Anda di halaman 1dari 10

A.

    MASA YUNANI KUNO (6/7 SM-6 M)

1)      Orang yunani yang hidup pada abad ke-6 SM mempunyai sistem kepercayaan bahwa

segala sesuatu harus diterima sebagai sesuatu yang bersumber pada mitos atau dongeng-

dongeng, artinya suatu kebenaran lewat akal pikir (logis) tidak berlaku, yang berlaku hanya

suatu kebenaran yang bersumber dari mitos (dongen-dongeng).

2)      Pada saat itu muncul sejumlah ahli pikir yang menentang adanya mitos. Mereka

menginginkan adanya pertanyaan tentang isi alam semesta ini, jawabannya dapat diterima

akal (rasional). Keadaan yang dimikian ini sebagai suatu demitiologi, artinya suatu

kebangkitan pemikiran untuk menggunakan akal pikiran dan meninggalkan hal-hal yang

sifatnya mitologi. Upaya para ahli pikir untuk mengarahkan kepada suatu kebebasan berpikir.

3)       Kemudian banyak orang  mencoba membuat suatu konsep yang dilandasi kekuatan akal

pikiran secara murni, maka timbullah peristiwa ajaib The Greek Miracle yang artinya dapat

dijadikan sebagai landasan peradaban dunia.

4)      Ada tiga faktor yang membuat filsafat yunani ini lahir, yaitu:

a)      Bangsa Yunani yang kaya akan mitos (dongeng), dimana mitos dianggap sebagai awal dari

upaya orang untuk mengerti. Mitos-mitos tersebut kemudian disusun secara sistematis yang

untuk sementara rasional sehingga muncul mitos selektif dan rasional, seperti syair karya

Homerus, Orpheus dan lain-lain.

b)      karya sastra yunani yang dapat dianggap sebagai pendorong kelahiran filsafat yunani, karya

Homerous mempunyai kedudukan yang sangat penting untuk pedoman hidup orang-orang

yunani yang didalamnya mengandung nilai-nilai edukatif.

c)      pengaruh ilmu-ilmu yang berasal dari babiylonia (Mesir) dilembah Sungai Nil, kemudian

berkat kemampuan dan kecakapannya ilmu-ilmu tersebut dikembangkan sehingga mereka

mempelajarinya tidak didasarkan pada aspek praktis saja, tetapi juga aspek teoritis kreatif.

Dengan adanya ketiga faktor tersebut, kedudukan mitos digeser oleh logos (akal), sehingga

setelah pergeseran tersebut filsafat lahir.

5)      Periode yunani ini lazim disebut periode filsafat alam. Dikatakan demikian, karena pada

periode ini di tandai dengan munculnya para ahli pikir alam, dimana arah dan perhatian
pemikirannta kepada apa yang diamati di sekitarnya. Mereka membuat pertanyaan-

pertanyaan tentang gejala alam yang bersifat filsafati (berdasarkan akal pikiran) dan tidak

berdasarkan pada mitos. Mereka mencari asas yang pertama dialam semesta (arche) yang

sifatnay mutlak, yang berada dibelakang segala sesuatu yang serba berubah.

6)      Para pemikir filsafat yunani yang pertama berasal dari Miletos, sebuah kota perantauan

yunani yang terletak di pesisir asia kecil. Mereka kagum terhadap alam yang oleh nuansa dan

ritual serta berusaha mencari jawaban atas apa yang ada dibelakang semua materi itu.

7)      Zaman yunani kuno juga di pandang sebagai zaman keemasan filsafat, karena pada masa

ini orang memiliki kebebasan untuk mengungkapkan ide-ide atau pendapatnya.  Pada Yunani

pada masa itu di anggap sebagai gudang ilmu dan filsafat, karena bangsa yunani pada masa

itu tidak lagi mempercayai mitologi-mitologi.

8)      Bangsa yunani juga tidak dapat menerima pengalaman yang di dasarkan pada

sikap receptive attitude  (sikap menerima begitu saja), melainkan menumbuhkan sikap an

inquiring attitude (suatu sikap yang senang menyelidiki sesuatu secara kritis). Sikap yang

belakangan inilah yang menjadi cikal bakal tumbuhnya ilmu pengetahuan modern. Sikap

kritis inilah yang membuat yang menjadikan bangsa yunani tampil sebagai ahli piker terkenal

sepanjang masa.

9)       Beberapa filsuf pada masa itu antara lain, Thales, Phytagoras, Socrates, Plato, dan

Aristoteles..

10)  Ciri yang menonjol dari filsafat Yunani Kuno di awal kelahirannya adalah ditunjukkannya

perhatian terutama pada pengamatan gereja kosmik dan fisik sebagai ikhtiar guna

menemukan sesuatu asas-mulia (arche) yang merupakan unsur awal terjadinya segala gejala.

11)  Zaman kuno meliputi zaman pra-Socrates di yunani. Tokoh-tokohnya dikenal dengan nama

filsuf pertama atau filsuf alam. Mereka mencari unsur induk (arche) yang di anggap asal dari

segala sesuatu. Menurut thales induk (arche) itu air, Anaximandros berpendapat induk

(arche) itu yang tidak terbatas, Anaximenes induk (arche), itu udara, Phytagoras

induk (arche) itu bilangan, dan heraklitos induk (arche) itu api, ia juga berpendapat segala
sesuatu itu terus mengalir. Paramenedes mengatakan bahwa segala sesuatu itu tetap tidak

bergerak.

B.     ZAMAN PERTENGAHAN (6 M-15 M)

1.      Zaman pertengahan merupakan suatu waktu yang ada hubungannya dengan sejarah bangsa-

bangsa dibenua eropa. Pengertian umum tentang zaman pertengahan yang berkaitan dengan

perkembangan pengetahuan ialah suatu periode panjang yang dimulai dari jatuhnya

kekaisaran romawi barat tahun 476 M hingga timbulnya renaissance.

2.      Disisi lain zaman pertengahan juga merupakan kurun waktu yang sangat khas. Secara

singkat dikatakan bahwa dominasi agama Kristen sangat menonjol. Perkembangan alam

pikiran harus di sesuaikan dengan ajaran agama. Demikian pula filsafat, harus diuji apakah

tidak bertentangan dengan ajaran agama Islam.

3.      Fisafat abad pertengahan menggambarkan suatu zaman yang baru di tengah-tengah suatu

perkumpulan bangsa yang baru, yaitu Bangsa Eropa Barat, filsafat yang baru ini disebut

skolastik.

4.      Selanjutnya filsafat abad pertengahan sangat berbeda dengan pemikiran sebelumnya hal ini

disebabkan karena rumpun bangsa yang berfilsafat sangat berbeda, dalam filsafat abad

pertengahan ini manusia mencoba mempersatukan secara Harmonis apa yang diketahui dari

akal dengan apa yang diketahuinya dari wahyu dengan demikianlah timbul sistem pandangan

dunia kristen yang rangkap, dimana iman dan ilmu pengetahuan mendapatkan tempatnya

masing-masing. semakin lama doktrin kristen makin membelenggu kehidupan manusia di

jaman itu sehingga semakin membatasi.

5.      Pada masa pertumbuhan dan perkembangan filsafat Eropa (sekitar lima abad) belum

memunculkan ahhli pikir (filsuf), akan tetapi setelah abad ke-6 M, baru muncul para pemikir

yang mengadakan penyelidikan filsafat. Jadi, filsafat Eropa yang mengawali kelahiran filsafat

barat abad pertengahan.


6.       Filsafat barat abad pertengahan (476-1492 M) juga dapat dikatakan sebagai abad gelap.

Berdasarkan pada pendekatan sejarah gereja, saat itu tindakan gereja sangat membelenggu

kehidupan manusia. Manusia tidak lagi memiliki kebebasan untuk mengembangkan potensi

yang terdapat dalam dirinya. Para ahli pikir saat itu juga tidak mempunyai kebebasan bepikir.

7.      Apalagi terdapat pemikiran-pemikiran yang bertentangan dengan agama ajaran gereja.

Siapun orang yang mengemukakannya akan mendapatkan hukuman berat. Pihak gereja

melarang diadakannya penyelidikan-penyelidikan berdasarkan rasio terhadap agama. Karena

itu, kajian terhadap agama (teologi) yang tidak berdasarkan ketentuan gereja akan

mendapatkan hukuman larangan ketat. Yang berhak mengadakan penyelidikan terhadap

agama hanyalah pihak gereja. Kendati demikian, ada juga yang melanggar peraturan tersebut

dan mereka di anggap orang murtad dan kemudian diadakan pengajaran (inkuisisi).

8.      Sejarah filsafat abad pertengahan di mulai kira kira abad ke-5 sampai awal abad ke 17. Para

sejerawan pada umumnya menentukan tahun 476, yakni masa berakhirnya Kerajaan Romawi

Barat yang berpusat di kota Roma dan munculnya Kerajaan Romawi timur yang kelak

berpusat di Konstantinopel (sekarang istambul), sebagai data awal zaman abad pertengahan

dan tahun 1492 (penemuan Benua Amerika oleh Colombus) sebagai data akhirnya.

9.      Masa ini di awali dengan lahirnya filsafat Eropa. Sebagaimana halnya dengan filsafat

yunani yang telah dipengaruhi oleh kepercayaan, maka fisafat atau pemikiran pada abad

pertengahan ini pun di pengaruhi oleh kepercayaan Kristen. Artinya pemikiran filsafat abad

pertengahan di dominasi oleh Agama.

10.  Peride abad pertengahan ini mempunyai beberapa perbedaan yang mencolok dengan abad

sebelumnya. Perbedaan ini terletak pada dominasi agama. Timbulnya agama Kristen pada

permulaan abad masehi membawa perubahan besar terhadap kepercayaan agama.

11.  Zaman pertengahan adalah zaman keemasan bagi kekeristanan. Disinilah yang menjadi

persoalan karena agama keristen mengajarkan bahwa wahyu tuhanlah yang merupakan

kebenaran sejati. Hal ini berbeda dengan pandangan yunani kuno yang mengatakan bahwa

kebenaran dapat dicapai oleh kemampuan akal.

1)      Ciri-ciri filsafat abad pertengahan


1.      Filsafat abad pertengahan di ceritakan dengan adanya hubungan erat anara agama keristen

dan filsafat. Di lihat secara menyeluruh, filsafat abad pertengahan memang merupakan fisafat

keristen. Oleh karena itu, kiranya dapat dikatakan bahwa fisafat abad pertengahan adalah

suatu filsafat agama dengan agama keristen sebagai basisnya.

2.      Agama Kristen ini menjadi problema kefilsafatan, karena mengajarkan bahwa wahyu

tuhanlah yang merupakan kebenaran yang sejati. Hal ini berbeda dengan pandangan yunani

kuno yang mengatakan bahwa kebenaran dapat dicapai oleh kemampuan akal karena mereka

belum mengenal adanya wahyu.

3.      Bentuk sikap golongan terhadap pemikiran yunani adalah

a)      Golongan yang benar-benar menolak sama sekali pemikiran yunani, karena pemikiran

yunani merupakan pemikiran orang kafir karena tidak mengikuti wahyu

b)      Menerima filsafat yunani yang mengatakan bahwa karena manusia itu ciptaan tuhan maka

kebijaksanaan manusia berarti pula kebijaksanaan yang datangnya dari tuhan. Mungkin akal

tidak dapat mencapai kebenaran yang sejati. Oleh karena itu, akal dapat dibantu oleh wahyu.

2)      Periode-periode pada abad pertengahan

Secara garis besar, pemikiran filsafat abad pertengahan dapat dibagi menjadi dua

periode yaitu zaman patristic dan zaman scholastik

a)      Zaman patristik

1.      Patristic berasal dari kata patres (bentuk jamak dari pater) yang berarti bapak-bapak. Yang

dimaksudkan adalah para pujangga  gereja dan tokoh-tokoh gereja yang sangat berperan

sebagai peletak dasar intelektual kekeristenan mereka, khususnya mencurahkan perhatian

pada pengembangan teologi, tetapi dalam kegiatan tersebut mereka tidak dapat

menghindarkan diri dari wilayah kefilsafatan. Masa patristic di bagi atas patristic yunani

(patristic timur) dan patristic latin (patristic barat)

2.      Bapak gereja terpenting pada masa itu antara lain Tertuallianus (160-222), Justinus,

Clemens dari Alexandria (150-251), Origenes (185-254), Gregorius dari Nazianza (330-390),

Baasilus Agung (330-379), Gregorius dari Nyssa (335-394), Dionysius Areopagita, Jhoanes

Damascenus, Ambrosius, Hyeronimus, dan Agustinus (354-430).


3.      Tertullianus, Justinus, Clemens dari Alexandria, dan Origenes adalah pemikir-pemikir pada

masa awal patristic. Gregorius dari Nazianza, Basilus Agung, Gregorius dari Nyssa, Dinysius

Areopagita dan Johanes Damascenus adalah tokoh-tokoh pada masa patristic Yunani.

Sedangkan Ambrosius, Hyeronimus, dan Agistinus adalah pemikir-pemikir yang menandai

masa keemasan patristic Latin.

4.      Agustinus adalah seorang pujangga gereja dan filusuf besar setelah melewati kehidupan

masa muda yang hedonistis, Agustinus kemudian memeluk agama Kristen dan menciptakan

sebuah tradisi filsafat Kristen yang berpengaruh besar pada abad pertengahan.

5.      Agustinus menentang aliran skeptisme (aliran yang meragukan kebenaran). Menurut

Agustinus skeptisme itu sebetulnya merupakan bukti bahwa terdapat kebenaran. Menurut

Agustinus, Allah menciptakan dunia Exnihilo (konsep yang kemudian yang diikuti oleh

Thomas Aquinus). Artinya, dalam menciptakan dunia dan isinya, Allah tidak menggunakan

bahan

b)     Zaman Scholastik

1.      Zaman scholastik di mulai sejak abad ke-9, kalau tokoh pada masa patristic adalah pribadi-

pribadi yang lewat tulisannya memberikan bentuk pada pemikiran filsafat dan teologi pada

zamanya, sedangkan tokoh pada zaman scholastik adalah para pelajar dari lingkungan

sekolah- kerajaan dan sekolah katedral yang didirikan oleh raja yang bernama karel agung

(742-814) dan kelak juga dari lingkungan universitas dan ordo-ordo biarawan.

2.      Filsafat mereka disebut “scholastik” (dari kata latin “scholasticus”, guru”), karena pada

periode ini filsafat di ajarkan pada sekolah sekolah-sekolah,  biara, dan universitas-

universitas menurut suatu kurikulum yang baku dan bersifat Internasional.

3.      Tokoh-tokoh terpenting pada masa scholastik adalah Boethius (480-524), Johannes Scotus

Eriugena (810-877), Anselmus dari Canterbury (1033-1109), Petrus Abelardus (1079-1142),

Bonaventura (1221-1274), Singer dari Brabant (sekitar 1240-1281/4), Albertus Agung

(sekitar 1205-1280), Thomas Aquinas (1225-1274), Johannes Duns Scotus (1266-1308),

Gulielmus dari Ockham (1285-1349), dan Nicolaus Cusanus (1401-1464).


4.      Anselmus mengemukakan semboyan credo ut intelligam, yang artinya aku percaya agar

akau mengerti. Kepercayaan digunakan untuk mencari pengertian, filsafat sebagai alat

fikiran, teologi sebagai kepercayaan.

5.       Sumbangan terpenting Anselmus yaitu suatu ajaran ketuhanan yang bersifat filsafat. Dalam

menjelaskan kedatangan dan kematian kristus, Anselmus menjelaskan bahwa kemuliaan

Tuhan telah digelapkan oleh kejatuhan Tuhan malaikat dan manusia. Hal ini merupakan

penghinaan bagi Tuhan yang patut dikenai hukuman. Untuk menyelamatkan manusia, Tuhan

menjelma menjadi anaknya agar hukuman dapat ditanggung. Dengan demikian keadilan,

rahmat dan kasih Tuhan telah genap dan dipenuhi.

6.      Peter Abelardus telah dianggap membuka kembali tentang kebebasan berfikir dengan

semboyannya: intelligo ut credom (saya paham supaya saya percaya). Pemikiran Abelardus

yang bercorak nominalisme ditentang oleh gereja-gereja karena telah mengkritik kuasa rohani

gereja.

7.      Dalam ajaran mengenai etika, Abelardus beranggapan bahwa ukuran etika ialah hukum

kesusilaan alam. Kebajikan alam menjadikan manusia tidak perlu memiliki dosa asal. Tiapa

orang dapat berdosa jika menyimpang dari jalan kebajikan dank kebijakan alam. Akal

manusia sebagai pengukur dan penilai iman.

8.      Bagi Thomas Aquinas, tidak ada perbedaan akan dan wahyu . kebenaran iman hanya dapat

dicapai melalui keyakinan dan wahyu (dunia diciptakan Tuhan dalam enam hari). Ada

kebenaran teologis alamiah yang dapat ditemukan pada akan dan wahyu (sebagai jalan

menemukan kebenaran), tetapi hanya ada satu kebenaran, yaitu teologi iman. Pengetahuan

tidak sama dengan kepercayaan. Pengetahuan didapat dari indra dan diolah dari akal, tetapi

akal tidak bias mencapai realitas tertinggi. Dalil akal harus diperkuat oleh agama

9.      Aqiunas yang pemikirannya dipengaruhi Aristoteles, melakukan pula pengkristenan teori

Aristoteles dalam teologi Kristen. Salah satu penyempurnaan teori Aristoteles oleh Aquinas

yaitu pandangan bahwa wanita adalah pria yang tidak sempurna. Bagi Aqunias pria dan

wanita memiliki jiwa yang sama, hanya sebagai makhluk alamlah wanita lebih rendah,

jiwanya sama.
10.  Aku percaya sebab mustahil’, demikian semboyan Occam sebagai suatu gambaran terhadap

hubungan tidak harmonis antara kepercayaa dan pengetahuan. Pandangan dengan corak

nominalis ini banyak dikritik oleh gereja karena dianggap otoritas gereja. Bagi Occam,

“bukan saja akal manusia tidak akan dapat mengerti pernyataan Tuhan, tetapi juga akal akan

menyerang segala ikrar keputusa gereja dengan hebat sebab akal manusia sekali-kali tidak

bias memasuki dunia ketuhanan. Manusi hanya dapat menggantungkan kepercayaan kepada

kehendak tuhan saja yang telah dinyatan dalam kitab alkitab”. Dengan demikian, anatara

keyakinan yang bersumber terhadap agama dan pengetahuan yang bersumber pada akal harus

dipisahkan. Alkitab pandangan ini Occam dihukum penjara oleh Paus, namun mendapat

suaka dari Raja Louis IV.

11.  Periode ini terbagi menjadi tiga tahap, yaitu:

1)      periode scholastik awal (800-120)

2)      periode puncak perkembangan scholastik (abad ke-13)

3)      periode scholastik lanjut atau akhir (abad ke-14-15)

 3)      perkembangan filsafat abad pertengahan

1.      pada abad pertengahan ini, perkembangan ilmu mencapai kemajuan yang pesat karena

adanya penerjemahan karya filsafat yunani klasik ke bahasa latin, juga penerjemahan kembali

karya para filsuf yunani oleh bangsa arab kebahasa latin.

2.        Karangan para filsuf islam menjadi sumber terpenting penerjemahan buku, baik buku

keilmuan maupun filsafat diantaranya karya filsuf islam yang diterjemahkan antara lain

astronomi (Al-Khawarizmi), Kedokteran (Ibnu Sina), karya-karya al parabi, Al-Kindi, Al-

Gazali.

C.    ZAMAN RENAISSANCE (14 M-17 M)

1.      Renaissance berarti “lahir kembali”. Pengertian riilnya adalah manusia mulai memiliki

kesadaran-kesadaran baru yang mengedepankan nilai dan keluhuran manusia. Suasana dan
budaya berpikirnya memang melukiskan “kembali” kepada semangat awal, yaitu semangat

filsafat Yunani kuno yang mengedepankan penghargaan terhadap kodrat manusia itu sendiri.

2.      Jaman ini lebih merupakan gerakan kebudayaan daripada aliran filsafat, yaitu lahirnya

kebudayaan Yunani dan kebudayaan Romawi. Pada saat itu gejala masyarakat untuk

melepaskan diri dari kungkungan dogmatisme Gereja sudah mulai tampak di Eropa.

3.      Zaman renaissance juga ditandai sebagai era kebangkitan kembali pemikiran yang bebas

dari doma-dogma agama. Renaissance ialah zaman peralihan ketika kebudayaan Abad

pertengahan  mulai berubah menjadi suatu kebudayaan modern.

4.      Manusia pada zaman ini adalah manusia yang merindukan pemikiran yang bebas. Manusia

ingin mencapai kemajuan atas hasil usaha sendiri, tidak didasarkan atas campur tangan Ilahi.

Penemuan ilmu pengetahuan modern sudah mulai dirintis pada Zaman Renaissance.

5.      Ilmu pengetahuan yang berkembang maju pada masa ini adalah bidang astronomi. Tokoh-

tokoh yang terkenal pada masa itu seperti: roger bacon, Copernicus, Johannes, dan galileo

galilei.

v  Berikut cuplikan pemikiran para filsuf tersebut:

1)      Roger Bacon, berpendapat bahwa pengalaman (empiris) menjadi landasan utama bagi awal

dan ujian akhir bagi semua ilmu pengetahuan, matematika merupakan syarat mutlak untuk

mengolah semua pengetahuan.

2)      Copernicus, mengatakan bahwa bumi dan planet semuanya mengelilingi matahari,

sehingga matahari, sehingga matahari menjadi pusat (heliosentrisme). Pendapat ini

berlawanan dengan pendapat umum yang berasal dari Hipparahus dan Ptolemeous yang

menganggap bahwa bumi sebagai pusat alam semesta (geosentrisme).

3)      Galileo Galilei, membuat sebuah teropong bintang yang terbesar pada masa itu dan

mengamati beberapa peristiwa angkasa secara lansung. Ia menemukan beberapa peristiwa

penting dalam bidang astronomi. Ia melihat bahwa pelanet Venus dan Mercurius

menunjukkan perubahan-perubahan seperti halnya bulan, sehingga ia menyimpulkan bahwa

pelanet-planet tidaklah memancarkan cahaya sendiri, melainkan hanya memantulakn cahaya

dari matahari.
6.     Ciri utama renaisens adalah individualisme, humanisme, lepas dari agama. Manusia sudah

mengandalkan akal (rasio) dan pengalaman (empiris) dalam merumuskan pengetahuan. Yang

berkembang pada waktu itu sains, dan penemuan-penemuan dari hasil pengembangan sains

yang kemudian berimplikasi pada semakin ditinggalkannya agama karena semangat

humanisme. Fenomena tersebut cukup tampak pada abad modern.

7.     Kebudayaan Yunani-Romawi adalah kebudayaan yang menempatkan manusia sebagai

subjek utama. Filsafat Yunani, misalnya menampilkan manusia sebagai makhluk yang

berpikir terus-menerus memahami lingkungan alamnya dan juga menentukan prinsip-prinsip

bagi tindakannya sendiri demi mencapai kebahagiaan hidup.

Anda mungkin juga menyukai