Anda di halaman 1dari 38

LAPORAN ANATOMI FISIOLOGI MANUSIA

“KONTRAKSI OTOT JANTUNG”

Disusun oleh:
Kelompok 1

1. Shania Paula Mendonca Calado (2443020095)


2. Risma Fidella Yahya (2443021138)
3. Putri Kholifatul Sanisya (2443021139)
4. Aditya Faizul Rizki (2443021140)
5. Jenita Delvina Klau (2443021141)
6. Nurma Indah R. W. S (2443021142) PIC

PROGRAM STUDI FARMASI


FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS KATOLIK WIDYA MANDALA
SURABAYA 2021
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI................................................................................................................i
DAFTAR GAMBAR..................................................................................................ii
DAFTAR TABEL......................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN...........................................................................................1
A. LATAR BELAKANG MASALAH..................................................................1
B. RUMUS MASALAH........................................................................................2
C. TUJUAN............................................................................................................2
BAB II LANDASAN TEORI.....................................................................................4
BAB III ALAT DAN BAHAN...................................................................................9
A. ALAT.................................................................................................................9
B. BAHAN.............................................................................................................9
BAB IV HASIL PRATIKUM...................................................................................10
BAB V PEMBAHASAN HASIL PRATIKUM.......................................................22
BAB VI KESIMPULAN...........................................................................................27
DAFTAR PUSTAKA...............................................................................................28

i
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. 1 Otot Jantung....................................................................................................................4


Gambar 1. 2 Hasil Pengamatan Activity 1.........................................................................................12
Gambar 1. 3 Hasil Pengamatan Activity 2.........................................................................................13
Gambar 1. 4 Hasil Pengamatan Activity 3.........................................................................................15
Gambar 1. 5 Hasil Pengamatan Activity 4.........................................................................................18
Gambar 1. 6 Hasil Pengamatan Activity 5.........................................................................................21
DAFTAR TABEL

Table 1 hasil pengamatan activity 3...................................................................................................14


Table 2 hasil pengamatan activity 4...................................................................................................17
Table 3 Hasil Pengamatan Activity 5................................................................................................19
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG MASALAH.

Jantung adalah salah satu organ vital manusia yang terletak di dalam rongga dada.
Organ ini memiliki fungsi yang sangat besar bagi kelangsungan hidup manusia. Jantung
berperan dalam sistem sirkulasi dan berfungsi sebagai alat pemompa darah. Kontraksi dan
relaksasi yang teratur dari otot-otot jantung memungkinkan darah yang mengandung banyak
oksigen dari paru-paru dipompakan ke seluruh tubuh dan darah yang berasal dari seluruh
tubuh dipompakan ke dalam paru-paru pada saat yang bersamaan. Jantung terbagi menjadi
tiga jenis yaitu otot atrium, otot ventrikel dan serabut otot rangsang & konduktif. Otot
atrium dan otot ventrikel berkontraksi di banyak daerah dengan cara yang sama seperti otot
rangka, namun pembedanya adalah pada jantung kontraksinya terjadi lebih lambat daripada
di otot rangka.
Jantung memiliki perangsang khusus dan serat konduktif yang kontraksinya
tergolong lemah karena mengandung sedikit fibril. Tetapi, perangsang khusus dan serat
konduktif ini menunjukkan pelepasan listrik ritmik yang ototmatis yang akan menimbulkan
bentuk potensial aksi atau konduksi dari potensial aksi tersebut. Jantung menyediakan
sistem rangsangan yang dapat mengontrol detak jantung secara ritmik. Otot dirangsang
dengan rangsangan maksimal secara beruntun (multiple) dan frekuensi ditinggikan
berpotensi menimbulkan beberapa gambaran kontraksi otot yang berbeda. Kekuatan
kontraksi otot dipengaruhi oleh tingkat kepekaan saraf yang melayaninya, cara
perangsangannya, dan faktor pembebanan yang diberikan kepeda otot tersebut.
Dalam pratikum ini kita akan mempelajari tentang, periode reflatorik, Kontraksi sel
otot jantung terjadi oleh adanya potensial aksi yang dihantarkan sepanjang membran sel otot
jantung. Jantung akan berkontraksi secara ritmik, akibat adanya impuls listrik yang
dibangkitkan oleh jantung sendiri, Efek stimulasi saraf vagus, Saraf otonom adalah sistem
yang berperan dominan dalam kinerja jantung, dan seperti kita ketahui bersama bahwa saraf
otonom terbagi menjadi dua, yaitu saraf otonom simpatis dan saraf otonom parasimpatis.
Efek suhu terhadap detak jantung, ada beberapa hal hipertemia, hipotermis, Poikilothermic,
Homeothermic. Efek pengubag kimiawi pada detak jantung, Adrenergik, kolinergik,
1
Agonis,

2
antagonis. Dan terakhir adalah Efek dari berbagai ion yang akan memberikan pengaruh
terhadap kerja jantun.
Detak jantung berasal dari sistem konduksi jantung kemudian menyebar melalui
sistem konduksi ke seluruh bagian miokardium. Struktur yang membentuk sistem konduksi
adalah sinoatrial node (SA node), atrioventricular node (AV node), bundle dan cabangnya
serta sistem purkinje. Bagian sistem konduksi ini dalam kondisi abnormal, suku cadang dari
miokardium mampu melepaskan diri secara spontan. Sinoatrial node biasanya melepaskan
diri paling cepat dengan depolarisasinya menyebar, sehingga sinoatrial node ini dapat
disebut alat pacu jantung normal dengan laju pelepasannya menentukan kecepatan detak
jantung.
Experiment ini mengunakan jantun katak karena secara anatomi mirip dengan
jantung manusia. Jantung katak memilik dua atria, dan satu ventrikel. Untuk mempermudah
dalam mengamati dan memahami peristiwa seperti periode reflatorik, efek kimiawi, efek ion
dan efek suhu terhadap jantun maka perlu untuk lalukan experiment terhadap otot jantung
katak. Selanjutnya, sebagai pertanggung jawaban kegiatan yang telah dilakukan maka
laporan hasil experiment ini disusun berdasarkan pengamatan yang telah dilakukan

B. RUMUS MASALAH

Rumusan masalah dalam praktikum kali ini adalah bagaimana mekanisme obat,
perubahan metabolik, kimia, dan suhu terhadap otot jantung.

C. TUJUAN

Tujuan Praktikum Anatomi Fisiologi Manusia (Anfisman) pada percobaan


praktikum mengenai otot kontraksi jantung adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengamati autoritmisitas jantung.
2. Untuk memahami fase-fase potensial aksi jantung.
3. Untuk menginduksi ekstrasistol dan mengamatinya pada penelusuran osiloskop
aktivitas kontraktil di jantung katak yang utuh dan terisolasi.
4. Untuk menghubungkan ada atau tidaknya penjumlahan gelombang dan tetanus pada
otot jantung dengan periode refrakter potensial aksi jantung.
5. Untuk memahami peran sistem saraf simpatis dan parasimpatis terhadap aktivitas
jantung.
6. Untuk menjelaskan konsekuensi dari stimulasi vagal dan pelarian vagal.
7. Untuk menjelaskan fungsinya
8. Untuk mendefinisikan istilah hipertermia dan hipotermia
9. Untuk membedakan istilah homeothermic dan poikilothermic.
10. Untuk memahami pengaruh suhu terhadap jantung katak.
11. Untuk memahami pengaruh suhu terhadap jantung manusia.
12. Untuk membedakan antara pengubah denyut jantung kolinergik dan adrenergik.
13. Untuk menentukan pengubah agonis dan antagonis denyut jantung.
14. Untuk mengamati efek epinefrin, pilokarpin, atropin, dan digitalis terhadap denyut
jantung.
15. Untuk menghubungkan pengubah kimiawi denyut jantung dengan aktivasi simpatis
dan parasimpatis.
16. Untuk memahami pergerakan ion yang terjadi selama potensial aksi jantung.
17. Mendeskripsikan efek potensial ion kalium, natrium, dan kalsium terhadap denyut
jantung.
18. Untuk menjelaskan bagaimana calcium channel blockers dapat digunakan secara
farmasi untuk mengobati pasien jantung.
19. Mendefinisikan istilah inotropik dan kronotropik.
BAB II
LANDASAN TEORI

Otot jantung merupakan otot yang bekerja secara spontan, yang sama seperti otot polos.
Jantung memiliki kemampuan untuk memicu kontraksi sendiri yang disebut autoritmik. Autorirmik
ini terrjadi karena membran plasma dalam sel otot jantung telah mengurangi jumlah ion pada
kalsium, tetapi masih memungkinkan untuk sodium dan kalsium merambat masuk perlahan-lahan
ke dalam sel.
Jaringan otot jantung merupakan jaringan utama yang membentuk dinding jantung. Otot
jantung ini memiliki susunan myosin dan aktin yang sama dengann sel otot rangka, dan antara sel
satu dengan sel yang lainnya dipisahkan oleh intercalade discs yang terbentuk oleh desmosome dan
gap junction. Sel otot jantung terhubun satu sama lain melalui gap junction secara elektrik,
keseluruhan lapisan jaringan otot berperilaku seperti functional syncytium. Sel otot jantung ini
berukuran pendek yang bercabang dan memiliki satu nucleus yang terdapat ditengahnya.
Mitokondria yang terdapat pada otot jantung lebih banyak dariipada yang terdapat pada otot rangka.

Gambar 1. 1 Otot Jantung

Otot jantung juga memiliki karakter secara fisiologis, beberaoa sel otot jantung berperilaku
sebagai pacemaker. Seluruh jaringan otot jantung bekerjaa secara involunter atau secara tak sadar
sebgai satu unit utuh. Sel otot jantung dapat berkontraksi lebih lama karena terdapat kalsium
sebagai sumber kontraksi otot yang berasal ekstraseluler dan retikulum sarkoplasma. Sel otot
jantung dapat berkontraksi lebih lama dari sel otot rangka hingga 10-15 kali, pada setiap aksi
potensial Pada otot jantung tidak akan terjadi wave summation ataupun tetanus, dikarenakan otot
jantung memiliki periode refrakter.

Periode refrakter terdapat dua fase yaitu periode refrakter absolut dan periode refrakter relatif.
Periode refrakter absolute terjadi selama tidak ada rangsangan, karena tidak ada unsur kekuattan
untuk menghasilkan potensial aksi. Sedangkan periode refrakter relative terjadi setelah membran
sel mendekati repolarisasi seluruhnya, karena periode refrakter relatif ada oleh karena periode
refrakter absolute. Dan potensial aksi yang baru dihasilkan oleh adanya stimulus yang kuat secara
normal.

Sel otot jantung memiliki siklus yang dipicu oleh aksi potensial yang menyebar ke seluruh
membran sel otot. Terdapat dua jenis sel otot jantung yaitu:

a) Sel kontraktil ➔ 99% dari sel-sel otot yang terdapat di jantung dibentuk oleh sel kontraktil
ini, yang memiliki kerja mekanis untuk memompa darah. Dalam kedaan normal, sel ini
tidak membentuk potensial aksinya sendirian.
b) Sel otoritmik ➔ sel ini memiliki tugas khusus yaitu untuk memulai dan menghantarkan aksi
potensial yang menyebabkan kontraksi sel-sel otot jantung kontraktil.
Sel otoritmik merupakan sel otot yang berbeda dengan sel saraf dan sel otot rangka yang
dimana sel khusus ini tidak memiliki potensial istirahat. Dengan siklus yang berulang, sel otoritmik
ini memicu aksi potensial yang kemudian menyebar ke seluruh jantung yang memicu denyut
berirama tanpa adanya rangsangan saraf apapun. Sel-sel otoritmik jantung ini membentuk area
tersendiri yaitu nodus sinoatrial (nodus SA), nodus atrioventrikuler (nodus AV), berkas His (berkas
atrioventrikuler), serat purkinje. (Syaifuddin, 2012)

a) Nodus sinoatrial (nodus SA) ➔ merupakan suatu daerah kecil khusus yang terdapat di
dinding
atrium kanan dekat pintu masuk vena cava superior.
b) Nodus atriuventrikuler (nodus AV) ➔ merupkan suatu berkas yang terletak pada dasar
atrium kanan dekat septum, tepat diatas pertemuan atrium dan ventrikel.
c) Berkas His (berkas atrioventrikuler) ➔ merupakan suatu berkas sel-sel khusus yang berasal
dari nodus AV dan masuk ke septum antar ventrikel. Disini berkas tersebut terbagi menjadi
cabang berkas kanan dan cabang berkas kiri yang turun ke septum, kemudian melengkung
dan mengelilingi ujung rongga ventrikel dan berjalan balik kearah atrium di sepanjang
dinding luar.
d) Serat purkinje ➔ merupakan serat-serat halus yang menjulur ke miokardium ventrikel yang
mirip seperti ranting kecil suatu pohon.
Mekanisme kerja atau potensial aksi sel otoritmik jantung terbagi menjadi beberapa fase
yaitu sebagai berikut:

 Fase 0 (depolarisasi cepat)


Pada fase ini terjadi pemasukan cepat Na+ dari luar sel ke dalam sel melalui saluran Na+.
 Fase 1 (repolarisasi awal)
Pada fase ini saluran Na+ akan menutupi sebagian sehingga memperlambat aliran Na+ ke
dalam sel.
 Fase 2 (fase plateu)
Pada fase ini terjadi pemasukan lambat Ca+ ke dalam sel malalui saluran Ca+
 Fase 3 (repolarisasi cepat)
Pada fase ini terjadi downslope potensial aksi, diman K+ bergerak cepat keluar sel.
Pengeluaran ceapat K+ menyebabkan suasana elektrik di dalam sel menjadi negatif.
 Fase 4 (istirahat/resting state)
Pada fase ini semuanya kembali pada keadaan istirahat, dan Na+ banyak dijumpai di dalam
sel beserta K+.
Otot jantung meski tidak akan bisa terjadi wave summation atau tetanus namun otot
jantung tentu masih bisa mengalami gangguan lainnya. Namun gangguan-ganggian tersebut
dapat diatas dengan obat-obat di bawah ini:

a. Ephineprin/adernalin ➔ Pada kardiovaskular epinephrine dapat memperkuat dan


mempercepat daya kontraksi otot jantung (myocard) yang akan menyebabkan curah
jantung meningkat sehingga mempengaruhi kebutuhan efek oksigen dari otot jantung.
b. Pilocarpine ➔ merupakan obat golongan agonis kolinergik yang bekerja langsung pada
reseptor muskarinik. Obat pilokarpin sendiri biasa digunakan sebagai agen penurun
tekanan intraokular pada penyakit glaukoma dengan cara meningkankan aliran humor
akuos melalui anyaman trabekula.
c. Atropine ➔mencegah perburukan akibat peningkatan tonus vagal ataupun blok AV
dengan memperbaiki denyut jantung sampai pada level yang cukup untuk menjaga
status hemodinamik dan menghilangkan blok AV.
d. Digitalis ➔obat ini biasanya untuk gagal jantung dan aritmia (supraventrikuler), obat ini
memiliki indeks terapi yang sempit. Ini mempengaruhi pembentukan PGP dan ini
berpengaruh pada profil kinetik dari obat digoksin.
Adanya suhu juga dapat mempengaruhi kontraksi otot jantung, karena semakin meningkatya
suhu yang diberikan maka terjadi peningkatkan laju reaksi kimia didalam atau permeabilitas, maka
kontraksi juga ikut meningkat, dibawah ini terdapat beberapa istilah pengaruh suhu terhadap otot
jantung:

a. Homeothermic ➔organisme yang menjaga/mempertahankan suhu (termperatur) konstan


baik manusia ataupun hewan, dan akan menyesuaikan lingkungannya. Akan berfluktuasi
(meningkat): pada hewan berdarah hangat.
b. Poikilothermic ➔organisme yang memiliki variabal suhu tubuh yang cederung sedikit lebih
tinggi daripada suhu di lingkungannya. Ini akan berfluktuasi (meningkat): pada hewan
dengan darah dingin.
c. Hyperthermia ➔kondisi suhu tubuh terlalu tinggi. Hyperthermia ini biasaya sidebabkan
oleh kegagalan sistem regulasi suhu tubuh untuk mendinginkan tubuh. Dan suhu tubuh yang
terlalu tinggi dapat menyebabkan munculnya berbagai gangguan.
d. Hypothermia ➔adalah keadaan dengan temperature inti lebih rendah satu derajat dibawah
temperatur rata-rata inti tubuh manusia pada keadaan istirahat dengan suhu lingkungan yang
normal.
Vagal escape merupakan mulainya jantung dan hasilnya dari refleks simpatetik atau irama
yang disebabkan oleh serat purkinje. Mekanisme kerja vagal escape ialah Stimulasi pada potongan
nervus vagus (menstimulasi bagian yang pergi ke jantung) yang berakibat melemahnya denyut
jantung sampai berhenti berdenyut. Hal ini tidak mengakibatkan vasodilatasi karena persarafan
parasimpatis
pada otot polos vaskular hanya sedikit atau bahkan tidak ada. Namun, jantung akan lanjut
berdenyut, bahkan jika rangsangan diberikan lagi. Pada jantung terdapat dua sistem persarafan,
yaitu saraf simpatik dan saraf parasimpatik. sistem saraf simpatik ini berpengaruh memicu sistem
kerja pada otot jantung, sedangkan system saraf parasimpatik berpengaruh menurunkan atau
menghambat system kerja pada otot jantung.

Mekanisme kerja jantung juga dipengaruhi oleh ion-ion seperti kalium, kalsium dan natrium
yang ada didalam tubuh. Berikut penjelasan dan pengaruh ion-ion tersebut terhadapt kerja jantung:

a. Pengaruh ion kalium ➔ kelebihan kalium dalam cairan ekstrasel akan menyebabkan
jantung menjadi sangat dilatasi dan lemah serta kontraksi pada otot jantung juga melambat.
Kalium dalam jumlah yang besar dapat menghambat hantaran impuls jantung dari atrium ke
ventrikel melalui berkas AV. (Yudhp, 2014)
b. Pengaruh ion kalsium ➔ efek dari kelebihan kalsium ini sebenarnya agak berlawanan
dengan efek dari ion kalium, yang menyebabkan jantung berkontraksi spastik. Ini
disebabkan oleh karena efek langsung dari ion kalsium untuk merangsang proses kontraksi.
c. Pengaruh ion natrium ➔ pengaruh dari kelebihan ion natrium ini lebih ke menekan fungsi
jantung, yang dimana suatu efek yang sama seperti ion kalium tetapi dengan alasan yang
berbeda sama sekali. Akan tetapi konsentrasi ion natrium ini sangat rendah oleh karena itu
sering menyebabkan kematian karena fibrilasi jantung. (Yudhp, 2014)
Kelebihan ion kalium biasa dissebut hiperkalemia adalah kondisi yang dimana kadar kalium
yang ada didalam tubuh terlalu tinggi. Gejala dari hiperkalemia ini sangatlah beragam, mulai dari
otot yang lemah, kesemutan, sampai gangguan irama atau detak jantung.
BAB III
ALAT DAN BAHAN

A. ALAT
Alat yang digunakan pada percobaan praktikum anfisman khususnya kontraksi otot jantung
adalah sebagai berikut:
1. External Stimulation Electrode
2. Vagus Nerve Stimulation Electrode
3. Oscilloscope display
4. Electrical stimulator
5. Electrode holder

B. BAHAN
Bahan yang digunakan pada p percobaan praktikum anfisman khususnya kontraksi otot
jantung adalah sebagai berikut:
1. Organ jantung katak
2. Suhu ringer (celcius)
3. Obat ephineprin
4. Obat pilocarpine
5. Obat atropine
6. Obat digitalis
7. Calcium ions
8. Sodium ions
9. Potassium ions
BAB IV
HASIL PRAKTIKUM

Activity 1
Tujuan Dari Praktikum Activity 1:
1. Untuk mengamati authorythmicity pada detak jantung.
2. Untuk memahami fase potensial aksi jantung.
3. Untuk menginduksi ekstrasistol dan mengamatinya pada aktivitas kontraktil osiloskop
dijantung katak.
4. Untuk mengetahui adanya wave sumation dan tetanus dijantung dengan periode refraktori
potensial aksi jantung.

Bahan dan alat yang digunakan:


1. Layar Oscilloscope, untuk menampilkan aktivitas kontraktil pada jantung katak
2. Stimulator listrik, untuk memberikan kejutan listrik pada jantung katak
3. Pemegang Elektroda, untuk menahan dan mengunci elektroda-elektroda agar berada pada
tetap berada pada tempatnya saat stimulasi
4. Elektroda stimulasi eksternal
5. Apparatus terisolasi, berisi Larutan Ringer 5°C, 25°C, dan 32°C

Cara Kerja:
1. Masukkan jumlah kontraksi ventrikel per menit (dari tampilan detak jantung) kemudian klik
data untuk mencatat jawaban dilaporan lab. 230 C RE denyut/ menit
2. Tarik elektroda stimulasi eksternal kepemegangelektroda disebelah kanan jantung katak.
Elektroda akan menyentuh otot ventrikel.
3. Berikanlah kejutan tunggal berturut-turut dengan mengklik stimulus tunggal secara cepat
atau kontraksi ekstra dari ventrikel, dan kemudian jeda kompensasi, yang memungkinkan
jantung kembali ke jadwal setelah ekstrasistol.
4. Klik Multiple Stimuli untuk mengirimkan kejutan listrik ke jantung dengan kecepatan
stimuli/detik. Tombol beberapa stimulus berubah menjadi tombol stop stimuli segera setelah
diklik. Amati efek rangsangan untuk menghentikan rangsangan lalu klik kirim data untuk
mencatat jawaban anda dilaporan lab.

Hasil pengamatan:

Gambar 1. 2 Hasil Pengamatan Activity 1

Activity 2
Tujuan Dari Praktikum Activity 2:
1. Untuk memahami peran system saraf simpatis dan parasimpatis terhadap aktivitas jantung.
2. Untuk menjelaskan konsekuensi dari stimulasi vagal dan pelarian vagal.
3. Untuk menjelaskan fungsi simpu sinoatrial.

Bahan dan alat yang digunakan:


1. Layar Oscilloscope, untuk menampilkan aktivitas kontraktil pada jantung katak
2. Stimulator listrik, untuk memberikan kejutan listrik pada jantung katak
3. Pemegang Elektroda, untuk menahan dan mengunci elektroda-elektroda agar berada pada
tetap berada pada tempatnya saat stimulasi
4. Elektroda stimulasi eksternal
5. Apparatus terisolasi, berisi Larutan Ringer 5°C, 25°C, dan 32°C
Cara kerja:
1. Perhatikan aktivitas kontraktil dari jantung katak diosiloskop. Masukkan jumlah kontraksi
ventrikel per menit (dari ampilan detak jantung) dibidang dibawah ini kemudia klik kirim
data untuk mencatat jawaban anda dilaporan lab.
2. Tarik elektroda stimulasi saraf vagus kepemegang elektroda disebelah kanan jantung.
Perhatikan bahwa, saat electroda terkunci pada tempatnya, saraf vagus akan menutupi
elektroda. Stimuli akan masuk langsung ke saraf vagus dan tidak langsung ke jantung.
3. Masukkan jumlah kontraksi ventrikel per menit (dari tampilan detak jantung) dibidang
dibawah ini dan kemudian klik kirim data untuk mencatat jawaban anda dilaporan lab.
4. Klik multiple stimuli untuk memberikan kajuan listruk kesaraf vagus dengan kecepatan 50
stimili/detik. Tombol beberapa stimulus berubah menjadi tombol stop stimuli segera setelah
dkilik. Amati efek rangsangan pada aktivitas kontraktil setelah menunggu setidaknya 20
detik. (penelusuran akan membuat dua sapuan penuh melintas osiloskop), klik hentikan
stimulus untuk menghentikan rangsangan lalu klik kirim data untuk mencatat jawaban anda
dilaporan lab.

Hasil pengamatan:

Gambar 1. 3 Hasil Pengamatan Activity 2

Activity 3
Tujuan Dari Praktikum Activity 3:
1. Memahami pengaruh perbedaan suhu pada detak jantung katak
2. Memahami pengaruh perbedaan suhu pada detak jantung manusia
3. Menguji adanya perbedaan antara jantung manusia dan jantung katak saat perubahan suhu
terjadi pada keduanya
4. Memahami istilah hyperthermia dan hypothermia
5. Membedakan kedua istilah Poikilothermic dan Homeothermic

Bahan dan peralatan yang digunakan:


1. Layar Oscilloscope, untuk menampilkan aktivitas kontraktil pada jantung katak
2. Stimulator listrik, untuk memberikan kejutan listrik pada jantung katak
3. Pemegang Elektroda, untuk menahan dan mengunci elektroda-elektroda agar berada pada
tetap berada pada tempatnya saat stimulasi
4. Elektroda stimulasi eksternal
5. Apparatus terisolasi, berisi Larutan Ringer 5°C, 25°C, dan 32°C

Cara Kerja:
1. Pertama, catatlah detak jantung katak mula-mula yang muncul pada layar osiloskop! Perlu
diingat, jantung katak sedang diberikan Larutan Ringer bersuhu 23°C
2. Klik Larutan Ringer 5°C, dan amati efek yang terjadi pada jantung katak saat suhu diturunkan
3. Catatlah detak jantungnya setelah layar osiloskop menunjukkan bahwa detak jantung sudah
stabil
4. Basuh jantung katak dengan Larutan Ringer 23°C agar suhu jantung katak dapat kembali ke
suhu ruang. Tunggu sampai layar osiloskop menunjukkan bahwa detak jantung sudah
normal
5. Klik Larutan Ringer 32°C, dan amati efek yang terjadi pada detak jantung katak bila suhu
ditingkatkan
6. Terakhir, catatlah detak jantungnya, setelah layar osiloskop menunjukkan bahwa detak
jantung sudah stabil

Hasil Pengamatan:

Table 1 hasil pengamatan activity 3


Gambar 1. 4 Hasil Pengamatan Activity 3

Activity 4
Tujuan Dari Praktikum Activity 4:
1. Untuk membedakan perbedaan cholinergic dan adrenergic modifiers dan pengaruhnya pada
detak jantung
2. Memahami agonist dan antagonist modifiers pada detak jantung
3. Mengobservasi pengaruh dari epinephrine, pilocarpine, atropine, dan digitalis pada detak
jantung
4. Memahami hubungan antara chemical modifiers detak jantung dengan aktivasi simpatis dan
parasimpatis

Bahan dan peralatan:


1. Layar Osiloskop, untuk menampilkan aktivitas kontraktil dari jantung katak
2. Apparatus, untuk menopang jantung katak utuh yang terisolasi, mengandung Larutan Ringer
23℃
3. Pilorcarpine
4. Atropine
5. Epinephrine
6. Digitalis
7. Jantung katak

Cara Kerja:
1. Amati aktivitas kontraktil jantung katak di layar osiloskop
2. Klik record data, untuk mencatat banyaknya detak jantung setiap menitnya
3. Tarik dan tahan dropper penutup botol epinephrine untuk meneteskan epinephrine kejantung
katak
4. Amati perubahan yang terjadi pada aktivitas kontraktil dan detak jantung katak. Setelah
aktivitas jantung menunjukkan “detak jantung stabil”, catatlah datanya
5. Klik 23℃ Ringer (suhu ruangan) untuk membasuh jantung dan membersihkannya dari sisa-
sisa Epinephrine, tunggu sampai detak jantung normal
6. Setelah itu, teteskan jantung katak dengan Pilocarpine, amati perubahan yang terjadi pada
aktivitas kontraktil, dan catatlah datanya setelah detak jantung stabil
7. Basuhlah jantung katak dengan Ringer 23℃ untuk membersihkan jantung katak dari
Pilocarpine
8. Ulangi proses yang sama untuk Atropine dan Digitalis
Table 2 hasil pengamatan activity 4
Gambar 1. 5 Hasil Pengamatan Activity 4

Activity 5
Tujuan Dari Praktikum Activity 5:
1. Untuk Memahami pergerakan ion-ion yang terjadi saat potensial-aksi pada otot jantung
2. Untuk Memahami efek potensial dari ion potassium, sodium dan kalsium pada detak jantung
3. Untuk Memahami bagaimana cara kerja calcium-channel blockers yang biasa digunakan
secarafarmasetik untuk mengobati pasien jantung
4. Untuk Memahami istilah inotropic dan chronotropic

Bahan dan peralatan:


1. Layar osiloskop, untuk menampilkan aktivitas kontraktil dari jantung katak
2. Apparatus, alat untuk menopang jantung katak (mengandung larutan ringer 23℃)
3. Ion kalsium
4. Ion sodium
5. Ion Potassium
6. Jantung katak

Cara kerja:
1. Amatilah aktivitas kontraktil pada layar osiloskop, klik record data untuk mencatat angka
dari kontraksi ventrikuler per menit (banyaknya denyut jantung setiap satu menitnya)
2. Setelah itu, tarik dan tahan dropper botol dari botol calcium ions ke jantung katak untuk
melepaskan calcium ions ke jantung. Amati perubahan yang terjadi pada detak jantung
setelah calcium ions diteteskan pada jantung
3. Saat aktivitas jantung pada layar menunjukkan Heart Rate Stable (detak jantung stabil), klik
record data untuk mencatat detak jantung yang baru
4. Basuhlah jantung katak dengan larutan ringer 23℃ untuk membersihkan jantung katak dari
calcium ions, tunggu sampai detak jantung kembali normal
5. Selanjutnya, teteskan sodium ions dengan dropper botol untuk melepaskan ion-ion sodium
ke jantung katak. Amati perubahan yang terjadi pada detak jantung
6. Setelah menunggu kurang lebih 20 detik, klik record data
7. Basuhlah jantung katak dengan larutan ringer 23℃ untuk membersihkannya dari ion sodium
8. Setelah detak jantung kembali normal, teteskan dropper ion potassium ke jantung katak dan
amati perubahan yang terjadi
9. Terakhir, tunggulah selama kurang lebih 20 detik, lalu catatlah datanya
Table 3 Hasil Pengamatan Activity 5
Gambar 1. 6 Hasil Pratikum Activity 5
BAB V
PEMBAHASAN HASIL PRAKTIKUM
Activity 1
Jantung katak berbeda dengan jantung manusia. Jantung katak maupun mamaliamempunyai
centrum automasi sendiri artinya tetap berdenyut meskipun telah diputuskan hubungannya dengan
susunan syaraf atau di keluarkan dari tubuh. Secara anatomis jantung katakter bagi menjadi tiga
ruang yaitu sinus venosus, dua atrium dan satu ventrikel. Sinus venosus adalah ruang disekitar
jantung. Sistem sirkulasi pada katak adalah system peredaran darah tertutup dan system peredaran
darah ganda.
Darah mengalir melalui sinus venosus kemudian darah mengalir ke atrium dan mengisi
ruang ventrikel sebelum darah dipompa kembali olehotot-otot di ventrikel keseluruh tubuh.Darah
vena dari seluruh tubuh mengalir masuk kesinus venosus dan kemudian mengalir menujuke
atrium. Dari atrium darah mengalir keventrikel yang kemudian dipompa keluar melalui arteri
pulmonalis untuk di bawa keparu – paru dan mengalami proses pertukanaran udaradi alveolus paru
– paru dan siklus akan berjalan terus dan berkelanjutan. Dari aliran ini, maka dapat terlihat jelas
bahwa bagian – bagian jantung berkontraksi bergantian. Di sini siklus jantung akan terjadi 2
urutan peristiwa yang akan terjadi selama satu denyut lengkap. 2 peristiwa itu terdiri atas systole
dan diastole. Bentuk kontraksi otot jantung di sebut systole, yang mana bagian ventrikel akan
memompa darah keparu – paru danventrikel kiri ke aorta. Keadaan saat kontraksi otot jantung atau
systole di tandai oleh warnapucat. Sedangkan bentuk relaksasi otot jantung di sebut diastole, yang
mana darah dari sirkulasi sistemik dibawa kembalike atrium kanan, dan dari paru – paruke atrium
kiri. Keadaan saat relaksasi otot jantung di tandai dengan warna jantung merah kecoklatan
Authorythmicity merupakan kemampuan khusus untuk depolarisasi spontan dan dengan kecepatan
jantung.

Activity 2
Peran sistem saraf simpatis terhadap aktivitas jantung adalah meningkatkan denyut jantung,
sedangkan saraf parasimpatis adalah menurunkan denyut jantung. Pada aktivitas 2 ini kita diminta
untuk memeriksa efek stimulasi saraf vagus. Saraf Vagus termasuk dalam sistem saraf
parasimpatis, dimana cara kerja dari sistem saraf simpatis yaitu menurunkan denyut jantung. Ketika
jantung mengalami disritmia maka nervus vagus akan melalukan beberapa tindakan meliputi
penekanan pada
salah satu sisi sinus karotis, penekanan pada sinus periorbital, serta melakukan valsava maneuver.
Ketika terjadi overlap, vagus kanan inervasi terbesar pada jantung dan bersentuhan langsung
dengan SA node, sedangkan vagus kiri berpengaruh besar pada AV node.Sehingga rangsangan
elektrik pada vagus kanan akan menurunkan otomatisasi dari SA node (memperlambat kerja
jantung, bahkan terjadi henti jantung), sedangkan rangsangan pada vagus kiri akan menghasilkan
AV blok yang bervariasi. Efek yang ditimbulkan pada jantung yaitu jantung akan bekerja lebih
lambat. Respon yang melanjutkan detak jantung setelah stimulasi saraf vagus adalah vagal escape.
Vagal Escape merupakan kondisi dimana jantung berhenti sementara karena adanya stimulasi vagal
yang kuat kemudian berdenyut lagi secara ototmatis setelah adanya rangsangan berikutnya.

Activity 3

Secara anatomi, katak hanya mempunyai ventrikel tunggal yang berpilin dan 2 atrium
sedangkan otot jantung manusia memiliki 2 ventrikel dan 2 atrium. Pada aktivitas 3 ini, ketika
terjadi perubahan suhu maka terjadi perubahan detak jantung. Pada percobaan ini ketika larutan
ringer nya 23oC Ringers, heart rate/denyut jantung nya adalah 59. Ketika larutan ringer diubah
menjadi 3oC Ringers, heart rate/denyut jantung nya adalah 49. Ketika larutan ringer diubah menjadi
32oC Ringers, heart rate/ denyut jantungnya adalah 69. Maka semakin tinggi suhu maka jantung
akan bekerja lebih cepat. Begitu pula sebaliknya, ketika suhu menurun maka jantung akan
bekerja lebih lambat. Hyperthermia merupakan tubuh terlalu panas yang berbahaya, biasanya
sebagai respons terhadap cuaca lembap dan panas berkepanjangan. Hipertermia terjadi ketika
mekanisme pengaturan panas tubuh tidak bekerja secara efektif. Usia yang lebih tua, penyakit
tertentu, dan obat meningkatkan risiko berkembangnya hipertermia. Suhu tubuh 104 °F (40 °C)
atau lebih tinggi dapat membahayakan nyawa. Kebingungan, mual atau muntah, dan napas cepat
adalah sebagian gejalanya. Penderita hipertermia harus dipindahkan ke tempat yang lebih dingin
dan menghubungi gawat darurat. Hypothermia merupakan penurunan suhu tubuh secara drastis
yang berpotensi berbahaya. Penyebab yang paling umum adalah berada di lingkungan bersuhu
dingin dalam waktu yang lama. Hipotermia juga dapat disebabkan oleh hal-hal di luar penyakit.
Homeothermic merupakan hewan berdarah panas. Pada hewan homoiterm suhunya lebih stabil, hal
ini dikarenakan adanya reseptor dalam otaknya sehingga dapat mengatur suhu tubuh. Hewan
homoiterm dapat melakukan aktivitas pada suhu lingkungan yang berbeda akibat dari kemampuan
mengatur suhu tubuh. Poikilothermic
merupakan hewan berdarah dingin. Hewan yang suhu tubuhnya kirakira sama dengan suhu
lingkungan sekitarnya. Poikiloterm suhu tubuhnya dipengaruhi oleh lingkungan. Suhu tubuh bagian
dalam lebih tinggi dibandingkan dengan suhu tubuh luar.

Activity 4

Pada pengamatan tentang faktor fisik dan zat kimia terhadap denyut jantung, di temukan
hasil yang berbeda mengenai denyut jantung permenit. Pada percobaan pertama ketika jantung
ditetesi cairan ringer (suhukamar) fekuensi denyut jantung di peroleh 66 denyut permenit. Larutan
ringer berfungsi untuk mempercepatdenyut jantung. Hal ini disebabkan karena larutan ringer laktat
bersifat hipertonis, sehingga konsentrasi cairan di dalam sel-sel otot jantung meningkat yang
menyebabkan otot jantung akan lebih cepat berkontraksi dari frekuensi denyutj antung normal.

Pada perlakuan kedua, jantung katak di tetesi dengan larutan ringer dingin dengan suhu5 0C,
mengalami perlambatan denyut jantung, hal ini menunjukan bahwa jantung bersifat termolabil
dimana Jantung dapa tberubah denyutnya karena pengaruh suhu lingkungan. Sebagai contoh kita
berpindah dari daerah suhu panas ke daerah bersuhu dingin, maka denyut jantung menurun.
Pada perlakuan ketiga jantung katak di beri ringer dalam suhu normal, selanjutnya pada percobaan
keempat katak di beri ringer dengan suhu 400C. Pemberian ringer suhu normal dan pemberian
ringer suhu 400C dapat meningkatkan kembali denyut jantung yang sebelumnya mengalami
perlambatan akibat perlakuan kedua. Namun dari praktikum ini di dapatkan hasilyang menunjukan
penurunan denyut jantung.
Pada perlakuan kelima diberikan ringer suhu normal kembali dan denyut jantung meningkat.
Pada perlakuan keenam jantung diberikan larutan aseltakolin. Pemberian aseltakolin akan akan
membuat penurunan pada denyut jantung. Namun, pada percobaan yang dilakukan pemberian
aseltakolin, jantung menjadi sama sekali tidak berdenyut. larutan asetil kolin berperan sebagai
neuro transmitter yang dilepaskan oleh saraf – saraf parasimpatis dan juga saraf – saraf
preganglionik. Penurunan yang terjadi karena asetil kolin meningkatkan permeabilitas
membranesel terhadap ion K sehingg amenyebabkan hiper polarisasi, yaitu meningkatnya
permeabilitas negativitas dalam selotot jantung yang membuat jaringan kurang peka terhadap
rangsang. Di dalam AV node, hiperpolarisasi menyebabkan penghambatan junctional yang
berukuran kecil untuk merangsang AV node sehingga terjadi perlambatan kontraksi impuls yang
akhirnya menyebabkan terjadinya penurunan kontraksi. Asetikolin berfungsi sebagai
neurotransmitter. Asetilkolin adalah satu dari berbagai neurotransmitter pada system saraf
otomatis, dan satu- satunya neuron transmitter pada system saraf sadar.
Pada perlakuan tujuh sampai sembilan jantung sudah tidak menunjukan respon apapun.
padahal pada percobaan kedelapan, jantung katak di tetesi dengan larutan Adrenalin yang
seharusnya akan mengalami kenaikan denyut jantung. Karena, adrenalin dapat meningkatkan
permeabilitas membran terhadap Na dan Ca. Di dalam SA node, peningkatan permeabilitas
membrane terhadap Na menyebabkan penurunan potensial membrane sampai nilai ambang.
Sementara di dalam AV node peningkatan permeabilitas membrane terhadap Na akan
mempermudah sabut otot jantung untuk mengkonduks iimplus sabut otot berikutnya sehingga
mengurangi waktupeng konduksi animplus dari atrium ke ventrikel. Sedangkan peningkatan
permeabilitas terhadap Ca akan meningkatkan kontraksi otot semakin cepat.
Semua kesalahan hasil di atas dikarenakan kesalahan dalam memahami prosedur. jantung katak
seharusnya di pisahkan dengan tubuhnya. Namun pada saat melakukan percobaan jantung katak
tidak di pisahkan dengan organ tubuh. sehingga pada saat di beri larutan aseltakolin sel-sel yang
terdapat di sekitar jantung mati dan menyebabkan jantung tidak dapat berfungsi.
Activity 5

Pada pengamatan pengaruh ion terhadap aktivitas jantung. Pertama jantung katak dicelupkan
kedalam larutan ringer untuk menetralkan denyut jantungsang katak. Lalu jantung katak tersebut
dicelupkan ke dalam larutan Dan kemudian diberikan larutan CaCl2denyut jantung menjadi
lemah, selanjutnya ketika jantung dicelupkan ke dalam larutan NaCl 0,7%, detak jantung
bertambahcepat. Hal ini mungkin disebabkan perbedaan jumlah kandungan ion
sodium ekstraseluler dengan intraseluler sehingga membuat perbedaan potensial yang
besardan membuat kerja jantung meningkat.
Larutan NaCl berfungsi untuk memacu jantung untuk melakukan potensial aksi.
selanjutnya diberikan KCL 0,7% danjantung katak melemah atau detak jantungnya
melambat dari sebelumnya. Inidisebabkan dengan bertambahnya ion K+ pada jantung
menyebabkan terjadinya repolarisasi pada membrane Paralisis atrium dan pemanjangan
komplek QRS terjadijika kadar K+ bertambah. Setelah saluran K+ terbuka, miokardium
terjadi infark. Dengan begitu, serat otot jantung akan melemah dan tidak peka rangsang
yang mengakibatkan menurunnya detak jantung. Terjadinya eksitasi pada otot jantung
berhubungan dengan pergerakan kalsium ekstrasel melalui membrane sel ke dalamsel miosit
melalui saluran kalsium L-type dan pertukaran Na/Ca.Lalu ditambahkan larutan KCl dan
denyut jantungnya semakin melemah, bahkanyang berdetak hanya bagian atriumnya saja
dan hanya bagian atrium yang berdetak. Karena saat diberikan larutan KCl dan CaCl2,
jantung sedang mengalami potensiistirahat.
Larutan Ringer merupakan salah satu larutan laboratorium dari garam dalamair yang
digunakan untuk memperpanjang waktu kelangsungan hidup jaringan yangdipotong.
Larutan ini akan menetralkan atau mengembalikan denyut jantung kedenyut awal.
Larutannya mengandung natrium klorida, kalium klorida, kalsium klorida, dan sodium
bikarbonat dengan konsentrasi tertentu di mana mereka terdapat dalam cairan tubuh. Jika
natrium laktat digunakan sebagai pengganti natrium bikarbonat, campuran ini disebut solusi
laktat Ringer. Pada cara kerja pengaruh garam anorganik terhadap denyut jantung ini larutan
NaCl berfungsi sebagai penetralisir. Hal ini karena semua larutan garam sementara
menghapuskan aktivitas ritmis jantung.

31
BAB VI
KESIMPULAN

Kesimpulan yang dapat diperoleh dari percobaan praktikum anfisman dengan materi
kontraksi otot jantung adalah sebagai berikut.
1. Otot jantung peka terhadap perubahan – perubahan metabolik, kimia, dan suhu.
2. Bila suhu dilingkungan rendah, maka terjadi penurunan ataupun perlambatan pada
detak jantung yang diakibatkan karena terjadi pembekuan atau sejenis hiportermia.
3. Bila suhu dilingkungan tinggi, tubuh mengalami peningkatan detak jantung.
4. Larutan epinephrine dan atropine memberikan efek simpatik pada detak jantung.
5. Larutan pilocarpine dan digitalis memberikan efek parasimpatik pada detak jantung.
6. Apabila rangsangan stimulus yang diberikan pada jantung semakin meningkat, maka
akan memacu terjadinya kontraksi otot jantung lebih cepat.
DAFTAR PUSTAKA

Agustina, Erlinda. 2018. Obat-obat Okular yang Mempengaruhi Sistem Saraf


Otonom pada Mata. Bandung: Jurnal UNPAD.
Syaifuddin. 2012. Anatomi Fisiologi untuk Keperawatan dan Kebidanan. Jakarta:
Penerbit Buku kedokteran EFC.
Tortora, G. & Derrickson, B. H. 2009. Principle of Anatomy and Physiology. New
York: John Willey & Son.
Irawati, Lili. 2015. Aktifitas Listrik pada Otot Jantung. Jurnal Kesehatan Andalas.
Elaine N. Marieb. Katja Hoehn. 2016. Human Anatomy & Physiology, Edisi 10

Anda mungkin juga menyukai