Anda di halaman 1dari 22

Kelompok 3 : Biolisrik Jantung Page 1

Tugas kelompok 3
Mata kuliah : Prinsip Sains Dalam Keperawatan


MAKALAH

BIOLISTRIK JANTUNG
















OLEH

KELOMPOK I :
1. KISMAN NIM. C121 13 730
2. JULIANTY MAMANGKEY NIM. C121 13 722
3. ZULHIKMAH S.Hi ARSAN NIM. C121 13 723
4. ROSDIANI NIM. C121 13 731
5. ARWINA NIM. C121 13 724
6. VERGINA AHMAD NIM. C121 13 725
7. LENNI MARLINI NIM. C121 13 726
8. FITRI DIA MUSPHITA NIM. C121 13 727
9. EVANI SAMPE ALLA NIM. C121 13 728
10. DAHLIA TUANANY NIM. C121 13 729

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR 2013



Kelompok 3 : Biolisrik Jantung Page 2

KATA PENGANTAR


Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan
rahmat, karunia, serta taufik dan hidayah-Nya lah kami dapat menyelesaikan
makalah yang berjudul Biolistrik Jantung sebatas pengetahuan dan kemampuan
yang dimiliki. Dan juga kami berterima kasih Dosen mata kuliah Prinsip Sains dalam
Keperawatan yang telah memberikan tugas ini kepada kami.
Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah
wawasan serta pengetahuan kita mengenai Biolistrik Jantung . Kami juga menyadari
sepenuhnya bahwa di dalam tugas ini terdapat kekurangan-kekurangan dan jauh
dari apa yang kami harapkan. Untuk itu, kami berharap adanya kritik, saran dan
usulan demi perbaikan di masa yang akan datang, mengingat tidak ada sesuatu
yang sempurna tanpa sarana yang membangun.
Semoga makalah sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang
membacanya. Sekiranya laporan yang telah disusun ini dapat berguna bagi kami
sendiri maupun orang yang membacanya. Sebelumnya kami mohon maaf apabila
terdapat kesalahan kata-kata yang kurang berkenan dan kami memohon kritik dan
saran yang membangun demi perbaikan di masa depan.


Makassar, Oktober 2013



Penyusun








Kelompok 3 : Biolisrik Jantung Page 3

DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL
KATA PENGANTAR ....................................................................................... i
DAFTAR ISI .................................................................................................... ii
I. PENDAHULUAN .............................................................................. 1
A. Latar Belakang ............................................................................ 1
B. Rumusan masalah...........................................................................2
C. Tujuan Penulisan.............................................................................2
II. PEMBAHASAN ............................................................................... 3
A. Biolistrik Jantung .......................................................................... 3
B. Elektrocardiogram ........................................................................ 7
C. Pembentukan Gelombang Listrik Jantung .................................. 11
III. PENUTUP.............................................................................................17
A. Kesimpulan ................................................................................ 17
B. Saran ......................................................................................... 18
DAFTAR PUSTAKA





Kelompok 3 : Biolisrik Jantung Page 4

BAB I
PENDAHULUAN


A. Latar Belakang
Sistem Kardiovaskuler terdiri dari jantung, vaskuler (Arteri, Vena, kapiler) dan
limfatik. Fungsi utama sistem kardiovaskuler adalah menghantarkan darah yang
kaya oksigen ke seluruh tubuh ( jaringan, ke sirkulasi paru untuk di oksigenasi)
namun dalam maklah ini kami hanya akan membahas tentang jantung,
khususnya sitem bioelektrik jantung dan elektrokardiografi (TIM, 2009).
Jantung merupakan organ utama sistem kardiovaskuler, berotot dan
berongga, terletak di rongga thoraks bagian mediastinum, diantara dua paru-
paru. Bentuk jantung seperti kerucut tumpul, pada bagian bawah disebut Apeks,
letaknya lebih ke kiri dari medial, bagian tepinya pada ruang interkostal V kiri
atau kira-kira 9 cm dari krii inea medioklavikularis, sedangkan bagian atasnya
disebut basis terletak agak ke kanan tepatnya ada kosta ke III, 1 cm dari tepi
lateral sternum (TIM, 2009)
Jantung terdiri dari empat ruangan yaitu atrium kiri dan kanan, ventriel kiri dan
kanan. Atrium mempunyai dinding tipis yang berfunsi menerima darah. Atrium
kanan menerima darah dengan kadar oksigen rendah dari vena kava superior
dan inverior dan meneruskannya ke ventrikel kanan melalui katup trikuspid,
selanjutnya ke arteri pulmunal. Darah kaya oksigen akan dialirkan ke atrium kiri
melalui vena pulmonal dan selanjutnya ke ventrikel kiri melalui katup mitral, serta
di pompa ke seluruh tubuh melalui aorta (Surya dharma, 2012)
Jantung merupakan sebuah organ unik yang mampu memproduksi muatan
listrik, hal ini di buktikan oleh Von Koliker (1855) melalu preparat yang di kenal
sebagairheoscopic frog, yaitu bila saraf dari otot gastroknenius kodok di
terlentangkan pada permukaaan jantung yang sedang berdenyut, maka otot
tersebut ini akan ikut berkintraksi sesuai dengan irama denyut jantung.
Berhubung tubuh merupakan sebuah konduktor yang baik, maka impuls yang
dibentuk oleh jantung dapat berjalar keseluruh tubuh. Sehingga potensial arus
bioelektrik yang dipancarkan oleh jantung dapat dicatat dengan sebuah galvano
meter melalui elektroda-elektroda yang diletakkna pada berbagai posisi
dipermukaan tubuh. Pada 1903, Willem Einthoven (seorang ahli ilmu faal
Kelompok 3 : Biolisrik Jantung Page 5

belanda yang lahir pada tahun 1860 di kota semarang, indonesia), berhasil
menciptakan mesin pencatat arus bioelektrik jantung. Grafik yang tercatat melalui
rekaman ini disebut elektrokardiogram (EKG). Ilmu yang mempelajari EKG
disebut Elektrokardiogarfi (Ptere kabo, 2012).
Listik, tepatnya listrik biologis bawaan adalah yang membuat jantung
berdenyut. EKG tidak lebih dari sekedar rekaman aktifitas listrik jantung, dan
melalui penyimpangan-penyimpangan pada pola listrik normal inilah kita mampu
menegakkan diagnosis berbagai macam penyakit jantung (Thaler, 2009)

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana sistem biolistrik jantung pada tubuh manusia?
2. Bagaimana proses kerja Elektrokardiogram?
3. Bagaimana proses pembentukkan gelombang listrik jantung pada pengukuran
EKG?

C. Tujuan Penulisan
1. Tujuan umum
Mengetahui sistem bioelektrik jantung dan sistem kerja elektrokardiogram
2. Tujuan Khusus
a) Mengetahui sistem biolistrik jantung pada tubuh manusia
b) Mengetahuai proses kerja Elektrokardiogram
c) Mengetahui proses pembentukkan gelombang listrik jantung pada
pengukuran EKG













Kelompok 3 : Biolisrik Jantung Page 6

BAB II
PEMBAHASAN


A. Biolistrik Jantung
Dari sudut pandang alat elektrokardiografi jantung tersusundari tiga tipe sel :
1. Sel pacu jantung, sumber tenaga listrik yang normal pada jantung
Sel pacu jantung merupakan sel-sel kecil dengan panjang kurang lebih
5-10 m. Sel ini mampu terus menerus berdepolarisasi secara spontan
dalam frekuansi tertentu frekuansi depaolarisasi di tentukan oleh sifat-sifa
listrik bawaan sel dan pengaruh neuro hormon dari luar. Setiap depolarisasi
spontan berperan sebagai sumber satu gelombang depolarisasi yang
mengawali satu siklus utuh kontraksi dan relaksasi jantung (Thaler, 2009).
Jika kita merekan satu siklus listrik depolarisassi da repolarisasi dari
sebuah sel, kita akan mendapatkan gambar listrik yang disebut potensial
aksi.pada setiap depolarisasi spontan, terbentuk sebuah potensial aksi baru
yang selanjutnya merangsang sel-sel tetangganya untuk berdepolarisasi dan
menghasilkan potensial aksinya sendiri, dan seterusnya sampai seluruh
jantung terdepolarisasi (Thaler, 2009).
2. Sel penghantar listrik, atau kabel jantung
Sel penghantar listrik merupakan sel yang tipis dan panjang. Seperti
kabel sirkuit listrik, sel-sel ini menghantarkan arus listrik dengan cepat dan
efisien ke daerah-daerah jantung yang jauh. Sel penghantar listrik di ventrikel
bergabung membentuk jalur listrik yang berbeda. Anatomi jalur konduksi
didalam atrium lebih bervariasi; salah satunya yang terkenal adalah serabur-
serabut di puncak septum intra-atrium disuatu daerah yang diberkas bachman
yang memungkinkan aktifasi cepat atrum kiri dari atrium kanan(Thaler, 2009).
3. Sel miokardium, mesin kontaktil jantung
Sel miokardium menyusun sebagian besar bagian jantung. Miokardium
bertanggung jawab atas kerja berat kontraksi dan relaksasi berulang-ulang,
sehingga menghasilkan darah keseluruh tubuh. Panjang sel ini sekitar 50-10
m dan mengandung banyak sekali kontaktil aktin dan miosin. Bila
gelomabnag depolarisasi mencapai sel miokardium, kalsium dilepaskan
kedalam sel menyebabkan sel berkontraksi. Proses tempat kalsium berperan
Kelompok 3 : Biolisrik Jantung Page 7

sebagai perantara utama ini disebut kopling eksitasi-kontraksi. Sel
miokardium dapat menghantar arus listrik sama seperti sel penghantar listrik
tetapi jauh kurang efisien. Dengan demikian, saat mencapai sel miokardium,
gelombang depolarisasi akan menyebar secara lambat ke seluruh
miokardium (Thaler, 2009).

Jantung berdenyut 70 kali per menit saat istirahat, 100.000 denyut
sehari atau
1,825 x 10
9
denyut sepanjang hidup 50 tahun. Jantung berdenyut terus menerus
karena adanya sifat listrik jantung. Potensial aksi otot jantung serupa dengan
neuron, akan tetapi terjadi lebih lama. Kontraksi jantung dimulai dari dalam
jantung pada nodus sinoatrial (nodus SA). Nodus SA akan menetapkan
kecepatan denyut jantung sehingga disebut juga pemacu denyut jantung (pace
maker). Tidak seperti otot rangka, otot jantung tidak membutuhkan stimulasi
sistem saraf untuk berkontraksi. Stimulasi setiap otot jantung berasal darijantung
itu sendiri dan merupakan stimulasi intrinsik dengan ritme yang khas yaitu ritme
sinus. Karena itu di luar tubuh jantung akan tetap berdenyut hingga satu jam atau
lebih tanpa adanya stimulus dari luar.
Segera setelah meninggalkan nodus SA, impuls listrik akan mencapai
nodus atrioventrikular ( nodus AV). Nodus AV akan memperlambat konduksi
impuls agar kedua atrium dapat menyelesaikan kontraksi sebelum ventrikel mulai
berkontraksi. Dari nodus AV, impuls akan diteruskan lebih cepat melalui berkas
his yang akan terbagi menjadi cabang ke tiap ventrikel. Begitu berkas his
mencapai apeks setiap ventrikel maka sistem konduksi terbagi-bagi menjadi
serabut otot jantung kecil terspesialisasi yang disebut serabut purkinje.
Pengaturan ini memungkinkan impuls berjalan melalui jalur yang pasti ke semua
area jantung.







Kelompok 3 : Biolisrik Jantung Page 8











Komponen sistem konduksi bioelektrik jantung yang memiliki sifat unik terdiri
dari :
1. Nodus Sinoatrial (Nodus SA)
Simpul SA yang mulai dikenal sejak tahun 1907 melalui publikasi
Arthur keith dan martin Flack merupakan sekumpulan sel sel khusu yang
berlokasi di atrium kanan, dekat muara vena kava superior ( Henry, 2012).
Nodus SA terletak di atrium kanan di dekat muara vena kava superior.
Pada keadaan normal nodus ini mampu menghasilkan implus listrik sebesar
60-100 X/menit. Sesuai sifatnya sebagai sel pacemaker, nodus SA mampu
menghasilkan implus dengan sendirinya. Sel ini dipengaruhi oleh sistem saraf
simpatis dan parasimpatis. Rangsangan sistem saraf simpatis seperti emosi
atau pada saat beraktifitas akan mempengaruhi nodus SA untuk
menghasilkan implus lebih cepat dari normal. Begitu juga sebaliknya, bila
terdapat rangsangan parasimpatis seperti manuver vega yang dilakukan
dengan cara masase arteri karotis, penekanan pada bola mata, mengedan,
atau batuk akan mempengaruhi nodus SA untuk menghasilkan implus lebih
lambat dari normal. Secara anatomis, nodus SA memiliki panjang 10-12 mm,
lebar 3-5 mm dan tebal 1 mm (Krisna Sundana, 2008).

2. Nodus Atioventrikuler (Nodus AV)
Sunao tawara seorang dokter jepang yang belajar anatomi ke jerman
tahun 1903, merupakan tokoh yang berhasil mengidentifikasi simpul AV
meskipun beberapa ahli telah mengenali perilakunya sejak tahun 1800an.
Kelompok 3 : Biolisrik Jantung Page 9

Setelah 3 tahun mengadakan penelitian intensif, tawara mempublikasikan
adanya simpul AV tahun 1906. Temuan ini merupakan salah satu temuan
yang sangat penting dalam fisiologi jantung (Hanry, 2012).
Nodus AV terletak didalam septum atrium atau dekat dengan atrium
kanan dan kiri, letaknya diatas katup trikuspidal didekat muara sinus
koronarius dan dalam keadaan normal mampu menghasilkan implus 40-60
X/menit. Perjalanan implus dari nodus SA menuju Nodus AV memerlukan
waktu 0,08-0,12 detik, dengan maksud untuk memberikan kesempatan
pengisian ventrikel selama terjadi kontraksi dua atrium. Secara anatomis,
nodus AV memiliki panjang 7 mm, lebar 3 mm dan tebal 1 mm (Krisna
Sundana, 2008)

3. Berkas HIS
Tahun 1893, Wilhelm his mendeskripsikan sebuah berkas otot yang
terdapat di antara aurikula dan septum ventrikel. Berkas ini kemudian dikenal
sebagai berkas HIS. Telah lama diketahui bahwa antar atrium dan ventrikel
terdapat jaringan elastik kuat yang tidak dapat meneruskan aliran listrik.
Jaringan ini dikenal dengan cardiac skeleton. Dengan demikian isolasi listrik
antara kedua atrium dan ventrikel (Henry, 2012).
Berkas HIS memiliki fungsi sebagai penghantar implus listrik dari
nodus AV. Secara anatomis, berkas HIS memiliki panjang sekitar 10 mm,
dengan diameter 2 mm. Berkas HIS terbagi menjadi cabang berkas HIS kiri
(Left Bundle branches, atau LBB) dan berkas kanan ( Right bundle branches
atau RBB) (Krisna Sundana, 2008).

4. Serabut Bachman
Serabut Bachman merupakan jalur yang menghubungkan impuls listrik
dari atrium kanan dengan atrium kiri (Krisna Sundana, 2008).

5. Serabut Purkintje
Serat ini merupakan ujung sistem konduksi listrik jantung sebelum
akhirnya berinteraksi dengan miosit untuk kontraksi. Cabang-cabangnya
sangat bnyak, terdapat di permukaan dalam dinding jantung. Serat purkintje
ini sangat unik, merupakan perpanjngan sistem sraf simpatis di jantung.
Kelompok 3 : Biolisrik Jantung Page 10

Pertama kali diidentifikasi tahun 1839 oleh jan Evangelista purkyne ( Henry,
2012).
Serabut purkintje terletak didalam endokardium dan merupakan akhir
dari perjalanan implus listrik untuk disampaikan ke endokardium agar terjdai
depolarisasi dikedua ventrikel. Serabut purkintje secara normal mampu
menghasilkan 20-40 X/menit (Krisna Sundana, 2008).

B. Elektrokardiogram
Alat ini merekam aktifitas listrik sel di atrium dan ventrikel serta membentuk
gelombang dan kompleks yang spesifik. Aktifitas listrik tersebut didapat dengan
menggunakan elektroda di kulit yang dihubungkan dengan kabel ke mesin EKG
jadi EKG merupakan volt meter yang merekam aktifitas listrik akibat depolarisasi
sel otot jantung (Surya Dharma, 2012).

1. Kertas EKG
Kertas EKG adalah kertas grafik terdiri dari kotak-kotak kecil dan besar
yang diukur dalam mm. Garis horizontal merupakan waktu (satu kotak kecil =
1 mm = 0.04 detik) dan garis vertikal merupakan voltase/amplitudo (1 kotak
kecil = 1 mm = 0,1 mili volt). Ada rekaman EKG standar dibuat dengan
kecepatan 25 mm/detik, kalibrasi biasa dilakuakn dengan 1 mili volt yang
menghasilkan defleksi setinggi 10 mm. Kalibrasi dapat diperbesar dan
diperkecil sesuai kebutuhan dan harus diatur sebelum merekam EKG (Surya
Dharma, 2012)










Kelompok 3 : Biolisrik Jantung Page 11


2. Leads
Harus diingat bahwa sadapan EKG adalah untuk menghasilkan sudut
pandang yang jelas terhadap jantung. Sadapan ini diibaratkan banyaknya
mata yang mengamati jantung dari berbagai arah (Krisna Sundana, 2008).
Sadapan EKG atau leads EKG dibagi menjadi (Peter Kabo, 2012) :
a) Bipolar
Pada tahun 1903,Willem Einthoven berasumsi bahwa :
1) Sumber bioelektrik jantung (setiap sel membran yang berpolarisasi)
ekuivalen dengan sebuah single current dipole. Arus listrik ini
merambat dengan arah dari daerah depolarisasi ke daerah polarisasi,
sehingga membentuk sebuah vektor yang dapat diukur perbedaan
potensialnya.
2) Tiga eksremitas membentukpuncak-puncak sebuah segitiga sama sisi,
dimana sumber bioelktrik jantung terletak ditengah-tengah.
3) Semua jaringan dan cairan tubuh dianggap dapat menyalurkan
potensial elektrik dengan sama baiknya.
Dengan asumsi ini, Einthoven menggunakan tiga pasang elektroda
bipolar (Positif dan negatif) yang diletakkan pada pergelangan tangan dan
kaki (limb), sehingga terbentuknya tiga sadapan eksremitas bipolar
(bipolar limb leads) untuk mencatat perbedaan potensial arus bioelektrik
jantung (Peter Kabo, 2012).
Orientasi polaritas dari sumbu-sumbu sadapan eksremitas bipolar
adalah sebagai berikut (Peter Kabo, 2012) :
1) Sadapan I (Lead I)
Berasal dari elektroda lengan kanan (Right Arm = RA, Negatif)
ke lektroda lengan kiri (Left Arm=LA, Positif). Sumbu sadapan I adalah
pada posisi horizontal.
2) Sadapan II (Lead II)
Berasal dari elektroda lengan kanan (RA, negatif) ke elktroda
tungkai kiri (Left Leg, positif) sumbu sadapan II adalah pada posisi
Kelompok 3 : Biolisrik Jantung Page 12

kanan atas ke kirini digabungkan, maka terbentuk sebuah segitiga
sama sisii bawah.
3) Sadapan III
Berasal dari elektroda lengan kiri (LA, negatif) ke elektroda
tungkai kiri (LL, Positif) sumbu sadapan III adalah pada posisi kiri atas
ke kanan bawah.
Dengan demikian apabila sumbu-sumbu ketiga sadapan I,II dan III
ini digabungkan, maka terbentuk sebuah segitiga sama sisi (triangle of
Einthoven) dengan jantung terletak ditengah-tengah (Peter Kabo, 2012).
Ketiga sadapan eksremitas bipolar dari Einthoven ini disebut juga
satndard Limb Lead (Peter Kabo, 2012).
Hubungan dari ketiga sadapan eksremitas bipolar dari einthoven
secara matematis dapat dituliskan menjadi satu persamaan yaitu (Peter
Kabo, 2012) :
Sadapan I = LA RA
Sadapan II = LL RA
Sadapan III = LL - LA












b) Unipolar
Pada 1932, Frank Wilson menciptakan sadpan eksremitas unipolar
dengan meletakkan tiga elektroda positif mengikuti tiga tempat elektroda
sadapan eksremitas bipolar dari Einthoven, yaitu ditempatkan dilengan
kiri, lengan kanan, dan tungkai kiri. Kemudian untuk setiap elektroda
Kelompok 3 : Biolisrik Jantung Page 13

positif, pasangan elektroda negatifnya dibuat dari sambungan antara
k
e
d
u
a

e
l
e
k
troda positif yang lain. Setelah itu elektroda-elekroda negatif ini
digabungkan menjadi satu agar kekuatan mereka masing-masing saling
meniadakan (Peter Kabo, 2012).
Sadapan Eksremitas unipolar adalah rekaman beda potensial antara
lengan kanan, lengan kiri atau tungkai kiri terhadap indiverent yang
berpotensial 0, jadi sebenarnya adalah rekaman potensial dari bagian-
bagian tubuh tersebut (Soetopo Widjaja, 2009).
Sadapan aVR = Sadapan unipolar lengan kanan yang diperkuat
Sadapan aVL = Sadapan unipolar lengan kiri yang diperkuat
Sadapan aVF = sadapan unipolar tungkai kiri yang diperkuat
Sadapan eksremitas unipolar mengukur voltase (V) arus depolarisasi
jantung, maka yang dari sentral terminal ke lengan kiri (left =L) dinamakan
sadapan VL, yang ke lengan kanan (right = R) dinamakan sadapan VR
dan yang ketungkai (foot=f) kiri dinamakan sadapan VF (Soetopo Widjaja,
2009).

c) Chest leads
Chest Lead merekam besar p[otensial listrik dengan elektrode
eksplorasi diletakkan pada dinding dada. Elektrode indifferent (potensial 0)
diperoleh dari penggambungan ketiga elektrode eksremitas. Sadapan ini
memandang jantung secara horizontal (jantung bagian anterior, septal,
lateral, posterior dan ventrikel sebelah kanan (Krisna Sundana, 2008).
Enam tempat yang umum dipakai untuk Chet leads (Widjaja, 2009)
Kelompok 3 : Biolisrik Jantung Page 14

Leads V1 : Sela iga ke empat garis sternal kanan
Leads V2 : Sela iga IV garis sternal kiri
Leads V3 : Anatara V2 dan V4
Leads V4 : Sela iga V garis midklavikula kiri
Leads V5 : Setinggi V4 garis aksilaris anterior kiri
Leads V6 : Setinggi V4 garis aksilaris media kiri
Dengan letak yang sedemikian rupa, sumbu V1 sampai V6 adalah
garis yang menghubungkan setiap elektroda positif ke sentrak terminal
atau pusat jantung. Maka sadapan V1 dan V2 akan merekam aktifitas
bielektrik ventrikel kanan dan septum interventrikular. Sadapan V3 dan V4
akan merekam aktifitas bioelektik dinding anterior jantung, sehingga
disebut sadapan anterior, sedangngkan sadapan V5 dan V6 akan
merekan aktifitas bioelektrik dinding lateral jantung sehingga disebut
sadapan lateral (Peter Kabo, 2012).
Tabel 2.1Pembagian jantung beserta Leads

Sumber : Krisna Sundana, 2008

C. Pembentukan Gelombang Listrik Jantung Pada Pemeriksaan EKG
1. Waktu dan Voltase
Gelombang EKG terutama menggambarkan aktifitas listrik sel miokardium
yang menyusun sabagian besar jantung. Aktifitas pacu jantung dan
penghantaran oleh sistem konduksi biasanya tidak terlihat pada EKG;
Daerah Jantung Sadapan/Leads
Inverior
II, III dan aVF
Anterior
V3-V4
Septal (septum)
V1-V2
Lateral
I, aVL, V5 dan V6
Posteriot
V1-V4 resiprokal
Ventrikel kanan
V3R-V6R
Kelompok 3 : Biolisrik Jantung Page 15

peristiwa-peristiwa ini memang tidak menghasilkan voltase yang cukup kuat
untuk dapt direkam oleh elektroda pada permukaan tubuh (Thaler, 2009).
Gelombang yang dihasilkan oleh depolarisasi dan repolarisasi miokardium
dicatat pada kertas EKG dan, seperti gelombang-gelombang lainnya,
mempunya tiga ciri khas utama (Thaler, 2009) :
a. Durasi, yang diukur dalam fraksi detik
b. Amplitudo, yang diukur dalam milivolt (mV)
c. Konfigurasi, suatu kriteria yang lebih subjektif tentang bentuk dan tampilan
gelombang.
2. Gelombang, Segmen dan Interval
Apa yang kita lihat dan interpretasi dari sebuah EKG? Pada akhirnya kita
hanya akan melihat dan menilai 3 komponen, yaitu gelombang, segmen dan
interval. Masing-masing memiliki niali normal dan arti tersendiri (Henry, 2012).
Gelombang yaitu gelombang P, QRS,T dan U. Semuanya memiliki durasi,
amplitudo dan morfologi (Henry, 2012).












a. Gelombang P
Gelombang P merupakan gelombang awal hasil depolarisasi di kedua
atrium, normalnya kurang dari 0,12 detik dan tingginya (amplitudo) tidak
lebih dari 0,3 mV (Krisna Sundana, 2007)
Gelombang P secara normal selalu defleksi positif (cembung keatas) di
semua sadapan dan selalu defleksi negatif (cekung ke bawah) di sadapan
Kelompok 3 : Biolisrik Jantung Page 16

aVR. Akan tetapi, kadang-kadang ditemukan defleksi negatif disadapan VI
dan hal ini merupakan sesuatu yang normal (krisna Sundana,2007).
Kepentingan dari gelombang P pada hasil EKG yakni menandakan
adanya aktifitas Atria, menunjukkan arah aktivitas atria, serta
menunjukkan tanda-tanda hipertrofi atria (Widjaja, 2009).











b. Gelombang Q
Gelombang ini merupakan gelombang dfleksi negatif setelah
gelombang P. Secara normal, lebarnya tidak lebih dari 0,04 detik dan
dalamnya kurang dari 45% atau 1/3 tinggi gelombang R (Krisna Sundana,
2007).
Gelombang Q menggambarkan awal dari fase depolarisasi ventrikel.
Kepentingan dari gelombang Q pada pemeriksaan EKG adalah
menunjukkan adanya nekrosis miokard (Widjaja, 2009).

c. Gelombang R
Gelombang R merupakan gelombang defleksi positif (ke atas) setelah
gelombang P atau setelah Q. Gelombang ini umumnya selalu positif
disemua sadapan, kecuali aVR. Penmpakannya di sadapan V1 dan V2
kadang-kadang kecil atau tidak ada, tetapi hal ini masih normal (Krisna
Sundana, 2007).
Kepentingan dari gelombang R pada pemeriksaan EKG adalah
menandakan adanya hipertofi ventrikel (Widjaja, 2009).

Kelompok 3 : Biolisrik Jantung Page 17

d. Gelombang S
Gelombang ini merupakan defleksi negatif (ke bawah) setelah
gelombang R atau gelombang Q, secara normal gelombang S berangsur
angsur menghilang pad sadapan V1-V6. Gelombang ini sering terlihat di
sadapan V1 dan aVR dan ini normal (Krisna Sundana, 2007).
Kepentingan dari gelombang S pada pemeriksaan EKG adalah
menandakan adanya hipertofi ventrikel (Widjaja, 2009).
Gambar Gelombang PQR:









e. Gelombang T
Gelombang T merupakan gelombang hasil repolarisasi di kedua
ventrikel. Normalnya, positif (ke atas) dan inverted (terbalik) di aVR (Krisna
Sundana, 2007).
Kepentingan dari gelombang T pada pemeriksaan EKG adalah
manandakn adanya iskemik/infark, menandakan adanya kelainan elektrolit
(Widjaja, 2009).








Kelompok 3 : Biolisrik Jantung Page 18

f. Gelombang U
Gelombang U merupakan gelombang yang muncul setelah gelombang
T dan sebelum gelombang P berikutnya (Krisna Sundana, 2007).
Kepentingan dari gelombang U pada pemeriksaan EKG adalah
menandakan adanya hipokalemia, serta adanya iskemi dan hipertrofi
(Widjaja, 2009).

Segmen merupakan garis lurus (horizontal) diantara dua gelombang, kita
mengenal 3 segmen pada EKG, yaitu segmen PR, segmen ST, dan segmen
TP(Henry, 2012).
a. Segmen PR yang merupakan garis lurus diantar gelombang P dan
kompleks QRS.
b. Segmen ST yang merupakan garis lurus diantara kompleks QRS
(tepatnya setelah gelombang S) dan gelombang T
c. Segmen TP yang merupakan garis lurus diantara gelombang T dan P
Interval adalah jarak antara awal sebuah gelombang dengan awal atau
akhir gelombang berikut. Kita akan menilai 2 interval, yaitu interval PR dan
interval QT (Henry, 2012).

a. Interval PR
Jarak antara awal gelombang P dan awal qompleks QRS. Periode ini
mencerminkan konduksi potensial aksi melewati nodus AV, berkas HIS,
kedua berkas cabang dan serabut purkintje. Dari kepustakaan kita ketahui
bahwa nilai normalnya adalah 0,12-0,20 detik (3-5 kotak kecil). Kadang
kita akan menemukan interval yang sedikit lebih pendek atau lebih
panjang pada individu anpa keluhan atau kelainan jantung. (Henry, 2102).



Gambar : Interval PR :




Kelompok 3 : Biolisrik Jantung Page 19

b. Interval QT
Interval QT merupakan periode sistol elektrik ventrikel (ventrikular
electrical systol). Interval ini diukur dari wal kompleks QRS hingga akhir
gelombang T. Paling baik diukur di prekordial karena gelombang T
memang paling tampak jelas di lokasi ini. Laju denyut jantung
mempengaruhi interval QT. Karena itu interval QT perlu di koreksi
terhadap laju denyut jantung (Henry, 2012)





















Kelompok 3 : Biolisrik Jantung Page 20

BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Jantung merupakan organ utama sistem kardiovaskuler, berotot
dan berongga, terletak di rongga thoraks bagian mediastinum, diantara dua
paru-paru. Bentuk jantung seperti kerucut tumpul, pada bagian bawah disebut
Apeks, letaknya lebih ke kiri dari medial, bagian tepinya pada ruang
interkostal V kiri atau kira-kira 9 cm dari krii inea medioklavikularis, sedangkan
bagian atasnya disebut basis terletak agak ke kanan tepatnya ada kosta ke
III, 1 cm dari tepi lateral sternum (TIM, 2009)
Jantung berdenyut 70 kali per menit saat istirahat, 100.000
denyut sehari atau 1,825 x 10
9
denyut sepanjang hidup 50 tahun. Jantung
berdenyut terus menerus karena adanya sifat listrik jantung. Biolistrik jantung
di mulasi dari Nodus SA akan menetapkan kecepatan denyut jantung
sehingga disebut juga pemacu denyut jantung (pace maker). Segera setelah
meninggalkan nodus SA, impuls listrik akan mencapai nodus atrioventrikular (
nodus AV). Nodus AV akan memperlambat konduksi impuls agar kedua
atrium dapat menyelesaikan kontraksi sebelum ventrikel mulai berkontraksi.
Dari nodus AV, impuls akan diteruskan lebih cepat melalui berkas his yang
akan terbagi menjadi cabang ke tiap ventrikel. Begitu berkas his mencapai
apeks setiap ventrikel maka sistem konduksi terbagi-bagi menjadi serabut otot
jantung kecil terspesialisasi yang disebut serabut purkinje. Pengaturan ini
memungkinkan impuls berjalan melalui jalur yang pasti ke semua area
jantung. Alat yang di gunakan dalam biolisrik jantung di sebut
Elektrocardiograf (ECG).
Alat ini merekam aktifitas listrik sel di atrium dan ventrikel serta
membentuk gelombang dan kompleks yang spesifik. Aktifitas listrik tersebut
didapat dengan menggunakan elektroda di kulit yang dihubungkan dengan
kabel ke mesin EKG jadi EKG merupakan volt meter yang merekam aktifitas
listrik akibat depolarisasi sel otot jantung (Surya Dharma, 2012).



Kelompok 3 : Biolisrik Jantung Page 21

B. Saran
Mempelajari Biolistrik jantung sangat bermanfaat bagi kehidupan
sehari-hari, terutama untuk mengetahui Kelistrikan Jantung dan berbagai
patologis tentang jantung. Untuk itu, makalah Biolistrik jantung ini
sangatlah berguna bagi mahasiswa keperawatan khususnya dan para
pembaca umumnya, karena dapat mengingatkan kepada kita tentang
pentingnya menjaga kesehatan jantung dalam kehidupan sehari-hari.


























Kelompok 3 : Biolisrik Jantung Page 22

DAFTAR PUSTAKA

Dr. Hendry A.P Pakpahan,SpJp.,FIHA; Elektrokardiografi Ilustratif, EGC;
Jakarta : 2012
Dr. Soetopo Widjaya; Elektrokardiografi Praktis, Binapura Angkasa; Jakarta :
2009
Dr. Soerya Dharma,SpJp.,FIHA; Sistematika Interpretasi Elektrokardiografi,
EGC; Jakarta : 2012
Joyce James,Colin baker,Helen Swain; Prinsip-prinsip Sains Untuk
Keperawatan, Penerbit ERLANGGA; Jakarta : 2008
Krisna Sundana; Interpretasi Elektrokardiografi; EGC; Jakarta : 2008
Laurie Cree,Sandra Riscmiller; Sains Dalam Keperawatan Edisi 4, EGC;
Jakarta : 2006.
Prof. Dr. Rahmatina B. Herman,PHD.,AIF; Buku Ajar Fisiologi J antung, EGC;
Jakarta 2012
Prof. Dr. Peter Kabo,PHD.,MD; Obat-Obat Kardiovaskuler Secara Rasional,
Balai Penerbit : FK UI; Bogor : 2012
Theresa Ann Middleton Brosche; Buku Saku Elektrokardiografi, EGC; Jakarta
: 2010

Anda mungkin juga menyukai