Anda di halaman 1dari 27

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Di tubuh manusia terdapat mikroorganisme yang menguntungkan dan
merugikan. Meskipun seseorang mandi lima kali sehari dan rajin merawat
kulit di salon kecantikan, dijamin tak ada kulit yang seratus persen bebas dari
mikroorganisme atau yang lebih dikenal dengan sebutan kuman. Tidak hanya
di kulit, mikroba terdapat diseluruh bagian tubuh manusia baik di luar tubuh,
maupun dalam tubuh. seperti mulut, telinga, hidung maupun usus (Musjaya,
2012).
Pada hewan yang sehat, jaringan internalnya, misalnya darah, otak,
otot, dll, biasanya bebas dari mikroorganisme. Namun, jaringan permukaan
yaitu kulit dan selaput lendir yang terus-menerus berhubungan dengan
lingkungan hidup organisme dan menjadi mudah dijajah oleh berbagai jenis
mikroba. Campuran organisme secara teratur ditemukan pada setiap situs
anatomi disebut sebagai flora normal, kecuali oleh para peneliti di lapangan
yang lebih suka istilah "pribumi mikroba". Flora normal manusia terdiri dari
beberapa eucaryotic jamur dan protista tetapi bakteri yang paling banyak dan
jelas komponen mikroba flora normal (anonim, 2010).
Mikroflora normal merupakan sekumpulan mikroorganisme yang
hidup pada kulit dan selaput lendir (mukosa) pada manusia normal dan sehat.
Mikroflora normal pada kulit dapat dibagi menjadi :
a. Flora tetap (Resident Flora)
b. Flora sementara (Transient Flora)
Beberapa bakteri cenderung hidup permanen di kulit yang terdiri atas
empat genus yaitu Staphylococcus, Streptococcus, Propionibacteria dan
Corynebacteria (Musjaya, 2012).
Oleh karena itu melalui laporan ini kami membuktikan bahwa di
tubuh kita terdapat berbagai mikroorganisme baik bakteri maupun jamur yang
bisa di perbanyak jumlahnya melalui uji coba menggunakan media NA dan
PDA dengan sampel dari permukaan kulit pada tangan, mukosa mulut, kulit
kepala, selangkangan, vagina dan lipatan kulit. Hal inilah yang
melatarbelakangi dilakukannya praktikum isolasi flora normal.
1.2 Tujuan
Adapun tujuan dari praktikum ini adalah:
1. Untuk mengetahui tehnik isolasi flora normal
2. Untuk mengetahui biakkan murni
1.3 Manfaat
Adapun manfaat dari praktikum ini adalah Setelah melakukan
praktikum ini diharapakan agar dapat mengetahui bagamaiman cara kita
mencegah penyakit dengan adanya bakteri yang ada pada tubuh kita. Serta
karena kita adalah seorang mahasiswa kesehatan masyarakat yang nantinya
akan turun menyuluh ke masyarakat. Jadi jika kita turun ke masyarakat
nantinya, kita dapat menyuluh kepada masyarakat tentang pencegahan
penyakit yang disebabkan bakteri dan jamur yang ada pada tubuh kita.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian
2.1.1 Flora normal
Flora normal adalah berbagai bakteri dan fungi yang secara
tetap menghuni bagian tubuh tertentu, terutama kulit, orofaring, kolon
dan vagina. Virus dan parasit tidak dianggap sebagai anggota flora
normal, walaupun keduanya dapat berada secara asimtomatik. Dari
satu bagian tubuh dengan bagian tubuh yang lain flora normal
bervariasi baik dalam hal jumlah maupun macamnya (Jawetz, 2005).
Manusia sejak lahir berada didalam biosfer yang penuh dengan
mikroorganisme. Mikroorganisme berada didalam tubuh manusia,
tumbuh di beberapa bagian tubuh dalam keadaan tidak pernah statis,
selalu berubah dari waktu ke waktu sesuai kondisi lingkungan
setempat. Pada tubuh dalam keadaan normal, diperkirakan terdapat
lebih kurang 1012 bakteri yang menghuni kulit, 1010 di mulut dan 1014
di saluran pencernaan. Kebanyakan diantaranya merupakan bakteri
yang sangat spesifik dalam hal kemampuan menggunakan bahan
makanan, kemampuan menempel pada permukaan tubuh dan mampu
beradaptasi (secara evolusi) terhadap hospes (Jawetz, 2005).
Adanya flora normal pada beberapa bagian tubuh manusia
sangat menyulitkan bagi seorang mokrobiolog untuk menentukan
mikroorganisme penyebab infeksi pada spesimen klinik yang
diperiksanya. Biasanya seorang ahli mikrobiologi klinik dituntut
bertanggung jawab untuk mengidentifikasi mikroorganisme penyebab
infeksi pada spesimen secara tepat, dalam waktu singkat. Untuk
menentukan mikroorganisme mana yang bertanggung jawab pada
timbulnya infeksi di area mengandung flora normal, adalah suatu
pekerjaan yang sulit. Seorang klinisi atau ahli mikrobiologi klinik
harus mengkorelasikan dengan data-data klinik pasien, sebelum
menentukan penyebabnya. Untuk itu pengetahuan mengenai flora
normal sangat penting dalam penegakan diagnosis penyakit infeksi
(Jawetz, 2005).
2.1.2 Isolasi flora normal
Isolasi mikroba merupakan aktivitas untuk menumbuhkan
mikroorganisme di luar dari lingkungan alaminya.
Mikroorganisme tetap/normal yaitu mikroorganisme jenis
tertente yang biasanya ditentukan pada bagian tubuh tertentu dan pada
usia tertentu. Keberadaan mikroorganismenya akan selalu tetap. Jika
ada perubahaan akan kembali seperti semula. Flora normal ini akan
mendapatkan makanan dari ekskresi dan produk-produk buangan
tubuh manusia dan tubuh memperoleh vitamin-vitamin dan hasil
sintesis dari flora normal. Mikroorganisme ini umumnya dapat lebih
bertahan pada kondisi buruk dari lingkungannya (Barnstein, 2006).
2.2 Medium
2.2.1 NA
Medium merupakan bahan yang terdiri atas campuran nutrisi
yang digunakan untuk menumbuhkan mikroba. Medium yang dibuat
dalam percobaan ini dimaksudkan untuk menumbuhkan mikroba.
Oleh karena itu, proses pembuatannya dilakukan dalam kondisi steril.
Dalam percobaan ini medium yang dibuat ada 2 macam berdasarkan
konsistensinya yaitu medium padat dan medium cair (Nurirjawati,
2012).
Menurut Nurirjawati (2012) Nutrien Agar (NA) merupakan
medium padat dilihat dari konsistensinya. Berdasarkan fungsinya
termasuk dalam medium umun yang digunakan untuk menumbuhkan
bakteri, dimana bahan-bahannya terdiri dari :
Aquadest berfungsi melarutkan bahan-bahan yang telah
dicampurkan.
Agar merupakan zat pemadat/pengeras medium yang bukan
sebagai bahan makanan mikroba.
Ekstrak daging, merupakan ramuan dasar dalam media biakan
yang larut dalam air dan berfungsi sebagai sumber protein dan
mineral.
Pepton adalah protein yang terdapat pada susu kedelai, putih telur.
Pepton banyak mengandung nitrogen sehingga baik digunakan
sebagai bahan dalam pembuatan medium.
2.2.2 PDA
Pembuatan media Potato Dextrose Agar (PDA) Kentang yang
telah dikupas dan dipotong-potong dengan ukuran 1 x 1 x 1 cm
sebanyak 200 gram di rebus dalam 500 ml air suling sampai cukup
empuk. Hal ini dapat diketahui dengan menusuk kentang dengan
garpu. Jika di tusuk terasa mudah, berarti kentang telah mengeluarkan
sarinya. Kemudian 15 gram agar-agar larut, selanjutnya dekstrosa
(dapat diganti dengan gula pasir) sebanyak 15 gram dimasukkan ke
dalamnya. Air ekstrak kentang selanjutnya dituangkan ke dalam
larutan agar- agar. Larutan ini kemudian disaring dengan kain katun
yang tipis, larutan ditambahkan air steril sampai volumenya menjadi
100 ml. Setelah dididihkan, larutan PDA dimasukkan ke dalam
erlenmayer kemudian ditutup dengan kapas steril dan ditutup lagi
dengan menggunakan aluminium foil. Kemudian di sterilkan di dalam
autoclave selama kurang lebih 15 menit dengan suhu 121-124 0C pada
tekanan 1,25 atm. Setelah itu PDA dikeluarkan dan dibiarkan hingga
o
dingin (10-20 C), kemudian di tuangkan kedalam cawan petri
(Panjaitan, 2011).
2.3 Bakteri/ jamur yang terdapat di vagina
2.3.1 Pengertian
Setelah lahir, laktobasil aerob muncul dalam vagina dan
menetap selama pH tetap asam. Jika pH menjadi netral, terdapat flora
campuran kokus dan basil. Pada waktu pubertas, laktobasil aerob dan
anaerob ditemukan kembali dalam jumlah yang besar dan
mempertahankan keasaman pH melalui pembentukan asam dari
karbohidrat khususnya glikogen. Setelah menopause laktobasil kebali
berkurang jumlahnya dan flora campuran muncul kembali. Dalam
flora normal vagina juga ditemukan streptokokus hemilitikus grup,
streptokokus anaerob (peptostreptokokus), spesies Bacteroides,
klostridia, Gardnerella (Haemophilus) vaginalis, Ureaplasma
urealyticum dan kadang-kadang Listeria atau spesies Mobiluncus
(Jawetz dkk, 2005).
2.3.2 Pathogenesis
Penghuni utama vagina dewasa adalah Lactobacillus yang
toleran terhadap asam. Bakteri ini mengubah glikogen yang dihasilkan
epitelium vagina dan di dalam proses tesebut menghasilkan asam.
Penumpukan glikogen pada dinding vagina disebakan oleh kegiatan
indung telur. Sebagai akibat perombakan glikogen, maka pH di dalam
vagina terpelihara pada sekitar 4.4 sampai 4,6. Mikrooganisme yang
mampu berkembang baik pada pH rendah ini dijumpai di dalam
vagina dan mencakup enterococus, Candida albicans (Pelczar, 2008).
Saat lahir, lactobacil aerob muncul dalam vagina dan menetap
selama pH tetap asam. Apabila pH ini menjadi netral akan terdapat
flora campuran yaitu coccus dan bacil. Saat Pubertas, lactobacil aerob
dan anaerob ditemukan kembali dalam jumlah yang besar dan akan
mempertahankan keasaman pH melalui pembentukan asam dari
karbohidrat khususnya glikogen. Keuntungan pembentukan asam ini
yaitu untuk mencegah bakteri yang bersifat pathogen dalam vagina.
Setelah Monopause, lactobacil akan berkurang jumlahnnya dan flora
campuran coccus dan bacil akan muncul kembali (Pelczar, 2008).
2.3.3 Etiologi
Infeksi yang disebabkan jamur, bakteri atau virus.
Mengakibatkan kuman baik menurun sehingga terjadinya
perkembangan bakteri jahat (patogen) meningkat, sehingga
menyebabkan pH kewanitaan anda meningkat. Kurang menjaga
kebersihan. Tidak dapat menjaga kebersihan pada area kewanitaan
anda akan menimbulkan masalah keputihan sehingga bakteri jahat
(patogen) meningkat mengakibatkan terjadinya infeksi yang mudah
menyebar ke area kewanitaan (Hastini, 2008).
2.3.4 Pencegahan
Menurut Hastini (2008) beberapa pencegahan untuk
mengurangi berkembangnya mikroorganisme pada vagina yaitu :
Namun tidak disarankan untuk membilas vagina dengan cairan-
cairan yang dapat mengganggu keseimbangan pH vagina.
Hindari pakaian dalam yang ketat atau bahan yang tidak
menyerap keringat,
Biasakan membasuh vagina dengan cara yang baik dan benar
yaitu dengan gerakan dari depan ke belakang, bukan sebaliknya.
2.3.5 Pengobatan
Pengobatan yang dapat dilakukan untuk keputihan yang masih
ringan adalah dengan menggunakan larutan antiseptik khusus
pembilas vagina yang dapat anda peroleh di apotek. Namun tidak
semua produk pembersih vagina yang dijual di pasaran baik untuk
kesehatan vagina anda. Tanyalah dengan seksama kepada Apoteker
Pengelola Apotek, yaitu apoteker penganggung jawab yang ada pada
setiap apotek, bagaimana cara menggunakan cairan tersebut dengan
benar dan apa efek samping yang harus diwaspadai selama
menggunakan cairan antiseptik pembilas vagina tersebut. (Hastini,
2008).
2.4 Bakteri/ jamur yang terdapat di sela jari kaki
2.4.1 Pengertian
Infeksi jamur umumnya terjadi di kaki meskipun sebenarnya
dapat pula terjadi pada berbagai bagian tubuh lain seperti tangan,
pangkal paha dan kulit kepala. Dermatofit dan non-dermatofit
termasuk dalam kategori jamur yang menginfeksi daerah superfisialis
kulit (epidermis). Perbedaan kedua tipe ini dalam menginfeksi adalah
posisi (kedalaman). Dermatofit bisa menginvasi ke dalam lapisan
epidermis gangguan dapat ditemukan mulai dari stratum basal sampai
stratum korneum. Non-dermatofit hanya bisa menginfeksi sampai
lapisan paling luar dari stratum korneum. Perbedaan ini disebabkan
jamur dermatofit ini mengeluarkan zat tertentu (lipofilik dan
proteofilik) untuk membuat epidermis ruptur, sementara non-
demartofit tidak mempunyai zat ini. Untuk kedua jamur ini,
pemeriksaan tidak dilakukan pada histopatologi, tetapi cukup untuk
menemukan jamur (terutama hifa) dalam sediaan kulit yang dicurigai
terinfeksi jamur (Mawarni, 2012).
2.4.2 Pathogenesis
Trichophyton rubrum, jamur ini menyerang daerah tangan dan
kaki terutama daerah telapak dan sela-sela jari. Infeksi ini menular
dari adanya kontak dengan debris keratin yang terinfeksi jamur di
tempat yang kelembaban tinggi (lingkungan berair) ataupun tertutup.
Kelompok yang sering terserang adalah petani, tukang cuci dan
tentara yang sering memakai sepatu tertutup. Penyebaran dari telapak
kaki bisa sampai ke sela-sela jari dan bagian lateral kaki (Mawarni,
2012).
2.4.3 Etiologi
Salah satu faktor dapat terjadinya infeksi jamur pada kaki
adalah lingkungan yang lembab dan hangat merupakan tempat favorit
bagi jamur. memakai sepatu basah, sepatu plastik, atau kaus kaki
basah dapat menyebabkan infeksi jamur pada kaki. Kaki yang sering
terkena air seperti saat mencuci juga akan memperbesar risiko
tumbuhnya jamur kutu air (Mawarni, 2012).
2.4.4 Pencegahan
Untuk menghindari berkembangnya mikroorganisme pada
daerah liparan kaki, sebaiknya terlebih dahulu menjaga kebersihan
pada diri kita, kemudian usahakan untuk tidak memakai sandal atau
sepatu yang lembab atau basah, karena biasanya kutu air sering
hinggap didaerah-daerah tempat seperti itu. Usahakan ketika mandi
untuk tidak bertukar pakai handuk karena ini bisa mengakibatkan
timbulnya jamur pada kulit kita dan badan akan terasa gatal-gatal. Dan
masih banyak lagi yang bisa membuat kutu air menyerang kita
(Mawarni, 2012).
2.4.5 Pengobatan
Jika penyakit pada lipatan kaki sudah menyerang kita atau
hinggap pada kulit kita, maka sebaiknya kita harus mengobatinya
dengan obat kutu air. Obat kutu air banyak didapat di apotek baik itu
berupa salep maupun berupa tablet. Anda tinggal mengolesnya pada
daerah-daerah yang terasa gatal atau yang terkena kutu air. Adapun
yang berupa tablet minumlah sesuai dengan aturan pakai. Jika rasa
gatal-gatal belum hilang maka sebaiknya periksakan diri ke dokter
spesialis kulit karena bisa saja gatal-gatal yang dirasakan itu serius
atau berbahaya dan perlu pengobatan khusus (Mawarni, 2012).
2.5 Bakteri/ jamur yang terdapat di selangkangan
2.5.1 Pengertian
Selangkangan merupakan salah satu bagian tubuh yang mudah
lembab karena ini merupakan bagian yang sering terlipat. Bagian yang
lembab cukup mudah untuk terinfeksi jamur (Mawarni, 2012).
Selangkangan sangat sensitif terhadap bakteri, jamur dan
kelembaban. Gatal di selangkangan merupakan salah satu indikasi
bahwa area di dekat kemaluan tersebut terinfeksi oleh jamur. Hal ini
dapat menyebabkan iritasi kulit dan kulit menjadi merah merah atau
luka (Mawarni, 2012).
Mengalami gatal-gatal di bagian selangkangan dapat menjadi
masalah tersendiri bagi siapa saja karena infeksi jamur bisa
menyerang pria dan wanita (Mawarni, 2012).
2.5.2 Pathogenesis
Tinea cruris adalah infeksi jamur yang terjadi di selangkangan.
Tinea cruris membentuk ruam yang dimulai pada daerah
selangkangan, terutama di lipatan bagian atas paha dan alat kelamin.
Ruam ini gatal, memiliki perbatasan merah dan bias menyebar. Ruam
sering kali menyebar ke bagian dalam paha infeksi dapat menyebar ke
kulit bagian lain dari tubuh (Mawarni, 2012).
2.5.3 Etiologi
Menurut Mawarni (2012), salah satu faktor dapat terjadinya
infeksi candida yaitu faktor eksogen, yaitu :
Iklim panas dan kelembaban menyebabkan perspirasi meningkat
Kebersihan kulit
Kebiasaan berendam kaki dalam air yang terlalu lama
menimbulkan maserasi dan memudahkan masuknya jamur.
Kontak dengan penderita, misalnya pada trush, balanopostitis.
2.5.4 Pencegahan
Pilih Celana Dalam yang Agak Longgar
Selama proses penyembuhkan dan seterusnya, pilihlah celanan
dalam yang tidak terlalu ketat. Hal ini dapat mengurangi
kelembaban di selangkangan sehingga jamur tidak menyebar lagi
karena daerah yang lembab sangat sensitif terhadap jamur dan
bakteri.
Mandi dengan Sabun Antiseptik
Untuk mengatasi gatal, anda juga dapat mandi dengan sabun
antiseptic. Saat ini banyak produk sabun mandi yang dilengkapi
dengan antiseptic sehingga membuat jamur di selangkangan tidak
tumbuh lagi dan mati (Mawarni, 2012).
2.5.5 Pengobatan
Gunakanlah salep yang menganbung ketonazole, mizonazole,
fungasol, dll.
Minum obat untuk anti gatal
Gunakan obat tradisional yaitu gelugur dan asam kendis
(Mawarni, 2012).
2.6 Bakteri/ jamur yang terdapat di lipatan tangan (ketiak)
2.6.1 Pengertian
Penyakit jamur yang disebabkan oleh spesies candida disebut
candidiasis. Candidiasis kulit yang terdapat pada lapisan terluar kulit,
merupakan bentuk yang paling sering dari infeksi candida. Pada
kebanyakan kasus tidak bersifat invasive atau mengancam nyawa.
Infeksi kulit terutama terjadi pada bagian-bagian tubuh yang basah,
hangat seperti ketiak, lipatan paha, skrotum, atau lipatan-lipatan di
bawah payudara. Infeksi paling sering terdapat pada orang gemuk dan
diabetes. Daerah-daerah itu menjadi merah dan mengeluarkan cairan
dan dapat membentuk vesikel (Simatupang, 2009).
2.6.2 Pathogenesis
Kondisi kulit di area lipatan, jauh lebih sensitif dibandingkan
dengan kulit yang berada di area terbuka, seperti lengan dan kaki.
karena lokasinya yang tertutup dan menyebabkan kondisinya selalu
dalam keadaan lembab. Kondisi yang lembab memungkinkan bakteri
dan jamur untuk tumbuh di area lipatan kulit. Kulit di daerah lipatan
kulit lebih tipis dibandingkan dengan kulit di area lainnya. Hal itu
menyebabkan kulit di daerah lipatan lebih mudah mengadopsi atau
menyerap benda apapun yang dioleskan, seperti salap, bedak, krim
atau lotion. Karena sifatnya yang mudah mengabsorpsi itulah, maka
kulit di daerah lipatan cenderung lebih mudah mengalami iritasi
(Simatupang, 2009).
2.6.3 Etiologi
Menurut Simatupang (2009) salah satu faktor dapat terjadinya
infeksi candida yaitu faktor eksogen, yaitu :
Iklim panas dan kelembaban menyebabkan perspirasi meningkat
Kebersihan kulit
Perubahan hormone, seperti pada saat beranjak dewasa
Saat stress atau gugup sehingga tubuh mengeluarkan banyak
keringat.
2.6.4 Pencegahan
Jangan memakai pakai linen dan sutera karena bisa
menyebabkan endapan keringat yang bisa menciptakan bau badan
untuk menjauhi bau ketiak dan badan pakailah baju berbahan katun
yang bisa menyerap keringat (Mawarni, 2012).
2.6.5 Pengobatan
Menurut Mawarni (2012) ada beberapa pengobatan untuk
penyakit panu, diantaranya :
mandi minimal 2 kali sehari, gunakan sabun deodoran atau
menggunakan sabun herbal agar kulit bebas dari jamur, karena
jamur dan bakteri adalah penyebab bau badan.
Oleskan cuka putih pada ketiak dengan menggunaka kapas,
jangan menggunakan deodoran sama sekali. Maka dalam sesaat
kemudian ketiak anda akan bebas dari bau.
2.7 Bakteri/ jamur yang terdapat di lipatan leher
2.7.1 Pengertian
Pada kondisi kulit normal, terdapat flora normal yang
berhubungan Pityrosporom sp . Malassezia furfur merupakan bentuk
spora yang merupakan penyakit berubah menjadi patogen. (Andriana,
2010).
Penyakit ini biasanya disebabkan kulit berminyak, keadaan
tubuh yang cenderung lebih banyak berkeringat, faktor genetik juga
berperan dan kondisi daya tahan tubuh yang sedang menurun seperti
pada penderita yang mendapat pengobatan steroid dalam jangka
waktu lama. Gejala penyakit panu awalnya berupa bercak-bercak
warna putih hingga kecoklatan, dapat berbentuk teratur atau tidak
teratur, serta kadang disertai sisik halus di atasnya. Bercak itu bakal
tampak lebih jelas dan berpendar warna khusus jika dilihat di bawah
lampu wood. Lokasi tubuh yang paling sering diserang penyakit ini
adalah dada punggung, ketiak, lipatan paha, lengan, tungkai atas, leher
bahkan muka dan kulit kepala yang berambut (Andriana, 2010).
2.7.2 Pathogenesis
Jamur Malassezia furfur tidak datang dari tanah atau binatang,
tetapi ditemukan pada kulit manusia sebagai penghuni tetap pada
lapisan atas kulit bersama dengan mikroba lainnya. Jamur ini tidak
akan menjadi penyakit jika tidak ada faktor-faktor pendukung
(pakaian yang lembab, panas dan tidak ada aliran udara). Pada
lingkungan yang berminyak, jamur Malassezia furfur akan mengalami
perkembangan yang optimal, oleh karena itu, bitik putih seringkali
terjadi pada lengan atas bagian belakang, leher, dada dan wajah. Lalu,
malassezia fufur merupakan bentuk spora dan merupakan bentuk yang
dapat menimbulkan penyakit bagi manusia (Andriana, 2010).
Akibat dari pertumbuhan jamur Malassezia furfur
menimbulkan bercak putih, bercak putih tersebut disebabkan oleh
asam dekarboksilase yang dihasilkan oleh jamur yang bersifat
kompetitif inhibitor terhadap enzim tirosinase dan mempunyai efek
sitotoksik terhadap melanosit yang menghasilkan pigmen warna pada
kulit (Andriana, 2010).
2.7.3 Etiologi
Menurut Andriana (2010), flora normal pada kulit bisa berubah
menjadi patogen atau menimbulkan penyakit pada manusia, faktor-
faktornya adalah faktor eksogen atau yang berasal dari luar tubuh
manusia seperti kelembaban dan suhu yang tinggi, higiene perorangan
kurang baik, dan pakaian yang terlalu tertutup. Faktor endogen atau
yang berasal dari tubuh manusia sendiri seperti kulit berminyak,
keadaan tubuh yang cenderung lebih banyak berkeringat, faktor
genetik juga berperan, dan kondisi daya tahan tubuh yang sedang
menurun seperti pada penderita yang mendapat pengobatan steroid
dalam jangka waktu lama.
2.7.4 Pencegahan
Menurut Andriana (2010), cara mencegah timbulnya bakteri/
jamur pada bagian tubuh kita :
Mandi dengan menggunakan sabun yang berbahan antiseptik
secara rutin, sehari dua kali. Hal tersebut untuk menghilangkan
keringat yang setiap hari keluar dari tubuh. Selain menyebabkan
bau asam, keringat juga akan meningkatkan kelembaban tubuh.
Dalam keadaan seperti ini, panu akan mudah sekali tumbuh.
Tunggu keringat sampai kering. Ketika kondisi tubuh anda
sedang berkeringat apalagi keringat yang diakibatkan karena
kegiatan fisik. Usahakan jangan langsung mandi pada saat itu
juga karena dapat membuat tubuh anda lebih mudah terkena
jamur panu akibat dari kelembapan kulit yang berubah drastis.
2.7.5 Pengobatan
Cara menghilangkan panu dengan menggunakan bawang
putih. Caranya, ambil 1 siung bawang putih potong menjadi 2 bagian
dan gosok-gosokkan ke kulit yang terkena panu. Lakukan secara
teratur pagi, siang, malam sampai panu tersebut kering dan
mengelupas dan sembuh (Andriana, 2010).
2.8 Bakteri/ jamur yang terdapat di mukosa mulut
2.8.1 Pengertian
Flora utama hidung terdiri dari korinebakteria, stafilokokkus
(S. epidermidis, S. aureus) dan streptokokus (Jawetz dkk, 2005).
Selaput lendir (mukosa) mulut dan faring steril saat lahir
namun dapat terkontaminasi sewaktu melalui jalan lahir. Dalam waktu
4-12 jam setelah lahir, streptococcus viridians menjadi flora tetap
yang utama sepanjang hidup. Mereka mungkin berasal dari saluran
nafas ibu dan pengasuhnya. Pada awal hidupnya, bertambah dengan
stafilokokus aerobic dan anaerob, diplokkus gram negatif, (Neisseria,
Moraxella catarrbalis), difteroid dan terkadang laktobasilus. Ketika
gigi mulai tumbuh, muncul spirochaeta anaerob, spesies prevotella,
spesies fusobakterium, spesiesrothia dan spesies capnocytophaga
muncul bersamaan dengan beberapa vibrio anaerob dan laktobasili.
Spesies actinomyces secara normal terdapat pada jaringan tonsil dan
pada gingival dewasa, begitupula dengan berbagai macam protozoa.
Ragi (spesies Candida) terdapat pada mulut (Jawetz dkk, 2005).
Infeksi pada mulut dan saluran nafas bagian atas sering
meliputi bakteri anaerob. Infeksi periodontal, abses perioral, sinusitis
dan mastoiditis teruatama melibattkan Prevotella melaninogenica,
Fusobakterium dan teptostreptokoki. Aspirasi saliva (mengandung
sampai 104 dari organisme-organisme diatas dan aerob) dapat
menyebabkan pneumonia nekrotik, abses paru dan empiema (Jawetz
dkk, 2005).
2.8.2 Pathogenesis
Pada waktu lahir, rongga mulut pada hakikatnya merupakan
suatu inkubator yang steril, hangat, dan lembap yang mengandung
sebagai substansi nutrisi. Air liur terdiri dari air, asam amino, protein,
lipid, karbohidrat, dan senyawa-senyawa anorganik. Jadi, air liur
merupakan medium yang kaya serta kompleks yang dapat
dipergunakan sebagai sumber nutrien bagi mikrobe pada berbagai
situs di dalam mulut. Beberapa jam sesudah lahir, terdapat
peningkatan jumlah mikroorganisme sedemikian sehingga di dalam
waktu beberapa hari spesies bakteri yang khas bagi rongga mulut
menjadi mantap. Jasad-jasad renik ini tergolong ke dalam genus
Streptococcus, Neisseria, Veillonella, Actinomyces, dan Lactobacillus
(Pelczar, 2008).
Sampai munculnya gigi, kebanyakan mikroorganisme di dalam
mulut adalah aerob atau anaerob fakultatif. Ketika gigi pertama
muncul, anaerob obligat seperti Bacteroides dan bakteri fusiform
(Fusiobacterium sp.), menjadi lebih jelas karena jaringan di sekitar
gigi menyediakan lingkungan anaerobic (Pelczar, 2008).
2.8.3 Etiologi
Sariawan (stomatitis) dapat menyebabkan munculnya rasa
gatal-gatal dan sakit pada lidah dan wilayah mulut dan gusi.
Penyebabnya luka tergigit, konsumsi makanan dan minuman yang
panas, alergi, kurang menkonsumsi vitamin C, tidak menjaga
kebersihan mulut dan kekurangan zat besi (Pelczar, 2008).
2.8.4 Pencegahan
Kebersihan mulut dapat dijaga dengan menyikat gigi maupun
menyikat daerah bukal dan lidah dengan sikat lembut. Pada pasien
yang memakai gigi tiruan, gigi tiruan harus direndam dalam larutan
pembersih seperti Klorheksidin, hal ini lebih efektif dibanding dengan
hanya menyikat gigi tiruan, karena permukaan gigi tiruan yang tidak
rata dan porus menyebabkan candida mudah melekat dan jika hanya
menyikat gigi tiruan tidak dapat menghilangkannya (Ramansyah,
2011).
2.8.5 Pengobatan
Menurut Ramansyah (2011), beberapa golongan antijamur
yang efektif untuk kasus-kasus pada rongga mulut, sering digunakan
yaitu :
1. Amfotericine B, dihasilkan oleh Streptomyces nodusum,
mekanisme kerja obat ini yaitu dengan cara merusak membrane
sel jamur. Efek samping terhadap ginjal seringkali menimbulkan
nefrositik.
2. Miconazole, Clotrimazole, mekanisme kerjanya dengan cara
menghambat enzim cytochrome P 450 sel jamur, lanosterol 14
demethylase sehingga terjadi kerusakan sintesa ergosterol dan
selanjutnya terjadi ketidaknormalan membrane sel. Digunakan
4x/hari setengah sendok makan, ditaruh diatas lidah kemudian
dikumurkan dahulu sebelum ditelan.
BAB III
METODOLOGI

3.1 Waktu dan Tempat


Adapun praktikum Isolasi dan Identifikasi Flora Normal ini
dilaksanakan pada:
Hari/Tanggal : Jumat, 04 April 2014
Waktu : 13.30 WITA Selesai
Tempat : Laboratorium Terpadu FKIK UNTAD
3.2 Alat dan Bahan
Adapun alat dan bahan yang digunakan untuk dalam praktikum isolasi
dan identifikasi flora normal adalah:
3.2.1. Alat
1. Cawan petri
2. Bunsen
3. Incubator
4. Lap halus
4.2.2. Bahan
1. Cottonbuds/swap
2. NA (Nutrient Agar)
3. PDA (Potato Dextrose Agar)
4. Korek api
5. Tissue
6. Handscun
7. Masker
8. Kertas pembungkus
9. Sampel dari flora normal (vagina, lipatan kaki, selangkangan,
ketiak, leher dan mukosa mulut
3.3 Prosedur Kerja
Adapun prosedur kerja pada praktikum isolasi dan identifikasi flora
normal ini yaitu:
1. Membersihkan meja terlebih dahulu
2. Munggunakan handscun dan masker
3. Mengambil bakteri dengan menggunakan cotton buds
4. Kemudian di bungkus menggunakan tissue agar tidak terkontaminasi
dengan udara.
5. Menyiapkan 2 cawan petri yang masing-masing berisi natrium NA dan
PDA.
6. Kemudian, cawan petri di viksasi dengan menggunakan bunsen yang
berisisikan cairan spritus.
7. Cotton buds yang dibungkus dengan tissue, di oleskan pada medium NA
dan PDA secara zig zag dan tidak menekan.
8. Selanjutnya, pinggir cawan petri di viksasi kembali menggunakan bunsen
9. Kemudian, cawan petri di bungkus dengan kertas secara terbalik agar
pertumbuhan mikroba yang ada di dalam cawan petri dapat berkembang
biak.
10. Selanjutnya, cawan petri yang telah di bungkus di simpan selama 24 jam
pada inkubator dengan suhu inkubator sebesar 29oC-30C.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Tabel Hasil Pengamatan


4.1.1 Medium Natrium Agar (NA)

Keterangan
No Sampel gambar keterangan
morfologi
Bentuk : Ireguler Terdapat
bakteri
(tidak Beraturan)
Ukuran: Sedang
Elevasi: Flat
1. Vagina Permukaan: halus
dan mengkilat
Margin: Entire
Warna: putih

2. Selajari Bentuk: Ireguler Terdapat


bakteri
kaki (tidak beraturan)
Ukuran: Pinpoint
Elevasi: Flat
Permukaan: Halus
mengkilat
Margin: Klobate
Warna: putih
3. Selangk Bentuk: Ireguler Terdapat
bakteri
angan Ukuran: Besar
Elevasi: Raised
Permukaan: Halus
mengkilat
Margin: Klobate
Warna: Putih
4. Ketiak Bentuk: Sirkuler Terdapat
bertepi bakteri dan
Ukuran: Kecil jamur
(small)
Elevasi: Raised
Permukaan: Halus
mengkilat
Margin: Entire
Warna: Putih

5. Leher Bentuk: Sirkuler Terdapat


Ukuran: Pinpoint bakteri dan
Elevasi: Flat jamur
Permukaan: Halus
mengkilat
Margin: Entire
Warna: Putih
6. Mukosa Bentuk: Sirkuler Terdapat
mulut Ukuran: Pinpoint bakteri dan
Elevasi: Flat jamur
Permukaan: Halus
mengkilat
Margin: Entire
Warna: Putih
4.1.2. Medium Potato Dextrose Agar (PDA)

Keterangan Keterang
No Sampel Gambar
Morfologi an
1. Vagina Bentuk: Sirkuler Terdapat
Ukuran: sedang bakteri
Elevasi: Konvex dan jamur
Permukaan: Halus
mengkilat
Margin: Entire
Warna: putih
2. selajari Bentuk: Pinpoint Terdapat
kaki Ukuran: Kecil bakteri
Elevasi: Flat dan jamur
Permukaan: halus
mengkilat
Margin: Entire
Warna: Putih
3. Selangk Bentuk: Ireguler Terdapat
angan Ukuran: Moderat bakteri
Elevasi: Flat dan jamur
Permukaan:
Berkerut
Margin: Entire
Warna: Putih
4. Ketiak Bentuk: Sirkuler Terdapat
bertepi bakteri
Ukuran: Small
Elevasi: Flat
Permukaan: Halus
Margin: Entire
Warna: Putih
5. Leher Bentuk: Sirkuler Terdapat
Ukuran: Pinpoint bakteri
Elevasi: Flat
Permukaan: Halus
Margin: Entire
Warna: Putih
6. Mukosa Bentuk: Rizoit Terdapat
mulut Ukuran: Besar jamur
Elevasi: Flat
Permukaan: Halus
Margin:
Filamentous
Warna: Putih

4.2 Pembahasan
Flora normal adalah berbagai bakteri dan fungi yang secara tetap
menghuni bagian tubuh tertentu, terutama kulit, orofaring, kolon dan vagina.
Virus dan parasit tidak dianggap sebagai anggota flora normal, walaupun
keduanya dapat berada secara asimtomatik. Dari satu bagian tubuh dengan
bagian tubuh yang lain flora normal bervariasi baik dalam hal jumlah maupun
macamnya. Campuran organisme secara teratur ditemukan pada setiap situs
anatomi disebut sebagai flora normal, kecuali oleh para peneliti di lapangan
yang lebih suka istilah "pribumi mikroba". Flora normal manusia terdiri dari
beberapa eucaryotic jamur dan protista, tetapi bakteri yang paling banyak dan
jelas komponen mikroba flora normal.
Uji flora normal yaitu cara untuk mengetahui terjadinya proses flora
normal yang terjadi di tunbuh manusia, dengan melalui proses isolasi flora
normal, Untuk mengetahui biakan murni dan Untuk mengetahui perbedaan
pertumbuhan bakteri dan jamur pada Vagina, Selangkangan, ketiak, Leher dan
Mukosa mulut. Dengan menggunakan NA dan PDA.
Pada percobaan, isolasi yang dilakukan menggunakan tehnik goresan
zig zag pada medium dalam cawan pertri. Tehnik ini merupakan pemerataan
kloni mikroorganisme yang banyak dan merata sehingga memudahkan
pengamatan yang dilakukan untuk identifikasi.
Pada percobaan isolasi flora normal ini, yang pertama dilakukan yaitu
dengan membersihkam meja, kemudian munggunakan handscoon dan masker
agar bakteri tidak terkontaminasi dengan tubuh kita dngan melalui saluran
pernapasan. Selanjutnya Mengabil mikroba dengan menggunakan cotton buds,
Kemudian mikroba di bungkus menggunakan kertas agar tidak terkontaminasi
dengan udara, Menyiapkan 2 cawan petri yang masing-masing berisi natrium
NA dan PDA. NA dan PDA berfungsi untuk menimbulkan bakteri maupun
jamur yang ada pada medium tersebut. Kemudian, cawan petri di viksasi
dengan menggunakan bunsen yang berisisikan cairan spritus agar bakteri dari
luar tidak terkontaminasi dalam cawan petri. Cotton buds yang dibungkus
dengan tissue Agar tidak terkena udara dari luar, kemudian Cotton buds yang
di bungkus tadidi oleskan pada medium NA dan PDA secara zig zag dan tidak
menekan agar medium yang dipakai tidak mengalami kerusakan. Selanjutnya,
cawan di viksasi kembali menggunakan bunsen. Selanjutnya, cawan petris di
bungkus dengan kertas secara terbalik agar pertumbuhan mikroba yang ada di
dalam cawan cepat. Selanjutnya, cawan petri yang telah di bungkus di simpan
selama 24 jam pada inkubator dengan suhu inkubator sebesar 30C.
Pada sampel yang pertama diamati yaitu pada vagina, dengan
mengambil sampel mekroba dari vagina dengan menggunakan Cotton
buds/swap, kemudian Cotton buds/swap dioleskan pada medium NA dan PDA
secara zig zag. Hasil yang di peroleh membuktikan bahwa Mikroorganisme
yang terdapat pada medium NA yaitu terdapt bakteri, Bentuk Ireguler (tidak
Beraturan), Ukuran Sedang, Elevasi Flat (ketingian yang tidak terukur dan
tidak teratur rata dengan medium), Permukaan halus dan mengkilat, Margin
Entire(tepian rata), dan berwarna putih dan PDA terdapat bakteri yang jamur,
terlihatpada medium ini Berbentuk Sirkuler, Ukuran sedang, Elevasi Konvex,
Permukaan Halus mengkilat, Margin Entire(tepian rata), dan berwarna putih.
Pada sampel kedua yang di amati yaitu liptan kaki dengan mengambil
sampel mekroba dari lipatan kaki dengan menggunakan Cotton buds/swap,
kemudian Cotton buds/swap dioleskan pada medium NA dan PDA secar zig
zag. Hasil yang di peroleh membuktikan bahwa Mikroorganisme yang
terdapat pada medium NA yaitu terdapt bakteri Bentuknya Ireguler (tidak
beraturan) Ukuran Pinpoint (bentuk titik dalam jumlah banyak dan
bergrombol), Elevasi Flat (ketingian yang tidak terukur dan tidak teratur rata
dengan medium), Permukaan Halus mengkilat, Marginlobate(tepian berlekuk),
berwarna putih, dan PDA terdapat bakteri yang jamur, Berbentuk Pinpoint
(bentuk titip dalam jumlah banyak dan bergrombol), Ukuran Kecil, Elevasi
Flat (ketingian yang tidak terukur dan tidak teratur rata dengan medium),
Permukaan halus mengkilat, Margin Entire(tepian rata), Warna Putih.
Pada sampel ke tiga yaitu selangkangan dengan mengambil sampel
mekroba dari selangkangan dengan menggunakan Cotton buds/swap,
kemudian Cotton buds/swap dioleskan pada medium NA dan PDA secar zig
zag. Hasil yang di peroleh membuktikan bahwa Mikroorganisme yang
terdapat pada medium NA yaitu terdapt bakteri dan jamur terlihat, Berbentuk
Ireguler, Ukuran Besar, ElevasiRaised (ketinggian nyata terlihat,namun rata
pada seluruh Permukaannya), permukaan Halus mengkilat, Margin
lobate(tepian berlekuk), berwarna Putih. Pada medium PDA terdapat bakteri
dan jamur dan Berbentuk Ireguler, Ukuran Moderat, Elevasi Flat (ketingian
yang tidak terukur dan tidak teratur rata dengan medium), Permukaan
Berkerut, Margin Entire (tepian rata), Warna Putih.
Pada sampel ke empat yaitu ketiak dengan mengambil sampel
mikroba dari ketiak dengan menggunakan Cotton buds/swap, kemudian
Cotton buds/swap dioleskan pada medium NA dan PDA secar zig zag. Hasil
yang di peroleh membuktikan bahwa Mikroorganisme yang terdapat pada
medium NA yaitu terdapt bakteri, Berbentuk Sirkuler bertepi, Ukuran Kecil
(small), Elevasi Raised (ketinggian nyata terlihat,namun rata pada seluruh
Permukaannya), Permukaan Halus mengkilat, Margin Entire (tepian rata),
berwarna Putih. Pada medium PDA terdapat bakteri, Berbentuk Sirkuler
bertepi, Ukuran kecil (Small), Elevasi Flat (ketingian yang tidak terukur dan
tidak teratur rata dengan medium). Permukaan Halus, Margin Entire(tepian
rata), berwarna Putih.
Pada sampel ke lima yaitu mikroba pada leher dengan mengambil
sampel mikroba pada leher dengan menggunakan Cotton buds/swap,
kemudian Cotton buds/swap dioleskan pada medium NA dan PDA secar zig
zag. Hasil yang di peroleh membuktikan bahwa Mikroorganisme yang
terdapat pada medium NA yaitu terdapt bakteri dan jamur halus, berbentuk
Sirkuler, Ukuran Pinpoint(bentuk titik dalam jumlah banyak dan bergrombol),
Elevasi Flat (ketingian yang tidak terukur dan tidak teratur rata dengan
medium), Permukaan Halus mengkilat,Margin Entire(tepian rata), berwarna
Putih. Pada medium PDA terdapat jamur halus yang berbentuk Sirkuler,
Ukuran Pinpoint (bentuk titik dalam jumlah banyak dan bergrombol), Elevasi
Flat (ketingian yang tidak terukur dan tidak teratur rata dengan medium),
Permukaan Halus mengkilat, Margin Entire(tepian rata), berwarna Putih.
Pada sampel ke enam yaitu mikroba pada mukosa mulut dengan
mengambil sampel mikroba pada mukosa mulut dengan menggunakan Cotton
buds/swap, kemudian Cotton buds/swap dioleskan pada medium NA dan PDA
secar zig zag. Hasil yang di peroleh membuktikan bahwa Mikroorganisme
yang terdapat pada medium NA yaitu terdapt bakteri dan jamur berbentuk
Sirkuler, Ukuran Pinpoint (bentuk titik dalam jumlah banyak dan
bergrombol), Elevasi Flat (ketingian yang tidak terukur dan tidak teratur rata
dengan medium), Permukaan Halus mengkilat, Margin Entire (tepian rata),
berwarna Putih. Pada medium PDA yaitu terdapat jamur berbentuk Rizoit
(benang-benang), Ukuran Besar, Elevasi Flat (ketingian yang tidak terukur
dan tidak teratur rata dengan medium), Permukaan Halus, Margin Filamentous
(tepian seperti benang-benang), berwarna Putih.
Adapun pada percobaan isolasi flora normal yang menyebabkan
percobaan percobaan dari beberapa sampel yang tidak berhasil di karenakan
mikroba-mikroba yang digunakan terkontaminasi dengan bakteri dari luar.
BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Adapun kesimpulan yang diperoleh dari praktikum ini yaitu sebagai
berikut :
1. Tehnik isolasi flora normal pada tubuh manusia menggunakan Medium
Nutrient Agar (NA) merupakansuatu medium yang berbentuk padat dibuat
dari campuran ekstrak daging dan pepton dengan menggunakan agar
sebagai pemadat dan memiliki kegunaan sebagai medium untuk
menumbuhkan bakteri.
2. Biakan murni adalah biakan yang terdiri atas satu spesies yang
ditumbuhkan dalam medium buatan.
5.2 Saran
Perlu dilakukan pengamatan yang lebih mengenai mikroorganime
flora normal yang ada pada media NA (Nutrient Agar) dan media PDA
(Potato Dextrose Agar), seperti bakteri dan jamur yang dimana sebagian
media terdapat bakteri dan jamur dalam satu media dan hal itu harus diteliti
agar dapat diketahui mana yang termasuk bakteri dan jamur untuk membantu
praktikan betul-betul memahami mengenai praktikum tersebut.
DAFTAR PUSTAKA

Anaissie, Elias J. Clinical Mycology. United State of America. Churchill


Livingstone. 2003. p.461-2
Brooks, G.F.,carrol K.C., Burel. J.S., & Morse S.A. Medikal mikrobiology.
24 th cd, Mc Graw hill, 2007: 642-5
Hadieoetomo, 2010. Media. http://belajarmikro.co.cc/Diakses pada tanggal 11
Oktober 2011, pukul 14.00 WIB
Jawets,dkk., 2005 mikrobiologi kedokteran. Salemba madika. Jakarta
Luni Y, Munim S, Qureshi R, Tareen L. Frequency and Diagnosis of Bakterial
Vaginosis. JCPSP 2005; 15: 270-2b
Michael J., dkk. 2008. Dasar-Dasar Mikrobiologi Jilid 2. UI-Press. . Jakarta
Pratiwi Sylvia. T., 2008 mikrobiologi farmasi. Erlangga. Yogyakarta.
Riskilla, A.G., 2010. Candida Albicans.Riau:Faculty of Medicine University of
Riau.
Siregar. 2004. Jamur kulit. Buku kedokteran. Palembang.
Sohnle, Peter G. Effect of Hair Growth Cycles on Experimental Cutaneous
Candidiasis in Mice. In : Journal of Investigative Dermatology. [serial
online]. 1985 December. [cited 2008 Juni 18] : volume 10/1111. 1523-
1747. Available from : URL:http://www.network.nature.com
Tortora, 2010. Semua tentang Mikrobiologi. http://tortora.blogspot.com/ Diakses
pada tanggal 10 Oktober 2011 pukul 10.00 WIB
Tietz, H.J., 2010. Treatmen of chronic vulvovaginal candidiasis with
posaconazole and ciclopiroxolamine.Fungal Infection and Microbiology.
institute, Berlin, Germany
www.medlineplus.com : Smith, D. Scott. Cutaneous Candidiasis. [online]. 2006
[cited 2008 Juni 18] : [screens]. Available from :
URL:http://www.medlineplus.com (Diakses pada tanggal 10 Oktober 2011
pukul 10.00 WIB)
www.emedicine.com : Scheinfeld, Noah S. Candidiasis Cutaneous. [online]. 2008
[cited 2008 Juni 18] : [screens]. Available from :
URL:http://www.emedicine.com (Diakses pada tanggal 10 Oktober 2011
pukul 10.00 WIB)

Anda mungkin juga menyukai