KELOMPOK: D4
NAMA ANGGOTA:
1. David Lee 110122003
2. Evelyn Charlex 110122012
3. Seyla Hiariej 110122017
4. Ester Rianto 110122018
5. Stella Emilia M. 110122114
6. Nadine Christa T. 110122186
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS SURABAYA
SURABAYA 2022
i
DAFTAR ISI
ii
BAB 1
PENDAHULUAN
1
1.3 Manfaat Praktikum
1. Mengetahui periode laten otot.
2. Mengetahui tegangan Threshold otot.
3. Mengetahui efek peningkatan intensitas stimulus.
4. Mengetahui fenomena Treppe
5. Mengetahui fenomena Summation
6. Mengenal keadaan Tetanus
7. Mengetahui kondisi Fatigue otot.
8. Mengetahui kontraksi Isometrik otot
9. Mengetahui kontraksi Isotonis otot
2
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.4 Treppe
Treppe adalah peningkatan progresif dalam kekuatan yang dihasilkan ketika otot
dirangsang secara berurutan, sehingga kedutan otot mengikuti satu sama lain dengan erat,
dengan masing-masing kedutan berturut-turut memuncak sedikit lebih tinggi dari sebelumnya.
Peningkatan kekuatan seperti langkah inilah mengapa Treppe juga dikenal sebagai efek tangga.
2.5 Summation
Summation merupakan dimana stimulus kedua terjadi setelah periode refrakter stimulus
pertama selesai, tetapi sebelum serat otot rangka telah rileks, kontraksi kedua akan lebih kuat
dari pada kontraksi pertama. Jadi dengan adanya fenomena Summation maka dapat
disimpulkan bahwa rangsangan yang tiba pada waktu yang berbeda akan menyebabkan
kontraksi yang lebih besar dari kontraksi yang sebelumnya.
2.6 Tetanus
Tetanus itu sendiri adalah keadaan dimana frekuensi potensial aksi akan menjadi sangat
tinggi sehingga otot tidak akan memiliki waktu untuk berelaksasi diantara rangsangan yang
berurutan dan otot akan tetap berkontraksi secara total. Tetanus itu sendiri dapat dibedakan
menjadi dua yaitu Fused Tetanus dan Unfused Tetanus.
Fused Tetanus atau biasa disebut complete tetanus merupakan kejadian dimana
frekuensi rangsangan sangat tinggi sehingga fase relaksasi dihilangkan, Tegangan Plateaus
berada di tingkat maksimum/ tertinggi.
Unfused Tetanus atau biasa disebut incomplete tetanus merupakan kejadian dimana
frekuensi rangsangan meningkat lebih lanjut. Produksi ketegangan naik ke puncak, dan periode
relaksasi sangat singkat.
3
2.7 Fatigue ( kelelahan )
Otot dapat dikatakan mengalami kelelahan atau Muscle Fatigue jika otot tersebut tidak
bisa lagi beraktivitas pada tingkat yang diperlukan. Muscle Fatigue dapat dibedakan menjadi
dua kategori, yaitu: Central Fatigue dan Peripheral Fatigue.
Central Fatigue, bisa disebut juga sebagai kelelahan psikologis, kondisi ini terjadi
karena beberapa faktor yang dilepaskan oleh otot ketika sedang berolahraga yang memberi
pesan ke otak untuk merasa lelah
Peripheral fatigue bisa terjadi di antara Neuromuscular Junction dan beberapa elemen
kontraksi otot. Peripheral fatigue bisa dibedakan menjadi dua kategori yaitu: High Frequency
fatigue dan Low Frequency fatigue. High Frequency fatigue terjadi akibat ketidakseimbangan
ion. Penyebabnya adalah fungsi pompa Na+/K+ yang tidak memadai. Low Frequency fatigue
dapat terjadi dikarenakan adanya gangguan dalam pelepasan Ca2+. Low Frequency fatigue
memerlukan waktu yang lebih lama untuk pulih daripada High Frequency fatigue.
4
BAB III
ALAT DAN BAHAN
Prosedur kerja:
Activity 1 (Identifikasi Periode Laten)
1. Atur tegangan (Voltage) menjadi 6,0 volts dengan klik tombol (+) pada stimulator hingga
tampilan tegangan mencapai 6,0.
2. Klik Stimulate dan amati jejak yang dihasilkan. Perhatikan bahwa jejak dimulai dari sisi kiri
layar dan tetap datar untuk jangka waktu yang singkat. Ingat bahwa sumbu X menunjukkan
waktu yang berlalu.
3. Klik Measure pada stimulator. Perhatikan munculnya garis kuning vertikal tipis pada sisi kiri
jauh dari layar oscilloscope.
4. Klik tombol (+) di samping kanan Time (msec). Anda akan melihat garis kuning vertikal mulai
berpindah melewati layar. Amati yang terjadi pada tampilan Time (msec) selama garis tersebut
berjalan melewati layar. Tetap klik (+) hingga garis kuning sampai pada ujung jejak dimana
grafik tidak lagi datar tapi mulai menaik (ini adalah titik dimana kontraksi otot dimulai). Jika
garis kuning bergerak melewati titik yang diinginkan, anda dapat menggunakan tombol (-)
untuk mengembalikannya.
Jejak: Jika anda ingin mencetak grafik, klik Tools pada menu bar lalu klik Print Graph.
5. Naikkan atau turunkan tegangan stimulus dan ulangi percobaan. (Ingat anda dapat
menghilangkan jejak pada layar setiap waktu dengan klik Clear Tracing).
Setelah menyelesaikan percobaan, klik Clear Trancings.
5
Activity 2 (Identifikasi Tegangan Threshold)
1. Atur tegangan (Voltage) pada stimulator menjadi 0,0 volts.
2. Klik Stimulates.
3. Klik Record Data.
4. Tingkatkan tegangan menjadi 0,1 volt, lalu klik Stimulate. Amati layar oscilloscope dan
tampilan Active Force (pada sisi kanan stimulator).
5. Klik Record Data.
6. Ulangi langkah 4 dan 5 hingga anda melihat angka yang lebih besar dari 0,00 muncul di
tampilan Active Force.
7. Cetak grafik yang anda lihat pada oscilloscope dengan klik Tools pada bagian atas layar lalu
pilih Print Graph.
Activity 4 (Treppe)
6
1. Atur tegangan menjadi tegangan maksimal yang sudah ditentukan pada Aktivitas 3.
2. Klik tombol 200 pada ujung kanan layar oscilloscope dan perlahan drag ke ujung kiri layar.
Hal ini akan membuat anda dapat mengamati rentang waktu yang lebih panjang di layar.
3. Klik satu kali Single Stimulus. Anda akan melihat jejak naik dan turun. Segera setelah turun,
klik lagi Single Stimulus. Amati lagi jejak naik dan turun; ketika turun, klik Single Stimulus
untuk yang ketiga kali.
4. Klik tombol 200 lalu drag kembali ke ujung kanan layar oscilloscope.
5. Untuk mencetak grafik, klik Tools lalu klik Print Graph.
Activity 5 (Summation)
1. Atur Voltage menjadi tegangan maksimal yang sudah ditentukan pada Aktivitas 3
2. Klik Single Stimulus dan amati layar oscilloscope.
3. Klik satu kali Single Stimulus. Amati jejak naik dan mulai turun. Sebelum jejak turun penuh,
klik lagi Single Stimulus. (Anda dapat dobel klik secara cepat Single Stimulus).
4. Klik Single Stimulus dan biarkan grafik naik dan turun sebelum meng-klik lagi Single
Stimulus.
5. Klik Single Stimulus dan biarkan grafik naik namun sebelum turun, klik lagi Single Stimulus.
6. Turunkan tegangan stimulator dan ulangi aktivitas ini.
7. Selanjutnya, stimulasi otot secepat yang anda bisa (klik Single Stimulus beberapa kali secara
cepat).
7
Activity 6 (Tetanus)
1. Klik Clear Tracings untuk menghapus jejak yang ada pada layar oscilloscope.
2. Di bawah tombol Multiple Stimulus, atur tampilan Stimulus/sec menjadi 50 dengan klik
tombol (+).
3. Atur tegangan menjadi tegangan maksimal yang sudah ditentukan pada Aktivitas 3.
4. Klik Multiple Stimulus dan amati jejak berpindah pada layar. Anda akan melihat tombol
Multiple Stimulus berubah menjadi Stop Stimulus bila diklik. Setelah jejak melewati seluruh
layar dan mulai bergerak melewati layar untuk kedua kalinya, klik tombol Stop Stimulus.
5. Biarkan jejak pada layar. Tingkatkan Stimulus/sec, atur menjadi 130 dengan klik tombol (+).
Lalu klik Multiple Stimulus dan amati jejak. Setelah jejak melewati seluruh layar dan mulai
bergerak melewati layar untuk kedua kalinya, klik Stop Stimulus.
6. Klik Clear Tracings untuk membersihkan layar oscilloscope.
7. Tingkatkan Stimulus/sec menjadi 145 dengan klik tombol (+). Lalu klik Multiple Stimulus
dan amati jejak. Stop Stimulus setelah jejak sudah melewati seluruh layar. Lalu klik Record
Data.
8. Ulangi langkah 7, tingkatkan tiap kali 1 Stimuli/sec sampai anda mencapai 150 Stimuli/sec
(146,147, dst). Pastikan menyimpan data tiap kali percobaan.
9. Periksa data anda.
10. Untuk tampilan yang berbeda dari data anda, klik Tools lalu klik Plot Data.
11. Klik Clear Tracings untuk membersihkan layar oscilloscope. Jika ingin mencetak data, klik
Tools lalu klik Print Data.
Activity 7 (Fatigue)
1. Atur Stimuli/sec menjadi 120.
2. Klik Multiple Stimuli dan amati jejak berpindah pada layar. Anda akan melihat tombol
Multiple Stimuli berubah menjadi Stop Stimuli bila diklik. Setelah jejak melewati seluruh
layar dan mulai bergerak melewati layar untuk kedua kalinya, klik tombol Stop Stimuli.
3. Klik Record Data.
4. Klik Clear Tracings untuk melakukan langkah selanjutnya.
5. Dengan stimuli yang sama, klik Multiple Stimuli.
6. Lalu klik Stop Stimuli.
7. Setelah 10 detik, klik lagi Multiple Stimuli. Lalu klik Stop Stimuli lagi.
8
8. Setelah 10 detik, klik lagi Multiple Stimuli (Otot telah beristirahat selama 20 detik). Lalu klik
Stop Stimuli untuk mematikan stimulator.
9. Setelah selesai jangan lupa klik Record Data.
9
Activity 9 (Kontraksi Isotonis)
1. Voltage harus diatur menjadi 8,5 dan Platform Height 75 mm.
2. Klik pada berat 0,5 g dan pasangkan pada ujung bawah otot. Beban akan menarik otot ke bawah
dan berhenti pada platform.
3. Klik Stimulate dan amati jejak. Perhatikan peningkatan gaya diikuti dengan masa stabil yang
singkat, diikuti dengan fase relaksasi. Perhatikan bahwa tampilan Active Force sama dengan
beban yang terpasang yaitu 0,5 gram.
4. Klik lagi Stimulate, amati otot dan layar bersamaan. Lalu klik Record Data.
5. Pindahkan beban 0,5 g dan pasangkan beban 1,0 g. Biarkan jejak sebelumnya tetap berada di
layar.
6. Klik Stimulate lalu Record Data.
7. Dengan adanya 2 jejak sebelumnya tetap di layar, ulangi percobaan dengan menggunakan 2
beban tersisa. Klik Record Data setelah tiap percobaan. Jika anda ingin mencetak grafik, klik
Tools lalu pilih Print Graph.
8. Ketika anda selesai menyimpan data untuk keempat beban, klik Tools di bagian atas layar dan
klik Plot Data.
10
BAB IV
HASIL PRATIKUM
Hasil pengamatan dari praktikum fisiologi otot skeletal adalah kontraksi otot dapat berubah-
ubah. Dari praktikum, kontraksi otot dipengaruhi oleh beberapa hal seperti, periode laten,
tegangan Threshold, peningkatan intensitas stimulus, treppe, summation, tetanus, Fatigue
(kelelahan), kontraksi isometrik, kontraksi isotonis. Jika rangsangan yang diberikan
meningkat, kontraksi otot juga akan meningkat. Tetapi ada titik dimana rangsangan yang
diberikan sudah mencapai batas maksimal yang dinamakan tegangan tetanik maksimal,
sehingga kontraksi otot tetap atau konstan.
Berdasarkan data pada tabel dan grafik 4.1 di atas dapat disimpulkan bahwa periode laten tidak
mengalami perubahan setelah diberikan tegangan stimulus tetap stabil pada angka 2,8 msec.
11
Grafik 4.2 Hasil Praktikum Identifikasi Tegangan Threshold
Berdasarkan data pada tabel dan grafik 4.2 di atas dapat disimpulkan bahwa pemberian voltage
0,0 V tidak memberikan dampak apapun terhadap kerja active force. Active force mengalami
peningkatan saat menyentuh voltage 0,8 V.
12
Berdasarkan data pada tabel dan grafik 4.3 di atas dapat disimpulkan bahwa peningkatan
tegangan saat mempengaruhi puncak pada jejak akan selaras yaitu semakin tinggi hingga
mencapai batas maksimal. Peningkatan tegangan saat mempengaruhi active force yang
dihasilkan oleh otot akan selaras yaitu semakin tinggi hingga mencapai batas maksimal.
Tegangan maksimal yang tidak akan mengalami peningkatan active force dimaksud
berdasarkan data pada tabel yaitu 8,5 V.
Berdasarkan data pada tabel dan grafik 4.4 di atas dapat disimpulkan bahwa otot memberikan
kontraksi yang lebih kuat karena stimulus yang diberikan secara berulang kali dalam waktu
singkat sehingga muscle twitch akan tumpang tindih.
13
Tabel 4.5 Hubungan antara Kontraksi Otot dengan kondisi Summation
Berdasarkan data pada tabel dan grafik 4.5 di atas diberikan tegangan yang sama yaitu 10 V.
Bedanya tabel pertama diberikan single stimulus dan menghasilkan active force 1,83 gms dan
tabel kedua yang diberikan multiple stimulus menghasilkan active force 2,15 gms. Dilihat dari
tabel kedua, muscle twitch akan tumpang tindih yang menyebabkan kontraksi otot menjadi
lebih besar. Jadi semakin banyak penambahan stimulus semakin besar pula gaya yang
dihasilkan dan mengalami perubahan setiap penambahan stimulus.
14
Berdasarkan data pada tabel dan grafik 4.6 di atas dapat dilihat bahwa pada waktu sekitar 80
msec tidak terjadi peningkatan gaya yang dihasilkan otot / gaya yang dihasilkan mulai konstan
hal ini disebut sebagai unfused tetanus.Pada frekuensi 50 stimuli/sec, jejak masih terlihat
bagian puncak dan lembahnya. Tetapi pada frekuensi 130 stimuli/sec jejak mulai tidak dapat
dibedakan antara puncak dan lembahnya (sudah menyatu). Hal ini disebut sebagai Complete
(fused) tetanus. Pada frekuensi 146 stimulus/sec sudah tidak terjadi peningkatan gaya hal ini
disebut tegangan tetanik maksimal (maximal tetanic tension).
Tabel 4.7 Hubungan antara Kontraksi Otot dengan kondisi Fatigue (kelelahan)
Grafik 4.7 Hubungan antara Kontraksi Otot dengan kondisi Fatigue (kelelahan)
Berdasarkan data pada tabel dan grafik 4.7 di atas dapat dilihat bahwa pada fatigue, yang terjadi
pada produksi gaya seiring berjalannya waktu. Gaya mengalami penurunan karena pada saat
fatigue penurunan kemampuan otot dalam mempertahankan gaya kontraksi yang konstan
setelah pemberian stimulus dalam jangka waktu yang panjang.
15
Berdasarkan data pada tabel dan grafik 4.8 di atas dapat dilihat bahwa pada panjang otot 70mm
sampai 80mm menghasilkan active force terbesar. Pada panjang otot 80mm passive force mulai
berperan pada total force yang dihasilkan oleh otot. Penurunan panjang otot 90mm terjadi
karena pada panjang otot ini terjadi penurun active force terbesar. Variabel kunci kontraksi
isometrik adalah otot tidak akan berubah panjangnya, tidak akan memendek walaupun aktif
berkontraksi.
16
Grafik 4.9 Hasil Praktikum Kontraksi Isotonis
Berdasarkan data pada tabel dan grafik 4.9 di atas dapat dilihat bahwa waktu yang diperlukan
otot untuk mengangkat beban 0,5g adalah 78 msec. Pada distance 4 mm dan time 40 msec otot
mulai memendek. Perbedaan jejak ini dengan jejak yang dihasilkan dengan beban 0,5 g adalah
beban 1 g menghasilkan velocity 0,57 mm/msec, dan twitch duration 49 msec sedangkan beban
0,5 g menghasilkan velocity 0,100 mm/msec dan twitch duration 78 msec.
Pada berat beban 0,5 gms terjadi velositas kontraksi tercepat.
Ketika memasang beban 2,0 g pada otot dan menstimulasi nya menghasilkan 0,00 sedangkan
pada beban 0,5 g -1,5 g masih memiliki sejumlah angka pada ke3 unsur tersebut namun
mengalami penurunan seiring bertambah nya beban.
17
BAB V
PEMBAHASAN
18
maksimalnya. Prinsip all-or-none atau berkontruksi 100% atau tidak berkontraksi sama sekali
diikuti serat otot individual dan otot karena serabut-serabut otot harus ikut berkontraksi atau
bekerja seluruhnya supaya otot bisa ikut berkontraksi juga.
5.4 Treppe
Treppe adalah peningkatan progresif dalam kekuatan yang dihasilkan ketika otot
dirangsang secara berurutan, sehingga kedutan otot mengikuti satu sama lain dengan erat,
dengan masing-masing kedutan berturut-turut memuncak sedikit lebih tinggi dari sebelumnya.
Berdasarkan grafik yang tertera dapat disimpulkan ketika voltage 10 maka active force
yang didapatkan adalah 4,59 sedangkan passive force nya adalah 0,0 maka total force yang
didapatkan adalah 4,59 dari hasil yang didapatkan maka bisa disimpulkan peningkatan
tegangan stimulus ke tegangan maksimal menghasilkan peningkatan kekuatan yang dihasilkan
oleh seluruh otot. Hasil percobaan ini bisa dianalogikan dengan rekrtumen unit motorik dalam
tubuh, hasil ini juga bergantung pada kemampuan untuk meningkatkan stimulus tunggal dalam
percobaan, untuk beberapa kedutan pertama, setiap kedutan yang berurutan menghasilkan
tenaga yang sedikit lebih banyak daripada kedutan sebelumnya selama otot dibiarkan
berelaksasi sepenuhnya diantara rangsangan dan rangsangan disampaikan secara relatif
berdekatan. Ketika otot rangka dirangsang berulang kali, sehingga rangsangan datang satu
demi satu dalam waktu singkat, kedutan otot dapat tumpang tindih satu sama lain dan
menghasilkan kontraksi otot yang lebih kuat dibandingkan dengan kedutannya sendiri.
5.5 Summation
Summation merupakan dimana stimulus kedua terjadi setelah periode refrakter stimulus
pertama selesai, tetapi sebelum serat otot rangka telah rileks, kontraksi kedua akan lebih kuat
dari pada kontraksi pertama. Setelah melakukan percobaan tentang Summation maka data yang
diperoleh ketika hanya mengklik single stimulus dengan tegangan 10 volt maka active force
yang akan dihasilkan adalah 1,83 gms. Sedangkan jika kita mengklik single stimulus, sebelum
grafik mulai menurun klik sekali lagi single stimulus dengan besar tegangan yang sama yaitu
10 volt maka active force yang akan dihasilkan adalah 2,51 gms.
Dapat dilihat bahwa terjadi perubahan gaya, hal tersebut terjadi karena ketika otot
rangka dirangsang berulang kali, sehingga rangsangan datang satu demi satu dalam, waktu
singkat, kedutan otot dapat tumpang tindih satu sama lain dan menghasilkan kontraksi otot
yang lebih kuat dari sebelumnya. Apabila stimulus yang digunakan lebih kecil maka pola akan
mengalami perubahan pada gaya yang dihasilkan.
Ketika otot diberi stimulus secara cepat tanpa ada jeda maka gaya yang dihasilkan akan
berubah, saat tegangan yang diberikan sudah sampai batas maksimum otot maka otot akan
memberikan gaya maksimum lalu menurun. Hal tersebut dapat terjadi dikarenakan jika
rangsangan terus diterapkan secara sering ke otot selama periode yang lama, maka kekuatan
maksimum dari setiap kedutan akan mencapai dataran tinggi, dikenal sebagai tetanus yang
tidak menyatu ( Unfused Tetanus ).
5.6 Tetanus
19
Tetanus itu sendiri adalah keadaan dimana frekuensi potensial aksi akan menjadi sangat
tinggi sehingga otot tidak akan memiliki waktu untuk berelaksasi diantara rangsangan yang
berurutan dan otot akan tetap berkontraksi secara total.
Berdasarkan grafik, dapat disimpulkan pada percobaan dengan voltage ( 8,5. 50)
menghasilkan active force 5,13 dan passive force 0,0 dan total force nya 5,13 dan pada
percobaan dengan voltage (8,5. 130) menghasilkan active force 5,88 dan passive force 0,0 dan
total force 5,88 . Dari hasil percobaan tersebut disimpulkan bahwa pada waktu sekitar 80 msec
tidak terjadi peningkatan gaya yang dihasilkan otot atau gaya yang dihasilkan mulai konstan
hal ini disebut sebagai unfused tetanus. Pada frekuensi 50 stimuli/sec, jejak masih terlihat
bagian puncak dan lembah nya, tetapi pada frekuensi 130 stimuli/sec jejak mulai tidak dapat
dibedakan antara puncak dan lembah nya (sudah menyatu) hal ini disebut complete fused
tetanus. Sedangkan pada frekuensi 146 stimuli/sec sudah tidak terjadi peningkatan gaya hal ini
disebut dengan tegangan tetanik maksimal atau maximal tetanic tension
20
Kesimpulan yang didapat, yaitu panjang otot 70 mm sampai 80 mm menghasilkan
active force terbesar. Lalu pada panjang otot 80 mm passive force mulai berperan pada total
force yang dihasilkan oleh otot. Penurunan panjang otot 90 mm terjadi karena pada panjang
otot ini terjadi penurun active force terbesar. Variabel kunci kontraksi isometrik adalah otot
tidak akan berubah panjangnya, tidak akan memendek walaupun aktif berkontraksi.
21
BAB VI
KESIMPULAN
1. Dapat disimpulkan bahwa periode laten tidak mengalami perubahan setelah diberikan tegangan
stimulus tetap stabil pada angka 2,8 msec.
2. Tegangan treshold berbeda dengan tegangan dibawah treshold karena sudah mencapai stimulus
minimal sesaat mencapai tegangan threshold berbeda dengan di bawah threshold karena sudah
mencapai stimulus minimal sehingga terjadi depolarisasi membran plasma otot (sarcolemma)
3. Peningkatan tegangan saat mempengaruhi active force yang dihasilkan oleh otot akan selaras
yaitu semakin tinggi hingga mencapai batas maksimal.
4. Ketika otot diberikan stimulus otot tersebut akan mengalami peningkatan gaya secara progresif
karena disertai dengan frekuensi yang cukup tinggi sehingga mengakibatkan otot tersebut akan
berkedut di ikuti satu sama lain (berurutan) menyerupai anak tangga
5. Semakin banyak penambahan stimulus semakin besar pula gaya yang dihasilkan dan
mengalami perubahan setiap penambahan stimulus.Dan jika distimulasi secara berulang kali
akanmengakibatkan jarak waktu (active force) antara satu stimulus dan stimulus lain saling
berdekatan
6. Semakin sering diberikan stimuli maka twitch akan mulai menyatu sehingga puncak dan
lembah masing-masing twitch tidak bisa dibedakan lagi satu dengan yang lainnya
7. Seiring berjalannya waktu gaya yang diproduksi semakin menurun karena menurunnya
kemampuan otot sketal untuk mempertahankan gaya konstan kekuatan maksimal otot.
8. Ketika otot berusaha menggerakan beban yang lebih besar dari gaya yang dihasilkannya otot
berkontraksi secara isometrika. Jenis kontraksi ini otot tetap panjang yang tetap (isometrik:
sama panjang)
9. Ketika otot berusaha mengerakkan beban yang sama atau lebih kecil daripada gaya yang
dihasilkan otot , otot berkontraksi secara isotonikal. Jenis kontraksi ini, otot memendek selama
waktu tertentu dimana gaya yang ditetapkan secara konstan (isotonis: tegangan yang sama).
22
DAFTAR PUSTAKA
Abdurachman. 2017. Indahnya Seirama: Kinesiologi Dalam Anatomi. Malang: CV. Cita
Intrans Selaras (Online).
(https://repository.unair.ac.id/84519/5/Indahnya%20Seirama%20Kinesiologi%20dalam%20
Anatomi_compressed.pdf), diakses 24 September 2022.
Handayani, Sri. 2021. Anatomi dan Fisiologi Manusia. Bandung: CV. Media Sains
Indonesia.
(https://www.google.co.id/books/edition/Anatomi_dan_Fisiologi_Tubuh_Manusia/CrIhEAA
AQBAJ?hl=id&gbpv=1&dq=Fiologi+tubuh+manusia+untuk+mahasiswa+keperawatan&prin
tsec=frontcover).
Martini FH, 2018, Fundamental of Anatomy & Physiology, 11th edition, The Benyamin
Cummings Publishing Company, Inc, United States of America,
Modul Praktikum Anatomi Dan Fisiologi Manusia Edisi 2022 Fakultas Farmasi Universitas
Surabaya.
Parwata, I Made Y. 2015. Kelelahan dan Recovery dalam Olahraga (Online),
(https://ojs.mahadewa.ac.id/index.php/jpkr/article/view/2), diakses 24 September 2022.
PhysioEx 9.1 (Activity 1: The Muscle Twitch and the Latent Period; Part Introduction,
Halaman 2) - mekanisme aktivitas 1 ppt.
PhysioEx 9.1 (Activity 2: The Effect of Stimulus Voltage on Skeletal Muscle Contraction;
Part Introduction, Halaman 2) - definisi aktivitas 2 ppt.
PhysioEx 9.1 (Activity 3: The Effect of Stimulus Frequency on Skeletal Muscle
Contraction; Part Introduction, Halaman 1) - mekanisme aktivitas 3 ppt.
Tortora, G. J., Derrickson B., 2014, Principles of Anatomy & Physiology, 14th edition,
JohnWiley & Son, Inc, United States of America.
23