Anda di halaman 1dari 25

HIDUP SEBELUM DAN PASCA STROKE

Mencegah Jauh Lebih Baik Daripada Mengobati

Disusun Oleh :

Ristiana Laraswati

NIM :

13032

AKADEMI KEBIDANAN YASPEN TUGU IBU

Jl. Taruna Jaya No. 34A Bulak Sereh Cibubur Jakarta Timur

2014

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat limpahan Rahmat dan
Karunia-Nya, penulis dapat menyelesaikan karya tulis ini dengan sebaik-baiknya dan tepat pada
waktunya.

Karya tulis ini berjudul ”Hidup Sebelum dan Pasca Stroke, Mencegah Jauh Lebih Baik Daripada
Mengobati”, untuk memenuhi tuntutan tugas yang diberikan oleh dosen pembimbing mata kuliah
Bahasa Indonesia. Selain itu, karya tulis ini juga diharapkan mampu menjadi sumber pembelajaran bagi
kita semua untuk mengerti tentang konsep penyakit stroke dan upaya pencegahan serta pengobatannya
bagi penderita.
Karya tulis ini dibuat dengan meninjau beberapa sumber, mengambil intisari dan menghimpunnya
menjadi kesatuan yang sistematis. Terimakasih penulis ucapkan kepada semua pihak yang menjadi
sumber referensi dalam pembuatan karya tulis ini sampai dengan selesai. Terimakasih juga kepada
dosen pembimbing dan semua pihak yang terkait dalam pembuatan karya tulis ini.

Semoga karya tulis ini dapat berguna bagi pembaca sekalian. Penulis pribadi menyadari bahwa karya
tulis ini masih jauh dari kesempurnaan baik dari bentuk penyusunan maupun materinya. Kritik
konstruktif dari pembaca sangat penulis harapkan untuk perbaikan di kemudian hari.

Jakarta, Januari 2013

Penulis

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...........................................................................................

DAFTAR ISI........................................................................................................

DAFTAR GAMBAR.............................................................................................

DAFTAR TABEL.................................................................................................

DAFTAR BAGAN................................................................................................

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah...............................................................................

1.2 Rumusan Masalah.......................................................................................

1.3 Tujuan..........................................................................................................

1.4 Metode Penulisan.........................................................................................

1.5 Manfaat........................................................................................................
1.6 Sistematika...................................................................................................

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Stroke.........................................................................................

2.2 Level atau Stadium Stroke...........................................................................

2.3 Klasifikasi Stroke..........................................................................................

2.4 Faktor Resiko Stroke....................................................................................

2.5 Gejala Stroke................................................................................................

2.6 Dampak dan Komplikasi Stroke...................................................................

2.7 Upaya Pencegahan Stroke...........................................................................

2.8 Upaya Pengobatan Stroke ..........................................................................

BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan...................................................................................................

3.2 Saran............................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Stroke Iskemik..................................................................................

Gambar 2. Stroke Hemoragik.............................................................................

Gambar 3. Perbedaan Stroke Iskemik dan Stroke Hemoragik...........................

Gambar 4. Hemiplegia wajah.............................................................................

Gambar 5. Hemiparesis pada tangan penderita stroke......................................


DAFTAR TABEL

Tabel 1. Perbedaan perdarahan Intraselebral dan Subaraknoid.......................

Tabel 2. Berhenti Merokok dan Pengaruhnya terhadap Kesehatan


Kardiovaskular....................................................................................................

DAFTAR BAGAN

Bagan 1. Klasifikasi Stroke.................................................................................

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Stroke sangat mengerikan. Serangan telak pada otak atau stroke merampas kebahagiaan dan bahkan
mengubah kehidupan pasien dan keluarganya. Kemampuan berpikir, beraktivitas, berbicara, dan
kebahagiaan lenyap ketika stroke telah menimpa seseorang. Kecacatan akibat stroke juga menambah
beban materi dan mental bagi keluarga. Fakta inilah yang membuat sebagian orang miris menghadapi
stroke. Beberapa dasawarsa yang lalu, stroke identik sebagai penyakit kaum manula, namun kini banyak
kaum muda yang mendapat serangan stroke. Tak heran jika stroke semakin sering menjadi bahan
perbincangan di kalangan masyarakat. Stroke merupakan penyakit mematikan setelah penyakit jantung
dan kanker.

Stroke memang mencemaskan semua orang, namun tidak seharusnya menyebabkan kepanikan. Masih
ada jalan untuk mencegah dan bahkan menyembuhkan stroke. Sebelum stroke minimpa kita dan orang-
orang yang kita kasihi, ada baiknya kita perlu tahu segala tentang stroke. Sebuah saran bijak bagi kita
semua, “mencegah jauh lebih baik daripada mengobati”. Namun, seandainya stroke akhirnya tidak
dapat dihindari, kita telah bersiap diri untuk mengatasinya. Semua kekhawatiran akan stroke dapat
ditiadakan jika kita tahu segala hal tentang stroke dan penanganannya.

1.2 Permasalahan
Permasalahan yang mendasari penulisan makalah ini yaitu tentang konsep penyakit stroke, juga
menjelaskan mengenai upaya pencegahan dan pengobatannya bagi penderita.

1.3 Tujuan Penulisan

Adapun tujuan penulisan karya tulis ilmiah ini adalah agar seluruh pembaca dan khususnya penulis
dapat lebih memahami tentang konsep penyakit stroke, serta upaya pencegahan dan pengobatannya
bagi penderita.

1.4 Metode Penulisan

Metode yang penulis gunakan dalam penulisan karya tulis ilmiah ini adalah melalui studi kepustakaan
dan pencarian materi tambahan melalui internet.

1.5 Manfaat Penulisan

Penulisan karya tulis ini dilakukan untuk memberikan pengetahuan kepada seluruh pembaca tentang
apa itu stroke dan bagaimana upaya untuk mencegah dan mengatasinya.

1.6 Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan dalam karya tulis ini dimulai dari kata pengantar, daftar isi, daftar gambar, daftar
tabel, daftar bagan, serta selanjutnya tersususun atas 3 bab, yaitu :

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

1.2 Permasalahan

1.3 Tujuan Penulisan

1.4 Metode Penulisan

1.5 Manfaat Penulisan

1.6 Sistematika Penulisan

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Stroke

2.2 Level atau Stadium Stroke

2.3 Klasifikasi Stroke

2.4 Faktor Resiko Stroke

2.5 Gejala Stroke


2.6 Dampak dan Komplikasi Stroke

2.7 Upaya Pencegahan Stroke

2.8 Upaya Pengobatan Stroke

BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan

3.2 Saran

DAFTAR PUSTAKA

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Stroke

Stroke diartikan oleh awam dengan istilah penyakit lumpuh, padahal stroke tidak selalu disertai dengan
kelumpuhan. Stroke juga disebut serangan otak. Sebutan yang terakhir ini barangkali lebih tepat karena
stroke adalah suatu kondisi yang ditandai dengan serangan otak akibat pukulan telak yang terjadi secara
mendadak (Lanny Lingga, 2013: 1).

Stroke adalah sindrom klinis yang awal timbulnya mendadak, progresi cepat, berupa defisit neurologis
fokal dan/atau global, yang berlangsung 24 jam atau lebih atau langsung menimbulkan kematian dan
semata-mata disebabkan oleh gangguan darah otak non traumatik. Bila gangguan peredaran darah otak
ini berlangsung sementara, beberapa detik hingga beberapa jam (kebanyakan 10-20 menit), tapi kurang
dari 24 jam, disebut sebagai serangan iskemia otak sepintas (transient ischemia attack = TIA) (FKUI,
2000: 17).

Dalam bahasa medis, stroke disebut CVA (Celebro –vascular accident). Merujuk pada istilah medis,
stroke didefinisikan sebagai gangguan saraf permanen akibat terganggunya peredaran darah ke otak,
yang terjadi sekitar 24 jam atau lebih. Sindrom klinis ini terjadi secara mendadak serta bersifat progresif
sehingga menimbulkan kerusakan otak secara akut dengan tanda klinis yang terjadi secara fokal dan
atau global.

Kerusakan pembuluh darah otak menyebabkan suplai darah menuju otak terhenti sehingga
menyebabkan insiden yang mengarah pada defisit neurologis. Terhentinya suplai darah ke otak
menyebabkan otak mengalami defisit oksigen, padahal kebutuhan oksigen bagi otak cukup besar, yaitu
20% dari kebutuhan total oksigen yang beredar di seluruh tubuh, mengingat berat otak hanya sekitar
2.5% dari berat tubuh manusia. Kebutuhan oksigen yang banyak tersebut diperlukan untuk berfungsinya
seluruh aktivitas otak yang sangat berat. Oksigen diperlukan untuk aktivitas jutaan sel saraf yang ada
pada otak. Sel saraf otak bertugas mengatur seluruh proses biologi yang berlangsung di dalam tubuh,
termasuk untuk memelihara keseimbangan emosi. Jika pasokan darah yang membawa oksigen dan
nutrisi tidak dapat mencapai otak, maka fungsi otak akan terhenti yang akhirnya berujung pada
kematian.

Otak harus mendapat suplai oksigen secara terus menerus dalam jumlah yang memadai. Kekurangan
suplai oksigen merupakan suatu gangguan , lebih parah lagi jika pasokan oksigen ke organ vital ini
terhenti. Terputusnya pasokan oksigen selama lebih dari 5 detik saja menyebabkan fungsi otak
terganggu. Jika suplai oksigen terputus selama 5 menit atau lebih, maka sudah dipastikan telah terjadi
kerusakan otak permanen yang tidak dapat dipulihkan, karena saat itu sel otak telah mati. Sel otak yang
telah mati tidak tergantikan oleh sel baru sehingga dapat menyebabkan terbentuknya rongga berisi
cairan (infraction). Ketika stroke terjadi, maka maka fungsi kontrol yang dikendalikan otak akan
terganggu, gerakan tubuh tidak lagi bisa dilakukan seperti sebelumnya, daya ingat dan persepsi
terhadap suatu keadaan menurun, dan bahkan segala kemampuan yang sebelumnya mampu dilakukan
hilang sama sekali jika stroke telah berkembang lebih parah.

Berdasarkan data WHO (2010), setiap tahunnya terdapat 15 juta orang di seluruh dunia menderita
stroke. Diantaranya ditemukan jumlah kematian sebanyak 5 juta orang dan 5 juta orang lainnya
mengalami kecacatan yang permanen. Penyakit stroke telah menjadi masalah kesehatan yang menjadi
penyebab utama kecacatan pada usia dewasa dan merupakan salah satu penyebab kematian terbanyak
di dunia.

Stroke merupakan penyakit serebrovaskular yang banyak ditemukan tidak hanya pada negara-negara
maju tapi juga pada negara-negara berkembang. Stroke merupakan penyebab utama kecacatan di
negara-negara barat (Jansen, 2010). Di Belanda, stroke menduduki peringkat ketiga sebagai penyebab
DALYs (Disability Adjusted Life Years = kehilangan bertahun-tahun usia produktif).

Berdasarkan data NCHS (National Center of Health Statistics), stroke menduduki urutan ketiga penyebab
kematian di Amerika setelah penyakit jantung dan kanker. Dari data National Heart, Lung, and Blood
Institute tahun 2008, sekitar 795.000 orang di Amerika Serikat mengalami stroke setiap tahunnya.
Dengan 610.000 orang mendapat serangan stroke untuk pertama kalinya dan 185.000 orang dengan
serangan stroke berulang (Heart Disease and Stroke Statistics_2010 Update: A Report From the
American Heart Association). Setiap 3 menit didapati seseorang yang meninggal akibat stroke di Amerika
Serikat. Stroke menduduki peringkat utama penyebab kecacatan di Inggris (WHO, 2010).

Stroke menduduki urutan ketiga sebagai penyebab utama kematian setelah penyakit jantung koroner
dan kanker di negara-negara berkembang. Negara berkembang juga menyumbang 85,5% dari total
kematian akibat stroke di seluruh dunia. Dua pertiga penderita stroke terjadi di negara-negara yang
sedang berkembang. Terdapat sekitar 13 juta korban stroke baru setiap tahun, di mana sekitar 4,4 juta
di antaranya meninggal dalam 12 bulan (WHO, 2006).
Di Indonesia, prevalensi stroke mencapai angka 8,3 per 1.000 penduduk. Daerah yang memiliki
prevalensi stroke tertinggi adalah Nanggroe Aceh Darussalam (16,6 per 1.000 penduduk) dan yang
terendah adalah Papua (3,8 per 1.000 penduduk). Menurut Riskesdas tahun 2007, stroke, bersama-sama
dengan hipertensi, penyakit jantung iskemik dan penyakit jantung lainnya, juga merupakan penyakit
tidak menular utama penyebab kematian di Indonesia. Stroke menempati urutan pertama sebagai
penyebab kematian utama semua usia di Indonesia (Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2009).

2.2 Level atau Stadium Stroke

Stroke berat dan Stroke Ringan

Dalam perbincangan antarkaum awam sering kita dengar istilah stroke ringan dan stroke berat untuk
menjelaskan tingkat keparahan stroke. Dalam pandangan awam, stroke dianggap ringan jika penderita
masih dapat bergerak atau beraktivitas, sedangkan stroke dianggap berat jika penderita mengalami
kelumpuhan. Definisi tersebut tidak sama dengan istilah stroke ringan dan stroke berat yang dimengerti
oleh ahli medis. Menurut pandangan medis, berat-ringannya stroke bukan dilihat dari kelumpuhan yang
ditimbulkannya, namun ditentukan oleh lokasi dan luasan daerah yang mengalami kerusakan akibat
terganggunya suplai oksigen. Ingatlah stroke bukan hanya ditandai dengan kelumpuhan melainkan
dengan gejala lainnya.

Stroke ringan terjadi jika terputusnya aliran darah hanya meliputi area yang sempit dan terjadi di bagian
otak yang tidak rawan. Terputusnya aliran oksigen tersebut hanya berdampak ringan dan umumnya
bersifat sementara saja. Jika terputusnya aliran oksigen pada area yang luas dan pada bagian otak yang
vital, maka menyebabkan kelumpuhan atau bahkan berakhir pada kematian.

2.3 Klasifikasi Stroke

Sepintas stroke menimbulkan dampak visual yang hampir sama, namun sesungguhnya setiap pasien
mengalami kondisi yang berbeda-beda terkait dengan stroke yang dialaminya. Hal tersebut terjadi
karena faktor penyebab yang berbeda-beda pula. Berdasarkan penyebabnya, stroke dibagi menjadi dua,
yaitu stroke iskemik atau stroke non-hemoragik dan stroke hemoragik. Stroke iskemik terjadi karena
tersumbatnya pembuluh darah otak oleh plak (materi yang terdiri atas protein, kalsium, dan lemak)
yang menyebabkan aliran oksigen yang melalui liang arteri terhambat. Adapun stroke hemoragik adalah
stroke yang terjadi karena perdarahan otak akibat pecahnya pembuluh darah otak.

Bagan 1. Klasifikasi Stroke

2.3.1 Stroke Iskemik

Sekitar 82% kasus stroke yang terjadi merupakan stroke iskemik. Penggumpalan darah yang bersirkulasi
melalui pembuluh arteri merupakan penyebab utama stroke iskemik. Kondisi yang terjadi mirip dengan
gangguan arteri (aterosklerosis) pada arteri jantung. Ketika lemak terutama kolestero, sel-sel arteri yang
rusak, kalsium serta materi lain bersatu dan membentuk plak, maka plak tersebut akan menempel di
bagian dalam dinding arteri terutama di bagian percabangan arteri. Pada saat yang bersamaan, sel-sel
yang menyusun arteri memproduksi zat kimia tertentu yang menyebabkan plak tersebut menebal dan
akhirnya liang arteri menyempit. Penyempitan liang arteri menyebabkan aliran darah yang akan melalui
liang tersebut terhambat. Lokasi penyumbatan tersebut dapat terjadi pada pembuluh darah besar
(arteri karotis) , pembuluh darah sedang (arteri selebris) atau pembuluh darah kecil. Jika penyumbatan
terjadi pada pembuluh darah kecil maka dampak yang ditimbulkan tidak parah. Dalam istilah medis
disebut infraction lacunar.

Proses penyumbatan pembuluh darah merupakan peristiwa yang rumit untuk dijelaskan dan dipahami
oleh awam. Semuanya berawal dari luka yang dipicu oleh radikal bebas, toksin yang berasal dari rokok,
dan lemak tak sehat (terutama lemak trans) yang bercampur dengan darah serta akibat infeksi patogen
tertentu pada dinding pembuluh darah. Selanjutnya, pembuluh darah yang terluka tertutup oleh
endapan lemak yang bersatu dengan materi lainnya. Jika plak tersebut akhirnya terlepas, maka
gumpalan plak inilah yang menyebabkan liang pembuluh darah menyempit sehingga aliran darah yang
melewati liang tersebut terhambat.

Melambatnya aliran darah yang melalui arteri atau bahkan terhentinya pasokan darah ke otak bukan
persoalan sepele. Otak sangat membutuhkan suplai darah untuk memelihara agar sel otak tetap hidup.
Darah membawa oksigen dan nutrisi penting yang diperlukan untuk kehidupan sel otak. Tanpa pasokan
oksigen dan nutrisi yang memadai, lama-kelamaan sel otak akan mati. Suplai oksigen yang lambat
menuju ke otak kebanyakan disebabkan aterosklerosis yang terjadi pada pembuluh darah pada leher
dan kepala. Penyebab lainnya adalah penyumbatan pembuluh darah jantung yang menyebabkan darah
yang berasal dari jantung tidak dapat disalurkan ke otak.

Stroke iskemik umumnya menyerang pada pagi hingga siang hari (pukul 6.00-12.00) dimana tekanan
darah secara alami mengalami peningkatan dari pagi hingga siang hari sehingga menyebabkan
peningkatan perdarahan pada plak pembuluh darah (infraplak hemoragik). Kondisi seperti ini
menyebabkan penyempitan (stenosis) pembuluh darah yang mengalami aterosklerosis, peningkatan
kekentalan (viskositas) darah, peningkatan agregrasi platelet, dan penurunan aktivitas tPA (endogen
tissue plasminogen activator).

Gambar 1. Stroke Iskemik

Berdasarkan lokasi penggumpalan darah, stroke iskemik dibagi menjadi dua, yaitu stroke iskemik
trombolitik dan stroke iskemik embolitik.

2.3.1.1 Stroke iskemik trombolitik

Hampir separuh insiden stroke iskemik merupakan stroke iskemik trombolitik. Jenis stroke
ini ditandai dengan penggumpalan darah pada pembuluh darah yang mengarah menuju otak. Biasa pula
disebut dengan selebral trombosis. Proses trombosis dapat terjadi di dua lokasi yang berbeda, yaitu
pembuluh darah besar dan pembuluh darah kecil.

Trombosis pada pembuluh darah besar erat kaitannya dengan aterosklerosis, sedangkan
trombosis pada pembuluh darah kecil biasanya dialami oleh penderita hipertensi. Kadar kolesterol LDL
yang tinggi menjadi pemicu aterosklerosis yang selanjutnya mendorong trombosis di pembuluh darah
besar. Hiperkolestrolemia terjadi pada sebagian besar penderita stroke iskemik, meskipun serangan
stroke jenis ini dialami oleh penderita hiperkolesterolemia. Namun, perlu menjadi catatan penting
bahwa tingginya kadar LDL teroksidasi merupakan faktor penting yang mengawali aterosklerosis yang
berimbas pada trombosis di pembuluh darah besar.

Stroke iskemik trombolitik terjadi pada hampir 70% dari seluruh insiden stroke. Stroke
iskemik trombolitik banyak dialami oleh para manula terutama yang memiliki riwayat hipertensi.
Biasanya serangan stroke terjadi pada pagi atau siang hari. Pada banyak kasus, serangan stroke terjadi
ketika seseorang baru bangun tidur. Sejumlah kasus bahkan terjadi saat orang masih berada diatas
tempat tidur atau baru mulai beranjak bangun dari tempat tidur. Sebagian yang lainnya terjadi ketika
yang bersangkutan sedang tidak beraktivitas atau menjalani aktivitas ringan ketika memulai hari baru
setelah sebelumnya tidur selama berjam-jam.

2.3.1.2 Stroke Iskemik Embolitik

Merupakan jenis stroke iskemik dimana penggumpalan darah bukan terjadi pada pembuluh darah otak
melainkan pada pembuluh darah yang lainnya. Kebanyakan insiden terjadi karena trombosis pada
pembuluh darah jantung. Menurunnya pasokan darah dari jantung yang kaya oksigen dan nutrisi ke otak
adalah faktor utama yang menjadi penyebabnya.

Stroke iskemik embolitik sering dipicu oleh penurunan tekanan darah yang berlangsung
drastis, misalnya ketika seseorang melakukan fisik berat sehingga mengalami kelelahan fisik yang luar
biasa. Itulah sebabnya mengapa stroke jenis ini banyak dialami oleh para pekerja lapangan yang harus
bekerja keras sepanjang hari. Kelompok lain yang beresiko terhadap stroke iskemik embolitik adalah
para atlet profesional yang memaksakan diri melakukan latihan berat diluar kemampuan tubuhnya.

Berbeda dengan serangan stroke iskemik trombolitikyang terjadi pada pagi hari, stroke
iskemik embolitik dapat terjadi kapan saja, pagi, siang, atau malam hari. Pada umumnya, insiden dari
stroke ini terjadi tanpa didahului oleh tanda-tanda yang dirasakan sebelumnya—— serangan stroke
iskemik embolitik umumnya terjadi begitu saja seolah sebagai suatu kejutan bagi pasien dan orang-
orang di sekitarnya. Inilah kejadian tak terduga yang membuat miris sebagian besar orang, stroke tiba-
tiba datang tanpa ditandai dengan peringatan yang dapat diantisipasi sebelumnya.

Kadang-kadang sulit dipercaya, kita menemukan seseorang yang sedang giat bekerja tiba-
tiba mengalami stroke. Dalam kejadian nyata, banyak pengemudi jarak jauh yang mengalami stroke
iskemik embolitik. Sebagian diantaranya mengalami serangan stroke secara mendadak ketika mereka
turun dari mobil setelah sekian jam lamanya memakskan diri mengenudikan mobilnya. Kasus yang sama
juga dialami oleh seseorang yang sedang berpidato tiba-tiba roboh dan tak sadarkan diri akibat serangan
stroke datang padanya secara tiba-tiba. Banyak yang salah mengerti dikira orang yang bersangkutan
mengalami serangan jantung, padahal mendapat serangan otak atau mengalami stroke.

2.3.2 Stroke Hemoragik


Stroke hemoragik terjadi akibat pembuluh darah yang menuju ke otak mengalami kebocoran
(perdarahan). Kebocoran tersebut diawali karena adanya tekanan yang tiba-tiba meningkat ke otak
sehingga pembuluh darah yang tersumbat tersebut tidak dapat lagi menahan tekanan, akhirnya pecah,
dan menyebabkan perdarahan. Perdarahan umumnya terjadi pada batang otak (brain stem), selaput
otak (korteks), dan serebelum. Kebocoran tersebut menyebabkan darah tidak dapat mencapai
sasarannya, yaitu sel otak yang membutuhkan suplai darah. Jika suplai darah terhenti, dapat dipastikan
suplai oksigen dan nutrisi yang diperlukan otak akan terhenti pula dan akhirnya sel otak menggalami
kematian.

Ada sejumlah faktor yang memicu terjadinya stroke hemoragik. Salah satu penyebab stroke hemoragik
adalah penyumbatan pada dinding pembuluh darah yang rapuh (aneurisme)—— mudah
menggelembung dan rawan pecah terutama pada kelompok usia lanjut. Kondisi pembuluh darah yang
lemah tidak kuasa menahan tekanan, akibatnya darah yang mengalir didalamnya tersembur keluar.
Hipertensi adalah faktor resiko terkuat yang menyebabkan terjadinya perdarahan otak. Mereka yang
secara genetik mengalami aneurisme beresiko tinggi mendapat serangan stroke hemoragik jika
dibarengi dengan hipertensi yang dideritanya. Selain itu, trauma fisik yang terjadi di kepala atau leher
serta tumor di kepala juga dapat mendorong perdarahan otak.

Gambar 2. Stroke Hemoragik

Jika stroke iskemik dibedakan berdasarkan lokasi penggumpalan darah, stroke hemoragik juga
dibedakan oleh lokasi terjadinya perdahan. Berdasarkan lokasi perdarahan, stroke hemoragik dibedakan
menjadi dua, yaitu stroke hemoragik intraselebral dan stroke hemoragik subaraknoid.

2.3.2.1 Stroke Hemoragik Intraselebral

Perdarahan terjadi di dalam otak, biasanya pada ganglia, batang otak, otak kecil, dan otak besar.
Inilah stroke yang menimbulkan dampak paling fatal. Sebagian besar pasien yang mendapat serangan
stroke jenis ini tidak dapat tertolong jiwanya karena untuk mengatasinya memerlukan tindakan operasi
yang harus dilakukan sesegera mungkin. Operasi adalah tindakan penyelamatan yang paling
memungkinkan untuk segera menghentikan perdarahan. Sayangnya tindakan ini beresiko cukup besar.
Tingkat keberhasilannya relatif rendah terutama jika luasan otak yang mengalami perdarahan sudah
parah. Jika jiwa pasien bisa diselamatkan, sebagian besar dari mereka umumnya kan mengalami
kelumpuhan.

2.3.2.2 Stroke Hemoragik Subaraknoid

Stroke hemoragik subaraknoid ditandai dengan perdarahan yang terjadi diluar otak, yaitu di
pembuluh darah yang berada dibawah otak atau di selaput otak. Perdarahan tersebut menekan otak
sehingga suplai darah ke otak terhenti. Ketika darah yang berasal dari pembuluh darah yang bocor
bercampur dengan cairan yang ada di batang atau selaput otak, maka darah tersebut akan menghalangi
aliran cairan otak sehingga menimbulkan tekanan.
Insiden stroke hemoragik subaraknoid yang paling sering terjadi pada penderita hidrosefalus. Pada
saat yang bersamaan, pembuluh darah otak dapat terhimpit sehingga suplai oksigen dengan sendirinya
terputus. Kondisi seperti ini mendorong terjadinya dua jenis stroke sekaligus, yaitu stroke iskemik dan
stroke hemoragik.

Meskipun jarang terjadi, stroke hemoragik subaraknoid juga dapat disebabkan tumor di kepala
(cavernous angioma). Desakan yang terjadi akibat perkembangan tumor menyebabkan pembuluh darah
pecah sehingga suplai darah ke otak tidak dapat mencukupi kebutuhan otak. Jika kondisi ini terus
dibiarkan, maka tekanan yang ditimbulkan oleh tumor menyebabkan dinding pembuluh darah terjepit
dan tiba saatnya terjadilah perdarahan otak. Itulah sebabnya mengapa pasien yang menderita tumor
otak sebagian besar diantaranya mengalami stroke.

Tabel 1. Perbedaan perdarahan Intraselebral dan Subaraknoid

Gejala PIS PSA

Waktu timbulnya Dalam 1 jam 1-2 menit

Nyeri kepala Hebat Sangat hebat

Kejang Umum Sering fokal

Kesadaran Menurun Menurun

Tanda rangsangan
+ (tidak ada) Sementara
meningen

Hemiparese ++ +++
Gangguan saraf otak + + (tak ada)

Gambar 3. Perbedaan Stroke Iskemik dan Stroke Hemoragik

2.4 Faktor Resiko Stroke

Siapa saja dapat terserang stroke. Stroke tidak mengenal gender, usia, ataupun kondisi sosial seseorang.
Jika faktor resiko resiko pemicu stroke dimiliki seseorang, maka suatu saat stroke dapat terjadipada
orang yang bersangkutan. Secara garis besar, faktor resiko stroke dibagi menjadi dua, yaitu faktor tidak
terkendali atau faktor yang bersifat menetap dan faktor yang dapat dikendalikan atau faktor tidak tetap.

2.4.1 Faktor tidak terkendali

Yang dimaksud faktor tidak terkendali adalah faktor yang tidak dapat diubah, terdiri atas faktor
genetik (ras), usia, gender, serta riwayat penyakit yang dialami oleh orangtua atau saudara sekandung.

2.4.1.1 Faktor Genetik

Gen tertentu memiliki kecenderungan yang tinggi terhadap stroke. Sifat genetik yang terbawa oleh
bangsa berkulit hitam beresiko tinggi terhadap stroke. Resiko yang hampir sama juga dimiliki oleh gen
keturunan Afrika-Amerika (Afro Amerika). Penyakit-penyakit yang terkait dengan gen resesif yang rawan
mereka alamimenjadi faktor kuat yang menyebabkan merekan rentan terhadap stroke. Penyakit yang
dimaksud antara lain anmemia sel bulan sabit , hipertensi, kadar asam urat tinggi (hiperurisemia),
diabetes tipe-1, dan sejumlah penyakit lainnya yang secara tidak langsung berpotensi memicu stroke—
— darah kental, laju aterosklerosis yang tinggi, hipertensi, serta meningkatnya tingkat peradangan di
tingkat sel di dalam tubuh mereka.

Ketika berusia 45-55 tahun, resiko stroke pada bangsa kulit hitam dan ras keturunan Afrika-Amerika jauh
lebih tinggi dibanding bangsa Amerika berkulit putih dan bangsa Spanyol, namun ketika usia mencapai
lebih dari 65 tahun maka tingkat resiko stroke pada bangsa-bangsa tersebut sama saja. Terlepas dari
faktor gen yang berperan sebagai faktor resiko tunggal, pola hidup suatu bangsa yang tidak sehat turut
memengaruhi tingginya resiko stroke dalam diri mereka. Kebiasaan hidup tak sehat di usia muda
menyebabkanresiko stroke meningkat ketika usia beranjak tua.

Secara umum, orang Asia memiliki resiko stroke (termasuk kematian akibat stroke) hampir sama dengan
bangsa Amerika kulit putih. Namun ada pengecualian untuk bangsa Asia Timur seperti China dan
Jepang—— ras kulit kuning tersebut memiliki tingkat stroke lebih tinggi dibanding bangsa Asia pada
umumnya. Pola diet dan gaya hidup yang menjadi kebiasaan sehari-hari turut memengaruhi tingginya
kerentanan mereka terhadap stroke. Salah satu pemicu tingginya insiden stroke di Asia terkait dengan
hipertensi dan kebiasaan mengonsumsi alkohol yang menjadi tradisi suatu bangsa. Kebiasaan merokok
diduga kuat turut mendongkrak tingginya insiden stroke di kalangan bangsa Asia. Selain itu, tingkat stres
yang tinggi terutama yang dialami masyarakat pekerja sibuk juga menjadi penyebab tingginya prevalensi
stroke bangsa Asia yang hidup dalam komunitas modern.

2.4.1.2 Cacat Bawaan

Seseorang yang memiliki cacat pada pembuluh darahnya (cadasil) beresiko tinggi terhadap stroke. Jika
seseorang mengalami kondisi seperti ini, maka mereka umumnya akan mengalami stroke pada usia yang
terbilang muda. Stroke di usia mudabanyak penyebabnya, namun cacat bawaan membuat seseorang
lebih beresiko terhadap stroke dibanding individu lain yang normal.

2.4.1.3 Usia

Pertambahan usia meningkatkan resiko terhadap stroke. Hal ini disebabkan melemahnya fungsi tubuh
secara menyeluruh terutama terkait dengan fleksibilitas pembuluh darah. Sekitar dua pertiga penderita
stroke adalah mereka yang berusia diatas 65 tahun. Proses penuaan sel sejalan dengan pertambahan
usia dan penyakit yang dialami orangtua memperbesar resiko stroke di masa tua. Memasuki usia 50
tahun, resiko stroke menjadi berlipat ganda setiap usia bertambah 10 tahun. Pada wanita, ketika
memasuki masa menopause resiko stroke meningkat karena esterogen yang semula berperan sebagai
pelindung mengalami penurunan. Itu pula yang menjadi jawaban pertanyaan stroke lebih banyak
dialami oleh wanita tua daripada pria tua.

Kaum muda tidak luput dari stroke. Berdasarkan usia penderita, para ahli mengelompokkan stroke
kelompok kaum muda menjadi dua—— kelompok yang pertama dialami oleh mereka yang berusia
dibawah 15 tahun, adapun kelompok kedua dialami oleh mereka yang berusia 15-44 tahun. Stroke pada
kaum muda umumnya merupakan stroke hemoragik dan jarang yang merupakan stroke iskemik.

2.4.1.4 Gender

Pria lebih beresiko terhadap stroke dibanding wanita. Sejumlah faktor turut memengaruhi mengapa hal
tersebut dapat terjadi. Kebiasaan merokok yang lebih banyak dilakukan oleh kaum pria menjadi slah
satu pemicu stroke pada sebagian besar kaum pria. Resiko hipertensi, hiperurisemia, dan
hipertrigliseridemia yang tinggi pada kaum pria juga turut mendongkrak tingginya resiko stroke pada
kaum adam. Pola hidup tidak teratur yang umumnya dilakukan oleh kaum pria tampaknya merupakan
sebuah alasan mengapa kaum pria lebih beresiko terhadap stroke dibanding kaum wanita.

Secara umum, resiko stroke yang dialami kaum pria satu seperempat kali lebih tinggi dibanding kaum
wanita. Meskipun demikian, kaum wanita tidak bisa begitu saja merasa aman—— faktanya, angka
kematian akibat stroke pada kaum wanita jauh lebih tinggi dibanding yang terjadi pada kaum pria.
Dengan kata lain, harapan hidup yang dimiliki pasien stroke pria jauh lebih besar dibanding kaum
wanita. Semua itu terjadi karena kerentanan tubuh kaum wanita tua tidak sanggup mengatasikomplikasi
akibat stroke. Faktor lain yang diduga kuat menyebabkan wanita cenderung mengalami stroke parah
karena wanita cenderung mengalami stres dan depresi. Kondisi neurologis buruk inilah yang
memperburuk kondisi kesehatannya.

Kaum wanita tidak boleh bersenang hati dahulu karena memiliki resiko stroke yang lebih rendah
dibanding kaum pria. Wanita juga memiliki resiko yang cukup tinggi terhadap stroke jika mereka
merupakan pengguna pil KB yang memiliki kandungan esterogen tinggi, menjalani terapi sulih hormon
(hormon replacement therapy) pasca menopause, serta kehamilan dan persalinan. Pengaruh pil KB dan
terapi sulih hormon dapat diminimalisir dengan pengaturan kadar hormon yang tepat. Adapun
kehamilan dan persalinan merupakan peristiwa yang perlu mendapat perhatian lebih serius. Perlu
diketahui bahwa resiko stroke relatif tinggi 6 minggu pasca persalinan (post partum). Diduga kuat
perubahan hormon reproduksi yang terjadi pada wanita yang bersangkutan merupakan faktor
pemicunya.

2.4.1.5 Riwayat Penyakit dalam Keluarga

Resiko terhadap stroke juga terkait dengan garis keturunan. Para ahli menyatakan adanya gen resesif
yang memengaruhinya. Gen tersebut terkait dengan penyakit-penyakit yang merupakan faktor resiko
pemicu stroke. Penyakit terkait dengan gen tersebut antara lain diabetes, hipertensi, hiperurisemia,
hiperlipidemia, penyakit jantung koroner, dan kelainan pada pembuluh darah yang bersifat menurun.

Faktor penting yang sering luput dari pengamatan adalah gaya hidup yang terbentuk dalam sebuah
keluarga. Pola diet dan kebiasaan-kebiasaan hidup sehari-hari yang menjadi tradisi dalam sebuah
keluarga yang dijalani sejak masih kecil ternyata patut dijadikan sebagai suatu peringatan untuk
mempertimbangan resiko stroke pada diri seseorang. Kebiasaan diet yang tidak sehat yang diajarkan
orangtua, kebiasaan jajan makanan yang tidak sehat, dan hidup bermalas-malasan merupakan faktror
stroke yang perlu diwaspadai. Faktor-faktor yang sesungguhnya dapat dikendalikan tersebut dapat
dianggap sebagai faktor tidak terkendali jika telah merekat erat dalam kehidupan seseorang. Kebiasaan
buruk inilah yang dalam pandangan ilmu nutrigenomik (ilmu yang mengaitkan status kesehatan dengan
kebiasaan hidup terutama pola diet) dianggap turut bertanggung jawab memicu terbentuknya gen
resesif—— gen yang rentan terhadap stroke. Dengan merebaknya insiden stroke di abad modern seperti
saat ini, para ahli sepakat untuk mengungkap fakta bahwa evolusi pola hidup yang tidak sehat
merupakan pendorong terbentuknya gen yang rentan terhadap sejumlah faktor resiko pemicu stroke.

2.4.2 Faktor yang dapat Dikendalikan

Sebagian insiden stroke terjadi karena faktor yang sesungguhnya dapat dikendalikan. Dengan kata lain,
jika faktor-faktor tersebut dieliminasi maka resiko stroke menjadi rendah atau bahkan dapat ditiadakan.
Faktor-faktor yang bisa dikendalikan ini terdiri atas gaya hidup yang tidak sehat yang memicu terjadinya
penyakit-penyakit tertentu yang mendorong serangan otak. Mengeliminasi faktor resiko stroke yang
dapat dikendalikan tentu sangat bermakna untuk meminimalisir kemungkinan terkena stroke.

Berikut faktor resiko yang dapat dicegah :

1. Kegemukan (obesitas)
2. Hiperlipidemia

3. Hiperurisemia

4. Penyakit jantung

5. Kebiasaan merokok

6. Kebiasaan mengonsumsi minuman beralkohol

7. Malas berolahraga

8. Kadar hematokrit tinggi

9. Kadar fibrinogen tinggi

10. Konsumsi obat bebas dan obat-obatan golongan psikotropika

11. Cidera pada kepala dan leher

12. Kontrasepsi berbasis hormon

13. Stres

14. Hiperhomosisteinemia

15. Kadar Lp (a) tinggi

16. Kadar fosfolipase tinggi

17. Mendengkur

2.5 Gejala Stroke

Insiden stroke sering kali terkesan mendadak, padahal sesungguhnya tidak demikian. Sebelum serangan
stroke datang, telah ada gejala-gejala tertentu yang memberi petunjuk adanya resiko stroke pada diri
seseorang. Sayangnya peringatan dini tersebut umumnya tidak dimengerti oleh sebagian besar
masyarakat. Umumnya gejala awal stroke muncul secara bersamaan, dimulai dari ketidakberesan yang
sebelumnya sering dialami oleh pasien seperti tangan dan kaki kesemutan atau kaku namun dengan
intensitas yang lebih sering, pandangan mata menjadi kabur, sering pusing dan mengalami vertigo,
keseimbangan tubuh terganggu, serta gejala lain yang umumnya dianggap sebagai hal yang wajar.
Beberapa macam penyakit menimbulkan komplikasi serupa dengan gejala stroke, maka gejala stroke
yang sesungguhnya terasa samar-samar. Peringatan stroke selanjutnya ditandai dengan gejala-gejala
khusus yang jauh dari kewajaran.

Berikut tanda-tanda peringatan stroke yang perlu diwaspadai :


1. Sering pusing disertai mual dan pusing yang berlangsung terus menerus meskipun telah minum obat
penahan rasa sakit.

2. Muka terasa tebal, telapak kaki dan tangan kebas atau mati rasa.

3. Koordinasi anggota gerak (tangan dan kaki) tidak seperti biasanya, misalnya sulit digerakkan.

4. Mengalami kesulitan ketika akan mengenakan sandal jepit.

5. Tangan sulit diperintah untuk meraih suatu benda atau benda yang semula telah dipegang erat tiba-
tiba jatuh.

6. Gagal meletakkan benda pada tempat yang pas.

7. Sulit ketika mengancingkan baju.

8. Tulisan menjadi jelek atau bahkan tidak bisa dibaca.

9. Mendadak mengalami kebingungan.

10. Penglihatan pada satu mata atau keduanya mendadak buram.

11. Mengalami kesulitan menelan makanan.

12. Ketika minum sering berceceran karena minuman tidak dapat masuk ke dalam mulut dengan
semestinya.

13. Mengalami gangguan kognitif dan dementia ketika berkomunikasi dengan orang lain.

14. Sering kejang, pingsan, dan bahkan koma.

2.6 Dampak dan Komplikasi Stroke

2.6.1 Dampak Stroke

2.6.1.1 Kelumpuhan

Kelumpuhan adalah cacat paling umum dialami oleh penderita stroke. Stroke umumnya ditandai dengan
cacat pada salah satu sisi tubuh (hemiplegia), jika dampaknya tidak terlalu parah hanya menyebabkan
anggota tubuh tersebut menjadi tidak bertenaga atau dalam bahasa medis disebut hemiparesis.
Kelumpuhan dapat terjadi di berbagai bagian tubuh, mulai dari wajah, tangan, kaki, lidah, dan
tenggorokan.

Gambar 4. Hemiplegia wajah

Gambar 5. Hemiparesis pada tangan penderita stroke


2.6.1.2 Gangguan Berkomunikasi

Stroke menyebabkan sebagian besar penderitanya mengalami kesulitan dalam berkomunikasi.


Gangguan komunikasi yang dialami setiap pasien berbeda-beda—— ada yang sulit berbicara, sulit
menangkap pembicaraan orang lain, dapat berbicara tetapi kacau atau sulit diartikan, tidak dapat
membaca dan menulis, atau bahkan tidak dapat lagi mengenali bahasa isyarat yang dilakukan oleh orang
lain untuknya.

2.6.1.3 Perubahan Mental

Kondisi tidak berdaya akibat stroke yang dialaminya membuat pasien mengalami perubahan mental
yang sulit ditutupi. Tubuhnya yang lemah, nyeri di sekujur tubuh yang sering dirasakannya, kelumpuhan,
sulit berkomunikasi, serta beragam dampak stroke lain yang dialaminya menyebabkan pasien akhirnya
mengalami stres, depresi, mudah tersinggung, mudah marah, dan sedih. Tidak jarang diantara mereka
yang putus asa dan kehilangan semangat hidup. Keinginan untuk bunuh diri sering muncul karena pasien
merasa tidak sanggup hidup dengan kondisi yang serba berbeda dengan sebelumnya.

2.6.1.4 Gangguan Emosi

Trauma pasca stroke menyebabkan pasien mengalami gangguan emosi dan perubahan kepribadian.
Sebagian besar insan pasca stroke tidak dapat menerima kehidupan baru yang dialaminya. Mereka
merasa gelisah, sedih, takut, dan stres atas kekurangan fisik dan mental yang serba berubah. Kondisi
seperti ini menyebabkan mereka mudah tersinggung, cenderung marah tanpa sebab yang jelas, lesu,
apatis, dan minder.

2.6.1.5 Hilangnya Indra Perasa

2.6.1.6 Nyeri

Stroke menyebabkan pasien mengalami nyeri karena merasa anggota tubuh yang lumpuh seperti di
tusuk-tusuk. Dalam istilah medis, kondisi demikian disebut nyeri neuropati, penyebabnya karena
kerusakan sistem saraf.

2.6.1.7 Kehilangan Kemampuan Dasar sebagai Individu Normal

Ada beberapa macam kemampuan dasar manusia yang hilang dalam diri insan pasca stroke, yaitu :

1. Agnosia : kehilangan kemampuan untuk mengenali orang atau benda

2. Anonosia : tidak lagi dapat mengenali bagian-bagian tubuhnya sendiri

3. Apraxia : kehilangan kemampuan untuk menyusun pemikiran menurut urutan yang benar, sulit
menuruti instruksi, dan tidak mampu menyusun kalimat karena terputusnya koordinasi antara pikiran
dan tindakan

4. Ataksia : kehilangan koordinasi untuk menyelaraskan antara pikiran dan tindakan


5. Distorsi spasial : kehilangan kemampuan mengukur jarak dan ruang yang diinginkan

2.6.1.8 Kehilangan Sensasi Berkemih dan Buang Air Besar

2.6.1.9 Gangguan Tidur

2.6.1.10 Depresi

2.6.1.11 Kesulitan Mengunyah dan Menelan Makanan

2.6.2 Komplikasi Stroke

2.6.2.1 Otot mengerut dan kaku sendi

Bagian tertentu pada pasien stroke sering kali mengecil, misalnya tungkai atau lengan yang lumpuh
menjadi lebih kecil dibanding dengan yang tidak lumpuh. Hal ini pula dapat terjadi pada bagian tubuh
yang tidak mengalami kelumpuhan jika kurang digerakkan. Kelumpuhan pada salah satu sisi tubuh
menyebabkan pasien malas menggerakkan tubuhnya yang sehat sehingga persendian akhirnya menjadi
kaku. Inilah penyebab nyeri sendi yang umumnya mereka rasakan. Malas bergerak bukan saja
menyulitkan proses pemulihan anggota gerak namun juga menyebabkan sisi tubuh yang normal
akhirnya ikut cacat.

2.6.2.2 Darah beku

Akibat sumbatan darah pada sisi tubuh yang mengalami kelumpuhan, maka bagian tersebut akan
membengkak. Pembekuan darah bukan hal yang pantas diremehkan, jika terjadi pada arteri yang
mengalir ke paru-paru menyebabkan pasien sulit bernapas. Tanpa pertolongan yang memadai untuk
mengencerkan darah (misalnya dengan mengonsumsi obat) maka kondisi tersebut dapat berujung pada
kematian. Jenis obat yang berguna untuk mengatasi persoalan ini adalah antiplatelet atau antikoagulan.

2.6.2.3 Memar

Ketidakmampuan untuk menggerakkan tubuh menyebabkan pasien stroke akhirnya berbaring pada
posisi yang tetap sepanjang hari. Bagian tubuh yang tidak bergeser akan mengalami tekanan hingga
menyebabkan memar ataupun lecet sehingga peka terhadap infeksi.

2.6.2.4 Nyeri di bagian pundak

Kelumpuhan menyebabkan pasien mengalami nyeri di bagian pundaknya. Tangannya yang lemas
terkulai tidak mampu mengontrol otot dan sendi di sekitar pundak sehingga terasa nyeri
ketika digerakkan.

2.6.2.5 Radang paru-paru (pneumonia)


Kesulitan menelan yang dialami pasien menyebabkan terjadinya penumpukan cairan di paru-paru.
Batuk-batuk kecil yang sering dialami setelah minum dan makan menandakan adanya tumpukan cairan
atau lendir yang menyumbat saluran napas. Jika cairan tersebut terkumpul di paru-paru maka
menyebabkan pneumonia.

Sisa makanan yang tidak tertelan dengan baik juga menyebabkan saluran napas tidak lega. Makanan
yang menyangkut di langit-langit mulut dan tenggorokan akan mengganggu penderita tersebut ketika
bernapas.

2.6.2.6 Fatigue

Kelelahan kronis (fatigue) merupakan problem umum yang dihadapi oleh insan pasca stroke. Sekitar 30-
70% insan pasca stroke mengalami fatigue. Faktor yang menyebabkannya cukup beragam, antara lain
karena penyakit jantung yang dideritanya, penurunan nafsu makan, gangguan berkemih, infeksi paru-
paru (pneumonia), dan depresi.

2.7 Upaya Pencegahan Stroke

Sebelumnya, diatas telah dibahas apa saja yang menjadi faktor pemicu terjadinya stroke. Faktor pemicu
ini berkaitan erat untuk menentukan tindakan apa saja yang dapat dilakukan untuk mencegah terjadinya
stroke. Berikut akan dibahas lebih lanjut mengenai upaya pencegahan stroke.

2.7.1 Menghentikan kebiasaan merokok.

Penelitian telah menunjukkan merokok menjadi faktor risiko penting untuk stroke. Diketahui bahwa
rokok mengandung lebih dari 4.000 macam zat, 600 diantaranya merupakan zat beracun (toksin) yang
sangat berbahaya bagi sel tubuh kita. Nikotin hanya salah satu zat beracun yang terdapat pada rokok,
selain itu ada pula zat berbahaya berupa tar, fenolformaldehida, monoksida, NO2, hidrogen sianida yang
berpotensi sebagai pemicu penyakit kardiovaskular.

Dampak buruk nikotin sebagai pemicu stroke tidak perlu diragukan lagi. Nikotin meningkatkan
pembentukan plak di arteri, menyebabkan aterosklerosis, melalui stimulasi yang berlebihan pada
asteilkolindan reseptor glutamat dalam waktu lama sehingga memicu keracunan otak (eksitotoksitas),
serta menurunkan jumlah O2 dan meningkatkan jumlah CO2 dan CO yang diantarkan ke otak sehingga
otak mengalami defisit O2.

Tabel 2. Berhenti Merokok dan Pengaruhnya terhadap Kesehatan Kardiovaskular

Waktu setelah berhenti merokok Dampak yang ditimbulkannya

20 menit Tekanan darah dan detak jantung meningkat.


Peredaran darah di bagian tangan dan kaki
meningkat sehingga terasa hangat.

Kadar nikotin dan karbon monoksida dalam darah


8 jam berkurang setidaknya separuh. Kandungan
O2 kembali meningkat.

Tak ada lagi nikotin yang tertinggal dalam tubuh.


24 jam
Indra perasa dan penciuman sudah membaik.

Karbon monoksida lenyap dari tubuh. Lendir dan


sisa rokok di paru-paru mulai bersih. Resiko
48 jam
serangan jantung mulai hilang. Kemampuan
merasa dan mencium sudah sangat baik.

Pernapasan menjadi mudah, lebih dalam, dan


72 jam penuh. Saluran udara dalam paru-paru mulai
rileks. Kapasitas energi tubuh meningkat.

Peredaran darah meningkat. Kemampuan fisik


1-2 minggu
menjadi lebih baik.

3-9 bulan Masalah pernapasan membaik.

Resiko penyakit jantung sama dengan bukan


10 tahun
perokok.

Semua sistem fungsi tubuh berfungsi normal.


15 tahun Resiko penyakit jantung dan stroke sama dengan
mereka yang tidak perbah merokok.

2.7.2 Mengatur pola makan

Makanan tinggi lemak jenuh dan kolesterol dapat meningkatkan kadar kolesterol darah. Makanan tinggi
natrium dapat berkontribusi terhadap peningkatan tekanan darah. Dan makanan berkalori tinggi dapat
menyebabkan obesitas. Semua ini meningkatkan risiko stroke.

2.7.3 Mencegah obesitas

Secara langsung, obesitas menurunkan kemampuan tubuh dalam melakukan sirkulasi darah ke otak.
Obesitas mendorong melemahnya kemampuan tubuh dalam melakukan sejumlah proses biologis
sejalan dengan bertambahnya timbunan lemak di dalam tubuh. Ginjal, paru-paru, jantung, hati harus
bekerja lebih keras ketika lemak mulai menumpuk di jaringan adiposa. Kondisi buruk seperti ini
meyebabkan organ tubuh mengalami kelelahan sehingga pasokan darah ke otak yang membawa
oksigen dan nutrisi pun akhirnya terhambat.

2.7.4 Berhenti mengonsumsi alkohol

Konsumsi alkohol yang berlebihan dapat menyebabkan tekanan darah tinggi. Minum lebih dari 2
minuman beralkohol per hari meningkatkan risiko stroke sebesar 50 persen.

2.7.5 Menjaga kadar kolesterol, gula darah, dan tekanan darah

2.7.6 Olahraga yang cukup dan teratur (30-60 menit/hari, 3-4 kali/minggu)

Olah raga serta tubuh yang selalu bergerak tidak hanya membentuk kemampuan sistem kardiovaskuler (
sistem jantung ), tapi juga membangun kemampuan untuk mengatasi stres fisik dan emosional. Untuk
kegiatan rutin yang tidak terlalu berat bergerak seperti berjalan kaki, jogging, berenang, senam aerobik
sangat membantu untuk hidup sehat.

2.7.7 Tidak mengonsumsi obat-obatan bebas dan psikotropika

Konsumsi obat-obatan terlarang (narkoba) dapat meningkatkan denyut jantung (arrythmia),


mengacaukan irama jantung, serta meningkatkan tekanan darah.

Tak hanya narkoba, kebiasaan mengonsumsi obat-obatan yang dijual secara bebas, seperti obat flu, obat
demam, obat penahan nyeri, atau obat pelangsing juga beresiko sebagai penyebab stroke. Beberapa zat
aktif dapat memicu gangguan kardiovaskular dan sejumlah penyakit berbahaya.

2.7.8 Menghindari stres

Stres memang merupakan metabolisme tubuh, tetapi jika stres tidak dikendalikan, akan menimbulkan
kesan pada tubuh dengan adanya ‘bahaya’ sehingga tubuh akan merespon secara berlebihan dengan
mengeluarkan hormon-hormon yang membuat tubuh waspada, sehingga berefek tekanan darah
meningkat. Selain itu, kecenderungan orang yang sedang stres umumnya akan mendorong seseorang
melakukan tidakan yang merugikan diri sendiri, seperti merokok, makanan dengan kolesterol tinggi atau
berlemak, sehingga tubuh mengeluarkan hormon yang berlebihan. Secara biologis pun, stres dapat
mengakibatkan menurunnya fungsi kekebalan tubuh (imunitas) sehingga tubuh retan terhadap serangan
penyakit.

2.8 Upaya Penyembuhan Stroke

Berikut adalah kiat-kiat untuk menangani penyakit stroke. Cara menangani penyakit stroke ini dibagi
menjadi 2 tipe, yaitu:
2.8.1 Penanganan Stroke Tipe Iskemik

Lebih dari 2/3 kasus stroke merupakan tipe iskemik. Stroke tipe ini bisa diakibatkan oleh dua hal, yakni
akibat trombosis maupun emboli. Trombosis maupun emboli menyebabkan terjadinya penyumbatan
aliran arteri di otak, yang mengkibatkan kematian sel-sel saraf di daerah tersebut yang disebut
penumbra. Penanganan penyakit stroke yang cepat dan tepat akan mampu menyelamatkan sel-sel otak
di daerah penumbra ini dari ancaman kematian. Dengan menggunakan CT Scan atau MRI, kerusakan sel-
sel otak akibat stroke tipe iskemik biasanya dapat diamati dalam 6 jam pertama sejak terjadinya stroke.

Prinsip terapi pada stroke tipe iskemik adalah dengan menghilangkan atau menghancurkan trombus
atau emboli yang menyumbat aliran darah arteri di daerah tertentu dengan menggunakan obat-obatan
yang dikenal sebagai trombolitik. Penderita penyakit tipe iskemik juga perlu mendapatkan obat anti
pembekuan darah dan obat pengencer darah, demi mencegah terbentuknya kembali trombus atau
emboli. Selain itu, perlu digunakan obat-obatan yang berfungsi untuk meningkatkan daya tahan sel otak
dari dampak negatif stroke untuk menjaga sel-sel otak di daerah penumbra.

2.8.2 Penanganan Stroke Tipe Pendarahan

Pada kasus tipe perdarahan terjadi penyebaran cairan atau bekuan darah ke beberapa daerah di dalam
tengkorak (intrakanial). Kondisi ini dapat menimbulkan beberapa komplikasi diantaranya :

1. Peningkatan sel darah intrakanial

2. Pembengkakan sel otak (edema)

3. Efek penekanan terhadap struktur otak dan pembuluh darah di sekitarnya

4. Spasme arteri (vasospame) akibat perdarahan subarakhnoid

Prinsip penanganan stroke tipe ini dilakukan dengan beberapa cara, yakni sebagai berikut :

1. Mengurangi dampak negatif akibat peningkatan tekanan intrakranial, yakni melalui operasi untuk
mengangkat cairan atau bekuan darah.

2. Menurunkan tekanan darah dengan pemberian obat-obatan anti hipertensi.

3. Memberikan obat-obatan steroid untuk mencegah timbulnya spasme arteri (vasospasme) , yang
kerap muncul pada stroke perdarahan subarakhnoid.

BAB III

PENUTUP
3.1 Kesimpulan

Dari pembahasan diatas dapat disimpulkan bahwa stroke adalah sebuah penyakit yang menyerang
pembuluh darah pada otak. Hingga saat ini stroke dikategorikan sebagai penyebab kematian ketiga
setelah penyakit jantung dan kanker, disamping sebagai penyebab kecacatan jangka panjang nomor satu
di dunia.

Secara umum, stroke diklasifikasikan menjadi stroke iskemik yang terdiri dari emboli ekstrakranial dan
trombosis intrakranial, serta stroke hemoragik yang terdiri dari perdarahan intraserebral dan
perdarahan subaraknoid.

Berbagai macam faktor resiko pemicu stroke penting untuk diketahui berkaitan dengan penentuan
upaya pencegahan dan pengobatan yang baik dan tepat bagi penderita. Faktor resiko dibagi menjadi
faktor yang dapat dikendalikan dan faktor tak terkendali. Kebiasaan dan pola hidup yang buruk menjadi
kontribusi utama pemicu stroke.

Gejala awal stroke patut diwaspadai oleh setiap orang. Tidak sesungguhnya benar bahwa stroke adalah
serangan mendadak. Sebelum serangan stroke datang, telah ada gejala-gejala tertentu yang memberi
petunjuk adanya resiko stroke pada diri seseorang. Gejala-gejala tersebutlah yang menjadi peringatan
dan tidak boleh diremehkan.

3.2 Saran

Stroke memang mencemaskan, namun tidak seharusnya menyebabkan kepanikan. Masih ada jalan
untuk mecegah dan bahkan menyembuhkan stroke. Sebuah saran bijak bagi kita semua, “mencegah
jauh lebih baik daripada mengobati”. Oleh karena itu, untuk mencegah terjadinya stroke, maka yang
harus kita ubah mulai sekarang adalah pola hidup dan pola makan yang sehat dan teratur. Jika kita
membiasakan hidup sehat, maka kita tidak akan mudah terserang penyakit.

DAFTAR PUSTAKA

Lingga, Lanny. 2013. All About Stroke. Jakarta: Elex Media Komputindo

Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. 2000. Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta : Media
Aesculapius

http://buyungchem.wordpress.com/makalah-stroke-oleh-tri-amalia-saud/

http://mirnaaprilia.wordpress.com/2013/03/14/karya-tulis-ilmiah-sederhana/
http://ktiputuakfat.blogspot.com/2010/02/asuhan-keperawatan-pada-klien-stroke.html

Anda mungkin juga menyukai