Anda di halaman 1dari 57

ANATOMI FISIOLOGI SISTEM MUSKULOSKELETAL

KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH

ANGGOTA KELOMPOK 1:

Amalia Desika 20210910170033


Ana Tri Wahyuni 20210910170047
Anggi Anugrah 20210910170062
Dwi Apriyanti 20210910170005
Eka Herawati 20210910170053

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN

FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JAKARTA

2022
DAFTAR ISI
Cover

DAFTAR ISI

BAB I

ANATOMI SISTEM MUSKULOSKELETAL......................................................1

A. Pengertian..........................................................................................................1

B. Anatomi Sistem Muskular (Otot)...................................................................2

1. Kemampuan otot.......................................................................................2

2. Jenis otot....................................................................................................2

3. Bentuk otot................................................................................................9

4. Kelompok otot...........................................................................................9

C. Anatomi Skeletal...........................................................................................19

1. Jaringan, Matriks, Sel Tulang..................................................................20

2. Pembagian tulang....................................................................................22

3. Sistem Skeletal........................................................................................24

4. Suplai Darah dan Saraf............................................................................30

D. Sendi................................................................................................................30

1. Bentuk sendi............................................................................................31

2. Bagian-bagian sendi................................................................................32

3. Gerakan sendi..........................................................................................33

4. Letak sendi..............................................................................................35

E. Fungsi Sistem Muskuloskeletal....................................................................36

1. Otot..........................................................................................................36

2. Skeletal............................................................................................................38

i
BAB II FISIOLOGI SISTEM MUSKULOSKELETAL.......................................41

A. Pembentukan Tulang.....................................................................................41

B. Pertumbuhan Tulang......................................................................................45

C. Perbaikan Tulang............................................................................................48

D. Nutrisi, Hormon, dan Jaringan Tulang........................................................49

E. Mekanisme Kontraksi Otot Rangka.............................................................51

DAFTAR PUSTAKA

i
BAB I

ANATOMI SISTEM MUSKULOSKELETAL


A. Pengertian
Sistem musculoskeletal adalah sistem yang berperan dalam menunjang,
melindungi, dan menggerakkan tubuh. Rangka merupakan bingkai bagi
struktur tubuh dan melindungi organ internal yang rentan dari kerusakan. Otot
dengan bantuan sendi, ligament, dan tendon memungkinkan tulang rangka
bergerak. Sistem ini terdiri atas 206 tulang, yang merupakan penyongkong
gerakan tubuh dan melindungi organ internal; sensi yang memungkinkan
gerakan tubuh dua atau tiga dimensi; otot, yang memungkinkan gerakan tubuh
dan internal; tendon dan ligament, yang menghubungkan tulang dengan otot
(Risnanto, dkk. 2014).
Sistem musculoskeletal terdiri atas tulang dan tiga tipe otot: (1) rangka, (2)
jantung, (3) polos. Jenis-jenis otot dibedakan berdasarkan adanya lurik, sumber
saraf dan mekanisme kontraksi.
Secara fisiologis, sistem musculoskeletal memungkinkan perubahan pada
pergerakan dan posisi. Rangka tulang memberikan dukungan, proteksi, dan
pergerakan pada rangka ini. Rangka tubuh memberikan tempat penyimpanan
bagi kalsium dan ion-ion lainnya. Otot rangka, yang merupakan 40% hingga
50% berat badan, memegang peranan utama dalam metabolism dan regulasi
temperature (Joyce M. Black, 2014).
Sistem musculoskeletal terdiri dari tulang, sendi, otot, dan struktur pendukung
lainnya (tendon, ligament, fasia, dan brusae). Pertumbuhan dan perkembangan
struktur ini terjadi selama masa kanak-kanak dan remaja (Suratun, dkk., 2008).

1
B. Anatomi Sistem Muskular (Otot)
Tubuh manusia dibentuk oleh 640 otot rangka yang berbeda. Otot merupakan
suatu organ yang memungkinkan tubuh dapat bergeral. Jaringan otot sangat
penting bagi tubuh karena fungsinya, diantaranya sebagai alat gerak aktif, alat
ransportasi pengedar makanan dalam usus, juga pengedaran darah keseluruh
tubuh. Jaringan otot ditandai adanya myofibril pada selnya ynag memanjang.

1. Kemampuan otot
Otot memiliki tiga kemampuan khusus, yaitu:
a. Kontraktibilitas: Kemampuan untuk berkontraksi/memendek
b. Ekstensibilitas: Kemampuan untuk melakukan gerakan kebalikan dari
gerakan yang ditimbulkan saat kontraksi.
c. Elastisitas: Kemampuan otot untuk kembali pada ukuran semula setelah
berkontraksi. Saat kembali pada ukuran semula otot disebut dalam
keadaan relaksasi.

2. Jenis otot
a. Otot rangka
Setiap otot rangka adalah organ yang terdiri dari berbagai jaringan
terintegrasi. Jaringan ini termasuk serat otot rangka, pembuluh darah,
serat saraf, dan jaringan ikat. Setiap otot rangka memiliki tiga lapisan
jaringan ikat (disebut mysia) yang membungkusnya, memberikan
struktur pada otot, dan mengelompokkan serat otot di dalam otot. Setiap
otot terbungkus dalam selubung jaringan ikat padat dan tidak teratur
yang disebut epimysium, yang memungkinkan otot berkontraksi dan
bergerak dengan kuat sambil mempertahankan integritas strukturalnya.

2
Epimysium juga memisahkan otot dari jaringan dan organ lain di area
tersebut, memungkinkan otot bergerak secara mandiri.

Di dalam setiap otot rangka, serabut-serabut otot disusun menjadi


berkas-berkas, yang disebut fasikula, dikelilingi oleh lapisan tengah
jaringan ikat yang disebut perimysium. Organisasi fasikuler ini biasa
terjadi pada otot-otot tungkai; itu memungkinkan sistem saraf untuk
memicu gerakan otot tertentu dengan mengaktifkan subset serat otot di
dalam fasikula otot. Di dalam setiap fasikel, setiap serat otot terbungkus
dalam lapisan jaringan ikat tipis kolagen dan serat retikuler yang
disebut endomisium. Endomisium mengelilingi matriks ekstraseluler
sel dan berperan dalam mentransfer kekuatan yang dihasilkan oleh serat
otot ke tendon.
Pada otot rangka yang bekerja dengan tendon untuk menarik tulang,
kolagen di tiga lapisan jaringan ikat terjalin dengan kolagen tendon. Di
ujung lain tendon, menyatu dengan periosteum yang melapisi tulang.
Ketegangan yang diciptakan oleh kontraksi serat otot kemudian
ditransfer melalui lapisan jaringan ikat, ke tendon, dan kemudian ke
periosteum untuk menarik tulang agar kerangka bergerak. Di tempat
lain, mysia dapat menyatu dengan lembaran lebar seperti tendon yang
disebut aponeurosis, atau fasia, jaringan ikat antara kulit dan tulang.

3
Lembaran luas jaringan ikat di punggung bawah tempat otot latissimus
dorsi ("lats") menyatu adalah contoh aponeurosis.
Setiap otot rangka juga dipasok oleh pembuluh darah untuk nutrisi,
pengiriman oksigen, dan pembuangan limbah. Selain itu, setiap serat
otot dalam otot rangka dipasok oleh cabang akson dari neuron motorik
somatik, yang memberi sinyal pada serat untuk berkontraksi. Tidak
seperti otot jantung dan otot polos, satu-satunya cara untuk
mengontraksi otot rangka secara fungsional adalah melalui pensinyalan
dari sistem saraf.
a) Serabut Otot Rangka
Karena sel otot rangka panjang dan silindris, mereka biasanya
disebut sebagai serat otot (atau myofibers). Serat otot rangka bisa
sangat besar dibandingkan sel lain, dengan diameter hingga 100 μm
dan panjang hingga 30 cm (11,8 inci) di Sartorius kaki bagian atas.
Memiliki banyak nuklei memungkinkan produksi protein dan enzim
dalam jumlah besar yang dibutuhkan untuk mempertahankan fungsi
normal sel padat protein besar ini. Selain inti, serat otot rangka juga
mengandung organel seluler yang ditemukan di sel lain, seperti
mitokondria dan retikulum endoplasma. Namun, beberapa dari
struktur ini berspesialisasi dalam serat otot. Retikulum endoplasma
halus khusus, yang disebut retikulum sarkoplasma (SR), menyimpan,
melepaskan, dan mengambil ion kalsium (Ca++).\
Selaput plasma serat otot disebut sarcolemma (dari bahasa Yunani
sarco, yang berarti "daging") dan sitoplasma disebut sarkoplasma. Di
dalam serat otot, protein disusun menjadi organel yang disebut
miofibril yang membentang di sepanjang sel dan mengandung
sarkomer yang terhubung secara seri. Karena miofibril hanya
berdiameter sekitar 1,2 μm, ratusan hingga ribuan (masing-masing
dengan ribuan sarkomer) dapat ditemukan di dalam satu serat otot.
Sarkomer adalah unit fungsional terkecil dari serat otot rangka dan
merupakan susunan protein kontraktil, pengatur, dan struktural yang

4
sangat terorganisir. Pemendekan sarkomer individu inilah yang
menyebabkan kontraksi serat otot rangka individu (dan akhirnya
seluruh otot).

Sarkomer didefinisikan sebagai wilayah miofibril yang terkandung di


antara dua struktur sitoskeletal yang disebut cakram-Z (juga disebut
garis-Z atau pita-Z), dan tampilan lurik serat otot rangka disebabkan
oleh susunan miofilamen tebal dan tipis. dalam setiap sarkomer. Pita A
lurik gelap terdiri dari filamen tebal yang mengandung myosin, yang
membentang di tengah sarkomer yang memanjang ke arah Z-dics.
Filamen tebal berlabuh di tengah sarkomer (garis M) oleh protein yang
disebut myomesin. Daerah pita I yang lebih ringan mengandung
filamen aktin tipis yang berlabuh di cakram Z oleh protein yang disebut
α-aktinin. Filamen tipis meluas ke pita A menuju garis-M dan tumpang
tindih dengan daerah filamen tebal. Pita A berwarna gelap karena
filamen miosin yang lebih tebal serta tumpang tindih dengan filamen
aktin. Zona H di tengah pita A warnanya sedikit lebih terang karena
hanya mengandung bagian filamen tebal yang tidak tumpang tindih
dengan filamen tipis (yaitu filamen tipis tidak meluas ke zona H).

5
Karena sarkomer ditentukan oleh cakram Z, satu sarkomer berisi satu
pita A gelap dengan separuh pita I yang lebih terang di setiap ujungnya.
Selama kontraksi, miofilamen itu sendiri tidak berubah panjang, tetapi
sebenarnya bergeser satu sama lain sehingga jarak antara cakram-Z
menjadi lebih pendek yang mengakibatkan pemendekan sarkomer.
Panjang pita A tidak berubah (filamen miosin tebal tetap panjang
konstan), tetapi zona H dan daerah pita I menyusut. Wilayah ini
mewakili area di mana filamen tidak tumpang tindih, dan saat tumpang
tindih filamen meningkat selama kontraksi, wilayah tanpa tumpang
tindih ini berkurang.

b. Otot jantung
Otot jantung (miokardium) bersifat involunter dan hanya terdapat pada
jantung. Otot unu terdiri atas sel-sel otot yang bercabang dan berlurik
yang dihubungkan oleh taut imbas (gap junction). Gap junction adalah
hubungan antara sel-sel yang memungkinkan terjadinya komunikasi
secara listrik dan kimia. Otot jantung dikontrol oleh faktor intrinsic
(seperti jumlah darah dari vena yang kembali ke atrium kanan),
hormone, dan sinyal dari sistem saraf otonom (Joyce M. Black, 2014).

c. Otot polos
Otot “polos” tidak memiliki lurik yang terliat. Berkontraksi secara
involunter dan terdapat pada dinding-dinding rongga organ (misalnya
saluran pencernaan, pembuluh darah, kandung kemih) dan area lain
(misalnya, mata). Otot ini dikontrol oleh sistem saraf otonomik,
hormone, dan faktor intrinsic dari organ (misalnya, peregangan
disebabkan oleh adanya makanan di usus halus). Gap junction antara
sel-sel otot polos menghasilkan koordinasi gerak (Joyce M. Black,
2014).
Meskipun sel otot polos tidak memiliki lurik, serat otot polos memiliki
protein kontraktil aktin dan miosin yang berinteraksi untuk

6
menghasilkan ketegangan. Serat-serat ini tidak tersusun dalam
sarkomer yang teratur (karenanya, tidak ada striasi) melainkan berlabuh
ke benda padat yang tersebar di seluruh sitoplasma dan berlabuh ke
sarkolema. Jaringan serat perantara berjalan di antara benda padat yang
menyediakan kerangka kerja internal untuk melawan protein kontraktil.
Tubuh yang padat dianalogikan dengan cakram-Z otot rangka, menahan
filamen tipis pada posisinya. Ion kalsium disuplai terutama dari
lingkungan ekstraseluler. T-tubulus tidak ada tetapi lekukan kecil, yang
disebut calveoli, di sarcolemma mewakili lokasi di mana terdapat
saluran kalsium dengan kepadatan tinggi untuk memfasilitasi masuknya
kalsium. Retikulum sarkoplasma hadir dalam serat tetapi kurang
berkembang dibandingkan yang diamati pada otot rangka.
Karena sel otot polos tidak mengandung troponin, pembentukan
jembatan silang tidak diatur oleh kompleks troponin-tropomiosin
melainkan oleh protein pengatur kalmodulin. Ketika sel otot polos
dirangsang, ion Ca++ eksternal melewati saluran kalsium yang terbuka
di sarkolema, dengan tambahan Ca++ dilepaskan oleh retikulum
sarkoplasma. Kalsium berikatan dengan kalmodulin di sitoplasma
dengan kompleks Ca++-kalmodulin kemudian mengaktifkan enzim
yang disebut myosin (rantai ringan) kinase. Myosin light chain kinase
pada gilirannya, mengaktifkan kepala myosin dengan
memfosforilasinya (mengubah ATP menjadi ADP dan Pi, dengan Pi
menempel di kepala). Kepala kemudian dapat menempel ke situs
pengikat aktin dan menarik filamen tipis.
Ketika filamen tipis meluncur melewati filamen tebal, mereka menarik
benda padat, yang kemudian menarik jaringan filamen menengah di
seluruh sarkoplasma. Pengaturan ini menyebabkan seluruh serat otot
berkontraksi sedemikian rupa sehingga ujung-ujungnya ditarik ke
tengah, menyebabkan bagian tengah tubuh membengkak seperti
gerakan pembuka botol.

7
Kontraksi otot berlanjut sampai pompa kalsium yang bergantung pada
ATP secara aktif mengangkut ion Ca++ keluar dari sel atau kembali ke
retikulum sarkoplasma. Namun, konsentrasi kalsium yang rendah tetap
berada di sarkoplasma untuk mempertahankan tonus otot. Kalsium
yang tersisa ini membuat otot sedikit berkontraksi, yang penting dalam
fungsi tertentu, seperti menjaga tekanan dalam pembuluh darah.
Karena sebagian besar otot polos harus berfungsi dalam waktu lama
tanpa istirahat, keluaran tenaganya relatif rendah untuk meminimalkan
kebutuhan energi. Beberapa otot polos juga dapat mempertahankan
kontraksi meskipun Ca++ dihilangkan dan myosin kinase
dinonaktifkan/defosforilasi. Ini dapat terjadi sebagai bagian dari
jembatan silang antara kepala miosin dan aktin, yang disebut jembatan
latch, menjaga agar filamen tebal dan tipis saling terhubung untuk
waktu yang lama, tanpa memerlukan ATP. Hal ini memungkinkan
untuk mempertahankan "kencangan" otot pada otot polos yang melapisi
arteriol dan organ visceral lainnya dengan pengeluaran energi yang
sangat sedikit.
Untuk otot polos yang distimulasi oleh neuron, akson dari neuron
sistem saraf otonom tidak membentuk sambungan neuromuskuler yang
sangat terorganisir seperti yang diamati pada otot rangka. Sebaliknya,
ada serangkaian tonjolan berisi neurotransmitter, yang disebut varises,
di sepanjang akson neuron yang memberi makan otot polos yang
melepaskan neurotransmitter melalui celah sinaptik lebar. Juga, otot
visceral di dinding organ berongga (kecuali jantung) mengandung sel
penentu kecepatan. Sel penentu kecepatan dapat secara spontan memicu
potensial aksi dan kontraksi pada otot.
Mirip dengan sel otot rangka, otot polos dapat mengalami hipertrofi
untuk memperbesar ukuran. Tidak seperti otot lainnya, otot polos juga
akan membelah dengan mudah untuk menghasilkan lebih banyak sel,
suatu proses yang disebut hiperplasia. Hal ini paling jelas dapat diamati

8
pada rahim saat pubertas, yang merespons peningkatan kadar estrogen
dengan memproduksi lebih banyak serat otot polos rahim.

3. Bentuk otot
a. Otot fusiformis
Otot yang mempunyai serabut-serabut panjang dan menghasilkan
gerakan yang luas, tetapi tidak kuat biasanya mempunyai tendo yang
relative pendek.
b. Otot unipenatus
Otot yang mempunyai tendo panjang walaupun serabut-seraut otot yang
mekat pada tendo tersebut merupakan otot pendek. Otot ini lebih kuat
dibandingkan otot lainnya.
c. Otot bipenatus
Otot yang mempunyai struktur sama dengan unipenatus, hanya serabut-
serbaut otot melekat pada kedua sisi tendo.
d. Otot planus
Otot yang mempunyai tendo tipis atau sponeurosis (Kinantoro, 2014).

4. Kelompok otot
Otot berfungsi sebagai alat gerak aktif, ala trasportasi dan pembentuk alat-
alat dalam. Fungsi pertama, yaitu alat gerak aktif, hanya berlaku bila venter
otot mendapatkan rangsangan dan kemudian berkontraksi. Kontraksi ini
akan menggerakkan tulang-tulang yang dilekatinya. Sifat kerja otot
dibedakan dalam dua kelompok, yaitu:
a. Otot sinergis
Otot sinergis adalah dua otot atau lebih yang bekerja pada satu sendi dan
saling membantu, sehingga memberikan gerakan searah. Contohnya,
gerak otot pronator teres dan kuadratus yang menimbulkan gerakan

9
melengkup dan menengadah pada telapak tangan, otot bisep lengan atas
dan otot pengangkat lengan atas yang menyebabkan gerakan
membengkokkan lengan bawah.
b. Otot antagonis
Otot antagonis adalah otot-otot saling berlawanan. Dua atau lebih otot
yang bekerja pada satu sendi bekerja dengan arah yang berlawanan.
Gerakannya saling menghambat otot yang satu dengan yang lainnya, jika
salah satu otot berkontraksi maka otot yang lainnya relaksasi (Kinantoro,
2014).

1. Otot kepala
Otot-otot kepala merupakan ototo mimic yaitu otot yang mengarah ke
dalam kulit wajah maupun kepala. Jika otot-otot ini berkontraksi, dapat
menyebabkan penggeseran kulit. Penggeseran tersebut mengakibatkan
lipatan-lipatan dan kerutan, dan inilah yang menjadi dasar dari ekspresi
wajah senang, sedih, marah dan lain sebagainya. Otot pada bagian kepala
terbagi atas:
a. Otot kulit kepala
Otot-otot kulit kepala merupakan epikranius, sangat longgar dan
berkaitan dengan kulit kepala. Terutama pada venter anteriornya dapat
menimbulkan kerutan-kerutan pada dahi.
Selain itu, kontraksi kedua venter frontalis dapat mengangkat alis mata
dan kelopak mata atas, hal ini dapat mengakibatkan ekspresi wajah
keheranan. Otot kulit kepala terhimpun dari:
1) Otot temporalis
2) Otot oksipitifrontalis
b. Otot kulit wajah
Pada kulit wajah, otot orbicularis oculi berfungsi untuk menimbulkan
ekspresi kekuatiran. Muskulus ini terdiri dari tiga bagian yaitu pars
orbitalis berfungsi untuk penutupan kelopak mata, pars pelpebralis

10
berkaitan dengan refleks mengedip, dan pars lacrimalis untuk
mengeluarkan isi air mata.
Hubungan serabut-serabut otot ini sangat erat sekali dengan kulit,
sehingga mampu menghasilkan lipatan-lipatan berbentuk radier pada
daerah sudut lateral mata. Pada usia lanjut daerah tersebut pada umunya
terjadi lipatan yang permanen. Otot kulit waja terdiri dari:
1) Otot mata;
2) Otot mulut, bibir, dan pipi;
3) Otot penguyah;
4) Otot lidah (Kinanntoro, 2014).

2. Otot badan
a. Otot punggung
Otot punggung sejati berjumlah dua buah dan memiliku susunan yang
rumit. Otot ini terletak di bagian belakang tubuh yang terdiri dari
muskulus intervetrebalis. Otot punggung sejati juga dinamakan penegak
batang badan dan sangat penting bagi sikap dan gerak tulang belakang.
Biasanya otot pungung sejati ditutupi oleh otot punggung sekunder
yang sebenarnya termasuk otot-otot gerak atas maupun bawah.
b. Otot perut
Dinding depan perut dibentuk oleh otot lurus perut (musculus rectus
abdominis) yang terletak di kanan dan kiri garis tengah badan (linea
alba). Di sisinya terdapat otot lebar perut yang di dalamnya terdapat
otot serong luar perut (muskuluc obliquus externus).
Pada lapisan dalam terdapat otot serong dalam perut (muskulus
obliquus internus) dan otot lintang perut (muskulus tranversus
abdominis). Otot tersebut terentang antar gelang pinggul dan rangka
dada, merupakan sebuah penutup yang dapat berkontraksi secara aktif,
sehingga memengaruhi letak dan gerak rangka dada dan secara tidak
langsung memengaruhi setiap tulang belakang.
Otot perut terdiri atas:

11
1) Otot dinding perut (uskulus abdominis interna)
2) Otot miring luar (muskulus obliqus eksternus abdominis)
3) Otot perut dalam (muskulus obliqus internus abdominis)
4) Otot bagian bawah dindinng perut (muskulus transverses
abdominis)
c. Otot dada
Otot dada dibentuk ole hoot di sela-sela iga (musculus intercostalis).
Otot-otot tersebut memengaruhi gerak iga serta menjaga supaya tidak
terjadi tonjolan maupun lekukan di sela-sela antar iga yang sering
berubah. Selain itu musculus intercostalis juga berguna untuk
menyempurnakan dinding thorax.
Otot dada terdiri atas:
1) Otot dada besar (muskulus pektoralis mayor)
2) Otot dada kecil (muskulus pektoralis minor)
3) Otot bawah selangka (muskulus subklavikula)
4) Otot gergaji depan (muskulus seratus anterior)
5) Otot dada sejati
d. Otot leher
Otot-otot leher terentang antara pinggir atas tulang dada dan tulang
lidah, ada pula yang melekat pada pangkal tulang tengkorak. Otot
tersebut penting dalam gerakan kepala dan leher, juga gerak pangkal
tengkorak dan tulang lidah untuk menelan. Otot-otot leher yang lain
terletak di depan dan di sisi tulang belakang dan sebagian melekat pada
tulang rusuk atas. Bagian otot ini dibagi menjadi 3 bagian:
1) Muskulus platisma
Terdapat di samping leher menutupi sampai bagian dada. Fungsinya
menekan mandibula, menarik bibir ke bawah dan mengerutkan kulit
bibir.
2) Muskulus sternokleidomastoid
Terletak di samping kiri kanan leher ada suatu tendo sangat kuat.
Fungsinya menarik kepala ke samping, ke kiri, dan ke kanan,

12
memutar kepala dan kalau keduanya bekerja sama merupakan fleksi
kepala ke depan, disamping itu sebagi alat bantu pernapasan.
3) Muskulus longisimus kapitis
Terdiri dari splenius dan semipinalis kapitis. Ketiga otot ini terdapat
di belakang leher, terbentang dari belakng kepala ke prosesus
spinalis korakoid. Fungsinya untuk menarik kepala belakang dan
menggelengkan kepala.

e. Otot bahu
Otot bahu hanya meliputi sebuah sendi saja dan membungkus tulang
pangkal lengan dan tulang belikat akromion yang teraba dari luar. Otot
bahu terdiri dari:
1) Muskulus deltoid (otot segitiga)
2) Muskulus subskapularis (otot depan tulang belikat)
3) Muskulus supraspinatus (otot atas tulang belikat)
4) Muskulus infraspinatus (otot bawah balung tulang belikat)
5) Muskulus teres mayor (otot lengan bulat besar)
6) Muskulus teres minor (otot lengan belikat kecil)
f. Otot punggung
1) Otot yang ikut menggerakkan lengan
a) Trapezius (otot kerudung). Terapat di semua ruas-ruas tulang
punggung. Berpangkal di tulang kepala belakang. Fungsinya:
mengangkat dan menarik sendi bahu. Bagian atas menarik
scapula ke bagian medial dan yang bawah, menarik ke bagian
lateral.
b) Muskulus latismus dorsi (otot punggung lebar), berpangkal pada
ruas tulang punggung yang kelima dari bawah fasia lumboid,
tepi tulang punggung dan iga III bawah, gunanya menutupi
ketiak bagian belakang, menengahkan dan memutar tulang
pangkal lengan ke dalam.

13
c) Muskulus rumboid (otot belah ketupat), berpangkal dari laju
duri, dari tulang leher V, ruas tulang punggung V, di sini
menuju ke pinging tengah tulang belikat. Gunanya
menggerakkan tulang belikat ke atas dan ke tengah.
2) Otot antara ruas tulang belakang dan iga
Otot yang bekerja menggerakkan tulang iga atau otot bantu
pernapasan, terdiri dari dua otot yaitu:
a) Muskulus seratus posterior inferior (otot gergaji belakang
bawah). Terletak di bawah otot punggung lebar, berpangkal di
fasia lumbodarsalis dan menuju ke iga V dari bawah. Gunanya
menarik tulang iga ke bawah pada waktu bernapas.
b) Muskulus seratus posterior superior, terletak di bawah oto belah
ketupat dan berpangkal di ruas tulang leher keenam dan ketujuh
dari ruas tulang punggung yang kedua. Gunanya menarik tulang
iga ke atas waktu inspirasi.
3) Otot punggung sejati
a) Muskulus interspinalis transverse dan muskulus semispinalis,
terdapat di antara kiri-kanan prosesus transverses dan prosesus
spina. Fungsinya untuk sikap dan pergerakan tulang belakang.
b) Muskulus sakrospinalis (muskulus eraktor spina) terletak di
sampin ruas tulang belakang kiri dan kanan. Fungsinya
memelihara dan menjaga kedudukan kolumna vertebra dan
pergerakan dari ruas tulang belakang
c) Muskulus quadrates lumborum, terletak antara Krista iliakan
dan os kosta, terdiri dari 2 lapisan; fleksi dari vertebra lumbalis
dan di samping itu juga merupakan dinding bagian belakang
rongga perut.
g. Otot pelvis (otot gelang panggul)
Otot pelvis terdiri dari:
1) Otot bokong besar (muskulus gluteus maximus);
2) Otot bokong tengah (muskulus gluteus medius);

14
3) Otot bokong kecil (muskulus gluteus minimus);
4) Otot psoas yang melekat pada os coxa;
5) Otot penegak selaput otot lebar (muskulus tensor fasciae alata)
(Kinanntoro, 2014).

3. Otot anggota tubuh (ekstremitas)


a. Extremitas superior
1) Otot gelang bahu
Sebagian otot gelang bahu terentang antara rangka badan, tengkorak
dan gelang bahu. Otot-otot tersebut adalah:
a) Otot belah ketupat (musculus rhomboideus)
b) Otot gergaji depan (musculus serratus anterius)
c) Otot kerudung (musculus trapeizeus)
d) Otot silang leher (musculus sternocleidomastoideus)
2) Otot lengan atas
a) Otot deltoid terdapat di sebelah superior lenan atas
b) Otot bulat kecil (musculus caput breve bicep brachii) terdapat
dibawah lengan atas.
c) Otot bulat besar (musculus caput longum bicep brachii) yang
berada di posterior caput breve bicep brachii
Oto yang terentang antara rangka badan dengan lengan juga
penting untuk gerakan abduksi dan adduksi extremitas superior
diantaranya:
a) Otot dada besar (musculus pectoralis mayor)
b) Otot punggung lebar (musculus latissium dorsi)
3) Otot pangkal lengan atas
a) Otot-otot ketul (fleksor)
- Muskulus biseps braki (otot lengan berkepala 2)
- Muskulus brachialis (otot lengan dalam)
- Muskulus korakobrakialis

15
b) Otot-otot kedang (ekstensor):
Muskulus triceps braki (otot lengan berkepala 3)
- Kepala luar berpangkal di sebelah belakang tulang pangkal
lengan dan menuju ke bawah, kemudian bersatu dengan
yang lain
- Kepala dalam dimulai di sebelah dalam tulang pangkal
lengan.
- Kepala panjang dimulai pada tulang di bawah sendi dan
ketiganya mempunyai sebuah urat yang melekat di olekrani.
4) Otot lengan bawah
Otot-otot kadang yang memainkan peranannya dalam pengetulan di
atas sendi siku, sendi-sendi tangan, sendi-sendi jari, dan sebagian
dalam terak silang hasta:
a) Muskulus ekstensor karpi radialis longus
b) Muskulus ekstensor karpi radiais brevis
c) Muskulus ekstensor karpi ulnaris
Ketiga otot ini berfungsi sebagai ektensi lengan (menggerakkan
lengan)
a) Digitonum karpi radialis, fungsinya ekstensi jari tangan kecuali
ibu jari.
b) Muskulus ekstensor policis longus, fungsinya ekstensi ibu jari
5) Otot-otot tangan
Di tangan terdapat otot-otot tangan pendek, terdapat diantara
tulang-tulang tapak tangan atau membantu ibu jantung tangan
(thener) dan anak jantung tangan (hipothener).

6) Otot-otot sekitar panggul


Otot ini berasal dari tulang panggul atau kolumna vertebralis
menuju ke pangkal paha.
Sebelah depan bagian dalam dari panggul terdapat:

16
a) Muskulus psoas mayor, terbentang dari prosesus transverse
lumbalis menuju trokanter minor dan iliakus.
b) Muskulus iliakus, berasal dari fosa iliaka menuju trokanter
minor.
c) Muskulus psoas minor, yang terletak di muka psoas mayor.
Ketiga otot ini disebut juga otot iliopsoas, fungsinya
mengangkat dan memutar tungkai ke bagian luar.
Sebelah belakang bagian luar terdapat:
a) Muskulus gluteus maksmius merupakan otot yang terbesar
yang terdapat di sebalah luar panggul membentuk bokong.
Fungsinya, antagonis dari iliopsosa yaitu rotasi fleksi dan
endorotasi femur.
b) Muskulus gluteus medius dan minimus. Fungsinya, abduksi dan
endoratasi dari femur dan bagian medius eksorotasi femur.

b. Ekstremitas inferior
1) Otot pangkal paha
Otot pangkal paha disusun oleh otot yang sama dengan otot pelvis
dan otot yang melekat pada os femoris dan gelang panggul,
diantaranya:
a) Otot extensor terletak di bidang depan
b) Otot fleksor terletak dibidang belakang
2) Otot tungkai atas
Otot tungkai atas (otot pada paha), mempunyai selaput pembungkus
yang sangat kuat dan disebut fasia lata yang dibagi atas 3 golongan
yaitu:
a) Otot abductor
b) Muskulus ekstensor (quadriceps femoris) otot berkepala empat.
c) Otot fleksor femoris, yang terdapat di bagian belakang paha.
Semua otot tungkai melekat pada kaki dan jari-jari kaki dengan
perantara tendon (urat0urat panjang). Tendon terbesar disbeut

17
tendon akhiles. Semua otot tungka terikat didaerah pergelangan
kaki.
Otot yang terdapat di tungkai bagian depan berfungsi untuk
mengangkat ujung kaki dan merengangkan jari-jari. Otot-otot
tersebut terdiri dari:
a) Otot tulang kering depan (musculus tibialis anterior)
b) Otot kedang jari (musculus extensor dogitorium manus)
Sedangkan otot-otot yang berada di bidang luar adalah otot sisi
betis panjang dan pendek (musculus peroneus longus dan brevis
fibularis). Pada bagian belakang terdapat otot trisep betis (musculus
trisep fibularis) yang terdiri dari:
a) Perut betis (musculus gastronemius)
b) Otot betis (musculus soleus)
c) Urat kering (tendon akhiles)
3) Otot tungkai bawah
Terdiri dari:
a) Otot tulang keirng depan muskulus tibialis anterior. Fungsinya
mengangkat pinggir kaki sebelah tengah dan membengkokkan
kaki.
b) Muskulus ekstensor talangus longus. Fungsinya meluruskan jari
telunjuk ke tengah jari, jari manis dan kelingkin kaki.
c) Otot kedang jempol, fungsinya dapat meluruskan ibu jari kaki.
Urat-urat tersebut dipaut oleh ikat melintang dan ikat silang,
sehingga otot itu bisa membengkokkan kaki ke atas. Otot-otot
yang terdapat di belakang mata kaki luar dipaut oleh ikat silang
dan ikat melintang. Fungsinya dapat mengangkat kaki sebelah
luar.
d) Uratakiles (tendo achlilles). Fungsinya meluruskan kaki di sendi
tumit dan membengkokkan tungkai bawah lutus (muskulus
popliteus) urat akiles ini berpangkal pada:
- Berpangkal pada kondilus tulang kering

18
- Melintang dan melekat di kondilus lateralis tulang paha
- Otot ketul empu kaki panjang (muskulus falangus longus)
- Otot tulang betis belakang (muskulus tibialis posterior)
- Otot kedang jari bersama (Kinantoro, 2014).

C. Anatomi Skeletal
Tulang panjang memiliki dua wilayah utama: diafisis dan epifisis. Diafisis
adalah batang tubular berongga yang membentang antara ujung proksimal dan
distal tulang. Di dalam diafisis terdapat rongga medula, yang diisi dengan
sumsum tulang kuning pada orang dewasa. Dinding luar diafisis (korteks,
tulang kortikal) terdiri dari tulang kompak yang padat dan keras, suatu bentuk
jaringan tulang.
Melapisi bagian dalam tulang yang berdekatan dengan rongga medula adalah
lapisan sel tulang yang disebut endosteum (endo- = “di dalam”; osteo- =
“tulang”). Sel-sel tulang ini menyebabkan tulang tumbuh, diperbaiki, dan
dibentuk ulang sepanjang hidup. Di bagian luar tulang ada lapisan sel lain yang
tumbuh, memperbaiki, dan juga merombak tulang. Sel-sel ini adalah bagian
dari struktur berlapis ganda luar yang disebut periosteum (peri– = “sekitar”).
Lapisan seluler berbatasan dengan tulang kortikal dan ditutupi oleh lapisan
fibrosa luar dari jaringan ikat padat tidak beraturan. Periosteum juga
mengandung pembuluh darah, saraf, dan pembuluh limfatik yang menutrisi
tulang padat. Tendon dan ligamen menempel pada tulang di periosteum.
Periosteum menutupi seluruh permukaan luar kecuali di tempat pertemuan
epifisis dengan tulang lain untuk membentuk persendian. Di wilayah ini,
epifisis ditutupi dengan kartilago artikular, lapisan tipis kartilago hialin yang
mengurangi gesekan dan bertindak sebagai peredam kejut.

19
Tulang pipih, seperti tengkorak, terdiri dari lapisan diploë (tulang sepon), yang
kedua sisinya ditutupi oleh lapisan tulang padat. Dua lapisan tulang padat dan
tulang spons bagian dalam bekerja sama untuk melindungi organ dalam. Jika
lapisan luar tulang tengkorak retak, otak masih dilindungi oleh lapisan dalam
yang utuh.

1. Jaringan, Matriks, Sel Tulang


1) Matriks Tulang
Jaringan tulang adalah jaringan ikat dan seperti semua jaringan ikat
mengandung relatif sedikit sel dan sejumlah besar matriks ekstraseluler.
Secara massa, matriks jaringan tulang terdiri dari 1/3 serat kolagen dan
2/3 garam kalsium fosfat. Kolagen menyediakan permukaan perancah

20
untuk melekatnya kristal garam anorganik. Kristal garam ini terbentuk
ketika kalsium fosfat dan kalsium karbonat bergabung untuk
menghasilkan hidroksiapatit. Hidroksiapatit juga menggabungkan
garam anorganik lainnya seperti magnesium hidroksida, fluorida, dan
sulfat saat mengkristal, atau mengapur, pada serat kolagen. Kristal
hidroksiapatit memberi tulang kekerasan dan kekuatannya, sedangkan
serat kolagen memberi kerangka untuk kalsifikasi dan memberi
kelenturan tulang sehingga bisa ditekuk tanpa rapuh. Misalnya, jika
Anda membuang semua matriks organik (kolagen) dari sebuah tulang,
ia akan mudah hancur dan hancur. Sebaliknya, jika Anda
menghilangkan semua matriks anorganik (mineral) dari tulang dan
meninggalkan kolagen, tulang menjadi terlalu lentur dan tidak dapat
menahan beban.

2) Sel-sel tulang
Meskipun sel-sel tulang menyusun kurang dari 2% dari massa tulang,
mereka sangat penting untuk fungsi tulang. Empat jenis sel ditemukan
di dalam jaringan tulang: osteoblas, osteosit, sel osteogenik, dan
osteoklas.
- Osteoblas adalah sel tulang yang bertanggung jawab untuk
membentuk tulang baru dan ditemukan di bagian tulang yang
tumbuh, termasuk endosteum dan lapisan seluler periosteum.
Osteoblas, yang tidak membelah, mensintesis dan mengeluarkan
matriks kolagen dan protein lainnya. Saat matriks yang disekresikan
di sekitar osteoblas mengalami kalsifikasi, osteoblas menjadi
terperangkap di dalamnya; akibatnya, strukturnya berubah dan
menjadi osteosit, sel utama tulang dewasa dan jenis sel tulang yang
paling umum.
- Setiap osteosit terletak di rongga kecil di jaringan tulang yang
disebut lacuna (lacunae untuk jamak). Osteosit mempertahankan
konsentrasi mineral matriks melalui sekresi enzim. Seperti osteoblas,

21
osteosit kekurangan aktivitas mitosis. Mereka dapat berkomunikasi
satu sama lain dan menerima nutrisi melalui proses sitoplasma
panjang yang meluas melalui canaliculi (tunggal = canaliculus),
saluran dalam matriks tulang. Osteosit terhubung satu sama lain di
dalam kanalikuli melalui gap junction.
- Sel osteogenik (osteoprogenitor). Sel-sel osteogenik ini tidak
berdiferensiasi dengan aktivitas mitosis yang tinggi dan mereka
adalah satu-satunya sel tulang yang membelah. Sel osteogenik
imatur ditemukan di lapisan seluler periosteum dan endosteum.
Mereka berdiferensiasi dan berkembang menjadi osteoblas.
- Sifat dinamis dari tulang berarti bahwa jaringan baru terus-menerus
terbentuk, dan tulang tua, cedera, atau yang tidak diperlukan
dihancurkan untuk diperbaiki atau untuk pelepasan kalsium. Sel-sel
yang bertanggung jawab untuk resorpsi tulang, atau kerusakan, adalah
osteoklas. Sel berinti banyak ini berasal dari monosit dan makrofag, dua
jenis sel darah putih, bukan dari sel osteogenik. Osteoklas terus
menghancurkan tulang tua sementara osteoblas terus membentuk tulang
baru. Keseimbangan yang berkelanjutan antara osteoblas dan osteoklas
bertanggung jawab atas pembentukan kembali tulang yang konstan

namun halus.

22
2. Pembagian tulang
Tulang mempunyai dua bagian besar:
a. Tulang axial (tulang pada kepala dan badan)
Seperti: tulang kepala (tongkorak), tulang belakang (vertebrae), tulang
rusuk dan sternum.
b. Tulang appendicular (tulang tangan dan kaki)
Seperti: extremitas atas (scapula, klavikula, humerus, ulna, radius,
telapak tangan), extremitas bawah (pelvis, femur, patella, tibia, fibula,
telapak kaki).

Berdasarkan bentuk dan ukurannya, tulang dapat dibagi menjadi beberapa


penggolongan:
a. Tulang panjang (osca longo). Bentuknya bulat panjang dengan rongga
besar di bagian tengah, seperti sebuah pipa. Contoh: tulang lengan atas,
tulang lengan bawah, tangan, tungkai, dan kaki (kecuali tulang-tulang
pergelangan tangan dan kaki). Badan tulang ini disebut diafisis,
sedangkan ujungnya disebut epifisis.
b. Tulang pendek (osca brevia). Bentuknya bulat pendek. Contohnya
tulang pergelanan tanga, tulang pergelangan kaki, ruas-ruas tulang
belakang, dan tulang tempering lutut.
c. Tulang pipih (osca plana). Bentuknya pipih atau gepeng. Contohnya
tulang belikat, tulang dada, tulang rusuk, tulang panggul, dan tulang-
tulang tengkorak.
d. Tulang tidak beraturan (osca irregular). Contohnya tulang vertebra dan
tulang wajah.
e. Tulang berongga (osca penumatica). Contohnya tulang maxilla.
f. Tulang rawan (kartilago). Tulang rawan berkembang dari mesenkim
membentuk sel yang disebut kondrosit. Kondrosit menempati rongga
kecil (lacuna) di dalam matriks dengan substansi dasar seperti gel

23
(berupa proteoglikans) yang basofilik. Klasifikasi menyebabkan tulang
rawan tumbuh menjadi tulang (keras). Jenis-jenis tulang rawan, yaitu:
1) Hialin cartilage. Matriks mengandung serat kolagen, yakni jenis
yang paling banyak dijumpai.
2) Elastic cartilage. Serupa dengan tulang rawan hialin tetapi lebih
banyak serat elastic mengumpul pada dinding lacuna yang
mengelilingi kondrosit.
3) Fibrokartilago. Tidak pernah berdiri sendiri tetapi secara
berangsung menyatu dengan tulang rawan hialin atau jaringan ikat
fibrosa yang berdekatan (Risnanto dkk., 2014).

3. Sistem Skeletal
Jumlah tulang dalam sistem skeletal manusia adalah sekitar 206 buah
tulang yang saling berhubungan satu sama lain, dan dibagi dalam beberapa
bagian, yakni: (Kinantoro, 2014)
- 8 buah tulang kepala (tengkorak)
- 14 buah tulang wajah tulang
- 6 buah tulang telinga dalam
- 1 buah tulang lidah
- 25 buah tulang pembentuk keranka dada
- 26 buah tulang pembentuk tulang belakang dan gelang pinggul
- 64 buah tulang anggota gerak atas
- 62 buah tulang anggota gerak bawah.
a. Tulang Tengkorak
Tulang tengkorak merupakan tulang-tulang yang menyusun kerangka
kepala. Tulang tengkorak terdiri dari 8 buah tulang yang menyusun
kepala (cranium) dan 14 tulang yang menyusun kerangka wajah.
Fungsi utama tulang tengkorak adalah melindungi otak. Sendi yang
menghubungkan antara tulang-tulang tengkorak merupakan sendi mati,
tidak dapat digerakkan atau bersifat satura.
1) Tulang tengkorak bagian kepala (kranium) terdiri dari:

24
a) Tulang frontal, pembentuk bagian dahi dan sekitar rongga mata
atas
b) Tulang parietal atau tulang yang menutup bagian sisi hingga ke
atas
c) Tulang temporal, yakni bagian tulang samping kiri kanan kepala
dekat telinga
d) Tulang oksipital, bagian belakang tengkorak
e) Tulang spenoid, daerah sekitar tulang rongga mata
f) Tulang ethmoid atau tulang penyusun rongga hidung.

2) Tulang tengkorak bagian wajah terdiri dari:


a) Tulang mandibula, pembentuk rahang bawah, posisinya
menempel pada tulang tengkorak bagian temporal dan
merupakan satu-satunya hubungan antar tulang tengkorak yang
bisa digerakkan
b) Tulang maksila, pembentuk rahang atas, tulang yang menyusun
sebagaian dari hidung dan langit-langit mulut
c) Tulang palatinum, tulang yang menyusun sebagain dari rongga
hidung dan atap mulut
d) Tulang zigomatik, atau tulang pipih
e) Tulang hidung
f) Tulang lakrimal, atau sekat tulang hidung.

b. Tulang Hyoid
Tulang hyoid merupakan tulang yang berbentuk huruf U, terdapat
diantara laring dan mandibula. Hyoid adalah tulang yang hanya ada
dalam tubuh manusia. Tulang ini berfungsi sebagai tempat pelekatan
beberapa otot mulut dan lidah. Hyoid menjadi jangkar bagian belakang
lidah, sehingga memainkan peran penting dalam berbicara dan

25
menelan. Tulang hyoid juga melindungi jaringan rapuh dari laring dan
faring.

c. Tulang belakang (vertebral column)


Tulang belalang berfungsi untuk menegakkan badan dan menjaga
keseimbangan. Ruas-ruas tulang belakang juga bertugas menyokong
kepala dan tangan, serta menjadi tempat melekatnya otot, tulang rusuk
dan beberapa organ lain.
Pada tulang belakang terjadi beberapa pelengkungan. Pelengkunga-
pelengkungan tersebut berfungsi menyanggah berat dan
memungkinkan tubuh melakukan berbagai gerakan dan posisi,
misalnya berdiri, duduk, atau berlari.
Ruas-ruas tulang belakang tersusun oleh 33 buah tulang dengan bentuk
tak beraturan. Ke-33 tulang tersebut terbagi dalam lima bagian yaitu:
1) Tujuh ruas pertama disebut tulang leher. Ruas pertama dari tulang
leher disebut tulang atlas, dan ruas kedua berupa tulang pemutar
atau poros. Bentuk dari tulang atlas memungkinkan kepala untuk
melakukan gerakan.
2) Dua belas ruas berikutnya membentuk tulang punggung. Ruas-ruas
tulang punggung pada bagian kiri dan kanannya merupakan tempat
melekatnya tulang rusuk.
3) Lima ruas berikutnya merupakan tulang pinggang. Ukuran tulang
pinggang lebih besar dibandingkan tulang punggung. Ruas-ruas
tulang pinggang menahan sebagian besar berat tubuh dan banyak
melekat otot-otot.
4) Lima ruas kelangkangan (sacrum), yang menyatu, berbentuk
segitiga terletak dibawah ruas-ruas tulang pinggang.
5) Bagian bawah dari ruas-ruas tulang belakang disebut tulang ekor
(Coccyz), tersusun atas tiga sampai dengan lima ruas tulang
belakang yang menyatu.

26
d. Kerangka Dada
1) Tulang dada (thorax)
Tulang dada (bersama dengan tulang rusuk) membentuk perisal
pelindung organ-organ penting yang terdapat di dada, yaitu paru-
paru, pembuluh darah besar dan jantung. Tulang dada termasuk
tulang pipih, terletak di bagian tengah dada. Pada sisi kiri dan
kanan tulang dada terdapat tempat lekat dari rusuk. Tulang dada
tersusun atas tiga jenis tulang yaitu:
a) Manubrium atau tulang hulu, terletak di bagian atas dari tulang
dada, tempat melekatnya tulang rusuk pertama dan kedua.
b) Gladiolus atau tulang badan, terletak dibagian tengah, tempat
melekatnya tulang rusuk ketiga sampai ketujuh, gabungan
tulang rusuk kedelapan sampai sepulah.
c) Xiphoid atau tulang taju pedang, terletak di bagian bawah dari
tulang dada. Tulang ini terbentuk dari tulang rawan.
2) Tulang rusuk
Tulang rusuk berbentuk tipis, pipih dan melengkung. Bersama-
sama dengan tulang dada, tulang rusuk membentuk rongga dada
untuk melindungi jantung dan paru-paru. Selain itu, tulang rusuk
juga bertugas melindungi lambung, limpa dan ginjal, serta
membantu pernapasan. Tulang rusuk dibedakan atas tiga bagian
yaitu:
a) Tulang rusuk sejati (7 pasang)
Tulang-tulang rusuk ini pada bagian belakang berhubungan
dengan ruas-ruas tulang belakang, sedangkan ujung depannya
berhubungan dengan tulang dada dengan perantaraan tulang
rawan.
b) Tulang rusuk palsu (3 pasang)
Tulang rusuk ini memiliki ukuran lebih pendek dibandingkan
tulang rusuk sejati. Pada bagian belakang berhubungan dengan
ruas-ruas tulang belakang sedangkan ketiga ujung tulang

27
bagian depan disatukan oleh tulang rawan yang melekatkannya
pada satu titik di tulang dada.
c) Tulang rusuk melayang (2 pasang)
Tulang rusuk ini pada ujung belakang berhubunga dengan
ruas-ruas tulang belakang, sedangkan ujung depannya bebas.

e. Tulang bahu (pectoral girdle)


1) Tulang selangka (klavikula)
Membentuk bagian depan bahu. Berbentuk seperti huruf “S” dan
berhubungan dengan tulang lengan atas (humerus) untuk
membentuk persendian yang menghasilkan gerakan lebih bebas.
Ujung yang satu berhubungan dengan tulang dada, sedangkan
ujung lainnya berhubungan dengan tulang belikat.
2) Tulang belikat (scapula)
Terletak di atas sendi bahu dan merupakan bagian pembentuk
bahu. Tulang ini merukurnan besar, bentuk segitiga dan piph,
terletak pada bagian belakang dari tulang rusuk. Fungsi utama dari
tulang belika adalah tempat melekatnya sejumlah otot yang
memungkinkan terjadinya gerakan pada sendi.

f. Tulang anggota gerak atas


1) Tulang pangkal lengan (humerus)
Termasuk kelompok tulang panjang, ujung atasnya besar, halus,
dan dikelilingi oleh tulang belikat. Pada bagian bawa memiliki dua
lekukan merupakan tempat melekatnya tulang radius dan ulna.
2) Tulang pengumpil (radius) dan tulang hasta (ulna)
Ketiga tulang ini menyusun alat gerak, yaitu tangan. Tulang ulna
berukuran lebih besar dibandingkan radius, dan meleka dengan
kuat pada humerus. Tulang radius memiliki kontribusi yang besar
untuk gerakan lengan bawah dibandingkan ulna.
3) Tulang pergeralangan tangan (karpal)

28
Tersusun atas 8 buah tulang yang saling dihubungkan oleh
ligament.
4) Tulang telapak tangan (metacarpal)
Tersusun atas lima buah tulang. Pada bagian atas berhubungan
dengan tulang pergelangan tangan, sedangkan bagian bawah
berhubungan dengan tulang-tulang jari (palanges)
5) Tulang jari (palanges)
Tersusun atas 14 buah tulang. Setiap jari tersusun atas tiga buah
tulang, kecuali ibu jari yang hanya tersusun atas 2 buah tulang.

g. Gelang panggul (pelvis girdle)


Gelang panggul adalah penghubung antara badan dan anggota tubuh
bawah. Bagian ini terdiri atas dua buah tulang pinggul. Fungsi gelang
panggul terutama untuk mendukung berat badan bersama-sama dengan
ruas tulang belakang. Selain itu, juga bertugas melindungi dan
mendukung organ-organ bawah, seperti kandung kemih, organ
reproduksi, dan sebagai tempat tumbuh kembangnya janin.
Tulang panggul memiliki tiga bagian yaitu illium (bagian atas), ischiun
(bagian bawah) dan pubis (bagian tengah).

h. Tulang anggota gerak bawah (ekstremitas inferior)


1) Tulang paha (femur)
Termasuk kelompok tulang panjang, terletak mulai dari gelang
panggul sampai ke lutut.
2) Tulang kering (tibia) dan tulang betis (fibula)
Bagian pangkal berhubungan dengan lutut bagian ujung, dan
berhubungan dengan pergelangan kaki. Ukuran tulang kering lebih
besar dibandingkan tulang betis karena berfungsi untuk menahan

29
beban atau berat tubuh. Tulang betis merupakan tempat melekatnya
beberapa otot.
3) Tempurung lutut (patella)
Terletak antara femur dengan tibia, berbentuk segitiga. Patella
berfungsi melindungi sendi lutut, dan memberikan kekuatan pada
tendon yang membentuk lutut.
4) Tulang pergelangan kaki (tarsal)
Termasuk tulang pendek , dan tersusun atas 8 tulang dengan salah
satunya adalah tulang tumit
5) Tulang telapak kaki (metatarsal)
Tersusun atas 5 buah tulang mendatar

4. Suplai Darah dan Saraf


Tulang sepon dan rongga medula menerima nutrisi dari arteri yang melewati
tulang kompak. Arteri masuk melalui foramen nutrisi (jamak = foramina),
bukaan kecil di diafisis (Gambar 6.3.10). Osteosit pada tulang sepon diberi
makan oleh pembuluh darah periosteum yang menembus tulang sepon dan
darah yang bersirkulasi di rongga sumsum. Saat darah melewati rongga
sumsum, darah dikumpulkan oleh vena, yang kemudian keluar dari tulang
melalui foramina.

Selain pembuluh darah, saraf mengikuti


jalur yang sama ke dalam tulang di mana
mereka cenderung berkonsentrasi di daerah
tulang yang lebih aktif secara metabolik.
Saraf merasakan sakit, dan tampaknya saraf
juga berperan dalam mengatur suplai darah

30
dan dalam pertumbuhan tulang, karenanya konsentrasinya di tempat
metabolisme tulang yang aktif.

D. Sendi
Pergerakan tidak mungkin jika kelenturan dalam rangka tulang tidak ada.
Kelenturan dimungkinkan oleg adanya persendian. Sendi adalah suatu ruangan,
tempat satu atau dua tulang berada saling berdekatan. Fungsi utama sendi
adalah memberi pergerakan dan fleksibilitas dalam tubuh. Bentuk persendian
ditetapkan berdasarkan jumlah dan tipe pergerakannnya, sedangkan klasfikasi
sendir berdasarkan pada jumlah pergerakan yang dilakukan. (Suratun, 2008)
Sendi merupakan pertemuan antara dua tulang atau lebih. Selain sendi, hungan
antar tulang juga dilakukan dengan bantuan pita fibrosa, ligament, tendon, fasia
dan otot. Fungsi utama sendi adalah untuk membua tubuh dapat bergerak
fleksibel (Kinantoro, 2014).

1. Bentuk sendi
Untuk mendukung fungsinya, sendi-sendi memiliki beberapa bentuk, yaitu:
a. Sendi fibrosa (sinarrodial)
Sendi fibrosa adalah sendi yang tidak dapat bergerak. Sendi ini tidak
memiliki lapisan tulang rawan, dan tulang yang satu dengan lainnya
dihubungkan oleh jaringan ikat fibrosa. Jaringan ini memungkinkan
sedikit gerakan namun bukan merupakan gerakan sejati. Perlekatan
tulang tibia dan fibula bagian distal adalah contoh sendi fibrosa.
Sendi fibrosa terdiri dari dua bagian yakni:
1) Satura, atau sendi yang berada di antara tulang-tulang tengkorak
2) Sindesmosis, sensi yang terdiri dari suatu membrane interoseous
atau suatu ligament diantara tulang.
b. Sendi karlilaginosa (amfiartrodial)

31
Merupakan sendi yang dapat sedikit bergerak. Bagian ujung sendi ini
terbungkus oleh tulang rawan hialin, dan disokong oleh ligament. Ada
dua jenis sendi kartilaginosa:
1) Sinkondrosis, yakni sendi-sendi yang seluruh persendiannya diliputi
oleh tulang rawan hiali. Contohnya sendi-sendi konstokondral.
2) Simfisis, yaitu sendi yang tulang-tulangnya memiliki satu hubungan
fibrokartilago antara tulang selapis tipis rawan hialin yang
menyelimuti permukaan sendi. Contohnya adalah simfisi pubis dan
sendi-sendi pada tulang punggung.
c. Sendi synovial (diartrodial)
Merupakan sendi yang dapat digerakkan dengan bebas. Sendi ini
memiliki rongga sendi dan permukaannya dilapisi rawan hialin. Rongga
sendi mengandung cairan synovial, yang memberi nutrisi pada tulang
rawan sendi yang tidak mengandung pembuluh darah.
Tulang-tulang sendi synovial juga dihubungkan oleh sejumlah
ligament. Meskipun terbatas, sejumlah gerakan selalu bisa dihasilkan
pada sendi synovial, misalnya gerakan luncur antara sendi-sendi
metacarpal.
1) Sendi peluru, yaitu sendi yang memungkinkan gerakan bebas
penuh. Misalnya persendian panggul dan bahu.
2) Sendi engsel, yaitu sendi yang memungkinkan gerakan melipat
hanya pada satu arah. Contohnya siku dan lutut
3) Sendi pelana dua sumbu, sendi yang memungkinkan gerakan pada
dua bidang yang saling tegak lurus. Contohnya sendi pada dasar ibu
jari.
4) Sendi pivot, yaitu sendi yang memungkinkan rotasi untuk
melakukan aktivitas seperti memutar pegangan pintu. Contohnya
adalah sendi antara radius dan ulna.
5) Sendi peluncur, yaitu sendi yang memungkinkan gerakan terbatas
ke semua arah. Misalnya sendi-sendi tulang karpalia di pergelangan
tangan.

32
2. Bagian-bagian sendi
Sendi memiliki beberapa bagian, yaitu:
a. Kapsul sendi
Terdiri dari suatu selaput penutup fibrosa padat dari sinovium. Fibrosa
padat adalah suatu lapisan dalam yang terbentuk dari jaringan ikat
dengan pembuluh darah yang banyak. sinovium merupakan lapisan
yang membentuk suatu kantung yang menutup seluruh sendi, dan
membungkus tendon-tendon yang melintasi sendi.
b. Sinovium
Sinovium tidak meluas melampaui permukaan sendi, tetapi terlipat
sehingga memungkinkan gerakan sendi secara penuh. Lapisan-lapisan
bursa di seluruh persendian membentuk sinovium.
Sinovium menghasilkan cairan yang sangat kental yang membasahi
permukaan sendi. Cairan synovial normalnya bening, tidak membeku,
dan tidak berwarna (atau berwarna kekuningan). Jumlah cairan synovial
yang diproduksi pada tiap-tiap sendi normal relative sedikit, yaitu 1-
3ml. sementara itu, jumlah sel darah putih pada cairan ini normalnya
kurang dari 200 sel/ml dan terutama terdiri dari sel-sel mononuclear.
c. Kartilago hialin
Kartilago hialin menutupi bagian tulang yang menganggung beban
tubuh pada sendi synovial. Tulang rawan ini memegang peranan
penting dalam membagi beban tubuh. Tulang rawan sendi tersusun dari
sedikit sel dan sejumlah besar zat-zat dasar yang terdiri dari kolagen
tipe II dan proteoglikan yang dihasilkan ole sel-sel rawan. Proteoglikan
yang ditemukan pada rawan sendi sangat hidrofilik, sehingga
memungkinkan rawan tersebut mampu menahan kerusakan sewaktu
sendi menerima beban yang berat.
d. Kartilago sendi

33
Kartilago sendi pada orang dewasa tidak mendapat aliran darah, limfe
dan persarafan. Oksigen dan bahan-bahan lain untuk metabolisme
dibawa oleh cairan sendi yang membasahi rawan tersebut. Perubahan
susunan kolagen dan pembentukan proteoglikan dapat terjadi setelah
cedera atau ketika usia bertambah.
Beberapa kolagen baru pada tahap ini mulai membentuk kolagen tipe
satu yang lebih fibrosa. Proteoglikan dapat kehilangan sebagian
kemampuan hidrofiliknya. Perubahan-perubahan ini berarti rawan akan
kehilangan kemampuannya untuk menahan kerusakan bila diberi beban
berat (Kinantoro,2014).

3. Gerakan sendi
Sendi bergerak dalam berbagai cara, antara lain:
a. Fleksi adalah gerakan yang memperkecil sudut antara 2 tulang atau 2
bagian tubuh, seperti saat menekuk siku (menggerakkan lengan kea rah
depan), menekuk lutut (menggerakkan tungkai ke arah belakang) atau
menekuk torso kearah samping.
b. Dorsofleksi yaitu gerakan menekuk telapak kaki di pergelangan kearah
depan (meninggalkan bagian dorsal kaki)
c. Plantar fleksi yaitu gerakan meluruskan telapak kaki pada pergelangan
kaki.
d. Ekstensi adalah gerakan yang memperbesar sudut antara dua tulang
atau dua bagian tubuh. Ekstensi bagian tubuh kembali ke posisi
anatomis, seperti gerak meluruskan persendian pada siku dan lutut
setelah fleksi.
e. Hiperekstensi mengacu pada gerakan yang memperbesar sudut pada
bagian-bagian tubuh melebihi 1800, seperti gerakan menekuk torso atau
kepala kea rah belakang
f. Abduksi adalah gerakan bagian tubuh menjauhi garis tengah tubuh,
seperti saat lengan berabduksi.

34
g. Aduksi adalah gerakan bagian tubuh saat kembali ke aksis utama tubuh
atau aksis longitudinal tungkai.
h. Rotasi adalah gerakan tulang yang berputar di sekitar aksis pusat tulang
itu sendiri tanpa mengalami dislokasi lateral, seperti saat
menggelengkan kepala untuk menyatakan ‘tidak’.
i. Pronasi adalah rotasi medial lengan bawah dalam posisi anatomis, yang
mengakibatkan telapak tangan menghadap ke belakang.
j. Supinasi adalah rotasi lateral lengan bawah, yang mengakibatkan
telapak tangan menghadap ke depan.
k. Sirkumduksi adalah kombinasi dari semua gerakan angular dan
berputar untuk membuat ruang membentuk kerucut, seperti saat
mengayunkan lengan membentuk putaran. Gerakan seperti ini dapat
berlangsung pada persendian panggul, bahu, trunkus, pergelangan
tangan, dan persendian lutut.
l. Inverse adalah gerakan sendi pergelangan kaki yang memungkinkan
telapak kaki menghadap ke dalam atau kea rah medial.
m. Eversi adalah gerakan sendi pergelangan kaki yang memungkinkan
telapak kaki menghadap kea rah luar. Gerak inversi dan eversi pada
kaki sangat berguna untuk berjalan di atas daerah yang rusak dan
berbatu.
n. Protraksi adalah memajukan bagian tubuh, seperti saat menonjolkan
rahang bawah ke depan.
o. Retraksi adalah gerakan menarik bagian tubuh ke arah belakang, seperti
meretraksi mandibula, atau meretraksi girdle pectoral untuk
membusungkan dada.
p. Elevasi adalah pergerakan struktur kearah superior, seperti saat
mengatupkan mulut atau mengangkat bahu.
q. Depresi adalah menggerakkan suatu struktur kearah inferior, seperti
saat membuka mulut.

35
4. Letak sendi
a. Sendi-sendi kepala
1) Sendi temporomandibular, terletak antara tulang temporal dan
kepala mandibula. Ini adalah satu-satunya sendi kepala yang bisa
bergerak. Uniknya gerakan sendi ini bisa berlkau tiga arah, ke atas
dan ke bawah, ke depan dan ke belakang, dan dari satu sisi ke sisi
lain.
2) Fontanela anterior, merupakan fontanela terbesar dan terletak pada
pertemuan dua tulang parietal dengan tulang frontal.
3) Fontanela posterior, terdapat pada pertemuan tulang parietal dengan
tulang oksipital.
b. Sendi batang tubuh
Pada batang tubuh (vertebra), dilihat dari servikal kedua sampai
sekrum, maka letak sendi adalah sebagai berikut:
1) Sendi kartilaginosa
2) Sendi synovial
3) Sendi konstovertebral
c. Sendi ekstremitas atas
1) Sendi sternoklavikular
2) Sendi akromioklavikular
3) Sendi bahu
4) Sendi siku
5) Sendi pergelangan tangan
6) Sendi-sendi metakarpofalangeus
d. Sendi ekstremias bawah
1) Sendi sakroiliaka
2) Simfisi pubis
3) Sendi pinggul
4) Sendi lutut
5) Sendi tibiofibularis
6) Sendi pergelangan kaki.

36
E. Fungsi Sistem Muskuloskeletal
1. Otot
a. Pergerakan
Kontraksi otot rangka terjadi ketika stimulus memicu serat otot pada
individu. Stimulus, suatu impulls saraf, kemudian melepaskan
asetilkolin (Ach) dari ujung neuron mototrik pada sinaps. Ach
melintas perlintasan neuromuscular dan menyebabkan potensial aksi
dengan mengikat reseptor pada membran sel otot (misalnya, impuls
elektrik stimulatori). Potensial aksi memicu kontraksi sarkomer
dengan melepaskan kalsium di dalam sel. Serat-serat saraf dapat
mensuplai lebih dari 100 sel otot rangka individual, namun sel otot
individual dikontrol hanya oleh satu saraf. Rancangan ini memberikan
kontrol pada neural untuk melakukan pergerakan yang tepat. Aliran
stimulus yang kontinu mempertahankan tonus otot (menjaga otot
berkontraksi secara parsial, dalam kondisi siap untuk melakukan
pergerakan) (Joyce M. Black, 2014).
b. Unit motorik dan somasi
Unit motorik didefinisikan sebagai neuron motorik dan semua serat
otot rangka yang disuplainya. Jumlah serat otot yang terlihat dalam
tiap unit motorik merefleksikan derejat kontrol. Unit motorik yang
kecil mengatur kontrol halus, seperti pada otot-otot jari tangan.
Unit motorik yang besar mengoordinasikan respon dari otot-otot
yang besar, seperti pada tubuh.
Kekuatan kontraksi ditingkatkan oleh somasi temporal atau spasial.
Somasi temporal meningkatkan laju aktivitas unit motorik
individual. Somasi spasial meningkatkan jumlah unit motorik yang
diaktifkan. Baik somasi spasial maupun temoral dapat
menyebabkan tetani, suatu kontraksi menetap pada otot rangka
(Joyce M. Black, 2014).

37
c. Propulsi
Otot polos ditemukan di dinding rongga konduit di dalam tubuh,
dan kontraksinya menyebabkan adanya tekanan yang dapat
menyatukan, memisahkan, atau mendorong pergerakan substansi.
Sebagai contoh, otot polos pada saluran gastrointestinal (GI)
mendorong makanan melalui saluran selama proses digesti. Otot
polos di arteriol meregulasi aliran darah arterial dengan
menyebabkan vasodilatasi dan vaskonstriksi. Otot polos diuterus
berkontraksi selama melahirkan, dan otot polos di jalan nafas dapat
berkonstriksi (bronkospasme) atau berdilatasi untuk mengubah
pergerakan udara (Joyce M. Black, 2014).
d. Produksi panas
Aktivitas otot rangka menghasilkan panas, beberapa di antaranya
dapat digunakan untuk menjaga temperature tubuh. Selama
olahraga, kelebihan panas dilepaskan melalui berkeringat dan
vasodilatasi. Ketika tubuh dingin, panas dihasilkan dengan cara
menggigil (Joyce M. Black, 2014).

2. Skeletal
Tulang memberikan bentuk pada tubuh: mereka mendukung berbagai jenis
jaringan dan organ dan membuat pergerakan dengan memberikan perlekatan
bagi tendon dan otot. Rangka juga bersifat melindungi. Rongga iga dan
tengkorak, contohnya melindungi paru-paru dan otak serta organ-organ
pengindra khusus lainnya. (Joyce M. Black, 2014).

a. Fungsi hematopoietik
Tulang merupakan rumah bagi jaringan hematopoietik, yan
menghasilkan sel-sel darah. Pada individu dewasa, sel-sel darah dibentuk
di rongga sumsum pada tengkorak, tulang belakang, rusuk, sternum,
bahu, dan pelvis. Dua tipe sumsum tulang adalah kuning dan merah.

38
Beberapa peneliti telah mencatat adanya tipe ketiga dari sumsum tulang:
cokelat. Sumsum cokelat secara umum ditemukan pada individu lansia:
strukturnya mirip dengan sumsum berwarna kuning yang tidak aktif dan
kekurangan jaringan adipose. Sumsum kuning (jaringan penghubung
yang dibentuk oleh sel-sel lemak) ditemukan di batang tulang panjang
dan memanjang hingga sistem haversian. Sumsum kuning tidak
menghasilkan sel-sel darah kecuali saat diperlukan peningkatan sel darah.
Sumsmu merah memiliki fungsi hematopoietik; memproduksi sel-sel
darah merah dan putih serta platelet. Berkolasi di celah kanselus tulang,
ditemukan di tulang pipih.
b. Peran tulang dalam homeostasis
Tulang juga berperan penting dalam keseimbangan mineral; mereka
menyimpan kalsium, fosfor, sodium, kalium dan mineral lainnya dan
melepaskan mereka untuk metabolisme selular dan untuk digunakan oleh
sistem tubuh lainnya. Ketika kadar kalsium dalam darah menurun,
kelenjar paratiroid mendeteksi penurunan tersebut dan melepaskan
hormon paratiroid (PTH). PTH meningkatkan pegerakan kalsium dari
tulang ke dalam cairan ekstraseluler dengan menstimulasi osteoklas
untuk memecah tulang dan melepaskan kalsium. PTH juga menurunkan
eksresi kalsium di ginjal, meningkatkan eksresi fosfat, dan meningkatkan
transformasi metabolic vitamin D3 ke bentuk aktifnya untuk
meningkatkan absoprsi kalsium dari usus halus.
c. Remodeling tulang
Selama hidup, massa tulang secara terus-menerus menjalani proses yang
formasi tulang dan resorpsi tulang yang beregulasi dengan baik. Proses
pergantian tulang disebut remodeling, dan proses ini merupakan salah
satu mekanisme mayor untuk mempertahankan keseimbangan kalsium
dalam tubuh. Setidaknya 15% dari total massa tulang biasanya
mengalami pergantian tiap tahunnya melalui tiga fase proses:
1) Fase 1. Siklus dimulai ketika stimulus (seperti hormone, pbat, atau
stressor) mengaktivasi prekursol sel tulang untuk menjadi osteoklas.

39
2) Fase 2. Osteoklas secara bertahap menyerap tulang. Mereka
menyisakan celah yang memanjang (celah resorpso), yang sesuai
dengan struktur umum dari sistem haversian atau trabekulae.
3) Fase 3. Tulang baru diproduksi oleh osteoblas. Osteoblas mengikuti
alur dari osteoklas untuk membentuk sisem haversian dan trabekulae
yang baru.

d. Perbaikan Tulang
Proses remodeling memungkinkan perbaikan pada cedera tulang-tulang
kecil, namun patah tulang (fraktur) dan perlukaan pada tulang lainnya
sembuh dengan cara yang berbeda. Awalnya, tulang sembuh dengan
membentuk hematoma. Fibrin dari hematoma membentuk jarring, yang
merupakan kerangka awal untuk penyembuhan. Jaringan granulasi (pro-
kalus) diproduksi, dan kalus fibrokartilago dibentuk sebelum endapan
tulang (osseous) berkembang . osteoblas menghasilkan rumpun matriks
tulang (kalus) yang tidak beraturan. Trabekulae dan sistem haversian
mengikuti setelahnya. Akhrinya, ujung-ujung tulang dibuat ulang hingga
ke ukuran dan bentuk tulang sebelum cedera. Kalus dibentuk di lokasi
fraktur dan dapat dilihat pada x-ray, mengindikasikan fraktur yang telah
sembuh atau “lama” (Joyce M. Black, 2014).

40
BAB II

FISIOLOGI SISTEM MUSKULOSKELETAL

A. Pembentukan Tulang
Pada tahap awal perkembangan embrio, kerangka embrio terdiri dari
membran berserat dan tulang rawan hialin. Pada minggu keenam atau
ketujuh kehidupan embrionik, proses aktual perkembangan tulang,
osifikasi (osteogenesis), dimulai. Ada dua jalur osteogenik—osifikasi
intramembran dan osifikasi endokhondral—tetapi pada akhirnya, tulang
matur adalah sama terlepas dari jalur yang menghasilkannya.
1. Osifikasi Intramembran
Selama osifikasi intramembran, tulang padat dan kenyal berkembang
langsung dari lembaran jaringan ikat mesenkim (tidak berdiferensiasi).
Tulang pipih wajah, sebagian besar tulang tengkorak, dan klavikula
(tulang selangka) terbentuk melalui pengerasan intramembran.

Prosesnya dimulai ketika sel-sel mesenkim dalam kerangka embrionik


berkumpul bersama dan mulai berdiferensiasi menjadi sel-sel khusus.
Beberapa sel ini akan berdiferensiasi menjadi kapiler, sementara yang
lain akan menjadi sel osteogenik dan kemudian menjadi osteoblas.
Meskipun mereka pada akhirnya akan menyebar melalui pembentukan
jaringan tulang, osteoblas awal muncul dalam kelompok yang disebut
pusat osifikasi.

Osteoblas mengeluarkan osteoid, matriks yang tidak terkalsifikasi yang


terdiri dari prekursor kolagen dan protein organik lainnya, yang
mengapur (mengeras) dalam beberapa hari karena garam mineral
disimpan di atasnya, sehingga menjebak osteoblas di dalamnya. Begitu
terperangkap, osteoblas menjadi osteosit. Ketika osteoblas berubah

41
menjadi osteosit, sel-sel osteogenik di jaringan ikat sekitarnya
berdiferensiasi menjadi osteoblas baru di tepi tulang yang tumbuh.

Beberapa kelompok osteoid bersatu di sekitar kapiler untuk


membentuk matriks trabekular, sedangkan osteoblas pada permukaan
tulang spons yang baru terbentuk menjadi lapisan seluler periosteum.
Periosteum kemudian mengeluarkan tulang kompak yang dangkal ke
tulang spons. Tulang spons memadati pembuluh darah di dekatnya,
yang akhirnya memadat menjadi sumsum tulang merah. Tulang baru
secara konstan juga mengalami remodeling di bawah aksi osteoklas.
Osifikasi intramembran dimulai dalam rahim selama perkembangan
janin dan berlanjut hingga remaja. Saat lahir, tengkorak dan klavikula
tidak sepenuhnya mengeras dan juga tidak ada persimpangan antara
tulang tengkorak (jahitan) yang tertutup. Hal ini memungkinkan
tengkorak dan bahu berubah bentuk selama perjalanan melalui jalan
lahir. Tulang terakhir yang mengeras melalui pengerasan
intramembran adalah tulang pipih wajah, yang mencapai ukuran
dewasa pada akhir percepatan pertumbuhan remaja.

42
2. Osifikasi Endokhondral
Pada osifikasi endokhondral, tulang berkembang dengan
menggantikan kartilago hialin. Tulang rawan tidak menjadi tulang.
Sebaliknya, tulang rawan berfungsi sebagai cetakan untuk diganti
sepenuhnya dengan tulang baru. Osifikasi endokondral membutuhkan
waktu lebih lama daripada osifikasi intramembran. Tulang di dasar
tengkorak dan tulang panjang terbentuk melalui pengerasan
endokhondral.

Pada tulang panjang, misalnya, sekitar 6 sampai 8 minggu setelah


pembuahan, beberapa sel mesenkim berdiferensiasi menjadi
kondroblas (sel tulang rawan) yang membentuk prekursor kerangka
tulang kartilago hialin. Tulang rawan ini adalah matriks semi-padat
yang fleksibel yang diproduksi oleh kondroblas dan terdiri dari asam
hialuronat, kondroitin sulfat, serat kolagen, dan air. Saat matriks
mengelilingi dan mengisolasi kondroblas, mereka disebut kondrosit.
Tidak seperti kebanyakan jaringan ikat, tulang rawan bersifat
avaskular, artinya tidak memiliki pembuluh darah yang memasok
nutrisi dan membuang sisa metabolisme. Semua fungsi ini dijalankan
melalui difusi melalui matriks dari pembuluh di sekitar perichondrium,
sebuah membran yang menutupi tulang rawan.

Semakin banyak matriks yang diproduksi, model tulang rawan tumbuh


secata ukuran. Pembuluh darah di perikondrium membawa osteoblas
ke tepi struktur dan osteoblas yang tiba ini mendepositkan tulang
dalam sebuah cincin di sekitar diafisis – ini disebut kerah tulang. Tepi
tulang dari struktur yang berkembang mencegah nutrisi menyebar ke
tengah tulang rawan hialin. Hal ini menyebabkan kematian kondrosit
dan disintegrasi di pusat struktur. Tanpa kartilago yang menghambat
invasi pembuluh darah, pembuluh darah menembus ruang yang
dihasilkan, tidak hanya memperbesar rongga tetapi juga membawa sel

43
osteogenik bersamanya, banyak di antaranya akan menjadi osteoblas.
Ruang-ruang yang membesar ini akhirnya bergabung menjadi rongga
meduler. Tulang sekarang disimpan dalam struktur yang menciptakan
pusat osifikasi primer.

Sementara perubahan mendalam ini terjadi, kondrosit dan tulang


rawan terus tumbuh di ujung struktur (epifisis), yang meningkatkan
panjang struktur pada saat yang sama tulang menggantikan tulang
rawan di diafisis. Pertumbuhan yang berkelanjutan ini disertai dengan
remodeling di dalam rongga medula (osteoklas juga dibawa dengan
pembuluh darah yang menginvasi) dan pemanjangan struktur secara
keseluruhan. Pada saat kerangka janin sudah terbentuk sempurna,
tulang rawan tetap berada di epifisis dan di permukaan sendi sebagai
tulang rawan artikular.

Setelah lahir, urutan kejadian yang sama (mineralisasi matriks,


kematian kondrosit, invasi pembuluh darah dari periosteum, dan
penyemaian sel osteogenik yang menjadi osteoblas) terjadi di daerah
epifisis, dan masing-masing pusat aktivitas ini disebut sebagai pusat
osifikasi sekunder. Sepanjang masa kanak-kanak dan remaja, masih
ada lempeng tipis tulang rawan hialin antara diafisis dan epifisis yang
dikenal sebagai lempeng pertumbuhan atau epifisis. Akhirnya, tulang
rawan hialin ini akan diangkat dan diganti dengan tulang menjadi garis
epifisis.

B. Pertumbuhan Tulang
1. Pertumbuhan Panjang Tulang
Lempeng epifisis adalah area pemanjangan pada tulang panjang. Ini
termasuk lapisan tulang rawan hialin di mana pengerasan dapat terus
terjadi pada tulang yang belum matang. Kita dapat membagi lempeng

44
epifisis menjadi sisi diafisis (lebih dekat ke diafisis) dan sisi epifisis
(lebih dekat ke epifisis). Pada sisi epifisis lempeng epifisis, sel tulang
rawan hialin aktif membelah dan menghasilkan matriks tulang rawan
hialin. Pada sisi diafisis lempeng pertumbuhan, kartilago mengalami
kalsifikasi dan mati, kemudian digantikan oleh tulang. Saat tulang
rawan tumbuh, seluruh struktur tumbuh panjang dan kemudian
berubah menjadi tulang. Setelah tulang rawan tidak dapat tumbuh lebih
jauh, struktur tidak dapat memanjang lagi.
Lempeng epifisis terdiri dari beberapa zona sel dan aktivitas.
- Zona cadangan adalah wilayah yang paling dekat dengan ujung
epifisis lempeng dan mengandung kondrosit kecil di dalam matriks.
Kondrosit ini tidak berpartisipasi dalam pertumbuhan tulang tetapi
mengamankan pelat epifisis ke jaringan tulang di atasnya dari
epifisis.
- Zona proliferatif adalah lapisan berikutnya menuju diafisis dan
berisi tumpukan kondrosit yang sedikit lebih besar. Itu membuat
kondrosit baru (melalui mitosis) untuk menggantikan yang mati di
ujung lempeng diaphyseal. Chondrocytes di lapisan berikutnya,
zona pematangan dan hipertrofi, lebih tua dan lebih besar daripada
di zona proliferatif. Sel-sel yang lebih matang terletak lebih dekat
ke ujung lempeng diafisis. Pertumbuhan longitudinal tulang adalah
hasil pembelahan sel di zona proliferatif dan pematangan sel di
zona pematangan dan hipertrofi. Pertumbuhan dalam jaringan ini
disebut pertumbuhan interstisial.
- Sebagian besar kondrosit di zona matriks terkalsifikasi, zona yang
paling dekat dengan diafisis, mati karena matriks di sekitarnya
telah terkalsifikasi, membatasi difusi nutrisi. Kapiler dan osteoblas
dari diafisis menembus zona ini, dan osteoblas mensekresikan
jaringan tulang pada tulang rawan kalsifikasi yang tersisa. Dengan
demikian, zona matriks terkalsifikasi menghubungkan pelat epifisis

45
ke diafisis. Tulang bertambah panjang ketika jaringan tulang
ditambahkan ke diafisis.
Tulang terus bertambah panjang hingga dewasa awal. Laju
pertumbuhan dikendalikan oleh hormon, yang akan dibahas nanti.
Ketika kondrosit di lempeng epifisis menghentikan proliferasinya
dan tulang menggantikan semua tulang rawan, pertumbuhan
longitudinal berhenti. Yang tersisa dari lempeng epifisis adalah
garis epifisis yang mengeras.

2. Pertumbuhan Diameter Tulang


Sementara tulang bertambah panjang, diameternya juga bertambah;
pertumbuhan diameter dapat berlanjut bahkan setelah pertumbuhan
longitudinal berhenti. Pertumbuhan ini dengan menambah permukaan
bebas tulang disebut pertumbuhan aposisional. Pertumbuhan aposisi
dapat terjadi pada endosteum atau peristeum di mana osteoklas

46
menyerap tulang tua yang melapisi rongga medula, sementara
osteoblas menghasilkan jaringan tulang baru. Erosi tulang tua
sepanjang rongga medula dan deposisi tulang baru di bawah
periosteum tidak hanya meningkatkan diameter diafisis tetapi juga
meningkatkan diameter rongga medula. Renovasi tulang ini terutama
terjadi selama pertumbuhan tulang. Namun, pada kehidupan dewasa,
tulang mengalami remodeling konstan, di mana resorpsi tulang tua
atau rusak terjadi pada permukaan yang sama di mana osteoblas
meletakkan tulang baru untuk menggantikan tulang yang diresorpsi.

C. Perbaikan Tulang
Ketika terjadi fraktur dan tulang tidak diatur ulang dengan benar, proses
penyembuhan akan membangun kembali tulang baru tetapi tetap
mempertahankan tulang pada posisinya yang cacat.
Bergantung pada jenis, tingkat keparahan patah tulang dan jarak antara
fragmen tulang, tulang dapat sembuh secara langsung dengan membangun
tulang baru ke lokasi patah tulang (penyembuhan tulang langsung atau
penyembuhan kontak) atau dapat sembuh dalam proses seperti
pembentukan tulang endokhondral (penyembuhan tulang tidak langsung) .
Penyembuhan tulang langsung pada dasarnya adalah remodeling tulang di
mana osteoblas dan osteoklas menyatukan struktur yang rusak. Dengan
penyembuhan tulang tidak langsung, prosesnya lebih rumit dan mirip
dengan pembentukan tulang endokhondral, di mana tulang yang patah
membentuk tambalan tulang rawan sebelum menumbuhkan kembali
tulang baru. Dalam proses ini, darah yang dilepaskan dari pembuluh darah
yang pecah atau robek di periosteum, osteon, dan/atau rongga medula
menggumpal menjadi hematoma fraktur. Meskipun pembuluh yang pecah
mendorong peningkatan pengiriman nutrisi ke lokasi cedera pembuluh
(lihat proses inflamasi pada bab pembuluh darah), gangguan aliran darah
ke tulang mengakibatkan kematian sel-sel tulang di sekitar fraktur.

47
Dalam waktu sekitar 48 jam setelah fraktur, sel punca dari endosteum
tulang berdiferensiasi menjadi kondrosit yang kemudian menyekresi
matriks fibrokartilago di antara kedua ujung tulang yang patah; secara
bertahap selama beberapa hari hingga beberapa minggu, matriks ini
menyatukan ujung fraktur yang berlawanan menjadi kalus internal (jamak
= kalus atau kalus). Selain itu, kondrosit periosteal terbentuk dan bekerja
sama dengan osteoblas, masing-masing menciptakan kalus eksternal
tulang rawan dan tulang, di sekitar bagian luar patahan. Bersama-sama,
kapalan lunak sementara ini menstabilkan fraktur.
Selama beberapa minggu berikutnya, osteoklas menyerap tulang mati
sementara sel osteogenik menjadi aktif, membelah, dan berdiferensiasi
menjadi lebih banyak osteoblas. Kartilago pada kalus digantikan oleh
tulang trabekular melalui osifikasi endokhondral (penghancuran kartilago
dan penggantian oleh tulang). Kalus tulang baru ini juga disebut kalus
keras.
Selama beberapa minggu atau bulan berikutnya, tulang padat
menggantikan tulang sepon pada tepi luar fraktur dan tulang mengalami
remodeling sebagai respons terhadap regangan. Setelah penyembuhan dan
renovasi selesai, sedikit pembengkakan mungkin tertinggal di permukaan
luar tulang, tetapi cukup sering, tidak ada bukti eksternal dari fraktur yang
tersisa. Inilah mengapa tulang dikatakan sebagai jaringan regeneratif yang
dapat mengganti dirinya sendiri sepenuhnya tanpa bekas luka.

D. Nutrisi, Hormon, dan Jaringan Tulang


Vitamin dan mineral yang terkandung dalam semua makanan yang kita
konsumsi penting untuk semua sistem organ kita. Namun, ada nutrisi
tertentu yang memengaruhi kesehatan tulang.
Kalsium merupakan komponen penting tulang, terutama dalam bentuk
kalsium fosfat dan kalsium karbonat. Karena tubuh tidak dapat membuat
kalsium, maka harus diperoleh dari makanan. Namun, kalsium tidak dapat

48
diserap dari usus halus tanpa vitamin D. Oleh karena itu, asupan vitamin D
juga penting untuk kesehatan tulang. Selain peran vitamin D dalam
penyerapan kalsium, ia juga berperan, meskipun tidak dipahami secara
jelas, dalam pembentukan kembali tulang.
Vitamin K juga mendukung mineralisasi tulang dan mungkin memiliki
peran sinergis dengan vitamin D dalam pengaturan pertumbuhan tulang.

Mineral magnesium dan fluoride juga dapat berperan dalam mendukung


kesehatan tulang. Sementara magnesium hanya ditemukan dalam jumlah
kecil di tubuh manusia, lebih dari 60 persennya ada di kerangka,
menunjukkan bahwa magnesium berperan dalam struktur tulang. Fluorida
dapat menggantikan gugus hidroksil dalam kristal hidroksiapatit tulang
dan membentuk fluorapatit. Mirip dengan efeknya pada enamel gigi,
fluorapatite membantu menstabilkan dan memperkuat mineral tulang.
Fluorida juga dapat memasuki ruang dalam kristal hidroksiapatit, sehingga
meningkatkan densitasnya.

Asam lemak omega-3 telah lama diketahui dapat mengurangi peradangan


di berbagai bagian tubuh. Peradangan dapat mengganggu fungsi osteoblas,
sehingga mengonsumsi asam lemak omega-3, dalam makanan atau
suplemen, juga dapat membantu meningkatkan produksi jaringan tulang
baru.

49
Beberapa hormon
diperlukan untuk
mengendalikan pertumbuhan tulang dan memelihara matriks tulang.
Kelenjar hipofisis mengeluarkan hormon pertumbuhan (GH), yang, seperti
namanya, mengontrol pertumbuhan tulang dalam beberapa cara. Ini
memicu proliferasi kondrosit di lempeng epifisis, mengakibatkan
bertambahnya panjang tulang panjang. GH juga meningkatkan retensi
kalsium, yang meningkatkan mineralisasi, dan merangsang aktivitas
osteoblastik, yang meningkatkan kepadatan tulang.

GH tidak sendirian dalam merangsang pertumbuhan tulang dan


memelihara jaringan tulang. Tiroksin, hormon yang disekresikan oleh
kelenjar tiroid mempromosikan aktivitas osteoblastik dan sintesis matriks
tulang. Selama pubertas, hormon seks (estrogen pada anak perempuan,
testosteron pada anak laki-laki) juga berperan. Mereka juga meningkatkan
aktivitas osteoblastik dan produksi matriks tulang, dan selain itu,
bertanggung jawab atas percepatan pertumbuhan yang sering terjadi
selama masa remaja. Mereka juga mempromosikan konversi lempeng
epifisis ke garis epifisis (yaitu, tulang rawan ke sisa-sisa tulangnya),

50
sehingga mengakhiri pertumbuhan longitudinal tulang. Selain itu,
kalsitriol, bentuk aktif vitamin D, diproduksi oleh ginjal dan merangsang
penyerapan kalsium dan fosfat dari saluran pencernaan (Biga et al., 20).

E. Mekanisme Kontraksi Otot Rangka


Serabut saraf motorik neuron meninggalkan medulla spinalis
mempersarafi berbagai serabut otot, dinamakan unit motorik yang bereaksi
dengan cepat. Setiap unit motorik mempunyai relatif banyak serabut saraf
yang menuju ke tiap-tiap otot. Kerutan otot memperkuat penyelenggaraan
pergerakan otot, yang terjadi melalui dua cara yaitu meningkatkan jumlah
unit motorik yang berkontaksi secara serentak dan meningkatkan
kecepatan kontraksi tiap unit motorik (Syaifuddin, 2011).
Unit motorik sangat bervariasi sehingga satu unit motorik mungkin 50 kali
lebih kuat dari unit motorik lainnya. Unit motorik kecil lebih mudah
dirangsang daripada unit motorik besar, karena ini dipersarafi oleh serabut
saraf lebih kecil yang badan selnya terdapat di dalam medulla spinalis
yang kepekaannya lebih tinggi. Hal ini menyebabkan gradasi kepekaannya
tinggi yang menyebabkan gradasi peregangan otot selama kontraksi, yang
lemah terjadi pada tingkat yang sangat kecil.
Sumasi gelombang menunjukkan beberapa kontraksi otot karena satu
potensial akan diikuti oleh kerutan otot yang berurutan pada berbagai
frekuensi. Bila frekuensi mencapai di atas 10 per detik, kontraksi otot
pertama belum selesai seluruhnya telah dimulai kontraksi kedua. Pada
kontraksi yang lebih cepat derajat sumasi kontraksi yang berurutan
menjadi semakin besar karena kontraksi yang berurutan timbul lebih awal
setelah kontraksi sebelumnya.
Bila otot dirangsang frekuensinya semakin besar. Frekuensi akhirnya
ketika kontraksi yang berurutan bersatu dan tidak dapat dibedakan satu
dengan yang lainnya, keadaan ini dinamakan tetanisasi. Tetanisasi
disebabkan oleh sifat liat dan kekenyalan dari otot. Ketika frekuensi kritis

51
tercapai, peningkatan kecepatan perangsangan meningkatkan kekuatan
kontraksi. Pada fungsi otot normal sumasi motorik gelombang terjadi
secara terpisah, sealiknya unit motorik lainnya terangsang secara sinkron
yaitu yang satu berkontraksi yang lainnya berelaksasi (Syaifuddin, 2011).
Timbul dan berakhirnya kontraksi otot terjadi dalam urutan sebagai
berikut:
a. Potensial aksi berjalan sepanjang sebuah saraf motorik sampai ke
ujung serat saraf.
b. Setiap ujung saraf menyekresi substansi neurotransmitter yaitu
asetilkolin dalam jumlah sedikit
c. Asetilkolin bekerja untuk area setempat pada membran serat otot
guna membuka saluran asetilkolin melalui molekul-molekul protein
dalam membran serat otot.
d. Terbukanya saluran asetilkolin memungkinkan sejumlah besar ion
natrium mengalir ke bagian dalam membrane serat otot pada titik
terminal saraf. Peristiwa ini menimbulkan potensial aksi serat saraf.
e. Potensial aksi berjalan sepanjang membran saraf otot dengan cara yang
sama seperti potensial aksi berjalan sepanjang membran saraf.
f. Potensial aksi akan menimbulkan depolarisasi membran serat otot,
berjalan dalam serat otot tempat potensial aksi menyebabkan retikulum
sarkolema melepas sejumlah ion kalsium yang disimpan dalam
retikulum ke dalam myofibril
g. Ion kalsium menimbulkan kekuatan menarik antara filament aktin dan
myosin yang menyebabkan bergerak bersama-sama menghasilkan
kontraksi.
h. Setelah kurang dari satu detik kalsium dipompakan kembali ke dalam
retikulum sarkoplasma, tempat ion-ion disimpan sampai potensial aksi
otot yang baru lagi.

Kedutan otot adalah potensial aksi tunggal menyebabkan kontraksi singkat


yang diikuti oleh relaksasi. Lamanya kedutan bervariasi sesuai dengan

52
jenis otot yang dengan diuji. Kontraksi ini sesuai dengan fungsi masing-
masing otot, misalnya pergerakan mata mempertahankan fiksasi mata
(Syaifuddin, 2011).

Sebuah otot berkontraksi sangat cepat bila tidak melawan beban bila
keadaan kontraksi penuh dalam waktu 0,1 detik untuk otot rata-rata. Bila
diberi beban kecepatan kontraksi akan menurun secara progresif seiring
dengan pertambahan beban. Bila otot berkontraksi melawan suatu beban
dikatakan otot melakukan kerja.

1. Mekanisme Molekuler Kontraksi Otot


Pada keadaan relaksasi, ujung-ujung filament aktin berasal dari dua
lempeng yang saling tumpang tindih yang pada waktu bersamaan
menjadi lebih dekat dengan filamen myosin. Selama kontraksi kuat
filament aktin dapat ditarik hingga ujung filament myosin menekuk
kontraksi otot yang terjadi karena mekanisme pergeseran filament.
Proses yang menimbulkan pemendekan merupakan peluncuran
filament. Karena otot memendek maka filament tipis dan ujung
sarkomer (kontraksi dari myofibril) saling mendekat (Syaifuddin,
2011).
ATP adalah sumber energy untuk kontraksi. Bila otot berkontraksi
maka timbul suatu kerja yang memerlukan energi. Sejumlah ATP
dipcah membentuk ADP. Proses ini berlangsung terus menerus sampai
filament aktin menarik membran dan menyentuh ujung akhir dilamen
myosin sampai beban pada otot menjadi terlalu besar.
Kontraksi otot memerlukan tenaga kimia sampai mekanik. Sumber
cepat tenaga ini memerlukan turunan fosfat organik yang kaya akan
tenaga di dalam otot. Sumber akhir merupakan metabolisme antara
karbohidrat dan lipid hidrolisis ATP untuk memberikan tenaga bagi
kontraksi. Banyak tenaga sintesis ulang ATP dan fosforil keratin
berasal dari pemecahan glukosa menjadi CO2 dan H2O, suatu bagian
lintasan metabolism utama. Bila ada oksigen yang adekuat maka

53
piruvat memasuko siklus linasan enzim pernapasan dan dinamakan
glikolisis anaerobik (Syaifuddin, 2011).

DAFTAR PUSTAKA

Joyce M. Black, dkk. 2014. Keperawatan Medikal Bedah, Ed 8 Vol 1. Singapore:


Elsevier

Syaifuddin, 2011. Anatomi Fisiologi. Kurikulum Berbasis Kompotensi Untuk


Keperawatan & Kebidanan. Ed 4. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC

Koes Irianto, 2014. Anatomi Dan Fisiologi. Bandung: Alfabeta

Suratun, dkk. 2008. Klien Gangguan Sistem Muskuloskeletal: Seri Asuhan


Keperawatan. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC

Kirnantoro. 2014. Anatomi Fisiologi. Yogyakarta: Pustaka Baru Press

Risnanto, dkk. 2014. Buku Ajar Asuhan Keperawatan Medikal Bedah: Sistem
Muskuloskeletal. Yogyakarta: Deepublish

54

Anda mungkin juga menyukai