Anda di halaman 1dari 19

LAPORAN PRAKTIKUM

ANATOMI DAN FISIOLOGI MANUSIA


FISIOLOGI OTOT SKELETAL
Dosen Pengampu : Apt. Ridho Islamie, S.Farm., M.Si., Ph.D

KELOMPOK VI
Nama Anggota :
1. Chelsea Imanuela Kende (110123307)
2. Birgitta Eryka Andreadne (110123309)
3. Fariel Destiawan (110123310)
4. Nayla Asyifa Sultoni (110123328)
5. Cindy Rahmadani (110123334)

FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS SURABAYA
2023-2024
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI..............................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN..........................................................................................................1
1.1 Latar Belakang...........................................................................................................1
1.2 Tujuan Praktikum.......................................................................................................1
1.3 Dasar Teori.................................................................................................................2
1.3.1 Periode Laten.........................................................................................................2
1.3.2 Threshold...............................................................................................................2
1.3.3 Efek Peningkatan Intensitas Stimulus....................................................................2
1.3.4 Treppe....................................................................................................................2
1.3.5 Summation.............................................................................................................2
1.3.6 Tetanus...................................................................................................................2
1.3.7 Fatige (kelelahan)...................................................................................................3
1.3.8 Isotonik dan Isometrik...........................................................................................3
BAB II HASIL DAN PEMBAHASAN.....................................................................................4
2.1 Aktivitas 1 : Identivikasi Periode Laten.....................................................................4
2.2 Aktivitas 2 : Identifikasi Tegangan Treshold.............................................................5
2.3 Aktivitas 3 : Efek Peningkatan Intensitas Stimulus...................................................7
2.4 Aktivitas 4 : Treppe....................................................................................................9
2.5 Aktivitas 5 : Summation............................................................................................9
2.6 Aktivitas 6 : Tetanus.................................................................................................10
2.7 Aktivitas 7 : Fatigue (Kelelahan).............................................................................12
2.8 Aktivitas 8 : Kontraksi Isometrik.............................................................................12
2.9 Aktivitas 9 : Kontraksi Isotonis...............................................................................15
BAB III KESIMPULAN..........................................................................................................17
DAFTAR PUSTAKA...............................................................................................................19

ii
BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Jaringan otot skeletal atau otot rangka adalah otot yang berperan dalam
menggerakkan tulang rangka. Otot skeletal menempel dan menggerakkan kulit atau otot
rangka lainnya. Aktivitas otot skeletal bekerja secara sukarela baik kontraksi maupun rileks,
yang dapat dikontrol secara sadar oleh neuron (sel saraf) yang merupakan bagian dari divisi
somatik sistem saraf. Hal tersebut menyatakan mengapa otot skeletal disebut otot yang
bekerja secara sukarela. Selain itu, kebanyakan otot skeletal juga dikendalikan secara tidak
sadar sampai batas tertentu.
Secara umum, otot skeletal memiliki fungsi sebagai berikut :
1. Memproduksi gerak; secara umum, kontraksi otot rangka menarik tendon untuk
menggerakkan tulang. Otot rangka bertindak dari gerakan sederhana, seperti
memperpanjang lengan atau pernapasan, hingga gerakan yang sangat terkoordinasi
dari berenang atau bermain piano.
2. Menjaga postur dan posisi tubuh. Ketegangan pada otot rangka mempertahankan
postur tubuh misalnya, menahan kepala saat membaca buku atau menyeimbangkan
berat badan. Tanpa aktivitas otot yang konstan, tidak bisa duduk tegak atau berdiri.
3. Mendukung Jaringan Lunak. Lapisan penyusun otot rangka dinding perut dan rongga
dasar panggul. Otot-otot ini menopang berat organ visceral dan perisai kita jaringan
internal kita dari cedera.
4. Menjaga pintu masuk dan keluar tubuh. Otot rangka disebut sfingter (SFINK-terz)
mengelilingi saluran pencernaan dan saluran kemih. Otot-otot ini memberi kita
sukarela mengontrol menelan, buang air besar, dan buang air kecil. (Sfingter
involunter memiliki otot polos).
5. Menjaga suhu tubuh. Kontraksi otot menggunakan energi, dan setiap kali energi
digunakan dalam tubuh, sebagian diubah menjadi panas. Panas yang dilepaskan oleh
otot yang bekerja menjaga suhu tubuh dalam kisaran yang dibutuhkan untuk berfungsi
normal.
6. Menyimpan nutrisi. Ketika diet tubuh akan kekurangan protein atau kalori, protein
kontraktil pada otot rangka rusak dan menurun, serta asam amino dilepaskan ke dalam
sirkulasi. Hati dapat menggunakan beberapa asam amino untuk mensintesis glukosa,
dan lainnya dapat dipecah untuk menyediakan energi.

Sifat umum otot skeletal adalah kontraktilitas, ekstensibilitas, dan elastisitas.


Kontraktilitas mengacu pada kemampuan sel otot untuk memendek saat stimulasi.
Ekstensibilitas mengacu pada gerakan meregangkan suatu otot. Elastisitas mengacu pada
kemampuan otot untuk mundur kembali (spring back) ke panjang istirahatnya.

1.2 Tujuan Praktikum


1) Mempelajari efek stimulasi listrik terhadap otot skeletal
2) Mempelajari bagaimana otot skeletal berkontraksi
3) Mengetahui efek frekuensi terhadap kontraksi pada otot skeletal

1
1.3 Dasar Teori
1.3.1 Periode Laten
Periode laten adalah waktu antara stimulasi otot dan awal fase penyusutan.
Periode laten ini dimulai pada stimulasi dan berlangsung sekitar 2 msec. Selama
periode ini berlangsung, potensial aksi akan menyapu sarkolema dan retikulum
sarkoplasma akan melepaskan ion kalsium.

1.3.2 Threshold
Threshold adalah potensial membran dimana potensial aksi dimulai, berupa
stimulus minimal yang dibutuhkan untuk menyebabkan depolarisasi membran plasma
otot (sarkolema). Untuk menyebabkan depolarisasi membran, ion sodium akan
bergerak ke dalam sel pada titik threshold.

1.3.3 Efek Peningkatan Intensitas Stimulus


Otot skeletal menghasilkan ketegangan yang dikenal dengan kekuatan otot,
ketika rangsangan saraf atau listrik diterapkan. Gaya yang dihasilkan oleh seluruh otot
mencerminkan jumlah unit motorik aktif pada saat tertentu, baik kuat (banyak unit
motorik yang aktif) ataupun lemah (sedikit unit motorik yang aktif).
Siklus kontraksi adalah serangkaian peristiwa molekuler yang memungkinkan
kontraksi otot yang tentunya berasal dari rangsangan. Pada saat otot berkontraksi, otot
akan menghasilkan tegangan atau kekuatan kontraksi hingga mencapai tegangan
maximum.

1.3.4 Treppe
Treppe adalah peningkatan progresif dalam kekuatan yang dihasilkan ketika
otot distimulasi secara berurutan atau peningkatan ketegangan puncak pada setiap
stimulus secara berturut-turut yang akan segera disampaikan setelah selesainya fase
relaksasi dari kedutan sebelumnya. Maka hasil kedutan otot akan mengikuti satu sama
lain secara dekat, dengan setiap kedutan berturut-turut memuncak sedikit lebih tinggi
dari yang sebelumnya.

1.3.5 Summation
Wave summation adalah fenomena dimana otot skeletal di stimulasi berulang-
ulang kali, sehingga menyebabkan datangnya rangsangan satu demi satu dalam waktu
yang singkat. Hal tersebut menyebabkan kedutan otot akan saling tumpang tindih dan
menghasilkann kontraksi otot yang lebih kuat dari sebelumnya atau yang berdiri
sendiri.

1.3.6 Tetanus
Tetanus adalah suatu ketegangan yang akan meningkat hingga mencapai
tegangan potensial maximum akibat rangsangan yang terus berlanjut dan serat otot
tidak dibiarkan rileks sepenuhnya. Tetanus dibagi menjadi 2 yaitu Incomplete tetanus
dan Complete tetanus. Incomplete tetanus terjadi jika frekuensi stimulus semakin
meningkat hingga menyebabkan produksi ketegangan mencapai pucak dan periode
relaksasi yang sangat singkat. Sedangkan complete tetanus terjadi saat frekuensi
stimulus sangat tinggi hingga menyebabkan ketegangan mencapai titik maximum dan
tidak memiliki periode relaksasi.

2
1.3.7 Fatige (kelelahan)
Fatigue adalah fonomena dimana otot skeletal yang aktif mengalami kelelahan
sehingga tidak dapat lagi melakukan aktivitas yang diperlukan. Hal tersebut terjadi
dikarenakan beberap faktor, seperti minipisnya cadangan metabolisme dalam serat
otot; keruskan pada retikulum sarkolema dan sarkoplasma; penurunan pH dalam serat
otot secara keseluruhan, yang menurunkan ikatan ion kalsium dengan troponin dan
mengubah aktivitas enzim; serta rasa lelah dan berkurangnya keinginan untuk
melanjutkan aktivitas, akibat efek rendahnya pH darah dan sensasi nyeri.

1.3.8 Isotonik dan Isometrik


Isotonik terjadi saat tegangan puncak yang dihasilkan lebih kecil daripada
beban, sehingga otot memanjang akibat kontraksi otot lain atau tarikan gravitasi.
Isometrik terjadi saat tegangan yang dihasilkan tidak pernah melebihi beban, sehingga
otot tidak dapat memanjang ataupun memendek.

3
BAB II
HASIL DAN PEMBAHASAN

2.1 Aktivitas 1 : Identivikasi Periode Laten


2.2.1 Hasil Praktikum
Voltage Length Aktive Force Passive Force Total Force Latend Period
3,0 75 1,04 0,0 1,04 3,20
4,0 75 1,32 0,0 1,32 3,20
6,0 75 1,65 0,0 1,65 3,20

Grafik

2.2.2 Pembahasan
 Pada Aktivitas 1 ini praktek mengenai periode laten. Periode Laten merupakan
periode waktu yang berlalu dari saat awal terjadinya potensial aksi sampai baru mulai
terjadi kontraksi otot. Pada praktek yang kami lakukan, jika kita merubah tegangan
stimulusnya tidak akan mempengaruhi periode latennya. Meskipun tidak ada kekuatan
yang dihasilkan selama periode laten, terjadi perubahan kimia (termasuk pelepasan
kalsium dari retikulum sarkoplasma) terjadi secara intraseluler sebagai persiapan
untuk kontraksi.

 Tegangan listrik pada Aktivitas 1 ini berperan sebagai stimulus yang memicu
terjadinya potensial aksi. Potensial Aksi pada pada otot lah yang menyebabkan otot

4
dapat berkontraksi dan menghasilkan kedutan otot. Kedutan otot, yaitu kontraksi
singkat semua serat otot di unit motorik sebagai respons terhadap suatu potensial aksi
di neuron motorik. Dengan demikian jika tegangan yang diberikan 0, maka tidak akan
tercipta potensial aksi dan otot tidak berkontraksi.

 Pada baris kedua hingga kelima, tegangan yang diberikan tidak lagi bernilai 0, namun
bervariasi dengan Panjang otot yang sama. Karena adanya stimulus, yaitu berupa
tegangan yang memicu potensial aksi, mengakibatkan terciptanya active force.

 Active force dihasilkan dari kontraksi otot, sedangkan passive force dihasilkan dari
otot yang meregang. Jumlah active force dan passive force adalah total force.

 Pada aktivitas 1 ini tidak terdapat passive force karena passive force dihasilkan Ketika
otot meregang. Dari table tersebut juga dapat diamati bahwa perubahan tegangan
stimulus tidak memberi dampak pada keseluruhan periode laten, hanya berpengaruh
pada active force. Pada PhysioEx dapat dilihat grafik pada monitor mulai naik pada
3,20 msec, maka selama periode itulah terjadi periode laten.

 Selama periode ini berlangsung potensial aksi otot melewati sarkolema dan ion
kalsium dilepaskan dari reticulum sarkoplasma. Semua tahapan ini membutuhkan
waktu yang sama. Dengan demikian, berapapun tegangan stimulusnya akan tetap
sama, kecuali jika tegangannya bernilai 0.

2.2 Aktivitas 2 : Identifikasi Tegangan Treshold

2.2.1 Hasil Praktikum


Voltage Lenght Active Force Passive Force Total Force
0,0 75 0,0 0,0 0,0
0,1 75 0,0 0,0 0,0
0,2 75 0,0 0,0 0,0
0,3 75 0,0 0,0 0,0
0,4 75 0,0 0,0 0,0
0,5 75 0,0 0,0 0,0
0,6 75 0,0 0,0 0,0
0,7 75 0,0 0,0 0,0
0,8 75 0,02 0,0 0,02
0,9 75 0,09 0,0 0,09

Grafik

5
6
2.2.2 Pembahasan
 Pada aktivitas 2 ini menjelaskan mengenai tegangan treshold. Tegangan treshold
merupakan stimulus minimal yang dibutuhkan untuk menyebabkan depolarisasi
membran plasma otot (sarcolemma). Treshold adalah titik dimana ion sodium
mulai bergerak ke dalam sel (bukan keluar sel) untuk menyebabkan depolarisasi
membran.
 Mula-mula active force bernilai nol karena belum mencapai tegangan threshold.
Pada tegangan 0,0 V hingga 0,7 V tidak terdapat active force. Sedangkan pada
tegangan 0,8 V mulai muncul active force, sehingga dapat dikatakan bahwa
threshold (ambang batas minimum tegangan stimulus) dicapai pada tegangan 0,8
V dengan active force sebesar 0,02 gms.

2.3 Aktivitas 3 : Efek Peningkatan Intensitas Stimulus


2.3.1 Hasil Praktikum
Voltage Length Stimulus Active force Passive Force Total Force
0,5 75 Single 0,0 0,0 0,0
1,0 75 Single 0,15 0,0 0,15
1,5 75 Single 0,43 0,0 0,43
2,0 75 Single 0,67 0,0 0,67
2,5 75 Single 0,87 0,0 0,87
3,0 75 Single 1,05 0,0 1,05
3,5 75 Single 1,19 0,0 1,19
4,0 75 Single 1,32 0,0 1,32
4,5 75 Single 1,43 0,0 1,43
5,0 75 Single 1,52 0,0 1,52
5,5 75 Single 1,59 0,0 1,59
6,0 75 Single 1,65 0,0 1,65
6,5 75 Single 1,71 0,0 1,71
7,0 75 Single 1,75 0,0 1,75
7,5 75 Single 1,79 0,0 1,79
8,0 75 Single 1,81 0,0 1,81
8,5 75 Single 1,83 0,0 1,83
9,0 75 Single 1,83 0,0 1,83
9,5 75 Single 1,83 0,0 1,83
10,0 75 Single 1,83 0,0 1,83

Grafik

7
2.3.2 Pembahasan
 Pada aktivitas 3 ini menunjukkan bagaimana peningkatan intensitas stimulus (seperti
peningkatan tegangan) mempengaruhi otot.
 Dari praktik ini menjelaskan semakin tinggi stimulus yang diberikan maka akan
semakin tinggi juga active force yang dihasilkan, tapi jika sudah mencapai maximal
tetanic tension, yaitu kondisi Ketika tegangan yang diberikan sudah mencapai batas
maksimal akibat dari aktifnya semua serabut otot setelah memperoleh stimulus kuat
yang mencukupi, maka tidak akan terjadi peningkatan active force. Seperti pada
voltage 8,5 sudah tidak terjadi peningkatan active force hingga voltage ke 10,0 V
karena sudah memenuhi ambang batas maksimal tegangan stimulus yang dibutuhkan.

2.4 Aktivitas 4 : Treppe


2.4.1 Hasil Praktikum
Voltage Lenght Stimulus Active Force Passive Force Total Force
8,5 75 Multiple 3,04 0,0 3,04
8,5 75 Multiple 3,10 0,0 3,10

Grafik

2.4.2 Pembahasan
 Pada aktivitas ini membahas tentang treppe, Yaitu peningkatan secara progresif gaya
yang dihasilkan Ketika otot di stimulasi pada frekuensi yang cukup tinggi. Pada
frekuensi ini, otot akan berkedut (twitches) dan saling mengikuti satu sama lain,
dengan puncak twitch sedikit lebih tinggi dari yang sebelumnya. Peningkatan gaya
yang menyerupai anak tangga inilah yang menjadikan treppe dikenal dengan nama
staircase phenomenon.

2.5 Aktivitas 5 : Summation
2.5.1 Hasil Praktikum
Voltage Lenght Stimulus Active Force Passive Force Total Force
8,5 75 Single 1,83 0,0 1,83
8,5 75 Multiple 2,87 0,0 2,87
8,0 75 Single 1,81 0,0 1,81
8,0 75 Multiple 2,87 0,0 2,87
7,5 75 Single 1,79 0,0 1,79

8
7,5 75 Multiple 2,85 0,0 2,85
7,0 75 Single 1,75 0,0 1,75
7,0 75 Multiple 2,84 0,0 2,84

Grafik

2.5.2 Pembahasan
 Pada aktivitas ini menjelaskan tentang summation, yaitu kedutan otot yang dapat saling
tumpeng tindih satu dengan yang lainnya yang dapat menghasilkan kontraksi otot yang
lebih kuat.
 Berdasarkan data diatas active force yang dihasilkan ketika pertama kali berkontraksi
akan lebih rendah dibandingkan active force berikutnya. Hal ini terjadi karena pada
percobaan berikutnya otot diberikan stimulus lebih dari satu kali.
 Pada percobaan yang kedua diperoleh active force sebesar 2,87 gms karena otot
menerima stimulus lagi saat akan berelaksasi sehingga grafik kedutan (active force)
sedikit lebih tinggi dari sebelumnya.
 Pada percobaan-percobaan berikutnya, active force yang dihasilkan lebih besar karena
otot diberikan stimulus berulang kali, sehingga rangsangan datang satu demi satu
dalam waktu singkat. Hal ini menyebabkan grafik kedutan otot menjadi tumpang tindih
satu sama lain dan menghasilkan kontraksi otot yang lebih kuat dari pada kedutan yang
berdiri sendiri.
 Apabila tegangan tegangan stimulator diturunkan maka akan terlihat pola perubahan
yang sama pada gaya yang dihasilkan. Pada saat tegangan 7,5 V active force
mengalami penurunan, meskipun penurunannya tidak terlalu signifikan.
 Berdasarkan percobaan diatas, apabila dilakukan penambahan stimulus, maka gaya
yang dihasilkan juga akan ikut berubah. Hal ini terjadi karena semakin banyak
penambahan stimulus maka semakin besar pula gaya yang dihasilkan.

2.6 Aktivitas 6 : Tetanus


2.6.1 Hasil Praktikum
Voltage Lenght Stimulus Aktive Force Passive Force Total Force
8,5 75 50 5,12 0,0 5,12
8,5 75 130 5,88 0,0 5,88
8,5 75 140 5,91 0,0 5,91
8,5 75 144 5,94 0,0 5,94
8,5 75 146 5,95 0,0 5,95

9
8,5 75 148 5,95 0,0 5,95
8,5 75 150 5,95 0,0 5,95
Grafik

2.6.2 Pembahasan
 Pada aktivitas ini kita mengamati bahwa jika stimuli diberikan berkali-kali pada otot
secara cepat, otot akan menghasilkan lebih banyak gaya pada tiap stimulus berurutan.
 Ketika otot distimulasi secara terus-menerus selama periode waktu yang lama, gaya
yang dihasilkan akan mencapai kondisi konstan (plateu). Kedutan ini juga dikenal
sebagai incomplete tetanus. Dalam kegiatan menggunakan physioEx, Incomplete
tetanus terjadi pada 50 stimuli/sec. sementara itu, jika stimulus yang diberikan
semakin besar aktivitas kedutan otot skeletal yang ditandai dengan jejak puncak dan

10
lembah kedutan tidak lagi dapat dibedakan. Keadaan ini disebut dengan Complete
tetanus yang dicapai pada 130 stimuli/sec.
 Berbeda dengan Complete tetanus, jejak lembah dan puncak kedutan pada keadaan
incomplete masih dapat dibedakan. Selain itu, berdasarkan hasil praktikum pada 146
stimuli/sec, tidak lagi terjadi perubahan active force akibat telah dicapainya tegangan
tetanic maksimal (maximal tetanic tension).
2.7 Aktivitas 7 : Fatigue (Kelelahan)
2.7.1 Hasil Praktikum
Voltag Stimuli/sec Rest Period (sec) Active Force Sustained Maximal
e Force (sec)
8,5 120 0 5,86 10
8,5 120 0 5,86 10
8,5 120 10 5,86 1,00
8,5 120 22 5,86 5,80

Grafik

2.7.2 Pembahasan
 Pada aktivitas 7 ini, otot akan diberikan tengan maksimal secara terus-menerus yang
mengakibatkan terjadinya kelelahan otot (fatigue). Fatigue adalah penurunan
kemampuan otot untuk mempertahankan gaya kontraksi yang konstan setelah
pemberian stimulasi berulang dalam jangka Panjang. Hal ini dapat dilihat pada tabel
yang menunjukkan duurasi kontraksi otot turun dari 10 ke 1,00.
 Dalam kegiatan praktikum, mula-mula otot distimulasi untuk pertama kalinya.
Selnjutnya, sebelum memperoleh stimulasi kedua, otot diberikan waktu istirahat
selama 10 sec. Kemudian hal sama juga dilakukan saat otot akan di stimulasi untuk
ketiga kalinya, tetapi dengan rentang waktu istirahat yang lebih lama, yaitu 22 sec.
Ternyata, otot dengan waktu istirahat selama 10 sec hanya mampu berkontraksi
selama 1,00 sec. Sedangkan otot dengan rentang waktu istirahat yang lebih lama
mampu berkontraksi selama 5,80 sec. itu artinya, semakin lama waktu istirahat yang
diberikan, maka semakin lama juga durasi kontraksi otot.

2.8 Aktivitas 8 : Kontraksi Isometrik


2.8.1 Hasil Praktikum
Voltage Lenght Active Force Passive Force Total Force
8,5 50 0,11 0,0 0,11
8,5 60 1,21 0,0 1,21
8,5 70 1,75 0,0 1,75
8,5 80 1,75 0,02 1,75

11
8,5 90 1,21 0,25 1,46
8,5 100 0,11 1,75 1,86
Grafik

12
2.8.2 Pembahasan
 Otot dapat berkontraksi secara isometrik atau isotonis, dan pada aktivitas 8 ini akan
membahas tentang kontraksi isometrik. Ketika otot berusaha menggerakkan beban
yang lebih besar dari gaya yang dihasilkannya, otot berkontraksi secara isometrikal.
Pada jenis kontraksi ini, otot tetap pada panjang yang tetap (isometrik=sama panjang).
 Menurut data diatas pada panjang otot dengan rentang 70 mm – 80 mm menghasilkan
active force terbesar, sedangkan pada panjang 80 mm passive force mulai lebih sedikit
berperan dalam total force yang dihasilkan oleh otot. Dengan melihat gafik diatas
pada panjang otot 80 mm, passive force mulai berperan dalam total force yang
dihasilkan.
 Grafik menunjukkan penurunan Panjang otot = 90 mm karena pada Panjang otot ini,
terjadi penurunan active force yang besar, sedangkan passive force belum mengikat
secara signifikan. Pada Panjang otot = 80 mm mulai ada passive force berarti pada
Panjang otot inilah mulai ada peregangan. Jika panjang otot normal, maka kita tidak
akan menemukan passive force, karena passive force adalah gaya saat otot meregang.
Passive force baru akan muncul jika ada peregangan atau pemanjangan otot (seperti
pada panjang otot 80 mm,90 mm, 100mm) dimana active force tambah turun tapi
passive force justru bertambah. Namun pada pemanjangan otot 90 mm, active force
terjadi penurunan, tetapi passive force tidak langsung meningkat banyak, sehingga
total force menurun pada Panjang 90mm.
 Pada kontraksi isometrik variable kuncinya adalah otot tidak akan bertambah
panjangnya dan tidak memendek walaupun aktif berkontraksi.

2.9 Aktivitas 9 : Kontraksi Isotonis


2.9.1 Hasil Praktikum
Voltage Leght Weight Velocity (mm/sec) Twitch Duration Distance Lifted
(msec) (mm)
8,5 75 0,5 0,100 78,00 4,0
8,5 75 1,0 0,057 49,00 2,0
8,5 75 1,5 0,022 30,00 0,5
8,5 75 2,0 0,000 0,00 0,0
Grafik

13
2.9.2 Pembahasan
 Pada aktivitas 9 ini menjelaskan mengenai kontraksi isotonis. Jika otot berusaha
menggerakkan beban yang sama atau lebih kecil dari pada gaya yang dihasilkan oleh
otot, otot berkontraksi secara isotonikal. Pada jenis kontraksi ini otot memendek
selama waktu tertentu dimana gaya yang dihasilkan otot tetap konstan (isotonis =
tegangan yang sama).
 Pada tipe kontraksi ini, terdapat periode laten yang diikuti oleh peningkatan gaya
yang dihasilkan, diikuti suatu periode waktu dimana gaya yang dihasilkan oleh otot
tetap konstan. Selama masa stabil ini, otot memendek dan mampu menggerakkan
beban.
 Kontraksi isotinis terjadi ketika otot menghasilkan gaya yang sama atau lebih besar dari
pada beban yang melawannya.
 Saat masa stabil, otot memendek dan mampu menggerakkan beban.namun otot tidak
dapat memendek sebelum masa stabil karena belum menghasilkan cukup gaya untuk
menggerakan beban. Ketika gaya yang dihasikan sama dengan beban, otot akan
memendek. Pada akhirnya, otot akan relaksasi dan beban akan mulai turun.
 Jika beban meningkat, otot harus menghasilkan lebih banyak gaya untuk
menggerakannya. Kecapatan maksimal akan didapat dengan dengan beban minimal,
sebaliknya semakin berat bebannya maka semakin lambat pula kontraksi otot.

14
BAB III
KESIMPULAN

Aktivitas 1 : Berdasarkan data dan percobaan yang telah dilakukan, periode laten tidak
akan berubah meskipun diberikan tegangan atau tekanan stimulus, namun hal ini
mempengaruhi active force nya yaitu kerja yang dilakukan selama otot berkontraksi. dan
semakin banyak tegangan stimulus yang diberikan, maka dapat mengakibatkan
peningkatan active force nya. Active force juga tidak akan berubah saat tegangan yang
diberikan sudah mencapai batas maksimumnya.

Aktivitas 2 : Berdasarkan data dan percobaan yang telah dilakukan, otot akan
berkontraksi apabila telah mencapai batas ambang atau threshold. Untuk hal itu, batas
ambang atau threshold yang terjadi pada percobaan ini adalah pada tegangan 0.8 volt.
Threshold baru dicapai pada voltage 0.8 volt karena pada masa ini stimulus yang
dibutuhkan untuk menginduksi terjadinya potensial aksi di membran plasma baru terjadi
di serabut otot. Sehingga, apabila tegangan yang diterima dibawah threshold, maka active
force tidak bisa dihasilkan.

Aktivitas 3 : Pada percobaan ini dapat disimpulkan bahwa, peningkatan puncak pada
jejak stimulator dan peningkatan besarnya active force, dipengaruhi oleh peningkatan
tegangan (volt) dan kedutan stimulus yang dihasilkan, dan juga suatu otot akan mencapai
batas tegangan maksimum atau threshold nya pada tegangan 8.5 volt. Hal ini penting bagi
otot, karena jika tegangan stimulus sudah melampaui batas ambang (lebih dari 8,5 volt),
otot akan mulai berkontraksi dan banyak serat otot yang akan aktif sehingga kontraksi
otot tidak akan mengalami perubahan atau peningkatan saat diberikan tegangan stimulus
yang melebihi tegangan maksimal otot tersebut.

Aktivitas 4 : Berdasarkan data dan percobaan yang telah dilakukan dapat disimpulkan
bahwa treppe adalah peningkatan secara progresif gaya yang dihasilkan Ketika otot di
stimulasi pada frekuensi yang cukup tinggi. Pada frekuensi ini otot akan berkedut
(twitches) dan saling mengikuti satu sama lain, dengan puncak twitch sedikit lebih tinggi
dari yang sebelumnya. selain itu, pada percobaan yang telah dilakukan, grafik pada
stimulator akan meningkat seiring diberi stimulus dan akan terus melakukan peningkatan
sehingga berbentuk menyerupai anak tangga.

Aktivitas 5 : Kesimpulan dari aktivitas ini adalah semakin banyak stimulus yang
diberikan pada otot dalam waktu yang cukup singkat semakin besar juga active force
(gaya yang dihasilkan oleh otot). perbandingan antara otot yang diberi stimulus setelah
berelaksasi sempurna atau belum cukup terlihat pada active force (gaya yang dihasilkan).

Aktivitas 6 : Berdasarkan hasil percobaan yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa,
tetanus adalah suatu tegangan yang dapat meningkat sampai mencapai tegangan potensial
maksimum. Tetanus pada otot skeletal dibagi menjadi dua yaitu, incomplete tetanus dan
complete tetanus. Incomplete tetanus atau bisa disebut dengan kontraksi sebagian adalah
kondisi dimana otot memproduksi ketegangan selama siklus kontraksi dan relasi begitu

15
cepat, sedangkan complete tetanus dapat terjadi pada kondisi frekuensi stimulasi lebih
tinggi sehingga dapat menghilangkan fase relaksasi.

Aktivitas 7 : Setelah melakukan percobaan kita dapat menyimpulkan bahwa, otot


mempunyai batas waktu untuk berkontraksi dan setelah mencapai batas itu otot akan
mengalami kelelahan dan beristirahat. Fatigue (kelelahan otot) adalah ketidakmampuan
otot untuk mempertahankan kekuatan kontraksi setelah aktivitas berkepanjangan.
sehingga nantinya dapat berkontraksi dan mengalami kelelahan.

Aktivitas 8 : Setelah melakukan praktikum pada aktivitas 8 dapat disimpulkan bahwa


kontraksi ada 2 macam yaitu, isometrik dan isotonik. kontraksi isometric ialah kontraksi
otot tanpa terjadinya perubahan panjang otot, sedangkan tonusnya mengalami
peningkatan. Dalam kondisi ini otot secara keseluruhan tidak berubah panjangnya dan
tegangan yang dihasilkan tidak melebihi beban. Sebuah serat otot mengembangkan
ketegangan terbesarnya ketika ada pada zona tumpang tindih yang optimal antara filamen
tipis dan tebal. pengaruh panjang otot dapat terjadi karena panjang istirahat yang dapat
menentukan jumlah kekuatan yang dapat dikembangkan otot. Gaya pasif disebabkan oleh
protein dan terjadi ketika otot diregangkan. Semakin lama waktu istirahat maka semakin
banyak waktu yang memungkinkan untuk semua jembatan myosin bergerak yang dapat
menghasilkan tegangan aktif maksimal.

Aktivitas 9 : Berdasarkan hasil percobaan yang telah dilakukan, dapat kami simpulkan
bahwa terjadinya kontraksi isotonik dan hubungan peningkatan beban terhadap otot.
dapat dilihat pada titik rekam jejak. kontraksi isotonik ada 2 yaitu kontraksi konsentrik
dan kontraksi eksentrik. Kontraksi konsentrik akan menghasilkan gaya lebih besar
daripada beban. Kontraksi eksentrik memiliki peran penting dalam gerakan yang mana
dapat mengerahkan kontrol yang tepat atas jumlah tegangan yang dihasilkan. semakin
ringan beban yang diberikan kepada otot, maka akan semakin cepat pula kontraksi atau
kecepatan otot untuk mengangkat beban yang diberikan, sehingga otot akan memendek.

16
DAFTAR PUSTAKA

Martini, Fredic H. 2019. Fundamentals of Anatomy & Physiologi, 11th edition. The
Benyamin Cummings Publishing Company, Inc, United States of America.

Tortora, Gerard J. dan Bryan Derrickson. 2017. Prinples of Anatomi & Physiologi. United
States: John Wiley & Sons.

Zao, P., Stabler, T., Smith, L.A., Lokuta, A., Griff, E., 2012, PhysioEx (TM): Laboratory
Simulations in Physiologi, Pearson Benyamin Cummings San Fransisco.

17

Anda mungkin juga menyukai