Anda di halaman 1dari 5

BARU

LAPORAN PRAKTIKUM
ILMU MATERIAL KEDOKTERAN GIGI II

Topik : Resin Komposit


Kelompok : C4
Tgl. Praktikum : Kamis , 15 Oktober 2020
Pembimbing : Prof. Dr. Intan Nirwana, drg., M.Kes

Penyusun :
1. Maryam Fathiya R 021911133186
2. Salma Andita A 021911133187
3. Rida Fadila Yusuf 021911133188
4. Sofia Islamiyah D S 021911133203

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI


UNIVERSITAS AIRLANGGA
2020
1. Tujuan

A. Mahasiswa mampu melakukan manipulasi komposit dengan benar.


B. Mahasiswa mampu membedakan perbedaan keekrasan hasil polimerisasiresi
komposit berdasarkan pengamatan dengan benar.

2. Alat dan Bahan

2.1. Alat yang digunakan


a. Cetakan teflon diameter 4 mm tebal 2 mm dan tebal 5 mm
b. Plat kaca
c. Celluloid Strip
d. Plastic filling instrument
e. Light curing unit
f. Cure light meter
g. Sonde

Gambar 2.1 Light curing unit (kiri) dan Cure light meter (Kanan)

2.2. Bahan yang digunakan


a. Resin komposit aktivasi sinar tampak (light activeted resin composite), bentuk
sediaan pasta tunggal.
b. Vaselin

Gambar 2.2 Light activated resin composite


3. Cara Kerja

a. Siapkan alat dan bahan yang dibutuhkan.


b. Permukaan cetakan teflon diulasi dengan vaselin, kemudian cetakan teflon diletakkan di
atas lempeng kaca yang telah dilapisi celluloid strip.
c. Material tumpatan resin komposit dikeluarkan dari tube, kemudian masukkan sedikit
demi sedikit ke dalam cetakan teflon tinggi 2 mm memakai plastic filling dan ditekan
dengan cement stopper. Cetakan harus terisi penuh dengan resin komposit tanpa ada
rongga (setinggi cetakan teflon).
d. Celluloid strip diletakkan di atas cetakan teflon yang telah diisi resin komposit,
kemudian diberi pemberat 2 ons selama 10 detik.
e. Sebelum menggunakan light curing LED, intensitas sinar tampak di periksa dahulu
dengan menempelkan light tip pada alat visble curing light meter dan intensitas yang
tertera di alat dicatat.
f. Dilakukan penyinaran pada permukaan komposit selama 20-40 detik (sesuai aturan pab
rik).
g. Resin komposit yang telah berpolimarisasi/mengeras dilakukan pemeriksaan kekerasan
permukaan dibagian atas dan bawah komposit dengan cara digores menggunakan sonde
h. Hasil kekerasan permukaan yang terkena light tip alat curing langsung (0 mm) dibedaka
n dengan permukaan yang jauh dari light tip alat curing dengan jarak10 mm
i. Tahap a-f diulangi pada cetakan dengan tinggi 5 mm dan 8 mm.
j. Pada cetakan dengan tinggi 8 mm dilakukan dua kali. Yang pertama sesuai dengan tahap
a-f, dan yang kedua penyinaran dilakukan setiap 2 mm sampai penuh. Sehingga,
penyinaran dilakukan sebanyak 4 kali pada jarak 0 mm.
Analisis hasil praktikum

Dilakukan penyinaran pada resin komposit dengan tinggi cetakan teflon yang berbeda, yaitu
2 mm, 5mm, dan 8 mm. Hasil dari praktikum menunjukkan, pada resin komposit yang
memiliki tinggi 2 mm didapatkan permukaan atas yang keras, dan bagian bawah yang keras.
Pada resin komposit yang memiliki tinggi 5 mm, didapatkan hasil permukaan bagian atas
yang keras dan bagian bawah yang lunak. Sedangkan pada resin komposit dengan tinggi 8
mm, didapatkan hasil permukaan bagian atas yang keras dan bagian bawah yang lunak.
Hasil ini menunjukkan bahwa ketebalan resin komposit berpengaruh terhadap reaksi
polimerisasi.

Hal ini dapat terjadi, karena biasanya resin komposit setebal 2 mm membutuhkan waktu
sekitar 20 detik (400mW/cm2) untuk menghasilkan reaksi polimerisasi yang tepat
(Sakaguchi dan Powers, 2019). Dan pada sumber lain disebutkan untuk memastikan
polimerisasi maksimal dan keberhasilan klinis waktu standar adalah kurang dari 20 detik
dan tebal tidak melebihi 2-2,5 mm (Anusavice, 2017). Sehingga, menurut kami apabila
tebal resin komposit tersebut lebih dari 2 mm akan membuat reaksi polimerisasi yang
berjalan belum optimal.

Kemudian, hasil praktikum pada resin komposit 2 mm dengan perlakuan jarak penyinaran
yang berbeda pun menunjukkan adanya perbedaan. Pada resin komposit 2 mm dengan jarak
penyinaran 0 mm didapatkan hasil permukaan bagian atas yang keras, dan bagian bawah
yang keras. Sedangkan pada resin komposit 2 mm dengan jarak penyinaran 10 mm didapati
hasil permukaan atas yang keras dan bagian bawah yang lunak. Hal ini menunjukkan adanya
pengaruh jarak penyinaran dan intensitas cahaya dengan proses polimerisasi dari resin
komposit.

Hal ini dapat terjadi, karena intensitas cahaya pada permukaan restorasi merupakan faktor
penting dalam kesempurnaan proses curing. Saat penyinaran dilakukan, ujung sinar harus
diletakan sedekat mungkin dengan permukaan resin (Anusavice, 2017) apabila tidak, maka
intensitas cahaya yang diberikan akan berkurang dan resin tidak mendapatkan intensitas
cahaya yang cukup sehingga proses polimerisasi dapat berjalan tidak optimal.

Selanjutnya, adalah perbedaan antara hasil dari praktikum resin komposit 8 mm yang disinar
1 kali dengan resin omposit yang diberi penyinaran 4 kali yaitu setiap 2 mm. Hasil yang
didapatkan adalah pada resin komposit yang disinari 1 kali permukaan atas kasar, sedangkan
permukaan bawah lunak. Sedangkan yang diberi penyinaran 4 kali, didapatkan permukaan
atas dan bawah keras. Hal ini menunjukkan bahwa resin komposit yang dilakukan
penyinaran 4 kali setiap 2 mm melakukan reaksi polimerisasi dengan baik.

DAFTAR PUSTAKA

Sama kayak sofi


Anusavice, K.J., 2004. Phillips : Buku Ajar Ilmu Bahan Kedokteran Gigi Edisi 10th ed.,

Anda mungkin juga menyukai