Anda di halaman 1dari 24

MAKALAH

KONSEP DAN ASUHAN KEPERAWATAN STROKE

Disusun oleh :
Kelompok 9
1. Ira Andriyana
2. Julia
3. Vera Kurniawaty
4. Ria Elmiana

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN NON REGULER


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN HANG TUAH
TANJUNG PINANG
2022 / 2023

i
KATA PENGANTAR

Syukur Alhamdulillah penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, berkat rahmat dan

hidayah-Nyalah Makalah ini dapat diselesaikan tepat pada waktunya dengan judul “Konsep

Dan Asuhan Keperawatan Stroke”. Shalawat dan salam semoga tercurah pada junjungan kita

Nabi Muhammad SAW yang telah berjuang dengan semangatnya yang begitu mulia yang

telah membawa kita dari jaman jahilliyah kepada jamani islamiyah.

Dalam menyelesaikan makalah ini banyak sekali hambatan yang penulis temui,

berkat keyakinan, kemauan penulis dan dorongan dari semua pihak akhirnya makalah ini

dapat terselesaikan.

Penulis menyadari makalah ini jauh dari kesempurnaan dan banyak kekurangannya,

maka dari itu penulis mohon saran dan kritik yang sifatnya membangun dari pembaca. Pada

kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah banyak

membantu dan semoga mendapat imbalan yang setimpal dari Tuhan YME, kepada-Nyalah

kita berserah diri dan bermohon bahwa makalah ini hendaknya dapat bermanfaat bagi semua

pihak.

Dabo Singkep, 13 Januari 2023

Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR................................................................................................................i
DAFTAR ISI..............................................................................................................................ii
BAB I.........................................................................................................................................1
PENDAHULUAN......................................................................................................................1
A. Latar Belakang................................................................................................................1
B. Rumusan Masalah...........................................................................................................4
C. Tujuan..............................................................................................................................4
D. Manfaat............................................................................................................................4
BAB II........................................................................................................................................6
PEMBAHASAN........................................................................................................................6
2.1. Konsep Stroke Pada Lansia............................................................................................6
2.2. Klasifikasi.......................................................................................................................6
2.3. Etiologi...........................................................................................................................8
2.4. Patofisiologi...................................................................................................................9
2.5. Pathway........................................................................................................................10
2.6. Penatalaksanaan Farmakologi dan Non Farmakologi..................................................11
BAB III.....................................................................................................................................12
ASUHAN KEPERAWATAN..................................................................................................12
3.1. Anamnesa..................................................................................................................12
3.2. Pengkajian Fisik........................................................................................................13
3.3. Laboratorium dan Pemeriksaan Penunjang / Diagnostik..........................................14
3.4. Diagnosis Keperawatan Berdasarkan Prioritas..........................................................15
3.5. Rencana Asuhan Keperawatan.................................................................................16
3.6. Intervensi Keperawatan Terapi Komplementer Sesuai Jurnal..................................18
BAB IV....................................................................................................................................19
PENUTUP................................................................................................................................19
A. KESIMPULAN.............................................................................................................19
B. SARAN.........................................................................................................................20
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................21

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Stroke menjadi salah satu masalah kesehatan utama bagi masyarakat. Hampir di

seluruh dunia stroke menjadi masalah yang serius dengan angka morbiditas dan mortalitas

yang lebih tinggi dibandingkan dengan angka kejadian penyakit kardiovaskuler. Serangan

stroke yang mendadak dapat menyebabkan kecacatan fisik dan mental serta kematian, baik

pada usia produktif maupun lanjut usia (Dewi & Pinzon, 2016).

Stroke dapat dibedakan menjadi dua yaitu Stroke Hemoragik dan Stroke Non

Hemoragik. Stroke Non Hemoragik adalah stroke yang terjadi karena tersumbatnya

pembuluh darah yang menyebabkan aliran darah ke otak sebagian atau keseluruhan

terhenti. Hampir 83% pasien mengalami stroke jenis ini. Stroke Non Hemoragik dibedakan

menjadi tiga yaitu Stroke Trombotik adalah proses terbentuknya thrombus hingga menjadi

gumpalan. Stroke Embolik adalah pembuluh arteri yang tertutup oleh bekuan darah.

Hipoperfusion Sistemik adalah gangguan denyut jantung yang disebabkan oleh aliran

darah ke seluruh bagian tubuh berkurang (Pudiastuti, 2011).

Setiap tahunnya di dunia, terdapat sekitar 795.000 kasus stroke, baik itu kasus baru

maupun rekuren. 610.000 diantaranya adalah kasus yang baru dan 185.000 adalah kasus

rekuren. Setiap 40 detik, seseorang di Amerika Serikat terkena serangan stroke dan setiap 4

menit seseorang di Amerika meninggal akibat stroke. Stroke merupakan penyebab

kesakitan dan kematian nomor dua di Eropa dan nomor tiga di Amerika Serikat. Sebanyak

10% pasien stroke mengalami kelemahan dan memerlukan perawatan (Batticaca B.

Fransisca, 2008).

Kejadian kasus stroke 100 sampai 300 orang per 100.000 penduduk per tahun.

Stroke merupakan penyebab kematian nomor satu di Indonesia dan pada tahun 2030

diperkirakan akan terus meningkat mencapai 23,3 juta kematian. Stroke non hemoragik

1
atau stroke iskemik adalah yang terbanyak (Triasti & Pudjonarko, 2016). Berdasarkan

diagnosis tenaga kesehatan, prevalensi stroke mengalami peningkatan dari 7‰ pada Riset

Kesehatan Dasar tahun 2013 menjadi 10,9 ‰ pada Riset Kesehatan Dasar tahun 2018

(Riskesdas, 2018).

Masalah keperawatan yang muncul akibat stroke non hemoragik sangat bervariasi

tergantung dari luas daerah otak yang mengalami infark atau kematian jaringan dan lokasi

yang terkena. Salah satu masalah keperawatan yang muncul pada pasien stroke non

hemoragik yaitu gangguan kamunikasi verbal. Pasien stroke non hemoragik yang

mengalami gangguan komunikasi verbal berarti otak sebelah kiri pasien mengalami

gangguan (Johan & Susanto, 2018). Gangguan komunikasi setiap pasien stroke berbeda –

beda, ada yang sulit berbicara, sulit menangkap pembicaraan orang lain, dapat berbicara

tetapi kacau atau sulit diartikan, tidak dapat membaca dan menulis, atau bahkan tidak dapat

lagi mengenali bahasa isyarat yang dilakukan oleh orang lain untuknya (Lanny Lingga,

2013). Gangguan komunikasi verbal merupakan penurunan, perlambatan, atau

ketidakmampuan untuk menerima, memproses, mengirim dan atau menggunakan sistem

simbol (PPNI, 2016).

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka dapat di rumuskan rumusan masalah

ini adalah: “Bagaimana konsep dan asuhan keperawatan Stroke ?”

C. Tujuan

1. Mengetahui pengertian dari stroke

2. Mengetahui penyebab dari stroke

3. Mengetahui Gejala stroke

4. Mengetahui bagaimana cara mencegah stroke

5. Mengetahui komplikasi dari penyakit stroke

6. Mengetahui diagnosis stroke

7. Mengetahui penatalaksanaan stroke

2
8. Mengetahui pola asuhan keperawatan stroke.

D. Manfaat

a. Bagi Institusi Pendidikan

Dapat dijadikan sebagai bahan referensi bagi mahasiswa dalam memberikan asuhan

keperawatan pada lansia post-stroke iskemik dengan latihan keseimbangan cord stability

untuk mengurangi risiko jatuh.

b. Bagi Pelayanan Kesehatan

Makalah ini dapat dijadikan acuan dalam membuat SOP dan menjadi pertimbangan

dalam memberikan discharge planning pada keluarga yang memiliki anggota keluarga

dengan post-stroke iskemik.

3
BAB II

PEMBAHASAN

A. KONSEP STROKE

1. Pengertian Stroke

Stroke atau dengan istilah lain CVA ( Cardio Vaskular Attack ) terjadi saat terjadi

gangguan aliran darah normal ke jaringan otak. CVA yang terjadi tiba-tiba dan

menghasilkan defisit neurologis fokal yang berlangsung lebih dari 24 jam. Tindakan

pengobatan emergency sangat diperlukan untuk mencegah terjadinya defisit neurologis

permanen dan kecacatan.

Menurut Muttaqin (2011) Stroke merupakan kelainan fungsi otak yang timbul

mendadak yang disebabkan terjadinya gangguan peredaran darah otak dan bisa terjadi pada

siapa saja dan kapan saja dengan gejala-gejala berlangsung selama 24 jam atau lebih yang

menyebabkan cacat berupa kelumpuhan anggota gerak, gangguan bicara, proses berfikir,

daya ingat dan bentuk-bentuk kecacatan lain hingga menyebabkan kematian.

Stroke adalah penyakit pada otak berupa gangguan fungsi syaraf lokal dan/atau global,

munculnya mendadak, progresif, dan cepat. Gangguan fungsi syaraf pada stroke

disebabkan oleh gangguan peredaran darah otak non traumatik. (Depkes, 2013).

2. Klasifikasi

Berdasarkan penyebabnya, stroke diklasifikasikan menjadi dua jenis yaitu (P2PTM

Kemenkes RI) :

a. Stroke Hemoragik

Stroke yang disebabkan oleh pecahnya pembuluh darah di otak. Terjadi karena

adanya tekanan darah ke otak tinggi sehingga menekan pembuluh darah dan

pembuluh darah yang tersumbat tidak dapat menahan tekanan tersebut. Akibat dari

perdarahan, darah akan menggenangi otak. Darah yang membawa oksigen dan

4
nutrisi tidak sampai ke target organ atau sel otak. Akibatnya, sebagian otak tidak

mendapat pasokan makanan. Tekanan yang kuat membuat kebocoran dan juga

merusak sel-sel otak di sekelilingnya, Bila tekanannya sangat tinggi, pasien koma

bahkan meninggal dunia. Pecahnya pembuluh darah juga bisa terjadi lantaran

dinding pembuluh yang lemah, sehingga mudah robek. Stroke hemoragik

dibedakan menjadi dua yaitu stroke hemoragik intraserebral dan hemorargik

subarachnoid (Sutrisno, 2007).

b. Stroke Iskemik

Tersumbatnya pembuluh darah yang menyebabkan aliran darah ke otak sebagian

atau keseluruhan terhenti. Stroke iskemik dibagi menjadi empat jenis, yaitu :

1) TIA (Transient Ischemic Attack)

TIA (Transient Ischemic Attack) merupakan serangan stroke sementara. Terjadi

secara mendadak dan singkat akibat iskemia otak fokal yang cenderung

membaik dengan kecepatan dan tingkat penyembuhan bervariasi dalam 24 jam.

TIA merupakan hal penting yang merupakan peringatan dini akan kemungkinan

terjadinya stroke di masa mendatang. Seranganserangan TIA ini berkembang

menjadi stroke iskemik trombotik sangatlah besar. Gejalanya antara lain pucat,

ekstremitas lumpuh, vertigo, disfagia (sulit menelan), mual, ataksia (jalan

sempoyongan). Pasien juga tidak bisa memahami pembicaraan dengan orang

lain, kesulitan melihat, serta hilangnya keseimbangan dan koordinasi (Price &

Wilson, 2012).

2) Stroke Lakunar

Stroke lakunar terjadi karena penyakit pembuluh halus dan dapat menyebabkan

sindrom stroke yang biasanya muncul dalam beberapa jam atau kadang-kadang

lebih lama. Terdapat empat sindrom lakunar yang sering dijumpai diantaranya

hemiparesis motorik murni akibat infark kapsula interna posterior, stroke

sensorik murni akibat infark thalamus dan hemiparesis ataksik atau disatria

5
serta gerakan tangan atau lengan, Infark lakunar terjadi setelah oklusi

aterotrombotik. Oklusi menyebabkan thrombosis pada arteria serebri media,

arteri vertebra basilaris, arteri karotis interna. Thrombosis yang terjadi

menyebabkan daerah-daerah tersebut infark, bersifat lunak, dan disebut lakunar

(Price & Wilson, 2012).

3) Stroke Iskemik Trombotik

Stroke jenis ini terjadi karena adanya penggumpalan pada pembuluh darah ke

otak. Stroke iskemik trombotik secara klinis disebut juga sebagai serebral

thrombosis. Sebagian besar dari stroke ini terjadi saat tidur ketika pasien

relative mengalami dehidrasi dan dinamika sirkulasi menurun. Lokasi yang

kerap terjadi terdapat di arteri serebri media, arteri vertebra basilaris dan arteri

karotis interna. Para pasien stroke ini mungkin sudah mengalami beberapa kali

serangan TIA tipe lakunar sebelum akhirnya mengalami stroke. Dalam banyak

kasus, thrombosis pembuluh darah besar diakibatkan oleh ateroskerosis yang

diikuti oleh terbentuknya gumpalan darah yang cepat, juga ditopang oleh

tingginya kadar kolesterol (Sutrisno, 2007)

4) Stroke iskemik embolitik

Stroke embolitik tidak terjadi di otak, melainkan di jantung. Embolus berasal

dari bahan trombotik yang terbentuk di dinding rongga jantung atau katup

mitralis. Penggumpalan darah yang terjadi di area sirkulasi organ jantung

mengakibatkan darah tidak bisa mengaliri oksigen dan nutrisi ke otak. Kelainan

pada jantung ini menyebabkan curah jantung berkurang dan perfusi mengalami

penurunan . Stroke jenis ini muncul pada saat penderita menjalani aktivitas

fisik, misalnya berolahraga. Ketika berolahraga, tiba-tiba tekanan darah

menurun. Akibatnya, jantung gagal memompa darah ke otak atau adanya

embolus yang terlepas dari jantung sehingga menyebabkan penyumbatan

pembuluh darah di otak (Sutrisno, 2007)

6
3. Etiologi

Beberapa keadaan dibawah ini dapat menyebabkan stroke antara lain :

a. Thrombosis Cerebral

Thrombosis ini terjadi pada pembuluh darah yang mengalami oklusi sehingga

menyebabkan iskemi jaringan otak yang dapa menimbulkan oedema dan kongesti di

sekitarnya. Thrombosis biasanya terjadi pada orang tua yang sedang tidur atau bangun

tidur. Hal ini dapat terjadi karena penurunan aktivitas simpatis dan penurunan

tekanan darah yang dapat menyebabkan iskemi serebral. Tanda dan gejala neurologis

seringkali memburuk pada 48 jam setelah thrombosis.

b. Embolisme Serebral

Emboli serebral merupakan penyumbatan pembuluh darah otak oleh bekuan darah,

lemak dan udara. Pada umumnya emboli berasal dari thrombus di jantung yang

terlepas dan menyumbat sistem arteri serebral. Emboli tersebut berlangsung cepat dan

gejala timbul kurang dari 10-30 detik. Beberapa keadaan dibawah ini dapat

menimbulkan emboli :

1) Katup-katup jantung yang rusak akibat Rheumatik Heart Desease (RHD)

2) Myokard infark

3) Fibrilasi Keadaan aritmia menyebabkan berbagai bentuk pengosongan ventrikel

sehingga darah terbentuk gumpalan kecil dan sewaktu-waktu kosong sama sekali

dengan mengeluarkan embolus-embolus kecil.

4) Endokarditis oleh bakteri dan non bakteri, menyebabkan terbentuknya gumpalan-

gumpalan pada endocardium.

c. Haemorhagi Serebral

Perdarahan intrakranial atau intraserebral termasuk perdarahan dalam ruang

subarachnoid atau kedalam jaringan otak sendiri. Perdarahan ini dapat terjadi karena

atherosklerosis dan hypertensi. Akibat pecahnya pembuluh darah otak menyebabkan

perembesan darah kedalam parenkim otak yang dapat mengakibatkan penekanan,

7
pergeseran dan pemisahan jaringan otak yang berdekatan ,sehingga otak akan

membengkak, jaringan otak tertekan, sehingga terjadi infark otak, oedema, dan

mungkin herniasi otak.

Penyebab perdarahan otak yang paling lazim terjadi :

1) Aneurisma Berry,biasanya defek kongenital.

2) Aneurisma fusiformis dari atherosklerosis.

3) Aneurisma myocotik dari vaskulitis nekrose dan emboli septis.

4) Malformasi arteriovenous, terjadi hubungan persambungan pembuluh darah

arteri, sehingga darah arteri langsung masuk vena.

5) Ruptur arteriol serebral, akibat hipertensi yang menimbulkan penebalan dan

degenerasi pembuluh darah.

d. Hypoksia Umum

1) Hipertensi yang parah.

2) Cardiac Pulmonary Arrest

3) Cardiac output turun akibat aritmia

e. Hipoksia setempat

a. Spasme arteri serebral , yang disertai perdarahan subarachnoid.

b. Vasokontriksi arteri otak disertai sakit kepala migrain. (Wijaya & Putri, 2013)

4. Patofisiologi

Stroke dapat disebabkan oleh trombosis akibat plak aterosklerosis yang memberi

vaskularisasi pada otak atau oleh emboli dari pembuluh darah diluar otak yang tersangkut

di arteri otak. Saat terbentuknya plak fibrosis (ateroma) di lokasi yang terbatas seperti di

tempat percabangan arteri. Trombosit selanjutnya melekat pada permukaan plak bersama

dengan fibrin, perlekatan trombosit secara perlahan akan memperbesar ukuran plak

sehingga terbentuk trombus (Sudoyo, Setyohadi, & dkk, 2009).

Pada emboli, dapat berupa bekuan darah, udara, plaque, atheroma fragmen lemak

yang akan terlepas dan terbawa darah hingga terperangkap dalam pembuluh darah distal.

8
Sedangkan, jika etiologi stroke adalah hemoragi maka faktor pencetus adalah hipertensi.

Emboli septik dapat menyebabkan pembentukan aneurisma serebral mikotik, sehingga

terjadi rupture dan dapat menyebabkan hemorargi (Wijaya & Putri, 2013).

Otak sangat tergantung pada oksigen dan tidak mempunyai cadangan oksigen. Jika

aliran darah ke setiap bagian otak terhambat karena trombus dan embolus, maka mulai

terjadi kekurangan oksigen ke jaringan otak (Wijaya & Putri, 2013).

Tanpa pasokan darah yang memadai, sel-sel otak kehilangan kemampuan untuk

menghasilkan energi-terutama adenosin trifosfat (ATP) dan mengalami asidosis

metabolik. Apabila terjadi kekurangan energi ini, pompa natrium-kalium sel berhenti

berfungsi sehingga neuron membengkak, hal ini akan menimbulkan peningkatan

intrakranial dan akan menimbulkan nyeri. Salah satu cara sel otak berespon terhadap

kekurangan energi ini adalah dengan meningkatkan kalsium intrasel. Hal ini juga

mendorong proses eksitotoksisitas, yaitu sel-sel otak melepaskan neuro transmitter

eksitatorik glutamat yang berlebihan. Glutamat yang dibebaskan ini merangsang aktivitas

kimiawi dan listrik di sel otak lain dengan melekat ke suatu molekul di neuron lain yaitu

reseptor N-metil-Daspartat (NMDA).

Pengikatan reseptor ini memicu pengaktifan enzim nitratoksida sintase (NOS), yang

menyebabkan terbentuknya molekul gas nitrat oksida (NO). Pembentukan NO dapat

terjadi secara cepat dalam jumlah besar sehingga terjadi kerusakan dan kematian neuron.

Akhirnya jaringan otak yang mengalami infark dan respon inflamasi akan terpicu (Ester,

2010 ; Wakhidah, 2015).

Ketidakefektifan perfusi jaringan pada otak dapat terjadi dimana saja di dalam arteri-

arteri yang membentuk sirkulasi Willisi : arteria karotis interna dan system

vertebrobasilar dan semua cabangcabangnya. Secara umum apabila darah ke jaringan

otak terputus selama 15-20 menit, akan terjadi infark atau kematian jaringan. Namun,

perlu diingat bahwa oklusi di suatu arteri tidak selalu menyebabkan infark didaerah otak

yang diperdarahi oleh arteri tersebut.

9
Apabila terjadi infark pada bagian otak yang berperan sebagai pengendali otot maka

tubuh akan mengalami penurunan kontrol volunter yang akan menyebabkan hemiplagia

atau hemiparese sehingga tubuh akan mengalami hambatan mobilitas, defisit perawatan

diri karena tidak bisa menggerakkan tubuh untuk merawat diri sendiri, pasien tidak

mampu untuk makan sehingga nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh. Defisit neurologis

juga akan menyebabkan gangguan pencernaan sehingga mengalami disfungsi saluran

pencernaan dan kandung kemih lalu akan mengalami gangguan eliminasi. Karena ada

penurunan kontrol volunter maka kemampuan batuk juga akan berkurang dan

mengakibatkan penumpukan sekret sehingga pasien akan mengalami gangguan jalan

nafas dan pasien kemungkinan tidak mampu menggerakkan otot-otot untuk bicara

sehingga pasien mengalami gangguan komunikasi verbal berupa disfungsi bahasa dan

komunikasi.

5. Pathway

10
11
6. Komplikasi

Menurut Hariyanto & Sulistyowati (2015), komplikasi pada stroke antara lain :

a. Peningkatan tekanan intracranial.

b. Disritmia jantung.

c. Kontraktur.

d. Immobilisasi yang dapat menyebabkan infeksi pernapasan, decubitus, dan

konstipasi.

e. Paralisis yang dapat menyebabkan nyeri kronis, resiko jatuh, atropi.

f. Kejang akibat kerusakan atau gangguan pada listrik otak.

g. Nyeri kepala kronis seperti migrain.

h. Malnutrisi

7. Pemeriksaan Penunjang

Menurut Wijaya & Putri (2013), pemeriksaan penunjang pada penyakit stroke antara lain :

12
BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN

3.1. Anamnesa

A. Identitas

1. Identitas Klien

Identitas umum meliputi nama, umur (kebanyakan terjadi pada usia tua), jenis

kelamin (pada umumnya stroke lebih banyak menyerang pada laki-laki dibandingkan pada

wanita, risiko strokepria 1,25 lebih tinggi dibandingkan wanita, hal ini tidak lepas karena

laki-laki memiliki pola gaya hidup yang tidak sehat. Pola makan yang salah,

merokok,meminum,alkohol, dan kurang berolahraga menjadi salah satu faktor yang dapat

menyebabkan timbulnyastroke), pendidikan, alamat, pekerjaan ,agama, suku bangsa,

tanggal dan jam MRS, nomer register, diagnosa medis (Widoyono, 2011)

2. Identitas Penanggung Jawab

Terdiri dari nama, umur, jenis kelamin, agama, pendidikan, pekerjaan, hubungan dengan

pasien

B. Riwayat Kesehatan

1. Keluhan Utama

Pada umum keluhan pasien stroke terjadi dalam dua hal yaitu stroke hemoragikdan non

hemoragik. Stroke Non hemoragik biasanya mengalami perubahan tingkat kesadaran, mual

muntah, kelemahan reflek, afasia (gangguan komunikasi), difasia (memahami kata),

kesemutan, nyeri kepala, kejang sampai tidak sadar.Kemudian pada stroke hemoragik

biasanya memiliki keluhan perubahan tingkat kesadaran, sakit kepala berat, mual muntah,

menggigil/berkeringat, peningkatan intrakranial, afasia, hipertensi hebat, distress

pernafasan dan koma (Rosjidi, H.C dan Nurhidayat S, 2014)

2. Riwayat kesehatan

Pengkajian yang mendukung dalam hal ini adalah apakah sebelumnya pasien pernah

menderita stroke, adanya riwayat berupa hipertensi, riwayat penyakit jantung sebelumnya,

13
diabetes mellitus, penggunaan oral kontrasepsi, alkohol, dan hiperkolesterolemia

ataukolesterol tinggi (Kandou Manado, 2013)

3. Riwayat kesehatan Keluarga

Dalam hal ini kaji penyakit penyerta yang pernah diderita keluarga pasien seperti

diabetes mellitus dan obesitas, adakah keluarga pasien yang menderita penyakit stroke

sebelumnya seperti penyakit keturunan yang diperoleh dari beberapa mekanisme yaitu

faktor genetik, faktor kepekaan genetik, faktor lingkungan, dan gaya hidup (Tumewah

dkk,2015).

3.2. Pengkajian Fisik

1. Keadaan Umum : lemah, pucat, tanda vital tacikardi, pernafasan cepat.

2. Wajah klien tampak meringis, konjungtiva anemis, mulut mukosa bibir kering

3. Klien hanya menghabiskan 1/3 porsi yang disediakan, otot menelan lemah

4. Dada

 Inspeksi : Bentuk dada simetris kiri dan kanan, pernafasan cepat

 Palpasi : Nyeri tekan

 Perkusi : Bunyi ketok sonor

 Auskultasi : Tidak ada suara nafas tambahan

5. Abdomen

 Inpeksi : Simetris kiri dan kanan, memegang perut saat nyeri

 Palpasi : Nyeri tekan abdomen

 Perkusi : Bunyi ketok timpani

 Auskultasi : Bising usus kanan

6. Klien Integumen warna kulit pucat, turgor kulit jelek, ekstremitas takikardi, kekuatan otot

lemah

7. Klien dibantu keluarga dalam beraktivitas

3.3. Laboratorium dan Pemeriksaan Penunjang / Diagnostik

14
1) Noncontrast Computed Tomography(CT) scanning merupakan pemeriksaan umum yang

digunakan untuk evaluasi pasien dengan stroke akut.

2) Angiografi serebri Membantu menentukan penyebab dari stroke secara spesifik seperti

stroke perdarahan arteriovena atau adanya ruptur. Pada stroke perdarahan akan ditemukan

adanya aneurisma

3) Lumbal fungsi Pada pasien stroke hemoragik, saat pemeriksaan cairan lumbal maka

terdapat tekanan yang meningkat disertai bercak darah.

4) CT-Scan Memperhatikan secara spesifik letak edema, posisi hematoma, adanya jaringan

otak yang infark atau iskemia, serta posisinya secara pasti. Hasil pemerksaan biasanya

didapatkan hiperdens fokal, kadang masuk ke ventrikel atau menyebar ke permukaan otak.

5) Macnetic Resonance Imaging(MRI) Menentukan posisi serta besar/luas terjadinya

perdarahan otak. Hasil pemeriksaan didapatkan area yang mengalami lesi dan infark akibat

dari hemoragik

6) USG DopplerUntuk mengidentifikasi adanya penyakit arteriovena (masalah sistem karotis)

7) EEG Pemeriksaan ini bertujuan untuk melihat masalah yang timbuldan dampak dari

jaringan yang infark sehingga menurunnya impuls listrik dalam jaringan otak.

8) Pemeriksaan darah lengkap seperti Hb, Leukosit, Trombosit, Eritrosit. Hal ini berguna

untuk mengetahui apakah pasien menderita anemia. Sedangkan leukosit untuk melihat

sistem imun pasien. Bila kadar leukosit diatas normal, berarti ada penyakit infeksi yang

sedang menyerang pasien.

9) Test darah koagulasi Test darah ini terdiri dari 4 pemeriksaan, yaitu: prothrombin time,

partial thromboplastin (PTT), International Normalized Ratio(INR) dan agregasi trombosit.

Keempat test ini gunanya mengukur seberapa cepat darah pasien menggumpal. Gangguan

penggumpalan bisa menyebabkan perdarahan atau pembekuan darah.

10) Test kimia darah Cek darah ini untuk melihat kandungan gula darah, kolesterol, asam urat,

dll.

3.4. Diagnosis Keperawatan Berdasarkan Prioritas

15
1. Gangguan Perfusi Jaringan Cerebral b/d Gangguan Aliran Darah Sekunder Akibat

Peningkatan Tekanan Intracranial

2. Gangguan Komunikasi Verbal b/d Kehilangan Kontrol Otot Facial atau Oral

3. Gangguan Mobilitas fisik b/d Kerusakan Neuromuscular

4. Resiko Gangguan Nutrisi Kurang Dari Kebutuhan Tubuh b/d Ketidakmampuan Menelan

5. Kurangnya Perawatan Diri b/d Hemiparese / Hemiplegi

6. Gangguan Presepsi Sensori : Perabaan yang b/d Penekanan Pada Saraf Sensori.

7. Resiko Terjadinya Ketidakefektifan Bersihan Jalan Nafas b/d Menurunnya Refleks Batuk.

8. Resiko Gangguan Integritas Kulit b/d Tirah Baring lama

9. Gangguan Eliminasi Urin b/d Penurunan Sensasi

10. Gaungguan Eliminasi Avi (Konstipasi) b/d Imobilisasi.

3.5. Rencana Asuhan Keperawatan

No SDKI SLKI SIKI


1 Gangguan Setelah dilakukan tindakan1.1. Berikan penjelasn
Perfusi Jaringan keperawatan selama ... x 24 kepada keluarga klien
Cerebral b/d jam diharapkan klien dapat tentang sebabsebab
Gangguan Aliran mempertahankan Perfusi peningkatan TIK dan
Darah Sekunder Jaringan Otak dengan akibatnya.
Akibat kriteria hasil: 1.2. Anjurkan Kepada
Peningkatan klien untuk bed rest total
Tekanan 1. Tidak gelisah 1.3. Observasi dan catat
Intracranial (3) ke (5) Tanda tanda vital
2. Tidak ada nyeri kepala (3) ke1.4. Berikan posisi kepala
(5) lebih tinggi 1530 dengan
3. GCS 456 (3) ke (5) jantung
4. Tanda tanda vital (2) ke (5) 1.5. Anjurkan klien untuk
5. Pupil isokor,reflek cahaya menghindari batuk dan
(2) ke (5) mengejan berlebihan
1.6. Ciptakan lingkungan
Keterangan: yang tenang dengan
1 = Memburuk pemberian terapi
komplementer seperti

16
2 = Cukup Memburuk terapi zikir,musik dll.
3 = Sedang 1.7. Kolaborasi dengan
4 = Cukup membaik dokter dalam pemberian
5 = Membaik obat neuroprotektor.

2 Gangguan Setelah dilakukan tindakan2.1. Kaji tipe/derajat


Komunikasi keperawatan selama … x 24 disfungsi,seperti pasien
Verbal b/d jam diharapkan klien dapat tidak tampak.
Kehilangan mempertahankan Kekuakan2.2. Bedakan antara
Kontrol Otot Komunikasi Verbal klien afasia dengan disatria.
Facial atau Oral dengan kriteria hasil: 2.3. Perhatikan
kesalahan dalam
1. Menerima pesan pesan komunikasi dan berikan
melalui metode alernatif (2) umpan baik.
ke (5) 2.4. Mintalah pasien
2. Memperlihatkan suatu untuk mengikuti
peningkatan kemampuan perintah sederhana
berkomunikasi (2) ke (5) seperti buka mata tunjuk
3. Meningkatkan kemampuan ke pintu sebagai kalimat
untuk mengerti (2) ke (5) sederhana
4. Mengatakan penurunan 2.5. Tunjukan objek dan
frustasi dalam berkomunikasi minta pasien untuk
(2) ke (5) menyebutkan nama
5. Mampu berbicara yang benda terssebut.
korehen (2) ke (5)

Keterangan:
1 = Memburuk
2 = Cukup Memburuk
3 = Sedang
4 = Cukup membaik
5 = Membaik
3 Gangguan Setelah dilakukan tindakan 3.1. Kaji kemampuan
Mobilitas fisik keperawatan selama … x 24 secara fungsional/luasnya
b/d Kerusakan jam diharapkan klien dapat kerusakan awal dan

17
Neuromuscular mempertahankan Mobilisasi dengan cara yang teratur
klien mengalami peningkatan3.2. Ubah posisi minimal
dengan kriteria hasil: setiap 2 jam
1. Mempertahankan posisi 3.3. Letakan pada posisi
optimal (2) ke (5) telungkap 1 kali.
2. Mempertahankan atau 3.4. Mulailah melakukan
meningkatkan kekuatan gerakan aktif dan pasif
fungsi tubuh (2) ke (5) (ROM)
3. Mempertahankan perilaku 3.5. Sokong ekstermitas
yang memungkinkan adanya dalam fungsionalnya
aktivitas. 3.6. Tempatkan bantal
dibawah aksila untuk
Keterangan:
abduksi pada tangan.
1 = Menurun
2 = Cukup Menurun
3 = Sedang
4 = Cukup Meningkat
5 = Meningkat

3.6. Intervensi Keperawatan Terapi Komplementer Sesuai Jurnal

ul jurnal : Pemberian Terapi Klenengan Gending Jawa Pada Penderita Stroke Di Desa Bandar Agung
Sribawono Lampung Timur
neliti : Sri Haryani,Umi Romayati,Dessy Hermawan,Aryanti Wardiyah,Eka Trismiyana,Wahid Tri
Wahyudi
is : Jurnal Kreativitas Pengabdian Kepada Masyarakat (PKM), P-ISSN: 2615-0921 E-ISSN:
2622-6030
LUME :4
MOR :1
HUN : 2021
L : 31-36

Terapi komplementer adalah cara penanggulangan penyakit yang dilakukan

sebagai pendukung kepada pengobatan medis konvensional atau sebagai pengobatan pilihan

lain diluar pengobatan medis yang konvensional.

18
Ada beberapa jenis terapi komplementer yaitu :

1. Terapi pikiran-tubuh (mind-body)

2. Terapi sistem pengobatan alternatif (alternative medical system)

3. Terapi berbasis biologi (biological based therapies)

4. Terapi manipulatif dan berbasis tubuh (manipulative and body based system)

5. Terapi energi (energy therapies)

6. Terapi pikiran tubuh (mind-body) sebagiannya adalah edukasi pasien, terapi musik, berdoa

dan perbaikan mental.

Pada intervensi keperawatan terapi komplementer kami menggunakan terapi

pikiran tubuh (mind-body) dengan cara terapi musik yaitu Klenengan Gending Jawa. Pada

jurnal Penelitian tahun 2021 tentang “Pemberian Terapi Klenengan Gending Jawa Pada

Penderita Stroke Di Desa Bandar Agung Sribawono Lampung Timur” dengan cara terapi

musik menggunakan Klenengan Gending Jawa mempunyai pengaruh yang bermakna dalam

meningkatkan keadaan penurunan kecemasan dan keadaan fisik serta keluhan pasien

berkurang terkait penyakit stroke dan yang diderita oleh pasien.

Pada Terapi musik itu sendiri mendengarkan musik kleningan gending jawa

klasik memiliki tempo lambat antara 60-100 bpm (beats per menite), frekuensi 8-13 per

menit, harmoni yang lambat, warna nada yang konsisten dan pitch yang rendah dengan tape

recorder atau CD Player selama 10 – 15 menit sebanyak 2 kali pada waktu longgar atau

istirahat dapat menenangkan pikiran pasien agar memberikan vibes positif dalam proses

penyembuhan penyakit stroke pada lansia dan juga membangkitkan rasa percaya diri dan rasa

optimisme (harapan kesembuhan), dimana dua rasa ini merupakan dua hal yang sangat

esensial bagi penyembuhan suatu penyakit di samping obat-obatan dan tindakan medis yang

diberikan.

BAB IV

PENUTUP

A. KESIMPULAN

19
Dampak psikologis penderita stroke pada lansia akan terjadi perubahan mental.

Setelah stroke memang dapat terjadi gangguan pada daya pikir, kesadaran, konsentrasi,

kemampuan belajar, dan fungsi intelektual lainnya. Semua hal tersebut dengan sendirinya

memengaruhi kondisi psikologis penderita. Salah satu cara proses penyembuhan penyakit

stroke pada lansia dengan terapi komplementer yaitu dengan terapi musik klenengan gending

jawa yang membuat pikiran menjadi rilex dan tenang dan ini sudah dibuktikan oleh jurnal

penelitian yang dapat membangkitkan rasa percaya diri dan rasa optimisme (harapan

kesembuhan), dimana dua rasa ini merupakan dua hal yang sangat esensial bagi

penyembuhan suatu penyakit di samping obat- obatan dan tindakan medis yang diberikan.

B. SARAN

Mahasiswa keperawatan dan seseorang yang profesinya sebagai perawat diharapkan

mampu memahami dan menguasai berbagai hal tentang stroke seperti etiologi, patofisiologi,

manifestasi klinis, dan lainnya, serta konsep keperawatan bagi pasien yang menderita stroke,

agar gangguan pada sistem persarafan ini dapat teratasi dengan baik.

Institusi pendidikan dapat menjadikan makalah ini sebagai referensi untuk dapat

menambah wawasan tentang Asuhan Keperawatan pada Pasien dengan Stroke dan makalah

ini juga dapat dijadikan referensi untuk menambah pengetahuan bagi para pembaca.

20
DAFTAR PUSTAKA

Darmawan D. Struk. J Chem Inf Model. 2019;53(9):1689–99.

Haryani, S., Keswara, U. R., Hermawan, D., Wardiyah, A., Trismiyana, E., & Wahyudi, W. T.
(2021). Pemberian Terapi Klenengan Gending Jawa Pada Penderita Stroke Di Desa Bandar
Agung Bandar Sribawono Lampung Timur. JURNAL KREATIVITAS PENGABDIAN
KEPADA MASYARAKAT (PKM), 4(1), 31-36.

http://www.p2ptm.kemkes.go.id/infographic-p2ptm/penyakit-paru-kronik/apa-saja-jenis-jenis-
stroke

Kholifah, S.N. (2016). Modul Bahan Ajar Cetak Keperawatan Gerontik. Jakarta: Kemenkes RI
Pusdik SDM Kesehatan

Lukman, L., Putra, S. A., & Aguscik, A. (2020, August). DAMPAK ZIKIR ASMAUL HUSNA
TERHADAP TINGKAT KESADARAN PASIEN STROKE. In Proceeding Seminar
Nasional Keperawatan (Vol. 6, No. 1, pp. 155-160).

PPNI (2018). Standar Luaran Keperawatan Indonesia : Definisi dan kriteria Hasil Keperawatan ,
Edisi 1 . Jakarta : DPP PPNI.

PPNI (2017). Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia : Definisi dan Indikator Diagnostik Edisi
1 . Jakarta : DPP PPNI.

PPNI (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia : Definisi dan tindakan keperawatan ,
Edisi 1 . Jakarta : DPP PPNI.

Ummaroh EN. Pasien CVA (Cerebro Vaskuler Accident) dengan gangguan komunikasi verbal Di
Ruang Aster RSUD Dr. Harjono. Univ muhammadiyah Ponogoro [Internet]. 2019; Available
from: http://eprints.umpo.ac.id/id/eprint/5088

21

Anda mungkin juga menyukai