Anda di halaman 1dari 24

ANATOMI FISIOLOGI MANUSIA

SISTEM MUSKULAR

Nama : FADHIL YUSRAL


NPM : 2016210085
Kelas : D
No.Absen : 23

FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS PANCASILA
JAKARTA

SISTEM MUSKULAR
PENGERTIAN OTOT
Dalam kehidupan, ada beberapa bagian yang dapat membantu antara
organ satu dengan organ lainnya, contohnya saja otot, jaringan otot atau
biasanya disebut daging oleh orang awam merupakan jaringan kontraktil yang
dijumpai pada hewan invertebrata maupun hewan vertebrata. Otot seperti
halnya

jaringan

lain

mampu

memperbanyak

diri

dengan

cara division/pembelahan, mampu meneruskan impuls (konduktivitas), mampu


merubah ukuran dengan cara memendek dan juga kembali ke kondisi awal
(kontraktilitas) yang terkait dengan adanya sitoskeleton yaitu mikrofilamen
(aktin dan miosin).
Otot dapat melekat di tulang yang berfungsi untuk bergerak aktif. Selain
itu otot merupakan jaringan pada tubuh hewan yang bercirikan mampu
berkontraksi, aktivitas biasanya dipengaruhi oleh stimulus dari sistem saraf.
Unit dasar dari seluruh jenis otot adalah miofibril yaitu struktur filamen yang
berukuran sangat kecil tersusun dari protein kompleks, yaitu filamen aktin dan
miosin.
Otot juga merupakan suatu organ/alat yang dapat bergerak dan merupakan
sesuatu yang penting bagi organisme. Gerak sel terjadi karena sitoplasma
merubah bentuk. Pada sel-sel sitoplasma ini merupakan benang-benang halus
yang panjang disebut miofibril. Kalau sel otot yang mendapatkan rangasangan
maka miofibril akan memendek, dengan kata lain sel oto akan memendekkan
dirinya kearah tertentu.
Selain itu otot juga merupakan jaringan pada tubuh hewan yang bercirikan
mampu berkontraksi, aktivitas biasanya dipengaruhi oleh stimulus dari sistem
saraf. Unit dasar dari seluruh jenis otot adalah miofibril yaitu struktur filamen

yang berukuran sangat kecil yang tersusun dari protein kompleks , yaitu filamen
aktin dan miosin. Pada saat berkontraksi, filameb-filamen tersebut saling
bertautan yang mendapatkan energi dari mitokondriadi sekitar miofibil.

Terdapat pula macam macam otot yang berbeda pada vertebrata. Yang
pertama ialah otot jantung, yaitu otot yang menyusun dinding jantung. Otot
polos terdapat pada dinding semua organ tubuh yang berlubang (kecuali
jantung). Kontraksi otot polos yang umumnya tidak terkendali, memperkecil
ukuran struktur-struktur yang berlubang ini. Pembuluh darah, usus, kandung
kemih dan rahim merupakan beberapa contoh dari struktur yang dindingnya
sebagian besar terdiri atas otot poos. Sehingga kontraksi otot polos
melaksanakan bermacam-macam tugas seperti meneruskan makanan kita di
mulut ke saluran pencernaan, mengeluarkan urin, dan mengirimkan bayi ke
dunia. Otot kerangka, seperti namanya, adalah otot yang melengkat pada
kerangka. Otot ini dikendalikan dengan sengaja. Kontraksinya memungkinkan
adanya aksi yang disengaja seperti berlari, berenang, mengerjakan alat-alat, dan
bermain bola. Akan tetapi, apabila otot jantung, otot polos, ataupun otot

kerangka atau lurik memeberikan suatu ciri, maka otot tersebut merupakan alat
yang menggunakan energi kimia dan makanan untuk melakukan kerja
mekanisme. Semua sel-sel otot mempunyai kekhususan yaitu untuk
berkontraksi. Terdapat lebih dari 600 buah otot pada tubuh manusia. Sebagian
besar otot-otot tersebut dilekatkan pada tulang-tulang kerangka tubuh oleh
tendon, dan sebagian kecil ada yang melekat di bawah permukaan kulit.
Pada sistem otot terdapat 3 tipe jaringan otot yaitu otot rangka/skeletal,
otot lurik/viseral dan otot jantung/kardiak. Fungsi otot antara lain adalah:
1) Body movement (pergerakan tubuh). Otot skeletal melekat pada tulang
memiliki peran dalam pergerakan anggota tubuh dan dikontrol secara
sadar (volunter). Contohnya pergerakan tangan, memegang suatu objek,
berlari. Dsb.
2) Maintenance of posture (menjaga bentuk tubuh). Otot skeletal secara
konstan menjaga tonus otot agar tetap tegang.
3) Respiration (respirasi). Otot dari torak bertanggung jawab pada
pergerakan tulang rusuk saat terjadi proses pernapasan.
4) Production of body heat (menghasilkan panas tubuh). Ketika otot rangka
berkontraksi akan dihasilkan panas sebagai produk kejadian tersebut
dengan tujuan menjaga temperatur tubuh tetap konstan.
5) Communication (komunikasi).
6) Constriction of organs and vessels (konstriksi dari organ dan pembuluh
darah). Kontraksi dari otot polos dalam dinding organ dari organ viseral
dan pembuluh darah menyebabkan konstriksi dari organ tersebut.
Konstriksi membantu pencampuran/pengadukan makanan di tractus
digestivus, pengeluaran sekret dari organ dan regulasi aliran darah
melalui pembuluh darah.
7) Heart beat (irama pompa jantung). Kontraksi otot jantung menyebabkan
jantung secara ritmik memompa darah ke seluruh bagian tubuh.

Tetapi secara garis besar otot mempunyai 4 fungsi utama yaitu,


kontraktilitas, eksitabilitas, ekstensibilitas dan elastisitas.
Contractility (kontraktilitas) adalah kemampuan otot untuk memendek
dengan kekuatan tertentu. Ketika otot berkontraksi, hal tersebut
menyebabkan pergerakan struktur internal otot (filamen otot) dan akan
menngakibatkan tekanan pada organ dan pembuluh darah.
Excitability (eksitabilitas) adalah kemampuan otot untuk merespon
stimulus, dimana umumnya otot, khususnya otot rangka berkontraksi
sebagai akibat stimulasi oleh saraf. Otot polos dan jantung dapat
berkontraksi tanpa stimulus luar, tetapi keduanya juga berkontraksi akibat
stimulus saraf dan hormon.
Extensibility (ekstensibilitas) adalah dapat meregang pada panjang
tertentu dengan derajat tertentu.
Elasticity (elastisitas) adalah kemampuan otot untuk kembali ke kondisi
semula setelah melakukan proses meregang.

JENIS OTOT
Berdasarkan jenisnya otot dapat kita klasifikasikan menjadi 3 yaitu :
1. Otot Rangka/Otot Lurik (Sceletal Muscle)
2. Otot Polos (Smooth Muscle)
3. Otot Jantung

1. Otot Rangka / Otot Lurik

Struktur Sel Otot Rangka/Lurik


Sel memanjang
Mempunyai banyak inti sel (nukleus)
Tampak lurik
Kontrol dalam kesadaran

Prinsip All or None pada Kontraksi Sel Otot Rangka/Lurik


Otot sebagai alat gerak aktif memiliki sifat iritabilitas yang ditunjukkan
dengan

proses

menanggapi

rangsang

(mengenal

dan

merespon

rangsang/stimulus) yang mengenainya secara langsung, tanpa tergantung pada


jaringan saraf yang biasa mengaktifkannya. Kondisi iritabilitas otot dapat
melemah jika otot telah mengalami kelelahan dan kembali ke kondisi
maksimum apabila tersuplai oleh nutrisi dan oksigen yang cukup. Perlu
diperhatikan bahwa prinsip all or none pada otot hanya berlaku pada setiap sel
otot rangka, bukan pada gumpal otot atau otot secara umum serta pada sel otot
jantung. Hal ini berarti bahwa apabila suatu sel otot rangka atau serabut otot
diberikan stimulus di atas ambang ataupun ambang, maka sel otot akan
berkontraksi penuh. Tetapi sebaliknya apabila stimulus yang mengenai sel otot
berada di bawah ambang/subminimal maka sel otot tidak akan berkontraksi
sama sekali. Stimulus bawah ambang dapat menimbulkan respon kontraksi
dengan syarat diberikan secara berkali-kali dengan rentang waktu yang cepat
(sumasi stimulus).
Sangat berbeda pada otot atau jaringan otot, prinsip all or none tidak
bisa berlaku pada jaringan ini. Pada sel otot makin kuat stimulus yang diberikan
maka kekuatan kontraksinya tetap, sedangkan pada jaringan otot makin kuat
stimulus yang diberikan maka makin kuat pula kekuatan kontraksinya. Hal ini
terkait dengan adanya unit-unit motorik pada jaringan otot, dimana setiap unit
motorik (serabut saraf motorik) tunggal akan bercabang > 100 cabang kecil
yang masing-masing cabang akan mensyarafi sel otot. Bagian ujung saraf yang

melekat pada otot biasanya disebut dengan motor end plate atau myoneural
junction. Satu serabut saraf motor tunggal beserta dengan sel-sel otot yang
disarafi dikenal dengan istilah unit motor.
Apabila suatu saraf motor teraktivasi, maka semua sel-sel otot yang
disarafinya berkontraksi secara simultan. Semakin banyak saraf motor yang
diaktifkan maka makin banyak pula sel-sel otot yang berkontraksi. Jadi makin
kuat stimulus yang mengenai saraf motor maka semakin banyak unit motor
yang diaktifkan sehingga kontraksi otot semakin kuat.
Struktur Otot Rangka/Lurik
Otot rangka tersusun atas sel-sel panjang bentuk serabut tidak bercabang
yang disebut dengan muscle fiber (serabut otot = sel otot) yang juga terkait
dengan sedikit bahan lain yaitu jaringan ikat, pembuluh darah dan
saraf. Struktur serabut otot tunggal memiliki beberapa nukleus yang terletak di
tepi mengelilingi serabut otot mendekati membran plasma. Serabut otot
berkembang dari sel yang belum matang dengan multinukleus yang disebut
myoblast. Multinukleus dihasilkan dari fusi dari sel prekursor myoblast.
Myoblast akan berubah menjadi serabut otot sebagai suatu protein kontraktil
yang terakumulasi dalam sitoplasma. Setelah itu akan diikuti dengan inervasi
pertumbuhan sel saraf dalam perkembangan lanjut serabut otot.
Jumlah serabut otot umumnya jumlahnya konstan setelah kelahiran.
Hipertropi sel otot setelah kelahiran tidak disebabkan oleh penambahan jumlah
serabut otot, tetapi akibat peningkatan ukuran sel otot. Dalam irisan melintang
sel otot rangka terlihat seperti memiliki pita gelap terang. Serabut otot memiliki
rentangan panjang 1 mm sampai dengan 4 cm dengan diameter 10-100 m. Otot
yang besar mengandung serabut dengan diameter yang besar pula dan begitu
sebaliknya.

Bagian sebuah otot rangka yang dilekatkan oleh tendon pada sebuah tulang.
Gabungan dari beberapa serabut otot tunggal membentuk fasikulus otot yang
dibungkus jaringan ikat perimisium. Untuk setiap serabut otot tunggal diselaputi
oleh endomisium. Perbesaran dari suatu serabut otot tunggal nampak tersusun
atas beberapa miofibril.
Setiap miofibril memiliki unit fungsional yang disebut sebagai sarkomer.
Sebuah sarkomer tunggal di sebuah miofibril tersusun atas miofilamen aktin dan
miosin. Cakram Z melekat pada miofilamen aktin dan miofilamen miosin
berada pada kondisi awal diikat oleh molekul titin dan garis M.
a. Struktur Sarkomer
Sarkomer terdiri dari miofilamen tipis aktin dan miofilamen tebal miosin.
Miofilamen aktin melekat pada cakram Z dan miofilamen miosin
tersuspensi diantara miofilamen aktin.
Miofilamen aktin tersusun atas molekul individual globular aktin (G
aktin), yang membentuk bundle dengan molekul tropomiosindan
troponin.
Sebuah molekul miosin memiliki struktur seperti sebuah tongkat golf
yang terdiri dari dua molekul heavy miosin yang membentuk
sebuah double globular head (dua kepala globular).
Empat molekul smaller light miosin berada pada kepala molekul miosin.
Molekul G aktin, molekul tropomiosin, dan troponin terakit kedalam satu
miofilamen aktin tunggal.
Celah aktif (active sites) berada di molekul G aktin.

Miofilamen miosin tersusun atas beberapa molekul individual yang


berbentuk seperti tongkat.
b. Struktur filamen tipis
Setiap filamen tipis tersusun atas 2 filamen aktin (aktin F) saling terpilin
membentuk spiral ganda, tropomiosin, dan troponin.
Molekul aktin berbentuk bulat (aktin G), asimetris, dan mengandung
tempat perlekatan miosin (miosin binding site).
Tropomiosin berupa 2 benang berpilin ganda, terletak disisi luar antara
benang aktin, fungsinya menutup tempat perlekatan miosin pada saat otot
relaksasi.
Troponin merupakan kompleks 3 subunit: subunit T melekat erat pada
tropomiosin, subunit C berfungsi mengikat Ca 2+, dan subunit I berfungsi
menghambat interaksi antara aktin dan miosin.
Setiap molekul tropomiosin menutupi 7 molekul aktin G, akan dibatasi
oleh 1 kompleks troponin.

c. Struktur Filamen Tebal


Filamen tebal tdr atas molekul-molekul miosin, merupakan batang pipih
tersusun atas dua benang peptida saling berpilin, diujungnya terdapat 2
bulatan (bagian kepala), disebut jembatan silang miosin.
Suatu mol miosin terdiri dari meromiosin ringan (bagian tangkai) dan
meromiosin berat (bagian leher dan kepala).
Pada bagian kepala mengandung enzim ATP-ase dan tempat perlekatan
dengan aktin. ATPase ini akan menhidrolisis ATP ADP + Pi + Energi.
Pelepasan kepala miosin dari aktin juga memerlukan energi ATP. Bila
tidak ada ATP baru, maka kepala miosin tidak dapat terlepas dariaktin.
Mekanisme Kontraksi Otot Rangka (Teori Sliding Filament)

Dalam proses kontraksi otot rangka, unit-unit kontraktil sel otot rangka
(sarkomer) akan mengalami perubahan struktur pada protein kontraktilnya yaitu
aktin dan miosin. Kedua protein tersebut tidak mengalami perubahan jumlah,
melainkan perubahan pada posisi keduanya yang terlihat saling tumpang tindih
selama sel berkontraksi. Menurut hipotesis sliding filament theory saat sarkomer
memendek, panjang filamen aktin dan miosin saling bergerak dan bertumpang
tindih. Hal ini akan menyebabkan filamen aktin akan bergerak ke tengah
sarkomer dan filamen miosin tetap di posisi awal. Pergerakan ini akibat
terbentuk siklus jembatan silang miosin.
Proses sliding filament pada serabut otot lurik yang mengalami kontraksi
sebagai berikut:
Kontraksi otot dimulai dari datangnya impuls pada sel otot yang dirambatkan
pada sarkolemma. Impuls yang merambat sampai tubulus T akan merangsang
dilepaskannya

Ion

Ca

(Ca2+)

dari

Retikulum Sarkoplasma ke

dalam

sarkoplasma. Ca2+ ditangkap oleh troponin sub-unit TnC. Tropomiosin bergeser,


sehingga tempat lekat miosin pada aktin terbuka. Terbukanya tempat lekat
miosin pada aktin, menyebabkan interaksi jembatan silang miosin dengan
aktin aktomiosin.Dengan menggunakan energi ATP (terjadi defosforilasi),
kepala miosin (jembatan silang miosin) mengangguk sampai sekitar 90 derajat,
sehingga menggeser satu aktin G. Bila ada ATP baru masuk ke jembatan silang
miosin, maka kepala miosin terlepas dari aktin G pertama dan melekat pada
aktin G kedua, kepala miosin mengangguk lagi ATP baru masuk jembatan
silang terlepas miosin melekat pada aktin G ketiga mengangguk, begitu
berulang-ulang, sehingga filamen aktin bergeser ke tengah sarkomer otot
berkontraksi. Bila impuls berhenti, maka Ca2+ditarik masuk ke RS lagi, aktin
bergeser ke posisi istirahat otot relaksasitropomiosin kembali menutup
tempat lekat miosin pada aktin.
Jadi dapat disimpulkan bahwa selama kondisi istirahat/relaksasi, celah
perlekatan miosin pada aktin tertutup oleh molekul tropomiosin. Molekul

tropomiosin binding di tempatnya oleh molekul troponin membentuk troponintropomiosin komplek. Ketika terjadi kontraksi, ion kalsium dari retikulum
sarkoplasma dilepaskan setelah ada potensial aksi dan kemudian melekat pada
troponin C (TnC). Akibat adanya ikatan ion kalsium pada molekul troponin,
akan membuka celah perlekatan jembatan silang miosin pada bagian kepala
miosin sehingga tropomiosin berpindah selama kontraksi. Setelah celah
perlekatan jembatan silang miosin terbuka dengan bantuan ATP dan enzim
ATPase, terjadi defosforilasi ATP menjadi ADP + Pi dan menyebabkan
jembatan silang akan menarik filamen aktin ke bagian tengah sarkomer. Otot
berkontraksi bila filamen tipis (aktin) digeser oleh jembatan silang miosin.
Dalam proses sliding filament terdapat banyak siklus jembatan silang
miosin dimana setelah satu siklus selesai, maka secara vektorial akan diikuti
oleh siklus selanjutnya. Jadi dapat disimpulkan bahwa pemendekan sarkomer
pada suatu serabut otot, memerlukan pengulangan (mungkin ratusan) siklus
jembatan silang (tiap siklus akan menggeser filamen aktin dengan jarak sekitar
10 nm dan memerlukan energi dari 1 mol ATP). Pada proses kontraksi, apabila
ATP baru tidak tersedia maka akan menyebabkan aktin dan miosin tetap
melekat sehingga terbentuk rigor kompleks.

2. Otot Polos (Smooth Muscle)

Struktur Sel Otot Polos


Sel bercabang
1 inti sel (nukleus)
Tampak lurik
Kontrol di luar kesadaran

Struktur Otot Polos


Otot polos adalah otot dengan struktur tidak memiliki garis melintang
seperti otot skeletal. Otot polos banyak dijumpai di organ viseral sehingga
sering disebut dengan otot viseral. Sel otot polos memiliki bentuk seperti
gelendong

dengan

struktur

saling

beranastomosis

satu

sama

lain.

Pertautan/hubungan kelistrikan antar sel otot polos melalui struktur gap


junction yang memungkinkan sekelompok sel pada area tertentu dapat
berkontraksi sebagai unit fungsional tunggal.
Struktur dari sel otot polos menunjukkan sebuah bundles/berkas
miofilamen kontraktil terdiri atas aktin dan miosin yang menancap pada satu
bagian ujung dari dense area di membran plasma dan bagian ujung yang lain
melalui dense bodies pada filamen intermediate. Struktur otot polos tidak
terorganisasi secara teratur, tidak memiliki sarkomer, filamen aktin dan miosin
tersebar acak. Filamen tipis hanya mengandung aktin dan tropomiosin tanpa
troponin. Pada kondisi relaksasi miofilamen kontraktil terorientasi dengan
model memanjang pada sel otot polos, dan pada saat terjadi sliding filamen
aktin dan miosin, sel akan memendek.
Otot polos berdasarkan aktivitasnya dibedakan menjadi dua yaitu otot
polos unit tunggal (single unit) dan otot polos unit jamak (multiple unit).
Otot polos Multiple Unit merupakan otot polos yang memiliki sifat
gabungan antara otot lurik dan otot polos single unit. Otot polos multiple unit
memiliki unit-unit yg terpisah dan mirip seperti unit motor otot lurik/skeletal
sehingga memiliki sifatneurogenik. Akan tetapi berbeda dengan otot skeletal
respon kontraktil pada otot polos multiple unit adalah potensial depolarisasi
bertingkat. Kekuatan kontraksi tidak hanya dipengaruhi oleh jumlah unit yang
terstimulasi dan kecepatan stimulasi, tetapi juga oleh hormon dan obat yang
bersirkulasi. Contoh tempat yang banyak mengandung otot polos multiple unit

yaitu dinding pembuluh darah besar, otot lensa, otot iris, saluran udara besar
paru, dan otot folikel rambut.
Otot polos single unit juga disebut dengan otot polos visceral. Disebut
sebagai otot polos unit tunggal karena serabut otot polos menjadi aktif dan
berkontraksi secara serempak sebagai suatu unit tunggal. Otot polos unit
tunggal mempunyai sistem electrical junction/unit kelistrikan dan mekanik
sebagai suatu unit yang dikenal sebagai sinsitium fungsional. Otot polos unit
tunggal mampu membangkitkan stimulus pada selnya sendiri tanpa stimulus
melalui saraf self excitable. Sel otot polos unit tunggal juga tidak memiliki
potensial istirahat yang konstan dan fluktuasi potensial membrannya tanpa
pengaruh eksternal sama sekali. Depolarisasi spontan pada otot polos unit
tunggal akibat adanya pacemakerdan potensial gelombang lambat (slow-wave
potentials). Kemampuan otot polos unit tunggal untuk berkontraksi tanpa
stimulus dari saraf disebut sebagai aktivitas miogenik
Mekanisme Kontraksi pada Otot Polos
Pada saat sebuah hormon berikatan pada reseptor di membran maka akan
mengaktifkan sebuah molekul G protein akibat terjadinya mekanisme
depolarisasi membran plasma. Akibat depolarisasi membran plasma akan
membuka kanal Ca2+ di permukaan membran plasma dan memicu proses difusi
Ca2+ melalui kanal Ca2+ yang kemudian akan berkombinasi dengan calmodulin.
Calmodulin dengan Ca2+ yang telah membentuk ikatan kemudian melekat pada
miosin kinase dan mengaktivasi protein kinase ini. Aktivasi miosin kinase
menempelkan phosphat dari ATP pada kepala miosin untuk mengaktifkan
proses kontraktil.
Kemudian terjadilah sebuah siklus cross-bridge formation, pergerakan,
dan pelepasan ikatan protein kontraktil yang terlibat. Relaksasi pada otot polos
terjadi ketika miosin phosphatase memindahkan phosphat dari miosin.

3. Otot Jantung

Struktur Sel Otot Jantung


Sel berbentuk spindel
1 inti sel (nukleus)
Tidak tampak lurik
Kontrol di luar kesadaran

Strukur Otot Jantung


Otot jantung merupakan jaringan otot lurik seperti otot rangka, tetapi
mengandung satu nukleus yang berada di tengah sel. Sel yang berbatasan
tergabung bersama dengan perlekatan khusus yang disebut diskus interkalaris,
yang merupakan gap junctions dengan peran melalukan potensial melintasi sel
satu ke sel lainnya. Sel otot jantung memiliki sifat autoritmik dan bagian
tertentu dari jantung bertindak sebagai pacemaker. Potensial aksi otot jantung
hampir sama dengan potensial aksi di saraf dan otot rangka, tetapi memiliki
durasi periode refraktori cukup panjang. Depolarisasi dari otot jantung
dihasilkan dari influx Na+ dan Ca2+ melintasi membran plasma. Regulasi dari
kontraksi otot jantung oleh Ca 2+ mirip dengan kejadian pada kerja otot
rangka.
Otot jantung memiliki sifat gabungan otot skeletal dan otot polos dengan
ciri khusus seperti sebelumnya yaitu memiliki electrical junction (diskus
interkalaris), memiliki tubulus T lebih luas dari otot skeletal, self excitable
(saraf otonom).

BAGIAN DAN LAPISAN OTOT


1. Otot- otot Pungung
a) Spina erektor terdiri dari massa serat otot, berasal dari belakang sakrum
dan bagian perbatasan dari tulang inominate dan melekat ke belakang
kolumna vertebra atas, dengan serat yang selanjutnya timbul dari vertebra

dan sampai ke tulang oksipital dari tengkorak. Otot tersebut


mempertahankan posisi tegak tubuh dan memudahkan tubuh untuk
mencapai posisinya kembali ketika dalam keadaan fleksi.
b) Lastimus dorsi adalah otot datar yang meluas pada belakang punggung.
Aksi utama dari otot tersebut adalah menarik lengan ke bawah terhadap
posisi bertahan, gerakan rotasi lengan ke arah dalam, dan menarik tubuh
menjauhi lengan pada saat mendaki. Pada pernapasan yang kuat menekan
bagian posterior dari abdomen.
2 . Otot-otot Tungkai
Gluteus maksimus, gluteus medius, dan gluteus minimus adalah otot-otot
dari bokong. Otot-otot tersebut semua timbul dari permukaan sebelah luar ilium,
sebagian gluteus maksimus timbul dari sebelah belakang sacrum. Aksi utama
otot-otot tersebut adalah mempertahankan posisi gerak tubuh, memperpanjang
persendian panggul pada saat berlari, mendaki, dan saat menaiki tangga, dalam
mengangkat tubuh dari posisi duduk atau membungkuk, gerakan abduksi dan
rotasi lateral dari paha.

3 . Otot Leher

Otot bagian leher dibagi menjadi tiga bagian:


a) Muskulus platisma yang terdapat di bawah kulit dan wajah. Otot ini
menuju ke tulang selangka dan iga kedua. Fungsinya menarik sudutsudut mulut ke bawah dan melebarkan mulut seperti sewaktu
mengekspresikan perasaan sedih dan takut, juga untuk menarik kulit
leher ke atas.
b) Muskulus sternokleidomastoideus terdapat pada permukaan lateral
proc.mastoidebus ossis temporalis dan setengah lateral linea nuchalis
superior. Fungsinya memiringkan kepala ke satu sisi, misalnya ke lateral
(samping), fleksi dan rotasi leher, sehingga wajah menghadap ke atas
pada sisi yang lain; kontraksi kedua sisi menyebabkan fleksi leher. Otot
ini bekerja saat kepala akan ditarik ke samping. Akan tetapi, jika otot
muskulus platisma dan sternokleidomastoideus sama-sama bekerja maka
reaksinya adalah wajah akan menengadah.

c) Muskulus longisimus kapitis, terdiri dari splenius dan semispinalis


kapitis. Fungsinya adalah laterofleksi dan eksorositas kepala dan leher ke
sisi yang sama.
Ketiga otot tersebut terdapat di belakang leher yang terbentang dari
belakang kepala ke prosesus spinalis korakoid. Fungsinya untuk menarik kepala
belakang dan menggelengkan kepala.

4. Otot Bahu

Otot bahu hanya meliputi sebuah sendi saja dan membungkus tulang
pangkal lengan dan scapula.
a) Muskulus deltoid (otot segi tiga), otot ini membentuk lengkung bahu
dan berpangkal di bagian lateral clavicula (ujung bahu), scapula, dan
tulang pangkal lengan. Fungsi dari otot ini adalah mengangkat lengan
sampai mendatar.
b) Muskulus subkapularis (otot depan scapula). Otot ini dimulai dari
bagian depan scapula, menuju tulang pangkal lengan. Fungsi dari otot ini
adalah menengahkan dan memutar humerus (tulang lengan atas) ke
dalam.

c) Muskulus supraspinatus (otot atas scapula). Otot ini berpangkal di


lekuk sebelah atas menuju ke tulang pangkal lengan. Fungsi otot ini
adalah untuk mengangkat lengan.
d) Muskulus infraspinatus (otot bawah scapula). Otot ini berpangkal di
lekuk sebelah bawah scapula dan menuju ke tulang pangkal lengan.
Fungsinya memutar lengan keluar.
e) Muskulus teres mayor (otot lengan bulat besar). Otot ini berpangkal di
siku bawah scapula dan menuju tulang pangkal lengan. Fungsinya bisa
memutar lengan ke dalam.
f) Muskulus teres minor (otot lengan bulat kecil). Otot ini berpangkal di
siku sebelah luar scapula dan menuju tulang pangkal lengan. Fungsinya
memutar lengan ke luar.

FISIOLOGI SISTEM OTOT


1. Sistem Otot (Muscle/Muskular)
Otot merupakan organ tubuh yang mempunyai kemampuan mengubah
energi kimia menjadi energi mekanik/gerak sehingga dapat berkontraksi untuk
menggerakkan rangka, sebagai respons tubuh terhadap perubahan lingkungan.
Otot disebut alat gerak aktif karena mampu berkontraksi, sehingga
mampu menggerakan tulang. Semua sel-sel otot mempunyai kekhususan yaitu
untuk berkontraksi.
Otot membentuk 40-50% berat badan; kira-kira1/3-nya merupakan
protein tubuh dan -nya tempat terjadinya aktivitas metabolik saat tubuh

istirahat. Terdapat lebih dari 600 buah otot pada tubuh manusia. Sebagian besar
otot-otot tersebut dilekatkan pada tulang-tulang kerangka tubuh, dan sebagian
kecil ada yang melekat di bawah permukaan kulit.
Peranan otot (muscle) yang utama ialah sebagai penggerak alat tubuh
lain. Hal ini disebabkan oleh sifat otot yang mampu berkontraksi, sedangkan
kontraksi dapat berlangsung bila ada rangsangan (stimulus) baik oleh pengaruh
saraf atau oleh pengaruh lain. Kontraksi dapat terjadi karena adanya energi
kimia berupa ATP yang terbentuk pada sel otot. Kontraksi terjadi sangat
dipengaruhi oleh 2 jenis protein yaitu aktin dan myosin. Interaksi dari 2 protein
tersebut menyebabkan terjadinya kontraksi pada otot.
Gabungan otot berbentuk kumparan dan terdiri dari :
1) Fascia, adalah jaringan yang membungkus dan mengikat jaringan lunak.
Fungsi fascia yaitu mengelilingi otot, menyedikan tempat tambahan otot,
memungkinkan struktur bergerak satu sama lain dan menyediakan tempat
peredaran darah dan saraf.
2) Ventrikel (empal), merupakan bagian tengah yang mengembung.
3) Tendon (urat otot), yaitu kedua ujung yang mengecil, tersusun dari
jaringan ikat dan besrifat liat. Berdasarkan cara melekatnya pada tulang,
tendon dibedakan sebagai berikut.
a. Origo, merupakan tendon yang melekat pada tulang yang tidak
berubah kedudukannya ketika otot berkontraksi.
b. Inersio. Merupakan tendon yang melekat pada tulang yang
bergerak ketika otot berkontraksi.
Macam-macam kontraksi Otot
Pada saat terjadi kontraksi otot, akan ada dua perubahan, yaitu perubahan
panjang dan perubahan tegangan. Dikenal dua macam kontraksi dalam

mekanisme kerja otot, yaitu kontraksi isotonik dan kontraksi isometrik. Pada
kontraksi isotonik, tegangan otot tetap konstan dan panjang otot berubah.
Sedangkan

pada

kontraksi

isometrik,

tegangan

otot

meningkat

dan

ukuran/panjang otot tetap. Contoh kontraksi isotonik adalah saat menekuk


lengan dengan memegang beban, sedangkan kontraksi isometrik ketika lengan
membawa beban dan tidak ditekuk. Kontraksi isotonik penting untuk
pergerakan tubuh dan saat tubuh memindahkan beban, sedangkan kontraksi
isometrik penting dalam pemeliharaan postur tubuh dan penahanan beban pada
posisi tetap. Disamping itu terdapat beberapa istilah kontraksi otot yaitu:
Tetanus tidak sempurna adalah kondisi pada otot dimana stimulus
diberikan secara cepat tetapi masih terdapat sedikit relaksasi diantara dua
stimuli
Tetanus sempurna adalah kondisi otot dimana stimuli diberikan dengan
cepat sehingga otot tidak memiliki kesempatan untuk relaksasi diantara
dua stimuli.
Fatigue atau kelelahan otot adalah suatu keadaan dimana menurunnya
iritabilitas otot yang ditandai oleh menurunnya kemampuan otot
berkontraksi
Kontraksi tunggal (single contraction= twitch contraction) adalah satu
bentuk kontraksi otot akibat dari satu stimulus yang dikenakan pada otot.
Kurva kontraksi tunggal berbentuk kurva normal yg terdiri dari periode
kontraksi dan periode relaksasi. Bila stimulus kedua diberikan pada otot
setelah otot relaksasi, maka akan terjadi kontraksi tunggal kedua.
Kontraksi sumasi (penjumlahan kontraksi) adalah satu bentuk kontraksi
otot yang dihasilkan dari pemberian lebih dari satu stimulus kepada otot,
dimana stimulus kedua diberikan pada periode relaksasi. Stimulus kedua
ini akan menghasilkan puncak kontraksi kedua di atas puncak kontraksi
pertama.

Kontraksi tetanus adalah suatu suatu bentuk kontraksi otot terus menerus
yang dihasilkan dari pemberian stimuli dengan sangat cepat sehingga otot
tidak ada kesempatan relaksasi di antara dua stimuli.
Treppe
atau
Stair-case
phenomenon adalah fenomena

dimana

kemampuan kontraksi otot yang semakin meningkat akibat dari


pemberian stimuli satu-dua kali per detik dengan kekuatan stimuli yang
konstan.

Neuromuscular Junction (Persambungan Saraf Otot)


Setiap ujung akson saraf motor akan berakhir pada sel otot. Sinapsis
antara ujung akson dengan sel otot dikenal dengan motor end plate/
neuromuscular junction. Pada saat impuls diberikan pada sel saraf, impuls akan
dirambatkan sepanjang akson saraf motor dan berakhir pada ujung saraf motor.
Impuls akan memicu pelepasan asetilkolin yang selanjutnya menyebar ke celah
sinaps. Asetilkolin akan berikatan dengan reseptor menyebabkan peningkatan
permeabilitas membran sel otot (sarkolemma) terhadap ion Na+. Hal ini akan
menimbulkan depolarisasi pada sarkolemma. Impuls akan dirambatkan
sepanjang sarkolemma melalui tubulus T yang akan menyebabkan pelepasan
ion kalsium (Ca2+) dari retikulum sarkoplasma. Kalsium (Ca2+) akan menyebar
dalam sitoplasma dan melekat pada troponin C (TnC). Perlekatan tersebut akan
menggeser tropomiosin sehingga perlekatan pada aktin terbuka, sehingga
menyebabkan jembatan silang miosin akan melekat pada aktin (aktomiosin).
Kontraksi dapat terjadi akibat terjadinya siklus pada jembatan miosin 50-100
kali. Proses kontraksi berakhir ketika ion kalsium (Ca 2+) ditarik kembali ke
retikulum sarkoplasma dari ikatannya dengan troponin dan menyebabkan
tropomiosin menutup kembali semua tempat perlekatan miosin pada filamen
aktin, kemudian otot akan kembali relaksasi. Jadi keberadaan ion kalsium
(Ca2+) pada CES akan menentukan perambatan impuls dari saraf motor melalui

sinapsis dan kontraksi otot. Apabila tidak terdapat ion kalsium (Ca 2+) pada CES
akan mampu menyebabkan otot tidak berkontraksi akibat tidak adanya
pelepasan asetilkolin sehingga tidak akan ada ikatan neurotransmiter tersebut
dengan reseptornya di sarkolemma.
Peranan ATP dan Fosfagen pada Kontraksi Otot
ATP, fosfokreatin, fosforilarginin, fosforiltaurosiamin, fosforilglikosianin,
dan fosforilambrisin menjadi sumber energi pd kontraksi otot. Reaksi kimia
antar beberapa komponen tersebut sebagai berikut:
Fosfokreatin + ADP (kreatin fosfokinase) Kreatin + ATP
Glukosa -------- > C3H6O3 + energi untuk resintesis fosfokreatin. Jika Asam
Laktat, ADP, AMP meningkat, maka: 2 ADP (miokinase + Mg2+ ) ATP + AMP

Kerja Otot
Fleksor (bengkok) >< Ekstentor (meluruskan)
Supinasi(menengadah) >< Pronasi (tertelungkup)
Defresor(menurunkan) >< Lepator (menaikkan)
Sinergis (searah) >< Antagonis (berlawanan)
Dilatator(melebarkan) >< Konstriktor (menyempitkan)
Adduktor(dekat) >< Abduktor (jauh)

2. Fungsi Otot
Pergerakan : Otot menghasilkan gerakan pada tulang tempat otot tersebut
melekat dan bergerak dalam bagian organ internal tubuh.
Penopang tubuh dan mempertahankan postur : Otot menopang rangka
dan mempertahankan tubuh saat berada dalam posisi berdiri atau saat duduk
terhadap gaya gravitasi.
Produksi panas: Kontraksi otot-otot secara metabolis menghasilkan panas
untuk mepertahankan suhu tubuh normal.
Kontraksi otot (polos) disebabkan oleh empat faktor:

1) Neksus
2) Tarikan mekanik yang bersifat lokal
3) Pengaruh hormonal mis. Oksitosin
4) Inervasi saraf otonom
Kontraksi ritmis pada peristaltik dapat mendorong makanan ke arah belakang.
Kontraksi otot polos yang tidak terkoordinasi dan tersendiri membangkitkan
gejala kejang (Spasmus).
Secara embriologik otot polos berkembang
dari mesenkhim atau mesoderm, kecuali pada iris (mata) dan kelenjar
keringat berasal dariektoderm. Perkembangan dimulai dari mioblas yang
selanjutnya membelah secara mitosis yang menghasilkan otot polos.

3. Perkembangan Otot
Dalam perkembangannya , myoblasts ( sel progenitor otot ) baik tetap
berada di somite untuk membentuk otot-otot yang berhubungan dengan tulang
punggung atau bermigrasi keluar ke dalam tubuh untuk membentuk semua otototot lain .
Migrasi myoblast didahului oleh pembentukan kerangka jaringan ikat ,
biasanya terbentuk dari mesoderm somatik lateralis piring . Myoblasts
mengikuti sinyal kimia ke lokasi yang tepat , di mana mereka melebur menjadi
sel otot rangka memanjang .
Sebuah serat otot rangka dikelilingi oleh membran plasma disebut

sarcolemma , yang berisi sarcoplasm , sitoplasma sel otot . Sebuah serat otot
terdiri dari banyak fibril , yang memberikan sel penampilan lurik nya.

DAFTAR PUSTAKA
E-book Scribd :
C.Pearce, Evelyn. Anatomi dan Fisiologi. Jakarta: PT Gramedia Pustaka
Utama, 1992.
Gibson, John. Anatomi dan Fisiologi Modern untuk Perawat. Jakarta:
Penerbit Buku Kedokteran EGC, 2003.
Sloane, Ethel. Anatomi dan Fisiologi untuk Pemula. Jakarta: Penerbit
Buku Kedokteran EGC, 2003.

Anda mungkin juga menyukai