Anda di halaman 1dari 32

ASPEK LEGAL ETIK TERAPI ALTERNATIF SERTA

KEBIJAKAN DI INDONESIA DAN NEGARA-NEGARA LAIN


Oleh :
Ns. I Gusti Ayu Pramitaresthi, S.Kep.,M.Kep
ayupramita@unud.ac.id
PSSIKPN TH 2021
TOPIK BAHASAN
01 Definisi

02 Konsep Legal Etik

03 Aturan-aturan yang berlaku

04 Isu Legal Etik

05 Syarat-syarat mendirikan terapi komplementer


APA ITU LEGAL
ETIK??
DEFINISI

➢Legal adalah sesuatu yang dianggap sah oleh hukum dan undang-un
dang .
➢Etik adalah landasan perilaku seseorang dalam memutuskan benar a
tau salah dalam suatu tindakan/perilaku.
Keperawatan dan profesi kesehatan lainnya sering m
enyebut area terapi komplementer, sedangkan Nation
al Center for Complementary and Alternative Medicine
(NCCAM) menyebutnya sebagai pengobatan komple
menter. Menurut NCCAM, terapi komplementer/pengo
batan alternatif adalah sekelompok pelayanan medis
dan pelayanan kesehatan, praktek, dan produk yang s
aat ini tidak dianggap sebagai bagian dari kovensional
obat (NCCAM, 2012)
Konsep legal
➢ Penilaian yang baik dan menyuarakan pembuatan
keputusan yang menjamin asuhan keperawatan yang
aman dan sesuai.

➢Pedoman legal yang harus diikuti : Undang-undang,


Hukum (sipil, kriminal, pengaturan/administratif, dan huk
um adat dll
Dimensi legal
Perawat harus tahu tentang hukum yang mengatur
praktik keperawatan karena:

1.Memberikan kepastian bahwa keputusan dan tindakan


yang dilakukan sesuai dengan prinsip hukum.

2. Melindungi perawat dari liabilitas.


Legal Artinya

 PERTIMBANGAN PEMBUATAN KEPUTUSAN BEN


AR TIDAKNYA SUATU PERBUATAN

 MERUPAKAN MODEL PERILAKU & STANDAR YA


NG DIHARAPKAN
Apa yg menjd Issue legal ..
.
 Kesadaran masyarakat terhadap hak-hak mereka dala
m pelayanan kesehatan yang manusiawi semakin me
ningkat

 Pemberi asuhan yang profesional, yang aman, efektif


dan ramah terhadap pasien .

 Jika harapan ini tidak terpenuhi, maka masyarakat aka


n menempuh jalur hukum untuk membela hak-haknya.
Lanjutan....
 Klien mempunyai hak legal yang diakui secara hukum untuk m
endapatkan pelayanan yang aman dan kompeten.

 Perhatian terhadap legal dan etik yang dimunculkan oleh kon


sumen telah mengubah sistem pelayanan kesehatan.
Lanjutan...
• Kebijakan yang ada dalam institusi menetapkan prosedur
yang tepat untuk mendapatkan persetujuan klien terhada
p tindakan pengobatan yang dilaksanakan.

• Membentuk berbagai komite etik untuk meninjau praktik


profesional dan memberi pedoman bila hak-hak klien ter
ancam
Lanjutan...

 Perhatian lebih juga diberikan pada advokasi


klien sehingga pemberi pelayanan kesehatan
semakin bersungguh-sungguh untuk tetap me
mberikan informasi kepada klien dan keluarg
anya bertanggung jawab terhadap tindakan y
ang dilakukan.
Etika Profesi Kesehatan
Etika Profesi Kesehatan suatu cabang dari etika yang berhubu
ngan dengan masalah moral yang timbul dalam praktek pelaya
nan kesehatan, etika sebagai pedoman tenaga kesehatan untu
k perperilaku thd orang lain
• Melatih kepekaan Tenaga Kesehatan
• Hati nurani
• Refleksi pengembangan etika diri
• Inti etika adalah terhadap pasien & teman sejawat
Siapa yang menilai tindakan etis
terhadap profesi kesehatan?
• Pandangan masyarakat pada umumnya

• Pandangan keluarga pasien,

• Kesejawatan ( didalam dan antar ikatan profesi kesehatan)

• agama

• Media, budaya, sumber eksternal lain


Sedangkan etik Keperawatan

 Sudut pandang pd apa yg baik dan benar untuk


kesehatan dan kehidupan manusia.

 Mengarahkan bagaimana seorang perawat haru


s bertindak dan berinteraksi dengan orang lain
Landasan Etika Profesi Kesehatan
• Autonomy/kemandirian
• Beneficence (Berbuat Baik)
• Justice (Keadilan)
• Non-Maleficence (Tidak Merugikan)
• Veracity (Kejujuran)
• Fidelity (Menepati Janji)
• Confidentiality (Kerahasiaan)
• Accountability (Akuntabilitas)
➢ Undang-Undang Keperawatan No. 38 tahun 2014 tentang Praktik Keperawata
n pasal 30 ayat (2) huruf m yang berbunyi “dalam menjalankan tugas sebagai
pemberi asuhan keperawatan di bidang upaya kesehatan masyarakat, perawa
t berwenang melakukan penatalaksanaan keperawatan kompelementer dan al
ternatif”.

➢ Dalam penjelasannya pasal 30 ayat (2) huruf m tersebut adalah melakukan pn


atalaksanaan keperawatan komplementer dan alternatif merupakan bagian da
ri penyelenggaraan praktik keperawatan dengan memasukan/mengintegrasika
n terapi komplementer dan alternatif dalam pelaksanaan asuhan keperawatan.
➢ Sementara itu dalam Undang-Undang kesehatan No. 36 tahun 2009 men
egaskan tetang penggunaan terapi komplementer dan alternatif pasal 1 a
yat (16) pelayanan kesehatan tradisional adalah pengobatan dan/atau per
awatan dengan cara dan obat yang mengacu pada pengalaman dan keter
ampilan turun temurun secara empiris yang dapat dipertanggung jawabka
n dan diterapkan sesuai dengan normal yang berlaku di masyarakat.
➢ Pada pasal 28 ayat (1) huruf e disebutkan bahwa penyelenggaraan upaya
kesehatan sebagaimana dimaksud dalam pasal 47 dilaksanakan melalui k
egiatan pelayanan kesehatan tradisional. Pada undang-undang ini juga m
enjelaskan bahwa pelayanan kesehatan tradisional dibagi menjadi dua ya
kni menggunakan keterampilan dan menggunakan ramuan. dan juga mas
yarakat diberi kesempatan yang seluas-luasnya untuk mengembangkan,
meningkatkan dan menggunakan pelayanan kesehatan tradisional yang d
apat dipertanggungjawabkan manfaat dan keamananya.
ATURAN-ATURAN

➢ UUD 1945 :
a. Pasal 28 A : setiap orang berhak untuk hidup serta berhak mempertah
ankan hidup dan kehidupannya
b. Pasal 28 H (ayat 1) : setiap orang berhak hidup sejahtera lahir dan ba
thin, bertempat tinggal, dan mendapatkan lingkungan hidup yang baik
dan sehat serta berhak memperoleh pelayanan kesehatan
c. Pasal 34 : negara bertanggungjawab atas penyediaan fasilitas pelaya
nan kesehatan dan fasilitas pelayanan umum yang layak
➢ Keputusan Menkes RI No. 1076/Menkes/SK/VII/2003 : me
ngatur tentang penyelenggaraan pengobatan tradisional.
Berisi cara-cara mendapatkan izi praktek pengobatan tradi
sional beserta syarat-syaratnya.
➢ Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 1109/Menkes/Per/IX/
2007 : penyelenggaraan pengobatan komplementer altern
atif di fasilitas pelayanan kesehatan yang dapat dilaksana
kan secara sinergi, terintegrasi dan mandiri pada fasilitas
pekayanan kesehatan.
➢ UU RI No. 36 tahun 2009 tentang kesehehatan
a. Pasal 1 butir 16 : pelyanan kesehatan tradisional adalah p
engobatan dan atau perawatan dgn cara obat yg mengac
u pd pengalaman dan keterampilan turun temurun scr em
piris yg dpt dipertanggungjawabkan dan diterapkan sesua
i dg norma yg berlaku di masyarakat
b. Pasal 48 : pelayanan kesehatan radisional
c. Bab III Pasal 59 s/d 61 : pelayanan kesehatan tradisional
➢ Keputusan Direktur Jenderal Bina Pelayanan Medik, No. HK.03.05/I/199/
2010 : pedoman kriteria penentapan metode pengobatan komplementer
alternatif yg dpt diintegrasikan di fasilitas pelayanan kesehatan
➢ UU RI NO 38 Th 2014 : tentang keperawatan
➢ Peraturan Pemerintah RI No 103 Th 2014 Tentang Pelayanan Kesehatan
Tradisional
➢ Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 37 Tahun 2017 Ten
tang Pelayanan Kesehatan Tradisional Teintegrasi
Silva & Ludwick (2005) mengidentifikasi ada tiga isu etik sekaitan den
gan terapi komplementer
1. Keamanan (safety)
• Keamanan terapi komplementer menjadi isu sentral yang diangkat oleh P
ersatuan Perawat Amerika (American Nurses’ Association - ANA) karena
dalam kode etiknya disebutkan bahwa: “The nurse promotes, advocates f
or, and strives to protect the health, safety, and rights of the patients.”
• Kata aman (safety) tertulis italik sebagai bentuk penekanan untuk memb
erikan gambaran betapa pentingya aman untuk segala tindakan yang dil
akukan perawat.
• Mereka menganggap bahwa terapi komplementer seperti diit suplemen v
itamin tidak aman karena tidak diatur oleh balai POMnya Amerika (Food
& Drug Administration – FDA).
• Dalam kondisi seperti ini mereka berargumentasi bahwa ketika perawat
mengarahkan pada kliennya untuk mengambil kesempatan dalam terapi
alternatif / komplementer seperti diit suplemen sama saja perawat yang b
ersangkutan membiarkan kliennya masuk dalam resiko membahayakan.
2. Bidang praktik (scope of praktice)
• Isu etik untuk terapi komplementer yang kedua adalah skop praktik yang tidak jelas d
ari sekitar 1800 terapi komplementer yang teridentifikasi ke dalam bidang praktik kep
erawatan.
• Artinya, masih menurut ANA bahwa ada pertanyaan mendasar yang harus dijawab se
kaitan skop praktik secara legal dan etik dari penggunaan terapi modalitas kompleme
nter dalam praktik keperawatan profesional yaitu:

a. Kapan teknik tersebut diajarkan dan dipraktikkan oleh individu bukan perawat maupu
n oleh perawat?
b. Mungkinkah seorang perawat melakukan pemijatan sederhana atau pemijatan terapi
(therapeutic massage)?
c. Mungkinkah seorang perawat melakukan terapi sentuhan secara pribadi maupun sec
ara profesional mandiri?

• Pada aspek ini bahaya dapat muncul baik bagi klien maupun perawat jika skop prakti
k komplementer tidak jelas. Hal ini dapat dipahami bahwa pasien dapat ‘dibahayakan
” oleh perawat yang mempraktikkan terapi komplementer jika perawat itu sendiri tidak
disiapkan untuk itu. Atau perawat dapat ‘dibahayakan’ secara profesional ketika mere
ka melakukan praktik di luar skop atau area praktik keperawatan atau melakukan tera
pi yang masih dipertanyakan.
3. Perbedaan budaya (cultural diversity)

• Gejala multikultur memiliki efek positif karena adanya keragaman bu


daya yang saling mengisi dan mendukung satu dengan lainnya.
• Namun tidak jarang perbedaan budaya berimbas pada kesulitan ko
munikasi akibat penggunaan bahasa yang berbeda.
• kibatnya perawat juga tidak terlepas dari gejala bertemu dan berkom
unikasi kepada klien yang memiliki berbagai latar belakang budaya.
• Jika demikian maka perawat akan mengalami kendala dalam memp
raktikkan terapi komplementer karena nilai yang dimiliki klien dapat
berbeda dengan yang dipunyai oleh perawat. Pada kondisi semaca
m ini sering terjadi konflik atau bahkan dilema etik.
Dikotomus barat – timur?
 Dunia barat yang menganut aliran rasional secara tegas dalam beberapa dekade mengan
ggap bahwa terapi komplementer sebagai ilmu yang tidak dapat dijelaskan atau dinalar.
 Bahkan tidak jarang yang menganggap bahwa terapi komplementer sebagai terapi yang di
kembangkan oleh negara terbelakang yang tidak ‘layak’ diadopsi oleh negara maju?
 Banyak penelitian dilakukan untuk membuktikan bagaimana terapi yang tadinya dilihat seb
elah mata menjadi bahan kajian ilmiah di forum-forum ilmiah.
 Ernst (1996) dengan complementary medicine: a critical appraisal, Lewith, Kenyon, & Lewi
s (1996) dengan complementary medicine: an integrated approach, atau Vickers (1998) de
ngan Examining complementary medicine, Vincent, & Furnham (1997) dengan complemen
tary medicine: a research perspective, sampai pada Woodham, Peters (1997) dengan tulis
annya tentang an encyclopaedia of complementary medicine.
UU No.36/2009 TTG KESEHATAN
• Pasal 22→harus memiliki kualifikasi minimum
• Pasal 23→Izin dan Kewenangan
• Pasal 24→Bekerja sesuai kode etik dan standar
• Pasal 25→Peningkatan Mutu Nakes→Diklat
• Pasal 26→Penempatan dan pendayagunaan
• Pasal 27→Hak,kewajiban, Imbalan dan
Perlindungan Hukum
• Pasal 28→Pemeriksaan kesehatan utk hukum
• Pasal 29→Dugaan kelalaian profesi oleh
nakes, penyelesaian dg mediasi
Permenkes 148/2010
• Perawat harus punya SIPP untuk bisa menjalank
an praktik keperawatan
• Perawat harus memiliki STR, sebagai bukti tertuli
s yang diberikan oleh pemerintah kepada nakes y
ang telah memiliki sertifikat kompetensi
• Bisa praktik mandiri/diluar mandiri
• Ijazah minimal DIII Keperawatan
Praktik Mandiri
• Wajib memasang papan nama praktik keperawatan
• Melakukan praktik harus sesuai kewenangan yang dimiliki
• Praktik Keperawatan :
a. Pelaksanaan asuhan keperawatan
b. Upaya promotif,preventive, pemulihan, dan pemberdayaan
masyarakat
c. Pelaksanaan tindakan keperawatan komplementer
Tanggung Jawab Hukum dalam
Praktik
▪ Melaksanakan keperawatan mandiri
atau yang didelegasikan
▪ Mandiri → tanggungjawab penuh
▪ Pendelegasian→Tanggungjawab yan
g memberikan delegasi
KESIMPULAN

Perawat dalam melaksanakan praktik komplementer hendaknya


mengetahui terlebih dahulu aturan-aturan yang mengatur agar
praktik memiliki legalitas dan sesuai dengan kode etik keperawatan.

“It is obligatory to know the law before carrying out activities because
the law is made to govern in a good direction”
DAFTAR PUSTAKA
Aiken, T, D. (2002). Legal dan Ethical Issue in Health Occupation. Philadelpia: WB Saunde
rs

Deutsch, J, E. (2008). Complemetary Therapies for Physical Therapy. Missouri : Mosby Inc

Lindquist, R., Snyder, M., & Tracy, mary fran . (2014). Complementary & Alternative Therap
ies in Nursing. New York: Springer Publishing company, LLC.

Melean, S.,& Mason, John Kenyon. (2004). Legal and Ethical Aspects of healthcare. United
States of America : Cambridge University Press

Permenkes RI No. 1109/Menkes/Per/IX/2007. Penyelenggaraan Pengobatan Terapi Kompl


ementer Alternatif di Fasilitas Pelayanan Kesehatan

UU RI No. 38 Tahun 2014 Tentang keperawatan

Peraturan Pemerintah RI No 103 Th 2014 Tentang Pelayanan Kesehatan Tradisional


Thank you
STAY AT HOME AND
KEEP HEALTH

Anda mungkin juga menyukai