Anda di halaman 1dari 14

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Penggunaan resin komposit di bidang kedokteran gigi berkembang dengan pesat sebagai
bahan restorasi yang mementingkan estetis. Hal ini dikarenakan resin komposit juga memiliki
beberapa kelebihan antara lain, mempunyai warna yang menyerupai warna gigi asli,
penghantar panas yang rendah, tahan lama untuk gigi anterior, dapat berikatan kuat dengan
jaringan keras gigi, dan tidak larut dalam cairan mulut. Perbaikan dari sifat fisik dan sifat
mekanik resin komposit telah memungkinkan material restorasi tersebut digunakan untuk gigi
posterior. Restorasi resin sangat mengharapkan perlekatan yang kuat dan dapat bertahan lama
pada jaringan gigi. Pada saat ini, resin komposit masih menduduki peringkat pertama dalam
urutan tumpatan estetik. Walaupun telah banyak perbaikan yang dicapai dalam hal warna,
daya tahan terhadap tekanan kunyah dan kerapatan tepi, namun resin komposit memiliki
kelemahan yaitu terjadinya pengerutan setelah polimerisasi, sehingga menyebabkan terjadi
kebocoran tepi antara tumpatan dan jaringan gigi, timbulnya rasa sakit setelah penumpatan,
terjadinya karies sekunder dan tidak didapatnya titik kontak.

Banyak penelitian yang dilakukan untuk memperbaiki sifat fisik resin komposit terus
berkembang terutama masalah kontraksi polimerisasi resin komposit. Perbaikan dari resin
komposit ini dilakukan dengan mengoptimalkan bahan pengisi sedangkan bahan dasar
matriks organiknya tetep sama. Hampir semua resin komposit memiliki matriks resin
dimethacrylates seperti Bis-GMA , TEGDMA, atau UDMA yang umum digunakan dalam
komposit gigi. Dari perbaikan yang telah dilakukan, penyembuhan masalah kontraksi
polimerisasi belum dapat dicapai. Strategi utama untuk mengatasi masalah kontraksi
polimerisasi difokuskan pada peningkatan bahan filler, sehingga mengurangi proporsi dari
resin methacrylate. Karena masalah penyusutan ini disebabkan oleh matriks resin, semakin
rendah proporsi resin dalam komposit semakin rendah penyusutan yang terjadi. Oleh karena
itu, dengan mengubah matriks resin komposit yang telah ada akan dapat mengatasi masalah
kontraksi polimerisasi.

Dalam usaha untuk mengurangi kontraksi polimerisasi, para peneliti di bidang


kedokteran gigi telah mengembangkan suatu resin komposit dengan komponen matriks resin
yang berbeda dengan methacrylate,yaitu resin komposit berbasis silorane . Menurut
Weinman et al (2005) menyatakan bahwa silorane merupakan bahan resin yang berbasis
sistem monomer matriks baru yaitu siloxane dan oxirane yang memiliki tekanan pengerutan
lebih rendah dan warna yang lebih stabil dibandingkan resin komposit berbasis methacrylate.
Silorane dihasilkan dari reaksi molekul oxirane dan siloxane, yang mekanismenya dapat
mengurangi stress dengan cara terbukanya cincin oxirane selama polimerisasi. Siloxane
merupakan bahan yang memiliki sifat hydrophobic dan oxirane sangat dikenal karena
penyusutannya yang rendah dan stabilisasinya yang sangat baik terhadap pengaruh reaksi
fisik dan kimia. Amussen et al (2005) menyatakan bahwa resin komposit berbasis silorane
1
memiliki kontraksi polimerisasi yang rendah disebabkan oleh adanya monomer oxirane dan
silorane yang saling berikatan kuat.

Ilie et al (2006) dalam penelitiannya menyatakan bahwa silorane lebih sedikit menyerap
air dan memiliki solubilitas yang tinggi sehingga menghasilkan kestabilan hidrolitik dan juga
kestabilan warna yang lebih baik dibanding resin methacrylate. Lien et al.(2010) dalam
penelitiannya menyatakan bahwa silorane memiliki pengerutan polimerisasi yang paling
rendah, flexural strength/modulus yang lebih tinggi, tetapi memiliki compressive strength
yang lebih rendah dibanding dibandingkan dengan ke lima jenis resin komposit berbasis
methacrylate yaitu compomer, giomer, nanocomposite, hybrid dan micro-hybrid. Kelebihan
lain yang dimiliki silorane adalah sifat matriks resin yang hidrofobik. Klautau et al (2011)
dalam penelitiannya pada kavitas klas I incisivus menyatakan bahwa tidak ada perbedaan
adapatasi marginal antara empat jenis resin komposit dan resin silorane. Suatu faktor yang
berperan terhadap kebocoran marginal pada restorasi resin komposit yaitu kontraksi bahan
selama terjadi polimerisasi.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa yang dimaksud dengan resin komposit ?
2. Apa saja komposisi dari bahan resin komposit ?
3. Apa fungsi dari resin komposit ?
4. Bagaimana cara manipulasi resin komposit ?
5. Apa saja faktor yang mempengaruhi resin komposit ?
6. Apa saja klasifikasi dari resin komposit ?
7. Apa kelebihan dan kekurangan dari resin komposit ?

1.3 Tujuan Praktikum


1. Mahasiswa mampu melakukan manipulasi komposit secara tepat.
2. Mahasiwa mampu mengetahui perbedaan kekerassan hasil polimerisasi resin
komposit berdasasrkan pengamatan hasil percobaan.

1.4 Manfaat Praktikum


1. Mahasiswa dapat mengetahui cara manipulasi dengan tepat.
2. Mahasiswa dapat mengetahui faktor yang mempengaruhi kekerasan pada resin
komposit setelah penyinaran.

2
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi
Istilah komposit merupakan hasil kombinasi dua bahan atau lebih, dengan sifat yang
berbeda, akan didapat sifat kombinasi yang lebih baik daripada sifat masing masing bahan
asalnya.Contoh bahan komposit alamiah adalah email gigi dan dentin. Pada email, enemelin mewakili
matriks organik, sementara dalam dentin, matriks terdiri atas kolagen. Dalam kedua komposit ini,
partikel-partikel bahan pengisi terdiri atas kristal hidroksiapatit. Perbedaan sifat kedua jaringan ini
sebagian dikaitkan dengan rasiobahan matriks dan bahan pengisi. Resin komposit mempunyai nilai
estetik yang sangat baik dan paling sering digunakan dalam kedokteran gigi karena bahannya
yang sewarna dengan gigi. Oleh karena itu resin komposit sering digunakan sebagai bahan
restorasi gigi anterior. (phillip,2004)

1.1 Komposisi Komposit


Resin komposit terdiri dari empat komponen utama: matriks polimer organik, partikel filler
inorganik, coupling agent, dan sistem inisiator-akselerator. Matriks polimer organik paling banyak
saat ini adalah matriks cross-linked dari monomer dimetakrilat. Monomer paling banyak ditemukan
adalah demitakrilat aromatik. Ikatan rangkap pada setiap molekul ini akan menambah polimerisasi
dengan inisiasi radikal bebas. Meskipun monomer ini dapat menghasilkan sifat optis, mekanik dan
klinis yang lebih otimal, monomer ini lebih kental dan harus dicampur dengan monomer
lowmolecular-weight diluent sehingga secara klinis dapat diterapkan melalui penggabungan
filler.Baru-baru ini komposit low-shrink telah diperkenalkan yang berisi, contohnya, monomer dengan
epoxy (yang dikenal juga sebagai oxirane) grup fungsional yang berada di ujung.Polimerisasi
monomer ini diinisiasi oleh kation-kation. Resin komposit komersial lainnya memanfaatkan berbagai
monomer dan teknologi filler untuk mengurangi penyusutan atau tekanan pada polimerisasi
(Sakaguchi & Powers, 2012).

Partikel filler inorganik terdiri dari satu atau lebih material inorganik antara lainfinely ground
quartz atau kaca, sol-gel berasal dari keramik, silika microfine, atau nanopartikel (Sakaguchi &
Powers, 2012).
Coupling agent, suatu organosilane (sering disebut sebagai silane), diterapkan pada partikel
inorganik. Silane disebut sebagai coupling agent, karena silane membentuk suatu ikatan antara fase
inorganik dan organik dari komposit. Salah satu ujung molekul mengandung gugus fungsional (antara

3
lain metoksi), yang dihidrolisis dan bereaksi dengan filler inorganik dan ujung lainnya mempunyai
ikatan rangkap metakrilat yang berkopolimerisasi dengan monomer (Sakaguchi & Powers, 2012).

Peran sistem inisiator-akselerator adalah untuk polimerisasi dan membentuk ikatan silang (cross
link) sistem menjadi massa yang lebih keras. Reaksi polimerisasi dapat ditingkatkan oleh light-
activation, self-curing (aktivasi kimia), dan dual curing (kimia dan light-curing). (Sakaguchi &
Powers, 2012)

1.2 Fungsi Komponen Komposit


Komponen Material Fungsi

Matriks polimer organik BISGMA Kekentalan sangat tinggi,


polimerisasi dengan cross-linking
BISGMA tanpa (OH)
dan mengikat filler.
UEDMA

PEPMMA
Diluent, untuk membantu
TEGDMA............. manipulasi

Filler phase: Quartz, Pyrolytic silica, lithium Meningkatkan kekuatan,


alumino silicate, (B-eucryptite), mengontrol opacity, mengurangi
a. Inorganik
Al-silicate, Borosilicate, Barium C.O.T.E dan penyusutan
glasses. polimerisasi.

Pyrolytic precipitated silica (04- Meningkatkan isi filler di komposit


06 mikron), diterapkan dengan microfilled&hybrid. Meningkatkan
b. Filler organik
coupling agent, dan dipolimerisasi polishability.
do BisGMA

Coupling agent Vinysilane atau gamametha Secara kimia mengikat partikel


cryloxy-propyl trimethoxy silane. filler dan matriks resin.

(Titanat, zikronat juga bisa Meningkatkan kekuatan,


digunakan) resilience, mengurangu C.O.T.E.
dan penyusutan polimerisasi.

Inhobitor polimerisasi Butylated hydroxy toluene Meningkatkan daya simpan dan


working time dari chemically
cured resin.

4
Inisiator dan akselerator

a. Sistem chemical-
curing
i. Inisiator: Benzoil peroksida Menghasilkan radikal bebas
dengan menekan temperatur
ii. Aktivator: N.N. DMPT
disosiasi (pembentukan ion),
menginisasi polimerisasi.
b. Sistem kuring UV
Sinar UV mengaktifkan inisiator
dan melepaskan radikal bebas.
i. Inisiator: Benzoin metileter
Sinar tampak mengaktifkan
ii. Aktivator: UV = 350nm
inisiator dan melepaskan radikal
c. Sistem kuring cahaya
bebas.
tampak
i. Inisiator: Diketon-camphoro-
quinone

ii. Akselerator: DEA-EMA

iii. Aktivator: sinar VL, γ =


468nm

Pigmen colour-shade TiO2, AlO3, BaO Mengatur opasitas warna-bayangan


& radio-opasitas.

Tabel . Komposisi resin komposit (Shama Bhat, 2011).

1.3 Jenis Komposit


Sistem klasifikasi resin komposit didasarkan pada ukuran partikel fillerdan distribusinya
seperti ditunjukkan pada tabel berikut ini: (Anusavice, 2003,hal. 418)

5
Gambar . Klasifikasi dari Resin Komposit Berdasarkan Ukuran Partikel dengan Indikasi
Penggunaan (Anusavice, 2003, hal. 418)

Selain berdasarkan ukuran fillernya, komposit juga dapat dikelompokkan berdasarkan cara
aktivasinya. Berdasarkan cara aktivasinya, komposit dapat digolongkan menjadi dua yaitu secara
kimiawi (self cured) dan dengan menggunakan cahaya atau sinar (light cured).
a.) Aktivasi Secara Kimiawi (self cured)
Komposit pada awalnya diaktivasi dengan proses polimerisasi kimia. Proses ini juga
disebur cold curing atau self-curing. Polimerisasi aktivasi secata kimia dilakukan dengan
mencampurkan dua pasta sebelum penggunaan komposit.Selama pencampuran, mustahil
untuk menghindari masuknya udara ke dalam campuran yang menyebabkan terbentuknya
pori-pori yang membuat struktur lebih rapuh dan membuat oksigen terjebak. Oksigen ini
menghambat proses polimerisasi selama proses curing. Operator juga tidak memiliki control
terhadap waktu pengerjaan setelah kedua komponen tercampur. Insersi dan pembentukan
kontur harus dilakukan segera setelah komponen resin tercampur. (Anusavice, 2003, hal.
410)

b.) Aktivasi menggunakan cahaya (light cured)


Untuk mengatasi masalah pada aktivasi kimia, dilakukan pengembangan terhadap resin yang
tak membutuhkan proses pencampuran. Hal ini dilakukan dengan penggunaan sistem inisiator

6
photosensitive dan sumber cahaya untuk aktivasi. (Anusavice, 2003, hal. 410)

Perbedaan self cure dan light cure antara lain adalah, pada resin self cure dengan bahan kimia
tidak dibutuhkan peralatan yahg rumit, sedangkan pada light cure peralatannya relative rumit dan
mahal, keuntungan dari waktu pengerasan light cure dapat diatur oleh operator, ada resin komposit
light cure tidak memerlukan pengadukan.

1.4 Manipulasi Komposit


Untuk mendapatkan ikatan antara komposit dan struktur gigi, gigi harus dietsa dan diprime
terlebih dahulu. Dengan bonding agent generasi keempat dan kelima, enamel dan dentin dari kavitas
preparasi dietsa dengan asam selama 30 detik dengan bahan etsa yang disediakan oleh pabrik, secara
berkala 10% sampai 15% atau 34% sampai 37% larutan atau gel asam fosfor. Asam fosfor lalu
dibersihkan dengan air, dan permukaan dikeringkan secara pelan-pelan dengan aliran udara. Enamel
yang dietsa akan tampak kusam. Jika dengan bonding agent generasi keenam dan ketujuh, etsa dan
priming dilakukan secara bersamaan, dan tidak dibutuhkan bahan pembersih.Bonding agent
menembus permukaan enamel dan dentin yang telah dietsa dan memberikan retensi mikromekanikal
restorasi (Powers & Wataha, 2008).

Untuk komposit single-paste, disediakan beberapa tingkat warna pada jarum suntik dan
compule.Jarum suntik terbuat dari plastik opak untuk melindungi material dari paparan sinar dan
menyebabkan daya simpan lebih lama.Compule ditempatkan pada ujung jarum suntik, dan pasta
dikeluaran setelah menghilangkan protective tip.Komposit single-paste menggunakan aktivasi light-
activated (Powers & Wataha, 2008).

Untuk komposit two-paste, disediakan auto-mixedcatridge.Pasta dengan inisiator peroksida atau


katalis, dan pasta dengan akselerator amine dicampur. Setalah dicampur dalam catridge, komposit
self-cured mempunyai waktu kerja 1 sampai 1,5 menit dan setting 4 sampai 5 menit. Sedangkan,
komposit dual-cured disediakanauto-mixedcatridge dan mengandung akselerator kimia dan aktivator
cahaya sehingga polimerisasi dapat diinisiasi oleh cahaya dan dilanjutkan oleh mekanisme self-cured.
(Powers & Wataha, 2008).

Sebelum komposit dimasukkan ke dalam rongga mulut, pulpa diproteksi dengan cavity liner
(Ca[OH2]) atau ionomer kaca, ionomer hibrid, atau compomer base. Setelah itu, komposit dimasukkan
ke dalam rongga mulut dengan plastic instrument.Selanjutnya komposit dikuring dengan light-cured
lalu dilakukan finishing dan polishing untuk mencegah retensi plak dan dibutuhkan agar kebersihan
mulut tetap terjaga (Powers & Wataha, 2008).

7
Resin komposit mengeras melalui proses polimerisasi secara adisi. Polimerisasi adisi terdiri dari
4 tahap yaitu (Anusavice 2013, p.101-4):

1. Induksi
Proses light cure menjadi aktif ketika fotosensitizer diketon seperti Camphorquinone (CQ)
menyerap kuantum cahaya biru dan membentuk kompleks (exciplex) dengan elektron donor seperti
amina (misalnya, dimetilaminoetil metakrilat [DMAEMA]).Pada kondisi aktif, CQ mengekstrak atom
hidrogen dari α-karbon yang berdekatan dengan gugus amina, kemudian kompleks terurai menjadi
radikal bebas amina dan radikal bebas CQ. Radikal bebas CQ mudah mengalami inaktivasi sehingga
pada proses fotoinisiasi hanya radikal bebas amina yang bertindak untuk memulai reaksi polimerisasi
adisi (Anusavice 2013, p. 289).

2. Propagasi
Hasil dari monomer radikal bebas kompleks kemudian bertindak sebagai pusat radikal bebas
baru ketika mendekati monomer lain untuk membentuk dimer, yang juga menjadi radikal bebas.

3. Rantai Transfer
Dalam proses ini radikal bebas aktif pada rantai yang berkembang ditransfer ke molekul lain
(misalnya monomer atau rantai polimer yang inaktiv) dan radikal bebas baru untuk pertumbuhan lebih
lanjut terbentuk.

4. Terminasi
Reaksi polimerisasi paling sering dihentikan melalui ikatan langsung dari dua rantai radikal
bebas berakhir atau melalui pertukaran atom hidrogen dari satu rantai yang sedang berkembang ke
rantai lain. Terminasi melalui berakhirnya rantai radikal bebas terjadi karena kedua molekul saling
bergabung dan menjadi non aktif akibat pembentukan dari ikatan kovalen. Pertukaran atom hidrogen
dari satu rantai yang sedang berkembang ke rantai lain menyebabkan terbentuknya ikatan ganda
ketika atom hidrogen ditransfer.

1.5 Faktor yang Mempengaruhi Kualitas Komposit


Faktor yang mempengaruhi kualitas polimerisasi resin komposit yaitu intensitas cahaya, lama
penyinaran, panjang gelombang cahaya, ketebalan resin komposit, jarak ujung light curing unit
dengan permukaan restorasi, warna resin komposit, dan komposisi bahan resin komposit itu sendiri.
Intensitas cahaya suatu light curing unit dipengaruhi oleh jarak ujung light curing unit dengan
permukaan resin komposit. Semakin besar jarak penyinaran, maka dispersi cahaya light curing unit
akan meningkat sehingga akan sulit untuk memperoleh polimerisasi yang efektif (Phillips, 2004).

8
1.6 Kelebihan dan Kekurangan Komposit
Resin komposit berkembang sebagai bahan restorasi karena kelebihannya, antara lain:
mempunyai sifat estetik yang baik, penghantar panas yang rendah, relatif mudah dimanipulasi, tahan
lama untuk gigi anterior dan tidak larut dalam cairan mulut (Annusavice, 2003).
Sedangkan kekurangan resin komposit menurut ADA adalah
1. Bahan pengisi ini dapat pecah dan lebih mudah aus daripada tambalan logam terutama di
daerah yang membutuhkan kekuatan menggigit yang kuat. Oleh karena itu tambalan
komposit mungkin perlu diganti lebih sering daripada tambalan logam.
2. Dibandingkan dengan tambalan lain, komposit kadang-kadang susah menempatkannya
dan memakan waktu yang lama saat menempatkannya. Komposit tidak dapat digunakan di
semua situasi.
3. Komposit umumnya lebih mahal daripada amalgam.
4. Dapat merembes atau bocor dari waktu ke waktu ketika terikat di bawah lapisan enamel.
5. Dalam kasus yang jarang terjadi, secara lokal komposit dapat menimbulkan reaksi alergi
yang mungkin dapat terjadi

9
BAB III

METODE PRAKTIKUM

3.1. Alat dan Bahan

3.1.1 Alat

a. Visible light cure composite resin


b. Vaselin

3.1.2 Bahan

a. LED light curing unit


b. Celluloid strip
c. Lempeng Kaca
d. Sonde
e. Plastic Filling Instrument
f. Cetakanplastik diameter 10 mm, tebal 2 mm dantebal 5 mm

3.2. Cara kerja

a. Permukaandalamcetakandiulasidenganvaselin, kemudiancetakandiletakkandiataslempengkaca

10
b. Ambilsedikit pasta kompositdenganPlastic Filling Instrument danmasukkandidalamcetakantebal
2mm, ulangipengisiansampaicetakanterisipenuh, perhatikanjangansampaiadaudara yang
terjebakkemudianpermukaandiratakan
c. Letakkancelluloid strip diatascetakan
d. Atur lama penyinaranpadaLED light curing unit sesuaidengan lama penyinaranvisible light cure
composit(mengikutiaturanpabrik)
e. Letakkanujungfiber optic tip LED light curing unit
sedekatmungkinataumenempelpadapermukaankomposit. Nyalakansinardantunggusampaidengan
lama waktusesuaidenganpengaturansebelumnya
f. Periksahasil curing kompositmemakaisonde, denganmenggoresataumenusukpermukaankomposit
yang dekatsinar, maupundaerah yang jauhdengansinar

11
BAB IV
PEMBAHASAN

4.1 Hasil Pengamatan

Percobaan Waktu Penyinaran Ketebalan Hasil Percobaan


Komposit
1 20 detik 2 mm Bagian atas dan
bawah keras
2 20 detik 5 mm Bagian atas keras
bagian bawah lunak

Pada praktikum ini, digunakan 2 ketebalan lapisan, yaitu 2 mm dan 5 mm. Pada
ketebalan 2 mm dan 5 mm, digunakan penyinaran sinar ultra violet dengan jarak yang sangat
dekat, namun tidak mengenai material tersebut. Hal tersebut untuk meningkatkan
polimerisasi. Polimerisasi light-cured composites diinisiasi dengan sinar biru yang tampak.
Bahan yang diaktivasi dengan sinar memiliki sejumlah keuntungan dibandingkan dengan
resin yang diaktifkan secara kimia. Intensitas cahaya pada permukaan resin merupakan faktor
penting dalam kelengkapan curing pada permukaan dan di dalam material. Ujung sumber
cahay harus diberikan dalam jarak yang dekat dari permukaan untuk mendapatkan penetrasi
yang optimum. Standart lama penyinaran dengan menggunakan sinar tampak adalah 20 detik.

Pada penyinaran dengan jarak yang sangat dekat, perlakuan pada ketebalan 2 mm dan
5 mm menunjukkan hasil kekerasan yang cukup baik pada bagian atas, yaitu lapisan tersebut
langsung terpapar oleh sinar LED, namun tidak pada lapisan bagian bawah pada ketebalan 5
mm. Pada lapisan bagian bawah didapatkan hasil kekerasan yang semakin menurun dengan
bertambahnya ketebalan cetakan. Hasil praktikum pada kali didapatkan hasil bahwa pada
ketebalan 2 mm dengan jarak penyinaran sangat dekat menghasilkan bagian atas dan bawah
pada resin komposit menjadi keras. Sedangkan pada ketebalan 5 mm dengan jarak
penyinaran yang sama menghasilkan bagian atas keras dan bagian bawah lunak.

12
BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Dari hasil praktikum yang telah dilakukan, dapat kami simpulkan bahwa kekerasan
hasil cetakan komposit dipengaruhi oleh ketebalan cetakan, jarak, penyinaran dan cara
memasukkan (insersi) komposit ke dalam cetakan. Semakin tebal suatu cetakan, semakin
berkurang daya sinar untuk mempolimerisasinya secara sempurna sehingga kekerasan hasil
cetakan berkurang. Selain itu, apabila tumpatan komposit yang ingin dibuat lebih dari 2 mm,
cara yang lebih baik diterapkan adalah cara insersi bertahap (layer per layer) karena dengan
cara inisinar LED dapat mempolimerisasi komposit secara sempurna pada setiap layer-nya.

5.2 Saran

Agar mendapatkan hasil yang baik dalam memanipulasi dan mengaplikasi bahan resin
komposit. Sebelumnya kita harus benar-benar mempelajari dan memahami tentang cara
manipulasi dan aplikasi yang baik dan benar sehingga dapat meminimalisasir kesalahan pada
saat menggunakan bahan tersebut.

13
DAFTAR PUSTAKA

Annusavice, Kenneth J 2003, Phillip’s Science of Dental Materials 11 th Edition, Saunders Company,
Pennsylvania.

Philips RW. Buku Ajar Ilmu Bahan Kedokteran Gigi. 10th ed. Philadelphia: Saunders
Company, 2004 : 410-411

Sakaguchi, Ronald & John Powers. 2012. Craig’s Restorative Dental Materials. 13th Ed. Elsevier.US,
America.pp. 162, 163.

Powers, John M & John Wataha. 2008. Dental Materials: Properties and Manipulation. 9th Ed. Mosby
Elsevier.US, America.pp. 78, 80, 82.

Bhat, V. Shama and B.T. Nandish. 2011. Impression Materials. In: Sciene of Dental Materials &
Clinical Applications. CBS Publishers & Distributors Pvt. Ltd, New Delhi. pp. 297, 306.

14

Anda mungkin juga menyukai