Anda di halaman 1dari 9

HUBUNGAN KEPEMIMPINAN DAN SUPERVISI

DENGAN KINERJA PERAWAT PELAKSANA


DALAM PENDOKUMENTASIAN ASUHAN KEPERAWATAN
Mursidah Dewi*, Riska Zestin**

ABSTRAK

Kinerja perawat dalam Pelayanan keperawatan dapat dilihat dari terpenuhinya karakteristik proses
keperawatan yang tergambar antara lain pada dokumentasi proses keperawatan. Pendokumentasian yang
baik membutuhkan sistem manajerial keperawatan yang tepat. Kondisi ini tentu perlu didukung oleh
seorang pimpinan yang mempunyai kemampuan manajerial diantaranya kepemimpinan dan supervisi
untuk melaksanakan fungsi organisasi dalam aktivitas-aktivitas keperawatan. Penelitian ini merupakan
penelitian kuantitatif yang bertujuan untuk mengetahui hubungan antara variabel kepemimpinan dan
supervisi dengan kinerja perawat dalam pendokumentasian asuhan keperawatan. Penelitian ini
dilaksanakan di RSUD H. Hanafie Muara Bungo dengan jumlah sampel sebanyak 70 perawat pelaksana.
Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan kuesioner dan observasi langsung. Hasil penelitian
menunjukkan ada hubungan yang bermakna antara kepemimpinan dan supervisi dengan kinerja perawat
dalam pendokumentasian asuhan keperawatan (p value < 0,05). Hasil penelitian ini diharapkan menjadi
masukan bagi jajaran manajerial keperawatan dan perawat pelaksana untuk mengoptimalkan perannya
agar dapat memberikan kinerja yang baik dalam pendokumentasian asuhan keperawatan.

Hubungan Kepemimpinan dan Supervisi Dengan Kinerja Perawat Pelaksana 13


Dalam Pendokumentasian Asuhan Keperawatan
Mursidah Dewi, Riska Zestin
PENDAHULUAN untuk menentukan kebutuhan pengembangan
Rumah sakit merupakan organisasi SDM. Individu sendiri yaitu perawat dengan
formal pemberi pelayanan kesehatan penilaian kinerja akan mengetahui tingkat
profesional yang di dalamnya terdapat visi, kinerja sehingga terpacu untuk meningkatkan
misi, tujuan dan struktur manajemen yang kinerja. Perawat yang merupakan tenaga
jelas serta berorientasi pada pelayanan kesehatan, mempunyai waktu relatif lebih
kesehatan yang ditujukan kepada masyarakat lama dalam berinteraksi dengan pasien,
luas. Rumah sakit sebagai organisasi tidak karena selama 24 jam sehari perawat
dapat mengabaikan Sumber Daya Manusia memberikan pelayanan. Perawat dituntut
(SDM) sebagai penggerak sistem dalam untuk memberikan pelayanan keperawatan
organisasi serta bagaimana perilaku yang bermutu, dilandasi pengetahuan dan
organisasi dari SDM itu sendiri. SDM di ketrampilan profesional serta berpegang pada
rumah sakit didominasi oleh perawat dari etika keperawatan untuk meningkatkan
segi jumlah yaitu sekitar 40 – 60 % kinerjanya. Pelayanan keperawatan yang
(Swansburg, 2000), sedangkan pelayanan diberikan oleh perawat diharapkan dapat
keperawatan menurut Gilles (1996) sangat memberikan perasaan aman dan nyaman
menentukan kualitas pelayanan kesehatan di kepada klien serta memberikan pengaruh
rumah sakit secara keseluruhan. positif terhadap penyembuhan sakitnya.
Perawat sebagai tenaga kesehatan di Penilaian kinerja perawat dapat dinilai
rumah sakit merupakan sumber daya penting dari hasil yang dicapai perawat dalam
untuk ambil bagian dalam memberikan memberikan asuhan keperawatan, baik
jaminan mutu layanan kesehatan. melalui pengamatan langsung saat proses
Keperawatan sebagai bentuk pelayanan pemberian asuhan keperawatan atau melalui
profesional dilakukan oleh perawat dokumentasi asuhan keperawatan. Hasibuan
berdasarkan standar profesi untuk (2003) mengemukakan perilaku perawat
memastikan pelayanan yang kompeten dan pelaksana dapat dinilai melalui prestasi kerja,
aman kepada masyarakat. Potter dan Perry tanggung jawab, ketaatan, kejujuran, dan
(2004) menyebutkan bahwa keperawatan kerja sama. Hasil kerja perawat pelaksana
memegang peranan penting dalam dapat dinilai melalui dokumentasi asuhan
menyediakan pelayanan kesehatan keperawatan yang telah diberikan kepada
berkualitas bagi masyarakat berdasarkan pasien dibandingkan dengan standar yang
standar profesi untuk dapat memberikan telah ditetapkan.
jaminan keamanan kepada masyarakat Kinerja perawat dalam Pelayanan
sebagai penerima layanan. keperawatan dapat dilihat dari terpenuhinya
Kualitas pelayanan keperawatan yang karakteristik proses keperawatan yang
diberikan oleh perawat dapat diketahui tergambar antara lain pada dokumentasi
melalui suatu evaluasi yaitu penilaian kinerja. proses keperawatan. Penilaian kinerja
Penilaian kinerja dilakukan berdasarkan perawat melalui dokumentasi dapat
prinsip dan standar profesi sehingga dapat dilakukan penilaian secara objektif dengan
menggambarkan hasil kegiatan perawat. metode penerapan dan instrumen penilaian
Swansburg (2000) menyebutkan bahwa yang baku instrumen evaluasi penerapan
penilaian kinerja perawat merupakan proses standar asuhan keperawatan yang terdiri dari
kontrol kualitas pelayanan keperawatan : 1) instrumen studi dokumentasi penerapan
berdasarkan standar-standar tertentu. Gillies standar asuhan keperawatan yang disebut
(1996) menyebutkan prinsip-prinsip untuk instrumen A, 2) instrumen evaluasi persepsi
mengevaluasi bawahan antara lain didasarkan pasien terhadap mutu asuhan keperawatan
pada standar pelaksanaan kerja dan sampel dirumah sakit yang disebut instrumen B, 3)
tingkah laku perawat yang cukup. Penilaian instrumen observasi pelaksanaan tindakan
kinerja perawat yang dilakukan dengan baik keperawatan dirumah sakit yang disebut
diharapkan dapat bermanfaat bagi organisasi instrumen C (DepKes, 2001).
dan individu perawat. Dokumentasi keperawatan sangat
Informasi yang diperoleh dari penilaian penting bagi perawat, dokumentasi adalah
kinerja dapat digunakan oleh organisasi bagian dari keseluruhan tanggung jawab

14 Jurnal Managemen Keperawatan . Volume 2, No. 1, Mei 2014; 13-21


perawat untuk perawatan pasien. Catatan mempunyai kemampuan manajerial dan
klinis memfasilitasi keseluruhan pelayanan kepemimpinan yang handal untuk
yang diberikan pada pasien dan membantu melaksanakan fungsi organisasi dalam
mengkoordinasikan pengobatan dan evaluasi aktivitas-aktivitas keperawatan (Swansburg,
pasien (Patricia, 2004). Dokumentasi proses 2000).
asuhan keperawatan merupakan tampilan Kepala ruangan merupakan atasan
perilaku atau kinerja perawat pelaksana langsung dari perawat pelaksana di ruang
dalam memberikan proses asuhan perawatan pasien. Kepemimpinan seorang
keperawatan kepada pasien selama pasien kepala ruangan merupakan suatu kemampuan
dirawat di rumah sakit. Kualitas dan ketrampilan yang dapat mempengaruhi
pendokumentasian keperawatan dapat dilihat perawat untuk melaksanakan tugas dan
dari kelengkapan dan keakuratan menuliskan tanggung jawabnya dalam memberikan
proses asuhan keperawatan yang diberikan pelayanan asuhan keperawatan untuk
kepada pasien. Sitorus (2006) menguraikan memberikan pelayanan terbaik bagi pasien
proses keperawatan merupakan metode yang (Suyanto, 2009). Kepemimpinan dalam
sistematis dalam memberikan asuhan pendokumentasian asuhan keperawatan
keperawatan, yang terdiri atas lima langkah, merupakan penerapan pengaruh dan
yaitu pengkajian, diagnosis keperawatan, bimbingan yang ditujukan kepada semua
perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi yang perawat untuk menciptakan kepercayaan
perlu didokumentasikan secara lengkap. dan ketaatan sehingga timbul kesediaan
Dampak ketidaklengkapan dokumentasi mencatat dan melaksanakan tugas dalam
asuhan keperawatan dapat mengundang rangka mencapai tujuan bersama secara
permasalahan hukum terutama bila perawat efektif dan efisien.
melakukan kesalahan maupun kelalaian yang Salah satu bentuk kegiatan yang
menimbulkan kerugian bagi pasien. dilakukan kepala ruangan yaitu melalui
Dokumentasi yang tidak lengkap juga dapat supervisi. Supervisi yang dilakukan kepala
menyebabkan asuhan keperawatan yang ruangan berperan untuk mempertahankan
dilakukan tidak komprehensif, asuhan segala kegiatan yang telah dijadwalkan dapat
keperawatan menjadi terputus-putus, terjadi dilaksanakan sesuai standar. Supervisi yang
pengulangan tugas-tugas baik yang bersifat dilakukan diharapkan dapat menjadikan
keperawatan langsung maupun tidak setiap orang fokus mengerjakan tugas mereka
langsung, melambatnya pemulihan dan masing-masing merupakan suatu kegiatan
secara tidak langsung dapat menimbulkan untuk mengembangkan profesionalisme
komplikasi yang seharusnya dapat dihindari perawat (Karvinen & Hyrkas, 2008).
(Perry&Potter, 2005). Tidak adanya kontrol Cutcliff & Hyrcas (2006) menyatakan
pendokumentasian yang benar, juga dapat supervisi dalam pelayanan keperawatan
berdampak pada pelayanan yang diberikan bertujuan menjaga dan meningkatkan
kepada pasien akan cenderung kurang baik kualitas dan mensosialisasikan standar
dan dapat merugikan pasien. pelayanan. Hasil penelitian menunjukkan ada
Pengelolaan pelayanan asuhan peningkatan yang bermakna (18,5%) pada
keperawatan terutama dalam motivasi kerja dan kinerja perawat setelah
pendokumentasian asuhan keperawatan disupervisi oleh kepala ruang yang telah
membutuhkan sistem manajerial keperawatan dilatih dan dibimbing melalui kegiatan
yang tepat untuk mengarahkan seluruh supervisi (Saefulloh, 2009).
sumber daya keperawatan dalam Berdasarkan data yang berhubungan
menghasilkan pelayanan keperawatan yang dengan pelaksanaan pendokumentasian
prima dan berkualitas. Manajemen proses asuhan keperawatan di ruang rawat
keperawatan merupakan koordinasi dan inap Rumah sakit Dr.Haniafie Muaro Bungo
integrasi dari sumber-sumber keperawatan yang diperoleh dari bidang keperawatan
dengan menerapkan proses manajemen untuk tercatat rata-rata angka ketidaklengkapan
mencapai tujuan pelayanan keperawatan dokumentasi asuhan keperawatan yaitu
(Marquis & Huston, 2010). Kondisi ini tentu dokumentasi pengkajian 71,22%,
perlu didukung oleh seorang pimpinan yang dokumentasi diagnosa keperawatan 89,74%,

Hubungan Kepemimpinan dan Supervisi Dengan Kinerja Perawat Pelaksana 15


Dalam Pendokumentasian Asuhan Keperawatan
Mursidah Dewi, Riska Zestin
Dokumentasi perencanaan 83,31%, Pengumpulan data dilakukan dengan
dokumentasi implementasi 58,18%, evaluasi menggunakan kuesioner atau daftar
78,09% dan dokumentasi catatan pertanyaan yang terstruktur untuk variabel
perkembangan 77,34%. Hasil penilaian kepemimpinan dan supervisi kepala ruangan,
insidental pada bulan september Nopember yang diukur berdasarkan persepsi perawat
2013, dari 15 rekam medik pasien yang pelaksana. Observasi dilakukan pada perawat
diambil di salah satu ruangan, didapatkan pelaksana untuk pengumpulan data variabel
nilai dokumentasi proses asuhan keperawatan kinerja dalam pendokumentasian asuhan
80% pasien tidak secara menyeluruh keperawatan.
didokumentasikan sesuai dengan format yang
tersedia, hanya 20% pasien yang HASIL
didokumentasikan. Kondisi ini juga diikuti 1. Analisis univariat
oleh belum adanya sosialisasi SAK dan a. Gambaran Kepemimpinan
evaluasi dokumentasi proses asuhan Kepemimpinan dikelompokkan menjadi
keperawatan secara rutin oleh pihak dua kategori yaitu efektif dan kurang
manajemen maupun oleh kepala ruang, efektif berdasarkan nilai mean (6.45).
Pencatatan yang dilakukan oleh perawat juga Hasil analisis dapat dilihat pada tabel 2.
masih berbeda-beda dengan format
dokumentasi yang sama. Tabel 2
Distribusi Frekuensi Kepemimpinan
METODE (n= 70)
Penelitian ini merupakan penelitian Variabel Frekuensi Prosentase
kuantitatif dengan pendekatan cross sectional (%)
untuk melihat keadaan variabel Kepemimpinan
kepemimpinan, supervisi dan kinerja perawat Kurang efektif 42 60
dalam pendokumentasian asuhan Efektif 28 40
keperawatan secara bersamaan. Penelitian ini Total 70 100
bertujuan menganalisis hubungan antara
kepemimpinan dan supervisi kepala ruang Hasil penelitian menunjukkan sebagian
dengan kinerja perawat pelaksana dalam besar perawat pelaksana (60%) menyatakan
pendokumentasian asuhan keperawatan. kepemimpinan yan kurang efektif dan 28
Penelitian ini dilakukan di RSUD H.Hanafie perawat pelaksana (40%) menyatakan
Muara Bungo Jambi. Sampel pada penelitian kepemimpinan yang efektif.
ini yaitu 70 perawat pelaksana yang sesuai
dengan kriteia penelitian. b. Gambaran Supervisi
Jumlah sampel untuk setiap ruang Supervisi dikelompokkan menjadi dua
berdasarkan proportional random sampling kategori yaitu efektif dan kurang efektif
dapat dilihat pada tabel berikut: berdasarkan nilai mean (7). Hasil analisis
Tabel 1. dapat dilihat pada tabel 3.
Distribusi Responden
No Ruangan Jumlah Sampel Tabel 3
1 Kebidanan 12 Distribusi Frekuensi Supervisi
2 Anak 8 (n= 70)
3 PRT 4 Variabel Frekuensi Prosentase
4 Bedah 8 (%)
5 Interne 8 Supervisi
6 Vip A 4 Kurang efektif 40 57.1
7 Vip B 5 Efektif 30 42.9
8 Vip C 7 Total 70 100
9 Vip D 7
10 IRNA 7 Hasil penelitian menunjukkan sebagian
Total 70 perawat pelaksana (50.1%) menyatakan

16 Jurnal Managemen Keperawatan . Volume 2, No. 1, Mei 2014; 13-21


supervisi yang kurang efektif dan 30 perawat Hasil observasi menunjukkan
pelaksana (42,9%) menyatakan perencanaan yang dituliskan belum
kepemimpinan yang efektif. disusun berdasarkan prioritas. Tidak
dituliskan rumusan tujuan dan rencana
c. Gambaran Kinerja Perawat dalam tindakan yang dituliskan sama sampai
pendokumentasian asuhan keperawatan pasien pulang.
Kinerja perawat pelaksana dalam 4) Dokumentasi tindakan keperawatan
pendokumentasian asuhan keperawatan Hasil observasi menunjukkan 65%
dikelompokkan menjadi dua kategori yaitu tindakan keperawatan yang dilakukan
kurang baik dan baik berdasarkan nilai mean belum mengacu pada rencana
(13.54). Hasil analisis dapat dilihat pada keperawatan yang telah dirumuskan.
tabel 4. Tindakan keperawatan yang dilakukan
belum mencerminkan tindakan
Tabel 4 keperawatan langsung.
Distribusi Frekuensi Kinerja Perawat 5) Dokumentasi evaluasi keperawatan
Pelaksana Dalam Pendokumentasian Hasil observasi diketahui 60% perawat
Asuhan Keperawatan belum membuat evaluasi. Evaluasi yang
(n= 70) dibuat tidak berdasarkan tujuan yang
Variabel Frekuensi Prosentase ingin dicapai selama asuhan
(%) keperawatan diberikan. Keadaan ini
Kinerja disebabkan oleh perawat pada saat
Kurang baik 38 54.3 merumuskan diagnosa keperawatan
Baik 32 45.7 tidak membuat tujuan serta standar yang
Total 70 100 harus dicapai.
6) Dokumentasi catatan perkembangan
Hasil penelitian menggambarkan Hasil observasi diketahui sebagian besar
sebagian perawat pelaksana (54.3%) perawat tidak membuat catatan
memiliki kinerja yang kurang baik dalam perkembangan pasien, catatan hanya
pendokumentasian asuhan keperawatan dan dibuat pada saat pasien akan pulang
32 perawat pelaksana (45.7%) memiliki yang belum mencerminkan komponen
kinerja yang baik dalam pendokumentasian SOAP/SOAPIER.
asuhan keperawatan.
Hasil observasi diketahui kinerja Secara keseluruhan, berdasarkan hasil
perawat dalam pendokumentasian asuhan observasi juga diketahui setiap melakukan
keperawatan berdasarkan proses keperawatan tindakan/kegiatan keperawatan baik langsung
sebagai berikut : maupun tidak langsung, aktivitas yang telah
1) Dokumentasi pengkajian keperawatan dilakukan tidak segera didokumentasikan
57% format pengkajian yang tersedia oleh perawat. Pendokumentasian belum
tidak diisi dengan lengkap. Tidak ada mencantumkan secara lengkap nama jelas,
pengelompokkan data (bio-psiko-sosial- paraf perawat serta tanggal dan jam
spiritual). dilakukan tindakan.
2) Dokumentasi Diagnosa Keperawatan
70% diagnosa keperawatan belum 2. Analisis Bivariat
mencerminkan komponen PES/PE, a. Hubungan kepemimpinan dengan
diagnosa yang dirumuskan juga belum kinerja perawat pelaksana dalam
mencerminkan adanya analisis terkait pendokumentasian asuhan keperawatan.
masalah aktual/potensial. Diagnosa
keperawatan yang dituliskan hanya
berdasarkan diagnosa awal pasien
masuk, tidak ada perubahan diagnosa
sampai pasien pulang.
3) Dokumentasi perencanaan keperawatan

Hubungan Kepemimpinan dan Supervisi Dengan Kinerja Perawat Pelaksana 17


Dalam Pendokumentasian Asuhan Keperawatan
Mursidah Dewi, Riska Zestin
Tabel 5. dapat berbuat sesuatu untuk mencapai tujuan
Hubungan Kepemimpinan dengan organisasi (Suyanto, 2009). Sebagai seorang
Kinerja Perawat dalam pemimpin, kepala ruang harus memahami
Pendokumentasian Asuhan Keperawatan benar apa yang akan dan harus dilakukan
(n=70) dalam menerapkan kemampuan
Kinerja Perawat dlm kepemimpinannya untuk
Pendokumentasian Asuhan pv mengkomunikasikan bagaimana
Variabel Keperawatan
Kurang Baik Total
pendokumentasian seharusnya dilakukan oleh
N % n % N % perawat pelaksana.
Kepemimpinan Didalam menjalankan peran
Kurang Efektif 30 71,4 12 28,6 42 60 0,001* kepemimpinan seorang kepala ruang,
Efektif 8 28,6 20 71,4 28 40 dibutuhkan interaksi dengan perawat
*Bermakna pada α 0,05 pelaksana yang salah satunya dilakukan
melalui komunikasi (Huber, 2010). Saat ini
Tabel 5. menunjukkan dengan diperlukan pengembangan peran manajer
kepemimpinan yang kurang efektif maka keperawatan yang tidak hanya
kinerja perawat pelaksana dalam mengembangkan pemberian pelayanan
pendokumentasian asuhan keperawatan keperawatan secara khusus tetapi juga
kurang (71,4%), proporsi ini lebih besar kemampuan mengkomunikasikan berbagai
dibandingkan dengan perawat pelaksana kepentingan perawat dalam pengembangan
yang menyatakan kepemimpinan efektif institusi rumah sakit melalui pencapaian visi
(28,6%).Hasil analisis bivariat didapat p rumah sakit, salah satunya bagaimana
value 0,001 ( p value < 0,05 ), Ada mengkomunikasikan pentingnya
hubungan yang bermakana kepemimpinan pendokumentasian asuhan keperawatan
dengan kinerja perawat pelaksana dalam sebagai salah satu bentuk kinerja perawat
pendokumentasian asuhan keperawatan pelaksana.
Manajer keperawatan harus menyadari
b. Hubungan supervisi dengan kinerja bahwa gaya kepemimpinannya memainkan
perawat dalam pendokumentasian peran yang sangat besar dalam memberikan
asuhan keperawatan dukungan dan membentuk komitmen positif
Hasil penelitian menunjukkan dengan perawat di setiap unit keperawatan ( Huber,
supervisi yang kurang efektif maka kinerja 2006). Seorang manajer keperawatan dalam
perawat pelaksana dalam pendokumentasian hal ini kepala ruangan harus mampu
asuhan keperawatan kurang (72,5%), membuat individu siap sedia menjalankan
proporsi ini lebih besar dibandingkan dengan tugasnya. Dengan kemampuan
perawat pelaksana yang menyatakan kepemimpinannya sebagai pemimpin dan
supervisi efektif (27,5%).Hasil analisis pengelola, kepala ruangan dapat menerapkan
bivariat didapat p value 0,002 ( p value < cara-cara dan teknik manajemen yang dapat
0,05 ), Ada hubungan yang bermakana membantu mencapai kinerja
supervisi dengan kinerja perawat pelaksana pendokumentasian asuhan keperawatan yang
dalam pendokumentasian asuhan efisien dan efektif sesuai dengan kepentingan
keperawatan organisasi berupa indoktrinasi terhadap
filosofi, kebijakan dan standar asuhan
DISKUSI keperawatan yang dimiliki.
Hasil penelitian menunjukkan ada Hasil penelitian lebih lanjut juga
hubungan yang bermakna antara diketahui bahwa terdapat hubungan yang
kepemimpinan dengan kinerja perawat bermakna antara supervisi dan kinerja
pelaksana dalam pendokumentasian asuhan perawat dalam pendokumentasian asuhan
keperawatan (p value 0,001). Kepemimpinan keperawatan (p value 0,002).
merupakan kemampuan dan kesiapan yang Marquis & Huston (2010)
dimiliki seseorang untuk dapat mengemukakan bahwa supervisi adalah
mempengaruhi, mendorong, mengajak, suatu aktivitas pembinaan yang direncanakan
menuntun, menggerakkan orang lain agar untuk membantu tenaga keperawatan dalam

18 Jurnal Managemen Keperawatan . Volume 2, No. 1, Mei 2014; 13-21


melakukan pekerjaan mereka secara efektif. Untuk memastikan bahwa perawat
supervisi merupakan bagian yang penting melaksanakan pendokumentasian dengan
dalam manajemen serta keseluruhan baik, seorang kepala ruangan harus mampu
tanggung jawab pemimpin. Kepala ruangan memimpin, meminta, meyakinkan, mendesak
sebagai ujung tombak tercapainya tujuan dan membujuk perawatnya untuk melakukan
pelayanan keperawatan di rumah sakit harus apa yang seharusnya dikerjakan, mencatat
mempunyai kemampuan melakukan supervisi apa yang sudah dikerjakan, tidak bergantung
untuk mengelola asuhan keperawatan. kepada kapan mereka mau melakukannya
Supervisi yang dilakukan secara tetapi pada kapan klien dan rekan kerja
langsung memungkinkan manajer memerlukan bantuan mereka, tidak
keperawatan menemukan berbagai berdasarkan atas kesukaan mereka tetapi
hambatan/permasalahan dalam pelaksanaan pada apa yang seharusnya dilakukan demi
asuhan keperawatan di ruangan dengan tercapainya tujuan asuhan keperawatan.
memandang secara menyeluruh faktor-faktor Pemahaman dan kemampuan kepala
yang mempengaruhi dan bersama dengan ruangan melakukan supervisi juga perlu
perawat pelaksana untuk mencari jalan dikembangkan. Kepala ruangan perlu
pemecahannya. meningkatkan pengetahuan, keterampilan,
Pelaksanaan supervisi kepala ruangan dan kemampuan karena selalu ada cara yang
harus terjadwal dan terprogram dan bila lebih baik untuk meningkatkan produktivitas
dilakukan secara terus menerus dapat kerja yang dapat meningkatkan produktivitas
memastikan pelaksanaan asuhan keperawatan organisasi secara keseluruhan. Meningkatkan
sesuai standar praktik keperawatan. Oleh kemampuan dalam melaksanakan fungsi
karena itu, Swansburg (2000) menyatakan supervisi dapat dilakukan melalui pelatihan
seorang manajer keperawatan harus ataupun self education. Melaksanakan
mempunyai kemampuan manajerial yang kegiatan supervisi secara terprogram dan
handal untuk melaksanakan supervisi dan terjadwal juga dapat dilakukan untuk
dapat menjalankan peran sebagai perencana, meningkatkan kinerja perawat pelaksana
pengarah, pelatih, dan penilai. dalam pendokumentasian asuhan
Supervisi keperawatan menjadi salah keperawatan.
satu solusi untuk meningkatkan Melalui supervisi yang baik, perawat
pendokumentasian asuhan keperawatan pelaksana akan memperoleh dorongan yang
pasien. Supervisi keperawatan mempunyai positif sehingga mau belajar dan
manfaat terhadap asuhan keperawatan secara meningkatkan kemampuan profesionalnya.
umum, dan merupakan variabel dominan Disisi lain seorang kepala ruangan
yang berhubungan dengan kualitas diharapkan dapat menempatkan diri dan
dokumentasi proses keperawatan (Lusianah, menampakkan diri diri sebagai pembimbing
2008). Farida (2001) dalam penelitiannya yang memiliki kemampuan untuk siap
menyatakan bahwa 49,5% proses mendengar dan berdiskusi mengatasi masalah
keperawatan tidak diterapkan dengan baik di pendokumentasian asuhan asuhan
rumah sakit sehingga menyebabkan keperawatan yang muncul.
penyelesaian masalah keperawatan pasien
tidak tuntas diselesaikan. KESIMPULAN
Peningkatan keterampilan perawat untuk Terdapat hubungan yang bermakna
mendokumentasikan asuhan keperawatan antara kepemimpinan dan supervisi dengan
pasien tidak terlepas dari kemampuan kinerja perawat pelaksana dalam
supervisor dalam hal ini kepala ruangan pendokumentasian asuhan keperawatan
dalam melaksanakan supervisi dengan tepat,
disamping peningkatan kemampuan diri SARAN
perawat tersebut. Kepala ruangan sebagai Bagi Kepala Ruangan, Mengaplikasikan
ujung tombak tercapainya tujuan pelayanan kemampuan kepemimpinannya sebagai
keperawatan harus mampu mempertahankan pemimpin dan pengelola dengan menerapkan
agar segala kegiatan yang telah terprogram cara-cara dan teknik manajemen yang dapat
dapat dilaksanakan dengan baik dan lancar. membantu mencapai kinerja

Hubungan Kepemimpinan dan Supervisi Dengan Kinerja Perawat Pelaksana 19


Dalam Pendokumentasian Asuhan Keperawatan
Mursidah Dewi, Riska Zestin
pendokumentasian asuhan keperawatan yang Farida (2001). Analisa Faktor-Faktor yang
efisien dan efektif. Meningkatkan Berhubungan dengan Pelaksanaan
kemampuan dalam melaksanakan fungsi Proses Keperawatan di Ruang Rawat
supervisi melalui pelatihan ataupun self Inap RS. Jantung Harapan Kita, Depok;
education. Melaksanakan kegiatan supervisi Tesis Magister FIK UI. Tidak
secara terprogram dan terjadwal untuk Dipublikasikan.
meningkatkan kinerja perawat pelaksana Gillies. (1996). Manajemen
dalam pendokumentasian asuhan keperawatan;suatu pendekatan sistem.
keperawatan. Edisi Kedua. Editor: Sudiyono,Y.
Bagi Perawat pelaksana, Meningkatkan Hasibuan, M.S.P. (2003). Manajemen
kemampuan diri dalam memberikan sumberdaya manusia. Ed Revisi, Cet.
pelayanan keperawatan terutama dalam 13. Jakarta: Bumi Aksara.
pendokumentasian asuhan keperawatan Huber, D. (2006). Leadership and nursing
melalui pendidikan dan pelatihan serta care management. Third Edition.
pemanfaatan supervisi kepala ruangan. Philadelphia: W.B.Saunders Company.
Melaksanakan pendokumentasian sesuai Karvinen, P. S., & Hyrkas, K. (2008).
standar yang telah ditetapkan. Administrative clinical supervision as
Bagi Pendidikan Keperawatan, evaluated by the first line managers in
penelitian ini diharapkan dapat dijadikan one health care organization district.
sumber bagi perkembangan ilmu Journal of Nursing Management , 16,
pengetahuan keperawatan khususnya yang 588-600.
terkait dengan khasanah manajemen Lusianah. (2008). Hubungan motivasi dan
keperawatan . Hasil penelitian ini diharapkan supervisi dengan kualitas dokumentasi
dapat dijadikan sumber ilmu atau referensi proses keperawatan di Instalasi Rawat
baru bagi para pendidik dan mahasiswa Inap RS Marinir Cilandak. Depok:
sehingga dapat menambah wawasan. Digital Library Universitas of Indonesia.
Bagi Penelitian selanjutnya, diharapkan Marquis, B. L., & Houston, C. J. (2010).
dapat direplikasi atau dikembangkan lagi Kepemimpinan dan manajemen
untuk memperkaya ilmu pengetahuan keperawatan : teori dan aplikasi. Alih
keperawatan terutama dalam bentuk Bahasa. Edisi ke-4. Jakarta: EGC
intervensi keperawatan mandiri. Diharapkan Marquis, B.L., & Houston, C.J. (2003).
hasil penelitian ini dapat menjadi inspirasi Leadership roles and management
untuk melakukan penelitian labih lanjut functions in nursing theory and
dengan variabel yang lebih spesifik terkait application. Philadelphia: Lippincot
kinerja perawat dalam pendokumentasian Williams & Wilkins
asuhan keperawatan. Patricia W,Iyer. (2004). Dokumentasi
Keperawatan : suatu pendekatan proses
DAFTAR PUSTAKA keperawatan. Ed 3. Jakarta : EGC
Carpenito-Moyet, L. J. (2008). Nursing Polit, F. D., & Beck, T. C. (2008). Nursing
diagnosis: Application to clinical research : Generating and assessing
practice (12th edition). Philadelphia: evidance for nursing practice. Edisi ke-
Wolters Kluwer Health, Lippincott 8. Philadelphia: J.B Lippincott
William & Wilkins. Company.
Cutcliff, J. R., & Hyrkas, K. (2006). Potter & Perry. (2004). Foundations in
Multidisiplinary attitudinal positions nursing : Theory and practice.
regarding clinical supervision: A cross- Philadelphia : Mosby Elsevier Inc.
sectional study. Journal of Nursing Saefulloh, M. (2009). Pengaruh pelatihan
Management , 14, 617-627. asuhan keperwatan dan supervisi
Departemen Kesehatan Republik Indonesia. terhadap motivasi kerja dan kinerja
(2001). Standar asuhan keperawatan. perawat pelaksanan di Ruang Rawat
Jakarta: DepKes RI. Inap RSUD Indramayu. Depok: Tesis
FIK UI (Tidak dipublikasikan).

20 Jurnal Managemen Keperawatan . Volume 2, No. 1, Mei 2014; 13-21


Sitorus, R., & Yulia. (2006). Model praktek Swansburg, C, R. (2000). Pengantar
keperawatan profesional di rumah sakit, manajemen keperawatan untuk perawat
Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran klinis. Jakarta: EGC Kedokteran.
EGC. Suyanto (2009). Mengenal kepemimpinan
dan manajemen keperawatan di rumah
sakit. Jogjakarta: Mitra Cendikia.

Hubungan Kepemimpinan dan Supervisi Dengan Kinerja Perawat Pelaksana 21


Dalam Pendokumentasian Asuhan Keperawatan
Mursidah Dewi, Riska Zestin

Anda mungkin juga menyukai