Anda di halaman 1dari 12

FISIOTERAPI PADA LUKA BAKAR

pendahuluan
Luka bakar adalah suatu bentuk kerusakan atau
kehilangan jaringan yang disebabkan kontak dengan
sumber panas seperti api, air panas, bahan kimia, listrik,
dan radiasi.
Dekubitus adalah kerusakan/kematian kulit sampai
jaringan dibawah kulit, bahkan menembus otot sampai
mengenai tulang.
Secara garis besar, penyebab terjadinya luka bakar dapat
dibagi menjadi:
Paparan api kontak langsung antara jaringan dengan
api , contoh ; rokok, peralatan dapur, dll.
air panas uap panas, gas panas,
Klasifikasi Luka Bakar
Kedalaman luka bakar ditentukan oleh tinggi suhu,
lamanya paparan suhu tinggi, adekuasi resusitasi, dan
adanya infeksi pada luka.
Dan biasanya baju yang terbakar lengket sehingga
memperberat kedalaman luka bakar tersebut.
Kedalaman luka bakar dideskripsikan dalam derajat luka
bakar, yaitu luka bakar derajat I, II, atau III:
Derajat I
Paparan hanya merusak epidermis sehingga masih
menyisakan banyak jaringan untuk dapat melakukan
regenerasi. Luka bakar derajat I biasanya sembuh dalam
5-7 hari dan dapat sembuh secara sempurna. Luka
biasanya tampak sebagai eritema dan timbul dengan
keluhan nyeri dan atau hipersensitivitas lokal.
Contoh luka bakar derajat I adalah sunburn.

Derajat II
Lesi melibatkan epidermis dan mencapai kedalaman
dermis namun masih terdapat epitel vital yang bisa
menjadi dasar regenerasi dan epitelisasi. Jaringan
tersebut misalnya sel epitel basal, kelenjar sebasea,
kelenjar keringat, dan pangkal rambut. Dengan adanya
jaringan yang masih sehat tersebut, luka dapat sembuh
dalam 2-3 minggu.
Gambaran luka bakar berupa gelembung atau bula yang
berisi cairan eksudat dari pembuluh darah karena
perubahan permeabilitas dindingnya, disertai rasa nyeri.
Apabila luka bakar derajat II yang dalam tidak ditangani
dengan baik, dapat timbul edema dan penurunan aliran
darah di jaringan, sehingga cedera berkembang menjadi
full-thickness burn atau luka bakar derajat III.
Derajat III
Mengenai seluruh lapisan kulit, dari subkutis hingga
mungkin organ atau jaringan yang lebih dalam. Pada
keadaan ini tidak tersisa jaringan epitel yang dapat
menjadi dasar regenerasi sel spontan, sehingga untuk
menumbuhkan kembali jaringan kulit harus dilakukan
cangkok kulit. Gejala yang menyertai justru tanpa nyeri
maupun bula, karena pada dasarnya seluruh jaringan
kulit yang memiliki persarafan sudah tidak intak.
Berat Dan Luas Luka Bakar
Berat luka bakar bergantung pada dalam, luas, dan letak
luka. Usia dan kesehatan pasien sebelumnya akan sangat
mempengaruhi prognosis. Adanya trauma inhalasi juga
akan mempengaruhi berat luka bakar.
Semakin luas permukaan tubuh yang terlibat, morbiditas
dan mortalitasnya meningkat, dan penanganannya juga
akan semakin kompleks. Luas luka bakar dinyatakan

dalam persen terhadap luas seluruh tubuh. Ada beberapa


metode cepat untuk menentukan luas luka bakar, yaitu:
Estimasi luas luka bakar menggunakan luas permukaan
palmar pasien. Luas telapak tangan individu mewakili 1%
luas permukaan tubuh. Luas luka bakar hanya dihitung
pada pasien dengan derajat luka II atau III.
Rumus 9 atau rule of nine untuk orang dewasa
Pada dewasa digunakan rumus 9, yaitu luas kepala dan
leher,
dada,
punggung,
pinggang
dan
bokong,
ekstremitas atas kanan, ekstremitas atas kiri, paha
kanan, paha kiri, tungkai dan kaki kanan, serta tungkai
dan kaki kiri masing-masing 9%. Sisanya 1% adalah
daerah genitalia. Rumus ini membantu menaksir luasnya
permukaan tubuh yang terbakar pada orang dewasa.
Pada anak dan bayi digunakan rumus lain karena luas
relatif permukaan kepala anak jauh lebih besar dan luas
relatif permukaan kaki lebih kecil. Karena perbandingan
luas permukaan bagian tubuh anak kecil berbeda, dikenal
rumus 10 untuk bayi, dan rumus 10-15-20 untuk anak.
Patofisiologi Luka Bakar
Akibat pertama luka bakar adalah syok karena kaget dan
kesakitan. Pembuluh kapiler yang terpapar suhu tinggi
rusak dan permeabilitas meninggi. Sel darah yang ada di
dalamnya ikut rusak sehingga dapat terjadi anemia.
Meningkatnya permeabilitas menyebabkan edema dan
menimbulkan bula yang mengandung banyak elektrolit.
Hal itu menyebabkan berkurangnya volume cairan
intravaskuler. Kerusakan kulit akibat luka bakar
menyebabkan kehilangan cairan akibat penguapan yang

berlebihan, masuknya cairan ke bula yang terbentuk


pada luka bakar derajat II, dan pengeluaran cairan dari
keropeng luka bakar derajat III.
Bila luas luka bakar kurang dari 20%, biasanya mekanisme
kompensasi tubuh masih bisa mengatasinya, tetapi bila
lebih dari 20%, akan terjadi syok hipovolemik dengan
gejala yang khas, seperti gelisah, pucat, dingin,
berkeringat, nadi kecil dan cepat, tekanan darah
menurun
dan
produksi
urin
yang
berkurang.
Pembengkakan terjadi pelan-pelan, maksimal terjadi
setelah delapan jam.
Pada kebakaran ruang tertutup atau bila luka terjadi di
wajah, dapat terjadi kerusakan mukosa jalan napas
karena gas, asap atau uap panas yang terisap. Edema
laring
yang
ditimbulkannya
dapat
menyebabkan
hambatan jalan napas dengan gejala sesak napas,
takipnea, stridor, suara serak dan dahak berwarna gelap
akibat gejala.
Dapat juga terjadi keracunan gas CO atau gas beracun
lainnya. CO akan mengikat hemoglobin dengan kuat
sehingga hemoglobin tak mampu lagi mengikat oksigen.
Tanda keracunan ringan adalah lemas, bingung, pusing,
mual dan muntah. Pada keracunan yang berat terjadi
koma. Bila lebih dari 60% hemoglobin terikat CO,
penderita dapat meninggal.
Fase permulaan luka bakar merupakan fase katabolisme
sehingga keseimbangan protein menjadi negatif. Protein
tubuh banyak hilang karena eksudasi, metabolisme tinggi
dan infeksi.
Penguapan berlebihan dari kulit yang rusak juga
memerluka kalori tambahan. Tenaga yang diperlukan

tubuh pada fase ini terutama didapat dari pembakaran


protein dari otot skelet.
Oleh karena itu, penderita menjadi sangat kurus, otot
mengecil, dan berat badan menurun. Dengan demikian,
korban luka bakar menderita penyakit berat yang disebut
penyakit luka bakar.
Bila luka bakar menyebabkan cacat, terutama bila luka
mengenai wajah sehingga rusak berat, penderita
mungkin mengalami beban kejiwaan berat. Jadi prognosis
luka bakar ditentukan oleh luasnya luka bakar.
Fase Pada Luka Bakar
Fase awal, fase akut, fase syok
Pada fase ini, masalah utama berkisar pada gangguan
yang terjadi pada saluran nafas yaitu gangguan
mekanisme bernafas, hal ini dikarenakan adanya eskar
(jaringan mati) melingkar di dada atau trauma multipel di
rongga
toraks;
dan
gangguan
sirkulasi
seperti
keseimbangan cairan elektrolit, syok hipovolemia.
Fase setelah syok berakhir, fase sub akut
Masalah utama pada fase ini adalah Systemic
Inflammatory Response Syndrome (SIRS) dan Multisystem Organ Dysfunction Syndrome (MODS) dan sepsis.
Hal ini merupakan dampak dan atau perkembangan
masalah yang timbul pada fase pertama dan masalah
yang bermula dari kerusakan jaringan (luka dan sepsis
luka).
Fase lanjut
Fase ini berlangsung setelah penutupan luka sampai
terjadinya maturasi jaringan. Masalah yang dihadapi
adalah penyulit dari luka bakar seperti parut hipertrofik,
kontraktur dan deformitas lain yang terjadi akibat

kerapuhan jaringan atau struktur tertentu akibat proses


inflamasi yang hebat dan berlangsung lama.
Penatalaksanaan Luka Bakar
Pasien luka bakar harus dievaluasi secara sistematik.
Prioritas utama adalah mempertahankan jalan nafas,
ventilasi yang efektif dan mendukung sirkulasi sistemik.
Intubasi endotrakea dilakukan pada pasien yang
menderita luka bakar berat atau kecurigaan adanya jejas
inhalasi atau luka bakar di jalan nafas atas. Intubasi
dapat tidak dilakukan bila telah terjadi edema luka bakar
atau pemberian cairan resusitasi yang terlampau banyak.
Pasien dengan luka bakar saja biasanya hipertensi.
Adanya hipotensi awal yang tidak dapat dijelaskan atau
adanya tanda-tanda hipovolemia sistemik pada pasien
luka bakar menimbulkan kecurigaan adanya jejas
tersembunyi.
Pakaian pasien dibuka semua, semua permukaan tubuh
dinilai. Pemeriksaan radiologik pada tulang belakang
servikal, pelvis, dan torak dapat membantu mengevaluasi
adanya kemungkinan trauma tumpul.
Terapi pembedahan pada luka bakar
Eksisi dini
Eksisi dini adalah tindakan pembuangan jaringan nekrosis
dan debris (debridement) yang dilakukan dalam waktu
kurang dari 7 hari (biasanya hari ke 5-7) pasca cedera
termis. Dasar dari tindakan ini adalah:
^ Mengupayakan proses penyembuhan berlangsung
lebih cepat. Dengan dibuangnya jaringan nekrosis, debris
dan eskar, proses inflamasi tidak akan berlangsung lebih
lama.
^ Memutus rantai proses inflamasi yang dapat berlanjut
menjadi komplikasi komplikasi luka bakar (seperti SIRS).

Hal ini didasarkan atas jaringan nekrosis yang


melepaskan burn toxic (lipid protein complex) yang
menginduksi dilepasnya mediator-mediator inflamasi.
Tindakan disertai anestesi baik lokal maupun general dan
pemberian cairan melalui infus. Tindakan ini digunakan
untuk mengatasi kasus luka bakar derajat II dalam dan
derajat III. Tindakan ini diikuti tindakan hemostasis dan
juga skin grafting (dianjurkan split thickness skin
grafting). Tindakan ini juga tidak akan mengurangi
mortalitas pada pasien luka bakar yang luas. Kriteria
penatalaksanaan eksisi dini ditentukan oleh beberapa
faktor, yaitu:
^ Kasus luka bakar dalam yang diperkirakan mengalami
penyembuhan lebih dari 3 minggu.
^ Kondisi fisik yang memungkinkan untuk menjalani
operasi besar.
^ Tidak ada masalah dengan proses pembekuan darah.
^ Tersedia donor yang cukup untuk menutupi permukaan
terbuka yang timbul.
Skin grafting
Skin grafting adalah metode penutupan luka sederhana.
Tujuan dari metode ini adalah:
^ Menghentikan evaporate heat loss
^ Mengupayakan agar proses penyembuhan terjadi
sesuai dengan waktu
^ Melindungi jaringan yang terbuka
Skin grafting harus dilakukan secepatnya setelah
dilakukan eksisi pada luka bakar pasien. Kulit yang
digunakan dapat berupa kulit produk sintesis, kulit
manusia yang berasal dari tubuh manusia lain yang telah

diproses maupun berasal dari permukaan tubuh lain dari


pasien (autograft).
Daerah tubuh yang biasa digunakan sebagai daerah donor
autograft adalah paha, bokong dan perut.
Untuk memaksimalkan penggunaan kulit donor tersebut,
kulit donor tersebut dapat direnggangkan dan dibuat
lubang lubang pada kulit donor (seperti jaring-jaring
dengan perbandingan tertentu, sekitar 1 : 1 sampai 1 : 6)
dengan mesin. Metode ini disebut mess grafting.
Prognosis
Prognosis dan penanganan luka bakar terutama
tergantung pada dalam dan luasnya permukaan luka
bakar, dan penanganan sejak awal hingga penyembuhan.
Selain itu faktor letak daerah yang terbakar, usia dan
keadaan kesehatan penderita juga turut menentukan
kecepatan penyembuhan.
Penyulit juga mempengaruhi progonosis pasien. Penyulit
yang timbul pada luka bakar antara lain gagal ginjal akut,
edema paru, SIRS, infeksi dan sepsis, serta parut
hipertrofik dan kontraktur.
Komplikasi
Sistemic Inflammatory Response Syndrome (SIRS),
Multi-system
Organ
Dysfunction
Syndrome
(MODS), dan Sepsis.
^ SIRS adalah suatu bentuk respon klinik yang bersifat
sistemik terhadap berbagai stimulus klinik berat akibat
infeksi ataupun noninfeksi seperti trauma, luka bakar,
reaksi autoimun, sirosis, pankreatitis, dll.
^ Respon ini merupakan dampak dari pelepasan
mediator-mediator inflamasi (proinflamasi) yang mulanya
bersifat fisiologik dalam proses penyembuhan luka,
namun
oleh
karena
pengaruh
beberapa
faktor
predisposisi dan faktor pencetus, respon ini berubah

secara
berlebihan
(mengalami
eksagregasi)
dan
menyebabkan kerusakan pada organ-organ sistemik,
menyebabkan disfungsi dan berakhir dengan kegagalan
organ. bahkan sampai kegagalan berbagai organ
MODS (Multi-system Organ Disfunction Syndrome)
SIRS dan MODS merupakan penyebab utama tingginya
angka mortalitas pada pasien luka bakar maupun trauma
berat lainnya. Dalam penelitian dilaporkan SIRS dan
MODS keduanya menjadi penyebab 81% kematian pasca
trauma; dan dapat dibuktikan pula bahwa SIRS sendiri
mengantarkan pasien pada MODS.
PRINSIP FISIOTERAPI PADA LUKA BAKAR
Cegah terjadinya kontraktur
Hilangkan oedema
Pertahankan ROM
Pertahankan kekuatan otot
Perbaiki sirkulasi
Cegah terjadinya infeksi saluran nafas
Tenangkan pasien
PENANGANAN YG TERLAMBAT, MENGAKIBATKAN :
Stiffness
atrophy
Shg pd penanganan / manajemen luka
terlambat diperlukan tahapan penanganan:

bakar

yg

physiotherapy
splinting
Ada 2 macam
2.1 Static Splint
2.2 Dynamic / active splint

2.1 Static Splint


Fungsi
static
splint
adalah
memberikan
penyanggaan daerah yg kita kehendaki pd posisi
yg kita kehendaki pula. Shg fungsi static splint dpt
digunakan utk :
2.1.1 PROTECTIVE
pd penderita post operatif tendon ataupun nerve
repair, static splint dipergunakan utk immobilisasi
yg berfungsi utk memberikan proteksi pd otot atau
saraf agar tidak tjd penguluran yg berlebihan shg
merusak tujuan operasi
2.1.2 SUPPORTIVE
splint berfungsi sebagai penopang tangan agar tdk
berada dlm posisi y tdk kita inginkan. Misalnya pd
penderita radial nerve palsy atau drop hand diperlukan
static splint agar tdk drop
2.1.3 CORRECTIVE
static splint dapat dipakai utk mengoreksi posisi atau
bentuk yg kita inginkan. Misalnya pd penderita kontraktur
yg diakibatkan oleh extra articular, dpt pula kita berikan
static splint bahkan kadang-kadang bersifat serial
2.2 DYNAMIC SPLINTING
Dynamic / active splinting mrpkn aplikasi pengguanaan
external force yg dinamic pd bagian ttn anggota tubuh
shg dpt diarahkan. Dgn active splint ini penderita harus
aktif dlm menggerakkan bagian dari splint tersebut. Dgn
pergerakan yg melawan external force tadi, akan dicegah
timbulnya adhession dan juga enambah kekuatan otot yg

dikehendaki. Tarikan yg dinamis juga dpt memberikan


continous stretching pd otot, ligamen, ke arah yg kita
kehendaki. Dynamic splint ini dpt dibentuk berbagai
macam sesuai dgn tujuan yg kita kehendaki
CONTOH
a. Penderita dgn post tendon repair flexor group.
pd masa 6 minggu diperlukan waktu utk penyambungan
tendon. Pd masa itu gerakan extensi dibatasi sampai pd
posisi wrist 15 derajad flexi
b. Conttoh lain pd penderita dgn kekakuan jari-jari dlm
posisi fleksi, diberikan slinting yg dinamis dgn tarikan
elastis pd msg2 jari-jari. Dgn demikian tarikan tsb
memberikan tarikan terus-menerus shg jari-jari akan
dibawa kearah extensi.
3. pressure garments
Tekanan yang diberikan pada skar mengurangi proses
pembentukan kolagen dan menolong memperbaiki
kolagen yang sudah terbentuk agar lebih teratur. Pressure
Garments dibuat untuk mengembalikan tubuh pasien ke
bentuk normal, mengurangi pembentukan skar yang
abnormal dan deformitas.
4. Contracture release
Fisioterapi berperan penting dalam kasus luka
bakar. Karena proses stiffness proses yang
berlangsung sangat cepat, terutama pd bagian PIP
joint, shg sgt penting diberikan Nocturnal Splinting
utk memposisikan tangan pada posisi fungsi
agar tidak tjd kontraktur tendon
MASALAH FISIOTERAPI PADA BEDAH TANGAN
Pada bedah tangan masalah yg timbul terutama adanya
keterbatasan gerak sendi-sendi extra articular, yaitu :
Pemendekan otot
perlengketan jaringan
Pemendekan jaringan kulit
Pemendekan ligamen dan jaringan lunak yg lain
Timbulnya jaringan fibrous / jaringan ikat

Anda mungkin juga menyukai