Anda di halaman 1dari 10

PORTOFOLIO

“KOMPLEMENTER BIOLOGICAL DALAM KEBIDANAN”

Dosen pengampu
Sismeri Dona, M.Keb

Disusun oleh :
Medica lenty
Nim 11194862110100

PROGRAM STUDI SARJANA KEBIDANAN


FAKULTAS KESEHATAN
UNIVERSITAS SARI MULIA
BAB 1

Konsep Dasar Komplementer Biological

A. Pengertian Terapi Komplementer

Terapi komplementer adalah cara penanggulangan penyakit yang dilakukan sebagai


pendukung pengobatan medis konvensional atau sebagai pengobatan pilihan lain diluar
pengobatan medis yang konvensional. Prinsip dari terapi komplementer adalah terapi yang
diberikan sebagai pelengkap dari standar asuhan pelayanan kebidanan yang berlaku.

Menurut WHO terapi komplementer adalah pengobatan non konvensional yang bukan
berasal dari Negara yang bersangkutan. Istilah pengobatan komplementer atau pengobatan
alternatif mengacu pada satu set luas praktik pelayanan kesehatan yang bukan merupakan
bagian dari tradisi Negara itu sendiri. Misalnya saja di Indonesia Jamu itu menjadi tradisi,
sehingga bukan menjadi terapi komplementer melainkan masuk dalam pengobatan tradisional.
Pengobatan tradisional adalah pengobatan yang sudah ada sejak zaman dahulu digunakan dan
di turunkan secara turun temurun pada suatu Negara.

Sesuai dengan Peraturan Menteri Kesehatan definisi pengobatan komplementer tradisional-


alternatif adalah pengobatan non konvensional yang di tunjukan untuk meningkatkan derajat
kesehatan masyarakat, meliputi upaya promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif yang
diperoleh melalui pendidikan terstruktur dengan kualitas, keamanan, dan efektivitas yang tinggi
berlandaskan ilmu pengetahuan biomedik tapi belum diterima dalam kedokteran konvensional.
Dalam pelayanan kebidanan terapi komplementer dapat diberikan mulai dari remaja, kehamilan,
persalinan, nifas dan menyusui, bayi dan balita serta wanita usia subur.

B. Klasifikasi

Secara Internasional oleh The House of Lords (2000) terapi komplementer diklasifikasi
menjadi 3 group yaitu:

1. Group I : terapi yang diorganisasikan oleh professional, mempunyai sistem yang lengkap
dalam pelayanan kesehatan dengan jalur pendidikan yang terstandar, kode etik dan
berdasarkan riset. Contoh nya seperti: Osteopathy, Chiropractic, Acupuncture, Herbal Medicine,
Homoeopati 2. Group II : terapi pelengkap (komplementer)/ suportif dalam pelayanan
kesehatan, bukti riset masih terbatas, belum ada aturan secara nasional. Contohnya adalah:
Aromatheraphy, Reflexology, Massage, Shiatssu, Hypnotheraphy, Yoga

3. Group III : merupakan terapi alternatif, belum diatur secara khusus, belum banyak bukti riset.
Group III dibedakan menjadi 2 yaitu III A dan IIIB, yang termasuk III A adalah terapi dengan
system tradisional dan tidak banyak digunakan dalam pelayanan kebidanan seperti Traditional
chinese medicine (TCM), Indian ayurvedic medicine, Japanese campo, Antroposophical
medicine, dan Naturophathy Sedangkan group III B adalah diagnostic terapi contohnya crystal
teraphy, dowsing, iridology, radionics.

Di Indonesia terapi komplementer diklasifikasikan menjadi 2 yaitu:

1. Pelayanan Kesehatan Tradisional

2
Pelayanan kesehatan tradisional adalah pengobatan dan/atau perawatan dengan cara dan
obat yang mengacu pada pengalaman dan keterampilan turun temurun secara empiris yang
dapat dipertanggungjawabkan dan diterapkan sesuai dengan norma yang berlaku di
masyarakat. Contoh pelayanan kesehatan tradisional adalah penggunaan bengkung pada ibu
nifas.

2. Layanan Kesehatan Ramuan

Pelayanan kesehatan tradisional yang telah terbukti secara empiris kini sudah mulai
berkembang sesuai dengan kemajuan tehnologi, Salah satu upaya dalam menjaga kesehatan
dan kebugaran tubuh yaitu pelayanan kesehatan tradisional dengan ramuan. Ramuan
tradisional dikemas dengan cara efektif, efisien dan modern sehingga mudah di gunakan.
Apresiasi pemerintah tentang obat tradisional ramuan mulai menguat sejak pencanangan tahun
kebangkitan jamu pada tanggal 27 Mei 2008 oleh Presiden Republik Indonesia. Pencanangan
ini menyadarkan semua pihak untuk mengembangkan industry dan usaha jamu agar dapat
diterima dalam bidang kesehatan. Peraturan Pemerintah RI Nomor: 103 tahun 2014 tentang
pelayanan kesehatan tradisional dalam salah satu pasal menyebutkan bahwa pelayanan
kesehatan tradisional dibina dan diawasi oleh pemerintah agar dapat dipertanggungjawabkan
manfaat dan keamanan serta tidak bertentangan dengan norma agama.

C. Dasar Hukum

Dalam pelayanan komplementer dasar hukum yang melindunginya adalah

1. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia nomor 381/Menkes/SK/III/2007 tentang


tradisional.

2. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 1076/Menkes/SK/2003 tentang


pengobatan tradisional yang menguraikan tentang cara-cara mendapatkan izin praktik
pengobatan tradisional beserta syarat-syaratnya.

3. Peraturan Menteri Kesehatan Republik No.1109/Menkes/PER/X/2007 tentang


penyelenggaraan Indonesia pengobatan komplementer-alternatif difasilitas kesehatan
pelayanan kesehatan, jenis pengobatan tenaga pelaksana termasuk tenaga asing.

4. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia nomor 003/MENKES/PER/1/2010 tentang


santifikasi jamu dalam penelitian berbasis pelayanan kesehatan.

5. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia nomor 90 tahun 2013 tentang sentra
pengembangan dan penerapan pengobatan tradisional.

6. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia nomor 1186/Menkes/Per/XI/1996 tentang


pemanfaatan akupuntur disarana pelayanan kesehatan

7. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia nomor 1277/MENKES/SK/VIII/2003


tentang tenaga akupuntur

8. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia nomoe 121 tahun 2008 tentang standar
pelayanan medik herbal.

3
9. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia nomor 1205/Menkes/Per/X/2004 tentang
pedoman persyarataan kesehatan pelayanan sehat pakai air, peraturan ini mengatur tentang
SPA (Solus Per Aqua) atau dalam bahasa Indonesia sering diartikan terapi sehat pakai air.

D. Integrasi Pelayanan Komplementer

Secara garis besar WHO membagi menjadi 3 jenis yaitu:

1. Integrasi Penuh, yaitu pelayanan kesehatan tradisional sudah terintegrasi secara


keseluruhan ke dalam sistem kesehatan suatu negara (adanya pelayanan kesehatan tradisional
di fasilitas pelayanan kesehatan Pemerintah/ swasta, pendidikan/ pelatihan, regulasi pelayanan,
regulasi penyediaan dan registrasi obat dan asuransi/ klaim), misalnya di negara China, Korea,
Vietnam.

2. Integrasi Inklusif, yaitu baru sebagian aspek pelayanan kesehatan tradisional berintegrasi ke
dalam sistem kesehatan suatu Negara, misalnya di negara Inggris, AS, Kanada, Norwegia,
Jerman, Australia, Nigeria, India, Ghana, Indonesia, Sri Lanka, Jepang & Uni Emirat Arab.

3. Integrasi Toleransi, yaitu seluruh sistem kesehatan nasional suatu negara berlandaskan
kedokteran konvensional tapi beberapa jenis pelayanan kesehatan tradisional masih dapat
diterima oleh undang-undang, misalnya di negara Italia.

E. Fakta-Fakta Mengenai Terapi Komplementer

Terdapat penelitian yang telah membuktikan bahwa pengobatan tradisional/ komplementer


dapat menjadi solusi untuk mengurangi rasa ketidaknyamanan bahkan dapat menyembuhkan
beberapa penyakit. Pengobatan ini lebih aman dan memiliki risiko yang lebih rendah
dibandingkan dengan obat modern dengan bahan kimia. Meskipun pengobatan tradisional/
komplementer relatif lebih aman namun bukan berarti tidak menimbulkan risiko.

Pengobatan tradisional/komplementer tidak dapat dilakukan pada beberapa situasi. Misalnya


saja seseorang yang hendak menjalani prosedur medis yang membutuhkan anestesi, maka di
anjurkan untuk tidak mengkonsumsi ramuan tradisional selama 2 minggu sebelum pelaksanaan
operasi. Dr John Neeld, ahli anestesiolog dari Amerika mengungkapkan bahwa berdasarkan
pengalaman, telah dilaporkan bahwa jenis tanaman obat popular termasuk gingseng dapat
menyebabkan fluktuasi tekanan darah yang dapat membahayakan saat pelaksanaan anestesi.
Tanaman jahe dan ginkgo biloba juga menyebabkan gangguan penggumpalan darah sehingga
sangat berbahaya jika pasien diberikan anestesi epidural. Perdarahan di dekat syaraf tulang
belakang berisiko terjadinya kelumpuhan.

Keadaan lain yang tidak diperkenankan dalam mengkonsumsi obat herbal yaitu dalam
keadaan hamil atau menyusui, karena dalam kondisi hamil atau menyusui harus waspada
terhadap risiko yang mungkin terjadi pada bayinya melalui barrier plasenta maupun melalui ASI.
Misalnya saja ibu hamil dilarang mengkonsumsi rumput fatimah (Labisia Pumila) dikarenakan
kandungan dari rumput fatimah terdapat oksitocyn yang merangsang kontraksi. Jika kontraksi
kontraksi sebelum waktu persalinan maka menyebabkan persalinan premature, selain itu
rumput Fatimah dapat menyebabkan risiko perdarahan pada proses persalinan dikarenakan
tidak tahu pasti berapa jumlah kandungan oksitocin yang masuk dalam tubuh.

4
Obat herbal tidak dapat diminum sembarangan, karena respon setiap individu berbeda.
Meskipun punya keluhan yang sama namun belum tentu pasien cocok dengan obat herbal yang
sama. Misalkan saja Jati belanda yang dikenal pelangsing alami tubuh tidak cocok digunakan
pada penderita gangguan lambung, karena tanaman ini memiliki reaksi mengiritasi lambung.

F. Terapi Komplementer dalam Kebidanan

Dalam filosofi kebidanan selalu berprinsip bahwa kehamilan dan persalinan merupakan
peristiwa yang normal, asuhan diberikan secara terus menerus (Continuity of care) sepanjang
daur reproduksi dan berpusat pada perempuan. Perempuan itu unik sehingga asuhan yang
diberikan kepada perempuan satu akan berbeda dengan perempuan yang lain oleh karena itu
asuhan tidak boleh di samakan melainkan sesuai kebutuhan. Tugas bidan dalam pelayanan
terbagi menjadi 4 yaitu promotif, preventif, deteksi dini komplikasi dan penanganan
kegawatdaruratan. Terapi komplementer dapat dilakukan pada tahap promotif dan preventif,
misalnya saja pada ibu hamil dilakukan prenatal yoga dengan harapan ibu yang mengikuti
prenatal yoga selama kehamilan akan membuat ibu menjadi lebih bugar, lebih sehat sehingga
dapat mengurangi ketidaknyamanan pada kehamilan dan mempersiapkan kondisi fisik saat
persalinan.

Terapi komplementer sudah mulai banyak dilakukan untuk remaja sebagai pengurangan
rasa nyeri saat menstruasi, saat awal kehamilan menggunakan jahe dalam upaya mengatasi
mual saat trimester 1, pengurangan ketidak nyamanan TM II dan III seperti nyeri punggung
dengan prenatal massage atau counter pressure serta menggunakan pelvic rocking untuk
mempercepat penurunan kepala janin, pengurangan rasa nyeri pada persalinan dengan
hypnobirthing serta endorphin massage. Pada Ibu nifas pelayanan komplementer yang dapat
diberikan yaitu penggunaan bengkung, pijat pada ibu nifas, pijat oksitocyn serta upaya.

G. Tujuan Terapi Komplementer

Menurut Purwanto (2013) tujuan terapi komplementer secara umum adalah:

1. Memperbaiki fungsi dan sistem kerja organ-organ tubuh secara menyeluruh

2. Meningkatkan sistem kekebalan tubuh terhadap penyakit

3. Menstimulasi dan mengaktifkan mekanisme penyembuhan alami tubuh Terapi komplementer


bertujuan untuk memperbaiki fungsi dari sistem-sistem tubuh, terutama sistem kekebalan dan
pertahanan tubuh agar tubuh dapat menyembuhkan dirinya sendiri yang sedang sakit, karena
tubuh kita sebenarnya mempunyai kemampuan untuk menyembuhkan dirinya sendiri, asalkan
kita mau mendengarkannya dan memberikan respon dengan asupan nutrisi yang baik dan
lengkap serta perawatan yang tepat.

H. Hubungan Asuhan Kebidanan Terhadap Terapi Komplementer

Asuhan Kebidanan Komplementer adalah serangkaian tindakan yang dapat berfungsi


sebagai pelengkap dalam pemenuhan kebutuhan dasar manusia. Jenis tindakan ini merupakan
strategi holistik yang dapat diterapkan oleh bidan untuk membantu pemulihan organ- organ vital
pasien yang mengalami gangguan kesehatan. Menurut National Institute of Health (NIH), terapi
komplementer dikategorikan menjadi 5 bagian, yaitu:

5
1. Biological Based Practice: herbal, vitamin, dan suplemen

2. Mind-body techniques: meditasi

3. Manipulative and body-based practice: pijat, refleksi

4. Energy therapies: terapi medan magnet

5. Ancient medical system: obat tradisional china, aryuveda, akupuntur.

BAB 2

Jenis Terapi Komplementer

Berikut ini jenis-jenis terapi komplementer yang ada di Indonesia antara lain:

1. Terapi herbal medik, yaitu terapi dengan menggunakan obat bahan alam, baik berupa herbal
terstandar dalam kegiatan pelayanan penelitian maupun berupa fitofarmaka Terapi dengan
munggunakan herbal medik ini diatur lebih lanjut oleh Keputusan Meteri Kesehatan Republik
Indonesia Nomor 121/MENKES/SK/II/2008 tentang Standar Pelayanan Medik Herbal. Ada
beberapa persyaratan yang harus dipenuhi, yaitu:

a. Memilik sertifikat kompetensi di bidang herbal dan telah mendapatkan kewenangan dari
organisasi seminat Perhimpunan Dokter Indonesia Pengembang Kesehatan Tradisional Timur
(PDPKT)

b. Standar ketenagaan (SDM) adalah dokter dan atau dokter gigi yang sudah memiliki
kompetensi.

c. Bahan yang digunakan harus yang telah terstandar (obat jadi) namun apabila meracik sendiri
dokter pelaksana harus didampingi assisten apoteker.

d. Rumah sakit yang dapat melakukan pelayanan medik herbal wajib mendapatkan izin dari
Kementrian Kesehatan Republik Indonesia (Purwanto, 2013).

Contoh: Wedang Jahe Lemon Minuman herbal ini dipercaya mujarab untuk meningkatkan
sistem kekebalan tubuh, menghangatkan, serta menjaga kondisi tubuh dari gangguan
kesehatan saat musim hujan.

Bahan:

-1 rimpang jahe (memarkan)

-2 sdm madu

-1/2 buah lemon (peras airnya)

-1 gelar air

-Gula (secukupnya, jika ingin wedang yang lebih manis)

Alat:

Kompor , Panci , Gelas, Sendok

6
Cara Pembuatan:

1. Rebus jahe dan air hingga mendidih serta keluar aroma harumnya.

2. Tuang di gelas saji, tambahkan madu dan gula secukupnya.

3. Tambahkan air lemon secukupnya.

4. Aduk rata semua bahan, tunggu hingga hangat.

Efek Samping: Badan Pengawas Obat dan Makanan AS (FDA) sama-sama mengategorikan
lemon dan jahe sebagai bahan makanan yang "secara umum aman". Namun, jahe bisa
menyebabkan pengenceran darah, sehingga idealnya kita berkonsultasi dengan dokter
sebelum meminumnya jika kita sedang mengonsumsi obat-obatan pengencer darah.

Indikasi: Mengatasi mual, Menurunkan berat badan, Meningkatkan daya tahan tubuh,
Mengurangi risiko penyakit kardiovaskular dan hati, Mencegah diabetes, Menyehatkan kulit dan
rambut, Meredakan gejala pilek dan radang

Kontra Indikasi: Di konsumsi berlebihan karena dapat menyebabkan Gangguan pencernaan,


Meningkatkan risiko perdarahan, Mengganggu kerja obat diabetes, Memengaruhi kerja jantung,
Memengaruhi kerja obat darah tinggi

2. Komplementer Tradisional Alternatif

Jenis pengobatan komplementer tradisional alternatif yang dapat diselenggarakan


terintegrasi harus ditetapkan oleh Menteri Kesehatan setelah melalui pengkajian.

Jenis pelayanan pengobatan komplementer alternatif berdasarkan Permenkes RI, Nomor


1109/Menkes/Per/2007 adalah:

a. Intervensi tubuh dan pikiran (mind and body interventions): Hipnoterapi, mediasi,
penyembuhan spiritual, doa, dan yoga

b. Sistem pelayanan pengobatan alternatif: akupuntur, akupresur, naturopati, homeopati,


aromaterapi, ayurveda.

c. Cara penyembuhan manual: chiropractice, healing touch, tuina, shiatsu, osteopati, pijat urut.
d. Pengobatan farmakologi dan biologi: jamu, herbal, gurah

e. Diet dan nutrisi untuk pencegahan dan pengobatan: diet makro nutrient, mikro nutrient f. Cara
lain dalam diagnosa dan pengobatan: terapi ozon, hiperbarik, EECP

Contoh: Aromaterapi Lavender Aromaterapi dianggap menjadi salah satu alternatif untuk
membantu menghilangkan stres.

Bahan:

-Air

-Tanaman Lavender

7
-Minyak Zaitun

Alat:

Toples Bersih, Saringan

Cara Pembuatan:

Langkah 1 Bersihkan dan sterilkan toples

Langkah 2 Pilih jenis aromaterapi

Langkah 3 Pilih minyak

Langkah 4 Isi wadah

Langkah 5 Biarkan beberapa hari

Efek Samping: Aromaterapi bunga lavender (Lavandula angustifolia) yang tidak menimbulkan
efek samping dibandingkan dengan penatalaksaan farmakoterapi yang memberikan efek
samping yang kurang menguntungkan.

Indikasi: insomnia ,depresi dan ansietas, melancarkan sirkulasi darah, meredakan nyeri
mengurangi bengkak, menyingkirkan mengobati infeksi atau virus atau bakteri, luka bakar,
tekanan darah tinggi, gangguan pernapasan

Kontra Indikasi: Tidak ada kontra indikasi mutlak untuk penggunaan aromaterapi, namun pada
beberapa keadaan seperti epilepsy, alergi, dan serangan asma yang berat, aromaterapi
diberikan dengan lebih hati-hati dengan pengawasan ahli.

3. Terapi Biologis

Terapi Biological termasuk dalam terapi non invasive yang terdiri dari herbal, terapi nutrisi,
Aromaterapi karena dalam terapi komplementer terdiri dari terapi komplementer ada yang
invasif dan non-invasif. Contoh terapi komplementer invasif adalah akupuntur dan cupping
(bekam basah) yang menggunakan jarum dalam pengobatannya.

Contoh: Bekam atau Hijamah adalah suatu metode terapi penyembuhan dan pengobatan
dengan cara menghisap kulit dan jaringan di bawah kulit menggunakan cop dari gelas, plastik
atau tanduk sehingga darah mengumpul di bawah kulit, kemudian darah yang terkumpul
dikeluarkan dari kulit dengan sayatan dan hisapan.

Bahan: Disenfektan

Alat: Cupping set, Lancing device

Langkah Melakukan Terapi Bekam:

a. Mendata Pasien dan Melakukan Anamnesis (Wawancara)

b. Melakukan pemeriksaan dan menentukan diagnosa penyakit

c. Menentukan Titik Bekam

8
d. Mempersiapkan peralatan dan Pasien

e. Melakukan Bekam

Mempersiapkan alat-alat untuk berbekam, Sebelum berbekam dianjurkan untuk berdoa sesuai
agama dan kepercayaan, Memijit-mijit bagian tubuh yang akan dibekam dengan agar
peredaran darah lancar, Mensterilkan bagian tubuh yang akan dibekam dengan desinfektan,
Menghisap kulit dengan menggunakan gelas bekam, Menusuk-nusuk bagian tubuh yang akan
dibekam dengan jarum, Menghisap kembali bagian tubuh yang telah ditusuk, Diamkan selama
kurang lebih 5-9 menit sampai darah kotor keluar, Membersihkan dan membuang darah yang
tertampung dalam gelas bekam, Membersihkan bekas luka bekam.

Efek Samping: Terjadi pembengkakan, Muncul rasa tidak nyaman atau sakit pada area kulit
bekas cawan, Kulit terasa seperti terbakar, Bekas luka yang lama hilang, Terjadi infeksi pada
kulit.

Munculnya luka lepuhan jika cawan dibiarkan terlalu lama menempel pada kulit.

Indikasi: Bekam dapat digunakan untuk penyakit yang sifatnya lokal maupun sistemik. Bekam
dapat digunakan untuk mengurangi rasa sakit pada penyakit-penyakit seperti sakit kepala,
carpal tunnel syndrome dan beberapa penyakit lokal lainnya. Sementara untuk penyakit
sistemik, bekam banyak digunakan pada kasus-kasus hipertensi dan diabetes mellitus.

Kontra Indikasi: Bekam tidak bisa dilakukan langsung di atas pembuluh darah vena dan arteri,
nervus, pada kulit yang sedang mengalami inflamasi, lubang-lubang tubuh (lubang telinga,
hidung), mata, kelenjar limfe, luka yang terbuka, tulang yang patah, luka bakar dan thrombosis
vena dalam. Adapun penyakit-penyakit yang menjadi kontraindikasi untuk dilakukannya bekam
dapat dikelompokkan menjadi kontraindikasi absolut dan relatif

BAB 3

Rasional Penerapan Terapi Kebidanan Komplementer

Bentuk tindakan intervensi kebidanan yang digunakan dalam sistem pelayanan kebidanan
konvensional yang telah disepakati oleh kelompok keilmuwan tertentu dan dijadikan pokok
dalam penanganan pasien yang didukung oleh penggunaan standar dalam tindakan kebidanan
yang didasarkan pada hasil kajian sistematik dan evidance base tertentu. Bidan pada dasarnya
adalah profesi yang memberikan pelayanan secara holistik, sehingga pengggunanaan therapy
komplementer dan alternatif merupakan salah satu cara untuk membantu pasien secara fisik,
mental, sosial dan emosional. Terapi Komplementer merupakan metode penyembuhan yang
mempunyai cara berbeda dari pengobatan konvensional di dunia kedokteran, yang
mengandalkan obat kimia dan operasi, yang dilakukan oleh tenaga kesehatan. Banyak terapi
modalitas yang digunakan pada terapi komplementer mirip dengan tindakan perawatan seperti
teknik sentuhan, massage, dan manajemen stres.

BAB 4

Kewenangan Bidan Dalam Memberikan Komplementer Biological

9
Terapi komplementer yang dapat dilakukan bidan berasal dari pengetahuan tentang terapi
komplementer diantaranya sebagai konselor, pendidik kesehatan, peneliti, pemberi pelayanan
langsung, koordinator dan sebagai advokat. Sebagai konselor perawat dapat menjadi tempat
bertanya, konsultasi, dan diskusi apabila klien membutuhkan informasi ataupun sebelum
mengambil keputusan. Sebagai pendidik kesehatan, bidan dapat menjadi pendidik bagi perawat
di sekolah tinggi keperawatan seperti yang berkembang di Australia dengan lebih dahulu
mengembangkan kurikulum pendidikan. Bidan sebagai peneliti di antaranya dengan melakukan
berbagai penelitian yang dikembangkan dari hasilhasil evidence-based practice.
pengembangan kebijakan, praktik kebidanan, pendidikan, dan riset. Apabila isu ini berkembang
dan terlaksana terutama oleh bidan yang mempunyai pengetahuan dan kemampuan tentang
terapi komplementer, diharapkan akan dapat meningkatkan pelayanan kesehatan sehingga
kepuasan klien dan perawat secara bersama-sama dapat meningkatkan (HH, TH). Bidan
secara holistik harus bisa mengintegrasikan prinsip mind-body spirit dan modalitas (cara
menyatakan sikap terhadap suatu situasi) dalam kehidupan sehari-hari dan praktek
kebidanannya. Terapi komplementer menjadi salah satu cara bagi bidan untuk menciptakan
lingkungan yang terapeutik dengan menggunakan diri sendiri sebagai alat atau media
penyembuh dalam rangka menolong orang lain dari masalah kesehatan. Terapi komplementer
digunakan bersama-sama dengan terapi medis conventional.

BAB 5

Contoh Penerapan Komplementer di Lingkungan Sekitar

Pijat tradisional adalah keterampilan tanpa alat yang hanya menggunakan sentuhan
menggunakan jari tangan dan telapak tangan saja untuk memijat. Pijat tradisional adalah salah
satu terapi komplementer yang sering digunakan orang tua di desa dalam penanganan demam.
Orang tua menganggap menggunakan pijat adalah cara cepat untuk menurunkan demam anak
karena pijat salah satu manfaatnya melancarkan peredaran darah dan meredakan nyeri.

Bahan: Lotion atau Minyak Aromaterapi

Alat: -

Efek Samping: Rasa Sakit, Gumpalan Darah, Cidera Kerusakan Saraf

Indikasi: Otot Cidera, Nyeri, Sebagai Relaksasi

Kontra Indikasi: Luka Bakar, Putusnya Otot, Infeksi Kulit, Tumor

Daftar Isi

Sismeri Dona, M. Keb. 2021. “KOMPLEMENTER BIOLOGICAL DALAM PELAYANAN


KEBIDANAN”

PRODI KEBIDANAN PROGRAM SARJANA TERAPAN FAKULTAS KEDOKTERAN


UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA. 2018. “MIDWIFERY COMPLEMENTARY
COMMUNITY BASED”

10

Anda mungkin juga menyukai