Anda di halaman 1dari 9

TUGAS RESUME

KEPERAWATAN KOMPLEMENTER

DISUSUN OLEH

NAMA : Alesandro Vieri

NIM : PO.62.20.1.18.042

PROGRAM STUDI D III KEPERAWATAN

POLTEKKES KEMENKES PALANGKA RAYA

TAHUN 2020
A. Hubungan Pengobatan Komplementer terhadap Profesi Keperawatan

Konsep Modalitas Penyembuhan Complementary Alternative Medicine (CAM)


yang kemudian disinergikan dengan tindakan komplementer keperawatan adalah
serangkaian tindakan yang dapat berfungsi sebagai pelengkap dalam pemenuhan
kebutuhan dasar manusia.Jenis tindakan ini merupakan strategi holistic yang dapat
diterapkan oleh perawat untuk membantu pemulihan organ-organ vital pasien yang
mengalami gangguan kesehatan.Dalam pengelolaan tindakan ini memerlukan
keterampilan khusu, maka seorang perawat dapat mempelajari dari para pakar ahli
dalam pendidikan dan sertifikasi terapi komplementer tersebut.Perawat tidak
diperkenankan melakukan tindakan yang tidak didasari dengan konsep keilmuan,
ataupun menjadikan pasien sebagai obyek percobaan dalam melakukan tindakan
tersebut.

Menurut National Institute of Health (NIH), terapi komplementer dikategorikan


menjadi 5 bagian, yaitu:

1. Biological Based Practice : herbal, vitamin , dan suplemen lain.


2. Mind-body techniques : meditasi
3. Manipulative and body-based practice : pijat , refleksi.
4. Energy therapies : terapi medan magnet.
5. Ancient medical system : obat tradisional china, ayurveda, akupuntur.

Beberapa tindakan dari komplementer sebenarnya telah dilakukan oleh para


perawat baik depelayanan kesehatan maupun oleh kunjungan perawat (home
care).Tindakan keperawatan sehari-hari disarana pelayanan kesehatan seperti humor
therapy, touch therapy dan aromatherapy sering kali dilakukan oleh perawat kepada
klien secara sadar maupun tidak disadari.

Modalitas penyembuhan adalah metode penyembuhan yang digunakan bersama


dengan pengobatan berbasis obat dan tindakan pembedahan sebagai upaya pemenuhan
pelayanan holistic.Tindakan komplementer tersebut bukanlah satu-satunya terapi untuk
menangani penyakit yang diderita pasien.Konsep tersebut dapat disimpulkan bahwa
tindakan komplementer berfungsi sebagai pelengkap dari tindakan medic konvensional.
B. Komplementer Keperawatan
a. Dasar hukum
praktik keperawatan komplementer dapat dilakukan oleh perawat secara mandiri
dengan sertifikat dan kompetensi khusus yang secara resmi yang diakui organisasi
profesi atau lembaga lain yang berkompeten. Pelaksaan praktik keperawatan
komplementer di Indonesia berlandaskan pada :
(a). peraturan mentri kesehatan Repulik Indonesia Nomor
HK.02.02/MENKES/148/1/2010 tentang izin dan penyelengaraan praktik perawat pada
pasal 8 ayat 3 yang menyebutkan : “praktik keperawatan di laksanakan melalui kegiatan
“pelaksaan tindakan keperawatan komplementer”.
(b). keputusan mentri kesehatan Republik Indonesia Nomor 908/MENKES/SK/7/2010
tentang pedoman penyelenggaraan pelayanan perawatan keluarga, pada ruang lingkup
pelayanan keperawatan yang mencakup upaya kesehatan perorangan (UKP) dan
uppaya masyarakat (UKM) yang diberikan kepada klien sepanjang rantang kehidupan
dan sesuai tahap perkembangan keluarga. Lingkup pelayanan keperawatan keluarga
mencangkup :
1. Promosi kesehatan
Perawatat melakukan promosi kesehatan keluaga dalam rangka meningkatan perilaku
hidup sehat.
2. Pencegahan penyakit
Perawat melakukan tindakan pencegahan spesifik pada anggota keluarga agar bebas
dari penyakit atau cedera melalui kegiatan :
 imunisasi
 Pencegahan merokok
 Program Kebugaran Fisik
 Screening dan follow up berbagai kasus seperti : Hiperteensi, Pencegahan komplikasi
DM, dan Screening osteoporosis.
3. Intervensi Keperwatan untuk proses penyembuhan perawat memberikan intervansi
keperawatan dalam pemenuhan kebutuhan dasar manusia bagi anggota keluarga
melalui terapi modalitas dan komplementer keperawatan kebutuhan dasar manusia
meliputi :
 Pembimbingan terhadap keluarga (coacaing) untuk mengatasi masalah kesehatan akibat
perilaku yang tidak sehat,
 Batuk efektif
 Inhalasi sederhana
 Teknik relaksasi
 Stimulasi kognitif
 Latihan rentang gerak atau rom
 Perawatan luka
 Dll
Terapi komplementer antara lain :
 Pijat bayi
 Herbal terapi
 Meditasi
 Dll
C. Aspek Legal dalam Keperawatan Komplementer
1. Undang – Undang RI No. 36 tahun 2009 tentang kesehatan
a. Pasal 1 butir 16, pelayanan kesehatan tradisional adalah pengobatan dan atau perawatan
dengan cara dan obat yang mengacu pada pengalaman dan keterampilan turun – temurun
secara empiris yang dapat dipertanggung jawabkan dan diterapkan sesuai dengan norma
yang berlaku di masyarakat;
b. Pasal 48 tentang pelayanan kesehatan tradisional;
c. Bab III Pasal 59 s/d 61 tentang pelayanan kesehatan tradisonal.
2. Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 1076/Menkes/SK/2003 tentang pengobatan
tradisional;
3. Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 120/Menkes/SK/II/2008 tentang standar pelayanan
hiperbarik;
4. Permenkes RI no 1186/ Menkes/Per/XI/1996 tentang pemanfaatan akupuntur disarana
pelayanan kesehatan.
5. Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 1109/Menkes/Per/IX/2007 tentang penyelenggaraan
pengobatan komplementer – alternatif di fasilitas pelayanan kesehatan;
6. Keputusan Direktur Jenderal Bina Pelayanan Medik, No. HK.03.05/I/199/2010 tentang
pedoman kriteria penetepan metode pengobatan komplementer – alternatif yang dapat
diintegrasikan di fasilitas pelayanan kesehatan.Pasal 12 ayat (1), bahwa tenaga penyedia
jasa terapi komplementer-alternatif terdiri dari dokter, dokter gigi, dan tenaga kesehatan
lainnya yang memiliki pendidikan terstruktur dalam bidang pengobatan komplementer-
alternatif
D. Mencegah Terjadinya Pelanggaran Etik
1. Harus memiliki standar atau kompetensi khusus terkait pengobatan/ terapi komplementer
yang dilakukan
2. Pemberian inform consent secara lisan atau tulisan mengenai terapi yang dijalani serta
keuntungan dan resiko yang dapat terjadi. Pada tahun 2005, sebuah survey dilakukan
terhadap 37 organisasi profesi penyedia pengobatan komplementer di Amerika Serikat.
Hasilnya menunjukkan bahwa hanya 57% yang memiliki kebijakan penerapan informed
consent sebelum memulai tindakan pengobatannya (Ernst, 2009). Pasal 15 : memberikan
informasi dalam lingkup pelayanan pengobatan komplementer-alternatif dan meminta
persetujuan tindakan yang akan dilakukan.
3. Kerahasian. Kerahasiaan merupakan kewajiban etis penting yang harus dipenuhi oleh
setiap penyedia jasa layanan kesehatan (Ernst, 2009). Baik seperti identitas bdan diagnosis
medis dalam pasal 15 menyebutkan menjaga kerahasiaan identitas dan data kesehatan
pribadi pasien.
4. Perawat wajib memiliki kemampuan mendokumentasikan, kompetensi terapi yang
diberikan.

E. Konsep Model Keperawatan Komplementer


Terapi komplementer bertujuan memperbaiki fungsi sistem tubuh yaitu kekebalan dan
pertahanan tubuh karena tubuh punya sistem “alarm” yang baik dalam menyembuhkan
dirinya (HOLISTIK) . Pelayanan komplementer dapat dilakukan secara sinergis,
terintegrasi, dan mandiri difasilitas kesehatan (aman, bermanfaat, bermutu dan dikaji oleh
institusi berwenang sesuai ketentuan berlaku) . Ditinjau dari segi etik , Klien ingin
mendapatkan pelayanan yang sesuai dengan pilihannya, sehingga apabila keinginan
terpenuhi akan berdampak ada kepuasan klien.
Jenis pelayanan pengobatan komplementer – alternatif berdasarkan Permenkes RI,
Nomor : 1109/Menkes/Per/2007 adalah :

1. Intervensi tubuh dan pikiran (mind and body interventions) : Hipnoterapi, mediasi,
penyembuhan spiritual, doa dan yoga
2. Sistem pelayanan pengobatan alternatif : akupuntur, akupresur, naturopati, homeopati,
aromaterapi, ayurveda
3. Cara penyembuhan manual : chiropractice, healing touch, tuina, shiatsu, osteopati, pijat
urut
4. Pengobatan farmakologi dan biologi : jamu, herbal, gurah
5. Diet dan nutrisi untuk pencegahan dan pengobatan : diet makro nutrient, mikro nutrient
6. Cara lain dalam diagnosa dan pengobatan : terapi ozon, hiperbarik, EECP (Depkes,
2010)
F. Aspek Etik Dalam Terapi Komplementer Alternatif Dan Tradisional
Banyak aspek etik yang di pertanyakan dalam terapi komplementer. Tidak semua
pengobatan komplementer alternative dan tradisional yang memiliki kode etik yang
ditetapkan oleh organisasi profesi mereka. Terapi komplementer alternative yang
dilaksanakan di sarana kesehatan tentu saja menyesuaikan dengan kaidah etik kedokteran
atau keperawatan. Beberapa aspek etik yang terjadi diantaranya adalah (Kerry, 2003; Silva
& Ludwick, 2001) :
i. Aspek kejujuran dan integritas
Dalam aspek ini praktisi terapi komplementer di tuntut untuk dapat membuktikan
khasiat dari tindakan yang mereka berikan kepada klien. Perlu adanya pembuktian
karena ini bersangkutan dengan nyawa seseorang. misalkan saja pemberian obat
multivitamin tidak memiliki efek samping akan tetapi tidak menyembuhkan suatu
penyakit dan itu telah di buktikan secara klinis. Pada terapi komplementer yang
biasanya memberikannjaminan kesehatan pada kliennya juga harus dapat
membuktikan khasiat terapi yang diberikan.

ii. Beneficience, non-maleficiance dan konsen


Ketika memberikan pengobatan berupa obat kepada klien seorang pemberi kesehatan
harus mengetahui kandungan dalam obat itu sendiri dan apakah obat itu benar-benar
efektif dalam mengobati penyakit yang diderita klien atau tidak. Biasanya obat yang
ada dipasaran telah di uji terlebih dahulu sebelum dipasarkan untuk mengobati sakit
pada manusia. Obat-obat ini melewati pengujian pada hewan dan dalam pengujian ini
dilihat apakah obat benar-benar efektif atau tidak, dan adakah efek samping yang
ditimbulkan oleh obat ini atau tidak. Sedangkan pada pengobatan terapi komplementer
obat-obat yang diberikan banyak yang belum melewati proses pengujian ini oleh
karena itu memungkinkan terjadinya reaksi yang tidak diinginkan terjadi dan ini dapat
merugikan klien sebagai pasien. Ketika mendapatkan pengobatan praktisi terapi
komplementer harus menginformasikan segi keberhasilan terapi ini dan klien berhak
mendapatkan informasi yang sesuai mengenai pengobatan yang diterimanya apakah
benar terapi yang didapat klien ini efektif dan menerima rasa aman bahwa pengobatan
yang diterimanya bukanlah placebo karena biasanya klien yang datang ke terapi
alternatif memiliki penyakit kronis, dimana mereka mereka telah mencoba
pengobatan konvensional dan belum menemukan kesembuhan sehingga apabila terapi
komplementer yang biasanya memberikan jaminan untuk kesehatan pada klien ini
tidak dapat membuktikan keefektifannya maka nukan tidak mungkin menyebabkan
klien menjadi depresi.
iii. Conflict of interest
Adanya motif lain yang mungkin melatarbelakangi pemberian terapi selain
Beneficient pada klien juga harus dilihat, karena ini mungkin teradi pada terapi
komplementer, misalkan saja terapi bebas biaya yang diberikan pada beberapa tempat
terapi alternatif apakah terapi yang diberikan benar-benar tidak memiliki motif lain
selain memberikan kesehatan pada klien atau mungkin ada motif lain seperti membeli
produk-produk dari terapi komplementer ini.
iv. Justice
Pemberi pelayanan kesehatan dituntut memberikan keadilan dalam pelanan
kesehatannya maksudnya adala klien harus mendapatkan pelayanan yang terbaik dan
pemberi pelayanan harus menggunakan suber-sumber yang tersedia denagn baik.
Misalkan saa pada pemberian obat, apabila masih ada obat generik yang memiliki efek
pengobatan yang sama baiknya dengan obat yang bukan generik maka pemberi
pelayanan harus menggunakan obat generik lebih dahulu karena efeknya sama dan
harganya lebih murah. Sedangkan pada terpi komplementer pengobatan yang
diberikan memungkinkan hanya placebo dan klien tetap harus membayar tanpa
mengetahui apakah pengobatan ini benar-benar efektif atau tidak

TERAPI HIPERBARIK OKSIGEN


A. PENGERTIAN
Terapi oksigen hiperbarik adalah salah satu metode pengobatan yang dilakukan dengan
cara memberikan oksigen murni di dalam ruangan khusus bertekanan udara tinggi, untuk
dihirup pasien. Terapi ini dilakukan di ruangan khusus yang dapat meningkatkan tekanan
udara hingga tiga kali tekanan atmosfer normal. Peningkatan tekanan udara di dalam
ruangan hiperbarik ini menyebabkan paru-paru pasien menyerap oksigen lebih banyak dari
biasanya, sehingga dapat membantu penyembuhan berbagai penyakit.
B. TUJUAN
Tujuan dilakukannya terapi ini adalah untuk meningkatkan kemampuan tubuh dan sel
darah putih dalam melawan infeksi, mengurangi pembengkakan, dan merangsang proses
penyembuhan luka.

C. MANFAAT
Terapi hiperbarik umumnya digunakan untuk mengobati penyakit dekompresi yang
biasanya dialami oleh para penyelam bawah laut. Namun belakangan ini, terapi
hiperbarik juga kerap dipakai sebagai pengobatan tambahan untuk mengatasi berbagai
penyakit.
Berikut adalah beberapa penyakit atau kondisi medis yang bissa diobati dengan terapi
hiperbarik:
 Anemia
 Luka bakar
 Keracunan karbon monoksida
 Cedera akibat terapi radiasi
 Infeksi pada otot dan tulang (osteomielitis)
 Abses otak
 Infeksi jaringan otot atau gas gangren
 Proses pemulihan setelah cangkok kulit
 Luka yang tidak kunjung sembuh, seperti ulkus kaki diabetik
 Kehilangan pendengaran tiba-tiba
 Kehilangan penglihatan secara tiba-tiba dan tanpa rasa sakit

D. RISIKO DAN EFEK SAMPING


Terapi hiperbarik memiliki beberapa risiko dan efek samping yaitu:

 Gangguan penglihatan sementara yang disebabkan oleh adanya perubahan pada


lensa mata.
 Cedera pada telinga bagian tengah, termasuk resiko gendang telinga pecah akibat
meningkatnya tekanan udara.
 Pneumothorax yang disebabkan oleh perubahan tekanan udara.
 Kejang, akibat terlalu banyak oksigen dalam sistem saraf pusat.
 Oksigen murni yang ada di ruang terapi hiperbarik juga mudah terbakar dan
meledak bila terkena percikan api
DAFTAR PUSTAKA

Depkes RI. 2010. Pengobatan Komplementer Tradisional Alternatif. Diakses dari


http://buk.depkes.go.id/index.php?option=com_content&view=article&id=66:pengobat
an-komplementer-tradisional-alternatif (diakses 20 Januari 2020)

Keputusan Menteri kesehatan Republik Indonesia Nomor 1076/ Menkes/ SK/VII/ 2003
Tentang penyelenggaraan Pengobatan Tradisional

Keputusan Menteri Kesehatan RI, No. 120/Menkes/SK/II/2008 Tentang Standar Pelayanan


Hiperbarik

Keputusan Direktur Jenderal Bina Pelayanan Medik, No. HK.03.05/I/199/2010 Tentang


Pedoman Kriteria Penetapan Metode Pengobatan komplementer – alternatif yang dapat
diintegrasikan di Fasilitas Pelayanan Kesehatan
Breen, Kerry. Dec 2003Ethical issues in the use of complementary medicinesProQuest
Research Library diakses pada 24 maret 2012

Curtis, P.2004. Safety Issues in Complementary & Alternative Health Care. Program on
Integrative Medicine, School of Medicine,University of North Carolina

Alodokter. 2018. Ketahui Apa Itu Terapi Oksigen Hiperbarik.


https://www.alodokter.com/terapi-hiperbarik-ketahui-semua-manfaat-dan-efek-
sampingnya-di-sini/ (diakses 20 Januari 2020)

Alodokter. 2019. Terapi Hiperbarik, Ketahui Semua Manfaat dan Efek Sampingnya Di Sini
https://www.alodokter.com/terapi-hiperbarik-ketahui-semua-manfaat-dan-efek-
sampingnya-di-sini (diakses 20 Januari 2020)

Anda mungkin juga menyukai