Tidak semua pengobatan tradisional pengobatan (komplementer Komplementer aman alternatif
1. Kepmenkes No. 1076/Menkes/SK/2003
2. Peraturan Menkes No. 1109/Menkes/PER/IX/2007 1. RSUD dr. Sutomo Surabaya 2. RS Kanker Darmais Jakarta 3. RSUP Persahabatan Jakarta 4. RSUP Prof. Dr. Kandau Manado 5. RSUD Sanglah Denpasar 6. RSUP Dr. Wahidin Makasar 7. RS TNI AL Mintoharjo Jakarta 8. RS Ortopedi Prof. Dr. R Soeharso Solo 9. RSUP Dr. SardjitoYogyakarta 10. RSUD Dr. Pringadi Medan 11. RSUD Saiful Anwar Malang 12. RSUP Dr. Suraji Tirtonegoro Klaten (SK DirjenYanmed Kemenkes) Pengobatan non konvensional yang ditujukan untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat meliputi upaya promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif yang diperoleh melalui pendidikan terstruktur berkualitas, keamanan dan efektifitas yang tinggi berlandaskan ilmu pengetahuan biomedik tapi belum diterima dalam kedokteran konvensional. (Permenkes RI, No: 1109/Menkes/Per/2007) Terapi yang diberikan untuk menanggulangi penyakit, yang dilakukan sebagai pendukung pengobatan medis konvensional atau sebagai pengobatan pilihan diluar pengobatan medis konvensional.
Terapi tambahan bersamaan dengan terapi
utama (suportif), bertujuan mengontrol gejala, meningkatkan kualitas hidup, dan berkontribusi thd penatalaksanaan pasien secara keseluruhan. (Permenkes) Terapi yang diberikan sinergi dan terintegrasi dengan pengobatan konvensional. Tenaga pelaksana: dokter, dokter gigi, dan tenaga kesehatan lain yang memiliki pendidikan dalam bidang pengobatan komplementer tradisional-alternatif. Teori keperawatan yang ada dapat dijadikan dasar bagi perawat dalam mengembangkan terapi komplementer misalnya teori transkultural yang dalam praktiknya mengaitkan ilmu fisiologi, anatomi, patofisiologi, dan lain-lain. Hal ini didukung dalam catatan keperawatan Florence Nightingale yang telah menekankan pentingnya mengembangkan lingkungan untuk penyembuhan dan pentingnya terapi seperti musik dalam proses penyembuhan. Selain itu, terapi komplementer meningkatkan kesempatan perawat dalam menunjukkan caring pada klien (Snyder & Lindquis, 2002). Peran yang dapat diberikan perawat dalam terapi komplementer atau alternatif dapat disesuaikan dengan peran perawat yang ada, sesuaidengan batas kemampuannya. Pada dasarnya, perkembangan perawat yang memerhatikan hal ini sudah ada. Sebagai contoh yaitu American Holistic Nursing Association (AHNA), Nurse HealerProfesional Associates (NHPA) (Hitchcock et al., 1999). Ada pula National Center forComplementary/Alternative Medicine (NCCAM) yang berdiri tahun 1998 (Snyder & Lindquis, 2002). 1. Intervensi tubuh dan pikiran (mind and body interventions): Hipnoterapi, mediasi, penyembuhan spiritual, doa dan yoga. 2. Sistem pelayanan pengobatan alternatif : akupuntur, akupresur, naturopati, homeopati, aromaterapi, ayurveda. 3. Cara penyembuhan manual : chiropractice, healing touch, tuina, shiatsu, osteopati, pijat urut 4. Pengobatan farmakologi dan biologi : jamu, herbal, gurah 5. Diet dan nutrisi untuk pencegahan dan pengobatan : diet makro nutrient, mikro nutrient 6. Cara lain dalam diagnosa dan pengobatan: terapi ozon, hiperbarik. Keamanan American Nurses Association (ANA) dalam kode etiknya disebutkan bahwa: The nurse promotes, advocates for, and strives to protect the health, safety, and rights of the patients. Lingkup Praktik ketidakjelasan lingkup praktik membahayakan bagi pasien & perawat Perbedaan budaya pertentangan antara terapi dengan budaya. 1. Undang-Undang RI No. 36 tahun 2009 tentang Kesehatan Pasal 1 butir 16 Pelayanan kesehatan tradisional adalah pengobatan dan atau perawatan dengan cara dan obat yang mengacu pada pengalaman dan keterampilan turun temurun secara empiris yang dapat dipertanggung jawabkan dan diterapkan sesuai dengan norma yang berlaku di masyarakat Pasal 48 Pelayanan kesehatan tradisional Bab III Pasal 59 s/d 61 tentang Pelayanan Kesehatan Tradisonal 2. Permenkes RI, No: 1076/Menkes/SK/2003 tentang pengobatan tradisional. 3. Permenkes RI, No : 1109/Menkes/Per/IX/2007 tentang penyelenggaraan pengobatan komplementer-alternatif di fasilitas pelayanan kesehatan. 4. Kepmenkes RI, No. 120/Menkes/SK/II/2008 tentang standar pelayanan hiperbarik. 5. Kep DirjenYanmed, No. HK.03.05/I/199/2010 tentang pedoman kriteria penetepan metode pengobatan komplementer alternatif yang dapat diintegrasikan di fasilitas pelayanan kesehatan . 1. Belum menjadi program prioritas dalam penyelenggaraan pembangunan kesehatan. 2. Belum memadainya regulasi yang mendukung pelayanan kesehatan komplementer tradisional- alternatif 3. Masih lemahnya pembinaan dan pengawasan 4. Terbatasnya kemampuan tenaga kesehatan dalam melakukan bimbingan 5. Masih terbatasnya pengembangan program Pelayanan Kesehatan Komplementer Tradisional Alternatif di Pusat dan Daerah