FISIOLOGI OLAHRAGA
Disusun Oleh::
1. Ande Alif Bactiar Yudistira
2. Ade Elfina U.
3. Achmad Syamsul Arifin
4.Zahwa Mei Rezi
Bab 1
Latihan fisik dapat mengakibatkan peningkatan fungsi sistem tubuh , khususnya pada
sistem musculoskeletal. Salah satunya dapat dilihat dari kekuatan daya rentang tendon.
Tendon adalah struktur jaringan ikat padat yang berbentuk silinder , kadangkala pipih, yang
menghubungkan otot dengan tulang. Latihan yang secara berulang sesuai dosis, ritme,
frekwensi dan intensitas dari tiap indvidu akan berpengaruh terhadap jumlah sel fibroblast
dan tebal serat sharpey pada tendon. Di balik mekanisme otot yang secara eksplisit hanya
merupakan gerak mekanik itu, terjadilah beberapa proses kimiawi dasar yang berseri demi
kelangsungan kontraksi otot. Dalam makalah ini, dengan tujuan akhir pada penjelasan
lengkap tentang proses di balik kontraksi otot, akan dibahas dahulu mengenai zat-zat kimia
penyusun filamen-filamen tebal dan tipis yaitu aktin dan miosin. Akhirnya, penjelasan
tentang model “perahu dayung” sebagai fasilitator pemahaman mekanisme kontraksi otot
dapat tercapai.
1.3 Tujuan
1. Latar belakang.............................................................................................................1
2. Rumusan masalah........................................................................................................1
3. Tujuan masalah............................................................................................................1
4. Pembahasan..................................................................................................................4
A. Latihan ...............................................................................................................4
B. Anatomi tendon..................................................................................................4
C. Pengaruh latihan fisik terhadap tendon .............................................................5
D. Teori teori dasar tentang latihan beban .............................................................7
E. Petunjuk tentang latihan beban ........................................................................10
F. Otot rangka ......................................................................................................11
G. Perubahan otot rangka akibat olahraga ...........................................................12
H. Struktur otot lurik ............................................................................................14
I. Mekanisme kontraksi otot ...............................................................................16
5. Kesimpulan.................................................................................................................18
6. Daftar pustaka............................................................................................................19
BAB 2
PEMBAHASAN
LATIHAN FISIK
Aktivitas fisik adalah semua bentuk gerakan otot, Latihan fisik adalah aktivitas fisik
yang spesifik, dan pelatihan fisik adalah latihan yang dilakukan secara berulang. (harjanto,
2003, Setyawan, 1995). Komponen (dosis) latihan fisik yang terdir i dar i intensitas, frekuensi
dan ritme (contoh; interval dan kontinyu), durasi dan modus atau jenis latihan (Wilmore,
1994, Harjanto, 2003). Dosi s latihan merupakan takaran dar i pemberian beban latihan
terhadap tubuh . Factor yang mempengaruhi latihan antara lain: intensitas latihan, frekuens i
latihan, dan duras i latihan
a. Intensitas latihan
Intensitas menunjukka n sebuah kualita s elemen latihan. Menurut ^omp a (1994)
Berdasarkan berat badan intensitas fisik dapat dibagi menjadi: 1) latihan fisik intensitas
ringan (dengan pemberian beban sebesar 3 % berat badan), 2) latihan fisik intensitas sedang
(dengan pemberian beban sebesar 6% berat badan) dan latihan fisik intensitas berat (dengan
pemberian beban sebesar 9 % berat badan). Car a menentukan intensitas latihan dapat
dilakukan dengan metode denyut nadi dan metode yang berkonsep pada nilai ambang aerobic
(Fox, 1993).
b. Frekuensi latihan
Frekuensi latihan dapt dilakukan 1 kali, 2 kali , 3 kali, 4 kali • dan 5 kal i perminggu,
tergantung tujuan yang ingin dicapai.
c. Durasi (lama) latihan
Lam a latihan dpat diartikan sebagai rentang wakt u yang dapat berupa berapa menit
atau berapa ja m latihan diiakukan dalam setiap kali latihan dan dapat pul a diartikan berapa
minggu atau berapa bulan suat u program latihan. Berlangsung
ANATOMI TENDON
Tendon adalah struktur jaringan ika t padat yang berbentuk silinder , kadangkalah
pipih, yang menghubungkan otot dengan tulang. Tendon meneruskan gerakan kontraksi otot
pada tempatnya melekat. Tendon merupakan jaringan ikat berwarna puti h mengkilat, dan
fleksibel, i a melekat pada tulang sehingga dapat langsung menggerakkan sendi . Tendon
achiles merupakan tendon paling kua t dan paling besar dalam tubuh . Tendon achiles terletak
d i punggung kak i Bagian bawah. Tendon ini menghubungkan otot soleus dan gastronemius
menuju ke calcaneus . Pad a saat seseoang melakukan latihan flsik, tendon achilles aktif
bergerak Woo (1994) menyatakan bahwa sebagai jaringan ikat untuk menghubungkan otot
pada tulang da n untu k mewujudkan efek kontraks i otot, tendon tidak dapat membangkitkan
kekuatan tetapi merupaka n transmitte r yang baik bagi daya otot. Tiap unit areanya lebih kua
t dar i pada otot, daya rentangnya sebaik daya rentang tulang , meskipun sangat fleksibel,
serabutnya mamp u menaha n tegangan sehingga energi kontrakti l otot tidak hilang selama
pengiriman ke insers i atau pelekatan.
1. Stuktur tendon
Tendon termasuk dalam klasifikas i jaringan ikat padat, dimana ditemukan serat-serat
kolagen dan terdapat sel-sel fibroblast diantaranya (Craigmyle, 1986). Menurut Tubiana
(1988) tendon memilik i struktur jaringan ikat yang terorganisasi, terdir i dar i kumpula n
seratserat kolagen yang tersusun parallel yang dipisahkan oleh septa penghubung yang
disebut endotendineum, septa-septa membawa pembuluh darah dan syaraf, beberapa serat
kolagen atau berkas-berkas tendon prime r membentuk suatu fascicle atau berkas tendon
sekunde r yang dibungkus oleh jaringan ikat, dinamakan peitendineum. Tendon sendir i terdir
i dar i sejumlah fascicle dan diliputi oleh jaringan ikat yang relatif tebal serta mengandung
pem.buluh-pembuluh darah, saraf, lemak yang disebut epitendineum.
2. Kolagen
Kolagen dapat dibedakan atas lima jenis atau tipe yang masing-masing berbeda dala
m komposis i rantai alphanya, yaitu 1) tipe I, original collagen sebagian besar terdapat pada
organ kapsula , jaringan trabekular , kulit, tendon dan tulang, 2) tipe II, terdapat pada tulang
rawan elastin dan hialin, 3) Tipe III, terdapat pada dinding arteri, 4) tipe IV, terdapat pada
membran basal, 5) Tipe V, tersebar tidak menentu. Kolagen merupakan protein yang terdir i
dar i tiga asam amino, i a merupaka n konstituen utam a sebagian besar jaringan ikat kolektif.
Pada tendon konstituen utam a adalah kolagen tipe 1 (original collagen), kolagen
mengandung kosentrasi glisin yang tinggi (33%), prolin (15%) dan hydroxpoline (15%)
sehingga hampi r 2/3 struktur primer rantai kolagen mengandung tiga asam amino
tersebutSerat kolagen sangat kuat dan tahan terhadap regangan, tetapi sedikit fleksibel dan
berkas tersebut sering terlihat bergelombang (Craigmyle, 1986). Kolagen berfungsi
menyediakan kekuatn a dan integritas structura l dar i berbagai Jaringan serta organ dalam
tubuh . Untuk putus atau rupturnyaserabut kolagen yang berdiameter 1 m m saja memerlukan
beban 10 kg hingga 40 kg
PENGARUH LATIHAN FISIK TERHADAP TENDON
Tujuan utama dari latihan adalah untukmengembangkan fungsi ogan tubuh dan
kemampuan biomotor, oleh karena itu latihan akan mempengaruhi organorgan dalam tubuh .
Beberapa ahli mengemukakan bahwa , secara morphologis latihan fisik mempengaruhi
perubahan yang nyata selama pertumbuhan organisme. Jumlah dari inti sel fibroblast dan
berat dari tendon tikus meningkat. Perubahan secara biokimia juga dilaporkan bahwaa latihan
mempengaruhi peningkatan aktvitas enzi mitogenik, demikian juga sintesa kolagen pada
tendon . Selanjutnya Fox (1993) menyatakan latihan fisik memperlihatkan peningkatan
terhadap perubahan kekuatan tendon. Birc h (^1997) pada penelitiannya menyatakan bahwa
tendon menyimpan energi panas selama bergerak dalam latihan meskipun suh u yang terjadi
sangat cepat, diman a fraksi sel fibroblast tendon sangat tahan terhadap panas dan tidak
mungki n terjadi kematian sel fibroblast selama latihan fisik. Sedangkan menurut Thibadecu
(1994) latihan fisik dapat menimbulkan stress mekanis . Stress mekani s dapat menyebabkan
mekanisme penting yaitu mekanotansuks i pada sel dan memula i intraselular sinyaling,
meningkatkan pertumbuhan sel dan menentukan morfologi da n arsitektur Pada beberapa tipe
sel. Beberapa sel menunjukka n respon yang berbeda tehadap stress mekani s dan dasa r
molekule r untu k mekanotransduksi. Pada tendon, respon mekanotrasduks i akibat stress
mekani s adalah menstimulas i integrin untu k mentransmisikan sinyal tranduks i dai lua r ke
dalam sel fibrolas. Sel fibroblast merupaka n sel penting fungsinya dalam mensintes i kolagen
(Kjaer, 2004). Ditinjau dar i konsep factor pertubuhan fibroblast dasar , akibat dar i
rangsangan latihan fisik terjadinya peningkatan aktifitas sistem vaskularisas i dan
kardiorespirasi, latihan mengakibatkan fibroblast pada tendon aktif mengabsorbsi pemakaian
nutris i dan unsur e pembangun kimiawi yang dibutuhka n melalui pembuluh darah, sehingga
sel lebih banyak menghasilkan substans i inter sel, kebutuha n oksigen yang diperlukan untu
k memperoleh energi essensial sangat cuku p gun a mengoksidas i bahan makana n dengan
respiras i sel akibat dar i latihan. Ha l in i sejalan dengan factor pertumbuh an fibroblast dasar
(bFGF), diman a latihan merangsang aktifitas enzim hyaluronidas e sehingga meningkatkan
jumla h mitogenik, peptide dan asa m amino yang merupaka n factor dasar pertumbuha n
fibroblast. Dengan melalui beberapa proses akhirny a sel fibroblast berkembang dengan
menghasilkan substans i intersel sendir i yaitu terjadinya peristiwa pertumbuha n sel akibat
dar i rangsangan latihan (Chandrasoma, 1991). Latihan intensitas berat sinyal transduks i
yang dtransmisikan dar i lua r ke dalam sel fibroblast lebih tinggi dibandingkan dengan
latihan intensitas ringan, sehingga efek sinyal tersebut jug a lebih tinggi pada latihan
intensitas berat. Sel fibroblast dan tebal serat sharpey memperlihatkan ada kontribus i
bermakn a respon perubahan akibat perlakuan, sedangkan lua s area potongan melintang
tidak menujukkan kontribus i yang bermakna respon perubahan akibat latihan
Rangsangan Persyarafan
Sistem persyarafan dirancang seperti layaknya sistem komunikasi elektronik modern
masa kini, katakanlah seperti sistem telepon yang kita kenal sekarang ini. Syaraf sebagai
penerima rangsangan (receptors) yang memuat signal-signal penting; otot sebagai efektor
(effectors) yang mampu, apabila diperintah untuk melaksanakan semua kegiatan yang
direncanakan dan melakukan interkoneksitas dengan syaraf-syaraf (neurons) yang begitu
banyak memberikan hubungan tanpa batas dari reseptor dengan efektor dan karena itu
informasi mengalir dari satu bagian jaringan kerja ke bagian yang lain. Otot Rangka (Otot
Skelet)Brooks dan Fahey (1983) menyatakan, bahwa hampir seluruh sel-sel tubuh, terutama
di dalam sel otot rangka, konversi energi dapat dibagi ke dalam dua kategori umum. Pertama,
melibatkan reaksi kimia sehingga energi kimia yang ada sebagai hasil dari mencerna
makanan yang kemudian dikonversi menjadi zat ber-energi tinggi yang dapat dipergunakan
oleh tubuh, yaitu adenosine triphosphate (ATP). Kedua, transfer energi yang melibatkan
konversi energi kimia ATP menjadi kerja sel. Kemudian beberapa kerja sel terjadi, seperti
kontraksi otot, sintesis protein dan pemompaan ion. Aktivitas fisik dapat diklasifikasikan ke
dalam tiga kelompok berdasarkan sistem energi yang mendukungnya, seperti daya ledak
dalam tolak peluru, kecepatan dalam lari cepat dan daya tahan dalam lari maraton. Dalam
kegiatan tersebut keberhasilan seseorang tergantung pada semangat dan pengembangan yang
tinggi sistem energi seluler yang berbeda. Untuk kegiatan yang sangat cepat dan memerlukan
pengerahan tenaga maksimal serta hanya berlangsung dari beberapa detik sampai satu menit,
otot sangat tergantung kepada nonoksidatif atau glikolitik yang sumber energinya sama
dengan sumber energi cepat. Untuk kegiatan yang berlangsung dari 90 menit atau lebih
mekanisme oksidatif menjadi sangat penting.ATP diperlukan sebagai energi dalam kontraksi
otot dan untuk daur ulang (recycling) cross-bridge selama proses kontraktil. Reaksi ini terjadi
di tempat yang secara enzimatik aktif di cross-bridge myofilament myosin dan
memungkinkan cross-bridge bergerak. Tanpa ATP actin thin filament tidak dapat meluncur
mendekati, bahkan melewati myosin thick filament. Simpanan ATP di dalam otot hanya
dalam jumlah yang sangat terbatas dan cukup untuk menyediakan kontraksi otot maksimal
selama kurang lebih satu detik. Untungnya tubuh mempunyai kemampuan untuk mengganti
ATPhampir secepat pecahnya. Penggantian ATP ini dapat dilakukan apabila cadangan
molekul bahan bakar seperti karbohidrat dan lemak dipecah untuk menyediakan energi bebas
yang dapat dipergunakan untuk menyatukan ADPdan Pi untuk membentuk ATP..
Simpanan bahan bakar seperti karbohidrat dan lemak tidak dapat diubah
menjadi molekul ATP. Cadangan bahan bakar pertama yang akan dipakai apabila ATP sudah
dipakai adalah molekul PC (phosphocreatine) yang disimpan di dalam serabut otot. Oleh
karena itu para ahli sependapat bahwa energi untuk kontraksi otot selama latihan fisik atau
dengan katalain mekanisme untuk regenerasi ATPmelibatkan tiga proses atau tiga sumber
yang saling ketergantungan, yaitu: (1) sistem fosfagen (sistem ATP – PC atau phosphagen
system), (2) sistem glikolisis anaerobik atau sistem asam laktat (Anaerobic Glycolysis system
atau Lactic acid system), dan (3) sistem aerobik atau sistem oksigen atau sistem oksidatif
(Aerobic system atau Oxygen system atau Oxydative system) (Junusul: 2003). Dua dari tiga
sistem energi tersebut yaitu sistem fosfagen dan sistem asam laktat diklasifikasikan ke dalam
sistem anaerobik, yang berarti tanpa oksigen dan metabolismenya berhubungan dengan
berbagai rangkaian reaksi kimia yang terjadi di dalam tubuh (dalam sel otot). Jadi
metabolisme anaerobik atau produksi ATP anaerobik berhubungan dengan resintesis ATP
melalui reaksi kimia yang tidak memerlukan adanya oksigen yang dihisap; dan yang satu lagi
sistem aerobik, yaitu produksi ATP memerlukan adanya oksigen.
OTOT RANGKA
Sekitar 40 persen dari seluruh tubuh terdiri dari otot rangka yang dibentuk oleh
sejumlah serat otot berdiameter 10-80 mikrometer.Otot rangka bekerja secara volunter.Ada
beberapa bagian dari otot rangka, antara lain jaringan otot,pembuluh darah sebagai penyuplai
nutrisi dan oksigen penghasil energiuntuk proses kontaksi, saraf sebagai penyalur rangsang
dan pengaturkontraksi, serta jaringan ikat.Secara mikroskopis, tiap serabut otot rangka terdiri
atas miofibril. Miofibril berisi miofilamen yang terdiri dari pita A (bagian tebal) dan pita I
(bagian tipis). Pita A dibentuk oleh protein miosin dan terlihat lebih gelap. Sedangkan pita I
yang dibentuk protein aktin terlihat Lebih terang. Batas keduanya disebut dengan sarkomen.
Sarkomen akan memendek ketika terjadi kontraksi.
Bomp a TO, 1994. Theory and Metodology of Training The Key to Athletic Performance. Dubuque
Iowa: Kendal/Hun t Publishing , pp 14-20.
Birc h HL, Wilson H M and Goodship AE , 1997. The Effect of Execise-Induced Localised
Hypertermia on Tendon Cel Survival. J . Ex . Biol. 200: pp. 1703-1708
Brunke r P, Kha n K, 1993. Clinical Sport Medicine. Sydney: McGra w Hil l Book Company . Pp 12-
14.
Chandrasom a P, 1991. Concise Pathology, a lange medical book. Prentice-Hall International Inc.
California, PP. 81-85 Craign^l e MBL , 1986. Coloring atlas Histologi. Nethelands: Wolfe Medical
Publication Med. Ass , Vo l 81 No.7. pp 353-363.
Fox, 1993. Human Psyiology. 6 ^ edition. Boston: McGraw-Hil l Companies . Harjanto, 2003.
Petanda Biologis dan Faktor yang mempengaruhi Derajat Stres Oksidatif pada latihan olahraga
aerobic sesaat. Surabaya: Disertas i Program Doktor Pascasarjana Universitas Airlangga. Ha l 1-3.
Kjaer Michael, 2004. Role of Extracellular matrix in adaption of tendon and skeletal muscle to
mechanical Loading. J Phyaiol rev 84. pp 651-661.
http: / / physrev. phvsiologv.org / cgi / content / full784/2/649 diakse s tanggal 21 Jul i 2008.
Newmeyer WL, 1979. Primary Care of Hand Injury. Lea 85 febiger. Philadelphia. Pp 160-162.
Berger, R.A. Applied exercise physiology. Phyladelphia; Lea & Febiger, 1982.
Bompa, T.O. c, Theory and methology of training, the key to atletics performance.
Bompa, Tudor O. Total Training for Yaoung Champoins. York University: Human
Kinetics, 2000.
Bowers, R.W & Fox, E.L, Sports Physiology 3rd.ed. Iowa Wm.C Brown Publisher, 1992.
Brooks, G:A., & Fahey, T.D. Fundamentals of human performance. New York:
Cox, H. Richard, Sport Psychology: Concepts and Aplication, Dubuque Iowa: Wm.
C. Brown Publisher, 1985.Depdiknas, Pedoman dan Modul Pelatihan Kesehatan Olahraga bagi
Pelatih Olahragawan Pelajar, Jakarta: Depdiknas, PPKJ, 2000.
deVries, H.A. & Housh, T.J. Physiology of exercise for physical education, athletics and exercise
science. 5 th. ed. Iowa: Wm. .C. Brown Communications, Inc, 1994.
Fox, E.L., Kirby, T.E and Fox, A.N. Bases of fitness. New York: Macmillan
Iwan Setiawan, dkk, Manusia Dalam Olahraga; Prinsip-Prinsip Pelatihan, Bandung: ITB dan FPOK
IKIP Bandung, 1991
1. Cormack DH. Muscle Tissue. Ham‟s Histology (Ninth Edition). Sydney: J.B. Lippincott Company,
1987; p. 389-422.
2. Fawcett DW. Muscle. A Textbook of Histology (Twelfth Edition). London: Chapman & Hall, 1994;
p. 266-92.
3. Wynsberghe DV, Noback CR, Carola R. Human Anatomy and Physiology (Third Edition). Toronto:
McGraw-Hill Inc, 1995.
4. Mescher AL. Junqueira‟s Basic Histology Text & Atlas (Twelfth Edition). New York: Mc GrawHill,
2010.
5. Gartner P, Hiatt JL. Color Textbook of Histology (Third Edition). Philadelphia: Saunders Elsevier,
2007.
6. Ross MH, Wojciech P. Histology A Text and Atlas with Correlated Cell and Molecular Biology
(Sixth Edition). Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins Wolters Kluwer, 2011.
7. Tortora GJ, Derrickson B. Principles of Anatomy & Physiology (Thirteenth Edition). Danvers: John
Wiley & Sons Inc, 2012.
8. Buckley PD, Grana WA, Pascale MS. The biomechanical and physiological basis of rehabilitation.
In: Grana WA, Kalenak A,editors. Clinical Sports Medicine. Tokyo: WB Saunders Company, 1991; p.
239-42.
9. Wonodirekso S. Pengaruh latihan pada jaringan otot rangka. Simposium Perubahan Struktur,
Faal, dan Biokimia Jaringan Otot Rangka karena Latihan. KONI DKI JAYA. Jakarta, 10 Januari 1992.
10. Davis RJ, Bull CR, Roscoe JV, Roscoe DA. Physical Education and the Study of Sports(Second
Edition). Toronto Wiesbaden: Mosby, 1994 (1995); p. 24-47.
11. Hazeldine R. Fitness for Sport. Wiltshire: The Crowood Press, 1985 (1994); p. 66-7.