Anda di halaman 1dari 25

LAPORAN PRAKTIKUM ANATOMI FISIOLOGI MANUSIA

FUNGSI OTOT SKELETAL

KELOMPOK: D4

NAMA ANGGOTA:
1. David Lee 110122003
2. Evelyn Charlex 110122012
3. Seyla Hiariej 110122017
4. Ester Rianto 110122018
5. Stella Emilia M. 110122114
6. Nadine Christa T. 110122186

FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS SURABAYA
SURABAYA 2022

i
DAFTAR ISI

Halaman Sampul ................................................................................................................. i


Daftar Isi ............................................................................................................................. ii
BAB 1 Pendahuluan ............................................................................................................ 1
1.1 Latar Belakang .................................................................................................. 1
1.2 Tujuan Praktikum.............................................................................................. 1
1.3 Manfaat Praktikum............................................................................................ 2

BAB II Kajian Pustaka........................................................................................................ 3


2.1 Periode Laten .................................................................................................... 3
2.2 Tegangan Threshold .......................................................................................... 3
2.3 Efek Peningkatan Intensitas Stimulus ............................................................... 3
2.4 Treppe ............................................................................................................... 3
2.5 Summation ......................................................................................................... 3
2.6 Tetanus .............................................................................................................. 3
2.7 Fatigue (kelelahan) ........................................................................................... 4
2.8 Kontraksi Isometrik .......................................................................................... 4
2.9 Kontraksi Isotonis ............................................................................................. 4

BAB III Alat dan Bahan ..................................................................................................... 5


3.1 Alat .................................................................................................................... 5
3.2 Bahan ................................................................................................................ 5
3.3 Prosedur Kerja................................................................................................... 5
BAB IV Hasil...................................................................................................................... 11
BAB V Pembahasan ........................................................................................................... 18
BAB VI Kesimpulan ........................................................................................................... 22
Daftar Pustaka ..................................................................................................................... 23

ii
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Fisiologi adalah cabang biologi yang mempelajari tentang berlangsungnya sistem
kehidupan. Istilah fisiologi dipinjam dari bahasa Belanda, physiologie, yang terdiri dua kata
Yunani Kuna physis yang berarti “kajian”. Istilah “faal” diambil dari bahasa Arab, dengan arti
(kajian). Dalam istilah “faal” diambil dari bahasa Arab, dengan arti “pertanda”, “fungsi”,
“kerja”. Fisiologi memakai bermacam metode untuk mempelajari biomolekul, jaringan sel,
organ, organisme dan sistem organ dengan secara keseluruhan menjalankan fungsi kimiawi
dan fisiknya untuk mendukung kehidupan. Fisiologi adalah salah satu bidang ilmu yang
menjadi suatu objek pemberian Penghargaan Nobel (Handayani, 2021).
Manusia dapat bergerak berkat adanya sistem otot, begitu juga dengan organ-organ
dalam tubuh manusia. Otot terbentuk dari sel-sel khusus yang disebut serabut otot. Sel-sel ini
ada yang menempel pada tulang dan ada juga yang membentuk organ dalam atau pembuluh
darah.Tanpa disadari, seluruh anggota tubuh memiliki otot. Ada otot yang bertugas melakukan
gerakan-gerakan besar, ada juga otot yang berperan dalam melakukan gerakan yang lebih kecil
dan halus. Yang terakhir ini misalnya gerakan berkedip dan ekspresi wajah (Handayani, 2021).
Otot skeletal atau otot rangka adalah otot yang paling bisa manusia rasakan
keberadaannya. Otot ini bekerja berdasarkan keinginan dan tujuan manusia secara sadar.
Bersama tulang dan tendon, otot melakukan gerakan yang manusia lakukan. Besarnya otot
rangka berbeda-beda. Ada yang besar dan kuat, sehingga bisa melakukan gerakan-gerakan
besar. Misalnya, otot di punggung (dekat tulang belakang) yang memungkinkan manusia
berdiri tegak. Ada juga otot yang tidak besar, tetapi bisa melakukan gerakan yang istimewa.
Contohnya adalah otot leher yang bisa melakukan gerakan memutar kepala, menyangga kepala,
dan mengangguk (Handayani, 2021).
Karena fungsi otot skeletal sangat penting, kita harus mengetahui cara kerja dari otot
skeletal. Maka dari itu, praktikum tentang “Fisiologi Otot Skeletal” perlu dilakukan.
1.2 Tujuan Praktikum
1. Mempelajari bagaimana otot skeletal berkontraksi.
2. Mempelajari efek stimulasi listrik terhadap otot skeletal.
3. Mengetahui efek frekuensi terhadap kontraksi otot skeletal

1
1.3 Manfaat Praktikum
1. Mengetahui periode laten otot.
2. Mengetahui tegangan Threshold otot.
3. Mengetahui efek peningkatan intensitas stimulus.
4. Mengetahui fenomena Treppe
5. Mengetahui fenomena Summation
6. Mengenal keadaan Tetanus
7. Mengetahui kondisi Fatigue otot.
8. Mengetahui kontraksi Isometrik otot
9. Mengetahui kontraksi Isotonis otot

2
BAB II
KAJIAN PUSTAKA

2.1 Periode Laten


Periode laten adalah periode waktu yang berlalu antara generasi tindakan potensial
dalam sel otot dan permulaan kontraksi otot. Meskipun tidak ada kekuatan yang dihasilkan
selama periode laten, perubahan kimia (termasuk pelepasan kalsium dari retikulum
sarkoplasma) terjadi intraselular dalam persiapan untuk kontraksi.

2.2 Tegangan Threshold


Tegangan threshold atau tegangan ambang adalah stimulus terkecil yang diperlukan
untuk menginduksi potensial aksi dalam membran plasma serat otot atau sakolema.

2.3 Efek Peningkatan Stimulus


Peningkatan intensitas stimulus ke otot rangka yang terisolasi menghasilkan peningkatan
kekuatan yang dihasilkan oleh seluruh otot . Ketika otot pertama kali berkontraksi, kekuatan
yang dapat dihasilkannya lebih kecil daripada kekuatan yang dapat dihasilkannya dengan
stimulasi berikutnya dalam rentang waktu yang relatif singkat.

2.4 Treppe
Treppe adalah peningkatan progresif dalam kekuatan yang dihasilkan ketika otot
dirangsang secara berurutan, sehingga kedutan otot mengikuti satu sama lain dengan erat,
dengan masing-masing kedutan berturut-turut memuncak sedikit lebih tinggi dari sebelumnya.
Peningkatan kekuatan seperti langkah inilah mengapa Treppe juga dikenal sebagai efek tangga.

2.5 Summation
Summation merupakan dimana stimulus kedua terjadi setelah periode refrakter stimulus
pertama selesai, tetapi sebelum serat otot rangka telah rileks, kontraksi kedua akan lebih kuat
dari pada kontraksi pertama. Jadi dengan adanya fenomena Summation maka dapat
disimpulkan bahwa rangsangan yang tiba pada waktu yang berbeda akan menyebabkan
kontraksi yang lebih besar dari kontraksi yang sebelumnya.

2.6 Tetanus
Tetanus itu sendiri adalah keadaan dimana frekuensi potensial aksi akan menjadi sangat
tinggi sehingga otot tidak akan memiliki waktu untuk berelaksasi diantara rangsangan yang
berurutan dan otot akan tetap berkontraksi secara total. Tetanus itu sendiri dapat dibedakan
menjadi dua yaitu Fused Tetanus dan Unfused Tetanus.
Fused Tetanus atau biasa disebut complete tetanus merupakan kejadian dimana
frekuensi rangsangan sangat tinggi sehingga fase relaksasi dihilangkan, Tegangan Plateaus
berada di tingkat maksimum/ tertinggi.
Unfused Tetanus atau biasa disebut incomplete tetanus merupakan kejadian dimana
frekuensi rangsangan meningkat lebih lanjut. Produksi ketegangan naik ke puncak, dan periode
relaksasi sangat singkat.

3
2.7 Fatigue ( kelelahan )
Otot dapat dikatakan mengalami kelelahan atau Muscle Fatigue jika otot tersebut tidak
bisa lagi beraktivitas pada tingkat yang diperlukan. Muscle Fatigue dapat dibedakan menjadi
dua kategori, yaitu: Central Fatigue dan Peripheral Fatigue.
Central Fatigue, bisa disebut juga sebagai kelelahan psikologis, kondisi ini terjadi
karena beberapa faktor yang dilepaskan oleh otot ketika sedang berolahraga yang memberi
pesan ke otak untuk merasa lelah
Peripheral fatigue bisa terjadi di antara Neuromuscular Junction dan beberapa elemen
kontraksi otot. Peripheral fatigue bisa dibedakan menjadi dua kategori yaitu: High Frequency
fatigue dan Low Frequency fatigue. High Frequency fatigue terjadi akibat ketidakseimbangan
ion. Penyebabnya adalah fungsi pompa Na+/K+ yang tidak memadai. Low Frequency fatigue
dapat terjadi dikarenakan adanya gangguan dalam pelepasan Ca2+. Low Frequency fatigue
memerlukan waktu yang lebih lama untuk pulih daripada High Frequency fatigue.

2.8 Kontraksi Isometrik


Kontraksi Isometrik atau Isometric contraction terjadi ketika tegangan yang dihasilkan
tidak cukup melebihi hambatan benda yang akan dipindahkan sehingga otot tidak akan
mengalami perubahan panjang. Meskipun kontraksi Isometrik tidak akan menghasilkan
pergerakan tubuh tetapi kontraksi ini tetap akan memakan energi. Kontraksi Isometrik ini bisa
dikatakan penting dikarenakan kontraksi Isometrik bisa menyeimbangkan beberapa sendi saat
sendi lain digerakkan.

2.9 Kontraksi Isotonik


Kontraksi Isotonik atau Isotonic contraction dapat terjadi ketika tegangan meningkat
sehingga melebihi hambatan benda yang akan dipindahkan sehingga panjang otot akan
berubah. Terdapat dua tipe kontraksi Isotonik, yaitu : Isotonic Concentric Contraction dan
Isotonic Eccentric Contraction.
Isotonic Concentric Contraction dapat terjadi apabila terjadi ketika otot menghasilkan
tegangan dan ukuran panjang otot menjadi memendek dari ukuran panjang semula.
Isotonic Eccentric Contraction terjadi ketika tegangan yang dihasilkan oleh otot lebih
kecil daripada tegangan beban yang dihasilkan oleh beban, hal ini mengakibatkan otot
memanjang karena kontraksi otot atau gravitasi.

4
BAB III
ALAT DAN BAHAN

Alat : Piranti lunak physioEx 9.1 dan Laptop


Bahan : Ikuti peralatan yang terdapat di layar physioEx 9.1 (utuh, otot skeletal
yang layak dibedah adalah kaki katak)
1. Stimulator listrik
2. Durasi stimulasi tegangan
3. Kekuatan untuk mengukur
4. Tampilan osiloskop di kedutan otot dirangsang
5. Jumlah kekuatan aktif, pasif, dan total aktif yang dikembangkan otot.

Prosedur kerja:
Activity 1 (Identifikasi Periode Laten)
1. Atur tegangan (Voltage) menjadi 6,0 volts dengan klik tombol (+) pada stimulator hingga
tampilan tegangan mencapai 6,0.
2. Klik Stimulate dan amati jejak yang dihasilkan. Perhatikan bahwa jejak dimulai dari sisi kiri
layar dan tetap datar untuk jangka waktu yang singkat. Ingat bahwa sumbu X menunjukkan
waktu yang berlalu.
3. Klik Measure pada stimulator. Perhatikan munculnya garis kuning vertikal tipis pada sisi kiri
jauh dari layar oscilloscope.
4. Klik tombol (+) di samping kanan Time (msec). Anda akan melihat garis kuning vertikal mulai
berpindah melewati layar. Amati yang terjadi pada tampilan Time (msec) selama garis tersebut
berjalan melewati layar. Tetap klik (+) hingga garis kuning sampai pada ujung jejak dimana
grafik tidak lagi datar tapi mulai menaik (ini adalah titik dimana kontraksi otot dimulai). Jika
garis kuning bergerak melewati titik yang diinginkan, anda dapat menggunakan tombol (-)
untuk mengembalikannya.
Jejak: Jika anda ingin mencetak grafik, klik Tools pada menu bar lalu klik Print Graph.
5. Naikkan atau turunkan tegangan stimulus dan ulangi percobaan. (Ingat anda dapat
menghilangkan jejak pada layar setiap waktu dengan klik Clear Tracing).
Setelah menyelesaikan percobaan, klik Clear Trancings.

5
Activity 2 (Identifikasi Tegangan Threshold)
1. Atur tegangan (Voltage) pada stimulator menjadi 0,0 volts.
2. Klik Stimulates.
3. Klik Record Data.
4. Tingkatkan tegangan menjadi 0,1 volt, lalu klik Stimulate. Amati layar oscilloscope dan
tampilan Active Force (pada sisi kanan stimulator).
5. Klik Record Data.
6. Ulangi langkah 4 dan 5 hingga anda melihat angka yang lebih besar dari 0,00 muncul di
tampilan Active Force.
7. Cetak grafik yang anda lihat pada oscilloscope dengan klik Tools pada bagian atas layar lalu
pilih Print Graph.

Activity 3 (Efek Peningkatan Intensitas Stimulus)


1. Atur tegangan menjadi 0,5 volts dan klik Stimulate. Lalu klik Record Data.
2. Lanjutkan peningkatan tegangan tiap 0,5 volts dan klik Stimulate sampai anda mencapai 10,0
volts. Amati tampilan Active Force dan klik Record Data di akhir tiap stimulasi. Biarkan
semua jejak tetap berada pada layar untuk dapat dibandingkan satu sama lainnya. Jika
diinginkan, anda dapat klik Tools lalu Print Graph untuk mencetak jejak anda.
3. Jika diinginkan, anda dapat menampilkan ringkasan data anda dengan klik Tools lalu Plot
Data.
4. Klik Tools → Print Data untuk mencetak data anda.

Activity 4 (Treppe)

6
1. Atur tegangan menjadi tegangan maksimal yang sudah ditentukan pada Aktivitas 3.
2. Klik tombol 200 pada ujung kanan layar oscilloscope dan perlahan drag ke ujung kiri layar.
Hal ini akan membuat anda dapat mengamati rentang waktu yang lebih panjang di layar.
3. Klik satu kali Single Stimulus. Anda akan melihat jejak naik dan turun. Segera setelah turun,
klik lagi Single Stimulus. Amati lagi jejak naik dan turun; ketika turun, klik Single Stimulus
untuk yang ketiga kali.
4. Klik tombol 200 lalu drag kembali ke ujung kanan layar oscilloscope.
5. Untuk mencetak grafik, klik Tools lalu klik Print Graph.

Activity 5 (Summation)
1. Atur Voltage menjadi tegangan maksimal yang sudah ditentukan pada Aktivitas 3
2. Klik Single Stimulus dan amati layar oscilloscope.
3. Klik satu kali Single Stimulus. Amati jejak naik dan mulai turun. Sebelum jejak turun penuh,
klik lagi Single Stimulus. (Anda dapat dobel klik secara cepat Single Stimulus).
4. Klik Single Stimulus dan biarkan grafik naik dan turun sebelum meng-klik lagi Single
Stimulus.
5. Klik Single Stimulus dan biarkan grafik naik namun sebelum turun, klik lagi Single Stimulus.
6. Turunkan tegangan stimulator dan ulangi aktivitas ini.
7. Selanjutnya, stimulasi otot secepat yang anda bisa (klik Single Stimulus beberapa kali secara
cepat).

7
Activity 6 (Tetanus)
1. Klik Clear Tracings untuk menghapus jejak yang ada pada layar oscilloscope.
2. Di bawah tombol Multiple Stimulus, atur tampilan Stimulus/sec menjadi 50 dengan klik
tombol (+).
3. Atur tegangan menjadi tegangan maksimal yang sudah ditentukan pada Aktivitas 3.
4. Klik Multiple Stimulus dan amati jejak berpindah pada layar. Anda akan melihat tombol
Multiple Stimulus berubah menjadi Stop Stimulus bila diklik. Setelah jejak melewati seluruh
layar dan mulai bergerak melewati layar untuk kedua kalinya, klik tombol Stop Stimulus.
5. Biarkan jejak pada layar. Tingkatkan Stimulus/sec, atur menjadi 130 dengan klik tombol (+).
Lalu klik Multiple Stimulus dan amati jejak. Setelah jejak melewati seluruh layar dan mulai
bergerak melewati layar untuk kedua kalinya, klik Stop Stimulus.
6. Klik Clear Tracings untuk membersihkan layar oscilloscope.
7. Tingkatkan Stimulus/sec menjadi 145 dengan klik tombol (+). Lalu klik Multiple Stimulus
dan amati jejak. Stop Stimulus setelah jejak sudah melewati seluruh layar. Lalu klik Record
Data.
8. Ulangi langkah 7, tingkatkan tiap kali 1 Stimuli/sec sampai anda mencapai 150 Stimuli/sec
(146,147, dst). Pastikan menyimpan data tiap kali percobaan.
9. Periksa data anda.
10. Untuk tampilan yang berbeda dari data anda, klik Tools lalu klik Plot Data.
11. Klik Clear Tracings untuk membersihkan layar oscilloscope. Jika ingin mencetak data, klik
Tools lalu klik Print Data.

Activity 7 (Fatigue)
1. Atur Stimuli/sec menjadi 120.
2. Klik Multiple Stimuli dan amati jejak berpindah pada layar. Anda akan melihat tombol
Multiple Stimuli berubah menjadi Stop Stimuli bila diklik. Setelah jejak melewati seluruh
layar dan mulai bergerak melewati layar untuk kedua kalinya, klik tombol Stop Stimuli.
3. Klik Record Data.
4. Klik Clear Tracings untuk melakukan langkah selanjutnya.
5. Dengan stimuli yang sama, klik Multiple Stimuli.
6. Lalu klik Stop Stimuli.
7. Setelah 10 detik, klik lagi Multiple Stimuli. Lalu klik Stop Stimuli lagi.

8
8. Setelah 10 detik, klik lagi Multiple Stimuli (Otot telah beristirahat selama 20 detik). Lalu klik
Stop Stimuli untuk mematikan stimulator.
9. Setelah selesai jangan lupa klik Record Data.

Activity 8 (Kontraksi Isometrik)


1. Atur Voltage menjadi 8,5.
2. Pada sisi kiri layar, klik tombol (-) di bawa Muscle Length dan kurangi panjangnya menjadi
50 mm.
3. Klik Stimulate dan amati hasilnya pada kedua layar oscilloscope.
4. Klik Record Data pada bagian bawah layar.
5. Ulangi langkah 1-5 dengan meningkatkan panjang otot 10mm tiap kalinya. (mis 60, 70, 80 dst)
hingga mencapai 100mm. Ingat untuk klik Record Data setelah tiap percobaan.
6. Klik Tools pada bagian atas layar, lalu klik Plot Data. Anda akan melihat sebuah layar muncul
menggambarkan grafik terplot. Pastikan Length ada di sumbu X dan Active Force di sumbu Y.
Anda dapat juga klik Print Plot pada pojok kiri atas layar untuk mencetak grafik.
7. Pindahkan batang persegi biru sumbu Y ke Passive Force. Anda dapat klik Print Plot pada
pojok kiri atas layar untuk mencetak grafik.
8. Pindahkan batang persegi biru sumbu Y ke Total Force. Anda dapat klik Print Plot pada pojok
kiri atas layar untuk mencetak grafik.
9. Klik Tools → Print Data untuk mencetak data anda.

9
Activity 9 (Kontraksi Isotonis)
1. Voltage harus diatur menjadi 8,5 dan Platform Height 75 mm.
2. Klik pada berat 0,5 g dan pasangkan pada ujung bawah otot. Beban akan menarik otot ke bawah
dan berhenti pada platform.
3. Klik Stimulate dan amati jejak. Perhatikan peningkatan gaya diikuti dengan masa stabil yang
singkat, diikuti dengan fase relaksasi. Perhatikan bahwa tampilan Active Force sama dengan
beban yang terpasang yaitu 0,5 gram.
4. Klik lagi Stimulate, amati otot dan layar bersamaan. Lalu klik Record Data.
5. Pindahkan beban 0,5 g dan pasangkan beban 1,0 g. Biarkan jejak sebelumnya tetap berada di
layar.
6. Klik Stimulate lalu Record Data.
7. Dengan adanya 2 jejak sebelumnya tetap di layar, ulangi percobaan dengan menggunakan 2
beban tersisa. Klik Record Data setelah tiap percobaan. Jika anda ingin mencetak grafik, klik
Tools lalu pilih Print Graph.
8. Ketika anda selesai menyimpan data untuk keempat beban, klik Tools di bagian atas layar dan
klik Plot Data.

10
BAB IV
HASIL PRATIKUM

Hasil pengamatan dari praktikum fisiologi otot skeletal adalah kontraksi otot dapat berubah-
ubah. Dari praktikum, kontraksi otot dipengaruhi oleh beberapa hal seperti, periode laten,
tegangan Threshold, peningkatan intensitas stimulus, treppe, summation, tetanus, Fatigue
(kelelahan), kontraksi isometrik, kontraksi isotonis. Jika rangsangan yang diberikan
meningkat, kontraksi otot juga akan meningkat. Tetapi ada titik dimana rangsangan yang
diberikan sudah mencapai batas maksimal yang dinamakan tegangan tetanik maksimal,
sehingga kontraksi otot tetap atau konstan.

Tabel 4.1 Hasil Praktikum Identifikasi Periode Laten


Aktivitas Ke Voltage (V) Length Active Force Passive Total Force Latent Period
(mm) (gms) Force (gms) (gms) (msec)

5,0 75 1,51 0,0 1,51 2,80

1 6,0 75 1,65 0,0 1,65 2,80

7,0 75 1,75 0,0 1,75 2,80

Grafik 4.1 Hasil Praktikum Identifikasi Periode Laten

Berdasarkan data pada tabel dan grafik 4.1 di atas dapat disimpulkan bahwa periode laten tidak
mengalami perubahan setelah diberikan tegangan stimulus tetap stabil pada angka 2,8 msec.

Tabel 4.2 Hasil Praktikum Identifikasi Tegangan Threshold

11
Grafik 4.2 Hasil Praktikum Identifikasi Tegangan Threshold

Berdasarkan data pada tabel dan grafik 4.2 di atas dapat disimpulkan bahwa pemberian voltage
0,0 V tidak memberikan dampak apapun terhadap kerja active force. Active force mengalami
peningkatan saat menyentuh voltage 0,8 V.

Tabel 4.3 Hasil Praktikum Efek Peningkatan Intensitas Stimulus

Grafik 4.3 Hasil Praktikum Efek Peningkatan Intensitas Stimulus

12
Berdasarkan data pada tabel dan grafik 4.3 di atas dapat disimpulkan bahwa peningkatan
tegangan saat mempengaruhi puncak pada jejak akan selaras yaitu semakin tinggi hingga
mencapai batas maksimal. Peningkatan tegangan saat mempengaruhi active force yang
dihasilkan oleh otot akan selaras yaitu semakin tinggi hingga mencapai batas maksimal.
Tegangan maksimal yang tidak akan mengalami peningkatan active force dimaksud
berdasarkan data pada tabel yaitu 8,5 V.

Tabel 4.4 Hubungan antara Kontraksi Otot dengan kondisi Treppe

Grafik 4.4 Hubungan antara Kontraksi Otot dengan Kondisi Treppe

Berdasarkan data pada tabel dan grafik 4.4 di atas dapat disimpulkan bahwa otot memberikan
kontraksi yang lebih kuat karena stimulus yang diberikan secara berulang kali dalam waktu
singkat sehingga muscle twitch akan tumpang tindih.

13
Tabel 4.5 Hubungan antara Kontraksi Otot dengan kondisi Summation

Grafik 4.5 Hubungan antara Kontraksi Otot dengan kondisi Summation

Berdasarkan data pada tabel dan grafik 4.5 di atas diberikan tegangan yang sama yaitu 10 V.
Bedanya tabel pertama diberikan single stimulus dan menghasilkan active force 1,83 gms dan
tabel kedua yang diberikan multiple stimulus menghasilkan active force 2,15 gms. Dilihat dari
tabel kedua, muscle twitch akan tumpang tindih yang menyebabkan kontraksi otot menjadi
lebih besar. Jadi semakin banyak penambahan stimulus semakin besar pula gaya yang
dihasilkan dan mengalami perubahan setiap penambahan stimulus.

Tabel 4.6 Hubungan antara Kontraksi Otot dengan kondisi Tetanus

Grafik 4.6 Hubungan antara Kontraksi Otot dengan kondisi Tetanus

14
Berdasarkan data pada tabel dan grafik 4.6 di atas dapat dilihat bahwa pada waktu sekitar 80
msec tidak terjadi peningkatan gaya yang dihasilkan otot / gaya yang dihasilkan mulai konstan
hal ini disebut sebagai unfused tetanus.Pada frekuensi 50 stimuli/sec, jejak masih terlihat
bagian puncak dan lembahnya. Tetapi pada frekuensi 130 stimuli/sec jejak mulai tidak dapat
dibedakan antara puncak dan lembahnya (sudah menyatu). Hal ini disebut sebagai Complete
(fused) tetanus. Pada frekuensi 146 stimulus/sec sudah tidak terjadi peningkatan gaya hal ini
disebut tegangan tetanik maksimal (maximal tetanic tension).

Tabel 4.7 Hubungan antara Kontraksi Otot dengan kondisi Fatigue (kelelahan)

Grafik 4.7 Hubungan antara Kontraksi Otot dengan kondisi Fatigue (kelelahan)

Berdasarkan data pada tabel dan grafik 4.7 di atas dapat dilihat bahwa pada fatigue, yang terjadi
pada produksi gaya seiring berjalannya waktu. Gaya mengalami penurunan karena pada saat
fatigue penurunan kemampuan otot dalam mempertahankan gaya kontraksi yang konstan
setelah pemberian stimulus dalam jangka waktu yang panjang.

Tabel 4.8 Hasil Praktikum Kontraksi Isometrik

Grafik 4.8 Hasil Praktikum Kontraksi Isometrik

15
Berdasarkan data pada tabel dan grafik 4.8 di atas dapat dilihat bahwa pada panjang otot 70mm
sampai 80mm menghasilkan active force terbesar. Pada panjang otot 80mm passive force mulai
berperan pada total force yang dihasilkan oleh otot. Penurunan panjang otot 90mm terjadi
karena pada panjang otot ini terjadi penurun active force terbesar. Variabel kunci kontraksi
isometrik adalah otot tidak akan berubah panjangnya, tidak akan memendek walaupun aktif
berkontraksi.

Tabel 4.9 Hasil Praktikum Kontraksi Isotonis


Aktivitas Voltage Length Weight (g) Velocity Twitch Distance
Ke (V) (mm) (mm/msec) Duration Lifted
(msec) (mm)

8,5 75 0,5 0,100 78,00 4,0


9
8,5 75 1,0 0,057 49,00 2,0

8,5 75 1,5 0,022 30,00 0,5

8,5 75 2,0 0,000 0,00 0,0

16
Grafik 4.9 Hasil Praktikum Kontraksi Isotonis

Berdasarkan data pada tabel dan grafik 4.9 di atas dapat dilihat bahwa waktu yang diperlukan
otot untuk mengangkat beban 0,5g adalah 78 msec. Pada distance 4 mm dan time 40 msec otot
mulai memendek. Perbedaan jejak ini dengan jejak yang dihasilkan dengan beban 0,5 g adalah
beban 1 g menghasilkan velocity 0,57 mm/msec, dan twitch duration 49 msec sedangkan beban
0,5 g menghasilkan velocity 0,100 mm/msec dan twitch duration 78 msec.
Pada berat beban 0,5 gms terjadi velositas kontraksi tercepat.
Ketika memasang beban 2,0 g pada otot dan menstimulasi nya menghasilkan 0,00 sedangkan
pada beban 0,5 g -1,5 g masih memiliki sejumlah angka pada ke3 unsur tersebut namun
mengalami penurunan seiring bertambah nya beban.

17
BAB V
PEMBAHASAN

5.1 Identifikasi Periode Laten


Periode laten adalah periode waktu yang berlalu antara generasi tindakan potensial
dalam sel otot dan permulaan kontraksi otot.Rangsangan yang diberikan ke otot disebut dengan
stimulus. Setelah melakukan percobaan tentang periode laten, data yang didapatkan adalah
ketika otot diberikan stimulus sebesar 5,0 volt,maka periode latennya adalah 2,80 msec. Otot
yang diberi stimulus sebesar 6,0 volt, maka periode latennya adalah 2,80 msec. Otot yang diberi
stimulus sebesar 7,0 volt, maka periode latennya adalah 2,80 msec. Melalui percobaan kita
mendapatkan hasil bahwa waktu periode laten tidak dipengaruhi oleh besar kecilnya stimulus.

5.2 Identifikasi Tegangan Threshold


Tegangan Threshold merupakan stimulus terkecil yang diperlukan untuk menginduksi
potensial aksi dalam membran plasma serat otot atau sakolema. Setelah melakukan percobaan
untuk mengetahui batas ambang atau Threshold maka data yang kami peroleh adalah saat otot
mengalami stimulus sebesar 0,0 volt maka active force yang akan dihasilkan adalah 0,0 gms.
Otot yang diberi stimulus sebesar 0.5 volt maka active force yang dihasilkan adalah 0,0 gms.
Otot yang distimulus dengan tegangan 0,7 volt, maka active force yang dihasilkan adalah 0,0
gms. Otot yang diberi stimulus dengan tegangan 0,8 volt, maka akan menghasilkan active force
sebesar 0,02 gms.
Berdasarkan hasil grafik pada eksperimen tentang Threshold (batas ambang), ketika
otot diberi stimulus sebesar 0,0 volt maka pada grafik hanya akan menunjukan garis datar saja.
Stimulus yang diperlukan atau batas ambang yang diperlukan agar otot bisa berkontraksi
adalah 0,8 volt. Grafik yang dihasilkan pada tegangan Threshold berbeda dengan grafik yang
dihasilkan pada tegangan dibawah Threshold hal tersebut terjadi karena sudah mencapai
stimulus minimal sehingga terjadi depolarisasi membran plasma otot (Sarcolemma)

5.3 Efek Peningkatan Intensitas Stimulus


Peningkatan intensitas stimulus ke otot rangka yang terisolasi menghasilkan
peningkatan kekuatan yang dihasilkan oleh seluruh otot . Kami berkesempatan untuk
melakukan penelitian, maka berdasarkan grafik yang tertera dapat disimpulkan bahwa dalam
rentang voltage 0,5 Volt hingga 8,0 Volt mengalami peningkatan pada active force, namun
setelah menyentuh angka 8,5 Volt active force berada pada angka 1,83 gsm dan angka tersebut
akan stabil hingga seterusnya. Sedangkan passive force tidak mengalami perubahan walaupun
diberi penambahan voltage, maka total force hanya akan dipengaruhi oleh jumlah active force.
Peningkatan tegangan saat mempengaruhi puncak pada jejak akan selaras yaitu
semakin tinggi hingga mencapai batas maksimal sama halnya dengan peningkatan tegangan
saat mempengaruhi active force yang dihasilkan oleh otot akan selaras yaitu semakin tinggi
hingga mencapai batas maksimal. Tegangan maksimal yang tidak akan mengalami
peningkatan active force dimaksud berdasarkan data pada tabel yaitu 8,5 Volt dan seterusnya.
Ada pula alasan adanya tegangan maksimal karena semua serabut otot telah diaktifkan oleh
stimulus kuat yang mencukupi kontraksi otot. Hal yang terjadi pada otot bertegangan maksimal
yaitu kontraksi otot tidak akan meningkat karena otot telah mencapai tegangan tetanik

18
maksimalnya. Prinsip all-or-none atau berkontruksi 100% atau tidak berkontraksi sama sekali
diikuti serat otot individual dan otot karena serabut-serabut otot harus ikut berkontraksi atau
bekerja seluruhnya supaya otot bisa ikut berkontraksi juga.

5.4 Treppe
Treppe adalah peningkatan progresif dalam kekuatan yang dihasilkan ketika otot
dirangsang secara berurutan, sehingga kedutan otot mengikuti satu sama lain dengan erat,
dengan masing-masing kedutan berturut-turut memuncak sedikit lebih tinggi dari sebelumnya.
Berdasarkan grafik yang tertera dapat disimpulkan ketika voltage 10 maka active force
yang didapatkan adalah 4,59 sedangkan passive force nya adalah 0,0 maka total force yang
didapatkan adalah 4,59 dari hasil yang didapatkan maka bisa disimpulkan peningkatan
tegangan stimulus ke tegangan maksimal menghasilkan peningkatan kekuatan yang dihasilkan
oleh seluruh otot. Hasil percobaan ini bisa dianalogikan dengan rekrtumen unit motorik dalam
tubuh, hasil ini juga bergantung pada kemampuan untuk meningkatkan stimulus tunggal dalam
percobaan, untuk beberapa kedutan pertama, setiap kedutan yang berurutan menghasilkan
tenaga yang sedikit lebih banyak daripada kedutan sebelumnya selama otot dibiarkan
berelaksasi sepenuhnya diantara rangsangan dan rangsangan disampaikan secara relatif
berdekatan. Ketika otot rangka dirangsang berulang kali, sehingga rangsangan datang satu
demi satu dalam waktu singkat, kedutan otot dapat tumpang tindih satu sama lain dan
menghasilkan kontraksi otot yang lebih kuat dibandingkan dengan kedutannya sendiri.

5.5 Summation
Summation merupakan dimana stimulus kedua terjadi setelah periode refrakter stimulus
pertama selesai, tetapi sebelum serat otot rangka telah rileks, kontraksi kedua akan lebih kuat
dari pada kontraksi pertama. Setelah melakukan percobaan tentang Summation maka data yang
diperoleh ketika hanya mengklik single stimulus dengan tegangan 10 volt maka active force
yang akan dihasilkan adalah 1,83 gms. Sedangkan jika kita mengklik single stimulus, sebelum
grafik mulai menurun klik sekali lagi single stimulus dengan besar tegangan yang sama yaitu
10 volt maka active force yang akan dihasilkan adalah 2,51 gms.
Dapat dilihat bahwa terjadi perubahan gaya, hal tersebut terjadi karena ketika otot
rangka dirangsang berulang kali, sehingga rangsangan datang satu demi satu dalam, waktu
singkat, kedutan otot dapat tumpang tindih satu sama lain dan menghasilkan kontraksi otot
yang lebih kuat dari sebelumnya. Apabila stimulus yang digunakan lebih kecil maka pola akan
mengalami perubahan pada gaya yang dihasilkan.
Ketika otot diberi stimulus secara cepat tanpa ada jeda maka gaya yang dihasilkan akan
berubah, saat tegangan yang diberikan sudah sampai batas maksimum otot maka otot akan
memberikan gaya maksimum lalu menurun. Hal tersebut dapat terjadi dikarenakan jika
rangsangan terus diterapkan secara sering ke otot selama periode yang lama, maka kekuatan
maksimum dari setiap kedutan akan mencapai dataran tinggi, dikenal sebagai tetanus yang
tidak menyatu ( Unfused Tetanus ).

5.6 Tetanus

19
Tetanus itu sendiri adalah keadaan dimana frekuensi potensial aksi akan menjadi sangat
tinggi sehingga otot tidak akan memiliki waktu untuk berelaksasi diantara rangsangan yang
berurutan dan otot akan tetap berkontraksi secara total.
Berdasarkan grafik, dapat disimpulkan pada percobaan dengan voltage ( 8,5. 50)
menghasilkan active force 5,13 dan passive force 0,0 dan total force nya 5,13 dan pada
percobaan dengan voltage (8,5. 130) menghasilkan active force 5,88 dan passive force 0,0 dan
total force 5,88 . Dari hasil percobaan tersebut disimpulkan bahwa pada waktu sekitar 80 msec
tidak terjadi peningkatan gaya yang dihasilkan otot atau gaya yang dihasilkan mulai konstan
hal ini disebut sebagai unfused tetanus. Pada frekuensi 50 stimuli/sec, jejak masih terlihat
bagian puncak dan lembah nya, tetapi pada frekuensi 130 stimuli/sec jejak mulai tidak dapat
dibedakan antara puncak dan lembah nya (sudah menyatu) hal ini disebut complete fused
tetanus. Sedangkan pada frekuensi 146 stimuli/sec sudah tidak terjadi peningkatan gaya hal ini
disebut dengan tegangan tetanik maksimal atau maximal tetanic tension

5.7 Fatigue (Kelelahan)


Otot dapat dikatakan mengalami kelelahan atau Muscle Fatigue jika otot tersebut tidak
bisa lagi beraktivitas pada tingkat yang diperlukan. Berdasarkan data pada penelitian kita kali
ini, saat diberikan voltage dengan ukuran sebesar 8,5 Volt dan stimulus sebesar 120
menghasilkan active period dengan nilai yang sama yaitu 5,86 sedangkan angka rest period
pertama hingga ketiga berbeda (mengalami kenaikan) berangka 0,0, 12, 22. Suitained taxical
force mengalami perubahan namun tidak stabil (mengalami penurunan dan kenaikan) berikut
angkanya secara berurutan 10 sec, 1,80 sec, dan 5,80 sec.
Maka pada fatigue, yang terjadi pada produksi gaya seiring berjalannya waktu dan gaya
mengalami penurunan karena pada saat fatigue penurunan kemampuan otot dalam
mempertahankan gaya kontraksi yang konstan setelah pemberian stimulus dalam jangka waktu
yang panjang.

5.8 Kontraksi Isometrik


Kontraksi Isometrik atau Isometric contraction terjadi ketika tegangan yang dihasilkan
tidak cukup melebihi hambatan benda yang akan dipindahkan sehingga otot tidak akan
mengalami perubahan panjang. Setelah penelitian, kami menemukan data berisikan seluruh
voltage berukuran 8,5 Volt sedangkan length bermula dari 50 mm hingga 100 mm dengan jarak
masing-masing 10 mm. Active force pada length 50 mm berangka 0,11 gsm, pada length 60
mm berangka 1,21 gsm, pada length 70 mm berangka 1,75 mm. Namun pada length 50 mm -
70 mm tidak menghasilkan passive force tidak bernilai atau 0,0 gsm. Maka total force hanya
dipengaruhi oleh active force tambah ada penambahan dari passive force. Berbeda dengan
kisaran angka 80 mm - 100 mm memiliki passive force. Sedangkan data pada active force,
range tersebut merupakan kebalikan dari length 50 mm - 70 mm. Maka total force pada length
80 mm, yaitu 1,77 gsm karena jumlah dari active force 1,75 gsm dan passive force 0,02 gsm.
Length 90 mm memiliki active force 1,21 gsm dan passive force 0,25 gsm sehingga total force
memiliki total 1,46 gsm, sedangkan length 100 mm mempunyai active force 0,11 gsm dan
passive force 1,75 gsm maka totalnya adalah 1,86 gsm.

20
Kesimpulan yang didapat, yaitu panjang otot 70 mm sampai 80 mm menghasilkan
active force terbesar. Lalu pada panjang otot 80 mm passive force mulai berperan pada total
force yang dihasilkan oleh otot. Penurunan panjang otot 90 mm terjadi karena pada panjang
otot ini terjadi penurun active force terbesar. Variabel kunci kontraksi isometrik adalah otot
tidak akan berubah panjangnya, tidak akan memendek walaupun aktif berkontraksi.

5.9 Kontraksi Isotonik


Kontraksi Isotonik atau Isotonic contraction dapat terjadi ketika tegangan meningkat
sehingga melebihi hambatan benda yang akan dipindahkan sehingga panjang otot akan
berubah. Dari eksperimen yang telah kami lakukan, maka kami mendapatkan beberapa data.
Dengan stimulus 8,5 otot mengangkat beban seberat 0,5 gram, maka waktu yang diperlukan
untuk menghasilkan gaya dengan berat 0,5 gram adalah 78,00 msec dengan velocity 0,100
mm/msec. Otot yang mengangkat beban seberat 1,0 gram, maka waktu yang diperlukan untuk
menghasilkan menghasilkan gaya sebesar 1,0 gram adalah 49,00 msec dengan velocity 0,057
mm/msec. Otot yang mengangkat beban dengan berat 1,5 gram, maka twitch duration yang
diperlukan untuk menghasilkan gaya sebesar 1,5 gram adalah 30,00 msec dengan velocity
0,022 mm/msec. Otot yang mengangkat beban dengan berat 2,0 gram, maka waktu yang
dibutuhkan untuk menghasilkan gaya sebesar 2,0 gram adalah 0,00 msec dengan velocity 0,000
mm/msec.
Ketika kita melakukan eksperimen dengan beban 0,5 gram maka gaya otot akan
meningkat sebelum mencapai masa stabil, hal tersebut terjadi dikarenakan gaya yang
dihasilkan belum cukup untuk menggerakkan beban.
Beban diganti dari 0,5 gram menjadi 1,0 gram, dapat dilihat bahwa waktu yang
dibutuhkan untuk mengangkat beban 1,0 gram lebih lama daripada mengangkat 0,5 gram. Berat
0,5 gram yang membutuhkan twitch duration secepat 78,00 msec menghasilkan velocity 0,100
mm/sec, lalu beban 1,0 gram yang membutuh kan twitch duration secepat 49,00 msec
menghasilkan velocity 0,057 mm/msec.
Apabila kita mengganti beban menjadi 2,0 gram dan menstimulasikannya maka
perbedaan yang dapat kita amati adalah pada beban 2,0 gram velocity, twitch duration, dan
distance lifted yang dihasilkan adalah 0,00 sedangkan pada beban dengan berat 0,5 gram
sampai 1,5 gram masih memiliki sejumlah angka pada velocity, twitch duration, dan distance
lifted, namun seiring bertambahnya beban, angka pada velocity, twitch duration, dan distance
lifted, akan mengalami penurunan.

21
BAB VI
KESIMPULAN

1. Dapat disimpulkan bahwa periode laten tidak mengalami perubahan setelah diberikan tegangan
stimulus tetap stabil pada angka 2,8 msec.
2. Tegangan treshold berbeda dengan tegangan dibawah treshold karena sudah mencapai stimulus
minimal sesaat mencapai tegangan threshold berbeda dengan di bawah threshold karena sudah
mencapai stimulus minimal sehingga terjadi depolarisasi membran plasma otot (sarcolemma)
3. Peningkatan tegangan saat mempengaruhi active force yang dihasilkan oleh otot akan selaras
yaitu semakin tinggi hingga mencapai batas maksimal.
4. Ketika otot diberikan stimulus otot tersebut akan mengalami peningkatan gaya secara progresif
karena disertai dengan frekuensi yang cukup tinggi sehingga mengakibatkan otot tersebut akan
berkedut di ikuti satu sama lain (berurutan) menyerupai anak tangga
5. Semakin banyak penambahan stimulus semakin besar pula gaya yang dihasilkan dan
mengalami perubahan setiap penambahan stimulus.Dan jika distimulasi secara berulang kali
akanmengakibatkan jarak waktu (active force) antara satu stimulus dan stimulus lain saling
berdekatan
6. Semakin sering diberikan stimuli maka twitch akan mulai menyatu sehingga puncak dan
lembah masing-masing twitch tidak bisa dibedakan lagi satu dengan yang lainnya
7. Seiring berjalannya waktu gaya yang diproduksi semakin menurun karena menurunnya
kemampuan otot sketal untuk mempertahankan gaya konstan kekuatan maksimal otot.
8. Ketika otot berusaha menggerakan beban yang lebih besar dari gaya yang dihasilkannya otot
berkontraksi secara isometrika. Jenis kontraksi ini otot tetap panjang yang tetap (isometrik:
sama panjang)
9. Ketika otot berusaha mengerakkan beban yang sama atau lebih kecil daripada gaya yang
dihasilkan otot , otot berkontraksi secara isotonikal. Jenis kontraksi ini, otot memendek selama
waktu tertentu dimana gaya yang ditetapkan secara konstan (isotonis: tegangan yang sama).

22
DAFTAR PUSTAKA

Abdurachman. 2017. Indahnya Seirama: Kinesiologi Dalam Anatomi. Malang: CV. Cita
Intrans Selaras (Online).
(https://repository.unair.ac.id/84519/5/Indahnya%20Seirama%20Kinesiologi%20dalam%20
Anatomi_compressed.pdf), diakses 24 September 2022.
Handayani, Sri. 2021. Anatomi dan Fisiologi Manusia. Bandung: CV. Media Sains
Indonesia.
(https://www.google.co.id/books/edition/Anatomi_dan_Fisiologi_Tubuh_Manusia/CrIhEAA
AQBAJ?hl=id&gbpv=1&dq=Fiologi+tubuh+manusia+untuk+mahasiswa+keperawatan&prin
tsec=frontcover).
Martini FH, 2018, Fundamental of Anatomy & Physiology, 11th edition, The Benyamin
Cummings Publishing Company, Inc, United States of America,
Modul Praktikum Anatomi Dan Fisiologi Manusia Edisi 2022 Fakultas Farmasi Universitas
Surabaya.
Parwata, I Made Y. 2015. Kelelahan dan Recovery dalam Olahraga (Online),
(https://ojs.mahadewa.ac.id/index.php/jpkr/article/view/2), diakses 24 September 2022.
PhysioEx 9.1 (Activity 1: The Muscle Twitch and the Latent Period; Part Introduction,
Halaman 2) - mekanisme aktivitas 1 ppt.
PhysioEx 9.1 (Activity 2: The Effect of Stimulus Voltage on Skeletal Muscle Contraction;
Part Introduction, Halaman 2) - definisi aktivitas 2 ppt.
PhysioEx 9.1 (Activity 3: The Effect of Stimulus Frequency on Skeletal Muscle
Contraction; Part Introduction, Halaman 1) - mekanisme aktivitas 3 ppt.
Tortora, G. J., Derrickson B., 2014, Principles of Anatomy & Physiology, 14th edition,
JohnWiley & Son, Inc, United States of America.

23

Anda mungkin juga menyukai