenkes RI Nomor
HK.02.02/MENKES/148/I/2010, Permenkes
RI Nomor 17 Tahun 2013
Penulis jurnal Rosliana Dewi
Latar belakang masalah Keperawatan merupakan salah satu profesi
dalam dunia kesehatan. Sebagai profesi,
pelayanan yang diberikan harus profesional,
sehingga para perawat harus memiliki
kompetensi dan memenuhi standar praktik
keperawatan, serta memperhatikan kode etik
dan moral profesi agar masyarakat menerima
pelayanan dan asuhan keperawatan yang
bermutu. Keperawatan sebagai profesi
dimanifestasikan antara lain melalui praktik
profesi yang diatur dalam suatu ketetapan
hukum, yaitu Permenkes RI Nomor
HK.02.02/MENKES/148/I/2010 dan
Permenkes RI Nomor 17 Tahun 2013 tentang
Perubahan atas Permenkes RI Nomor
HK.02.02/MENKES/148/I/2010 Tentang Izin
Dan Penyelenggaraan Praktik Perawat.
Dengan demikian diharapkan perlindungan
hukum dan masyarakat terjamin melalui
akuntabilitas perawat dalam praktik.
Tujuan penelitian untuk mengetahui bagaimana hak dan
kewajiban perawat dalam praktik
keperawatan di rumah sakit dan implementasi
Permenkes RI Nomor
HK.02.02/MENKES/148/I/2010 dan
Permenkes RI Nomor 17 Tahun 2013 tentang
Perubahan atas Permenkes RI Nomor
HK.02.02/MENKES/148/I/2010 Tentang Izin
Dan Penyelenggaraan Praktik Perawat.
Metodologi penelitian metode penelitian yuridis normatif yaitu
dengan melakukan penelaahan hukum melalui
studi kepustakaan dan wawancara untuk
memperoleh data sekunder dan primer.
Hasil penelitian Perawat berkewajiban memiliki STR, SIKP
dan SIPP, menghormati hak pasien,
melakukan rujukan, menyimpan rahasia
sesuai dengan peraturan perundang-undangan,
memberikan informasi tentang masalah
kesehatan pasien/klien dan pelayanan yang
dibutuhkan, meminta persetujuan tindakan
keperawatan yang akan dilakukan, melakukan
pencataran asuhan keperawatan secara
sitematis dan mematuhi standar. Permenkes
RI No 148 Tahun 2010 dan Permenkes RI No
17 Tahun 2013 belum sepenuhnya dapat
melindungi perawat secara hukum karena
kedudukan Permenkes masih lemah dalam
hirarki hukum dibandingkan dalam bentuk
Undang-Undang sedangkan implementasinya
di BLUD RS Sekarwangi Kabupaten
Sukabumi belum berjalan dengan baik.
Kelebihan penelitian Memaparkan secara jelas dan lengkap latar
belakang dari permasalahan mengapa
dibuatnya implementasi permenkes ri no.
Hk.02.02/menkes/148/i/2010 dan permenkes
ri nomor 17 tahun 2013 tentang perubahan
atas permenkes ri no.
Hk.02.02/menkes/148/i/2010 tentang izin dan
penyelenggaraan praktik perawat di blud rs
sekarwangi kabupaten sukabumi
Kekurangan penelitian Tidak dilengkapi dengan pengimplementasian
ke dalam bahasa pemrograman
pengaplikasian.
Manfaat penelitian Perawat dapat memiliki kompetensi dan
memenuhi standar praktik keperawatan, serta
memperhatikan kode etik dan moral profesi.
Hal ini dimanifestasikan melalui praktik
profesi yang diatur dalam suatu ketetapan
hukum, yaitu Permenkes RI Nomor
HK.02.02/MENKES/148/I/2010 dan
Permenkes RI Nomor 17 Tahun 2013 tentang
Perubahan atas Permenkes RI Nomor
HK.02.02/MENKES/148/I/2010 Tentang Izin
Dan Penyelengaraan Praktik Perawat.
Sehingga diharapkan perlindungan hukum
dan masyarakat terjamin melalui akuntabilitas
perawat dalam praktik. Permenkes ini perlu
diimplementasikan di setiap rumah sakit
termasuk BLUD RS Sekarwangi Kabupaten
Sukabumi.
ANALISA JURNAL 2

Judul jurnal Izin praktek keperawatan mandiri sebagai


pelaksana fungsi
Perawat dalam upaya pelayanan kesehatan
masyarakat
Dihubungkan dengan uu kesehatan no. 36
tahun 2009
Kata kunci Praktek keperawatan mandiri, Fungsi
perawat, UU Kesehatan
Penulis jurnal Aceng Ali Awaludin
Latar belakang masalah Kesehatan merupakan hak semua orang dan
wajib diperjuangkan oleh siapa pun demi
mencapai kesehatan yang diharapkan untuk
memenuhi B hajat hidupnya. Pasal 23 ayat 2
UU Kesehatan No.36 tahun 2009
menerangkan bahwa tenaga kesehatan
berwenang untuk menyelenggarakan
pelayanan kesehatan. Termasuk dalam hal ini
perawat yang merupakan bagian dari tenaga
kesehatan berhak memberikan pelayanan
kesehatan dalam segala upaya kesehatan.
Pelayanan kesehatan masyarakat merupakan
fungsi dari profesi perawat.
Pelayanan kesehatan diselenggarakan dengan
kewajiban memiliki izin dari pemerintah yang
tertuang dalam Pasal 23 Ayat 3 UU
Kesehatan No.36 tahun 2009. Dalam hal ini
Ketentuan mengenai perizinan sebagaimana
dimaksud pada ayat (3) diatur dalam
Peraturan Menteri. Pemerintah dalam hal ini
wajib untuk membenahi sistem aturan
perizinan harus melakukan perubahan yang
memberikan keadilan bagi semua tenaga
kesehatan. Izin pemerintah haruslah bersih
dari unsur politik dan rumitnya birokrasi.
Tujuan penelitian Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk
mengetahui keadaan jalannya praktek perawat
mandiri serta akibat dari adanya praktek
tersebut, serta untuk mengetahui batasan-
batasan praktek perawat mandiri agar sejalan
dengan praktek dokter dan tidak merugikan
profesi bidang kesehatan yang lain.
Metodologi penelitian Jenis penelitian ini menggunakan metode
kualitatif melalui pendekatan induktif secara
deskriptif untuk menjelaskan fenomena-
fenomena yang terjadi, serta hubungan dan
pengaruh antar fenomena yang satu dengan
atau terhadap yang lain. Adapun teknik
analisis data yang digunakan adalah
kredibilitas, transferabilitas, dependabilitas,
dan konfirmabilitas untuk mendapatkan data
yang lebih obyektif dengan tingkat validitas
yang tinggi.
Hasil penelitian Hasil penelitian menyimpulkan, bahwa
peraturan Praktek Keperawatan Mandiri di
Sarana Pelayanan Kesehatan Puskesmas atau
Rumah Sakit, khususnya di Kabupaten Garut,
sudah dilaksanakan sebagaimana mestinya, di
antaranya pemberlakukan perizinan SIP, SIK,
dan SIPP, serta telah memiliki Kode Etik
Profesi sehingga mampu menerapkan SOP
sebagaimana mestinya, dan bersedia
meningkatkan kemampuan dan kualitas
profesionalnya sebagai perawat dalam kondisi
dan situasi apapun. Para perawat juga telah
mampu dan mendapat kewenangan untuk
melakukan tindakan keperawatan secara
komplementer untuk menggantikan ketiadaan
dokter atau tenaga medis lain dalam kondisi
darurat tertentu, serta sudah mampu
mengimplementasikan aspek manajemen
keperawatan melalui perencanaan program
kesehatan di wilayah kerjanya, serta
melaksanakan tindakan keperawatan sesuai
dengan kewenangannya. Selain itu,
pengawasan terhadap Kewenangan Praktek
Keperawatan Mandiri dihubungkan dengan
UU No. 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan
menunjukkan, bahwa para perawat yang
sudah mendapatkan kewenangan praktek
mandiri sebagian besar telah melakukan
registrasi dan mendapatkan lisensi dan
legalitas atau kepastian hukum dengan
penatalaksanaan yang objektif sesuai
bidangnya
Kelebihan penelitian Memaparkan secara jelas dan lengkap latar
belakang tentang izin praktek keperawatan
mandiri sebagai pelaksana fungsi perawat
dalam upaya pelayanan kesehatan masyarakat
dihubungkan dengan uu kesehatan no. 36
tahun 2009
Kekurangan penelitian Tidak terlalu memaparkan tentang fungsi
perawat ke dalam penelitian sesuai dengan
kata kumci yang telah dipaparkan oleh
peneliti.
Manfaat penelitian Para perawat juga telah mampu dan mendapat
kewenangan untuk melakukan tindakan
keperawatan secara komplementer untuk
menggantikan ketiadaan dokter atau tenaga
medis lain dalam kondisi darurat tertentu,
serta sudah mampu mengimplementasikan
aspek manajemen keperawatan melalui
perencanaan program kesehatan di wilayah
kerjanya, serta melaksanakan tindakan
keperawatan sesuai dengan kewenangannya.
Selain itu, pengawasan terhadap Kewenangan
Praktek Keperawatan Mandiri dihubungkan
dengan UU No. 36 Tahun 2009 tentang
Kesehatan

E. Kesimpulan
Perawat berkewajiban memiliki STR, SIKP dan SIPP, menghormati hak pasien,
melakukan rujukan, menyimpan rahasia sesuai dengan peraturan perundang-undangan,
memberikan informasi tentang masalah kesehatan pasien/klien dan pelayanan yang
dibutuhkan, meminta perseyujuan tindakan keperawatan yang akan dilakukan, melakukan
pencataran asuhan keperawatan secara sitematis dan mematuhi standar.
Studi ini memberikan wawasan, informasi, dan pemahaman tentang penerapan
ijin dan penyelenggaraan praktik perawat yang pada gilirannya memberikan pemahaman
yang luas dan dalam bagi perawat tentang pelaksanaan terhadap permenkes tersebut.
Implikasi pada bidang keperawatan dan kesehatan umumnya, studi ini menyediakan
informasi penting bagi perawat dan penyedia pelayanan kesehatan lainnya tentang
pentingnya proses registrasi, ijin dan penyelenggaraan praktik perawat, dan apa yang
perawat harus lakukan dalam proses perijianan dan penyelenggaraan praktik perawat.
DAFTAR REFERENSI

https://scholar.google.co.id/scholar?
hl=id&as_sdt=0%2C5&q=JURNAL+REGULASI+ATURAN+SIPP+KEPERAWATAN&btnG=
https://www.researchgate.net/profile/Rosliana
https://www.jurnalskhg.ac.id/index.php/medika/article/view/50
https://simdos.unud.ac.id/uploads/file_penelitian_1_dir/0826513e7e30ec8972123207b0bdefd6.p
df

Anda mungkin juga menyukai