PENDAHULUAN
Low Back Pain (LBP) adalah nyeri yang dirasakan di daerah punggung
bawah, dapat berupa nyeri lokal ataupun disertai nyeri radikuler dan atau
keduanya yang disebabkan oleh iritasi atau kompresi radik pada satu atau
beberapa radik lumbosakralis yang dapat disertai dengan kelemahan motorik,
gangguan sensorik dan menurunnya refleks fisiologis (Melialla et all, 2000).
Salah satu penyebab yang paling sering dari nyeri punggung adalah
Hernia Ncleus Pulposus (HNP). HNP merupakan rupturnya nukleus pulposus
(Brunner dan Suddarth, 2002). Prevalensi HNP berkisar antara 1-2% dari populasi
(Purwanto, 2003). Perbandingan laki-laki dengan perempuan adalah seimbang,
yaitu 1 : 1 (Ramacandran TS et all, 2003). Usia yang paling sering mengalami
HNP adalah pada usia 30-50 tahun (Feske et all, 2003). HNP lumbalis paling
sering 90% mengenai diskus intervertrebalis L5-S1 dan L4-L5 (Purwanto, 2003).
Nukleus pulposus adalah bagian tengah diskus yang bersifat semigetalin.
Nukleus ini mengandung berkas-berkas kolagen sel jaringan penyambung dan sel-
sel tulang rawan. Dan berperan penting dalam pertukaran cairan antar diskus dan
pembuluh-pembuluh kapiler.
Berbagaai modalitas radiologi untuk mengetahui dan mengevaluasi hernia diskus
intervertebralis seperti CT Scan, MRI, Foto rontgen atau foto polos dan
Myelografi. Dalam beberapa penelitian diketahui bahwa MRI memiliki daya
sensitivitas dan spesifitas yang lebih tinggi dibandingkan dengan modalitas
radiologik lainnya dalam mengevaluasi HNP (Karppinen, 2001).
Modalitas fisioterapi yang diberikan untuk kondisi ini adalah berupa Infra
Red Neuromuskular teknik, massage, passif rom exercise.
1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Vertebra lumbal adalah satu dari lima rangkaian kolumna vertebralis yang
terletak pada pertengahan tubuh bagian posterior. Pada umumnya vertebra
lumbalis mempunyai bentuk melengkung ke arah depan atau disebut juga
lordosis. Dilihat dari lengkungannya vertebra lumbal termasuk kedalam vertebra
sekunder, karena lengkungan dari vertebra lumbal tumbuh setelah lahir, yaitu
pada saat seorang anak belajar berjalan pada usia satu sampai satu setengah tahun
(Ballinger W. Philip, 1995).
Vertebra lumbalis terdiri atas lima ruas tulang yang tersusun memanjang ke
arah bawah. Ruas-ruas vertebra lumbalis tersebut lebih besar dari ruas vertebrae
torakalis dan dapat dibedakan oleh karena tidak adanya bidang untuk persendian
dengan iga. Diantara ruas-ruas vertebra lumbalis tersebut terdapat penengah ruas
tulang yang terdiri atau tersusun dari tulang muda yang tebal dan erat, berbentuk
seperti cincin yang memungkinkan terjadinya pergerakan antara ruas-ruas tulang
yang letaknya sangat berdekatan. Bagian atas dari vertebra lumbalis berbatasan
dengan vertebra torakalis 12 dan pada bagian bawahnya berbatasan dengan
vertebra sakralis.
2
Bagian-bagian dari vertebra lumbal :
1. Korpus
Vertebra lumbal mempunyai korpus yang tebal, besar dan berbentuk lonjong
(oval) dengan garis poros yang terletak transversal. Ukurannya lebih besar dari
korpus pada servikal atau daerah torakal dan pada bagian anterior sedikit lebih
tinggi dibanding dengan bagian posterior. Korpus vertebra lumbalis mempunyai
bentuk silinder, sehingga dapat berfungsi sebagai penyangga dan pelindung dari
bagian foramen intervertebralis.
2. Arkus
Arkus terletak pada bagian posterior dan dibentuk oleh dua pedikel dan dua
lamina. Pada bagian ini pedikelnya pendek tetapi lebih tebal dan laminanya lebih
besar yang mengarah ke belakang dan ke tengah. Antara korpus vertebra dengan
arkus vertebra lumbalis berfungsi untuk menyokong prosessus spinosus yang
arahnya ke belakang, prosessus transversus yang arahnya ke samping dan
prosessus artikularis superior dan inferior.
3. Pedikel
Pedikel mempunyai dua buah tulang yang pendek dan kuat. Timbul dari
bagian atas korpus, sehingga cekungan insisura vertebralis inferior yang terletak
pada bagian bawah lebih dalam dari cekungan insisura vertebralis superior yang
3
letaknya pada bagian atas dan keduanya akan membentuk foramen intervertebralis
yang merupakan bagian dari tempat keluarnya sumsum saraf.
Lamina arkus vertebra merupakan susunan dari dua buah tulang yang
bentuknya berasal dari ujung pedikel.
5. Prosessus Spinosus
6. Prosessus Transversus
7. Prosessus Artikularis
4
Gambar 2 : bagian-bagian vertebra lumbal
5
Ligamen-ligamen yang memperkuat persendian di kolumna vertebralis regio
lumbal adalah :
a. Ligamen flavum
b. Ligamen interspinosus
c. Ligamen intertranversus
d. Ligamen supraspinosus
1. Fleksi
- Psoas major
6
- Rectus abdominis
- External abdominal oblique
- Internal abdominal oblique
- Transversus abdominis
2. Ekstensi
- Latissimus dorsi
- Erector spine iliocostalis lumborum
- Erector spine longissimus thoracis
- Transversospinalis
- Interspinalis
- Quadratus lumborum
- Multifidus
- Rotatores
- Gluteus maximus
3. Lateral fleksi
- Latissimus dorsi
- Erector spine iliocostalis lumborum
- Erector spine longissimus thoracis
- Transversalis
- Quadratus lumborum
- Psoas major
- External abdominal oblique
4. Rotasi
- Transversalia
- Rotatores
- Multifidus
7
keseluruhan. Sesuai dengan anatomi vertebra lumbalis yang mempunyai bentuk
yang besar dan kuat, maka fungsi vertebra lumbalis adalah :
1. Menyangga tubuh bagian atas dengan perantaraan tulang rawan yaitu diskus
intervertebralis yag lengkungannya dapat memberikan fleksibilitas yang dapat
memugkinkan membungkuk ke arah depan (fleksi) dan kearah belakang
(ekstensi), miring ke kiri dan ke kanan pada vertebra lumbalis.
2. Diskus intervertebralisnya dapat menyerap setiap goncangan yang terjadi bila
sedang menggerakkan berat badan seperti berlari dan melompat.
3. Melindungi saraf tulang belakang dari tekanan-tekanan akibat melesetnya
nukleus pulposus pada diskus intervertebralis. Namun apabila annulus
fibrosus mengalami kerusakan, maka nukleus pulposusnya dapat meleset dan
dapat meyebabkan penekanan pada akar saraf disekitarnya yang
menimbulkan rasa sakit dan ada kalanya kehilangan kekuatan pada daerah
distribusi dari saraf yang terkena.
8
yang tajam merupakan hal yang sering dirasakan penderita HNP. Weakness pada
grup otot tertentu namun jarang terjadi pada banyak grup otot (Lotke dkk, 2008).
Hernia Nukleus Pulposus terbagi dalam 4 grade berdasarkan keadaan herniasinya,
dimana ekstrusi dan sequestrasi merupakan hernia yang sesungguhnya, yaitu:
a. Protrusi diskus intervertebralis : nukleus terlihat menonjol ke satu arah
tanpa kerusakan annulus fibrosus.
b. Prolaps diskus intervertebral : nukleus berpindah, tetapi masih dalam
lingkaran anulus fibrosus.
c. Extrusi diskus intervertebral : nukleus keluar dan anulus fibrosus dan
berada di bawah ligamentum, longitudinalis posterior.
d. Sequestrasi diskus intervertebral : nukleus telah menembus ligamentum
longitudinalis posterior
2. Etiologi
Penyebab dari Hernia Nucleus Pulposus (HNP) biasanya dengan
meningkatnya usia terjadi perubahan degeneratif yang mengakibatkan kurang
lentur dan tipisnya nucleus pulposus. Annulus fibrosus mengalami perubahan
karena digunakan terus menerus. Akibatnya, annulus fibrosus biasanya di daerah
lumbal dapat menyembul atau pecah (Moore dan Agur, 2013)
9
kebanyakan pasien gejala trauma bersifat singkat, dan gejala ini disebabkan oleh
cidera pada diskus yang tidak terlihat selama beberapa bulan atau bahkan dalam
beberapa tahun. Kemudian pada generasi diskus kapsulnyamendorong ke arah
medulla spinalis, atau mungkin ruptur dan memungkinkan nucleus pulposus
terdorong terhadap sakus doral atau terhadap saraf spinal saat muncul dari
kolumna spinal(Helmi, 2012).
10
dengan terbentuknya nodus schmorl merupakan kelainan yang mendasari low
back pain subkronis atau kronis yang kemudian disusul oleh nyeri sepanjang
tungkai yang dikenal sebagai ischialgia atau siatika. Menjebolnya nucleus
pulposus ke kanalis vertebralis berarti bahwa nucleus pulposus menekan radiks
yang bersama-sama dengan arteria radikularis yang berada dalam lapisan dura.
Hal itu terjadi jika penjebolan berada disisi lateral. Setelah terjadi HNP, sisa
discus intervertebralis mengalami lisis, sehingga dua korpus vertebra bertumpang
tindih tanpa ganjalan (Muttaqin, 2008).
11
Dalam melakukan assessment, mengandalkan ujung jemari terapis terhadap
kelainan myofascial yang berada pada organ Kulit, seperti : spasme, tautband
(inmobile) adhesi, myofascial trigger point, nodulus, lekukan, hypo/hyper
hydrosis, dan nyeri lokal/jalar kulit. Keberhasilan terapi sangat ditentukan oleh
akurasi assessment, pemilihan teknik dan skill/pengalaman terapis dalam
mengaplikasikan teknik tersebut. Sepanjang NMT digunakan dengan benar, maka
tubuh dalam keadaan aman, tanpa reaksi yang merugikan. Frekuensi (finger
technique) NMT untuk satu area cukup 60 – 90 second (30 – 40 friction) setiap
sekali pengobatan. Jika lebih dari satu area, dapat diberikan rata-rata 30 kali
friction (60 second) tiap satu area (Simons & Travell, 1992).
Pelaksanaan NMT dibagi atas 3 variasi : (Dvorak et. Al, 1988)
- NMT 1 = Friction pada connective tissue di kulit, otot/tendon dan sendi.
- NMT 2 = Kontraksi isometri dilanjutkan dengan passive stretching agonis
past isometrik relaxation.
- NMT 3 = Kontraksi isometrik antagonis, dilanjutkan dengan stretching
Reciprocal Inchibition.
2. Massage
Manfaat massage adalah memperlancar peredaran darah dan getah bening.
Dimana massage akan membantu memperlancar metabolism dalam
tubuh. Treatment massage akan mempengaruhi kontraksi dinding kapiler
sehingga terjadi keadaan vasodilatasi atau melebarnya pembuluh darah kapiler
dan pembuluh getah bening. Aliran oksigen dalam darah meningkat, pembuangan
sisa-sisa metabolic semakin lancar sehingga memacu hormone endorphin yang
berfungsi memberikan rasa nyaman.
Mengusap (Efflurage/strocking) adalah gerakan mengusap dengan
menggunakan telapak tangan atau bantalan jari tangan. Gerakan ini dilakukan
sesuai dengan peredaran darah menuju jantung maupun kelenjar-kelenjar getah
bening. Manfaat gerakan ini adalah merelaksasi otot dan ujung-ujung syaraf.
12
3. Strengthening Exercise
Untuk sistem muskular memiliki peran yang sangat penting (esensial) dalam
fisioterapi dan dalam retraining (pemulihan) setelah injury/cidera dengan berbagai
tipe cidera olahraga.Pemahaman tentang metode training yang beragam
merupakan kebutuhan yang paling penting untuk efektifitas pengobatan. Strength
(kekuatan) otot sangat bergantung pada diameter otot tersebut.Latihan yang
sistematik dapat menghasilkan adaptasi otot terhadap stimulus training.Adaptasi
yang terjadi adalah Hipertropi otot.Dampak dari latihan tersebut adalah setiap
serabut otot akan meningkat massanya. Peningkatan jumlah serabut otot juga
dapat terjadi.
13
BAB III
PROSES FISIOTERAPI
A. Identitas Umum Pasien
Nama : Sidin
Usia : 46 tahun
JenisKelamin : Laki-laki
Agama : Islam
Pekerjaan : Petani (buruh jagung)
Alamat : Dusun Papi, Enrekang
B. Anamnesis Khusus
Keluhan utama : nyeri punggung bawah menjalar ke tungkai.
Lokasi keluhan : tungkai sebelah kiri.
Lama keluhan : 3 bulan yang lalu
Sifat keluhan : tertusuk-tusuk dan menjalar
Penyebab : HNP
RPP : keluhan dirasakan sejak 3 bulan yang lalu sebelum
masuk ke rumah sakit. Nyeri dirasakan muncul tanpa pencetus. Nyeri
berkurang saat posisi tidur miring ke kanan dan mengonsumsi obat
penghilang nyeri. Nyeri dirasakan seperti tertusuk-tusuk, terasa menjalar
ke kedua tungkai utamanya tungkai sebelah kiri. Pada bulan Januari,
pasien keluar masuk rumah sakit sebanyak 3 kali dengan keluhan yang
sama. Sesaat setelah keluar dari rumah sakit, pasien melakukan kontrol
ke poli, tapi saat obat habis, keluhan muncul kembali dan akhirnya
pasien memutuskan untuk kembali ke rumah sakit lagi.
Posisi yang memperberat : fleksi lumbal
14
Posisi yang memperingan : tidur miring kearah kanan
Riwayat Trauma : ada (pasien pernah jatuh terpeleset di sawah)
Riwayat mengangkat berat : ada
Riwayat penyakit penyerta : tidak ada
2) Tes Tonus Otot : fisioterapis melakukan gerakan pasif pada tungkai pasien
dan merasakan tonus otot pasien.
Hasil : normal, tidak ada peningkatan tonus.
15
3) Tes Sensorik : fisioterapis mencubit, menekan dan menggores pada
tungkai sebelah kiri dan kanan pasien.
Hasil : terjadi penurunan sensasi pada tungkai kiri.
6) MMT
Otot Tungkai kanan Tungkai kiri
Fleksor hip 4 3
Ekstensor hip 4 3
Abductor hip 4 3
Adduktor hip 4 3
Abdominal hip 4 3
Trunk 4 3
7) Palpasi otot erector spine : fisioterapis meraba dan menekan otot pasien.
Hasil : - Terjadi spasme pada otot erector spine.
- Nyeri tekan dan menjalar pada otot piriformis
16
8) Straight Leg Raising (SLR) : fisioterapis mengangkat lurus tungkai kiri
pasien 30°-70°. Positif bila timbul nyeri menjalar pada pasien.
Hasil : nyeri menjalar saat tungkai diangkat 60°
9) Tes patrick : tungkai kiri pasien dalam posisi fleksi pada sendi lutut
sementara tumit diletakkan pada lutut sebelah kanan. Kemudian lutut pada
tungkai kiri ditekan kebawah
Hasil : pasien merasakan nyeri.
10) Anti patrick : posisi fleksi pada salah satu sendi lutut dan sendi panggul,
kemudian lutut di dorong ke arah medial.
Hasil : pasien tidak meraskan nyeri.
11) Squat and bouncing : pasien dalam posisi berdiri dengan kedua kaki
menjinjit, kemudian jongkok lalu berdiri kembali.
Hasil : pasien tidak mampu melakukannya.
17
lain
1 = bantu jika perlu
2 = bisa
6. Merubah sikap dari berbaring ke 0 = bergantung orang
duduk lain
1 = perlu banyak
bantuan untuk bisa
duduk (2 orang)
2 = perlu sedikit bantuan
3 = bebas
7. Berpindah/Jalan 0 = bergantung orang
lain
1 = tidak dapat, tapi bisa
menjalankan kursi roda
sendiri
2 = dapat, tetapi
dibantu orang lain
3 = bebas penuh
8. Berpakaian 0 = bergantung orang
lain
1 = kadang – kadang
dibantu
2 = bebas termasuk
pakai sepatu
18
1 = bebas, termasuk
keluar dan masuk kamar
mandi
Jumlah 13
19
F. Diagnosa dan Problematik Fisioterapi
Problematik :
20
H. Program Intervensi Fisioterapi
1. Komunikasi Terapeutik
- Tujuan : untuk menghilangkan rasa khawatir dan kecemasan
mengenai penyakit yang dialami pasien.
- Teknik : memberikan motivasi dan penjelasan mengenai
pengobatan yang bisa diberikan untuk penyembuhan pasien.
- Dosis : setiap hari selama 3 menit.
2. Neuromucular Techniq
- Tujuan : untuk menstimulasi otot dan menurunkan rasa nyeri.
- Teknik : kedua ibu jari fisoterapis melakukan penekanan secara
memutar pada otot yang mengalami nyeri.
- Dosis : setiap hari selama 3 menit.
3. Strengthening Exercise
- Tujuan : untuk meningkatkan kekuatan otot hip.
- Teknik : dalam posisi tidur telentang. Hip fleksi 90°. Kemudian
fisioterapis menggerakkan hip pasien kearah ekstensi dan perintahkan
pasien untuk memberikan tahanan.
- Dosis : dilakukan setiap hari (6 kali repetisi)
4. Massage eufflurrage
- Tujuan : untuk mengurangi spasme otot erector spine
- Teknik : kedua telapak tangan fisioterapis mengusap bagian otot
yang mengalami spasme kearah jantung sacara lembut.
- Dosis : setiap hari selama 3 menit.
5. Passive ROM exercise
- Tujuan : untuk menjaga mobilitas sendi.
- Teknik : fisioterapis menggerakkan hip pasien kearah fleksi,
ekstensi, abduksi, dan adduksi.
- Dosis : setiap hari (6 kali repetisi)
I. Evaluasi Hasil Terapi
- Intensitas nyeri sedikit berkurang dari 5 menjadi 4.
21
- Spasme otot belum berkurang.
- Kekuatan otot tidak meningkat.
- Pasien mampu untuk berjalan ke toilet sendiri tanpa bantuan orang
lain.
J. Edukasi
- Perhatikan posisi tubuh pada saat bekerja dan jangan terlalu lama
berada pada posisi yang sama.
- Berhati-hati terhadap gerakan yang dapat membebani vertebra/gerakan
membungkuk (misalnya : mengangkat beban, posisi kerja, dll)
- Duduk dengan posisi punggung tegak.
22
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Low Back Pain (LBP) adalah nyeri yang dirasakan di daerah punggung
bawah, dapat berupa nyeri lokal ataupun disertai nyeri radikuler dan atau
keduanya yang disebabkan oleh iritasi atau kompresi radik pada satu atau
beberapa radik lumbosakralis yang dapat disertai dengan kelemahan motorik,
gangguan sensorik dan menurunnya refleks fisiologis (Melialla et all, 2000).
Salah satu penyebab yang paling sering dari nyeri punggung adalah Hernia
Ncleus Pulposus (HNP). Hernia Nucleus Pulposus (HNP) adalah turunnya
kandungan annulus fibrosus dari diskus intervertebralis lumbal pada spinal canal
atau rupture annulus fibrosus dengan tekanan dari nucleus pulposus yang
menyebabkan kompresi pada element saraf. Pada umumnya HNP pada lumbal
sering terjadi pada L4-L5 dan L5-S1.
B. Saran
1. Bagi fisioterapis : sebelum melakukan tindakan terapi hendaknya melakukan
pemeriksaan yang teliti, sistematis dan terarah sehingga diperoleh informasi
yang lengkap mengenai permasalahan yang dihadapi pasien.
2. Bagi keluarga pasien : perlunya keterlibatan dan dukungan dari pasien serta
keluarganya selama proses terapi / penyembuhan.
3. Bagi pasien : pasien dianjurkan untuk menghindari hal-hal yang dapat
menambah kondisi sakit yang diderita seperti gerakan membungkuk,
mengangkat beban yang terlalu berat, serta supaya tetap melanjutkan terapi
apabila masih sakit.
23
DAFTAR PUSTAKA
24
DOKUMENTASI
25