Anda di halaman 1dari 3

1.

Definisi limbah B3

Menurut PP Nomor 101 Tahun 2014, Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun
yang selanjutnya disebut Limbah B3 adalah sisa suatu usaha dan/atau kegiatan yang
mengandung B3. Sedangkan definisi pada Undang Undang 32 tahun 2009 tentang
Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup yang dimaksud dengan Bahan
Berbahaya dan Beracun (B3) adalah zat, energi, dan/atau komponen lain yang karena
sifat, konsentrasi dan/atau jumlahnya, baik secara langsung maupun tidak langsung,
dapat mencemarkan, merusak lingkungan hidup, dan/atau dapat membahayakan
lingkungan hidup, kesehatan, kelangsungan hidup manusia serta makhluk hidup
lainnya.
Ada juga pengertian B3 atau Bahan Berbahaya dan Beracun menurut OSHA
(Occupational Safety and Health of the United State Government) adalah bahan yang
karena sifat kimia maupun kondisi fisiknya berpotensi menyebabkan gangguan pada
kesehatan manusia, kerusakan properti dan atau lingkungan.
Yang termasuk limbah B3 antara lain adalah bahan baku yang berbahaya dan
beracun yang tidak digunakan lagi karena rusak, sisa kemasan, tumpahan, sisa proses,
dan oli bekas kapal yang memerlukan penanganan dan pengolahan khusus.
Contoh limbah B3 ialah logam berat seperti Al, Cr, Cd, Cu, Fe, Pb, Mn, Hg,
dan Zn serta zat kimia seperti pestisida, sianida, sulfida, fenol dan sebagainya. Cd
dihasilkan dari lumpur dan limbah industri kimia tertentu sedangkan Hg dihasilkan
dari industri klor-alkali, industri cat, kegiatan pertambangan, industri kertas, serta
pembakaran bahan bakar fosil. Pb dihasilkan dari peleburan timah hitam dan accu.
Logam-logam berat pada umumnya bersifat racun sekalipun dalam konsentrasi
rendah. Daftar lengkap limbah B3 dapat dilihat di PP No. 85 Tahun 1999:
Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (B3). Silakan klik link tersebut
untuk daftar lengkap yang juga mencakup peraturan resmi dari Pemerintah Indonesia.
Limbah dapat dikatakan sebagai limbah B3 apabila setelah melalui pengujian
memiliki salah satu atau lebih karakteristik mudah meledak, mudah terbakar, bersifat
reaktif, beracun, penyebab infeksi, dan bersifat korosif.
Limbah B3 dikarakterisasikan berdasarkan beberapa parameter yaitu total
solids residue (TSR), kandungan fixed residue (FR), kandungan volatile solids (VR),
kadar air (sludge moisture content), volume padatan, serta karakter atau sifat B3
(toksisitas, sifat korosif, sifat mudah terbakar, sifat mudah meledak, beracun, serta
sifat kimia dan kandungan senyawa kimia).
Pada hewan dan manusia salah satu limbah B3 dapat masuk ke dalam tubuh
melalui makanan dan minuman yang dikomsumsi serta melalui pernapasan dan
penetrasi pada kulit. Di dalam tubuh manusia, timbal dapat menghambat aktifitas
enzim yang terlibat dalam pembentukan hemoglobin yang dapat menyebabkan
penyakit anemia. Gejala yang diakibatkan dari keracunan Limbah B3 adalah
kurangnya nafsu makan, kejang, kolik khusus, muntah dan pusing-pusing.Contoh
salah satu logam yang merupakan limbah B3 yaitu timbal dapat juga menyerang
susunan saraf dan mengganggu sistem reproduksi, kelainan ginjal, dan kelainan jiwa
(Iqbal dkk 1990; Pallar, 1994)

2. Jenis limbah B3

Jenis dan klasifikasi Bahan Berbahaya dan Beracun juga diuraikan dalam
Keputusan Menteri Kesehatan No. 453/Menkes/Per/XI/1983. Dalam Kepmenkes ini
B3 dikelompokkan dalam 4 klasifikasi yaitu :

1. Klasifikasi I, meliputi :
1. Bahan kimia atau sesuatu yang telah terbukti atau diduga keras dapat
menimbulkan bahaya yang fatal dan luas, secara langsung atau tidak
langsung, karena sangat sulit penanganan dan pengamanannya;
2. Bahan kimia atau sesuatu yang baru yang belum dikenal dan patut diduga
menimbulkan bahaya.
2. Klasifikasi II, meliputi :
1. Bahan radiasi;
2. Bahan yang mudah meledak karena gangguan mekanik;
3. Bahan beracun atau bahan lainnya yang mudah menguap dengan LD50 (rat)
kurang dari 500 mg/kg atau yang setara, mudah diabsorpsi kulit atau selaput
lendir;
4. Bahan etilogik/biomedik;
5. Gas atau cairan beracun atau mudah menyala yang dimampatkan;
6. Gas atau cairan atau campurannya yang bertitik nyala kurang dari 350C;
7. Bahan padat yang mempunyai sifat dapat menyala sendiri.
3. Klasifikasi III, meliputi :
1. Bahan yang dapat meledak karena sebab-sebab lain, tetapi tidak mudah
meledak karena sebab-sebab seperti bahan klasifikasi II;
2. Bahan beracun dengan LD50 (rat) kurang dari 500 mg/kg atau setara tetapi
tidak mempunyai sifat seperti bahan beracun klasifikasi II;
3. Bahan atau uapnya yang dapat menimbulkan iritasi atau sensitisasi, luka dan
nyeri;
4. Gas atau cairan atau campurannya dengan bahan padat yang bertitik nyala
350Csampai 600C;
5. Bahan pengoksidasi organik;
6. Bahan pengoksidasi kuat;
7. Bahan atau uapnya yang bersifat karsinogenik, tetratogenik dan mutagenik;

8. Alat atau barang-barang elektronika yang menimbulkan radiasi atau bahaya


lainnya.
4. Klasifikasi IV, yaitu :
1. Bahan beracun dengan LD50 (rat) diatas 500 mg/kg atau yang setara;
2. Bahan pengoksid sedang;
3. Bahan korosif sedang dan lemah;
4. Bahan yang mudah terbakar.

Selain itu penggolongan bahan berbahaya dan beracun dapat dilihat juga pada
SK Menteri Perindustrian No. 148/M/SK/4/1985 dan Keputusan Menteri Tenaga
Kerja No. 187/1999. Untuk mengenali masing-masing jenis Bahan Berbahaya dan
Beracun tersebut biasanya disertakan gambar atau logo pada kemasannya. Pemberian
simbol Bahan Berbahaya dan Beracun ini, yang terbaru, diatur oleh Peraturan Menteri
Lingkungan Hidup No. 14 Tahun 2013 tentang Simbol dan Label Limbah B3. Simbol
atau lambang B3 yang digunakan adalah sebagaimana gambar ilustrasi di atas.

Anda mungkin juga menyukai