Anda di halaman 1dari 25

BAB I

PENDAHULUAN
Low Back Pain (LBP) adalah nyeri yang dirasakan di daerah punggung
bawah, dapat berupa nyeri lokal ataupun disertai nyeri radikuler dan atau
keduanya yang disebabkan oleh iritasi atau kompresi radik pada satu atau
beberapa radik lumbosakralis yang dapat disertai dengan kelemahan motorik,
gangguan sensorik dan menurunnya refleks fisiologis (Melialla et all, 2000).
Salah satu penyebab yang paling sering dari nyeri punggung adalah
Hernia Ncleus Pulposus (HNP). HNP merupakan rupturnya nukleus pulposus
(Brunner dan Suddarth, 2002). Prevalensi HNP berkisar antara 1-2% dari populasi
(Purwanto, 2003). Perbandingan laki-laki dengan perempuan adalah seimbang,
yaitu 1 : 1 (Ramacandran TS et all, 2003). Usia yang paling sering mengalami
HNP adalah pada usia 30-50 tahun (Feske et all, 2003). HNP lumbalis paling
sering 90% mengenai diskus intervertrebalis L5-S1 dan L4-L5 (Purwanto, 2003).
Nukleus pulposus adalah bagian tengah diskus yang bersifat semigetalin.
Nukleus ini mengandung berkas-berkas kolagen sel jaringan penyambung dan sel-
sel tulang rawan. Dan berperan penting dalam pertukaran cairan antar diskus dan
pembuluh-pembuluh kapiler.
Berbagaai modalitas radiologi untuk mengetahui dan mengevaluasi hernia diskus
intervertebralis seperti CT Scan, MRI, Foto rontgen atau foto polos dan
Myelografi. Dalam beberapa penelitian diketahui bahwa MRI memiliki daya
sensitivitas dan spesifitas yang lebih tinggi dibandingkan dengan modalitas
radiologik lainnya dalam mengevaluasi HNP (Karppinen, 2001).
Modalitas fisioterapi yang diberikan untuk kondisi ini adalah berupa Infra
Red Neuromuskular teknik, massage, passif rom exercise.

1
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Anatomi dan Fisiologi Vertebra Lumbal

Vertebra lumbal atau tulang pinggang merupakan bagian dari kolumna


vertebralis yang terdiri dari lima ruas tulang dengan ukuran ruasnya lebih besar
dibandingkan dengan ruas tulang leher maupun tulang punggung. Dibagian atas
tulang lumbal terdapat tulang punggung, yang pesendiannya disebut thoraco
lumbal joint atau articulatio thoraco lumbalis. Dibagian bawah tulang lumbal
terdapat tulang sacrum dan persendiannya disebut lumbo sacral joint atau
articulatio lumbo sacralis ( Pearce C. Evelyn, 2000:58).

Vertebra lumbal adalah satu dari lima rangkaian kolumna vertebralis yang
terletak pada pertengahan tubuh bagian posterior. Pada umumnya vertebra
lumbalis mempunyai bentuk melengkung ke arah depan atau disebut juga
lordosis. Dilihat dari lengkungannya vertebra lumbal termasuk kedalam vertebra
sekunder, karena lengkungan dari vertebra lumbal tumbuh setelah lahir, yaitu
pada saat seorang anak belajar berjalan pada usia satu sampai satu setengah tahun
(Ballinger W. Philip, 1995).

Vertebra lumbalis terdiri atas lima ruas tulang yang tersusun memanjang ke
arah bawah. Ruas-ruas vertebra lumbalis tersebut lebih besar dari ruas vertebrae
torakalis dan dapat dibedakan oleh karena tidak adanya bidang untuk persendian
dengan iga. Diantara ruas-ruas vertebra lumbalis tersebut terdapat penengah ruas
tulang yang terdiri atau tersusun dari tulang muda yang tebal dan erat, berbentuk
seperti cincin yang memungkinkan terjadinya pergerakan antara ruas-ruas tulang
yang letaknya sangat berdekatan. Bagian atas dari vertebra lumbalis berbatasan
dengan vertebra torakalis 12 dan pada bagian bawahnya berbatasan dengan
vertebra sakralis.

2
Bagian-bagian dari vertebra lumbal :

1. Korpus

Vertebra lumbal mempunyai korpus yang tebal, besar dan berbentuk lonjong
(oval) dengan garis poros yang terletak transversal. Ukurannya lebih besar dari
korpus pada servikal atau daerah torakal dan pada bagian anterior sedikit lebih
tinggi dibanding dengan bagian posterior. Korpus vertebra lumbalis mempunyai
bentuk silinder, sehingga dapat berfungsi sebagai penyangga dan pelindung dari
bagian foramen intervertebralis.

2. Arkus

Arkus terletak pada bagian posterior dan dibentuk oleh dua pedikel dan dua
lamina. Pada bagian ini pedikelnya pendek tetapi lebih tebal dan laminanya lebih
besar yang mengarah ke belakang dan ke tengah. Antara korpus vertebra dengan
arkus vertebra lumbalis berfungsi untuk menyokong prosessus spinosus yang
arahnya ke belakang, prosessus transversus yang arahnya ke samping dan
prosessus artikularis superior dan inferior.

3. Pedikel

Pedikel mempunyai dua buah tulang yang pendek dan kuat. Timbul dari
bagian atas korpus, sehingga cekungan insisura vertebralis inferior yang terletak
pada bagian bawah lebih dalam dari cekungan insisura vertebralis superior yang

3
letaknya pada bagian atas dan keduanya akan membentuk foramen intervertebralis
yang merupakan bagian dari tempat keluarnya sumsum saraf.

4. Lamina Arkus Vertebra

Lamina arkus vertebra merupakan susunan dari dua buah tulang yang
bentuknya berasal dari ujung pedikel.

5. Prosessus Spinosus

Vertebra lumbalis mempunyai bentuk prosessus spinosus yang lebar dan


besar, tumpul serta mendatar ke arah belakang dan berbentuk persegi atau seperti
kapak kecil dan lebih kecil pada bagian vertebra lumbalis ke lima.

6. Prosessus Transversus

Prosessus transversus tipis dan mengarah ke belakang dan ke samping.


Prosessus transversus lumbal ketiga adalah yang terpanjang, sedangkan prosessus
transversus vertebra kelima lebih pendek dan lebih tipis dari ruas yang lainnya.
Pada bagian belakang dari batas bawah pada setiap prosessus transversus dan
dekat korpusnya terdapat tonjolan tulang yang disebut prosessus asesoris.

7. Prosessus Artikularis

Prosessus artikularis terletak pada bagian sisi dari persambungan antara


pedikel dengan lamina. Permukaan atasnya cekung dan mengarah ke depan dan ke
tengah. Fasies artikularis inferior bentuknya cembung dan mengarah ke depan
serta ke sisi samping. Ketika vertebra saling bersambungan, maka fasies
artikularis inferior berada di atas fasies artikularis superior dari bagian bawah
vertebra. Prosessus artikularis ini berperan dalam pembentukan diskus artikularis
yang membagi prosessus artikularis menjadi prosessus artikularis inferior dan
superior. Pada bagian dari prosessus artikularis superior terdapat tonjolan tulang
pada permukaan belakangnya yang disebut prosessus mammilaris.

4
Gambar 2 : bagian-bagian vertebra lumbal

Nukleus pulposus adalah bagian tengah diskus yang bersifat semigelatin,


nukleus ini mengandung berkas-berkas serat kolagen, sel-sel jaringan
penyambung dan sel-sel tulang rawan. Zat ini berfungsi sebagai peredam benturan
antara korpus vertebra yang berdekatan. Selain itu. juga memainkan peranan
penting dalam pertukaran cairan antara diskus dan pembuluh-pembuluh darah
kapiler.

Anulus fibrosus terdiri atas cincin-cincin fibrosa konsentris yang mengelilingi


nukleus pulposus. Anulus fibrosus berfungsi untuk memungkinkan gerakan
antara korpus vertebra (disebabkan oleh struktur spiral dari serabut-serabut);
untuk menopang nukleus pulposus; dan meredam benturan. Jadi anulus berfungsi
mirip dengan simpail di sekeliling tong air atau seperti gulungan pegas, yang
menarik korpus vertebra bersatu melawan resistensi elastis nukleus pulposus,
sedangkan nukleus pulposus bertindak sebagai bola penunjang antara korpus
vertebra.

Diskus intervertebralis berukuran kira-kira seperempat panjang kolumna


vertebralis. Diskus paling tipis terdapat pada daerah torakal sedangkan yang
paling tebal tedapat di daerah lumbal. Bersamaan dengan bertambahnya usia,
kandungan air diskus berkurang dan menjadi lebih tipis.

5
Ligamen-ligamen yang memperkuat persendian di kolumna vertebralis regio
lumbal adalah :

a. Ligamen flavum

Ligamen flavum merupakan ligamen yang menghubungkan lamina dari dua


arkus vertebra yang berdekatan. Ligamen ini panjang, tipis dan lebar diregio
servikal, lebih tebal di regio torakal dan paling tebal di regio lumbal. Ligamen ini
mencegah terpisahnya lamina arkus vertebralis dan juga mencegah terjadinya
cidera di diskus intervertebralis. Ligamen flavum yang kuat dan elastis membantu
mempertahankan kurvatura kolumna vertebralis dan membantu menegakkan
kembali kolumna veretbralis setelah posisi fleksi (Yanuar, 2002).

b. Ligamen interspinosus

Ligamen interspinosus merupakan ligamen yang menghubungkan prossesus


spinosus mulai dari basis hingga apex, merupakan ligamen yang lemah hampir
menyerupai membran (Yanuar, 2002)

c. Ligamen intertranversus

Ligamen intertranversus adalah ligamen yang menghubungkan prossesus


tranversus yang berdekatan. Ligamen ini di daerah lumbal tipis dan bersifat
membranosa (Yanuar, 2002).

d. Ligamen supraspinosus

Ligamen supraspinosus menghubungkan prosesus spinosus di daerah apex


vertebra servikal ke 7 (VC7) sampai dengan sakrum. Ligamen ini dibagian kranial
bergabung dengan ligamen nuchae. Ligamen supraspinosus ini kuat, menyerupai
tali (Yanuar, 2002).

Otot-otot Penggerak Vertebrae Lumbalis, yaitu :

1. Fleksi
- Psoas major

6
- Rectus abdominis
- External abdominal oblique
- Internal abdominal oblique
- Transversus abdominis
2. Ekstensi
- Latissimus dorsi
- Erector spine iliocostalis lumborum
- Erector spine longissimus thoracis
- Transversospinalis
- Interspinalis
- Quadratus lumborum
- Multifidus
- Rotatores
- Gluteus maximus
3. Lateral fleksi
- Latissimus dorsi
- Erector spine iliocostalis lumborum
- Erector spine longissimus thoracis
- Transversalis
- Quadratus lumborum
- Psoas major
- External abdominal oblique
4. Rotasi
- Transversalia
- Rotatores
- Multifidus

Fisiologi Vertebra Lumbalis

Vertebra lumbalis merupakan bagian dari kolumna vertebralis, sehingga


fungsi dari vertebra lumbalis tidak terlepas dari fungsi kolumna vertebralis secara

7
keseluruhan. Sesuai dengan anatomi vertebra lumbalis yang mempunyai bentuk
yang besar dan kuat, maka fungsi vertebra lumbalis adalah :

1. Menyangga tubuh bagian atas dengan perantaraan tulang rawan yaitu diskus
intervertebralis yag lengkungannya dapat memberikan fleksibilitas yang dapat
memugkinkan membungkuk ke arah depan (fleksi) dan kearah belakang
(ekstensi), miring ke kiri dan ke kanan pada vertebra lumbalis.
2. Diskus intervertebralisnya dapat menyerap setiap goncangan yang terjadi bila
sedang menggerakkan berat badan seperti berlari dan melompat.
3. Melindungi saraf tulang belakang dari tekanan-tekanan akibat melesetnya
nukleus pulposus pada diskus intervertebralis. Namun apabila annulus
fibrosus mengalami kerusakan, maka nukleus pulposusnya dapat meleset dan
dapat meyebabkan penekanan pada akar saraf disekitarnya yang
menimbulkan rasa sakit dan ada kalanya kehilangan kekuatan pada daerah
distribusi dari saraf yang terkena.

B. Hernia Nukleus Pulposus


1. Definisi
Hernia Nukleus pulposus (HNP) adalah Suatu nyeri yang disebabkan oleh
proses patologik dikolumna vertebralis pada diskus intervertebralis (diskogenik)
(Harsono, 1996) Hernia Nukleus pulposus (HNP) atau potrusi Diskus
Intervertebralis (PDI) adalah suatu keadaan dimana terjadi penonjolan pada diskus
intervertebralis ke dalam kanalis vertebralis (protrusi diskus) atau nucleus
pulposus yang terlepas sebagian tersendiri di dalam kanalis vertebralis (rupture
discus).
Hernia Nucleus Pulposus (HNP) adalah turunnya kandungan annulus fibrosus
dari diskus intervertebralis lumbal pada spinal canal atau rupture annulus fibrosus
dengan tekanan dari nucleus pulposus yang menyebabkan kompresi pada element
saraf. Pada umumnya HNP pada lumbal sering terjadi pada L4-L5 dan L5-S1.
Kompresi saraf pada level ini melibatkan root nerve L4, L5, dan S1. Hal ini akan
menyebabkan nyeri dari pantat dan menjalar ketungkai. Kebas dan nyeri menjalar

8
yang tajam merupakan hal yang sering dirasakan penderita HNP. Weakness pada
grup otot tertentu namun jarang terjadi pada banyak grup otot (Lotke dkk, 2008).
Hernia Nukleus Pulposus terbagi dalam 4 grade berdasarkan keadaan herniasinya,
dimana ekstrusi dan sequestrasi merupakan hernia yang sesungguhnya, yaitu:
a. Protrusi diskus intervertebralis : nukleus terlihat menonjol ke satu arah
tanpa kerusakan annulus fibrosus.
b. Prolaps diskus intervertebral : nukleus berpindah, tetapi masih dalam
lingkaran anulus fibrosus.
c. Extrusi diskus intervertebral : nukleus keluar dan anulus fibrosus dan
berada di bawah ligamentum, longitudinalis posterior.
d. Sequestrasi diskus intervertebral : nukleus telah menembus ligamentum
longitudinalis posterior

Gambar 3 : grade HNP

2. Etiologi
Penyebab dari Hernia Nucleus Pulposus (HNP) biasanya dengan
meningkatnya usia terjadi perubahan degeneratif yang mengakibatkan kurang
lentur dan tipisnya nucleus pulposus. Annulus fibrosus mengalami perubahan
karena digunakan terus menerus. Akibatnya, annulus fibrosus biasanya di daerah
lumbal dapat menyembul atau pecah (Moore dan Agur, 2013)

Hernia nucleus pulposus (HNP) kebanyakan juga disebabkan oleh karena


adanya suatu trauma derajat sedang yang berulang mengenai discus
intervertebralis sehingga menimbulkan sobeknya annulus fibrosus. Pada

9
kebanyakan pasien gejala trauma bersifat singkat, dan gejala ini disebabkan oleh
cidera pada diskus yang tidak terlihat selama beberapa bulan atau bahkan dalam
beberapa tahun. Kemudian pada generasi diskus kapsulnyamendorong ke arah
medulla spinalis, atau mungkin ruptur dan memungkinkan nucleus pulposus
terdorong terhadap sakus doral atau terhadap saraf spinal saat muncul dari
kolumna spinal(Helmi, 2012).

3. Tanda dan Gejala


Gejala klinik bervariasi tergantung pada derajatnya dan radiks yang terkena.
Pada stadium awal, gejala asimtomatik. Gejala klinis muncul ketika nucleus
pulposus menekan saraf. Gejala klinis yang paling sering adalah iskialgia (nyeri
radikuler). Nyeri biasanya bersifat tajam, seperti terbakar dan berdenyut menjalar
sampai bawah lutut. Bila saraf sensoris kena maka akan memberikan gejala
kesemutan atau rasa baal sesuai dermatomnya. Bila mengenai conus atau cauda
ekuina dapat terjadi gangguan miksi, defekasi dan disfungsi seksual. Nyeri yang
timbul sesuai dengan distribusi dermatom (nyeri radikuler) dan kelemahan otot
sesuai dengan miotom yang terkena.

4. Proses Patologi Gangguan Gerak dan Fungsi akibat Hernia Nukleus


Pulposus
Pada tahap pertama sobeknya annulus fibrosus bersifat sirkumferensial.
Karena adanya gaya traumatic yang berulang, sobekan tersebut menjadi lebih
besar dan timbul sobekan radial. Apabila hal ini telah terjadi, maka risiko HNP
hanya menunggu waktu dan trauma berikutnya saja. Gaya presipitasi itu dapat
diasumsikan sebagai gaya traumatik ketika hendak menegakkan badan waktu
terpeleset, mengangkat benda berat dan sebagainya.
Menjebolnya (herniasi) nucleus pulposus dapat mencapai ke korpus tulang
belakang diatas atau di bawahnya. Bisa juga menjebol langsung ke kanalis
vertebralis. Menjebolnya sebagian nucleus pulposus ke dalam korpus vertebra
dapat dilihat pada foto rontgen polos dan dikenal sebagai nodus schmorl. Sobekan
sirkum ferensial dan radial pada annulus fibrosus diskus intervertebralis berikut

10
dengan terbentuknya nodus schmorl merupakan kelainan yang mendasari low
back pain subkronis atau kronis yang kemudian disusul oleh nyeri sepanjang
tungkai yang dikenal sebagai ischialgia atau siatika. Menjebolnya nucleus
pulposus ke kanalis vertebralis berarti bahwa nucleus pulposus menekan radiks
yang bersama-sama dengan arteria radikularis yang berada dalam lapisan dura.
Hal itu terjadi jika penjebolan berada disisi lateral. Setelah terjadi HNP, sisa
discus intervertebralis mengalami lisis, sehingga dua korpus vertebra bertumpang
tindih tanpa ganjalan (Muttaqin, 2008).

C. Pendekatan intervensi fisioterapi


1. Neuro Muskular Testing Stimulasi
NMT adalah suatu teknik manual diagnostik dan manual terapi khusus yang
dilakukan secara bersamaan terhadap gangguan fungsi somatik dengan tujuan
restorasi struktural dan normalisasi fungsi myofascio articular yang mengalami
disfungsi.

11
Dalam melakukan assessment, mengandalkan ujung jemari terapis terhadap
kelainan myofascial yang berada pada organ Kulit, seperti : spasme, tautband
(inmobile) adhesi, myofascial trigger point, nodulus, lekukan, hypo/hyper
hydrosis, dan nyeri lokal/jalar kulit. Keberhasilan terapi sangat ditentukan oleh
akurasi assessment, pemilihan teknik dan skill/pengalaman terapis dalam
mengaplikasikan teknik tersebut. Sepanjang NMT digunakan dengan benar, maka
tubuh dalam keadaan aman, tanpa reaksi yang merugikan. Frekuensi (finger
technique) NMT untuk satu area cukup 60 – 90 second (30 – 40 friction) setiap
sekali pengobatan. Jika lebih dari satu area, dapat diberikan rata-rata 30 kali
friction (60 second) tiap satu area (Simons & Travell, 1992).
Pelaksanaan NMT dibagi atas 3 variasi : (Dvorak et. Al, 1988)
- NMT 1 = Friction pada connective tissue di kulit, otot/tendon dan sendi.
- NMT 2 = Kontraksi isometri dilanjutkan dengan passive stretching agonis
past isometrik relaxation.
- NMT 3 = Kontraksi isometrik antagonis, dilanjutkan dengan stretching 
Reciprocal Inchibition.

2. Massage
Manfaat massage adalah memperlancar peredaran darah dan getah bening.
Dimana massage akan membantu memperlancar metabolism dalam
tubuh. Treatment massage akan mempengaruhi kontraksi dinding kapiler
sehingga terjadi keadaan vasodilatasi atau melebarnya pembuluh darah kapiler
dan pembuluh getah bening. Aliran oksigen dalam darah meningkat, pembuangan
sisa-sisa metabolic semakin lancar sehingga memacu hormone endorphin yang
berfungsi memberikan rasa nyaman.
Mengusap (Efflurage/strocking) adalah gerakan mengusap dengan
menggunakan telapak tangan atau bantalan jari tangan. Gerakan ini dilakukan
sesuai dengan peredaran darah menuju jantung maupun kelenjar-kelenjar getah
bening. Manfaat gerakan ini adalah merelaksasi otot dan ujung-ujung syaraf.

12
3. Strengthening Exercise
Untuk sistem muskular memiliki peran yang sangat penting (esensial) dalam
fisioterapi dan dalam retraining (pemulihan) setelah injury/cidera dengan berbagai
tipe cidera olahraga.Pemahaman tentang metode training yang beragam
merupakan kebutuhan yang paling penting untuk efektifitas pengobatan. Strength
(kekuatan) otot sangat bergantung pada diameter otot tersebut.Latihan yang
sistematik dapat menghasilkan adaptasi otot terhadap stimulus training.Adaptasi
yang terjadi adalah Hipertropi otot.Dampak dari latihan tersebut adalah setiap
serabut otot akan meningkat massanya. Peningkatan jumlah serabut otot juga
dapat terjadi.

4. Passive ROM Exercise


ROM exercise adalah latihan yang dilakukan untuk mempertahankan atau
memperbaiki tingkat kesempurnaan kemampuan menggerakan persendian secara
normal dan lengkap untuk meningkatkan massa otot dan tonus otot (Potter &
Perry, 2005). Range of motion adalah gerakan dalam keadaan normal dapat
dilakukan oleh sendi yang bersangkutan (Suratun, dkk, 2008).
Passive ROM exercise adalah latihan ROM yang di lakukan pasien dengan
bantuan fisioterapis pada setiap-setiap gerakan. Indikasi latihan pasif adalah
pasien semikoma dan tidak sadar, pasien dengan keterbatasan mobilisasi tidak
mampu melakukan beberapa atau semua gerakan dengan mandiri, pasien yang
baring total atau pasien dengan paralisis ekstermitas total (suratun, dkk, 2008).
Rentang gerak pasif ini berguna untuk menjaga kelenturan otot-otot dan
persendian dengan menggerakkan otot orang lain secara pasif misalnya perawat
mengangkat dan menggerakkan kaki pasien. Sendi yang digerakkan pada ROM
pasif adalah seluruh persendian tubuh atau hanya pada ekstremitas yang terganggu
dan klien tidak mampu melaksanakannya secara mandiri.

13
BAB III
PROSES FISIOTERAPI
A. Identitas Umum Pasien

Diagnosa Medis : LBP + Ischialgia sinistra et causa Suspek Hernia


Nucleus Pulposus

No. rekam medic : 833933

Nama : Sidin
Usia : 46 tahun
JenisKelamin : Laki-laki
Agama : Islam
Pekerjaan : Petani (buruh jagung)
Alamat : Dusun Papi, Enrekang

B. Anamnesis Khusus
 Keluhan utama : nyeri punggung bawah menjalar ke tungkai.
 Lokasi keluhan : tungkai sebelah kiri.
 Lama keluhan : 3 bulan yang lalu
 Sifat keluhan : tertusuk-tusuk dan menjalar
 Penyebab : HNP
 RPP : keluhan dirasakan sejak 3 bulan yang lalu sebelum
masuk ke rumah sakit. Nyeri dirasakan muncul tanpa pencetus. Nyeri
berkurang saat posisi tidur miring ke kanan dan mengonsumsi obat
penghilang nyeri. Nyeri dirasakan seperti tertusuk-tusuk, terasa menjalar
ke kedua tungkai utamanya tungkai sebelah kiri. Pada bulan Januari,
pasien keluar masuk rumah sakit sebanyak 3 kali dengan keluhan yang
sama. Sesaat setelah keluar dari rumah sakit, pasien melakukan kontrol
ke poli, tapi saat obat habis, keluhan muncul kembali dan akhirnya
pasien memutuskan untuk kembali ke rumah sakit lagi.
 Posisi yang memperberat : fleksi lumbal

14
 Posisi yang memperingan : tidur miring kearah kanan
 Riwayat Trauma : ada (pasien pernah jatuh terpeleset di sawah)
 Riwayat mengangkat berat : ada
 Riwayat penyakit penyerta : tidak ada

C. Pemeriksaan Vital Sign


 Tekanan Darah : 110/70 mmHg
 Denyut Nadi : 92 kali/menit
 Pernapasan : 24 kali/menit
 Temperature : 36°C
D. Inspeksi/Observasi
a. Statis
- Mimik wajah pasien terlihat kurang semangat dan cemas.
- Pasien dalam posisi tidur miring ke kanan.
b. Dinamis
- Pasien merasakan nyeri menjalar saat melakukan gerakan fleksi lumbal
- Pasien merasakan nyeri menjalar saat mengangkat paha sebelah kiri .
- Pasien merasakan nyeri saat berdiri dan berjalan.
- Pasien mampu merubah posisi dari tidur terlentang ke posisi tidur
miring.
E. Pemeriksaan Spesifik dan Pengukuran Fisioterapi
1) Tes Kognitif : pasien diajak berbicara dengan memberikan beberapa
pertanyaan.
Hasil : pasien merespon dan menjawab setiap pertanyaan yang
diberikan dengan baik.

2) Tes Tonus Otot : fisioterapis melakukan gerakan pasif pada tungkai pasien
dan merasakan tonus otot pasien.
Hasil : normal, tidak ada peningkatan tonus.

15
3) Tes Sensorik : fisioterapis mencubit, menekan dan menggores pada
tungkai sebelah kiri dan kanan pasien.
Hasil : terjadi penurunan sensasi pada tungkai kiri.

4) Tes refleks patologis dan fisiologis :


- Refleks Bicep : normal
- Refleks Tricep : normal
- Refleks Knee : hiporefleks
- Refleks Ankle : hiporefleks
- Refleks hofman :-
- Refleks babynski : -
- Chaddock :-
- Gordon :-

5) Pengukuran Nyeri (VAS) : fisioterapis menanyakan intensitas nyeri yang


diasakan oleh pasien.
Hasil : 5 (nyeri sedang)

6) MMT
Otot Tungkai kanan Tungkai kiri
Fleksor hip 4 3
Ekstensor hip 4 3
Abductor hip 4 3
Adduktor hip 4 3
Abdominal hip 4 3
Trunk 4 3

7) Palpasi otot erector spine : fisioterapis meraba dan menekan otot pasien.
Hasil : - Terjadi spasme pada otot erector spine.
- Nyeri tekan dan menjalar pada otot piriformis

16
8) Straight Leg Raising (SLR) : fisioterapis mengangkat lurus tungkai kiri
pasien 30°-70°. Positif bila timbul nyeri menjalar pada pasien.
Hasil : nyeri menjalar saat tungkai diangkat 60°

9) Tes patrick : tungkai kiri pasien dalam posisi fleksi pada sendi lutut
sementara tumit diletakkan pada lutut sebelah kanan. Kemudian lutut pada
tungkai kiri ditekan kebawah
Hasil : pasien merasakan nyeri.
10) Anti patrick : posisi fleksi pada salah satu sendi lutut dan sendi panggul,
kemudian lutut di dorong ke arah medial.
Hasil : pasien tidak meraskan nyeri.

11) Squat and bouncing : pasien dalam posisi berdiri dengan kedua kaki
menjinjit, kemudian jongkok lalu berdiri kembali.
Hasil : pasien tidak mampu melakukannya.

12) Gangguan ADL (Index barthel modifikasi)


No Jenis AKS Kriteria
1. Saya dapat mengendalikan BAB 0 = tidak dapat
1 = kadang – kadang
2 = selalu
2. Saya dapat mengendalikan BAK 0 = tidak dapat
1 = kadang – kadang
2 = selalu
3. Saya dapat memlihara diri : (muka, 0 = tidak dapat
rambut, gigi, cukur) 1 = selalu
4. Saya dapat menggunakan toilet 0 = sepenuhnya dibantu
1 = bantu jika perlu
2 = bisa
5. Makan 0 = bergantung orang

17
lain
1 = bantu jika perlu
2 = bisa
6. Merubah sikap dari berbaring ke 0 = bergantung orang
duduk lain
1 = perlu banyak
bantuan untuk bisa
duduk (2 orang)
2 = perlu sedikit bantuan
3 = bebas
7. Berpindah/Jalan 0 = bergantung orang
lain
1 = tidak dapat, tapi bisa
menjalankan kursi roda
sendiri
2 = dapat, tetapi
dibantu orang lain
3 = bebas penuh
8. Berpakaian 0 = bergantung orang
lain
1 = kadang – kadang
dibantu
2 = bebas termasuk
pakai sepatu

9. Naik turun tangga 0 = tidak mampu


1 = perlu bantuan
2 = bebas
10. Mandi 0 = bergantung orang
lain

18
1 = bebas, termasuk
keluar dan masuk kamar
mandi
Jumlah 13

Interpretasi : nilai 13 (cacat sedang)


- 0–4 : cacat sangat berat
- 5–9 : cacat berat
- 10 – 14 : cacat sedang
- 15 – 19 : cacat ringan
- >20 : bebas dan fungsi penuh

13) Pemeriksaan Penunjang (MRI) pada tanggal 01 Maret 2018


Kesan :
- Spondylolisthesis CV L5 terhadap S1 yang menyempitkan diskus
intervertebralis aspek posterior pada level tersebut.
- Bulging disc pada level L3-L4 yang menekan thecal sac dan neural
foramen kiri.
- Extrusio disc pada level L4-L5 yang menekan thecal sac dan neural
foramen bilateral
- Degenerative disc disease.

19
F. Diagnosa dan Problematik Fisioterapi

Diagnosa ICF : Gangguan motor function akibat LBP + Ischialgia sinistra et


causa Suspek Hernia Nucleus Pulposus

Problematik :

1. Impairment (body structure and function)


- Nyeri punggung menjalar ke tungkai kiri
- Spasme otot erector spine
- Keterbatasan ROM
- Gangguan ADL
2. Functional Limitation
- Kesulitan untuk aktivitas berdiri dan berjalan.
- Kesulitan untuk aktivitas membungkuk seperti sholat.
3. Pasrticipation Restriction
- Terganggunya aktivitas sosial.
- Kesulitan untuk beribadah.
- Kesulitan untuk bekerja.

G. Rencana Intervensi Fisioterapi


1) Tujuan jangka pendek
- Menurunkan nyeri
- Mengurangi spasme otot erector spine.
- Meningkatkan ROM lumbal
- Memperbaiki koordinasi
- Memperbaiki ADL berdiri dan berjalan

2) Tujuan jangka panjang


Meningkatkan kapasitas fisik dan kemampuan fungsional pasien yang
sudah ada

20
H. Program Intervensi Fisioterapi
1. Komunikasi Terapeutik
- Tujuan : untuk menghilangkan rasa khawatir dan kecemasan
mengenai penyakit yang dialami pasien.
- Teknik : memberikan motivasi dan penjelasan mengenai
pengobatan yang bisa diberikan untuk penyembuhan pasien.
- Dosis : setiap hari selama 3 menit.
2. Neuromucular Techniq
- Tujuan : untuk menstimulasi otot dan menurunkan rasa nyeri.
- Teknik : kedua ibu jari fisoterapis melakukan penekanan secara
memutar pada otot yang mengalami nyeri.
- Dosis : setiap hari selama 3 menit.
3. Strengthening Exercise
- Tujuan : untuk meningkatkan kekuatan otot hip.
- Teknik : dalam posisi tidur telentang. Hip fleksi 90°. Kemudian
fisioterapis menggerakkan hip pasien kearah ekstensi dan perintahkan
pasien untuk memberikan tahanan.
- Dosis : dilakukan setiap hari (6 kali repetisi)
4. Massage eufflurrage
- Tujuan : untuk mengurangi spasme otot erector spine
- Teknik : kedua telapak tangan fisioterapis mengusap bagian otot
yang mengalami spasme kearah jantung sacara lembut.
- Dosis : setiap hari selama 3 menit.
5. Passive ROM exercise
- Tujuan : untuk menjaga mobilitas sendi.
- Teknik : fisioterapis menggerakkan hip pasien kearah fleksi,
ekstensi, abduksi, dan adduksi.
- Dosis : setiap hari (6 kali repetisi)
I. Evaluasi Hasil Terapi
- Intensitas nyeri sedikit berkurang dari 5 menjadi 4.

21
- Spasme otot belum berkurang.
- Kekuatan otot tidak meningkat.
- Pasien mampu untuk berjalan ke toilet sendiri tanpa bantuan orang
lain.
J. Edukasi
- Perhatikan posisi tubuh pada saat bekerja dan jangan terlalu lama
berada pada posisi yang sama.
- Berhati-hati terhadap gerakan yang dapat membebani vertebra/gerakan
membungkuk (misalnya : mengangkat beban, posisi kerja, dll)
- Duduk dengan posisi punggung tegak.

22
BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan

Low Back Pain (LBP) adalah nyeri yang dirasakan di daerah punggung
bawah, dapat berupa nyeri lokal ataupun disertai nyeri radikuler dan atau
keduanya yang disebabkan oleh iritasi atau kompresi radik pada satu atau
beberapa radik lumbosakralis yang dapat disertai dengan kelemahan motorik,
gangguan sensorik dan menurunnya refleks fisiologis (Melialla et all, 2000).
Salah satu penyebab yang paling sering dari nyeri punggung adalah Hernia
Ncleus Pulposus (HNP). Hernia Nucleus Pulposus (HNP) adalah turunnya
kandungan annulus fibrosus dari diskus intervertebralis lumbal pada spinal canal
atau rupture annulus fibrosus dengan tekanan dari nucleus pulposus yang
menyebabkan kompresi pada element saraf. Pada umumnya HNP pada lumbal
sering terjadi pada L4-L5 dan L5-S1.

Modalitas fisioterapi yang bisa diberikan untuk kondisi LBP et causa


Hernia Nukleus Pulposus adalah berupa Neuromuskular teknik, massage, passif
rom exercise.

B. Saran
1. Bagi fisioterapis : sebelum melakukan tindakan terapi hendaknya melakukan
pemeriksaan yang teliti, sistematis dan terarah sehingga diperoleh informasi
yang lengkap mengenai permasalahan yang dihadapi pasien.
2. Bagi keluarga pasien : perlunya keterlibatan dan dukungan dari pasien serta
keluarganya selama proses terapi / penyembuhan.
3. Bagi pasien : pasien dianjurkan untuk menghindari hal-hal yang dapat
menambah kondisi sakit yang diderita seperti gerakan membungkuk,
mengangkat beban yang terlalu berat, serta supaya tetap melanjutkan terapi
apabila masih sakit.

23
DAFTAR PUSTAKA

Lionel Ginsberg. 2007.Lecture Notes Neurologi Edisi Kedelapan. Jakarta :


Erlangga

Chaitow. L.1980. Neuromuscular Techniques, a Proctitioner Guide to Soft Tissue


Manipulation

Richo.2016.Anatomi Vertebra Lumbal.


https://id.scribd.com/doc/309762905/Anatomi-Vertebra-Lumbal Diakses pada
tanggal 14 Maret 2018

Universitas Hasanuddin. 2015.Bahan Ajar IV Hernia Nukleus Pulposus.


https://med.unhas.ac.id/kedokteran/wp-content/uploads/2016/09/Bahan-Ajar-
4_Hernia-Nucleus-Pulposus.pdf Diakses pada tanggal 14 Maret 2018

Mithayani.2012.Massage dan tekniknya.


https://mithayani.wordpress.com/2012/05/31/massage-sebagai-perawatan-
tubuh/. Diakses pada tanggal 16 Mei 2018

Fisiopedia. 2017. Fisioterapi pada latihan penambahan ROM (Range Of Motion)


http://fisioterapipedia.blogspot.co.id/2017/11/fisioterapi-pada-latihan-rom-
range-of-motion.html. Diakses pada tanggal 15 Maret 2018

Prasetya, Faskal.2015.Penatalaksanaan Fisioterapi Pada Kasus Hernia Nucleus


Pulposus Lumbal Di Rsud Saras Husada Purworejo.
http://eprints.ums.ac.id/36770/ Diakses pada tanggal 14 Maret 2018

Anshari, Riyadi and , Totok Budi S, S.Fis., MPH.2016.Penatalaksanaan


Fisioterapi Pada Kasus Hernia Nucleus Pulposus Lumbal 3 - 5 Dan Sacrum 1
Di RSUD Sukoharjo. http://eprints.ums.ac.id/45266/15/BAB%20IV.pdf.
Diakses pada tanggal 14 Maret 2018

24
DOKUMENTASI

25

Anda mungkin juga menyukai