self-healing merupakan sebuah kasus yang dapat dimasukkan ke dalam bentuk komunikasi
intrapersonal, karena yang menjadi fokus perhatian adalah proses yang terjadi dalam diri individu,
tepatnya pada aspek self. Komunikasi intrapersonal dapat diartikan sebagai komunikasi di
dalam, dengan dan kepada diri sendiri. Self sendiri dapat dibatasi sebagai ”individual known to
individual” yang di dalamnya individu memuat sejumlah komponen dan proses yang dapat
diidentifikasi, yang antara lain berupa kognisi (thinking/cognition), persepsi (perception),
memori (memory), rasa / hasrat (feeling/desire), motivasi (motivation), kesadaran
(consciousness), dan hati nurani (conscience/moral sense).
Kesimpulan dari pengertian self healing adalah Prosedur penyembuhan diri sendiri yang
untuk mengurangi rasa stres, takut dan masalah mental emosional lainnya. Ini tidak ditujukan
sebagai terapi penyakit tertentu, baik fisik maupun mental, atau sebagai pengganti terapi medis
atau psikologis profesional.
Penyembuhan diri atau individual (self healing) merupakan menyembuhkan diri sendiri
dari berbagai ketegangan awal, namun jika seseorang merasa tidak mampu lagi maka seharusnya
dibawa keyang lebih mampu seperti konseling.
Tujuan self-healing tersendiri adalah lebih ke memahami diri sendiri. Ketika kita berhasil
menjalankan self-healing, kita akan menjadi pribadi yang penuh dengan penerimaan terhadap
segala kegagalan, kesulitan, dan akan lebih tegas dalam menjalani masalah hidup. Menghadapi
masalah hidup justru memberikan banyak pelajaran yang tidak diajari oleh siapapun.
“If there’s no breaking then there’s no healing, and if there’s no healing then there’s no learning.”
— One Tree Hill.
3. Dengan self-healing, kamu dapat menyugesti atau memrogram otak dengan sugesti-sugesti
positif. Sugesti-sugesti positif tersebut akan membawa pengaruh besar dalam kehidupanmu.
KESIMPULAN
Dari uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa inti penyebab psikosomatis
(penyakit karena kondisi psikologis) yaitu TERPENDAMNYA EMOSI DAN
PERASAAN. Emosi dan perasaan ini dipendam karena etika, logika, dan budaya
tidak memungkinkan keduanya terkespresikan lewat mekanisme fight or flight
(menyerang atau berlari). Dari sini, dapat disimpulkan bahwa emosi dan perasaan
tersebut harus dilepaskan, bukan dipendam.
REFERENSI
Prof. Dr. Sofyan S. Willis. 2009. KONSELING INDIVIDUAL Teori dan Praktek,
Bandung:AlFabeta.
Kartini Kartono, 2000. Hygiene Mental, Bandung: Mandar Maju.
Beck, Andrew, Bennett, Peter and Wall, Peter. 2002. As Communication Studies The
Essential Introduction. London: Routledge