SISTEM MUSKULAR
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS PANCASILA
JAKARTA
SISTEM MUSKULAR
PENGERTIAN OTOT
Dalam kehidupan, ada beberapa bagian yang dapat membantu antara
organ satu dengan organ lainnya, contohnya saja otot, jaringan otot atau
biasanya disebut daging oleh orang awam merupakan jaringan kontraktil yang
dijumpai pada hewan invertebrata maupun hewan vertebrata. Otot seperti
halnya
jaringan
lain
mampu
memperbanyak
diri
dengan
yang berukuran sangat kecil yang tersusun dari protein kompleks , yaitu filamen
aktin dan miosin. Pada saat berkontraksi, filameb-filamen tersebut saling
bertautan yang mendapatkan energi dari mitokondriadi sekitar miofibil.
Terdapat pula macam macam otot yang berbeda pada vertebrata. Yang
pertama ialah otot jantung, yaitu otot yang menyusun dinding jantung. Otot
polos terdapat pada dinding semua organ tubuh yang berlubang (kecuali
jantung). Kontraksi otot polos yang umumnya tidak terkendali, memperkecil
ukuran struktur-struktur yang berlubang ini. Pembuluh darah, usus, kandung
kemih dan rahim merupakan beberapa contoh dari struktur yang dindingnya
sebagian besar terdiri atas otot poos. Sehingga kontraksi otot polos
melaksanakan bermacam-macam tugas seperti meneruskan makanan kita di
mulut ke saluran pencernaan, mengeluarkan urin, dan mengirimkan bayi ke
dunia. Otot kerangka, seperti namanya, adalah otot yang melengkat pada
kerangka. Otot ini dikendalikan dengan sengaja. Kontraksinya memungkinkan
adanya aksi yang disengaja seperti berlari, berenang, mengerjakan alat-alat, dan
bermain bola. Akan tetapi, apabila otot jantung, otot polos, ataupun otot
kerangka atau lurik memeberikan suatu ciri, maka otot tersebut merupakan alat
yang menggunakan energi kimia dan makanan untuk melakukan kerja
mekanisme. Semua sel-sel otot mempunyai kekhususan yaitu untuk
berkontraksi. Terdapat lebih dari 600 buah otot pada tubuh manusia. Sebagian
besar otot-otot tersebut dilekatkan pada tulang-tulang kerangka tubuh oleh
tendon, dan sebagian kecil ada yang melekat di bawah permukaan kulit.
Pada sistem otot terdapat 3 tipe jaringan otot yaitu otot rangka/skeletal,
otot lurik/viseral dan otot jantung/kardiak. Fungsi otot antara lain adalah:
1) Body movement (pergerakan tubuh). Otot skeletal melekat pada tulang
memiliki peran dalam pergerakan anggota tubuh dan dikontrol secara
sadar (volunter). Contohnya pergerakan tangan, memegang suatu objek,
berlari. Dsb.
2) Maintenance of posture (menjaga bentuk tubuh). Otot skeletal secara
konstan menjaga tonus otot agar tetap tegang.
3) Respiration (respirasi). Otot dari torak bertanggung jawab pada
pergerakan tulang rusuk saat terjadi proses pernapasan.
4) Production of body heat (menghasilkan panas tubuh). Ketika otot rangka
berkontraksi akan dihasilkan panas sebagai produk kejadian tersebut
dengan tujuan menjaga temperatur tubuh tetap konstan.
5) Communication (komunikasi).
6) Constriction of organs and vessels (konstriksi dari organ dan pembuluh
darah). Kontraksi dari otot polos dalam dinding organ dari organ viseral
dan pembuluh darah menyebabkan konstriksi dari organ tersebut.
Konstriksi membantu pencampuran/pengadukan makanan di tractus
digestivus, pengeluaran sekret dari organ dan regulasi aliran darah
melalui pembuluh darah.
7) Heart beat (irama pompa jantung). Kontraksi otot jantung menyebabkan
jantung secara ritmik memompa darah ke seluruh bagian tubuh.
JENIS OTOT
Berdasarkan jenisnya otot dapat kita klasifikasikan menjadi 3 yaitu :
1. Otot Rangka/Otot Lurik (Sceletal Muscle)
2. Otot Polos (Smooth Muscle)
3. Otot Jantung
proses
menanggapi
rangsang
(mengenal
dan
merespon
melekat pada otot biasanya disebut dengan motor end plate atau myoneural
junction. Satu serabut saraf motor tunggal beserta dengan sel-sel otot yang
disarafi dikenal dengan istilah unit motor.
Apabila suatu saraf motor teraktivasi, maka semua sel-sel otot yang
disarafinya berkontraksi secara simultan. Semakin banyak saraf motor yang
diaktifkan maka makin banyak pula sel-sel otot yang berkontraksi. Jadi makin
kuat stimulus yang mengenai saraf motor maka semakin banyak unit motor
yang diaktifkan sehingga kontraksi otot semakin kuat.
Struktur Otot Rangka/Lurik
Otot rangka tersusun atas sel-sel panjang bentuk serabut tidak bercabang
yang disebut dengan muscle fiber (serabut otot = sel otot) yang juga terkait
dengan sedikit bahan lain yaitu jaringan ikat, pembuluh darah dan
saraf. Struktur serabut otot tunggal memiliki beberapa nukleus yang terletak di
tepi mengelilingi serabut otot mendekati membran plasma. Serabut otot
berkembang dari sel yang belum matang dengan multinukleus yang disebut
myoblast. Multinukleus dihasilkan dari fusi dari sel prekursor myoblast.
Myoblast akan berubah menjadi serabut otot sebagai suatu protein kontraktil
yang terakumulasi dalam sitoplasma. Setelah itu akan diikuti dengan inervasi
pertumbuhan sel saraf dalam perkembangan lanjut serabut otot.
Jumlah serabut otot umumnya jumlahnya konstan setelah kelahiran.
Hipertropi sel otot setelah kelahiran tidak disebabkan oleh penambahan jumlah
serabut otot, tetapi akibat peningkatan ukuran sel otot. Dalam irisan melintang
sel otot rangka terlihat seperti memiliki pita gelap terang. Serabut otot memiliki
rentangan panjang 1 mm sampai dengan 4 cm dengan diameter 10-100 m. Otot
yang besar mengandung serabut dengan diameter yang besar pula dan begitu
sebaliknya.
Bagian sebuah otot rangka yang dilekatkan oleh tendon pada sebuah tulang.
Gabungan dari beberapa serabut otot tunggal membentuk fasikulus otot yang
dibungkus jaringan ikat perimisium. Untuk setiap serabut otot tunggal diselaputi
oleh endomisium. Perbesaran dari suatu serabut otot tunggal nampak tersusun
atas beberapa miofibril.
Setiap miofibril memiliki unit fungsional yang disebut sebagai sarkomer.
Sebuah sarkomer tunggal di sebuah miofibril tersusun atas miofilamen aktin dan
miosin. Cakram Z melekat pada miofilamen aktin dan miofilamen miosin
berada pada kondisi awal diikat oleh molekul titin dan garis M.
a. Struktur Sarkomer
Sarkomer terdiri dari miofilamen tipis aktin dan miofilamen tebal miosin.
Miofilamen aktin melekat pada cakram Z dan miofilamen miosin
tersuspensi diantara miofilamen aktin.
Miofilamen aktin tersusun atas molekul individual globular aktin (G
aktin), yang membentuk bundle dengan molekul tropomiosindan
troponin.
Sebuah molekul miosin memiliki struktur seperti sebuah tongkat golf
yang terdiri dari dua molekul heavy miosin yang membentuk
sebuah double globular head (dua kepala globular).
Empat molekul smaller light miosin berada pada kepala molekul miosin.
Molekul G aktin, molekul tropomiosin, dan troponin terakit kedalam satu
miofilamen aktin tunggal.
Celah aktif (active sites) berada di molekul G aktin.
Dalam proses kontraksi otot rangka, unit-unit kontraktil sel otot rangka
(sarkomer) akan mengalami perubahan struktur pada protein kontraktilnya yaitu
aktin dan miosin. Kedua protein tersebut tidak mengalami perubahan jumlah,
melainkan perubahan pada posisi keduanya yang terlihat saling tumpang tindih
selama sel berkontraksi. Menurut hipotesis sliding filament theory saat sarkomer
memendek, panjang filamen aktin dan miosin saling bergerak dan bertumpang
tindih. Hal ini akan menyebabkan filamen aktin akan bergerak ke tengah
sarkomer dan filamen miosin tetap di posisi awal. Pergerakan ini akibat
terbentuk siklus jembatan silang miosin.
Proses sliding filament pada serabut otot lurik yang mengalami kontraksi
sebagai berikut:
Kontraksi otot dimulai dari datangnya impuls pada sel otot yang dirambatkan
pada sarkolemma. Impuls yang merambat sampai tubulus T akan merangsang
dilepaskannya
Ion
Ca
(Ca2+)
dari
Retikulum Sarkoplasma ke
dalam
tropomiosin binding di tempatnya oleh molekul troponin membentuk troponintropomiosin komplek. Ketika terjadi kontraksi, ion kalsium dari retikulum
sarkoplasma dilepaskan setelah ada potensial aksi dan kemudian melekat pada
troponin C (TnC). Akibat adanya ikatan ion kalsium pada molekul troponin,
akan membuka celah perlekatan jembatan silang miosin pada bagian kepala
miosin sehingga tropomiosin berpindah selama kontraksi. Setelah celah
perlekatan jembatan silang miosin terbuka dengan bantuan ATP dan enzim
ATPase, terjadi defosforilasi ATP menjadi ADP + Pi dan menyebabkan
jembatan silang akan menarik filamen aktin ke bagian tengah sarkomer. Otot
berkontraksi bila filamen tipis (aktin) digeser oleh jembatan silang miosin.
Dalam proses sliding filament terdapat banyak siklus jembatan silang
miosin dimana setelah satu siklus selesai, maka secara vektorial akan diikuti
oleh siklus selanjutnya. Jadi dapat disimpulkan bahwa pemendekan sarkomer
pada suatu serabut otot, memerlukan pengulangan (mungkin ratusan) siklus
jembatan silang (tiap siklus akan menggeser filamen aktin dengan jarak sekitar
10 nm dan memerlukan energi dari 1 mol ATP). Pada proses kontraksi, apabila
ATP baru tidak tersedia maka akan menyebabkan aktin dan miosin tetap
melekat sehingga terbentuk rigor kompleks.
dengan
struktur
saling
beranastomosis
satu
sama
lain.
yaitu dinding pembuluh darah besar, otot lensa, otot iris, saluran udara besar
paru, dan otot folikel rambut.
Otot polos single unit juga disebut dengan otot polos visceral. Disebut
sebagai otot polos unit tunggal karena serabut otot polos menjadi aktif dan
berkontraksi secara serempak sebagai suatu unit tunggal. Otot polos unit
tunggal mempunyai sistem electrical junction/unit kelistrikan dan mekanik
sebagai suatu unit yang dikenal sebagai sinsitium fungsional. Otot polos unit
tunggal mampu membangkitkan stimulus pada selnya sendiri tanpa stimulus
melalui saraf self excitable. Sel otot polos unit tunggal juga tidak memiliki
potensial istirahat yang konstan dan fluktuasi potensial membrannya tanpa
pengaruh eksternal sama sekali. Depolarisasi spontan pada otot polos unit
tunggal akibat adanya pacemakerdan potensial gelombang lambat (slow-wave
potentials). Kemampuan otot polos unit tunggal untuk berkontraksi tanpa
stimulus dari saraf disebut sebagai aktivitas miogenik
Mekanisme Kontraksi pada Otot Polos
Pada saat sebuah hormon berikatan pada reseptor di membran maka akan
mengaktifkan sebuah molekul G protein akibat terjadinya mekanisme
depolarisasi membran plasma. Akibat depolarisasi membran plasma akan
membuka kanal Ca2+ di permukaan membran plasma dan memicu proses difusi
Ca2+ melalui kanal Ca2+ yang kemudian akan berkombinasi dengan calmodulin.
Calmodulin dengan Ca2+ yang telah membentuk ikatan kemudian melekat pada
miosin kinase dan mengaktivasi protein kinase ini. Aktivasi miosin kinase
menempelkan phosphat dari ATP pada kepala miosin untuk mengaktifkan
proses kontraktil.
Kemudian terjadilah sebuah siklus cross-bridge formation, pergerakan,
dan pelepasan ikatan protein kontraktil yang terlibat. Relaksasi pada otot polos
terjadi ketika miosin phosphatase memindahkan phosphat dari miosin.
3. Otot Jantung
3 . Otot Leher
4. Otot Bahu
Otot bahu hanya meliputi sebuah sendi saja dan membungkus tulang
pangkal lengan dan scapula.
a) Muskulus deltoid (otot segi tiga), otot ini membentuk lengkung bahu
dan berpangkal di bagian lateral clavicula (ujung bahu), scapula, dan
tulang pangkal lengan. Fungsi dari otot ini adalah mengangkat lengan
sampai mendatar.
b) Muskulus subkapularis (otot depan scapula). Otot ini dimulai dari
bagian depan scapula, menuju tulang pangkal lengan. Fungsi dari otot ini
adalah menengahkan dan memutar humerus (tulang lengan atas) ke
dalam.
istirahat. Terdapat lebih dari 600 buah otot pada tubuh manusia. Sebagian besar
otot-otot tersebut dilekatkan pada tulang-tulang kerangka tubuh, dan sebagian
kecil ada yang melekat di bawah permukaan kulit.
Peranan otot (muscle) yang utama ialah sebagai penggerak alat tubuh
lain. Hal ini disebabkan oleh sifat otot yang mampu berkontraksi, sedangkan
kontraksi dapat berlangsung bila ada rangsangan (stimulus) baik oleh pengaruh
saraf atau oleh pengaruh lain. Kontraksi dapat terjadi karena adanya energi
kimia berupa ATP yang terbentuk pada sel otot. Kontraksi terjadi sangat
dipengaruhi oleh 2 jenis protein yaitu aktin dan myosin. Interaksi dari 2 protein
tersebut menyebabkan terjadinya kontraksi pada otot.
Gabungan otot berbentuk kumparan dan terdiri dari :
1) Fascia, adalah jaringan yang membungkus dan mengikat jaringan lunak.
Fungsi fascia yaitu mengelilingi otot, menyedikan tempat tambahan otot,
memungkinkan struktur bergerak satu sama lain dan menyediakan tempat
peredaran darah dan saraf.
2) Ventrikel (empal), merupakan bagian tengah yang mengembung.
3) Tendon (urat otot), yaitu kedua ujung yang mengecil, tersusun dari
jaringan ikat dan besrifat liat. Berdasarkan cara melekatnya pada tulang,
tendon dibedakan sebagai berikut.
a. Origo, merupakan tendon yang melekat pada tulang yang tidak
berubah kedudukannya ketika otot berkontraksi.
b. Inersio. Merupakan tendon yang melekat pada tulang yang
bergerak ketika otot berkontraksi.
Macam-macam kontraksi Otot
Pada saat terjadi kontraksi otot, akan ada dua perubahan, yaitu perubahan
panjang dan perubahan tegangan. Dikenal dua macam kontraksi dalam
mekanisme kerja otot, yaitu kontraksi isotonik dan kontraksi isometrik. Pada
kontraksi isotonik, tegangan otot tetap konstan dan panjang otot berubah.
Sedangkan
pada
kontraksi
isometrik,
tegangan
otot
meningkat
dan
Kontraksi tetanus adalah suatu suatu bentuk kontraksi otot terus menerus
yang dihasilkan dari pemberian stimuli dengan sangat cepat sehingga otot
tidak ada kesempatan relaksasi di antara dua stimuli.
Treppe
atau
Stair-case
phenomenon adalah fenomena
dimana
sinapsis dan kontraksi otot. Apabila tidak terdapat ion kalsium (Ca 2+) pada CES
akan mampu menyebabkan otot tidak berkontraksi akibat tidak adanya
pelepasan asetilkolin sehingga tidak akan ada ikatan neurotransmiter tersebut
dengan reseptornya di sarkolemma.
Peranan ATP dan Fosfagen pada Kontraksi Otot
ATP, fosfokreatin, fosforilarginin, fosforiltaurosiamin, fosforilglikosianin,
dan fosforilambrisin menjadi sumber energi pd kontraksi otot. Reaksi kimia
antar beberapa komponen tersebut sebagai berikut:
Fosfokreatin + ADP (kreatin fosfokinase) Kreatin + ATP
Glukosa -------- > C3H6O3 + energi untuk resintesis fosfokreatin. Jika Asam
Laktat, ADP, AMP meningkat, maka: 2 ADP (miokinase + Mg2+ ) ATP + AMP
Kerja Otot
Fleksor (bengkok) >< Ekstentor (meluruskan)
Supinasi(menengadah) >< Pronasi (tertelungkup)
Defresor(menurunkan) >< Lepator (menaikkan)
Sinergis (searah) >< Antagonis (berlawanan)
Dilatator(melebarkan) >< Konstriktor (menyempitkan)
Adduktor(dekat) >< Abduktor (jauh)
2. Fungsi Otot
Pergerakan : Otot menghasilkan gerakan pada tulang tempat otot tersebut
melekat dan bergerak dalam bagian organ internal tubuh.
Penopang tubuh dan mempertahankan postur : Otot menopang rangka
dan mempertahankan tubuh saat berada dalam posisi berdiri atau saat duduk
terhadap gaya gravitasi.
Produksi panas: Kontraksi otot-otot secara metabolis menghasilkan panas
untuk mepertahankan suhu tubuh normal.
Kontraksi otot (polos) disebabkan oleh empat faktor:
1) Neksus
2) Tarikan mekanik yang bersifat lokal
3) Pengaruh hormonal mis. Oksitosin
4) Inervasi saraf otonom
Kontraksi ritmis pada peristaltik dapat mendorong makanan ke arah belakang.
Kontraksi otot polos yang tidak terkoordinasi dan tersendiri membangkitkan
gejala kejang (Spasmus).
Secara embriologik otot polos berkembang
dari mesenkhim atau mesoderm, kecuali pada iris (mata) dan kelenjar
keringat berasal dariektoderm. Perkembangan dimulai dari mioblas yang
selanjutnya membelah secara mitosis yang menghasilkan otot polos.
3. Perkembangan Otot
Dalam perkembangannya , myoblasts ( sel progenitor otot ) baik tetap
berada di somite untuk membentuk otot-otot yang berhubungan dengan tulang
punggung atau bermigrasi keluar ke dalam tubuh untuk membentuk semua otototot lain .
Migrasi myoblast didahului oleh pembentukan kerangka jaringan ikat ,
biasanya terbentuk dari mesoderm somatik lateralis piring . Myoblasts
mengikuti sinyal kimia ke lokasi yang tepat , di mana mereka melebur menjadi
sel otot rangka memanjang .
Sebuah serat otot rangka dikelilingi oleh membran plasma disebut
sarcolemma , yang berisi sarcoplasm , sitoplasma sel otot . Sebuah serat otot
terdiri dari banyak fibril , yang memberikan sel penampilan lurik nya.
DAFTAR PUSTAKA
E-book Scribd :
C.Pearce, Evelyn. Anatomi dan Fisiologi. Jakarta: PT Gramedia Pustaka
Utama, 1992.
Gibson, John. Anatomi dan Fisiologi Modern untuk Perawat. Jakarta:
Penerbit Buku Kedokteran EGC, 2003.
Sloane, Ethel. Anatomi dan Fisiologi untuk Pemula. Jakarta: Penerbit
Buku Kedokteran EGC, 2003.