➢Legal adalah sesuatu yang dianggap sah oleh hukum dan undang-un
dang .
➢Etik adalah landasan perilaku seseorang dalam memutuskan benar a
tau salah dalam suatu tindakan/perilaku.
Keperawatan dan profesi kesehatan lainnya sering m
enyebut area terapi komplementer, sedangkan Nation
al Center for Complementary and Alternative Medicine
(NCCAM) menyebutnya sebagai pengobatan komple
menter. Menurut NCCAM, terapi komplementer/pengo
batan alternatif adalah sekelompok pelayanan medis
dan pelayanan kesehatan, praktek, dan produk yang s
aat ini tidak dianggap sebagai bagian dari kovensional
obat (NCCAM, 2012)
Konsep legal
➢ Penilaian yang baik dan menyuarakan pembuatan
keputusan yang menjamin asuhan keperawatan yang
aman dan sesuai.
• agama
➢ UUD 1945 :
a. Pasal 28 A : setiap orang berhak untuk hidup serta berhak mempertah
ankan hidup dan kehidupannya
b. Pasal 28 H (ayat 1) : setiap orang berhak hidup sejahtera lahir dan ba
thin, bertempat tinggal, dan mendapatkan lingkungan hidup yang baik
dan sehat serta berhak memperoleh pelayanan kesehatan
c. Pasal 34 : negara bertanggungjawab atas penyediaan fasilitas pelaya
nan kesehatan dan fasilitas pelayanan umum yang layak
➢ Keputusan Menkes RI No. 1076/Menkes/SK/VII/2003 : me
ngatur tentang penyelenggaraan pengobatan tradisional.
Berisi cara-cara mendapatkan izi praktek pengobatan tradi
sional beserta syarat-syaratnya.
➢ Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 1109/Menkes/Per/IX/
2007 : penyelenggaraan pengobatan komplementer altern
atif di fasilitas pelayanan kesehatan yang dapat dilaksana
kan secara sinergi, terintegrasi dan mandiri pada fasilitas
pekayanan kesehatan.
➢ UU RI No. 36 tahun 2009 tentang kesehehatan
a. Pasal 1 butir 16 : pelyanan kesehatan tradisional adalah p
engobatan dan atau perawatan dgn cara obat yg mengac
u pd pengalaman dan keterampilan turun temurun scr em
piris yg dpt dipertanggungjawabkan dan diterapkan sesua
i dg norma yg berlaku di masyarakat
b. Pasal 48 : pelayanan kesehatan radisional
c. Bab III Pasal 59 s/d 61 : pelayanan kesehatan tradisional
➢ Keputusan Direktur Jenderal Bina Pelayanan Medik, No. HK.03.05/I/199/
2010 : pedoman kriteria penentapan metode pengobatan komplementer
alternatif yg dpt diintegrasikan di fasilitas pelayanan kesehatan
➢ UU RI NO 38 Th 2014 : tentang keperawatan
➢ Peraturan Pemerintah RI No 103 Th 2014 Tentang Pelayanan Kesehatan
Tradisional
➢ Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 37 Tahun 2017 Ten
tang Pelayanan Kesehatan Tradisional Teintegrasi
Silva & Ludwick (2005) mengidentifikasi ada tiga isu etik sekaitan den
gan terapi komplementer
1. Keamanan (safety)
• Keamanan terapi komplementer menjadi isu sentral yang diangkat oleh P
ersatuan Perawat Amerika (American Nurses’ Association - ANA) karena
dalam kode etiknya disebutkan bahwa: “The nurse promotes, advocates f
or, and strives to protect the health, safety, and rights of the patients.”
• Kata aman (safety) tertulis italik sebagai bentuk penekanan untuk memb
erikan gambaran betapa pentingya aman untuk segala tindakan yang dil
akukan perawat.
• Mereka menganggap bahwa terapi komplementer seperti diit suplemen v
itamin tidak aman karena tidak diatur oleh balai POMnya Amerika (Food
& Drug Administration – FDA).
• Dalam kondisi seperti ini mereka berargumentasi bahwa ketika perawat
mengarahkan pada kliennya untuk mengambil kesempatan dalam terapi
alternatif / komplementer seperti diit suplemen sama saja perawat yang b
ersangkutan membiarkan kliennya masuk dalam resiko membahayakan.
2. Bidang praktik (scope of praktice)
• Isu etik untuk terapi komplementer yang kedua adalah skop praktik yang tidak jelas d
ari sekitar 1800 terapi komplementer yang teridentifikasi ke dalam bidang praktik kep
erawatan.
• Artinya, masih menurut ANA bahwa ada pertanyaan mendasar yang harus dijawab se
kaitan skop praktik secara legal dan etik dari penggunaan terapi modalitas kompleme
nter dalam praktik keperawatan profesional yaitu:
a. Kapan teknik tersebut diajarkan dan dipraktikkan oleh individu bukan perawat maupu
n oleh perawat?
b. Mungkinkah seorang perawat melakukan pemijatan sederhana atau pemijatan terapi
(therapeutic massage)?
c. Mungkinkah seorang perawat melakukan terapi sentuhan secara pribadi maupun sec
ara profesional mandiri?
• Pada aspek ini bahaya dapat muncul baik bagi klien maupun perawat jika skop prakti
k komplementer tidak jelas. Hal ini dapat dipahami bahwa pasien dapat ‘dibahayakan
” oleh perawat yang mempraktikkan terapi komplementer jika perawat itu sendiri tidak
disiapkan untuk itu. Atau perawat dapat ‘dibahayakan’ secara profesional ketika mere
ka melakukan praktik di luar skop atau area praktik keperawatan atau melakukan tera
pi yang masih dipertanyakan.
3. Perbedaan budaya (cultural diversity)
“It is obligatory to know the law before carrying out activities because
the law is made to govern in a good direction”
DAFTAR PUSTAKA
Aiken, T, D. (2002). Legal dan Ethical Issue in Health Occupation. Philadelpia: WB Saunde
rs
Deutsch, J, E. (2008). Complemetary Therapies for Physical Therapy. Missouri : Mosby Inc
Lindquist, R., Snyder, M., & Tracy, mary fran . (2014). Complementary & Alternative Therap
ies in Nursing. New York: Springer Publishing company, LLC.
Melean, S.,& Mason, John Kenyon. (2004). Legal and Ethical Aspects of healthcare. United
States of America : Cambridge University Press