Anda di halaman 1dari 22

LAPORAN PRAKTIKUM

FISIOLOGI

MODUL MUSKULOSKELETAL

DISUSUN OLEH:

KELOMPOK D2

1. Desya Osselia Irvani (I11112064)


2. Daniel Rychard’s Watopa (I1011131023)
3. Dias Arivia Aswada (I1011131082)
4. Tasya Ayulga Setya (I1011151010)
5. Prihan Fakri (I1011151018)
6. Farassekar Ragasiwi (I1011151031)
7. Siti Maryam (I1011151053)
8. Ponco Cahyawaty (I1011151061)
9. Argunmas (I1011151071)

Program Studi Pendidikan Dokter


Fakultas Kedokteran
Universitas Tanjungpura
2016

1
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Dalam dunia olahraga dan kesehatan, dikenal istilah kebugaran jasmani.


Kebugaran jasmani adalah suatu kondisi dimana seorang individu dapat
menjalankan aktivitas sehari-hari dengan produktif, tanpa mengalami
kelelahan yang berarti. Dengan jasmani yang bugar, setiap aktivitas dapat
dilakukan dengan lebih efektif dan efisien.

Daya tahan otot (muscular endurance) merupakan salah satu komponen


penilaian kebugaran jasmani. Daya tahan otot adalah kapasitas kemampuan
otot untuk melakukan kontraksi berulang atau beruntun dalam jangka waktu
tertentu terhadap suatu beban. Untuk mendapatkan daya tahan otot yang
baik, diperlukan latihan yang cukup. Beberapa bentuk latihan yang dapat
dilakukan adalah push up dan sit up.

Selain daya tahan otot, daya ledak otot (muscular power) juga
merupakan komponen penting dalam mencapai kebugaran jasmani. Pada
penerapannya, daya ledak otot yang besar harus dimiliki oleh para atlet untuk
mendapatkan tolakan yang kuat dan kecepatan yang tinggi. Bentuk latihan
pembentuk daya ledak otot antara lain vertical jump.

Dengan demikian, jelaslah bahwa latihan amat penting dalam


meningkatkam kebugaran jasmani. Namun pada aplikasinya, bentuk-bentuk
latihan tersebut seringkali tidak dilakukan, bahkan dilakukan dalam posisi
atau gerakan yang salah. Maka dari itu diperlukan suatu panduan agar
latihan dapat dilakukan dengan baik dan benar sehingga mencegah
terjadinya cidera.

1.2 Tujuan
1. Adapun tujuan dilakukannya praktikum ini adalah sebagai berikut:
Mahasiswa mengetahui akan pentingnya kebugaran jasmani.
2. Mahasiswa memahami tentang daya tahan otot (muscular endurance)
dan daya ledak otot (muscular power).

2
3. Mahasiswa mengetahui dan dapat memperagakan bentuk latihan yang
mendukung daya tahan dan daya ledak otot.
4. Mahasiswa dapat menghitung serta mengategorikan nilai/skor daya
tahan dan daya ledak otot seorang individu setelah latihan.

3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Mekanisme kontraksi otot


Timbul dan berakhirnya kontraksi otot terjadi dalam urtan tahap-tahap
berikut: [1]
a. Suatu potensial aksi berjalan disepanjang sebuah saraf motorik sampai
ke ujungnya pada serabut otot.
b. Di setiap ujung, saraf mensekresikan asetilkolin dalam jumlah yang
sedikit.
c. Asetilkolin bekerja pada area setempat pada membran serabut otot
untuk membuka banyak kanal ‘begerbang asetilkolin’ melalui molekul-
molekul protein yang terapung pada membran.
d. Terbukanya kanal memungkinkan sejumlah besar ion natrium untuk
masuk dalam membran serabut otot. Peristiwa ini akan menimbulkan
suatu potensial aksi pada membran.
e. Potensial aksi akan berjalan di sepanjang membran serabut otot dan
menimbulkan depolarisasi membran otot. Aliran listrik potensial aksi
mengalir malalui pusat serabut otot menyebabkan retikulum
sarkoplasma melepaskan sejumlah besar ion kalsium, yang telah
tersimpan di dalam retikulum ini.
f. Ion-ion kalsium menimbulkan kekuatan menarik antara filamen aktin dan
miosin, yang menyebabkan kedua filamen tersebut bergeser satu sama
lain, dan menghasilkan proses kontraksi.
g. Setelah kurang dari 1 detik, ion klsium dipompa kembali ke dalam
retikulum sarkoplasma oleh pompa membran Ca++ , dan ion-ion ini tetap
disimpan dalam retikulum sampai potensial aksi otot yang baru datang;
pengeluaran ion kalsium dari miofibril akan menyebabkan kontraksi otot
terhenti.
2.2 Faktor yang mempengaruhi kekuatan otot
1. Faktor biomekanik;
2. Faktor pengungkit;
3. Faktor ukuran
Besar kecilnya otot, benar-benar berpengaruh terhadap kekuatan
otot tersebut adalah suatu kenyataan. Makin besar serabut otot

4
seseorang, makin kuat otot tersebut dan panjang ukuran otot mereka.
Faktor ukuran ini baik besar maupun panjangnya sangat dipengaruhi
oleh bawaan atau keturunan
4. Jenis kelamin
5. Faktor usia.
Dari uraian di atas, maka kita menyimpulkan bahwa secara
umum kekuatan otot dipengaruhi oleh usia, jenis kelamin, ukuran otot
dan suhu otot serta tenaga kontraksi otot itu sendiri. Kekuatan otot
dalam lari sprint mutlak diperlukan untuk mengayunkan langkah.
Disamping itu, dengan memiliki kekuatan otot tungkai yang baik, maka
akan mempengaruhi pula terhadap kecepatan dan daya ledak otot
seorang atlet.
2.3 Kelelahan otot [1]
Kelelahan otot adalah suatu kondisi dimana terjadi inabilitas fisiologis
untuk berkontraksi walaupun otot masih bisa menerima stimulus.
Ketegangan otot menurun seiring dengan timbulnya kelelahan. Faktor-
faktor yang berperan dalam kelelahan otot adalah penimbunan asam laktat,
yang mungkin menghambat enzim-enzim kunci pada jalur-jalur penghasil
energi atau proses penggabungan eksitasi-kontraksi dan habisnya
cadangan energi. Waktu timbulnya kelelahan berbeda-beda sesuai dengan
jenis serat otot, sebagian serat lebih tahan terhadap kelelahan
dibandingkan serat lain, dan intensitas olahraga, yakni aktivitas yang
berintensitas tinggi lebih cepat menimbulkan kelelahan. [1]

5
BAB III
METODE

3.1 Alat dan bahan


1. Matras / Kasur

2. Timer/Stop Watch

3. Meteran dinding

4. Alat Tulis

5. Timbangan berat badan

6. Laptop / Handphone dengan akses internet

7. Karton berukuran 60 x 30 cm dengan gambar busur derajat

8. Beban (Dumbell) berbagai ukuran berat

3.2 Cara Kerja

a. Praktikum Pengukuran Beban Maksimum yang Dapat Ditahan oleh


Otot Bisep pada Berbagai Sudut Sendi
1) Lengan probandus diletakkan di depan karton atau fleksometer,
dengan lengan atas (bahu hingga siku) mendatar di permukaan
alas (meja).
2) Lengan bawah diangkat hingga siku fleksi setinggi 20o,
berpatokan pada garis di kertas atau penunjuk fleksometer.
3) Berat beban yang akan mampu ditahan oleh probandus pada
posisi tersebut diperkirakan.
4) Dumbell yang sesuai beratnya diletakkan pada telapak
tangannya. Probandus harus berusaha menahan beban tersebut
sesuai dengan posisi/sudut awalnya.
5) Jika probandus masih bisa menahan beban, sedikit demi sedikit
beban ditambahkan hingga ia tak lagi dapat menahan beban
tersebut.
6) Langkah 1-4 diulangi untuk sudut selanjutnya, serta lengan yang
lain.

6
7) Hasil Percobaan kemudian dimasukkan kedalam tabel untuk
dilaporkan lebih lanjut.

b. Praktikum Muscle Performence


1) Sit Up
a) Kaki ditahan agar tetap menempel di matras.
b) Lutut dibengkokkan membentu sudut 90o.
c) Kedua tangan diletakkan di belakang leher.
d) Siku diangkat mencapai atau menyentuh lutut.
e) Punggung harus kembali ke matras.
f) Gerakan tersebut diulangi hingga satu menit dan dicatat
banyaknya sit up untuk setiap probandus.
2) Push Up
Laki-laki:
a) Siku diluruskan.
b) Jari kaki diletakkan di atas matras; pinggul, kaki, punggung
diluruskan.
c) Gumpalan tangan diletakkan di bawah dada kemudian bagian
dada dan bagian tubuh di atas digenjot naik turun.
d) Jumlah push up yang dapat dilakukan
sesuaidengankemampuanprobandusdihitung dan disajikan
dalam tabel.
e) Data diolah dengan menggunakan aplikasi di internet.
Perempuan:
a) Posisi tungkai bawah diangkat kira-kira setinggi 450 dan
disilangkan.
b) Pinggul dan punggung diluruskan.
c) Push up dilakukan dengan posisi bahu sama tingginya dengan
siku.
d) Jumlah push up yang dapat dilakukan
sesuaidengankemampuanprobandus dihitung dan disajikan
dalam tabel.
e) Data diolah dengan menggunakan aplikasi di internet.

7
3) Vertical Jump
a) Probandus berdiri pada sisi dinding dengan tumit merapat ke
dinding, selanjutnya tangan diangkat hingga ekstensi
maksimal dan diukur jangkauan tangan maksimal propandus
tersebut.
b) Probandus melompat setinggi mungkin.
c) Jangkauan lompatan probandus setelah melompat diukur.
d) Selanjutnya probandus melompat setinggi mungkin dengan
ancang-ancang.
e) Jangkauan lompatan probandus setelah melompat diukur.
f) Jangkauan lompatan dicatat pada tabel.

8
BAB IV

PEMBAHASAN

4.1 Hasil
4.1.1 Pengukuran Beban maksimum yang dapat di tahan oleh otot otot
biseps / lengan pada berbagai sudut sendi
No Nama Tangan Beban maksimum (kg) Jumlah Rata-rata

200 450 600 900 1200


1 Daniel Kanan 11,5 11,5 11,5 11,5 11,5 57,5 11,5
Kiri 12,5 12,5 12,5 12,5 12,5 62,5 12,5
2 Dessya Kanan 6,5 7,5 7,5 7,5 7,5 36,5 7,3
Kiri 5,5 6,5 6,5 6,5 6,5 31,5 6,3
Rata-rata Kanan 9 9,5 9,5 9,5 9,5 47 9,4
Kiri 9 9,5 9,5 9,5 9,5 47 9,4

4.1.2 Muscle Performance Test


a. Sit Up Test
Jenis
No. Nama Umur Banyaknya Skor Hasil
Kelamin

1 PrihanFakri L 19 40 22 Fair

2 Argunmas L 19 30 1 Poor

3 Tasya Ayulga S P 19 27 2 Poor

4 Dias Arivia A P 21 27 3 Poor

9
b. Push Up Test

Jenis
No. Nama Umur Banyaknya Skor Hasil
Kelamin

1 Daniel R. W L 20 16 10 Poor

2 Argunmas L 19 5 0 Poor

3 Ponco C. P 18 23 43 Average

4 Faras P 20 19 37 Average

c. Vertical jump Test

Berat Selisih
Jenis Mean
No Nama Badan jarak Score Rating
Kelamin power
(kg) (cm)

1 Daniel L 80 54 66 Average 560

2 Argunmas L 49 46 37 Average 249

3 Siti Maryam P 50 28 24 Fair 94

4 Faras P 45 34 53 Average 125

10
4.2 Pembahasan
4.2.1 Pengukuran Beban maksimum yang dapat di tahan oleh otot otot
biseps / lengan pada berbagai sudut sendi

Grafik Beban Maksimal (Laki-laki)


12.6

12.4

12.2

12

11.8

11.6

11.4

11.2

11
20 45 60 90 120

Right Arm Left Arm

Grafik Beban Maksimal (Perempuan)


8

0
20 45 60 90 120

Right Arm Left Arm

Dari kedua grafik tersebut menunjukkan bahwa lengan


setiap individu memiliki kemampuan maksimum untuk mengangkat
beban tertentu. Pada grafik beban maksimum laki laki ditunjukkan
bahwa probandus masih memiliki kemampuan maksimum untuk
mengangkat dumbbel set yang beban maksimalnya 11,5 kg ketika
diukur dengan tangan kanan, tetapi pada saat tangan kiri, ternyata

11
masih dapat menambah beban dumbbel set sehingga bebannya
menjadi 12,5 kg, dan probandus laki laki pun masih dapat
mengikuti prosedur dengan baik sehingga dapat disimpulkan
bahwa kekuatan otot yang dimiliki oleh probandus laki laki
sangatlah memadai hingga dapat mengangkat beban dumbble set
dengan beban maksimal.
Sedangkan pada grafik perempuan, dapat dilihat bahwa
probandus memiliki kesulitan ketika mengangkat beban pada
sudut terkecil, sedangkan sudut sudut yang lebih besar dapat
mengangkat beban lebih berat. Ternyata, terdapat suatu cara
untuk menjelaskan biomekanika berhubungan dengan otot bisep
M x MA = R X RA
MA= jarak otot ke siku(cm)
RA= jarak lengan kesiku(cm)
M= besar gaya pada otot bisep(Newton)
R= berat beban yang diangkat (gram)
Nah disini diketahui bahwa disudut 20 derajat, probandus
mengalami kesulitan mengangkat beban, hal itu dikarenakan
ketika beban diangkat pada sudut terkecil, otomatis RA akan besar
dimana akan mengharuskan probandus untuk mengeluarkan
tenaga lebih.
Tetapi menurut teori sebenarnya kekuatan terbesar yang
dapat dimiliki probandus seharusnya ketika mengangkat beban
pada sudut 90 derajat, hal ini dikarenakan pada sudut fleksi 90
derajat otot mengalami tegangan maksimum sehingga dapat
mengangkat beban sesuai kapasitas otot. Pada 90 derajat juga,
terjadi yang disebut keuntungan mekanis yang maksimum dimana
pada sudut ini gaya yang dikeluarkan otot biseps dibantu oleh
tulang untuk menopang bebannya sehingga gaya yang
dikeluarkan lebih efisien.
4.2.2 Muscle Performence Test
a. Sit up [2]
Situp merupakan olahraga sederhana yang mudah
dilakukan. Kebanyakan orang melakukan situp untuk
membentuk otot-otot. Tujuan dilakukan olahraga sit up ini

12
adalah untuk melatih otot perut dan fleksor pinggul. Dalam 2
menit EMG (electromyograms) mencatat bahwa otot Rektus
abdominis menghasilkan EMG senilai p < 0,05[1]. Sedangkan
untuk otot rectus femoris menghasilkan p < 0.001[1]. banyak
otot yang bekerja selama melakukan sit up.Otot otot yang
bekerja pada sit up: [2]
1. Rektus abdominis
Rektus abdominis adalah dinding otot perut yang
terhubung ke tulang rusuk yang lebih rendah dan pinggul.
Otot inilah menciptakan efek six-pack. tujuannya adalah
untuk memiringkan tulang rusuk dan panggul terhadap
satu sama lain. Seperti semua latihan perut, situp yang
harus dilakukan dengan kembali setidaknya sedikit posisi
membulat setiap saat untuk melindungi tulang belakang.
Kontraksi ini bekerja pada rektus abdominis.
2. Obliqueseksternal
Obliques eksternal juga menempel pada tulang
rusuk dan panggul, tetapi untuk kedua sisi rektus
abdominis. Mereka adalah otot utama untuk memutar
tubuh bolak-balik dan untuk memiringkan tulang rusuk
dari sisi ke sisi. Ketika dikontraksikan secara bersamaan,
mereka membantu rektus abdominis bergerak pada
tulang rusuk langsung menuju panggul, seperti terjadi
selama situp.
3. Tensor fasciae Latae
Tensor fasciae latae menempel tinggi di pinggul dan
ke depan atas femur. Fungsi Tensor fasciae Lataeadalah
untuk menekuk tubuh pada pinggul. Biasanya ini adalah
untuk mengangkat paha, menuju batang tubuh, tetapi
saatolahraga situps, Tensor fasciae Latae untuk
mengangkat tubuh ke arah paha. Secara proporsional,
Tensor fasciae Latae sangat lemah dibandingkan dengan
otot-otot antagonis mereka, gluteus maximus, yang
merupakan otot terbesar dan terkuat dalam tubuh. Ini

13
adalah salah satu alasan yang baik untuk melatihnya
dengan situps.
4. Rektus femoris
Rektus femorisadalah salah satu dari empat kepala
paha depan, otot-otot besar bagian depan paha. Keempat
kepala paha depan melekat pada patella, atau lutut.
Fungsi utamanya adalah untuk meluruskan kaki di lutut.
Sementara tiga kepala lain dari paha menempel pada
tulang paha atas, rektus femoris melintasi pinggul. Di
sana, Rektus femoris membantu tensor fasciae latae
meregangkan pinggul. [2]

Dalam praktikum ini didapatkan 2 probandus


perempuan bernilai poor, 1 probandus laki laki bernilai poor
dan 1 probandus laki laki bernilai fair. Pada 4 probandus ini
memiliki perbedaan kekuatan otot abdominal dan otot fleksor
paha. Perbedaan hasil ini juga disebabkan oleh jenis kelamin.
Pada laki laki massa otot serta kekuataan otot lebih besar bila
dibandingkan perempuan sehingga menghasilkan energi yang
lebih besar ketika berkontraksi untuk menggerakkan badan
keatas (vertical) dan ke bawah (horizontal). Selain itu pada
laki-laki sering melakukan aktivitas yang lebih berat sehingga
otot ototnya bekerja secara optimal dibandingkan perempuan
yang cenderung jarang melakukan pekerjaan berat.

b. Push up
Daya tahan otot adalah kemampuan otot untuk bekerja
(berkontraksi) dalam waktu yang relatif lama. Orang yang
memiliki daya tahan otot yang baik akan dapat melakukan
latihan seperti push up, sit up, back up, pull up dengan jumlah
yang banyak. [3]
Push-up adalah latihan untuk menguatkan ekstensor
siku, bahu anterior dan otot dada. Otot, tulang yang bekerja
pada gerakan push-up adalah:

14
Sendi Aksi Segmen Gaya Otot yang Kontraksi
pindah bekerja
Sendi bahu Horizontal Sumbu Otot Pektoralis Kosentrik
adduksi tubuh mayor,
deltoideus
anterior,
korakobrakialis
Gelang bahu Abduksi Skapula Otot Pektoralis kosentrik
minor, seratus
anterior
Siku Ekstensi Lengan Otot Trisep Kosentrik
atas ankoneus
Pergelangan Hiperekstensi Lengan Otot Ekstensor kosentrik
tangan bawah carpi radialis
longus dan
brevis,
ekstensor carpi
ulnaris

Pada saat kita melakukan push up, gerakan ke atas


merupakan kerja konsentrik otot-otot ekstensor lengan,
gerakan ke bawah adalah kerja eksentrik otot-otot ekstensor
lengan, dan pada posisi tetap, timbul kerja static otot-otot
ekstensor lengan.
Push up dilakukan dengan menggunakan teknik tangan
berada secara langsung dibawah bahu, siku membentuk
0
sudut 45 , kepala menghadap kebawah dan badan pada
posisi lurus. Perempuan diperbolehkan melakukan push-up
dengan menggunakan lutut. Probandus melakukan gerakan
push up selama 1 menit, kemudian kita hitung frekuensinya
dalam 1 menit. [4]
Pada praktikum push up terdapat 4 probandus, yang
terdiri dari 2 orang laki-laki dan 2 orang perempuan. Pada
tabel hasil praktikum, didapatkan data yaitu skor untuk 2
orang probandus laki-laki adalah poor, dan untuk 2 probandus

15
perempuan hasilnya average. Pada latihan ini, semestinya
laki-laki memiliki daya tahan otot yang lebih dibandingkan
dengan perempuan karena laki-laki memiliki masa otot yang
lebih besar dibandingkan dengan perempuan, sehingga
energi yang dihasilkanpun lebih besar.
c. Vertical jump
Daya ledak otot atau explosive muscular power adalah
kemampuan dari otot untuk mengeluarkan kekuatannya
secara maksimal dalam waktu yang cepat. Muscle power juga
merupakan ukuran untuk performa otot yang dapat dilihat
pada latihan vertical jump, angkat beban, long jump. [3]
Vertical jump adalah suatu gerakan kompleks yang
membutuhkan koordinasi dari beberapa otot pada tubuh,
tangan, dan kaki. Otot-otot yang terlibat dalam gerakan
vertical jump yaitu m. Quadricep femoris, m. Extensor hallucis
longus, dan m. Extensor digitorum longus. Kemampuan untuk
melakukan vertical jump dapat menjadi indikator kekuatan
ekstremitas bawah. Penggunaan arm swing pada vertical
jump berfungsi untuk membangun energi tambahan untuk
meningkatkan kecepatan pada saat melayang sehingga dapat
membuat pergerakan sendi lebih besar. Kekuatan mengacu
kepada kombinasi antara berat badan dan percepatan. [3] [4]
Pada praktikum vertical jump ini dilakukan dua kali
berturut-turut dengan probandus 2 orang laki-laki dan 2 orang
perempuan. Pengukuran pada vertical jump ini menggunakan
tanda yang tertinggi pada dinding yang telah diberi garis
ukuran. Tanda tertinggi pertama sebelum melakukan loncatan
disebut dengan tinggi raihan kemudian tanda setelah locatan
disebut dengan tinggi loncatan. Skor akan diperoleh dari
selisih antara tinggi raihan dengan tinggi loncatan yang
diambil dari dua kali pengulangan dan diambil yang paling
tertinggi. [3]
Dapat dilihat pada tabel hasil terlihat bahwa pada 2
probandus laki-laki semuanya memiliki skor yang average,
sedangkan pada probandus perempuan yang satu memiliki

16
skor average (rata-rata) dan probandus yang satu lagi
memiliki skor fair (cukup/di bawah average). Perbedaan
tersebut berkaitan dengan daya ledak yang dimiliki antara laki-
laki dan perempuan. Daya ledak yang dimiliki laki-laki dan
perempuan berbeda, karena dipengaruhi oleh ukuran otot,
dimana ukuran otot laki-laki lebih besar dibandingkan dengan
ukuran otot perempuan.

17
BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Kekuatan, daya tahan dan daya ledak otot diperngaruhi oleh berbagai
faktor seperti jenis kelaimin, dimana laki-laki memiliki kekuatan, daya tahan,
dan daya ledak yang lebih besar dibandingkan dengan perempuan. Serta
dipengaruhi oleh latihan yang dilakukan, sehingga menjadikan massa otot
lebih besar, sehingga kekuatan yang dihasilkanpun besar.

18
DAFTAR PUSTAKA

1. Sherwood, Lauralee. Fisiologi Manusia dari Sel ke Sistem. EGC. 2001; 8:


212-254
2. Burden AM, Redmond CG.J. Abdominal and hip flexor muscle activity during
2 minutes of sit-ups and curl-ups. Strength Cond Res. 2013; (8):2119-28.
3. Muscle Fit Laboratory. Panduan Latihan Fisik. Jakarta: Fit-Lab Indonesia.
2014
4. Widjaja, Surja. Kinesiologi. Jakarta: Balai Penerbit FKUI. 1998. pp:24-7
5. Charoenpanich, Nongnapas et. al. Principal component analysis identifies
major muscles recruited during elite vertical jump. Thailand: Science Asia.
2013 (39): 257–264

19
LAMPIRAN

20
21
22

Anda mungkin juga menyukai