PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Pada abad ke-6 SM mulai berkembang di Yunani suatu sikap baru, dimana
orang mulai mencari jawaban-jawaban tentang rahasia-rahasia alam semesta.
Rasio mulai menggantikan mitos dan logika menggantikan legenda.
B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa yang dimaksud pengetahuan menurut aliran yunani kuno?
2. Bagaimana sejarah pengetahuan menurut aliran yunani kuno?
3. Siapa tokoh aliran yunani kuno?
4. Bagaimana pendapat tokoh-tokoh aliran yunani kuno?
1
C. TUJUAN
1. Dapat memahami dan mengetahui definsi pengetahuan menurut aliran
yunani kuno.
2. Dapat mengetahui sejarah pengetahuan menurut aliran yunani kuno.
3. Dapat mengetahui tokoh alirah yunani kuno.
4. Dapat memahami pendapat tokoh-tokoh aliran yunani kuno.
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
tersebut dikembangkan sehingga mereka mempelajarinya tidak didasrkan pada
aspek praktis saja, tetapi juga aspek teoritis kreatif.
Dengan adanya ketiga faktor tersebut, kedudukan mitos digeser oleh logos
(akal), sehingga setelah pergeseran tersebut filsafat lahir.
Periode yunani kuno ini disebut dengan periode filsafat alam, disebut
demikian karena pada periode ini telah ditandai dengan banyaknya muncul para
ahli pikir tentang alam, dimana seluruh arah dan perhatian pemikirannya kepada
apa yang diamati pada keadaan alam sekitarnya. Para pemikir ini membuat
sejumlah pernyataan-pernyataan tentang gejala alam yang bersifat filsafati, yaitu
berdasarkan akal pikir dan tidak berdasarkan pada mitos atau dongeng-dongeng.
Yunani pada masa itu di anggap sebagai gudang ilmu dan filsafat, karena
bangsa yunani pada masa itu tidak lagi mempercayai hal-hal yang berbau mitos-
mitos. Bangsa yunani ini juga tidak dapat menerima pengalaman yang didasarkan
pada sikap menerima begitu saja, namun mereka menumbuhkan sikap yang
senang menyelidiki sesuatu secara kritis. Sikap ini lah yang menjadi cikal bakal
tumbuhnya ilmu pengetahuan modern. Sikap kritis dan tidak mudah untuk
menerima ini lah yang menjadikan bangsa yunani tampil sebagai ahli pikir
terkenal sepanjang masa.
Pemerintahan Yunani Kuno sering di sebut sebagai cikal bakal
pemerintahan demokratis, ini dapat di pahami karena di Negara ini menerapkan
kehidupan sosial politik yang memiliki ciri-ciri sebagai berikut :
a. Setiap warga negara memiliki otonomi dalam bidang hukum dan
memiliki kemerdekaan ppolitik untuk mengemukakan pendapat.
b. Ada negara-negara bagian yang disebut polis, kondisi polis pada saat itu
sangat kondusif untuk perkembangan intelektual
4
mengungkapkan ide-idenya. Pada masa itu, Yunani dipandang sebagai gudang
ilmu dan filsafat, karena bangsa Yunani sudah tidak lagi mempercayai mitos-
mitos. Bangsa Yunani juga tidak dapat menerima pengalaman yang didasarkan
pada sikap receptive attitude (sikap menerima begitu saja) melainkan
menumbuhkan sikap yang senang menyelidiki atau kritis. Sikap kritis inilah yang
menjadikan bangsa Yunani berada pada barisan terdepan dalam ilmu
pengetahuan.
5
ajaran-ajaran filosof sebelumnya. Seperti dikatakan Cicero (sastrawan Roma)
bahwa Socrates telah memindahkan filsafat dari langit ke atas bumi. Maksudnya,
filosof pra-Socrates mengkonsentrasikan diri pada persoalan alam semesta
sedangkan Socrates mengarahkan obyek penelitiannya pada manusia diatas bumi.
6
d. Prodikos
e. Kritias
7
satu itu adalah yang tidak terbatas dan tidak terhingga, tak berubah dan meliputi
segala-galanya yang disebut “Aperion”. Aperion bukanlah materi seperti yang
dikemukakan oleh Thales. Anaximander juga berpendapat bahwa dunia ini
hanyalah salah satu bagian dari banyak dunia lainnya.
c. Anaximenes
Anaximenes hidup sekitar 560-520 SM. Ia berpendapat bahwa hakikat segala
sesuatu yang satu itu adalah udara. Jiwa adalah udara; api adalah udara yang
encer; jika dipadatkan pertama-tama udara akan menjadi air, dan jika dipadatkan
lagi akan menjadi tanah, dan akhirnya menjadi batu. Ia berpendapat bahwa bumi
berbentuk seperti meja bundar.
2. Aliran Pythagoras
Pythagoras lahir di Samos sekitar 580-500 SM. Ia berpendapat bahwa semesta
ini tak lain adalah bilangan. Unsur bilangan merupakan prinsip unsur dari segala-
galanya. Dengan kata lain, bilangan genap dan ganjil sama dengan terbatas dan
tak terbatas.
a. Xenophanes
Xenophanes merupakan pengikut Aliran Pythagoras yang lahir di Kolophon,
Asia Kecil, sekitar tahun 545 SM. Dalam filsafatnya ia menegaskan bahwa Tuhan
bersifat kekal, tidak mempunyai permulaan dan Tuhan itu Esa bagi seluruhnya.
Ke-Esaan Tuhan bagi semua merupakan sesuatu hal yang logis. Hal itu karena
kenyataan menunjukkan apabila semua orang memberikan konsep ketuhanan
sesuai dengan masing-masing orang, maka hasilnya akan bertentangan dan kabur.
Bahkan “kuda menggambarkan Tuhan menurut konsep kuda, sapi demikian juga”
kata Xenophanes. Jelas kiranya ide tentang Tuhan menurut Xenophanes adalah
Esa dan bersifat universal.
b. Heraklitus (Herakleitos)
Heraklitus hidup antara tahun 560-470 SM di Italia Selatan sekawan dengan
Pythagoras dan Xenophanes. Ia berpendapat bahwa asal segalanya adalah api dan
api adalah lambang dari perubahan. Api yang selalu bergerak dan berubah
menunjukkan bahwa tidak ada yang tetap dan tidak ada yang tenang.
8
3. Aliran Elea
a. Parmenides
Lahir sekitar tahun 540-475 di Italia Selatan. Ajarannya adalah kenyataan
bukanlah gerak dan perubahan melainkan keseluruhan yang bersatu. Dalam
pandangan Pamenides ada dua jenis pengetahuan yang disuguhkan yaitu
pengetahuan inderawi dan pengetahuan rasional. Apabila dua jenis pengetahuan
ini bertentangan satu sama lain maka ia memilih rasio. Dari pemikirannya itu
membuka cabang ilmu baru dalam dunia filsafat yaitu penemuannya tentang
metafisika sebagai cabang filsafat yang membahas tentang yang ada.
b. Zeno
Lahir di Elea sekitar 490 SM. Ajarannya yang penting adalah pemikirannya
tentang dialektika. Dialektika adalah satu cabang filsafat yang mempelajari
argumentasi.
c. Melissos
Lahir di Samos tanpa diketahui secara tepat tanggal kelahirannya. Ia berpendapat
bahwa “yang ada” itu tidak berhingga, menurut waktu maupun ruang.
4. Aliran Pluralis
a. Empedokles
Lahir di Akragas Sisislia awal abad ke-5 SM. ia menulis buah pikirannya
dalam bentuk puisi. Ia mengajarkan bahwa realitas tersusun dari empat anasir
yaitu api, udara, tanah, dan air.
b. Anaxagoras
Lahir di Ionia di Italia Selatan. Ia berpendapat bahwa realitas seluruhnya bukan
satu tetapi banyak. Yang banyak itu tidak dijadikan, tidak berubah, dan tidak
berada dalam satu ruang yang kosong. Anaxagoras menyebut yang banyak itu
dengan spermata (benih).
5. Aliran Atomis
Pelopor atomisme ada dua yaitu Leukippos dan Demokritos. Ajaran aliran
filsafat ini ikut berusaha memecahkan masalah yang pernah diajukan oleh aliran
9
Elea. Aliran ini mengajukan konsep mereka dengan menyatakan bahwa realitas
seluruhnya bukan satu melainkan terdiri dari banyak unsur. Dalam hal ini berbeda
dengan aliran pluralisme maka aliran atomisme berpendapat bahwa yang banyak
itu adalah “atom” (a = tidak, tomos = terbagi).
6. Aliran Sofis
Sofisme berasal dari kata Yunani “sophos” yang berarti cerdik atau pandai.
Tokoh-tokoh kaum sofis adalah Protagoras, Grogias, Hippias, Prodikos, dan
Kritias.
Kesimpulannya, filsafat Pra Socrates adalah filsafat yang dilahirkan karena
kemenangan akal asas atas dongeng atau mite-mite yang diterima dari agama yang
memberitahukan tentang asal muasal segala sesuatu.
10
2. Plato (428-348 S.M)
Hampir semua karya Plato ditulis dalam bentuk dialog dan Socrates diberi
peran yg dominan dalam dialog tersebut. Sekurang-kurangnya ada dua alasan
mengapa Plato memilih yg begitu. Pertama, sifat karyanya Socratic (Socrates
berperan sentral) dan diketahui bahwa Socrates tidak mengajar tetapi mengadakan
tanya jawab dg teman-temannya di Athena. Dengan demikian, karya Plato dapat
dipandang sebagai monumen bagi sang guru yg dikaguminya. Kedua, berkaitan
dengan anggapan Plato mengenai filsafat. Menurutnya, filsafat pada intinya tidak
lain daripada dialog dan filsafat seolah-olah drama hidup yg tidak pernah selesai
tetapi harus dimulai kembali. Ada tiga ajaran pokok dari Plato yaitu tentang ide,
jiwa dan proses mengenal. Menurut Plato realitas terbagi menjadi dua yaitu
inderawi yg selalu berubah dan dunia ide yg tidak pernah berubah. Ide merupakan
sesuatu yg obyektif, tidak diciptakan oleh pikiran dan justru sebaliknya pikiran
tergantung pada ide-ide tersebut. Ide-ide berhubungan dengan dunia melalui tiga
cara; Ide hadir didalam benda, ide-ide berpartisipasi dalam konkret dan ide
merupakan model atau contoh (paradigma) bagi benda konkret. Pembagian dunia
ini pada gilirannya juga memberikan dua pengenalan. pertama pengenalan tentang
ide; inilah pengenalan yg sebenarnya. Pengenalan yg dapat dicapai oleh rasio ini
disebut episteme (pengetahuan) dan bersifat teguh, jelas, dan tidak berubah.
Dengan demikian Plato menolak relatifisme kaum sofis. Kedua, pengenalan
tentang benda-benda disebut doxa (pendapat) dan bersifat tidak tetap dan tidak
pasti; pengenalan ini dapat dicapai dg panca indera. Dengan dua dunianya ini juga
Plato bisa mendamaikan persoalan besar filsafat pra-socratic yaitu pandangan
panta rhei-nya Herakleitos dan pandangan yg ada-ada-nya Parmenides. Keduanya
benar, dunia inderawi memang selalu berubah sedangkan dunia ide tidak pernah
berubah dan abadi. Memang jiwa Plato berpendapat bahwa jiwa itu baka, lantaran
terdapat kesamaan antara jiwa dan ide. Lebih lanjut dikatakan bahwa jiwa sudah
ada sebelum hidup di bumi. Sebelum bersatu dg badan, jiwa sudah mengalami
pra-eksistensi dimana ia memandang ide-ide. Berdasarkan pandangannya ini,
Plato lebih lanjut berteori bahwa pengenalan pada dasarnya tidak lain adalah
pengingatan (anamnenis) terhadap ide-ide yg telah dilihat pada waktu pra-
11
eksistansi. Ajaran Plato tentang jiwa manusia ini bisa disebut penjara. Plato juga
mengatakan, sebagaimana manusia, jagad raya juga memiliki jiwa dan jiwa dunia
diciptakan sebelum jiwa-jiwa manusia. Plato juga membuat uraian tentang negara.
Tetapi jasa terbesarnya adalah usahanya membuka sekolah yg bertujuan ilmiah.
Sekolahnya diberi nama"Akademia"yg paling didedikasikan kepada pahlawan yg
bernama Akademos. Mata pelajaran yg paling diperhatikan adalah ilmu pasti.
Menurut cerita tradisi, di pintu masuk akademia terdapat tulisan:"yg belum
mempelajari matematika janganlah masuk disini".
12
-----------------------------------------------------------------
Teologi/metafisik, Matematika, Fisika, Etika, Politik, Seni
------------------------------------------------------------------
Ilmu Hitung, Ilmu ukur, Retorika
Aristoteles berpendapat bahwa logika tidak termasuk ilmu pengetahuan
tersendiri, tetapi mendahului ilmu pengetahuan sebagai persiapan berfikir secara
ilmiah. Untuk pertama kalinya dalam sejarah, logika diuraikan secara sistematis.
Tidak dapat dibantah bahwa logika Aristoteles memainkan peranan penting dalam
sejarah intelektual manusia; tidaklah berlebihan bila Immanuel Kant mengatakan
bahwa sejak Aristoteles, logika tidak maju selangkahpun. Mengenai pengetahuan,
Aristoteles mengatakan bahwa pengetahuan dapat dihasilkan melalui jalan induksi
dan jalan deduksi, induksi mengandalkan panca indera yang "lemah", sedangkan
deduksi lepas dari pengetahuan inderawi. Karena itu dalam logikanya Aristoteles
sangat banyak memberi tempat pada deduksi yg dipandangnya sebagai jalan
sempurna menuju pengetahuan baru. Salah satu cara Aristoteles mempraktekkan
deduksi adalah Syllogismos (silogisme).
13
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Zaman yunani kuno dianggap sebagai zaman keemasan filsafat, karena
pada masa ini orang memiliki kebebasan untuk menungkapkan ide-idenya atau
pendapat. Zaman ini dimulai dari masa ke 6 M.
Zaman kuno meliputi zaman filsafat pra-socrates di Yunani. Tokoh-
tokohnya dikenal dengan nama filsuf pertama atau filsif alam. Mereka mencari
unsur induk (arche) yang dianggap asal dari segala sesuatu. Menurut theles arche
itu air, Anaximandros berpendapat arche itu ‘yang tidak terbatas’ (to apeiron).
Anaximenes arche itu udara, pythagoras arche itu bilangan, dan Heraklitos arche
itu api, ia juga berpendapat bahwa segala sesuatu itu terus mengalir (pantarbei).
Parmenedes mengatakan bahwa segala sesuatu itu tetap tidak bergerak.
Zaman Keemasan filsafat dimulai dengan munculnya kaum Sofis yaitu
suatu gerakan dalam bidang intelektual yang disebabkan oleh pengeruh kepesatan
minat orang terhadap filsafat. Kemudian munculah orang-orang yang berperan
penting dalam perkembangan Yunani Klasik yaitu Socrates, Plato dan Aristoteles.
B. SARAN
Diharapkan makalah ini dapat membatu dan menjadi literatur dalam
menambah ilmu pengetahuan kita mengenai konsep pengetahuan menurut aliran
yunani kuno dalam filsafat logika.
14
DAFTAR PUSTAKA
15