Anda di halaman 1dari 25

LAPORAN ANATOMI FISIOLOGI MANUSIA

“OTOT”

Pelaksanaan : Jumat, 04 Oktober 2019


Dosen : Dra. Nur Kuswanti, M.Sc.St.
Erlix Purnama, S.Si, M.Si.

Kelompok 5
Dhea Rizqy Amalia 17030204015
Kholif Deigo Praja 17030204036
Heliza Amalini 17030204037
Ervi Ifadah 17030204039

PBA 2017
PROGRAM STUDI S1 PENDIDIKAN BIOLOGI
JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA
2019
I. Judul
Judul pada praktikum ini adalah “ otot “
II. Tujuan
Tujuan dari praktikum ini yakni agar mahasiswa dapat:
1. Melakukan single pithing pada katak
2. Membuat sediaan otot gastrocnemius pada katak
3. Mengisolir syaraf kaki pada paha katak
4. Menentukan besar intensias rangsangan minimal, maksimal, dan ketiga
intensitas rangsangan lain
5. Menuliskan cara mendapatkan grafik kontraksi maksimal tunggal
6. Menuliskan satu perbedaan cara membuat sumasi gelombang, tetani
bergerigi, dan tetani lurus
7. Menuliskan satu persamaan dan dua perbedaan dalam membuat sumasi
gelombang dan sumasi motor unit
8. Mendeskripsikan pengaruh pemberian rangsangan listrik terhadap
kontraksi otot yang dihasilkan pada katak.
III. Dasar Teori
1. Otot
Jaringan otot mencapai 40% sampai 50% berat tubuh, pada
umumnya tersusun dari sel-sel kontraktil yang disebut serabut otot.
Melalui kontraksi sel-sel otot menghasilkan pergerakan dan melakukan
pekerjaan (Sloane, 2004). Otot ada tiga jenis yaitu: otot polos, otot
jantung, dan otot rangka/lurik. Dari ketiga otot tersebut, otot yang
memiliki andil besar dalam pergerakan tubuh manusia adalah otot rangka.
Gerakan-gerakan yang dilakukan oleh tubuh, mulai dari gerak yang
sederhana hingga gerkan yang kompleks, dilakukan oleh otot rangka. Otot
rangka yang bekerja secara sadar (dipengaruhi saraf) akan melakukan
mekanisme gerak otot yait kontraksi dan relaksasi. Untuk melakukan
gerak otot dibutuhkan energi yang akan didapat dari proses metabolism
otot dengan melibatkan glukosa (Watson, 2002).

2. Otot Gastrocnemius

Otot gatrocnemius merupakan salah satu otot rangka yang


menyusun triseps surae/betis (Sloane, 2004). Fungsi utama otot
gastrocnemius adalah menggerakkan telapak kaki dan sangat berperan
dalam pergerakan tungkai belakang katak (Guyton, 2007)Otot
gastrocnemius merupakan otot rangka yang terletak diantara bawah paha
dan turnit menyilang pada dua persendian membentuk tonjolan besar pada
betis atas. Otot gastrocnemius berkontraksi pada saat berjalan, naik turun
tangga dan berlari.

Gambar 1. Otot Gastrocnemius (Sumber: Wangko, 2014)

Otot gastrocnemius katak banyak digunakan dalam percobaan


f'isiologi hewan. Otot gastrocnemius katak adalah otot yang lebar dan
terletak di atas fibiofibula, serta disisipi oleh tendon tumit yang tampak
jelas (tendon achilles) pada permukaan kaki (Syaifuddin, 2006).
Otot gastrocnemius harus berkontaksi dengan kecepatan yang cukupp
pada pergerakan tungkai untuk berlari atau melompat. Otot gastrocnemius
memiliki serabut cepat yang disesuaikan untuk kontaksi otot yang sangat
cepat dan kuat seperti berlari dan melompat. Serabut ini tampak lebih
besar. reticulum sarkoplasma lebih luas sehingga dengan cepat melepaskan
ion-ion kalsium untuk memulai kontraksi otot (Guyton dan Hall, 2006)

3. Kontraksi Otot
Fungsi utama otot rangka adalah kontraksi, sehingga terjadi
perubahan posisi atau gerakan kerangka satu terhadap yang lainnya
atau disebut gerakan anggota tubuh (motor movement). Agar otot
rangka dapat berkontraksi, diperlukan pelayanan/inervasi sistem saraf
motoric somatic (Sloane, 2004).
Otot dapat mengadakan kontraksi dengan cepat, apabila ia
mendapat rangsangan dar luar berupa rangsangan arus listrik,
rangsangan mekanis panas, dingin, dan lain-lain. Kekuatan kontraksi
otot dipengaruhi oleh antara lain tingkat kepekaan saraf yang
melayaninya, cara perangsangannya, dan faktor pembebanan yang
diberikan kepada otot tersebut. Pembebanan pada otot dapat diberikan
pada saat kontraksi (after loaded) dapat juga diberikan pada saat
sebelum otot kontraksi (preoaaded). After loaded dan preloaded
memberikan pengaruh yang berbeda terhadap kekuatan kontraksi dan
kerja otot (Guyton, John E hall, 2007).
Menurut McGowan (2013), hubungan antara pemendekan otot
dan kekuatan otot ditandai dengan kerja mekanik, hubungan antara
peregangan otot dan peningkatan kekuatan yang lebih kompleks.
Pengaruh perubahan panjang otot pada kemampuannya untuk
menghasilkan kekuatan isometrik didokumentasikan dengan baik.
Beberapa penelitian telah menunjukkan bahwa kekuatan isometrik
yang dihasilkan oleh otot yang memendek, dan kurang relatif terhadap
kontraksi isometrik pada otot yang memanjang. Otot dapat berkontaksi
baik secara isometrik, isotonik, atau gabungan keduanya. Kontaksi
isometrik pada otot gastrocnemius memiliki lama kontrkasi kira-kira
1/30 detik. Lama kontaksi disesuaikan dengan fungsi masing-masing
otot.

Otot dapat berkontraksi baik secara isometrik, isotonik, atau


gabungan keduanya. Kontraksi isometrik pada otot gastronekmus
memiliki lama kontraksi kira-kira 1/30 detik. Lama kontraksi
disesuaikan dengan fungsi masing-masing otot. Otot gastroknemus
harus berkontraksi dengan kecepatan yang cukup pada pergerakan
tungkai untuk berlari atau melompat. Otot gastroknemus memiliki
serabut cepat yang disesuaikan untuk kontraksi otot yang sangat cepat
dan kuatseperti berlari dan melompat. Serabut ini tampak lebih besar.
Retikulum sarkoplasmanya lebih luas sehingga dengan cepat dapat
melepaskan ion-ionkalsium untuk memulai kontraksi otot. (Guyton
And Hall, 2006)

Mekanisme kontraksi otot dapat dijelaskan dengan model


pergeseran filamen (filamen-filamen tebal dan tipis yang saling
bergeser saat proses kontraksi), model pergeseran filamen (filamen
sliding). Model ini menyatakanbahwa gaya berkontraksi otot
dihasilkan oleh suatu proses yang membuat beberapa set filamen tebal
dan tipis dapat bergeser antar sesamanya.

Kontraksi filamen aktin tidak tertarik kedalam filamen miosin


sehingga overlap satu sama lainnya secara luas. Discus Zditarik oleh
filamen aktin sampai ke ujung filamen miosin. Jadi kontraksi
ototterjadi karena mekanisme pergeseran filamen yang disebabkan
oleh kekuatan mekanisme kimia atau elektrostatik yang ditimbulkan
oleh interaksi jembatan penyebrangan dari filamen miosin dan
filamen aktin. (Guyton and Hall, 2006)

Aksi potensial tunggal menyebabkan kontraksi singkat yang


diikuti dengan relaksasi otot. Peristiwa itu disebut kedutan otot.
Durasi otot berkedut bervariasi dengan jenis otot yang di uji. Kedutan
otot ini mempunyai 3 fase, yaitu periode laten, fase kontraksi dan fase
relaksasi.

Periode laten adalah periode waktu yang berlalu antara aksi


potensial dalam sel otot dan awal dari kontraksi otot. Dimana periode
ini melepaskan kalsium dari reticulum sarkoplasma.

Fase kontraksi dimulai ketika periode laten berakhir dan


berakhirnya puncak ketegangan otot.

Fase relaksasi adalah periode atau jangka waktu dari


ketegangan otot sampai berakhirnya kontraksi otot.

Kontraksi otot dari force summation berarti menambahkan


secara bersamaan kontraksi kedutan untuk meningkatkan intensitas
keseluruhan kontraksi otot. Summation terjadi dalam dua cara : 1.
Dengan meningkatkan jumlah kontraksi motor unit secara bersamaan.
Peristiwa itu disebut summation serabut ganda. 2. Dengan
meningkatkan frekuensi kontraksi, dapat disebut summation frekuensi
dan dapat menyebabkan tetanus. (Guyton and Hall, 11th 2006)

Mekanisme kerja kontraksi otot secara umum, berlangsung


secara berurutan sebagai berikut :

1. Bermula dari aksi potensial yang berjalan sepanjang saraf motorik


sampai otot serabut.
2. Hingga saraf mengeluarkan sejumlah zat substansi neurotransmitter
asetilkolin.
3. Asetilkolin bereaksi pada area selaput otot serabut untuk membuka
saluran kanal asetilklolin melalui molekul protein dalam selaput.
4. Terbukanya saluran kanal asetilkolin dapat memudahkan ion natrium
berdifusi dalam jumlah besar pada bagian dalam selaput otot serabut.
Hal ini dapat memicu aksi potensial pada selaput.
5. Bersamaan dengan selaput otot serabut dan selaput saraf serabut
mengalami aksi potensial.
6. Aksi potensial mendepolarisasi selaput serabut, dan beberapa aksi
potensial mengaliri listrik melalui pusat otot serabut. Hal ini
menyebabkan retikulum sarkoplasma mengeluarkan sejumlah ion
kalsium yang tersimpan dalam retikulum.
7. Ion kalsium memulai gaya tarik menarik antara aktin dan filamen
myosin, menyebabkan keduanya tergeser, peristiwa itu disebut
kontraktil.
8. Setelah terpecah dalam beberapa waktu, ion kalsium kembali
terkumpul dalam reticulum sarkoplasma sampai aksi potensial otot
serabut yang selanjutnya. (Guyton and Hall, 11th 2006)

4. Karakteristik Kontraksi Otot Rangka


Menurut Sloane (2004) karakteristik kontraksi otot rangka adalah
nsebagai berikut :
a. Stimulus Ambang
adalah voltase listrik minimum yang menyebabkan kontraksi serabut
otot tunggal.
 Respons all-or-none serabut otot. Jika stimulasi ambang telah
tercapai; maka serabut otot akan merespons secara maksimal atau
tidak sama sekali selama kondisi lingkungan serabut tidak berubah.
 Dengan meningkatkan stimulus sampai melebihi ambang batasnya,
tidak akan memperbesar respons serabut otot tunggal.
b. Kedutan Otot
 Jika preparat otot distimulasi, maka setiap serabut otot dalam otot
akan mematuhi semua hukum all-or-none tetapi serabut yang
berbeda memiliki ambang yang berbeda pula.
 Jika derajat voltase stimulus meningkat maka serabut tambahan
turut merespons.
5. Kedutan otot (kontraksi maksimum keseluruhan otot) akan terjadi saat
intensitas stimulus cukup untuk seluruh serabut
6. Macam Rangsangan
Saraf sciatic (Nervus Ischiaticus) adalah saraf terbesar dan
terpanjang pada tubuh. Pada setiap sisi tubuh, saraf sciatic menjalar
dari tulang punggung bawah, dibelakang persendian pinggul, turun ke
pantat dan dibelakang lutut. Pada setiap sisi tubuh, saraf iskiadikus
atau sciatic menjalar dari tulang punggung bawah, di belakang
persendian pinggul, turun ke bokong dan dibelakang lutut. Disana
saraf sciatic terbagi dalam bebrapa cabang dan terus menuju kaki
(Santi, 2013).
Pada saraf sciatic atau saraf ischia bila diberikan rangsangan
akan mempengaruhi kontraksi pada otot gastrocnemius. Adapun
beberapa macam rangsangan diantaranya adalah: 1. Rangsangan
subliminal, adalah rngsangan yang diberikkan tetapi belum ada satu
motor unit yang beraksi terhadap rangsangan tersebut dalam bentuk
potensial aksi; 2. Rangsangan liminal, adalah rangsangan yang
diberikan dan mulai terjdi reaksi dari satu motor unit yang paling peka;
3. Rangsangan supraliminal, adalah rangsangan yang menyebabkan
terjadinya kontraksi yang lebih besar daripada rangsangan liminal; 4.
Rangsangan submaksimal, adalah rangsangan yang diberikan sehingga
terjdi kontraksi yang besarnya mendekati nilai maksimalnya; 5.
Rangsangan maksimal, adalah rangsangan yang diberikan di mana
semua motor unit memberikan reaksi sehingga menimbulkan reaksi
yang paling tinggi; 6. Rangsangan supramaksimal, adalah rangsangan
yang diberikan setelah rangsangan maksimal (Sloane, 2004).

7. Faktor yang Memengaruhi Tegangan Otot


a. Jumlah serat yg berkontraksi
 jumlah unit motorik yg terlibat
 jumlah serat otot per unit motoric
 jumlah serat otot yg tersedia u/ kontraksi (ukuran otot, adanya
penyakit, tingkat pemulihan)
b. Tegangan yg terjadi oleh setiap serat yg berkontraksi
 frekuensi rangsangan
 panjang serat permulaan
 tingkat kelelahan (lama aktivitas, jenis serat: oksidatif/
glikolitik)
 ketebalan serat (jenis serat, pola aktivitas saraf, jumlah
testosteron)
8. Larutan Ringer
Ringeris Lactatis adalah larutan steril dari Kalsium Klorida,
Kalium klorida, Natrium klorida, dan Natrium Lactat dalam air untuk
injeksi. Injeksi Ringer Laktat tidak boleh mengandung bahan
antimikroba (Depkes RI, 1995). Larutan ini digunakan untuk menjaga
otot agar tetap hidup dan sebagai penghantar aliran listrik yang
berguna pada alat kimograf.
Ringer merupakan cairan yang paling fisiologis yang dapat
diberikan pada kebutuhan volume dalam jumlah besar. Ringer banyak
digunakan sebagai replacement therapy, antara lain untuk syok
hipovolemik, diare, trauma, dan luka bakar. Larutan Ringer tidak
mengandung glukosa, sehingga bila akan dipakai sebagai cairan
rumatan dapat ditambahkan glukosa yang berguna untuk mencegah
terjadinya ketosis (Rudi, 2006).
Pada percobaan katak setelah kaki katak dibedah, jaringan
tubuh masih dapat hidup selama beberapa menit hingga jam. Viabilitas
jaringan tersebut bergantung pada perlakuan yang diberikan. Oleh
karena itu, setelah bagian kaki katak dibuka, jaringan otot dan saraf
harus terus dibasahi dengan larutan ringer yang memiliki konsentrasi
ion menyerupai cairan ekstraselular katak supaya tidak menyebabkan
kekeringan yang menurunkan fungsi jaringan tersebut.
Percobaan yang dilakukan menggunakan otot gastroknemus
karena otot tersebut peka terhadap rangsangan listrik. Cairan dan ion-
ion yang ada pada otot gastroknemus selalu dijaga, pada praktikum ini
digunakan larutan ringer. Larutanringer juga digunakan sebagai
penghantar aliran listrik. Alat yang digunakanpada praktikum
pengukuran kontraksi otot gastroknemus universal kimograf beserta
asesorinya fungsi alat ini adalah untuk mengetahui pengaruh
rangsangan listrik terhadap kontraksi otot gastroknemus.

IV. Bahan dan Alat


1. Bahan
- Katak ukuran sedang 1 ekor
- Benang kelos yang kuat (Panjang sekitar 20 cm) 2 helai
- Benang kasur (Panjang sekitar 20 cm) 2 helai
- Larutan Ringer secukupnya
- Tinta penulis secukupnya
2. Alat
- Jarum kasur panjang sekitar 10 cm 1 buah
- Dissecting kit 1 buah
- Dissecting pan 1 buah
- Beaker glass volume 50 ml 2 buah
- Pipet 1 buah
- Kimograph 1 buah
- Papan sediaan 1 buah
- Katode beserta kabelnya 1 buah
- Pemegang alat penulis 1 buah
- Batang penulis 1 buah

V. Cara kerja
A. Membuat sediaan otot dan syaraf dari katak
1. Tangkap katak dengan kanan, letakkan bagian leher katak diatas
jari tengah kiri kita. Letakkan telunjuk kiri kita diatas kepala katak
bagian depan,dan ibu jari kiri kita diatas punggung katak. Dengan
menekan telunjuk dan ibu jari kita,maka kepala katak akan
menunduk.
2. Pegang jarum kasur dengan jari kanan kita. Dengan pangkal jarum
kasur itu kita raba garis tengah kepala yang tertunduk tadi hingga
daerah tengkuk. Sehingga akan terasa ada bagian yang melekuk.
Ingat titik bagian tersebut.
3. Dengan ujung jarum kasur, tusuk bagian tersebut sedalam 1,5-
2mm. Posisikan jarum kasur sejajar dengan permukaan atas kepala
katak, sehingga jarum mudah meluncur kebagian dengan rongga
tengkorak sewaktu jarum didorong kedepan.
4. Jika jarum tidak mau maju,berarti ujung jarum belum tepat pada
foramen magnumt. Tusuk sedkit lebih dalam,atau menarik jarum
sedikit keluar,sehingga posisikan jarum sejajar dengan permukaan
atas kepala katak,lalu dorong jarum kedepan hingga ujung jarum
menyentuh tulang.
5. Tarik sedikit demi sedikit jarum tersebut sambil pangkalnya
digerakkan arah berputar. Dengan demikian ujung jarum akan
merusak jaringan otak katak.
6. Setelah kaki depan dan kaki belakang katak lemas, letakkan katak
diatas dissecting pan dengan posisi katak tertelungkup.
7. Kedua kaki depan dan salahsatu kaki belakang difiksir dengan
jarum pasak yang tersedia dlaam dissecting kit.
8. Dengan pinset yang ujungnya terkait ditangan kiri memegang kulit
dipergelangan kaki dari kaki belakang yang tidak difiksir
tadi,sehingga kulit yang terjepit melipat membujur. Dengan
gunting ditangan kanan,gunting kulit yang terlipat tadi sehingga
berlubang.
9. Satu daun gunting dimasukkan kedalam lubang tadi,lalu kita
lanjutkan menggunting kulit tersebut melingkar pergelangan kaki.
10. Dengan dua pinset ujung kulit tadi ditarik ke proksimal,sehingga
terlibat berkas otot gastrocenemius. Sejak saat itu berkas ditetesi
secara teratur dan terus menerus dengan larutan Ringer dan dengan
bantuan pipet,hingga semua kegiatan terselesaikan.
11. Tusuk tendon Achilles dengan pinset yang ujungnya tajam. Buka
kearah cranial,agar berkas otot gastrocnemius terpisah dari struktur
di bawahnya. Dengan ujung pinset masih di posisi itu,kita jepit
kedua helai benang kelos tadi. Jika kita tarik pinset tadi keluar,
maka kedua helai benang kelos tadi akan berada dibawah berkas
otot tadi.
12. Tarik keempat ujung benang kelos kearah distal sehingga berada
pada tendon Achilles.
13. Dua ujung benang yang sepihak dipegang dengan tangan kiri,
pinset dibelit dengan benang tadi sebanyak dua lilitan. Dengan
ujung pinset tadi diambil kedua ujung benang dipihak lain,kalau
pinset tadi kita tarik hingga simpul benar-benar rapat.
14. Ulang dua kali pembuatan simpul tadi,sehingga tendon achillea
terikat kuat.
15. Potong bagian distal dari tendon tersebut dari tulang, sedang tulang
betis dan berkas otot dibawah otot gastrocnemius yang tendonnya
terikat benang kelos itu juga di potong. Dengan demikian
tinggallah berkas otot gastrocnemius yang tendonnya terikat
benang kelos. Biarkan ujung benang tetap panjang, karena nantinya
akan digunakan untuk mengikatkan tendon gastrocnemius
kelubang terdistal dari pemegang penulis.
16. turunkan kembali kulit kaki bagian betis.
17. Dengan pinset berkait ditangan kiri, jepit kulit ditengah paha
bagian belakang,sehingga terjadi lipatan arah melintang paha.
Dengan gunting, potong lipatan kulit tadi arah membujur.
18. Perpanjang lubang arah membujur paha, sehingga terlihat ada dua
berkas otot membujur paha. Tetesi secara teratur dan terus menerus
dengan larutan Ringer secara bergantian dengan otot
gastrocnemius.
19. Dengan pinset berujung tajam tusuk batas antara kedua berkas otot
itu,kemudian buka ujung pinset tetap pada kita buka arah
longitudinal,untuk memisahkan kedua berkas tadi.
20. Setelah terpisah,dengan ujung pinset tadi pisahkan syaraf yang
terlihat dibawah kedua berkas yang telah dipisahkan tadi,dengan
ujung pinset tetap pada posisi itu, jepit salah satu pihak ujung
kedua helai benang kasur yang telah disediakan. Jika pinset kita
tarik,maka kedua helai benang kasur tersebut akan berada dibawah
syaraf paha tadi,satu helai benang kasur kita arahkan ke distal lalu
disimpulkan longgar, satu heki yang lain diarahkan ke proksimal
lalu disimpulkan longgar juga. Cara menyimpulkannya sama
dengan menyimpulkan benang kelos pada tendon Achilles tadi.
21. Sejak saat itu tetesi syaraf secara teratur dan terus-menerus dengan
larutan Ringer secara bergantian dengan otot gastrocnemius.
Sekarang siaplah sediaan otot dan syaraf katak untuk kita gunakan
selanjutnya.

B. Menyiapkan kimograph
1. Petugas lain memegang kertas kimograph dengan bagian yang
bergaris menghadap badan dan ujung yang berlem ditangan kanan.
2. Lingkarkan kertas tersebut pada tabung silender kimograph,basahi
ujung kertas yang berlem,dan lekatkan dengan ujung kertas
ditangan kanan menumpang pada ujung kertas ditangan kiri,setelah
kertas tersebut diratakan dengan tangan pada permukaan silender
tadi.
C. Menyediakan Papan Sediaan
1. Pasang pemegang papan sediaan. Kemudian pasang papan sediaan
dengan mengendorkan dan mengencangkan sekrup pada bagian itu,
2. Pasang batang penulis pada pemeganngnya,kemudian pasang
pemegang penulis pada tepi papan sediaan.
3. Ditepi lain dari papan sediaan dipasang katode. Ujung kabel hitam
dari katode ditancapkan pada lubang hitam pada kimograph,sedang
ujung merah ditancapkan pada lubang merah teratas dari kimograpf
putar tomobol pengatur intensitas rangsang pada angka terkecil.
4. Atur papan sediaan agar batang penulis tampak mengarah ke poros
tabung silinder kymograph dan ujung penulis berada tepat pada
sambungan kertas kymograpf. Perhatikan agar batang penulis dapat
bergerak bebas sambil merekan naik turunnya dengan lengkap.
5. Letakkan satu beaker glass di bawah lubang papan untuk
menampung larutan ringer.
D. Meletakkan katak pada papan sediaan
1. Angkat katak dengan scalpel,letakkan sedemikian rupa sehingga
lutut kaki katak yang dijadikan sediaan berada tepat dibawah
lubang terakhir dari batang pemegang penulis. Fiksir lutut pada
gabus ala katak.
2. Ikatkan benang pengikat tendon Achilles erat pada lubang paling
distal dari pemegang batang penulis. Perhatikan apakah berkas otot
gastrocnemius telah berdiri tegak lurus pada alas papan sediaan.
Atur letak katode sehingga syaraf paha katak dapat diletakkan
diatas katode tanpa teregang.
E. Menentukkan intensitas rangsangan
1. Pasang saklar power pada posisi‘on’
2. Dalam keadaan kimograph tidak berputar, tekan tombol pemberian
ransangan tunggal
3. Lihatlah apakah pada kertas kimograpf sudah ada coretan keatas
yang terkecil, yang menunjukkan terjadinya kontraksi kecil.
4. Jika belum,putar tombol pengatur besar ransangan ke angka-angka
berikutnya, lalu untuk setiap angka besar ransangan,tekan tombol
pemberian ransangan tunggal lagi,sampai terjadi kontraksi pertama,
perhatikan pada angka berapa yang ditunjukkan oleh jarum
pengatur besar rangsangan,pertama kali terjadi kontraksi.
5. Hitung besarnya ransangan dengan mengalikan angka yang
ditunjuk jarum pengatur besar rangsang dengan angka disebelah
lubang tempat ujung kabel merah ditancapkan.
6. Jika jarum sudah menunjuk angka terbesar,tetapi belum juga terjadi
kontraksi,maka pindahkan ujung kabel merah kelubang merah
dibawahnya. Putar tombol sampai menunjukkan angka
terkecil,sebelum memberikan rangsangan berikutnya.
7. Setelah mendapatkan besarnya intensitas ransangan terbesar yang
menimbulkan kontraksi terkecil,catatlah besar intensitas tersebut
dibawah grafik kontraksi terkecil tadi.
8. Putar silinder kimograph sedikit saja agar ujung penulis bergeser
sedikit.
9. Beri istirahat sebentar pada otot dengan menunda sebentar
pemberian rangsangan berikutnya.
10. Naikkan intensitas setiap pemberian rangsangan dan catat masing-
masing intensitas rangsang yang diberikan dibawah masing-masing
grafik yang terjadi.
11. Ulangi langkah 9 beberapa kali, sehingga mendapatkan sederet
grafik kontraksi yang semakin tinggi, hingga grafik mencapai
tinggi yang tetap. Grafik ini disebut sumasi motor unit.
12. Dengan grafik tersebut dapat di tentukan intensitas rangsangan
subminimal, intensitas rangsangan submaksimal,dan intensitas
rangsangan supramaksimal.
F. Membuat grafik kontraksi tunggal, tetani lurus bergerigi, tetani
bergerigi, dan sumasi gelombang
1. Pasang saklar power kimograf pada posisi “on”
2. Tentukan kecepatan putar silinder kimograf dengan
menempatkan skala yang sesuai pada tombol pengatur
frekuensi
3. Dengan menggunakan rangsangan multiple, tentukan frekuensi
rangsangan otot
4. Rangsang otot dengan frekuensi rendah sekitar 3-4 detik.
Tuliskan frekuensi yang digunakan dibawah grafik yang
dihasilkan
5. Istirahatkan otot sejenak dan tetap ditetesi ringer
6. Putar tombol frekuensi yang lebih tinggi
7. Rangsang otot dengan menekan tombol multiple selama 3-4
detik. Tuliskan frekuensi yang digunakan di bawah grafik yang
dihasilkan
8. Ulangi langkah 17-19 untuk frekuensi yang lebih tinggi hingga
dihasilkan puncak grafik yang lurus
G. Berdasarkan grafik yang di peroleh, tentukan frekuensi rangsangan
yang menghasilkan kontraksi tunggal, sumasi gelombang, tetani tidaak
lengkap dan tetani lengkap (sempurna)

VI. Hasil dan Pembahasan


1. Hasil
Hasil gambar

Minimal Maksimal
3 rangsangan

Gambar . Grafik Hasil Kontaksi Tunggal (minimal, maksimal dan


supramaksimal) Otot Gastrocnemius Katak

Gambar. Grafik Hasil Kontaksi multiple (tetani sempurna, tetani


tidak sempurna dan sumasi gelombang) Otot
Gastrocnemius Katak
Berdasarkan hasil praktikum yang telah dilakukan terkait pengaruh
intensitas rangsangan terhadap aktivitas motor unit otot gastrocnemius pada
katak diperoleh data sebagai berikut:
Tabel 1. Hasil Kontraksi Tunggal

No. Rangsangan Intensitas rangsangan (volt)


1. Minimal 125
2. Maksimal 450
3. Supra Maksimal 475
4. Rangsangan 1 250
5. Rangsangan 2 275
6. Rangsangan 3 300

Tabel 2. Hasil Kontraksi Multiple dan Frekuensi Rangsangan


Rangsangan Intensitas Rangsangan Frekuensi (n/t)
(volt)

Sumasi Gelombang 200 2-6

Tetani Tidak Sempurna 200 7

Tetani Sempurna 200 8

2. Analisis
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan didapatkan data berupa
grafik kontraksi tunggal dan kontraksi multiple. Kontraksi tunggal
terdiri atas kontraksi rangsangan minimal, maksimal, supramakismal.
Hasil praktikum menunjukkan kontraksi tunggal dimulai ketika
tegangan sebesar 25 Volt dan skala bernilai 5 sehingga tegangan total
sebesar 125. Kontraksi tersebut menunjukkan hasil rangsangan
minimal, rangsangan minimal merupakan rangsangan terkecil yang
pertama kali membuat terjadi kontraksi otot. Kontraksi tunggal
maksimal diperoleh ketika tegangan sebesar 25 Volt dan skala sebesar
18 sehingga tegangan total sebesar 450. Hal ini berarti skala pada
maksimal lebih tinggi dibanding dengan maksimal. Sementara
kontraksi supramaksimal diperoleh ketika tegangan sebesar 25 Volt
dan skala sebesar 19 sehingga tegangan total sebesar 475. Kontraksi
supramaksimal merupakan hasil dari rangsangan spuramaksimal yang
besarnya sama dengan kontraksi maksimal ditujukkan oleh grafik
yang konstan.
Pada hasil kontraksi multiple dengan tegangan 200volt didapat tetani
sempurna diperoleh ketika tegangan sebesar 5 x 25 Volt dan
menghasilkan frekuensi sebesar 8 n/s. Nilai ini merupakan kekuatan
kontraksi otot yang sempat mengalami relaksasi sempurna untuk
kemudian dirangsang kembali. Tetani tidak sempurna diperoleh ketika
tegangan sebesar 5 x 25 Volt dan menghasilkan frekuensi sebesar
7n/s. Frekuensi ini adalah hasil kontraksi otot setelah dirangsang dan
tidak mengalami relaksasi sempurna sehingga terbentuk diagram pada
kertas kimograf berupa garis lurus. Sementara itu hasil sumasi
gelombang sebesar 2 – 6 n/s menunjukkan bahwa katak belum
mengalami relaksasi dan akan berkontraksi dengan ditambahkan
rangsangan.

3. Pembahasan
Langkah pertama dilakukan dalam praktikum adalah merusak
medulla spinalis dari katak, agar katak tidak merasa sakit saat
pembedahan dilakukan dan juga untuk menghilangkan pengaruh
susunan saraf pusat yang dapat mengganggu jalannya percobaan.
Tanda bahwa medulla spinalis katak telah berhasil dilumpuhkan
adalah tubuh katak mengejang dan kaki tidak dapat digerakkan lagi.
Hasil pengamatan terlihat bahwa pada katak yang dirusak
otaknya terjadi pengurangan frekuensi respon pada katak, namun
katak masih dapat memberikan respon. Hal ini disebabkan karena
jantung katak bersifat neurogenik sehingga katak masih mampu
memberikan respon. Pada katak yang diperlakukan dengan merusak
sistem saraf otaknya, maka respon yang dihasilkan tetap ada namun
katak merespon stimulus sangat lama.
Otot pada katak yang digunakan yaitu otot gastrocnemius. Pada
otot gastroknemius, serabut otot yang dapat kembai ke semula.
Sehingga kontraksi yang dihasilkan lebih lama. Biasanya otot ini
terdapat di atas fibiofibula, serta disisipi oleh tendon tumit yang
tampak jelas pada permukaan kaki (Syaifuddin, 2006).
Pada praktikum kali digunakan kimograf sebagai alat utamanya.
Kimograf dalam praktikum ini akan memberikan aliran arus listrik.
Listrik menjadi salah satu faktor rangsangan dalam kontraksi otot.
Hiderbrand (1974) menyatakan bahwa tegangan listrik yang diberikan
pada otot akan memengaruhi besarnya respons dalam bentuk
ampitudo. Stimulus listrik yang diberikan pada otot akan
menyebabkan otot berkontraksi secara simultan.Kontraksi otot dapat
diartikan sebagai suatu aktivitas yang menghasilkan suatu tegangan
dalam otot dikarenakan adanya suatu impuls saraf.
Dari hasil praktikum diperoleh beberapa data mengenai
kontraksi tunggal berupa :
 Rangsangan minimal merupakan rangsangan terkecil yang
pertama kali membuat terjadi kontraksi otot. Pada praktikum,
rangsangan minimal sebesar 125 volt. Pada tegangan 125 volt
mengartikan bahwa katak mulai memberikan respon terhadap
rangsangan yang diberikan. Sebelum rangsangan minimal, aliran
listrik pada otot katak belum mengalir, sehingga tidak terjadi
kontraksi otot. Hal tersebut sesuai dengan Pratama (2013) bahwa
rangsangan subminimal yang diperbesar sedikit (mencapai
minimal) mungkin satu dua unit motor terangsang, maka akan
terjadi kontraksi yang terkecil pada otot itu.
 Rangsangan yang membuat semua motor unit memberikan reaksi
sehingga menimbulkan kontraksi paling tinggi disebut rangsangan
maksimal (Pratama, 2013). Pada praktikum, rangsangan
maksimal sebesar 450 volt dibuktikan dengan grafik gelombang
yang konstan setelah rangsangan maksimal.
 Rangsangan terkecil yang memberikan kontraksi sama dengan
kontraksi rangsangan maksimal disebut rangsangan
supramaksimal. Hasil rangsangan supramaksimal adalah 475 volt.
Pada rangsangan supramaksimal ini, frekuensinya ditingkatkan
namun tetap menghasilkan kontraksi yang sama dengan
rangsangan maksimal. Hal ini dikarenakan pada energi maksimal,
semua motor unit sudah teraktivasi, sehingga tidak dapat
memberikan respon yang lebih ketika ditambahkan lagi dengan
rangsangan atau energi. Menurut Azrin (2010), pengaturan
kekuatan kontraksi, yaitu tergantung dari jumlah motor unit yang
aktif dan frekuensi perangsangan.
 Sebelum terjadinya kontraksi (Rangsangan minimal), saraf pada
otot katak dialiri listrik/rangsangan dari kimograf. Lama
rangsangan yang mengalir sampai terjadi kontraksi hasil
rangsangan minimal disebut rangsangan subminimal. Pada
praktikum, rangsangan subminimal terjadi pada 25 volt sampai
100 volt.
 Antara rangsangan minimal dengan rangsangan makasimal
terdapat beberapa rangsangan. Rangsangan yang pertama adalah
rangsangan supraliminal, yaitu rangsangan terkecil yang dapat
memberikan kontraksi lebih besar dari rangsangan minimal.
Rangsangan supramaksimal pada praktikum sebesar 150 volt.
Kontraksi yang dihasilkan dari rangsangan supramaksimal
menandakan serabut saraf lain juga mulai berkontraksi sehingga
hasil kontraksi pada kertas kimograf mengalami kenaikan.
Rangsangan yang kedua adalah rangsangan submaksimal.
Rangsangan ini merupakan rangsangan terkecil yang diberikan
sehingga terjadi kontraksi yang besarnya mendekati hasil
rangsangan maksimal.
Pada grafik sumasi gelombang memiliki frekuensi sebesar 2-6
n/s. Diawalinya sumasi gelombang dari frekuensi 2 dikarenakan
sebelum berkontraksi,otot katak mengalami relaksasi. Sehingga
ketika ditambahkan rangsangan, kontraksi otot katak akan semakin
bertambah. Sementara pada tetani tidak sempurna kontraksi otot
Gastrosnemius yang dihasilkan masih terjadi karena otot belum
mengalami relaksasi sempurna kemudian langsung diberi rangsangan,
sehingga menghasilkan grafik garis yang tapi atasnya masih terpisah-
pisah. Sementara pada tetani sempurna dihasilkan grafik yang lurus
dan menggabung dengan grafik sebelumnya, hal ini dikarenakan pada
kondisi ini tetani otot mengalami kekejangan karena berkontraksi
secara terus menerus. Terjadinya hal ini karena otot dapat berkontraksi
dan berelaksasi karena adanya energi dari sistem energi. Selain itu,
otot rangka dapat mengadakan kontraksi dengan cepat apabila
mendapatkan rangsangan dari luar berupa rangsangan arus listrik,
rangsangan mekanis panas, dingin, dan lain-lain,Sarifin (2010).
Adanya hasil dari kontraksi multiple ini menunjukkan bahwa
otot katak mamapu berkontraksi dan berelaksasi dengan adanya
rangsangan berupa aliran arusan listrik dan berdasarkan adanya sistem
energi. Sistem ini sesuai dengan teori Soetrisno (1987) yang
menyatakan bahwa penambahan zat kimia perangsang kontraksi
jantung dengan konsenterasi tertentu ditambah faktor eksternal tubuh
akan mempengaruhi banyaknya denyut jantung organisme di bawah
kondisi normal, potensial aksi yang jantung miliki sendiri akan
semakin berkurang sejalan dengan suplai darah yang masuk jantung
dan kondisi fisika dan kimia serta fisiologis tubuh organisme.

VII. Simpulan
Dari hasil praktikum dapat disimpulkan bahwa :
 Kontraksi otot dipengaruhi oleh tegangan. Semakin tinggi tegangan maka
semakin besar respon intensitas yang dihasilkan oleh otot.
 Kontraksi otot dipengaruhi oleh frekuensi tertentu yang diberikan.
semakin tinggi frekuensi yang diberikan maka semakin besar kontraksi
otot yang terjadi.
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan, saran untuk
praktikum selanjutnya adalah gunakanlah kimograf dengan kualitas yang
baik dan katak yang digunakan haruslah katak dengan keadaan sehat dan
kisaran ukurannya sama dengan kelompok yang lain.

DAFTAR PUSTAKA

Bevelander, G. & Ramaley J., A. 1988. Dasar-Dasar Histologi. Jakarta: Erlangga.


Frandson, R., D. 1992. Anatomi dan Fisiologi Ternak Edisi ke-4. Yogyakarta:
Gadjah Mada University Press.
Guyton dan Hall. 1993. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran, Edisi 9. Jakarta.
Guyton and Hall’s Textbook of Medical Physiology, 11th ed 2006., Contraction of
Skeletal Muscle, 72-84.

Guyton , John E hall. 2007. “Buku Ajar Fisiologi Kedokteran”. Jakarta: EGC

Hadikastowo. 1982. Zoologi Umum . Bandung: Armico.


Hickman, C., P. 1972. Biology of Animal., Saint Louis: CV Mosby Company.
Hidebrand, M. 1974. Analysis of Vertebrae Structur. Canada: John Willey and
Sons Inc.
Kimball, J., W. 1991. Biologi. Jakarta: Erlangga.
Kuswanti, T. d. 2016. Petunjuk Praktikum Anatomi-Fisiologi Manusia. Surabaya:
Jurusan Biologi FMIPA .
McGowan, Cp., Neptune, & Herzoge, W. 2013. A Phenomenological Muscle
Model to Assess History Dependent Effects in Human Movement. Journal
of Biomechanics. 46, pp. 152-157.
P, Rudi. 2006. Pengaruh Pemberian Cairan Ringer Laktat Dibandingkann NaCl
0,9% terhadap Keseimbangan Asam-Basa pada Pasien Sectio Caesara dengan
Anestesi Regional. Tesis. Semarang: Universitas Dipenogoro.
RI, Depkes. 1995. Farmakope Indonesia Edisi IV. Jakarta: Departemen Kesehatan
Republik Indonesia.
Sabiston, D. (1992). Buku Ajar Bedah (Vol. Vol I). Philadelphia: EGC.

Sarifin. 2010. Kontraksi Otot dan Kelelahan. JURNAL ILARA, Volume I,


Nomor 2, halaman 58-60. Makassar: Program Studi Ilmu Keolahragaan FIK
Universitas Negeri Makassar
Santi, Aristiana. 2013. The Effect of Giving Stretching Exercise To Decrease The
Pain in Patients with Iskhialgia in Latu Usadha Nursing Care Clinic. Universitas
Udayana. Bali. Jurnal Kesehatan. Vol. 1, No. 1.
Sloane, Ethel. 2004. Anatomi dan Fisiologi untuk Pemula. Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran.
Sloane, E. (1995). Anatomi dan Fisiologi untuk Pemula. Jakarta: EGC.

Syaifuddin. 2006. Anatomi Fisiologi untuk Mahasiswa Keperawatan. Jakarta.


Watson R. 2002. Anatomi dan Fisiologi untuk Perawat. Ed 10. Jakarta: Penerbit
Buku Kedokteran EGC.

Wise, E. (2014). Laboratory Manual: Seeleys's Anatomy & Physiology. New


York: McGraw Hill.

Wangko, S., 2014. Jaringan Otot Rangka. Sistem membran dan struktur halus
unit kontraktil. Jurnal Biomedik. Volume 6. Nomor 3. Suplemen. November
2014. Hlm. S27-32.
LAMPIRAN

Gambar kimograf

Membuat sedan otot gastrocnemius


pada katak

Menetesi ringer pada sediaan otot

Menaruh dan mengaitkan katak pada


kimograf
Mengatur kimograf untuk
menentukan besar intensias
rangsangan minimal, maksimal, dan
ketiga intensitas rangsangan lain

Membuat grafik kontraksi tunggal

Membuat grafik kontraksi multiple

Anda mungkin juga menyukai