Anda di halaman 1dari 21

PRAKTIKUM ANATOMI DAN FISIOLOGI MANUSIA

KONTRAKSI OTOT LURIK

ANGGOTA:

1. FRANSISKA NATASYA P.N. 2443020035


2. CHERYL AMANDA SANTOSO 2443020047
3. RIBKA TRIVENA MUABUAI 2443020049
4. GRACE MIRACLE JIMINA H. 2443020056
5. TIO MINARITATIS HUTAURUK 2443020057
6. DESI PUSPITA SARI 2443020065
7. CHELVINA ANGGLE 2443020076

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS KATOLIK WIDYA MANDALA SURABAYA


2020-2021

BAB I
Latar Belakang dan Tujuan Praktikum
1.1 Latar Belakang

Otot merupakan sistem biokontraktil dimana sel-sel memanjang dan dikhususkan untuk
menimbulkan tegangan pada sumbu yang memanjang. Sel-sel otot terspesialisasi untuk kontraksi
yaitu mengandung protein kontraktil yang dapat berubah dalam ukuran panjang dan
memungkinkan sel-sel untuk memendek. Sel-selnya sering kali disebut serat-serat otot yang terus
menerus mengalami perubahan sejalan kontraksi stsupun relaksasi. Kontraksi otot dikendalikan
oleh sistem saraf (Ville et al., 1988 )
Otot merupakan suatu organ yang sangat penting bagi tubuh, karena dengan otot tubuh dapat
berdiri tegak. Otot merupakan suatu organ atau alat yang memungkinkan tubuh agar dapat
bergerak. Otot merupakan alat gerak aktif, ini adalah suatu sifat yang penting bagi organisme.
Sebagaian besar otot tubuh melekat pada kerangka, yang menyebabkan dapat bergerak secara
aktif sehingga dapat menggerakkan bagian-bagian kerangka dalam suatu letak yang tertentu.
Otot merupakan sebuah alat yang menguasai gerak aktif dan memelihara sikap tubuh. Tubuh
terdiri dari bermacam-macam jenis otot serta mempunyai sifat dan cara kerja sendiri-sendiri,
untuk saling menunjang agar dapat bergerak (Hickman, 1972 )
Struktur yang melakukan aksi pada hewan disebut efektor. Efektor yang paling penting
adalah yang mengekresikan zat-zat kelenjar dan melakukan gerak. Bagianefektor yang paling
penting untuk menciptakan gerak adalah otot. Tiga macam otot yang nyata berbeda terdapat pada
vertebrata yaitu otot polos, otot jantung dan otot kerangka. Otot polos terdapat pada dinding
semua organ tubuh yang berlubang kecuali jantung. Otot jantung yaitu otot yang menyusun
jantung sedangkan otot kerangka adalah otot yang melekat pada kerangka (Kimball, 1988.
Kontraksi otot didefinisikan sebagai pembongkaran aktif tenaga dalam otot. Penggunaan
tenaga oleh otot pada beban eksternal disebut tekanan otot. Jika tekanan yang terbentuk oleh otot
lebih besar dari penggunaan tenaga eksternal pada otot oleh beban, maka otot akan memendek.
Jika penggunaan tenaga dengan beban lebih besar atau sama dengan tekanan otot, maka otot
tidak memendek (Hill & Wyse, 1989).
Menurut Kimball (1991), sel-sel otot sama halnya seperti neuron, dapat dirangsang secara
kimiawi, listrik, dan mekanik untuk membangkitkan potensial aksi yang dihantarkan sepanjang
membran sel. Berbeda dengan sel saraf, otot memiliki kontraktil yang digiatkan oleh potensial
aksi. Protein kontraktil aktin dan myosin,yang menghasilkan kontraksi, terdapat dalam jumlah
sangat banyak di otot. Urutan kejadian di dalam stimulus dan kontraksi pada otot meliputi
stimulus, kontraksidan relaksasi.

1.2.1 Tujuan praktikum muscle twitch pada periode laten


1. Memahami excitation-contraction coupling, stimulus listrik, kedutan otot, periode laten,
fase kontraksi, dan fase relaksasi.
2. Memulai kedutan otot dengan rangsangan listrik dengan intensitas yang bervariasi.
3. Mengidentifikasi dan mengukur durasi periode laten.
1.2.2 Tujuan praktikum pengaruh tegangan stimulus pada kontraksi otot lurik
1. Memahami istilah dari neuron motorik, unit motorik, perekrutan, tegangan stimulus,
threshold stimulus, dan stimulus maksimal.
2. Mengetahui bagaimana unit motorik dapat meningkatkan ketegangan seluruh otot.
3. Mengidentifikasi threshold stimulus voltage.
4. Mengamati pengaruh dari peningkatan tegangan stimulus pada seluruh otot.
5. Memahami peningkatan tegangan otot yang terisolasi dalam sebuah percobaan meniru
otot motorik dalam tubuh.

1.2.3 Tujuan praktikum pengaruh frekuensi stimulus pada kontraksi otot lurik
1. Memahami pengertian mengenai frekuensi stimulus, wave summation dan treppe.
2. Mengamati efek dari peningkatan frekuensi stimulus terhadap kekuatan yang dihasilkan
oleh otot rangka yang terisolasi.
3. Memahami bagaimana peningkatan frekuensi stimulus pada otot rangka yang terisolasi
mempengaruhi peningkatan kekuatan yang dihasilkan.
BAB II
LANDASAN TEORI

Manusia membuat keputusan sukarela untuk berjalan, berbicara, berdiri, dan duduk.
otot rangka, yang biasanya melekat pada rangka, membuat tindakan ini mungkin dilakukan .otot
rangka secara khas menjangkau dua sendi dan menempel pada rangka melalui tendon, yang
menempel pada periosteum tulang. otot rangka terdiri dari ratusan hingga ribuan sel individu
yang disebut serat otot, yang menghasilkan ketegangan otot (juga disebut sebagai kekuatan otot).
otot rangka adalah mesin yang luar biasa. mereka memberi kita ketangkasan manual untuk
menciptakan karya seni yang luar biasa dan dapat menghasilkan kekuatan yang dibutuhkan untuk
mengangkat sekarung beton seberat 45 kilogram.
Otot rangka dibentuk oleh berkas-berkas sel otot silindris panjang yang dikenal sebagai
serat otot yang dibungkus dalam jaringan ikat. Serat-serat otot ini kemudian dikemas bersama
dengan miofibril. Setiap miofibril terdiri dari tumpukan-tumpukan sel filamen tebal dan tipis
yang bergantian dan sedikit tumpang tindih. Susunan ini menyebabkan serat otot rangka tampak
bergaris-garis pada pemeriksaan mikroskopik. ( Sherwood, Lauralee ed 6, 2011 )
ketika otot rangka diisolasi dari hewan percobaan dan dipasang pada transduser gaya,
Anda dapat menghasilkan kontraksi otot dengan simulasi listrik terkontrol. Yang terpenting,
kontraksi otot yang terisolasi ini diketahui meniru otot yang bekerja di tubuh. yaitu, percobaan in
vitro mereproduksi fungsi in vivo. Oleh karena itu, aktivitas yang Anda lakukan dalam latihan ini
akan memberi Anda wawasan berharga tentang fisiologi otot rangka.
Mekanisme kontraksi otot dapat dijelaskan dengan model pergeseran filamen
( filamen-filamen tebal dan tipis yang saling bergeser saat proses kontraksi ), model pergeseran
filamen ( filamen sliding ). Model ini menyatakan bahwa gaya berkontraksi otot dihasilkan oleh
suatu proses yang membuat beberapa set filamen tebal dan tipis dapat bergeser antar sesamanya.
Kontraksi filamen aktin tidak tertarik kedalam filamen miosin sehingga overlap satu
sama lainnya secara luas. Discus Z ditarik oleh filamen aktin sampai ke ujung filamen miosin.
Jadi kontraksi otot terjadi karena mekanisme pergeseran filament yang disebabkan oleh kekuatan
mekanisme kimia atau elektrostatik yang ditimbulkan oleh interaksi jembatan penyeberangan
dari filament miosin dan filamen aktin. ( Guyton and Hall, 2006 )
Dalam praktikum kali ini akan digunakan komputer sebagai media percoabaan
sehingga materi dapat lebih dimengerti dengan panduan buku praktikum.

BAB III
Alat dan Bahan Praktikum
1. Otot rangka dari kaki katak
2. Electrical Stimulator
3. Mounting stand
4. Oscilloscope

BAB IV Hasil Praktikum


Activity 1 : Hubungan antara Besarnya Rangsangan Listrik dengan Periode Laten

Pada percobaan ini diuji hubungan antara besar rangsangan listrik dan periode laten. Periode
laten adalah waktu antara saat pemberian rangsang dengan terjadinya rangsang. Pada tabel data
diatas dapat dilihat pada saat otot diberi rangsangan listrik 0.0 volt didapat gaya aktif otot 0.0 g
disini otot belum mengalami kontraksi. Lalu, rangsangan listrik ditambah 0.2 volt hingga batas
maksimum rangsangan yaitu 10.0 volt. Di tabel data tersebut terlihat gaya aktif terus mengalami
kenaikan yang semula dari 0.0 g hingga 1.82 volt tetapi terlihat periode laten masih tetap sama
yaitu 2.40 sehingga berapapun rangsangan listrik yang diberikan tidak mempengaruhi periode
laten.

Gambar 4.1 Threshold voltage pada kontraksi otot katak

Pada percobaan pertama, otot diberi rangsangan listrik 0.0 volt. Setelah oto katak berkontraksi,
didapat gaya aktifnya yaitu 0 g.
Gambar 4.2 Threshold voltage pada kontraksi otot katak

Pada percobaan kedua, rangsangan listrik dinaikkan menjadi 3.0 volt dan menghasilkan gaya
aktif 1.04 g. Disini sudah terlihat Trace mengalami perubahan dari yang pertama.

Gambar 4.3 Threshold voltage pada kontraksi otot katak

Pada percobaan ketiga, rangsangan listrik dinaikkan 4.0 volt dan menghasilkan gaya aktif 1.32 g.
Dan menghasilkan periode laten 2.40 msec.
Gambar 4.4 Threshold voltage pada kontraksi otot katak

Pada percobaan keempat, rangsangan listrik dinaikkan menjadi 6.0 volt dan dihasilkan gaya
aktifnya 1.65 g. Disini periode latennya masih tetap dengan percobaan ketiga yaitu 2.40 msec.

Gambar 4.5 Threshold voltage pada kontraksi otot katak

Pada percobaan kelima, rangsangan listrik dinaikkan menjadi 8.0 volt dan menghasilkan gaya
aktif 1.81 g. Disini periode latennya masih tetap seperti percobaan sebelumnya yaitu 2.40 msec.
Gambar 4.6 Threshold voltage pada kontraksi otot katak

Pada percobaan keenam, rangsangan listrik dinaikkan menjadi 10.0 volt dan menghasilkan gaya
aktif 1.82 g. Disini periode laten masih tetap dengan percobaan yang sebelumnya yaitu 2.40
msec. Pada grafik diatas dapat dinyatakan bahwa sebesar apapun kenaikkan rangsangan listrik
yang diberikan tidak mempengaruhi periode lantennya dan hanya mempengaruhi gaya aktif
kontraksi otot saja

Activity 2 : Hubungan antara Rangsangan Listrik dengan Total Gaya Kontraksi Otot

Dapat dilihat pada data diatas, dimana mula-mula otot katak diberi rangsangan listrik 0.0 volt
hingga 10.0 volt untuk mengetahui perubahan gaya aktif dan total gaya. Pada percobaan ini
dilakukan untuk melihat gaya aktif otot katak tertinggi. Dengan rangsangan awal yaitu 0.0 volt
dan didapat hasil gaya aktifnya 0.0 g. Lalu ditingkatkan kembali rangsangan listrik menjadi 0.8
volt dan terlihat grafik Trace mulai meningkat yaitu 0.02 g. Setelah itu, rangsangan ditingkatkan
terus – menerus hingga gaya aktif berhenti atau mencapai maksimal pada rangsangan 8.00 volt
dengan gaya aktif 1.82 g.

Gambar 4.7 Stimulus voltage pada kontraksi otot katak


Pada percobaan pertama, pada saat oto pertama kali dikejutkan dengan 0.0 volt terlihat otot tidak
mengalami kontraksi atau gaya aktif otot 0.0 g.

Gambar 4.8 Stimulus voltage pada kontraksi otot katak


Pada percobaan ketiga, pada grafik diatas Trace otot mulai mengalami sedikit kenaikan gaya
aktif otot 0.02 g dengan rangsangan listrik 0.8 volt
Gambar 4.9 Stimulus voltage pada kontraksi otot katak

Pada grafik diatas terlihat gaya aktif otot terus mengalami kenaikan hingga pada saat otot diberi
rangsangan listrik 8.5 volt - 10.0 volt gaya aktif otot mulai berhenti pada 1.82 g. Sehingga bila
otot sudah mencapai batas maksimumnya otot tidak dapat meningkatkan gaya aktifnya

Gambar 4.10 Stimulus voltage pada kontraksi otot katak

Pada grafik diatas mula-mula otot dalam keadaan diam pada gaya aktif 0.0 g dengan rangsangan
listrik 0.0 volt. Dan mengalami kenaikan pada saat otot diberi rangsangan listrik 0.8 volt dan
dihasilkan gaya aktif otot 0.02 g.
Activity 3 : Hubungan antara Frekuensi Stimulus dengan Total Gaya Kontraksi Otot

Pada tabel data diatas dapat dilihat pada awal otot diberi rangsangan listrik 8.5 sudah didapat
gaya aktifnya yaitu 1.83. Pada percobaan kali ini di uji dengan rangsangan listrik yang sama
yaitu 8.5 volt tetapi berbeda dalam memberi stimulus (stimulus ganda). Terlihat pula gaya aktif
otot mengalami kenaikan sehingga semakin banyak kedutan atau frekuensi stimulus yang
diberikan pada otot katak maka gaya aktif otot akan semakin tinggi.

Gambar 4.11 Stimulus frequency pada kontraksi otot katak

Pada percobaan pertama, otot diberi rangsangan listrik 8.5 volt dan didapat gaya aktif 1.83 g
pada frekuensi stimulus tunggal.
Gambar 4.12 Stimulus frequency pada kontraksi otot katak

Pada percobaan ketiga, dengan rangsangan listrik yang sama, otot distimulus lalu pada saat Trace
hampir mencapai garis awal dilakukan lagi double stimulus dan didapat hasil 2.84 g. Disini gaya
aktif mengalami kenaikan pada stimulus ganda.

Gambar 4.13 Stimulus frequency pada kontraksi otot katak

Pada grafik diatas dapat didilihat bahwa untuk mencapai gaya kontraksi otot 5.2 g dibutuhkan
stimulus lebih untuk mencapainya. Frekuensi mempunyai pengaruh terhadap gelombang
summation sehingga semakin banyak stimulus yang diberikan maka semakin tinggi gaya
kontraksi otot.
BAB V
Pembahasan Hasil Praktikum

5.1 Pembahasan Hasil Praktikum Activity 1

Dalam praktikum ini kita mengenal yang dinamakan dengan periode latent. Periode
latent ini sendiri merupakan periode yang terjadi di antara terjadinya aksi potensial dan mulainya
pembentukan muscle potensial di serat otot. Periode laten adalah waktu antara stimulus atau
peristiawa kejutan dan peristiwa mekanisme kontraksi. Dimana, selama periode ini serabut otot
mengalami depolarisasi, ion kalsium dilepas, dan reaksi kimia mulai berlangsung. Meskipun
tidak ada kekuatan atau gaya yang dihasilkan selama periode latent. Perubahan kimia ( termasuk
pelepasan kalsium dari reticulum sarcoplasma ) terjadi intraseluler dalam persiapan untuk
kontraksi.
Dari hasil praktikum dapat kita lihat pada tabel dan grafik, bahwa semakin tinggi
tegangan otot, semakin besar juga gaya aktif. Namun periode laten pada percobaan ini tidak
berubah atau tetap. Hal ini sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh ( Guyton & Hall, 2007 ),
bahwa kekuatan kontraksi otot dipengaruhi oleh antara lain tingkat kepekaan saraf yang
menginversinya, cara perangsangannya, dan faktor pembebanan yang diberikan kepada otot
tersebut.
Dalam proses ini ada sebuah proses yang disebut dengan kopling eksitasi-kontraksi
pada serat otot rangka. Proses dari kopling eksitasi-kontraksi itu berawal dari pada saat terjadi
rangsangan, bagian muscle fiber yang bertemu dengan akson terminal membawa asetilkolin
( salah satu neoruntransmitter ) masuk ke dalam otot, kemudian berkaitan dengan reseptor
sehingga membuka gerbang ion Natrium, lalu akson terminal mengikat ion Natrium sehingga
memicu terjadinya aksi potensial, setelah itu kalsium keluar dari Reticulum Sarkoplasma. Dalam
proses ini ada yang disebut dengan Asetilkolin. Asetilkolin adalah salan satu neurotransmitter
yang memiliki peran dalam kontraksi otot rangka yaitu merespon sinyal yang diberikan oleh
sistem saraf kemudian memberikan atau menimbulkan reaksi kimia.
Pada otot ada beberapa istilah-istilah, diantaranya adalah serat muscle skeletal, motor
unit, kedutan otot rangka, Definisi dari masing-masing istilah tersebut adalah jika motor unit
memiliki definisi yaitu terdiri dari neuron motoric dan serat otot rangka dipersarafi oleh terminal
aksonial neuron motoric tersebut. kelompok unit motoric sering bekerja sama untuk
mengoordinasikan kontraksi satu otot, semua unit motoric di dalam otot dianggap sebagai pool
motor ( semua unit motoric dalam otot ). Kemudian istilah yang selanjutnya adalah kedutan otot,
kedutan otot ini dapat didefinisikan yaitu potensial aksi tunggal yang menyebabkan kontraksi
singkat yang kemudian diikuti dengan relaksasi, respon ini disebut sebagai kontraksi kedutan
otot. Kedutan timbul kira-kira 2 msec setelah dimulainya depolarisasi membran, sebelum
repolarisasi selesai. Lamanya kontraksi kedutan otot beragam, sesuai dengan jenis serabut otot
yang dirangsang. Istilah yang terakhir adalah serabut muscle skeletal yang memiliki definisi
yaitu dimana serabut skeletal muscle ini akan terdapat banyak sekali yang dinamakan muscle
fiber. Muscle skeletal adalah satu-satunya jaringan otot sukarela dalam tubuh manusia, karena
dapat dikendalikan secara sadar.
Dari pratikum yang sudah dilakukana, terdapat 3 fase yang terjadi dalam satu kali
kedutan otot, yaitu sebagai berikut :
Periode laten. Periode laten adalah beberapa milidetik pertama setelah stimulasi saat
eksitasi-kontraksi kopling terjadi. Selama periode ini, lintas jembatan mulai siklus tetapi
ketegangan otot belum terukur dan myogram tidak menunjukkan respon. Peningkatan tegangan
otot juga diukur untuk kontraksi isometric,sehingga pada saat tegangan otot dinaikkan pada saat
itu juga kontraksi isometric terjadi, dan tidak terjadi perubahan pada periode laten, hal ini dapat
dilihat pada table hasil praktikum yaitu setiap kali tegangan dinaikan nilai dari periode latent
tetap dan tidak berubah. Sma halnya dengan durasi perubahan periode laten yang tidak berubah
dengan perubahan tegangan stimulus yang berbeda, hal ini karena semakin tinggi rangsangan
voltase yang diberikan maka hasil periode laten yang diterima tetap sama pada kenaikan periode
laten awal, yang dapat dilihat dari table hasil praktikum 1, pada table tersebut terlihat dengan
jelas bahwa dari awal tegangan yaitu 4.0 yang mengalami rangsangan hingga dinaikan
ketegangan tertinggi yaitu 10.0 tidak terjadi perubahan pada periode laten, yaitu tetap 2.40.
Selama periode laten juga terjadi perubahan kimia yaitu pelepasan kalsium dari reticulum
sarkoplasma, yang terjadi secara intraseluler dalam persiapan untuk kontraksi.
Masa kontraksi. Selama masa kontraksi, jembatan lintas aktif, dari awal sampai
puncakpengembangan ketegangan, dan penelusuran miogram naik ke puncak. Periode ini
berlangsung 10–100 md. Jika ketegangan menjadi cukup besar untuk mengatasi hambatan
tersebut beban, otot memendek.

Periode relaksasi. Fase terakhir ini, berlangsung 10–100 md, dimulai dengan masuknya
kembali Ca2 + ke SR. Karena jumlah jembatan aktif melintang menurun, maka gaya
kontraktilnya berkurang menolak. Ketegangan otot menurun ke nol dan penelusuran kembali ke
garis dasar. Jika otot memendek selama kontraksi, sekarang kembali ke panjang awalnya.
Kemudian pada stimulasi ambang ion natrium juga akan berpindah ke dalam sel untuk
menyebabkan depolarisasi membran

Gambar fase-fase yang terjadi dalam satu muscle twitch dalam grafik.

Kontraksi

Relaksasi
K
e
k
u
a
Periode
t
a Laten
n

O
t
o
t

Waktu
5.2 Pembahasan Hasil Praktikum Activity 2

Berdasarkan Hasil praktikum ini kita bisa mengetahui Otot Rangka sangat mengorganisir
jaringan. Saat otot menerima aksi potensial maka akan terjadi kontraksi otot, ini ditunjukkan dari
nilai active force yang ada saat diberikan tegangan sebesar 1.0 volt. Maka saat dinaikkannya
tegangan stimulus,akan terjadi perubahan sehingga lebih banyak serat diaktifkan dan
menyebabkan gaya total yangdihasilkan oleh otot rangka meningkat sampai terjadinya tegangan
stimulus maksimal.
Dimana saat otot mencapai kekuatan maksimalnya maka sebesar apapun tegangan listrik
yang diberikan, otot tidak bisa meresponnya lebih kuat lagi.Pada nilai active forcenya akan
menunjukkan nilai yang sama ketika diberi tegangan kembali. Kekuatan merupakan kondisi fisik
menyangkut kemampuan otot untuk menerima suatu beban dan mempergunakan otot-ototnya
untuk menerima beban dalam waktu tertentu.Dalam hal ini diartikan bahwa ketika mengalami
tegangan otot secara maksimal kita menggunakan kapasitas dari otot untuk menggunakan
tenaganya semaksimal mungkin saat menerima beban.
Dalam proses ini ada suatu kekuatan untuk menahan tegangan otot yang harus dilatih
secara kontinu agar otot terbiasa saat menerima tegangan atau rangsangan yang cukup besar pada
sewaktu-waktu. Perubahan ini juga dapat berlaku pada seluruh otot yang dicapai dalan in vivo,
secara in vivo kontraksi otot dikontrol oleh sistem syaraf pusat. Perubahan tersebut seperti kerja
otot,kerja otot dalam kehidupan sehari-hari sangatlah variatif, sesuai dengan tujuan gerak.Otot
bekerja yang sifatnya statik seperti menahan, mendorong, mengangkat danadapula kerja yang
bersifat dinamik, yang menyebabkan perpindahan tubuh seperti berjalan, berbicara, berlari atau
melompat.
Pada saat melakukan kerja tersebut, komponen biomolekul dalam aktin dan miosin
melakukan bentuk perubahan yang tak sama yaitu Kejadian molekuler pada aktin dan miosin
juga berbeda saat otot melakukan kontraksi kuat, sedang atau lemah. Dan untuk mencapai hal
tersebut dilakukan penambahan motor unit untuk menaikkan kekuatan otot total yang dihasilkan.
5.3 Pembahasan Hasil Praktikum Activity 3

Pada activity kita bisa mengetahui apa itu perbedaan intensitas stimulus dan frekuensi
stimulus, trappe, dan wave summation. Perbedaan intensitas stimulus dan frekuensi stimulus
terletak pada pemberian ransangan. Dimana, frekuensi stimulus ransangan yang dapat diberikan
adalah tunggal dan ganda atau bahkan lebih, dalam sekali percobaan dengan voltase yang sama,
akan menghasilkan gaya otot yang berbeda dan kontraksi gaya aktif yang berbeda pula.
Sedangkan, intensitas stimulus ransangan yang dapat diberikan hanya tunggal, dimana
menghasilkan gaya aktif yang berbeda apabila voltase dinaikkan atau diturunkan.
Dalam percobaan pertama efek merangsang otot rangka terisolasi beberapa kali dalam
waktu singkat dengan relaksasi lengkap antara ransangan, maka kekuatan kontraksi dengan
setiap stimulus berikutnya meningkat seperti anak tangga. Hasil ini dapat membuktikan bahwa
peristiwa tersebut disebut dengan Treppe. Dan pada percobaan kedua frekuensi ransangan
mempengaruhi jumlah gaya yang dihasilkan oleh otot rangka yang diisolasi ketika frekuensi
ransangan ditingkatkan sehingga otot berkedut tidak sepenuhnya rileks diantara ransangan
berikutnya. Karena semakin banyak frekuensi yang diberikan saat ransangan otot, maka gaya
aktif yang diperoleh akan semakin tinggi. Hal itu dikarenakan frekuensi yang diberikan pada otot
dimana otot sedang mengalami kontraksi. Hal itu disebut dengan wave summation. Hasilnya
antara prediksi kami dan hasil percobaan adalah sama.
Selain itu pada activity ini kita juag mengatahui bahwa semakin sering stimulus yang
diberikan tanpa memberi istirahat otot maka semakin besar pula gaya aktif yang dihasilkan.
Besarnya gaya aktif menunjukan besar kecilnya kontraksi otot yang dihasilkan. Hal ini buktikan
pada percobaan ke-4 yang mana, untuk mencapai gaya aktif 5,2 g kita tidak perlu menaikan gaya
lebih dari 8,5 g voltate untuk mendapatkan gaya aktif 5,2 g. Kita sudah bisa mendapatkan gaya
aktif sebesar 5.2g dengan cara menambah melakukukan percobaan dengan stimulus tetap namun
dilakukan berulang-ulang dalam waktu yang sama hingga memperoleh 5,2g.
BAB VI

Kesimpulan
6.1 Kesimpulan
1. Otot Lurik mengalami 3 fase saat terjadi kerja otot yaitu Periode latent,
kontraksi dan relaksasi.
2. Otot lurik dapat berkontraksi dengan adanya ransangan dari tegangan stimulus.
3. Otot lurik jika terus menerus berkontraksi juga akan mengalami kelelahan otot.
4. Semakin tinggi voltage stimulus ditambahkan maka active forcenya juga bertamba.
Namun, memiliki batas minimal voltage yaitu 0,8 V.
5. Otot gastronekmus dapat berkontraksi dengan adanya rangsangan dari tegangan listrik.
6. Voltase yang diberikan terhadap otot akan mempengaruhi besarnya respon dalam
bentuk kontraksi dan gaya aktif.
7. Semakin sering stimulus tanpa memberi istirahat pada otot yang maka akan semakin
besar pula gaya aktif yang dihasilkan. Besarnya gaya aktif menunjukan besar kecilnya
kontraksi otot yang dihasilkan.
Daftar Pustaka
Arthur C. Guyton and John E. Hall, 2006, Guyton and Hall’s Textbook of Medical
Physiology, 11th ed., Contraction of Skeletal Muscle, 72-84.
Kim Barret, Heddwen Brooks, Scott Boitano and Susan Barman, 2010, Ganong’s Review of
Medical Physiology, 23rd ed., Exictable Tissue: Muscle, 93-112.
Marieb.N.Elaine, Hoehn Katja.2016.Human Analogy & Physiology, 10 th edition.
Pearson Education Limited.

Anda mungkin juga menyukai