Anda di halaman 1dari 18

LAPORAN PRAKTIKUM MAHASISWA

SEMESTER II
TAHUN AKADEMIK 2022/2023

PRAKTIKUM SISTEM TUBUH I


BAB 4
(Praktikum Kontraksi Otot Tetani)

DISUSUN OLEH :
1. YUSRIYA SALMA WIJAYA 20220710025
2. SENOFA KLAUDIO HALAWA 20220710031
3. ANDIVA ANANTA AKSE OHOIRA 20220710033
4. INDY MELATI PUTIH WANGI WINDIARDITO 20220710050
5. FEBRIANSYAH CITRA ADI KUSUMA 20220710055
6. IBELLA KEZYA RAYANI SARAGIH 20220710066
7. ADINDA DWI IRSYANTI 20220710179
8. MUHAMMAD RIZKI RAMADHAN 20220710180
9. NUD’AH NASYWAH ZUMRUDAH 20220710185
10. NABILA YASMINE CHAIRUNNISA 20220710109
11. AMEILIA DIFAN MAHAPUTRI 20220710112
12. DIMAS TANGGUH WIJAYA 20220710114

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI


UNIVERSITAS HANG TUAH
SURABAYA
2023
BAB I PENDAHULUAN

Pada eksperimen sebelumnya, peningkatan frekuensi stimulus pada otot skelet


akan menghasilkan peningkatan kekuatan otot. Secara spesifik, jika stimulus elektrik
diaplikasikan secara berulang dalam waktu cepat, twitch yang tumpang tindih akan
menghasilkan kekuatan otot yang lebih besar. Namun, jika stimulus dengan frekuensi
berulang tersebut dilanjutkan dalam jangka waktu yang lama, kekuatan otot maksimum
akan mencapai plateu, suatu keadaan yang disebut tetani bergerigi (unfused tetani).
Jika stimulus tersebut tetap terus diberikan dengan frekuensi yang lebih besar lagi,
twitch akan mulai tampak datar sehingga puncak dan lembah dari tiap twitch tidak dapat
dibedakan, akan menyebabkan keadaan yang disebut tetani lurus (complete /fused
tetani). Ketika frekuensi stimulus mencapai nilai diatas dimana kekuatan otot tidak dapat
meningkat lagi, otot mencapai keadaan yang disebut maximal tetanic tension

Treppe adalah peningkatan perlahan kekuatan otot yang dihasilkan ketika otot
distimulasi secara terus menerus, dalam hal ini muscle twitch terjadi saling berdekatan,
dengan tiap twitch selanjutnya menunjukkan puncak yang sedikit lebih tinggi
dibandingkan dengan twitch sebelumnya. Sehingga treppe juga disebut dengan efek
staircase (step-like increase).

Tiap twitch yang berkelanjutan menghasilkan kekuatan sedikit lebih besar dibandingkan
twitch sebelumnya selama otot diijinkan untuk rileks secara penuh antar stimulus.

Ketika otot skelet distimulasi secara berulang dalam waktu pendek, muscle twitch satu
dengan lainnya akan menjadi tumpang tindih dan menghasilkan kontraksi otot yang
kuat. Peristiwa ini disebut wave summation (sumasi bergelombang)
Sumasi bergelombang terjadi ketika serat otot yang menghasilkan tegangan otot
distimulasi lagi sebelum otot tersebut relaksasi sempurna . Sehingga sumasi
bergelombang dapat diperoleh dengan meningkatkan frekuensi stimulus pada otot

ACTIVITY 3: PENGARUH FREKUENSI RANGSANGAN PADA KONTRAKSI OTOT


SKELET

TUJUAN:

1. Untuk memahami frekuensi rangsangan, sumasi bergelombang, dan treppe


2. Untuk mengamati pengaruh peningkatan frekuensi rangsangan terhadap kekuatan
otot.
3. Untuk mengamati bagaimana peningkatan frekuensi rangsangan dapat
menyebabkan sumasi bergelombang.

ACTIVITY 4: TETANI PADA OTOT SKELET

TUJUAN:

1. Untuk memahami frekuensi rangsangan, tetani bergerigi, tetani lurus, dan maximal
tetanic tension.
2. Untuk mengamati pengaruh peningkatan frekuensi rangsangan pada otot skelet.
3. Untuk mengamati bagaimana peningkatan frekuensi rangsangan dapat
menyebabkan tetani bergerigi atau tetani lurus.

ACTIVITY 5 : KELELAHAN (FATIGUE) PADA OTOT SKELET

TUJUAN:

1. Untuk memahami, frekuensi rangsangan, tetani lurus (fused), fatigue, dan periode
istirahat.
2. Untuk mengamati terjadinya fatigue pada otot skelet.

3. Untuk memahami bagaimana periode istirahat menentukan awal terjadinya fatigue.


BAB II HASIL

Activity 3 : Pengaruh Frekuensi Stimulus Terhadap Laporan Lab Kontraksi Otot Rangka

Experiment Data :
Activity 4 : Tetanus dalam Laporan Lab Otot Rangka Terisolasi.

Experiment Data :

Pada tabel baris pertama dimulai dengan rangsangan 8.5 Voltage dengan
memberi 50 stimulus pada sekali rangsangan sehingga didapat gaya aktif sebesar 5.12.
Kedua, dilakukan kembali dengan ditambahkan stimulus 130 sehingga mendapatkan gaya
aktif sebesar 5.88. Ketiga, menambahkan stimulus 140 dan didapatkan gaya aktif sebesar
5.91. Kemudian, menambahkan stimulus secara bertahap 2 stimulus per ditambahnya
sampai sebesar 150 dan didapatkan gaya aktif maksimal sebesar 5.95.

Dari tabel diatas bisa kita lihat bahwa otot yang diberi rangsangan terus-menerus
pada akhirnya akan memiliki jumlah nilai yang sama, hal ini dikarenakan otot sudah
mencapai kontraksi maksimalnya. Oleh karena itu, ketegangan pada otot dapat
dipertahankan dengan adanya kontraksi dan relaksasi yang bergantian

Kontraksi Otot saat diberi stimuli/sec sebesar 50

Kontraksi Otot saat diberi stimuli/sec sebesar 130

Kontraksi Otot saat diberi stimuli/ sec sebesar 140


Kontraksi Otot saat diberi stimuli/ sec sebesar 142
Kontraksi Otot saat diberi stimuli/sec 150

Kontraksi tetani merupakan kontraksi yang terjadi jika frekuensi stimulus


meningkat melebihi batas relaksasi otot. Dimana kontraksi akan bergabung menjadi
kontraksi yang panjang dan kuat. Tetanus disebabkan karena sifat-sifat otot dan sebagian
dari keadaan aktivasi serat otot yang banyak bergabung menjadi keadaan aktivasi kontinu
yang lama.

Dapat dilihat bila kelelahan otot terjadi akibat adanya kontraksi otot yang kuat dan
lama, dimana kelelahan otot hampir berbanding lurus dengan penurunan kontraksi otot.
Kelelahan otot akibat dari ketidakmampuan proses kontraksi dan metabolik serat-serta
otot untuk memberi hasil kerja otot yang sama. Karenanya timbulah tetani karena tonus
otot yang terus menerus diberi kontraksi secara multiple.

Activity 5 : Kelelahan dalam Laporan Lab Otot Rangka Terisolasi.

Experiment Data :

Pada saat otot diberi voltase 8,5 Volt dan stimuli frekuensi 120 stimuli/sec otot belum
mengalami keadaan apapun. Saat voltase 8,5 volt dan mengalami istirahat selama 12 detik maka
terjadi perubahan pada sustained maximal force yaitu 1,80 detik. Dan pada saat mengalami waktu
istirahat 21 detik terjadi perubahan pada sustained maximal force sebesar 5.40 detik.

Pada saat otot diberi voltage 8,5 Volt dan stimuli frekuensi 120 stimuli/sec otot belum
mengalami keadaan apapun.

Kemudian dilakukan percobaan kembali dengan voltase dan frekuensi yang sama dengan
adanya rest periode sebanyak dua kali yaitu pada 12 detik pertama dan 21 detik untuk
waktu yang kedua.
BAB III PEMBAHASAN

Otot dapat berkontraksi karena adanya rangsangan. Umumnya otot berkontraksi bukan karena
satu rangsangan, melainkan karena suatu rangkaian rangsangan yang berurutan. rangsangan
kedua akan memperkuat rangsangan yang pertama diberikan kepada otot, dan ketika
diberikan rangsangan yang ketiga akan memperkuat rangsangan yang kedua yang diberikan
kepada otot. Dengan demikian terjadilah ketegangan atau tonus yang maksimum. Tonus yang
maksimum dan terus-menerus inilah yang disebut dengan tetanus. Saat otot sudah mencapai
tegangan maksimum maka akan timbul kelelahan otot yang disebut dengan fatigue. Fatigue
sendiri merupakan keadaan dimana otot yang kelelahan karena mengalami kontraksi yang
terus-menerus dan tidak ada waktu untuk berelaksasi (Guyton & Hall, 2016)

Activity 3 : The Effect of Stimulus Frequency on Skeletal Muscle Contraction Lab


Report.

1. Apakah perbedaan dari Intensitas Stimulus dan Frekuensi Stimulus ?

Intensitas Stimulus mengacu pada kekuatan rangsangan, sedangkan Frekuensi Rangsangan


mengacu pada tingkat pengiriman Rangsangan ke otot.

2. Dalam percobaan ini anda mengamati efek stimulasi otot rangka yang diisolasi
beberapa kali dalam waktu singkat relaksasi total antara rangsangan. Jelaskan kekuatan
kontraksi dengan setiap rangsangan berikutnya. Apakah hasil ini disebut treppe atau
penjumlahan gelombang?

Tiap twitch lanjutan menghasilkan kekuatan sedikit lebih besar dibandingkan twitch
sebelumnya selama otot diijinkan untuk rileks secara penuh antar stimulus. Ketika otot skelet
distimulasi secara berulang dalam waktu pendek, muscle twitch satu dengan lainnya akan
menjadi tumpang tindih dan menghasilkan kontraksi otot yang kuat. Peristiwa ini disebut wave
summation (sumasi bergelombang). Dalam hal ini disebut treppe karena peningkatan perlahan
kekuatan otot yang dihasilkan ketika otot distimulasi secara terus menerus, dalam hal ini
muscle twitch terjadi saling berdekatan dan tiap twitch selanjutnya menunjukkan puncak yang
sedikit lebih tinggi dibandingkan dengan twitch sebelumnya.

3. Bagaimana frekuensi stimulasi mempengaruhi jumlah gaya yang dihasilkan oleh otot
rangka yang terisolasi ketika frekuensi rangsangan ditingkatkan sedemikian rupa
sehingga kedutan otot tidak sepenuhnya rileks di antara rangsangan berikutnya?
Apakah hasil ini disebut treppe atau penjumlah dia an gelombang? seberapa baik
hasilnya dibandingkan dengan prediksi Anda?

Saat frekuensi stimulus meningkat, kekuatan otot yang dihasilkan oleh setiap stimulus yang
berurutan akan meningkat. . Semakin banyak kedutan atau frekuensi stimulus yang diberikan
pada otot rangka maka gaya yang dihasilkan akan semakin tinggi.Ketika frekuensi stimulasi
meningkat ke titik dimana relaksasi otot tidak terjadi, muncul tekanan yang meningkat pada
setiap stimulus. Ketika otot berkedut dan saling tumpang tindih tidak ada relaksasi otot dan
stimulus muncul setelah salah satu dari yang lain pada jumlah waktu yang singkat, kontraksi
otot lebih tinggi dari pada salah satu otot muncul dengan kontraksi sendiri terjadi. Hasil ini
disebut wave summation karena frekuensi stimulasi ditingkatkan kepada unit-unit motor.
serabut dirangsang sementara kedutan sebelumnya masih terjadi, twitch kedua akan lebih
kuat. Hasilnya baik

4. Untuk mencapai gaya aktif 5,2 g, apakah Anda harus meningkatkan tegangan
stimulus di atas 8,5 volt? Jika tidak, bagaimana Anda mencapai kekuatan aktif 5,2 g?
Seberapa baik hasilnya dibandingkan dengan prediksi Anda?

Menurut saya, tegangan stimulus tidak perlu dinaikkan untuk menghasilkan kontraksi otot yang
berkelanjutan dengan nilai gaya aktif 5.2 g, dengan demikian, prediksi saya benar. Ketika
tegangan stimulus dinaikkan di atas 8,5 volt seperti saat (10,0 volt), gaya aktif hanya mencapai
5.11. Untuk mencapai gaya aktif 5,2, yang diatur pada tegangan stimulus 8,5 volt, frekuensi
stimulus perlu ditingkatkan

5. Bandingkan dan kontraskan penjumlahan gelombang yang bergantung pada


frekuensi dengan perekrutan unit motor (sebelumnya diamati dengan meningkatkan
tegangan stimulus). Bagaimana mereka mirip? Bagaimana masing-masing dicapai
dalam percobaan? Jelaskan bagaimana masing-masing dicapai secara in vivo.

Penjumlahan gelombang yang bergantung pada frekuensi dan perekrutan unit motor serupa
karena kedua metode menghasilkan peningkatan gaya aktif dan total. Namun, penjumlahan
gelombang yang bergantung pada frekuensi dipengaruhi dan dicapai dengan meningkatkan
frekuensi stimulus, sedangkan perekrutan unit motorik dipengaruhi dan dicapai dengan
meningkatkan intensitas stimulus. In vivo, perekrutan unit motor tambahan meningkatkan
(mempengaruhi) kekuatan otot total yang dihasilkan.
Activity 4 : Tetanus in Isolated Skeletal Muscle Lab Report.

1. Jelaskan bagaimana peningkatan frekuensi stimulus mempengaruhi gaya yang


dikembangkan oleh seluruh otot rangka yang terisolasi dalam aktivitas ini. Seberapa
baik hasilnya dibandingkan dengan prediksi Anda?

Besar rangsangan yang diberikan pada saraf ischiadicus mempengaruhi kontraksi pada otot
gastrocnemius. Otot memiliki stimulus ambang yaitu voltase listrik minimum yang
menyebabkan otot berkontraksi. Jika stimulus tidak mencapai ambang batasnya maka otot
tidak akan memberikan respon.

Sebuah otot akan berkontraksi sangat cepat bila is berkontraksi tanpa melawan beban. Tetapi
bila diberi beban, kecepatan kontraksi akan menurun secara progresif seiring dengan
penambahan beban. Bila beban meningkat sampai sama dengan kekuatan maksimum yang
dapat dilakukan otot tersebut, maka kecepatan kontraksi menjadi nol dan tidak terjadi kontraksi
sama sekali walaupun terjadi aktivasi serat otot. Penurunan kecepatan dengan beban ini
disebabkan oleh kenyataan bahwa beban pada otot yang berkontraksi adalah kekuatan
berlawanan arah yang melawan kekuatan kontraksi akibat kontraksi otot (Guyton and
Hall,2006)

2. Tunjukkan jenis gaya apa yang dikembangkan oleh otot rangka yang terisolasi dalam
aktivitas ini pada frekuensi stimulus berikut: pada 50 stimuli/sec, pada 140 stimuli/sec,
dan di atas 146 stimuli/sec

Pada 50 stimuli/sec jenis gaya yang dikembangkan yaitu gaya aktif sebesar 5.12, kemudian
pada 140 stimuli/sec jenis gaya yang dihasilkan adalah gaya aktif sebesar 5.91 dan saat di
atas 146 stimuli/sec menghasilkan jenis gaya aktif didapat 5.95.

3. Di luar frekuensi stimulus apa tidak ada peningkatan lebih lanjut dalam gaya puncak?
Apa yang disebut ketegangan otot pada frekuensi ini?

Dalam percobaan ini, digunakan sebuah tumpuan yang bertujuan untuk penambahan beban
agar tidak menyebabkan beban otot tidak bertambah panjang. Jika otot diberi stimulate
terlebih dahulu baru kemudian diberi beban, hal ini disebut dengan afterloaded dimana otot
berkontraksi sebelum diberi beban sehingga tidak dapat menyesuaikan. Jika otot lelah saat
diberi beban, ini disebut dengan kontraksi preloaded dimana otot mampu menahan beban
yang lebih besar karena sebelumnya otot sudah diberi beban terlebih dahulu sehingga otot
dapat menyesuaikan.

Activity 5 : Fatigue in Isolated Skeletal Muscle Lab Report.

1. Ketika otot rangka lelah, apa yang terjadi pada gaya kontraktil dari waktu ke waktu?

Kontraksi otot yang intens dan berkepanjangan menjepit pembuluh darah di antara serat otot,
menghambat aliran darah dan pertukaran nutrisi. Inilah penyebab hilangnya energi akibat
kelelahan otot. Kerja otot yang terus menerus, bahkan kerja yang dinamis, dapat
menyebabkan kelelahan, sehingga istirahat diperlukan untuk pemulihan otot. Inilah sebabnya
mengapa waktu istirahat setelah bekerja sangat penting.

2. Apa saja penyebab yang diusulkan dari kelelahan otot rangka?

Penyebab kelelahan dapat ditinjau dari aspek anatomi berupa kelelahan sistem saraf pusat,
neuromuskular dan otot rangka, dan dari aspek fungsi berupa kelelahan elektrokimia,
metabolik, berkurangnya substrat energi, hiper/hipotermia dan dehidrasi (Septiani et al., 2010)
Kelelahan diakibatkan dari ketidakmampuan proses kontraksi dan metabolisme serabut –
serabut otot untuk terus memberikan hasil kerja yang sama (Wiarto, 2012). Kelelahan otot juga
dapat disebabkan karena terjadinya hambatan aliran darah yang menuju ke otot yang sedang
berkontraksi yang membawa makan dan oksigen untuk dijadikan bahan bakar . faktor – faktor
yang berperan dalam kelelahan otot adalah penimbunan asam laktat dan habisnya cadangan
energi pada otot (Wiarto, 2013).

3. Mematikan stimulator memungkinkan sedikit pemulihan otot. Dengan demikian, otot


akan menghasilkan lebih banyak kekuatan untuk jangka waktu yang lebih lama jika
stimulator dimatikan sebentar daripada jika rangsangan dibiarkan berlanjut tanpa
gangguan. Jelaskan mengapa ini mungkin terjadi. Seberapa baik hasilnya dibandingkan
dengan prediksi Anda?

Rest Periods pada otot rangka dapat mempengaruhi kontraksi otot. Ketika otot skeletal
beristirahat secara singkat maka hal yang terjadi adalah pada waktu otot akan melakukan
kontraksi kembali,lama kontraksi akan lebih singkat dibandingkan ketika otot yang beristirahat
lebih lama. Hal ini terjadi karena pada rest periods, otot akan mengalami pemulihan
untuk mengembalikan kondisi semula setelah mengalami kontraksi dan fatigue.
4. Buat daftar beberapa cara agar manusia dapat menunda timbulnya kelelahan ketika
mereka dengan penuh semangat menggunakan otot rangka mereka.

Salah satu zat yang dikenal sebagai zat ergogenik adalah kafein (suatu derivat
methylxanthine), yang bekerja sebagai antagonis reseptor adenosin di jaringan otot. Kafein
secara alami terkandung dalam kopi, teh, kakao, cola nut dan guarana.

Banyak penelitian yang telah membuktikan efek positif kafein sebagai zat ergogenik, di
antaranya dalam menunda kelelahan otot. Karena efek positif ini, maka sat ini kafein banyak
digunakan sebagai salah satu zat stimulan.

KESIMPULAN

Berdasarkan uraian hasil pengamatan dari eksperimen aktivitas dari otot skelet (M.Gastrocnemius)
yang diberi stimulus elektrik dari elektroda.

1. Jika rangsangan maksimal yang diberikan secara berurutan atau dari frekuensi
rendah hingga frekuensi tinggi terus menerus dalam waktu yang lama, otot yang
dirangsang akan berkontraksi dengan pola.
2. Saat masih diberi frekuensi rendah otot akan menggambarkan pola kontraksi
sumasi.
3. Pada frekuensi yang relatif rendah, gelombang sumasi akan memberikan
kontraksi tetanus bergerigi.
4. Semakin tinggi frekuensi, semakin tinggi pula frekuensi gelombang sumasi yang
terbentuk.
5. Pada saar frekuensi semakin tinggi, otot yang dirangsang tidak akan memiliki
kesempatan untuk menyelesaikan fase repolarisasi atau untuk berelaksasi.
DAFTAR PUSTAKA

Abdurachman, N. I. D. N., Dion Krismashogi Dharmawan, N., Irmawan Farinda, N., & Etha
Rambung, N. (2016). Indahnya seirama kinesiologi dalam anatomi.

Ganong, W. F. (2002). Buku ajar: Fisiologi kedokteran. EGC.

Guyton, A. C., and Hall, J. E. 2006. Textbook of Medical Physiology. 11th Edition., W. B.
Saunders Co.,Philadelphia.

Hall, John E. (2016) ‘Guyton and Hall: Textbook of Medical Physiology (13th ed.) Philadelphia,
PA: Elsevier.

Syaifudin.2009. Fisiologi tubuh manusia untuk mahasiswa keperawatan. Jakarta.


Penerbit:Selemba Medika.

Tarwaka, Bakri SHA, Sudiajeng L. Ergonomi untuk Keselamatan, Kesehatan Kerja dan
Produktivitas. Surakarta: UNIBA Press. 2004. p.107

Wiarto, G. 2013. Fisiologi Dan Olahraga. Yogyakarta : Graha Ilmu

Anda mungkin juga menyukai