Anda di halaman 1dari 8

HASIL DAN PEMBAHASAN

Sel otot dapat diberi rangsangan untuk membangkitkan potensial aksi yang
dihantarkan sepanjang akson. Kekuatan dan kecepatan kontraksi yang ditimbulkan dari
pemberian rangsangan berbeda-beda. Rangsangan yang diberikan pada sediaan otos
saraf adalah rangsangan mekanis, galvanis, osmosis, kimiawi, panas dan faradis. Hasil
percobaan tersebut dapat dilihat pada tabel 1.

Rangsangan mekanis dilakukan dengan memberikan pijatan ischiadicus,


sehingga hasil kecepatan kontraksi yang terjadi cepat dan kontraksinya kuat ( +++ ).
Rangsangan lainnya adalah rangsangan galvanis, rangsangan ini dilakukan dengan
rangsangan tertutup, sehingga kontraksi yang terjadi dan kekuatan kontraksinya lebih
lambat ( ++ ) begitu pula rangsangan galvanis terbuka yaitu pinset menyentuh medium
dan saraf berada diantaranya kecepatan dan kekuatan kontraksinya juga lambat
dibandingkan rangsangan mekanis. Sifat Zn yang lebih negatif dari Cu mengakibatkan
adanya aliran ion yang dapat menimbulkan potensial aksi (Sloane 2004). Menurut
Guyton (1995), mekanisme kontraksi otot dapat menurun. Otot berkontraksi
menggunakan oksigen dan melepaskan karbondioksida sementara glikogen dikurangi,
asam laktat berkumpul dan panas diproduksi. Aktin dan miosin bergabung dalam
bentuk globular yang merupakan kopula dari molekul miosin. Molekul miosin terdiri
atas bagian pengikat aktin dan ATPase, tidak adanya aktin menyebabkan tidak
reaktifnya ATPase ketika miosin berikatan dengan aktin dan akan membentuk
aktomiosin. Rangsangan osmosis yang terjadi dengan memberikan rangsangan dengan
serbuk garam dapur pada pangkal saraf memiliki kecepatan dan kontraksi kuat ( +++ ).
Kemudian rangsangan kimiawi hasil kecepatan kontraksi sedikit lebih lambat dan
kekuatan kontraksinya lambat ( + ). Kandungan Ca dalam garam dapur dapat
memberikan efek troponin-tropomiosin pada filamin aktin. Troponin c tempat
kedudukan Ca, pada waktu Ca telah menempati di troponin c maka orientasi aktin akan
sedemikian rupa sehingga aktin dan miosin saling bersinggungan. Ketika kepala miosin
berikatan dengan gugus ikatan aktin dan sedikit tertekuk serta menarik molekul aktin
sehingga kontraksi berlangsung (Sloane 2004). Rangsangan panas yang terjadi memiliki
kecepatan kontraksinya cepat tetapi kekuatan kontraksinya lemah ( + ). Panas
merupakan jenis rangsangan yang dapat menimbulkan perbedaan potensial pada
membran. Rangsangan faradis dilakukan dengan rangsangan tunggal menggunakan
elektroda dari suatu stimulator, memiliki kecepatan kontraksi lambat dan kekuatan
kontraksinya cukup kuat ( ++ ). Hal ini terjadi pada voltase 10 x 25 volt.

Tabel 1 Berbagai rangsangan pada sediaan otot-saraf

Rangsangan Respon
a. Rangsangan mekanis +++
b. Rangsangan galvanis ++
 Pinset pada medium dan saraf ++
diantaranya (terbuka)
 Satu kaki diangkat (tertutup) ++
c. Rangsangan osmosis +++
d. Rangsangan kimiawi +
e. Rangsangan panas +
f. Rangsangan Faradis ++ (10 X 2,5 Volt)

Kecepatan kimograf pada kontraksi sederhana adalah 625 mm/sec. Periode laten
merupakan waktu mulai diberikan rasangan sampai terjadi kontraksi. Periode kontraksi
adalah waktu mulai peningkatan garis sampai puncak tertinggi ( overshoot ), sedangkan
waktu relaksasi adalah waktu kontraksi sampai garis datar. Berdasarkan hasil percobaan
dapat diketahui bahwa jarak massa laten adalah 30 mm ,jarak masa kontraksi adalah 60
mm, dan 90 mm jarak relaksasi. Berdasarkan jarak masa laten dan kecepatan kimografi
dapat diketahui bahwa otot saraf tersebut memiliki masa laten 48 m detik, masa
kontraksi 96 m detik, dan masa kontraksi 144 m detik. Hasil tersebut menunjukan
bahwa masa laten merupakan masa tersingkat dan masa relaksasi merupakan masa
terpanjang dari percobaan kontraksi sederhana. Saat otot menerima rangsangan,
permeabilitas membran berubah sehingga menyebabkan terjadinya periode laten dimana
gerbang Na+ membuka. Saat melewati nilai ambang batas rangsang hingga saat
overshoot Na+ akan berdifusi ke dalam sel. Setelah melewati titik overshoot potensial
akan menurun secara perlahan ( depolarisasi ) dimana ion K+ berdifusi keluar sel akibat
gerbang aktifasi saluran Na+ cepat terbuaka, sedangkan gerbang inaktifasi saluran Na
mulai menutup dan gerbang saluran K mulai terbuka. Kemudian terjadi repolarisasi
pemulihan listrik dimana banyak ion K+ yang berdifusi keluar sel karena gerbang
inaktivasi Na tertutup dan gerbang saluran K terbuka. Setelah itu terjadi hiperpolarisasi
akibat ion positif yang berpindah dari cairan intraseluler ke cairan ekstraseluler
berkurang sehingga siap untuk di rangsang kembali (Pearce 2000).

Ambang kekuatan rangsangan mempunyai hubungan dengan lamanya


rangsangan. Kekuatan rangsangan yang lemah memerlukan waktu lebih lama untuk
menghasilkan jawaban sinyal, bila lama kekuatan rangsangan tidak mencapai ambang
batas letup, potensial aksi tidak akan terjadi. Untuk terjadi potensial aksi, rangsangan
harus mencapai nilai ambang atau tingkat letup (Cunningham 2000).

Jawaban pertanyaan

1. Saat otot menerima rangsangan, permeabilitas membran berubah sehingga


menyebabkan terjadinya periode laten dimana gerbang Na+ membuka.
2. Relaksasi, karena dalam masa relaksasi terjadi penimbunan asam laktat hasil
metabolisme kontraksi otot dan mengurangi kadar ATP dalam sitoplasma
sehingga dapat mengganggu kembalinya Ca2+ kedalam retikulum sarkoplasma,
hal inilah yang membuat selang waktu masa relaksasi lebih lama dari masa
kontraksi.
3. Kimografi dijalankan dengan kecepatan maksimal agar masa laten, masa
kontraksi, dan masa relaksasi otot dapat terlihat ketika diberi rangsangan.
4. Agar sediaan otot saraf tetap dalam keadaan normal dan tidak rusak.
KESIMPULAN

Rangsangan yang diterima saraf mengubah permeabilitas membran rangsangan


yang diberikan pada sediaan otot saraf dapat memberikan respon akibat terjadinya
potensial aksi. Jika rangsangan diberikan terhadap saraf yang menginervasi organ
tertentu sehingga organ tersebut dapat bergerak.

DAFTAR PUSTAKA

Cunningham James G. 2000. Textbook of Veterinary Phisiology. Philadelphia: WB


Sauders Company.

Guyton, Arthur C. 1995.Buku Ajar Fiologi Kedokteran. Edisi 9. Jakarta(ID): EGC. Can
Ariata Tangadi, Penerjemah. Terjemahan dari: Textbook Of Medical Physiologi.

Pesrce Evelyn C. 2000. Anatomi dan Fisiologi Untuk Paramedis. Jakarta(ID): Gramedia

Sloane Ethel. 2004. Anatomi dan Fisiologi Untuk Pemula. Jakarta(ID): Kedokteran
EGC
Hari, tanggal : Kamis, 01 Desember 20016

Dosen : Drs. Pudji A. M.Si

Asisten : Deni Setiawan, SKH

OTOT I

Kelompok 1:

1. Nadia Alfa Kamalia B04150043


2. Yevi Pradina Lensi B04150112
3. King Algio Jordan Purba B04150122
4. Vincent Morgan Leonardo B04150123
5. Ikhwal Khairia B04150125

DEPARTEMEN ANATOMI, FISIOLOGI DAN FARMAKOLOGI

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

2016
A. Rangsangan Terhadap Sediaan Otot Saraf

Alat dan bahan

Alat dan bahan yang digunakan dalam pratikum otot adalah dua ekor katak
(Fajervarya cancrivora), sonde (jarum penusuk) otak katak, papan katak, beberapa
buah jarum pentul, alat diseksi, terutama gunting, larutan garam faali: NaCl 0.65% atau
larutan ringer, gelas arloji atau gelas petri, pinset galvanis. Stimulator elektonik lengkap
dengan kabel-kabelnya. Kristal garam dapur atau gliserin, cuka glasial, gelas pengaduk,
korek api.

Tata kerja

2. Mematikan katak untuk keperluan percobaan


Dalam memperlakukan hewan percobaan dengan menimbulkan sakit
semiminal mungkin agar katak tidak merasakan sakit, otaknya dirusak dan agar
tidak meronta selama perlakuan, sumsum punggungnya dirusak dilakukan
dengan cara yang baik dan benar. Adapun caranya yaitu pertama pegang kepala
katak dengan menempatkan kepala katak tersebut antara telunjuk dan jari
tengah, fiksir katak dengan ketiga jari lainnya, bengkokkan kepalanya. Tusuk
otak katak dengan sonde yang tajam pada foramen oksipitalnya (pada sudut
medial antara garis tulang kepala dengan garis tulang punggung). Masukan
sonde ke ruang tengkorak, putar kekiri dan kekanan ke atas dan ke bawah. Lalu
lihat mata hewan percobaan, bila setengah menutup dan tidak ada reaksi lagi
terhadap sentuhan, perusakkan dihentikan. Sekarang rusaklah sumsum
punggungnya dengan menusukkan sonde ke arah belakang kedalam kanalis
vetebralis. Yakinkan bahwa sonde masuk kedalam rongga sumsum tulang
punggung tersebut. Tusuklah sejauh mungkin, perhatikan kaki katak yang
meronta-ronta sewaktu sonde ditusukkan sebagai tanda medula spinalis tertusuk.
Terakhir lepaskan sonde, kaki-kaki katak menjadi lemas.
3. Membuat sediaan otot saraf (atau disebut preparat saraf otot)
Letakkan katak yang telah dimatikan pada percobaan 1, di atas papan
katak. Buka kulit dan otot perut. Singkirkan jeroan, lalu perhatikan keluarnya n.
ischiadicus. Potong n. ischiadicus pada bagian kranial lalu balikan badan katak.
Angkat tulang ekor tinggi-tinggi, potonglah ke arah kranial sejauh mungkin.
Telusuri n. ischiadicus ke atas sambil menggunting otot-otot disebelah atasnya.
Sayat fasia antara m. Biceps femoris dengan m. Semimembranosus, tampaklah n.
ischadicus dan a. Femoralis setalah kedua otot tadi dikuakan. Potong paha di
atas seperempat bagian bawah(n. Ischiadicus jangan terpotong). Lepaskan m.
gastrocnemius dari tulangnya, lalu potong tendo achiles maka akan didapatkan
preparat otot saraf yang terdiri dari: - sepertiga bagian bawah paha, - n.
ischiadicus, - m. gastrocnemius.
4. Berbagai macam rangsangan pada sediaan otot saraf
a. Rangsangan Mekanis
Pijatlah pangkal n. ischiadicus dengan batang korek api atau geals
peangaduk.
b. Rangsangan Galvanis
Tempelkan kaki-kaki pinset galvanis pada saraf. Saraf harus dalam
keadaan basah oleh larutan garam faali. Lalu coba tempelkan satu kaki
pinset pada saraf, kaki satunya pada medium garam faali. Sekarang
tempelkan kaki-kaki pinset pada medium saja sementara saraf bearada
pada diantaranya. Perhatikan pada saat satu kaki diangkat dari medium
dan pada saat ditempelkan pada medium, adakah pada keduanya itu
kontraksi otot?.
c. Rangsangan Osmotis
Dengan kertas atau gelas pengaduk tempelkan sejumlah kecil serbuk
garam dapur pada pangkal saraf. Tunggu beberapa menit, perhatikan
sifat kontraksi. Kalau tidak ada garam dapur pakailah gliserin.
d. Rangsangan Kimiawi
Celupkan sepotong kertas atau kapas ke dalam cuka glasial dan
tempelkan pada pangkal saraf.
e. Rangsangan Panas
Nyalakan sebatang korek api, padamkan lalu segera tempelkan pada
pangkal saraf. Atau rendamlah gelas pengaduk dalam air mendidih. Hati-
hati angkat dan tempelkan pada pangkal saraf.
f. Rangsangan Faradis
Rangsanglah saraf dengan rangsangan tunggal dengan elektroda dari
suatu stimulator, atur kekuatan rangsangnya(voltasenya).

B. Kontraksi Sederhana

Alat dan Bahan

Alat dan bahan yang digunakan pada pratikum ini adalah sediaan otot saraf (n.
ischaidicus dan m. gastrocnemius), larutan garam faali (NaCl 0.65%), kimograf lengkap
dengan drum dan kertas pencatat, stimulator, fiksasi otot ( klem otot), alat pencatat
rangsangan, dan statif.
Tata Kerja

Fiksasi otot dengan klem (penjepit otot) atau jarum pentul besar bila digunakan
bak khusus. Ikatkan tendo achiles dengan benang pada alat pencatat kontraksi, jangan
sampai kendur. Selama perlakuan usahakan agar otot basah oleh larutan garam faali.
Lalu hubungkan listrik dengan alat pencatat rangsangan. Sentuhkan elektroda
perangsangan pada saraf atau ototnya. Kemudian aktifkan kunci rangsangan otomatis,
nyalakan stimulator dan atur untuk rangsangan tunggal, buatalah putaran kimograf
dengan putaran yang paling cepat, tekan kunci rangsangan tunggal sampai tercatat
kontraksi otot pada kertas tromol, dan hentik an putaran dengan rem atau tangan
sebelum terjadi kontraksi pada garis dasar. Lalu beri tanda-tanda yang diperlukan untuk
masa lalten, masa kontarksi, dan masa relaksi. Gunakan pencatat kontraksi untuk
memproyeksikan puncak kontraksi pada garis dasar. Hitunglah masa laten, masa
kontraksi, dan masa relaksi. Bila kecepatan kimograf berputar dapat diketahui
(kecepatan tersebut tertera pada kimografnya) maka masa-masa tadi dapat dihitung
dengan membagi jarak masing-masing masa tadi dengan kecepatannya. Hitunglah detik
atau milidetik.

Anda mungkin juga menyukai