Disusun Oleh :
KELOMPOK 6
NURFAISYA ()
NURMALASARI
FAKULTAS FATERSI
2019/2020
KATA PENGANTAR
Penyusun
i
DAFTAR ISI
Kata Pengantar ........................................................................................... i
ii
DAFTAR GAMBAR
iii
BAB 1
PENDAHULUAN
iv
(AED). BHD di menit-menit awal dapat meningkatkan angka bertahan
hidup sebanyak 4% dan pada pasien napas spontan sebesar 40%.
Defibrilator adalah suatu alat yang menghasilkan shock listrik
dalam jumlah yang terkontrol pada pasien untuk mengakhiri aritmia
jantung. Teknik pemberian shock listrik biasanya dikenal dengan
defibrilasi jika shock diberikan untuk menghentikan fibrilasi ventrikel.
Cardioversion merupakan istilah yang digunakan jika shock digunakan
untuk aritmia lain seperti fibrilasi atrium, fluter atrium, atau takikardia
ventrikel.
Penyakit kardiovaskular menyebabkan 12 juta kematian di seluruh
dunia setiap tahunnya dan merupakan penyebab kematian primer di
Amerika Serikat.Walaupun fibrilasi ventrikel jarang ditulis sebagai
penyebab kematian, namun fibrilasi ventrikel setiap tahun
bertanggung jawab terhadap lebih dari 400.000 sudden cardiac death
(SCD) di Amerika Serikat.
Tindakan defibrilasi segera sangat penting untuk penanganan
fibrilasi ventrikel maupun takikardi ventrikel tanpa denyut. Sampai
saat ini, early defibrillation masih merupakan terapi yang paling tepat
dan cepat untuk fibrilasi ventrikeldibandingkan dengan obat-obatan
yang memerlukan waktu lebih lama untuk bekerja.Shock yang
mengalirkan arus melalui jantung secara seragam dan serentak akan
mendepolarisasi sejumlah tertentu(critical mass)otot jantung. Tujuan
tindakan ini adalah untuk mempengaruhi semua kelainan listrik
jantung dan membiarkan sel pacemaker intrinsik jantung untuk
mengatur dan mengambil alih konduksi primeryang normal. Ritme
konduksi normal ini akan mengembalikan jumlah cardiac outputyang
mencukupi kebutuhan untuk metabolisme tubuh,Usaha defibrilasi
yang berhasil sangat tergantung pada jeda waktu antara onset fibrilasi
ventrikel dan prosedur defibrilasi dan resusitasi.Tingkat keberhasilan
tindakan defibrilasi menurun 5-10% untuk setiap menit penundaan
waktu dihitung dari onset fibrilasi ventrikel. Oleh karena hal tersebut,
v
pengetahuan tentang prosedur defibrilasi sangatlah penting untuk
mengembangkan keterampilandan pengetahuan dalam halresusitasi
penderita.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan defibrilasi?
2. Apa tujuan dari defibrilasi?
3. Apa saja indikasi dari defibrilasi?
4. Bagaimana mekanisme defibrilasi?
5. Apa saja komplikasi yang ditimbulakan dari defibrilasi?
6. Bagaimana prosedur dari defibrilasi?
7. Bagaimana dosis dari defibrilasi?
8. Bagaimana agoritma VF/VT tanpa nadi dan PEA-Asistol?
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian dari defibrilasi
2. Untuk mengetahui tujuan pelaksaan defibrilasi
3. Untuk mengetahui indikasi dilaksanakannya defibrilasi
4. Untuk mengetahui bagaimana mekanisme defibrilasi
5. Untuk mengetahui komplikasi dari defibrilasi
6. Untuk mengetahui prosedur defibrilasi
7. Untuk mengetahui dosis obat yang digunakan saat defibrilasi
8. Untuk memahami agoritma dari VF/VT tanpa nadi dan PEA-Asistol
1.4 Manfaat
Manfaat pembuatan makalah ini adalah dapat digunakan sebagai
bahan pengajaran dibidang pendidikan maupun dibidang penelitian.
vi
BAB II
TINJAUAN TEORI
vii
aliran tersebut dalam suatu interval waktu. Amplitudo arus, durasi
shock dan bagaimana amplitudo arus berubah selama interval
tersebut memiliki hubungan yang sangat kompleks dalam menentukan
bagaimana shock yang diberikan, akan melakukan defibrilasi.
Para peneliti mengatakan bahwa istilah current density merupakan
kunci dari keberhasilan defibrilasi. Current density adalah rasio dari
besarnya arus yang mengalir di seluruh konduktor ke daerah yang
dilewati oleh aliran arus tersebut, dinyatakan sebagai aliran arus per
unit area (ampere/cm2). Current density tergantung pada dosis shock
yang dipilih, berbeda dengan jumlah arus yang melewati seluruh
jantung. Fractional transmyocardial current (arus elektron thoracic
pathway diantara dua elektrode defibrilator dan posisi jantung di
dalam jalur tersebut) yang tergantung pada dosis shock yang dipilih,
lebih ditentukan oleh posisi elektrode dan anatomi thorak.
2.5 Komplikasi Defebrilasi
1) Kerusakan sel otot jantung disebabkan arus yang sangat besar
saat defibrilasi
2) Luka bakar
2.6 Alat-Alat Defibrilasi
1) Defibrilator/monitor
2) Gel/pasta elektroda
3) Monitor jantung
4) Trolley emrgency dengan intubasi dan obat-obatan
5) Ambu bag
6) Oral airway
7) Alat penghisap/suction
2.7 Prinsip Prosedur Defibrilasi dan Prosedur Defibrilasi
a. Prinsip prosedur defbrilasi
1) Selama prosedur, tidak boleh ada yang menyentuh tempat tidur
maupun pasien
2) Olesi area kedua pedal defibrilator dengan jeli secara merata
viii
3) Awali aliran listrik ke dada pasien sebanyak 200 joule atau 300
joule
b. Prosedur defibrilasi
1) Periksa takikardi atau fibrilasi ventrikelpada monitor. Banyak
defibrillator mempunyai mekanisme untuk monitoring irama
jantung melalui paddle defibrillator, sehingga lebih cepat
daridapa menempelkan elektroda pada pasien.
2) Raba nadi. Nadi karotis adalah yang direkondasikan oleh The
American Heart Assiciation (AHA).
3) Jika nadi pasien tidak teraba dan defibrillator tidak/belum
tersedia, mulai RJP. Jika defibrillator tersedia siapkan untuk
defibrilasi.
4) Posisi defibrillator sedemikian sehingga paddle dapat dengan
mudah mejangkau dada pasien.
5) Hubungkan defibrillator dengan sumber listrik.
6) Nyalakan (power “ON”) dan periksa control synchronizer
dimatikan.
7) Olesi seluruh permukaan paddle dengan lapisan tipis pasta
elektroda atau jika tersedia gunakan bungkus pada paddle
defibrillator.
8) Set tingkat energy pada 200 J untuk defibrilasi awal.
9) Tekan tomnol pengisian sampai tingkat daya yang dipilih
dihasilkan
10) Letakkan paddle diatas dada kuat dengan tekanan mantap
(kira-kira 25 lb)
11) Intruksikan kepada semua penolong untuk berdiri bebas dari
tempat tidur dan alat-alat yang berhubungan degan pasien.
Observasi daerah sekeliling, pastikan semuanya bebas.
12) Secara simultan tekan tombol pengeluaran pada paddle untuk
mengeluarkan arus listrik.
13) Periksa nadi dan irama jantung pasien.
ix
14) Jika defibrilasi tidak berhasil, segera mesin diisi sampai 300 J
dan ulangi langkah I sampai M
15) Jika defibrilasi kedua gagal,segera mesin diisi sampai 360 J
dan ulangi langkah I sampai M
16) Pastikan pasta elektroda cukup di paddle selama masing-
masing. Jika defibrilasi ketiga tidak berhasil,mulai RJP.
17) Pertimbangkan dan terapi kemungkinan penyebab ketidak
berhasilan defibrilasi seperti hipoksia,hipokalemia atau
asidosis.
2.8 Dosis Defibrilasi
1) Bifasik : dosis dewasa 150-200 Joule. Bila provider mnggunakan
defibrilator bifasik yang tidak mengetahui rentang dosis efektif
untuk mengatasi VF, maka dapat menggunakan pilihan 200 Joule
sebagai dosis awal dan seterusnya.
2) Monofasik : 360 joule
Dosis defibrilasi manual untuk usia 1-8 tahun(monofasik atau
bifasik) adalah 2 Joule/kgBB untuk percobaan pertama dan 4
Joule/kgBB untuk percobaan selanjutnya
x
2.9 Agoritma VF/VT Tanpa Nadi Dan Agoritma PEA-Asistol
xi
Gambar 2.1 Algoritma VT/VF Tanda Nadi Dan PEA-Asistol
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Defibrilasi merupakan suatu proses pemberian sejumlah arus listrik
untuk kejut listrik melalui alat defibrilator yang diharapkan dapat
mengembalikan irama jantung menjadi normal yang tujuan
mendepolarisasikan sel-sel jantung dan menghilangkan fibrilasi
ventrikel atau takikardi ventrikel tanpa nadi.
Defibrilator adalah suatu alat yang menghasilkan shock listrik
dalam jumlah yang terkontrol pada pasien untuk mengakhiri Aritmia
jantung
3.2 Saran
Defibrilasi merupakan suatu proses pemberian sejumlah arus listrik
untuk kejut listrik melalui alat defibrilator yang diharapkan dapat
mengembalikan irama jantung menjadi normal sehingga dalam
pengoperasiannya pun harus memakai prosedur yang telah ada.
Maka dari itu kita sebagai seorang teknisi hendaklah mengutamakan
keselamatan dan keamanan dalam pengoperasiannya.
xii
DAFTAR PUSTAKA
Irfani, Qonita Imma. (2019). Bantuan Hidup Dasar. CDK. 44(6) : 277
xiii