Anda di halaman 1dari 10

LAPORAN PRAKTIKUM BIOLOGI ORAL I

TOPOGNOSIS GIGI

Hari Praktikum : Selasa


Tanggal Praktikum : 12 September 2017
Pembimbing : Aqsa Syuhada, drg., M.Kes

OLEH:
1. Virna Septianingtyas 021611133142
2. Dian Pramita Ayu K 021611133143
3. Vina Zavira Nizar 021611133144

DEPARTEMEN BIOLOGI ORAL


FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI
UNIVERSITAS AIRLANGGA
SURABAYA
2017
1. TUJUAN
- Mengetahui kesalahan penentuan lokasi gigi yang diberi rangsangan
- Mengetahui penyebab terjadinya kesalahan penentuan lokasi gigi yang diberi
rangsangan berdasarkan pendekatan anatomis dan fisiologis
- Mengetahui fenomena klinik yang berhubungan dengan topognosis gigi

2. METODE
2.1 Alat dan Bahan
1. Kaca mulut
2. Pinset dental
3. Burnisher
4. Nierbekken
5. Kapas dan alcohol

2.2 Cara Kerja


1. Tiap kelompok yang terdiri dari 3 mahasiswa dipilih 1 mahasiswa sebagai orang
coba (sunjek) dan satu lainnya sebagai pelaku percobaan (tester).
2. Subjek harus mahasiswa dengan gigi permanen yang lengkap dan tidak ada
restorasi gigi.
3. Tester dan subjek duduk berhadapan.
4. Subjek harus rileks dan tidak boleh tegang.
5. Tester menyentuh dan menekan ringan salah satu gigi secara random. Sentuhan
<1 detik.
6. Subjek menyebut nomor gigi yang disentuh. Misalnya 27, 36, dan sebagainya.
7. Bagilah zona rangsangan menjadi 6 zona sebagai berikut.
- Regio posterior kanan atas
- Regio anterior atas
- Regio posterior kiri atas
- Regio posterion kanan bawah
- Regio anterior bawah
- Regio posterior kiri bawah.
8. Lakukan percobaan secara random tiap zona.
9. Hitung jumlah jawaban yang benar dan salah tiap zona.
3. HASIL

Posterior Posterior
Kanan Anterior Kiri

Atas 66,6 % 33,3 % 66,6 %

Bawah 100 % 33,3 % 100 %

Tabel 1. Presentase kesalahan penentuan lokasi gigi oleh subjek

4. PEMBAHASAN
Topognosis gigi adalah kemampuan untuk menentukan lokasi suatu rangsangan.
Kemampuan ini melibatkan jalur somatic sensoric, mulai dari reseptor sensorik, saraf
afferent, synaptic di medulla spinalis, columna dorsalis, sampai pusat sensorik di korteks
serebri. Reseptor tekan dan raba pada gigi terletak pada periodontal ligament. Tekanan
dan sentuhan pada gigi akan diteruskan menuju periodontal ligament dan selanjutnya
mengikuti lintasan sensorik somatic lainnya.

Somatosensorik merupakan respon yang dapat kita sadari dan dapat kita kendalikan,
sedagkan motoric autonomic adalah respon yang tidak kita sadari. Otot skeletal
merupakan efektor pada jaras somatosensorik. Sistem somatosensorik berfungsi sebagai
pendeteksi perubahan yang ada disekitar kita dan mengirim informasi tersebut menuju
saraf pusat melalui saraf sensorik.

Untuk itu, reseptor memiliki peran yang sangat besar karena berfungsi menerima
rangsang dan meneruskannya ke sepanjang saraf sensorik sebelum sampai pada saraf
pusat. Beberapa macam reseptor:

1. Mechanoreceptor
2. Chemoreceptor
3. Thermoreceptor
4. Nociceptor
5. Proprioceptor
6. Photoreceptor
7. Baroreceptor
Hampir semua informasi sensorik dari segmen somatik tubuh memasuki sumsum tulang
belakang melalui dorsal root dari saraf tulang belakang. Namun, dari titik masuk ke yang
kemudian ke otak, sinyal sensorik dibawa melalui salah satu dari dua jalur sensorik
alternatif: (1) sistem kolumna dorsalis atau (2) sistem anterolateral. Kedua sistem ini
kembali bersama sebagian di tingkat talamus.

Sistem kolumna dorsalis , membawa sinyal ke atas ke medula otak terutama di kolumna
dorsalis. Kemudian, setelah sinyal bersinaps dan menyeberang ke sisi berlawanan di
medula, mereka terus naik melalui batang otak ke thalamus dengan mellui lemniscus
medial.

Sebaliknya, sinyal dalam sistem anterolateral, memasuki sumsum tulang belakang dari
akar saraf tulang belakang, lalu bersinaps di dorsal horns dari gray matter, kemudian
menyeberang ke sisi berlawanan dari cord dan naik melalui anterior dan lateral dari white
column. Impuls akan berhenti di batang otak bagian bawah dan di thalamus.

Sistem anterolateral memiliki kemampuan khusus yang tidak dimiliki sistem dorsal, yaitu
kemampuan untuk mentransmisikan spektrum modalitas sensorik yang luas,sensasi
sentuhan rasa sakit, kehangatan, dingin, dan kasar.Sedangkan, sistem dorsal terbatas pada
jenis sensasi mekanis. Dengan perbedaan ini, sekarang kita bisa daftar jenis sensasi yang
ditransmisikan dalam dua sistem.

Sistem Kolumna Dorsalis

1. Sensasi sentuhan yang membutuhkan tingkat lokalisasi stimulus yang tinggi

2. Sensasi sentuhan yang membutuhkan transmisi intensitas gradasi yang halus

3. Sensasi fasik, seperti sensasi getaran

4. Sensasi gerakan sinyal terhadap kulit

5. Posisi sensasi dari sendi

6. Sensasi tekanan yang berkaitan dengan tingkat tekanan yang baik terhadap
intensitas tekanan
Sistem Anterolateral

1. Nyeri

2. Sensasi panas, termasuk sensasi hangat dan dingin

3. Sentuhan kasar dan sensasi tekanan

4. Rasa gatal dan gatal

5. Sensasi seksual

A. Jalur Kolumna Dorsalis

Perhatikan pada Gambar 4.1 bahwa serabut saraf yang memasuki kolom dorsal lalu ke
medula bagian dorsal. Lalu, impuls bersinaps di inti kolumna dorsalis (nukleus cuneate
dan gracile). Dari situlah, second order neuron segera melakukan dekussasi ke sisi
berlawanan batang otak dan terus naik melalui lemnisci medial ke talamus. Dalam jalur
ini melalui batang otak, masing-masing lemniscus medial bergabung dengan serat
tambahan dari nukleus sensorik saraf trigeminal; Serat ini menggunakan fungsi sensorik
yang sama untuk kepala sehingga serat kolom dorsal tunduk pada tubuh.

Di thalamus, serat lemniscal medial berakhir di daerah relay sensorik thalamic, yang
disebut kompleks ventrobasal. Dari kompleks ventrobasal, third order neuron, seperti
yang ditunjukkan pada Gambar 4.2, impuls berjalan terutama pada gyrus postcentral
korteks serebral. Gyrus postsentralis disebut daerah sensorik somatik I (seperti yang
ditunjukkan pada Gambar 4.3, serat ini juga memproyeksikan ke daerah yang lebih kecil
di korteks parietal lateral yang disebut daerah sensorik somatik II).
Gambar 4.1 Pathway system kolumna dorsalis

Gambar 4.2 Proyeksi sistem kolumna dorsalis melalui thalamus ke korteks


somatosensori
Gambar 4.3 Representasi bebrbagai bagian tubuh pada somatosensori area I korteks.

B. Jalur Anterolateral

Serat anterolateral sumsum tulang belakang berasal terutama pada horns dorsal I, IV, V,
dan VI Lamina ini adalah tempat di mana banyak serabut saraf sensorik dorsal ujungnya
berhenti setelah memasuki chord.

Seperti ditunjukkan pada Gambar 4.4, serat anterolateral segera bersilangan di komisura,
lalu mereka membelok ke atas ke arah otak melalui traktus spinotalamik anterior dan
traktus spinotalamik lateral.

Ujung atas dari dua traktus spinotalamik terdiri dari 2 bagian: (1) di seluruh inti retikuler
batang otak dan (2) di dua kompleks inti yang berbeda dari thalamus, kompleks
ventrobasal dan inti intralaminar. Secara umum, sinyal taktil ditransmisikan terutama ke
kompleks ventrobasal, berakhir di beberapa nukleus thalamik yang sama dimana sinyal
taktil kolom dorsal berhenti. Dari sini, sinyal dikirim ke korteks somatosensori bersamaan
dengan sinyal dari kolom dorsal.

Sebaliknya, hanya sebagian kecil dari sinyal rasa sakit yang langsung ditransmisikan ke
kompleks ventrobasal talamus. Sebaliknya, sebagian besar sinyal nyeri berhenti di inti
retikuler batang otak dan dari situ diteruskan ke inti intralaminar talamus dimana sinyal
rasa sakit diproses lebih lanjut.

Gambar 4.4 Pathway system anterolateral

Munculnya kesalahan penentuan lokasi rangsangan gigi adalah karena saraf yang
menginervasi gigi terletak saling berdekatan (lihat gambar 4.5). Sehingga saat berada
pada medulla spinalis saling berdekatan. Saat rangsangan diteruskan menuju kortek
sensorik primer, rangsangan yang berasal dari tempat yang berdekatan tapi tidak sama
akan berkumpul menjadia satu dan dirasakan sebagai sesuatu yang berbeda. Fenomena
ini disebut sebagai konverensi neuron sensorik.

Di klinik, pasien dengan sakit gigi seringkali memiliki beberapa kesulitan


mengidentifikasi gigi yang memberi mereka rasa sakit. Biasanya mereka bisa
menunjukkan apakah itu gigi atas atau bawah, ada di sisi kanan atau kiri mulut, dan gigi
itu adalah gigi depan atau belakang. Namun, mereka biasanya tidak dapat
mengidentifikasi gigi yang tepat lebih tepat kecuali ada penyebab lain seperti rongga
besar yang bisa mereka rasakan dengan lidahnya. Gigi hanya inervasi oleh neuron Aδ dan
C dan mekanisme ganda yang beroperasi melalui proses Aδ yang paling mungkin
beroperasi di inti trigeminal dan di luar untuk memberikan beberapa lokalisasi. Namun,
seperti yang ditunjukkan secara diagram pada gambar 4.6, sering terjadi percabangan
proses saraf pheripheral ke gigi yang berdekatan dan konvergensi neuron sensorik yang
cukup besar ke neuron proyeksi thalamic di kompleks nuklir sensoris trigeminal yang
membingungkan lokalisasi.

Gambar 4.5 Daerah yang diinervasi nervus trigeminus

Gambar 4.6 Convergence of dental nerves


5. PERTANYAAN
a. Jelaskan mengapa terjadi kesalahan penentuan lokasi rangsangan gigi
berdasarkan pendekatan anatomis dan fisiologis!
Jawab: Kesalahan penentuan lokasi rangsangan gigi terjadi karena terjadi
konvergensi neuron sensoring ataupun kerja dari saraf sensoris terhambat atau
mengalami gangguan
b. Jelaskan beberapa fenomena di klinik sehubungan dengan topognosis gigi!
Jawab: Pada klinik, topognosis gigi digunakan saat mengecek adanya kelainan
pada jaringan periodontal dengan tes perkusi, serta tes vitalitas pada jaringan
pulpa. Selain itu, di klinik pasien sering salah menentukan lokasi gigi yang
bermasalah dikarenakan adanya konvergensi neuron sensorik

6. KESIMPULAN
Topognosis adalah kemampuan untuk menentukan lokasi suatu rangsangan yang
melibatkan jalur sensorik somatic. Pada praktikum mahasiswa coba tidak dapat
menentukan posisi gigi dengan benar karena terjadi konvergensi neuron
sensorik.

7. DAFTAR PUSTAKA

Guyton, A.C. 2011. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran.Edisi 12. Jakarta: EGC

Martin E. Atkinson. 2013. Anatomy for Dental Students. Edisi 4. OUP Oxford

Anda mungkin juga menyukai