Anda di halaman 1dari 32

TERAPI

KOMPLEMENTER

Oleh : Heni, S.Kep.,Ners.,M.Kep


DASAR HUKUM
1. UU 36/2009-Kesehatan pasal 63 ayat 4 (ilmu Keperawatan diakui)
2. UU-Nakes 36 dan UU 38 Tahun 2014 Tentang Keperawatan
3. PP Nomor 103 Tahun 2014 Tentang Pelayanan Kesehatan Tradisional
4. Permenkes RI Nomor HK.02.02/Menkes/148/2010 tentang ijin dan
penyelenggaraan praktik keperawatan
5. PMK Nomor 6 Tahun 2016 Tentang Formularium Obat Herbal Asli
Indonesia
6. PMK Nomor 61 Tahun 2016 Tentang Pelayanan Kesehatan
Tradisional Empiris
7. PMK Nomor 1109/MENKES/PER/IX/2007
8. Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 121/MENKES/SK/II/2008
Tentang Standar Pelayanan Medik Herbal.
9. Permenkes no 17/2013 pasal 8 ayat 1-7 Askep; Upaya lengkap,
komplementer
10. Kepmenpan 94/2001 Jabatan Fungsional Perawat
11. Kepmenkes 908/2010 pelayanan keperawatan keluarga
12. Kepmenkes 279/2006 perkesmas
Praktik Keperawatan Komplementer dapat dilakukan oleh
perawat secara mandiri dengan sertifikat dan kompetensi khusus
yang secara resmi diakui organisasi profesi atau lembaga lain
yang berkompeten. Pelaksanaan praktik keperawatan
komplementer di Indonesia berlandaskan pada:

1. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor


HK.02.02/MENKES/148/I/2010 tentang Izin dan Penyelenggaraan Praktik
Perawat pada Pasal 8 ayat 3 yang menyebutkan: “praktik keperawatan
dilaksanakan melalui kegiatan “Pelaksanaan Tindakan Keperawatan
Komplementer”.
Peraturan Kementrian Kesehatan Republik Indonesia Nomor
1109/MENKES/PER/IX/2007 tentang Penyelenggaraan
Pengobatan Komplementer-Alternatif di Fasilitas Pelayanan
Kesehatan, pada :
 Pasal 12 ayat (1) “tenaga pengobatan komplementer-alternatif
terdiri dari dokter, dokter gigi dan tenaga kesehatan lainnya yang
memiliki pendidikan terstruktur dalam bidang pengobatan
komplementer-alternatif.
 Pasal 14 ayat 2(a) menyebutkan “dokter dan dokter gigi
merupakan pelaksana utama dalam pengobatan
komplementer-alternatif secara sinergi dan atau terintegrasi di
fasilitas pelayanan kesehatan”. Ayat 2(b) “tenaga kesehatan
lainnya mempunyai fungsi untuk membantu dokter atau dokter
gigi dalam pelaksanaan pengobatan komplementer-alternatif
secara sinergi dan atau terintegrasi di fasilitas pelayanan
kesehatan”. (Purwanto, 2013)
Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
908/MENKES/SK/VII/2010 tentang Pedoman Penyelenggaraan
Pelayanan Keperawatan Keluarga, pada Ruang Lingkup Pelayanan
Keperawatan Keluarga yang mencakup upaya kesehatan perorangan
(UKP) dan Upaya Kesehatan Masyarakat (UKM) yang diberikan
kepada klien sepanjang rentang kehidupan dan sesuai tahap
perkembangan keluarga. Mencakup:
 Promosi Kesehatan
 Pencegahan penyakit,
 Intervensi keperawatan untuk proses penyembuhan
Perawat memberikan intervensi keperawatan dalam pemenuhan
kebutuhan dasar manusia bagi anggota keluarga melalui terapi
modalitas dan komplementer
 Pemulihan Kesehatan
DEFINSI
 Pengobatan Komplementer adalah pengobatan non konvensional
yang bukan berasal dari Negara yang bersangkutan (WHO).

 Pengobatan komplementer dilakukan dengan tujuan melengkapi


pengobatan medis konvensional dan bersifat rasional yang tidak
bertentangan dengan nilai dan hukum kesehatan di Indonesia.
(Purwanto, 2013).

 Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), terapi adalah


usaha untuk memulihkan kesehatan orang yang sedang sakit,
pengobatan penyakit, perawatan penyakit. Komplementer adalah
bersifat melengkapi, bersifat menyempurnakan
TUJUAN
Menurut Purwanto (2013) tujuan terapi komplementer secara
umum adalah :

1. Memperbaiki fungsi dan sistem kerja organ-organ tubuh secara

menyeluruh

2. Meningkatkan sistem kekebalan tubuh terhadap penyakit

3. Menstimulasi dan mengaktifkan mekanisme penyembuhan alami

tubuh
PRINSIP TERAPI KOMPLEMENTER

Prinsip holistik

Pendapat ini didasari oleh bentuk terapi yang mempengaruhi


individu secara menyeluruh yaitu sebuah keharmonisan individu
untuk mengintegrasikan pikiran, badan, dan jiwa dalam kesatuan
fungsi (Smith et al., 2004).

Terminologi kesehatan holistik mengacu pada integrasi secara


menyeluruh dan mempengaruhi kesehatan, perilaku positif, memiliki
tujuan hidup, dan pengembangan spiritual (Hitchcock et al., 1999).
HUBUNGAN ASUHAN
KEPERAWATAN TERHADAP
TERAPI KOMPLEMENTER
 Konsep Modalitas Penyembuhan Complementary
Alternative Medicine (CAM) yang kemudian
disinergiskan dengan tindakan komplementer
keperawatan adalah serangkaian tindakan yang dapat
berfungsi sebagai pelengkap dalam pemenuhan
kebutuhan dasar manusia.
MENURUT NATIONAL INSTITUTE OF HEALTH (NIH),
TERAPI KOMPLEMENTER DIKATEGORIKAN
MENJADI 5 BAGIAN

1. Biological Based Practice: herbal, vitamin, dan


suplemen lain
2. Mind-body techniques: meditasi
3. Manipulative and body-based practice: pijat,
refleksi
4. Energy therapies: terapi medan magnet
5. Ancient medical system: obat tradisional china,
aryuveda, akupuntur.
Menurut Purwanto (2013) beberapa tindakan dari
komplementer sebenarnya telah dilakukan oleh para
perawat baik di pelayanan kesehatan maupun saat
kunjungan perawat (home care).

Tindakan keperawatan sehari-hari di sarana pelayanan


kesehatan rumah (Rumah Sakit, Puskesmas, Poliklinik)
seperti Humor therapy, touch therapy, dan aromatherapy
seringkali dilakukan dilakukan oleh perawat kepada klien
secara sadar maupun tidak disadari.
MACAM-MACAM TERAPI KOMPLEMENTER

 Terapi komplementer mengadopsi dari kearifan budaya


suatu bangsa yang berarti terapi yang didapatkan
melalui proses sosial yang bukan merupakan sistem
yang baku dalam pelayanan kesehatan namun cukup
kuat untuk menentukan kepercayaan terhadap penyakit
dan penyembuhannya.

 Sehingga dalam penerapannya dapat dimodifikasi oleh


terapis sesuai dengan kemampuannya, tetapi hasil
akhirnya adalah tindakan tersebut berefek positif bagi
kesehatan pasien
Ruang lingkup tindakan komplementer yang berlandaskan ilmu
pengetahuan biomedik dan ditetapkan oleh menteri kesehatan
adalah:

1. Intervensi Tubuh dan Fikiran (Mind and body intervension)


2. Sistem Pelayanan Pengobatan Alternatif (Alternative System of
Medical Practice)
3. Cara penyembuhan manual (Manual Healing Methods)
4. Pengetahuan farmakologi dan biologi (Pharmakologic and Biologic
Treatments)
5. Diet dan nutrisi untuk pencegahan dan pengobatan (Diet and Nutrition
the Prevention and Treatment of Desease)
6. Cara lain dalam diagnosa dan pengobatan (Unclassified Diagnostic and
Treatment Methods)
Jenis-jenis terapi komplementer yang ada di Indonesia :

1. Komplementer Medis

 Jenis tindakan ini berdasarkan pada ilmu biomedik dan telah diterima oleh
kedokteran konvensional dan dalam penyelenggaraannya dilakukan oleh
dokter, dokter gigi dan tenaga kesehatan lainnya yang memiliki sertifikat
kompetensi dan keahlian khusus di bidang pengobatan komplementer.
 Syarat yang harus dipenuhi untuk melakukan tindakan komplementer
medis di fasilitas pelayanan kesehatan tersebut meliputi:
a. Mempunyai ijazah pendidikan tenaga kesehatan (dokter, dokter gigi, perawat, dll)
b. Mendapatkan rekomendasi dari organisasi profesi
c. Mempunyai sertifikat dan dinyatakan lulus uji kompetensi keahlian tertentu di
bidang pengobatan kompelmenter
d. Mempunyai SBR-TPKA (Surat Bukti Registrasi Tenaga Pengobatan Komplementer-
Alternatif)
e. Mempunyai ST-TPKA (Surat Tugas Tenaga Pengobatan Komplementer- Alternatif)
f. Mempunyai SIK-TPKA (Surat Ijin Kerja Tenaga Pengobatan Komplementer-
Alternatif)
Di Negara Indonesia terdapat 3 jenis teknik pengobatan komplementer medis
yang telah diintegrasikan ke dalam pelayanan medis konvensional, yaitu:

a. Akupuntur medik yaitu metode pengobatan alternatif yang telah dilandasi dengan
ilmu biomedik serta bersinergis dengan pengobatan konvensional. Disebut
pengobatan alternatif karena akupuntur adalah pengobatan tradisional dari Cina yang
digunakan di Indonesia. Akupuntur bermanfaat dalam mengatasi berbagai kondisi
kesehatan tertentu dan juga sebagai analgesi (pereda nyeri).

b. Terapi hiperbarik, yaitu metode terapi dimana pasien berada di dalam sebuah ruangan
dan diberikan tekanan oksigen murni. Terapi ini sering digunakan pada pasien dengan
kasus gangrene untuk mencegah amputasi.

c. Terapi herbal medik, yaitu terapi dengan menggunakan obat bahan alam, baik berupa
herbal terstandar dalam kegiatan pelayanan penelitian maupun berupa fitofarmaka.
2. Komplementer Tradisional Alternatif
 Komplementer tradisional alteranatif adalah pengobatan non
konvensional yang ditujukan untuk meningkatkan derajat
kesehatan masyarakat meliputi upaya promotif, preventif, kuratif
dan rehabilitatif yang diperoleh melalui pendidikan terstruktur
dengan kualitas, keamanan dan efektifitas yang tinggi berlandaskan
ilmu pengetahuan biomedik tapi belum diterima dalam kedokteran
konvensional.
 Dalam penyelenggaraannya harus sinergi dan terintegrasi dengan
pelayanan pengobatan konvensional dengan tenaga pelaksanaannya
dokter, dokter gigi dan tenaga kesehatan lainnya yang memiliki
pendidikan dalam bidang pengobatan komplementer tradisional
alternatif
Jenis pelayanan pengobatan komplementer alternatif berdasarkan
Permenkes RI, Nomor 1109/Menkes/Per/2007 adalah:

a. Intervensi tubuh dan pikiran (mind and body interventions): Hipnoterapi,


mediasi, penyembuhan spiritual, doa, dan yoga
b. Sistem pelayanan pengobatan alternatif: akupuntur, akupresur, naturopati,
homeopati, aromaterapi, ayurveda.
c. Cara penyembuhan manual: chiropractice, healing touch, tuina, shiatsu,
osteopati, pijat urut.
d. Pengobatan farmakologi dan biologi: jamu, herbal, gurah
e. Diet dan nutrisi untuk pencegahan dan pengobatan: diet makro nutrient,
mikro nutrient
f. Cara lain dalam diagnosa dan pengobatan: terapi ozon, hiperbarik, EECP
Macam-macam Terapi komplementer :

1. Invasif, seperti akupuntur dan cupping (bekam basah)


yang menggunakan jarum dalam pengobatannya

2. Non-invasif, seperti terapi energi (reiki, chikung, tai


chi, prana, terapi suara), terapi biologis (herbal, terapi
nutrisi, food combining, terapi jus, terapi urin,
hidroterapi colon dan terapi sentuhan modalitas;
akupresur, pijat bayi, refleksi, reiki, rolfing, dan terapi
lainnya (Hitchcock et al.,1999)
PERAN PERAWAT DALAM
KOMPLEMENTER TERAPI
 Pemberi asuhan keperawatan
 Advokat (Pembela) Klien
 Edukator
 Konselor
 Pendidik kesehatan
 Peneliti di antaranya dengan melakukan berbagai penelitian yang
dikembangkan dari hasil-hasil evidence-based practice.
PERAN PERAWAT YANG LAINNYA DALAM TERAPI KOMPLEMENTER ADALAH :

1. Mengkaji kebutuhan pasien dalam praktik pengobatan komplementer

2. Memberi saran kepada terapis, pasien serta keluarga untuk mempertimbangkan


jenis pengobatan yang sesuai dengan keadaan pasien

3. Memberi penjelasan kesehatan kepada pasien dan keluarga tentang keuntungan


dan kerugian, risiko, efek samping, hasil yang diharapkan, jangka pengobatan,
interaksi yang terjadi ketika pengobatan komplementer dan pengobatan
konvensional disatukan, serta cara mengakses infomasi mengenai pengobatan
komplementer melalui berbagai jurnal maupun literatur

4. Mengkoordinasikan integrasi pengobatan komplementer ke dalam program


keperawatan bagi pasien dengan cara menyeleksi jenis pengobatan yang cocok
dengan kondisi pasien
 Memonitor serta mendiskusikan dlm tim mengenai masalah-masalah yang timbul dari

pengobatan komplementer

 Memfasilitasi pasien beserta keluarganya untuk bertemu dengan tim terapis. Perawat juga

harus mengerti latar belakang, kualifikasi, serta kompetensi dari tenaga terapis yang dapat
dibuktikan dengan adanya sertfikat serta lisensi praktek pengobatan

 Memberi saran kepada pasien untuk mengunjungi kondisi tempat pengobatan utk

mengetahui kualitas pelayanan serta dapat mendiskusikan mengenai biaya yang harus
dikeluarkan untuk pengobatan tersebut

 Memberi masukan kepada pasien untuk mencoba teknik pengobatan lain jika salah satu

pengobatan tidak menunjukkan keberhasilan

 Membantu pasien serta keluarganya agar terhindar dari bahaya iklan mengenai produk jasa

yang justru membahayakan kesehatan

 Mampu mendeteksi risiko interaksi obat yang justru dapat menurunkan efek pengobatan
 Perawat berperan sebagai terapis di beberapa pelayanan kesehatan serta dapat

melaksanakan berbagai macam pengobatan komplementer seperti teknik


relaksasi, teknik kerja tubuh, terapi energi atau terapi lain yang membutuhkan
pelatihan khusus

 Perawat mampu melakukan tahap pemilihan terhadap pasien dalam proses

pengobatan komplementer diantaranya yang memiliki motivasi serta dapat


berpartisipasi dalam proses pengobatan, mampu berkonsentrasi dan mampu
mengikuti instruksi terapis
• keyakinan
• keuangan
Kebutuhan masyarakat • Reaksi obat
terhadap terapi • Tingkat kesembuhan
komplementer semakin
meningkat

Tantangan dan
peluang

TERAFI KOMPLEMENTER PILIHAN


PENGOBATAN
Praktik
Keperawatan

organisasi Pendidikan

Riset
kebijakan
TERAPI KOMPLEMENTER: ISU ETIK?

Kemanan (safety) 
 Keamanan terapi komplementer menjadi isu sentral yang diangkat oleh
Persatuan Perawat Amerika (American Nurses’ Association - ANA) karena
dalam kode etiknya disebutkan bahwa: “The nurse promotes, advocates for,
and strives to protect the health, safety, and rights of the patients.” Kata
aman (safety) tertulis italik sebagai bentuk penekanan untuk memberikan
gambaran betapa pentingya aman untuk segala tindakan yang dilakukan
perawat. Mereka menganggap bahwa terapi komplementer seperti diit
suplemen – vitamin tidak aman karena tidak diatur oleh balai POMnya
Amerika (Food & Drug Administration – FDA).
 Bidang praktik (scope of praktice) 

 Isu etik untuk terapi komplementer yang kedua adalah skop praktik yang
tidak jelas dari sekitar 1800 terapi komplementer yang teridentifikasi ke
dalam bidang praktik keperawatan.

 Hal ini dapat dipahami bahwa pasien dapat ‘dibahayakan” oleh perawat
yang mempraktikkan terapi komplementer jika perawat itu sendiri tidak
disiapkan untuk itu. Atau perawat dapat ‘dibahayakan’ secara profesional
ketika mereka melakukan praktik di luar skop atau area praktik keperawatan
atau melakukan terapi yang masih dipertanyakan. 
Perbedaan budaya (cultural diversity) 

 Salah satu ciri negara negara maju (developed countries) seperti Amerika
umumnya ditandai dengan adanya gejala multikultur.
 Jika demikian maka perawat akan mengalami kendala dalam
mempraktikkan terapi komplementer karena nilai yang dimiliki klien dapat
berbeda dengan yang dipunyai oleh perawat. Pada kondisi semacam ini
sering terjadi konflik atau bahkan dilema etik. 
 TERAPI KOMPLEMENTER ETIK?

1. Pengobatan komplementer lebih memiliki tanggung jawab terhadap


kesehatan serta kehidupannya sendiri
2. Pengobatan komplementer lebih menginginkan pengobatan yang bersifat
holistik yang meliputi pengobatan fisik, jiwa serta spiritual
3. Pengobatan komplementer lebih menekan efek samping yang
ditimbulkan, berbeda dengan efek samping yang ditimbulkan oleh
pengobatan konvensional
4. Hasil dari Pengobatan konvensional tidak seutuhnya memberikan
kesembuhan
5.Terjadi perbedaan filosofi praktik pengobatan yang disebabkan oleh latar
belakang kultur dari masing-masing metode pengobatan
HASIL PENELITIAN
Pengaruh terapi Pengaruh terapi Pengaruh massage
akupunktur terhadap abdominal massage pada telapak kaki
tingkat kestabilan terhadap penurunn terhadap
intensitas nyeri haid
pasien nyeri sendi primer
penurunan
neuropati diabetik
fungsi sensorik
Terapi akupunkur Dilakukan selama 5 dikaki pada pasien
sebanyak 4 kali (2x menit, setiap hari, diabetes melitus
seminggu) selama 6 hari, mulai
dari haari ke 5 Dilakuakn 15
seebelum haid sampai menit selama 20
hari pertama haid; kali; hasil
Hasil sigifikan Hasil signifikan signifikan
TERIMA
KASIH

Anda mungkin juga menyukai