About
Contact
Dummy Page
Erfansyah. HR
Blog Kumpulan Asuhan Keperawatan Program Profesi STIKes ALMA ATA YOGYAKARTA
MAKALAH
ASUHAN KEPERAWATAN PADA
NY. H DENGAN STROKE HEMORAGIC DI RUANG ICU RSUD
SARAS HUSADA PURWOREJO
Disusun oleh :
ERFANSYAH
120300036
NURUL HIDAYAH
120300058
SITI SUWARSIH
120300063
PRIMA AGUSTIN W
120300072
Alhamdulillah hirrobbil a’lamin segala puji bagi Allah Tuhan semesta alam penulis
panjatkan , karena atas rahmat dan karunianya penulis dapat menyelesaikan makalah dengan
judul ” Asuhan Keperawatan Pada Klien Ny. ”H” Dengan Diagnosa Stroke Hemoragic Di
Ruangan ICU RSUD Saras Husada Purworejo”.
Dalam penulisan makalah ini penulis menemukan kesulitan, Namun berkat bantuan,
bimbingan dan pengarahan dari berbagai pihak akhirnya penulis dapat menyelesaikan makalah
ini sesuai dengan waktu yang diberikan. Untuk itu pada kesempatan ini dengan segala
kerendahan hati izinkanlah saya untuk menyampaikan penghargaan dan rasa terima kasih kepada
yang terhormat :
1. Drg. Gustanul Arifin, M.Kes selaku Direktur RSUD Saras Husada Purworejo.
2. Ibuk Sunarsih S.Kep, Ns Selaku Koordinator Stase Gawat Darurat STIKES Alma Ata
Yogyakarta
3. BapakWidodo SA, S.Kep Ns, MM Selaku Pembimbing Ruang IGD Rumah Sakit Umum Daerah
Saras Husada Purworejo
4. IbukRuwiyah, S.Kep Ns, Selaku Pembimbing Ruang ICU Rumah Sakit Umum Daerah Saras
Husada Purworejo
5. Ibuk Nur Faizah, AMK Selaku Pembimbing Ruang ICU Rumah Sakit Umum Daerah Saras
Husada Purworejo
6. Legino, S.Kep Ns Selaku Pembimbing Ruang IGD Rumah Sakit Umum Daerah Saras Husada
Purworejo
Penulis menyadari Makalah ini jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu penulis sangat
mengharapkan kritikan dan saran yang membangun demi kesempurnaan Makalah ini.
Penulis berharap semoga makalah ini bermanfaat bagi kita semua, khususnya profesi
keperawatan.
DAFTAR ISI
Cover.................................................................................................................. 1
Kata Pengantar.................................................................................................. 2
Daftar Isi ............................................................................................................ 3
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang………………………………………………... 5
B. Tujuan Penulisan……………………………………………… 5
C. Metode Penulisan……………………………………………... 6
D. Sistematika Penulisan…………………………………………. 6
BAB IV PEMBAHASAN
A. Pembahasan ............................................................................ 69
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan…………………………………………………. . 72
B. Saran ………………………………………………………… 72
A. Latar Belakang
Stroke adalah penyebab kematian yang utama.Pola penyebab kematian di rumah sakit
yang utama dari data Departemen Kesehatan Republik Indonesia yang menyebutkan bahwa
stroke menempati urutan pertama sebagai penyebab kematian di RS.Stroke merupakan penyebab
kematian nomor tiga setelah penyakit jantung dan kanker secara global.
Stroke merupakan satu masalah kesehatan yang besar dalam kehidupan modern saat ini.
Di Indonesia, diperkirakan setiap tahun terjadi 500.000 penduduk terkena serangan stroke,
sekitar 2,5 % atau 125.000 orang meninggal, dan sisanya cacat ringan maupun berat. Jumlah
penderita stroke cenderung terus meningkat setiap tahun, bukan hanya menyerang penduduk usia
tua, tetapi juga dialami oleh mereka yang berusia muda dan produktif. Stroke dapat menyerang
setiap usia, namun yang sering terjadi pada usia di atas 40 tahun. Angka kejadian stroke
meningkat dengan bertambahnya usia, makin tinggi usia seseorang, makin tinggi kemungkinan
terkena serangan stroke (Yayasan Stroke Indonesia, 2006).
Angka kejadian stroke memang meningkat seiring bertambahnya usia. Setiap
penambahan usia 10 tahun sejak usia 35 tahun, risiko stroke meningkat dua kali lipat. Selain
itu,sekitar 5% orang Indonesia yang berusia diatas 65 tahun pernah mengalami setidaknya satu
kali stroke. Untuk usia lebih dari 5 tahun, penyebab kematian yang terbanyak adalah stroke, baik
di perkotaan maupun di perdesaan (Riskesdas, 2007). Prevalensi nasional stroke adalah 0,8%
(berdasarkan diagnosis tenaga kesehatan dan gejala). Berdasarkan kasus diatas maka penulis
tertarik untuk membahas tentang perawatan klien dengan stroke sebagai bahan makalah
kelompok dengan judul “Asuhan Keperawatan Pada Ny.H Dengan Stroke Hemoragic di
RuangICURSUD Saras Husada Purworejo.
B. Tujuan
1. Tujuan umum
Mahasiswa mampu menerapkan asuhan keperawatan pada klien dengan stroke hemoragic.
2. Tujuan Khusus
a. Mahasiswa mampu melakukan pengkajian data pada klien dengan stroke hemoragic
b. Mahasiswa mampu menganalisa data hasil pengkajian pada klien dengan stroke hemoragic
c. Mahasiswa mampu melakukan rencana tindakan pada klien dengan stroke hemoragic
d. Mahasiswa mampu melakukan tindakan keperawata pada klien dengan stroke hemoragic
e. Mahasiswa mampu mengevaluasi hasil tindakan yang telah dilakukan pada klien dengan stroke
hemoragic
C. Metode Penulisan
Dalam penulisan makalah ini, penulis menggunakan metode deskriptif yaitu dengan
penjabaran masalah-masalah yang didapatkan dan menggunakan studi kepustakaan dari literatur
yang ada, baik di buku, jurnal maupun di internet.
D. Sistematika Penulisan
Makalah ini terdiri dari empat bab yang disusun dengan sistematika penulisan sebagai berikut:
BAB I : Pendahuluan, terdiri dari latar belakang, tujuan penulisan, metode
penulisan, dan sistematika penulisan.
BAB II : Tinjauan teoritis terdiri dari : pengertian, anatomi fisiologis, klasifikasi,
etiologi, patofisiologi dan pathway, manifestasi klinis, penatalaksanaan,
komplikasi dan pemeriksaan penunjang.
BAB III : Laporan kasus terdiri dari pengkajian, diagnosa, intervensi, implementasi
dan evaluasi.
BAB IV : Pembahasan yang terdiri dari perbandingan jurnal dengan teori dan praktek
lapangan yang ditemukan.
BAB V : Penutup terdiri dari kesimpulan dan saran.
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
A. Konsep Dasar Medis
1. Pengertian
Cedera serebrovaskular atau stroke meliputi awitan tiba-tiba defisit neurologis karena
insufisiensi suplai darah ke suatu bagian dari otak. Insufisiensi suplai darah disebabkan oleh
trombus, biasanya sekunder terhadap arterisklerosis, terhadap embolisme berasal dari tempat lain
dalam tubuh, atau terhadap perdarahan akibat ruptur arteri (aneurisma).
Menurut WHO. (2007) Stroke adalah disfungsi neurologi akut yang disebabkan oleh
gangguan aliran darah yang timbul secara mendadak dengan tanda dan gejala sesuai dengan
daerah fokal pada otak yang terganggu.
Stroke terdiri dari 2 jenis yaitu : Stroke adalah sindrom yang awal timbulnya mendadak,
progresif cepat, berupa deficit neurologis fokal atau global yang langsung 24 jam atau lebih atau
langsung menimbulkan kematian, dan semata-mata disebabkan oleh gangguan peredaran otak
non traumatic (Mansjoer 2007).
Stroke adalah suatu penyakit gangguan fungsi anatomi otak yang terjadi secara tiba-tiba
dan cepat, disebabkan karena gangguan perdarahan otak. Stroke atau Cerebro Vasculer Accident
(CVA) adalah kehilangan fungsi otak yang diakibatkan oleh berhentinya suplai darah ke bagian
otak ( Brunner dan Suddarth, 2008 ).
2. Etiologi
Beberapa keadaan dibawah ini dapat menyebabkan stroke antara lain :
a. Thrombosis Cerebral.
Thrombosis ini terjadi pada pembuluh darah yang mengalami oklusi sehingga menyebabkan
iskemi jaringan otak yang dapa menimbulkan oedema dan kongesti di sekitarnya.Thrombosis
biasanya terjadi pada orang tua yang sedang tidur atau bangun tidur. Hal ini dapat terjadi karena
penurunan aktivitas simpatis dan penurunan tekanan darah yang dapat menyebabkan iskemi
serebral.Tanda dan gejala neurologis seringkali memburuk pada 48 jam sete;ah thrombosis.
b. Emboli
Emboli serebral merupakan penyumbatan pembuluh darah otak oleh bekuan darah, lemak dan
udara. Pada umumnya emboli berasal dari thrombus di jantung yang terlepas dan menyumbat
sistem arteri serebral. Emboli tersebut berlangsung cepat dan gejala timbul kurang dari 10-30
detik. Beberapa keadaan dibawah ini dapat menimbulkan emboli :
1) Katup-katup jantung yang rusak akibat Rheumatik Heart Desease.(RHD)
2) Myokard infark
3) Fibrilasi,. Keadaan aritmia menyebabkan berbagai bentuk pengosongan ventrikel sehingga darah
terbentuk gumpalan kecil dan sewaktu-waktu kosong sama sekali dengan mengeluarkan
embolus-embolus kecil.
4) Endokarditis oleh bakteri dan non bakteri, menyebabkan terbentuknya gumpalan-gumpalan pada
endocardium.
c. Haemorhagi
Perdarahan intrakranial atau intraserebral termasuk perdarahan dalam ruang subarachnoid atau
kedalam jaringan otak sendiri. Perdarahan ini dapat terjadi karena atherosklerosis dan hypertensi.
Akibat pecahnya pembuluh darah otak menyebabkan perembesan darah kedalam parenkim otak
yang dapat mengakibatkan penekanan, pergeseran dan pemisahan jaringan otak yang berdekatan
,sehingga otak akan membengkak, jaringan otak tertekan, sehingga terjadi infark otak, oedema,
dan mungkin herniasi otak.
Penyebab perdarahan otak yang paling lazim terjadi :
1) Aneurisma Berry,biasanya defek kongenital.
2) Aneurisma fusiformis dari atherosklerosis.
3) Aneurisma myocotik dari vaskulitis nekrose dan emboli septis.
4) Malformasi arteriovenous, terjadi hubungan persambungan pembuluh darah arteri, sehingga
darah arteri langsung masuk vena.
5) Ruptur arteriol serebral, akibat hipertensi yang menimbulkan penebalan dan degenerasi
pembuluh darah.
d. Hypoksia Umum
1) Hipertensi yang parah.
2) Cardiac Pulmonary Arrest
3) Cardiac output turun akibat aritmia
e. Hipoksia setempat
1) Spasme arteri serebral , yang disertai perdarahan subarachnoid.
2) Vasokontriksi arteri otak disertai sakit kepala migrain.
3. Klasifikasi
Menurut Lumbantobing (2007) kelainan yang terjadi akibat gangguan peredaran darah.
Stroke dapat dibagi menjadi 2 golongan, yaitu:
a. Infark Ischemik (Stroke non Hemoragi). Hal ini terjadi karena adanya penyumbatan pembuluh
darah otak. Infark iskemic terbagi menjadi dua yaitu : stroke trombotik, yang disebabkan oleh
thrombus dan stroke embolik, yang disebabkan oleh embolus.
Membagi stroke non haemoragi berdasarkan bentuk klinisnya antara lain :
1) Serangan Iskemia sepintas atau transient ischemic Attack (TIA).
Pada bentuk ini gejala neurologik yang timbul akibat gangguan peredaran darah di otak akan
menghilang dalam waktu 24 jam.
2) Defisit Neurologik Iskemia Sepintas/ Reversible Ischemic Neurologik Defisit (RIND). Gejala
neurologik timbul ± 24 jam, tidak lebih dari seminggu.
3) Stroke Progresif (Progresive Stroke/ Stroke in evolution).
Gejala makin berkembang ke otak lebih berat.
4) Completed Stroke
Kelainan saraf yang sifatnya sudah menetap, tidak berkembang lagi.
4. Patofisiologi
a. Stroke Hemoragic
Perdarahan serebri termasuk urutan ketiga dari semua penyebab utama kasus gangguan
pembuluh darah otak. Perdarahan serebral dapat terjadi di luar duramater (hemoragi ekstradural
atau epidural), dibawah duramater, (hemoragi subdural), diruang subarachnoid (hemoragi
subarachnoid) atau di dalam substansi otak (hemoragi intraserebral). Hemoragi ekstradural
(epidural) adalah kedaruratan bedah neuro yang memerlukan perawatan segera. Ini biasanya
mengikuti fraktur tengkorak dengan robekan arteri dengan arteri meningea lain. Hemoragi
subdural (termasuk hemoragi subdural akut) pada dasarnya sama dengan hemoragi epidural,
kecuali bahwa hematoma subdural biasanya jembatan vena robek. Karenanya, periode
pembentukan hematoma lebih lama ( intervensi jelas lebih lama) dan menyebabkan tekanan pada
otak. Beberapa pasien mungkin mengalami hemoragi subdural kronik tanpa menunjukkan tanda
dan gejala. Hemoragi subarachnoid dapat terjadi sebagai akibat trauma atau hipertensi, tetapi
penyebab paling sering adalah kebocoran aneurisma pada area sirkulus wilisi dan malformasi
arteri-vena kongenital pada otak. Arteri di dalam otak dapat menjadi tempat aneurisma.
Hemoragi intraserebral paling umum pada pasien dengan hipertensi dan aterosklerosis serebral,
karena perubahan degeneratif karena penyakit ini biasanya menyebabkan ruptur pembuluh darah.
pada orang yang lebih muda dari 40 tahun, hemoragi intraserebral biasanya disebabkan oleh
malformasi arteri-vena, hemangioblastoma dan trauma, juga disebabkan oleh tipe patologi arteri
tertentu, adanya tumor otak dan penggunaan medikasi (antikoagulan oral, amfetamin dan
berbagai obat aditif). Perdarahan biasanya arterial dan terjadi terutama sekitar basal ganglia.
Biasanya awitan tiba-tiba dengan sakit kepala berat. Bila hemoragi membesar, makin jelas defisit
neurologik yang terjadi dalam bentuk penurunan kesadaran dan abnormalitas pada tanda vital.
Pasien dengan perdarahan luas dan hemoragi mengalami penurunan kesadaran dan abnormalitas
pada tanda vital.
b. Stroke Non Hemoragic
Terbagi atas 2 yaitu :
1) Pada stroke trombotik, oklusi disebabkan karena adanya penyumbatan lumen pembuluh darah
otak karena thrombus yang makin lama makin menebal, sehingga aliran darah menjadi tidak
lancar. Penurunan aliran arah ini menyebabkan iskemik yang akan berlanjut menjadi infark.
Dalam waktu 72 jam daerah tersebut akan mengalami edema dan lama kelamaan akan terjadi
nekrosis. Lokasi yang tersering pada stroke trombosis adalah di percabangan arteri carotis besar
dan arteri vertebra yang berhubungan dengan arteri basiler. Onset stroke trombotik biasanya
berjalan lambat.
Sedangkan stroke emboli terjadi karena adanya emboli yang lepas dari bagian tubuh lain sampai
ke arteri carotis, emboli tersebut terjebak di pembuluh darah otak yang lebih kecil dan biasanya
pada daerah percabangan lumen yang menyempit, yaitu arteri carotis di bagian tengah atau
Middle Carotid Artery ( MCA ). Dengan adanya sumbatan oleh emboli akan menyebabkan
iskemik.
5. Pathway
Hipertensi DM
EDEMA
Perbedaan perdarahan Intra Serebral (PIS) dan Perdarahan Sub Arachnoid (PSA)
Jika dilihat bagian hemisfer yang terkena tanda dan gejala dapat berupa:
1. Stroke hemisfer Kanan
a. Hemiparese sebelah kiri tubuh.
c. Penilaian buruk
d. Mempunyai kerentanan terhadap sisi kolateral sehingga kemungkinan terjatuh ke sisi yang
berlawanan tersebut.
2. Stroke yang Hemifer kiri
a. Mengalami hemiparese kanan d. Disfagia global
b. Perilaku lambat dan sangat hati-hati e. Afasia
c. Kelainan bidang pandang sebelah kanan. f. Mudah frustasi
6. Manifestasi Klinis
Stroke ini menyebabkan berbagai defisit neurologik, bergantung pada lokasi lesi
(pembuluh darah mana yang tersumbat), ukuran area yang perfusinya tidak adekuat, dan jumlah
aliran darah kolateral (sekunder atau aksesori)
a. Kehilangan motorik : hemiplegia (paralisis pada salah satu sisi) karena lesi pada sesi otak yang
berlawanan, hemiparesis atau kelemahan salah satu sisi tubuh.
b. Kehilangan komunikasi : disartria (kesulitan bicara), disfasia atau afasia (bicara defektif atau
kehilangan bicara), apraksia (ketidakmampuan untuk melakukan tindakan yang dipelajari
sebelumnya)
c. Gangguan persepsi: disfungsi persepsi visual, gangguan hubungan visual-spasial, kehilangan
sensori
d. Kerusakan fungsi kognitif dan efek psikologis
e. Disfungsi kandung kemih
Gejala - gejala CVA muncul akibat daerah tertentu tidak berfungsi yang disebabkan oleh
terganggunya aliran darah ke tempat tersebut. Gejala itu muncul bervariasi, bergantung bagian
otak yang terganggu. Gejala-gejala itu antara lain bersifat:
a. Sementara
Timbul hanya sebentar selama beberapa menit sampai beberapa jam dan hilang sendiri dengan
atau tanpa pengobatan. Hal ini disebut Transient ischemic attack (TIA). Serangan bisa muncul
lagi dalam wujud sama, memperberat atau malah menetap.
b. Sementara,namun lebih dari 24 jam
Gejala timbul lebih dari 24 jam dan ini dissebut reversible ischemic neurologic defisit (RIND)
c. Gejala makin lama makin berat (progresif). Hal ini desebabkan gangguan aliran darah makin
lama makin berat yang disebut progressing stroke atau stroke inevolution.
d. Sudah menetap/permanent.
7. Komplikasi
Komplikasi utama pada stroke yaitu :
a. Hipoksia Serebral
b. Penurunan darah serebral dan Luasnya area cedera
8. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan untuk menegakkan diagnosa stroke antara
lain adalah:
a. Angiografi
Arteriografi dilakukan untuk memperlihatkan penyebab dan letak gangguan. Suatu kateter
dimasukkan dengan tuntunan fluoroskopi dari arteria femoralis di daerah inguinal menuju
arterial, yang sesuai kemudian zat warna disuntikkan.
b. CT-Scan
CT-scan dapat menunjukkan adanya hematoma, infark dan perdarahan.
c. EEG (Elektro Encephalogram)
Dapat menunjukkan lokasi perdarahan, gelombang delta lebih lambat di daerah yang mengalami
gangguan.
d. Pungsi Lumbal
Menunjukan adanya tekanan normal, tekanan meningkat dan cairan yang mengandung darah
menunjukan adanya perdarahan.
e. MRI : Menunjukan daerah yang mengalami infark, hemoragik.
f. Ultrasonografi Dopler : Mengidentifikasi penyakit arteriovena
g. Sinar X Tengkorak : Menggambarkan perubahan kelenjar lempeng pineal (Doenges E,
Marilynn,2000 hal 292).
9. Penatalaksanaan
Untuk mengobati keadaan akut perlu diperhatikan faktor-faktor kritis sebagai berikut
a. Berusaha menstabilkan tanda-tanda vital dengan :
1) Mempertahankan saluran nafas yang paten yaitu lakukan pengisapan lendiryang sering,
oksigenasi, kalau perlu lakukan trakeostomi, membantu pernafasan.
2) Mengontrol tekanan darah berdasarkan kondisi pasien, termasuk usaha memperbaiki hipotensi
dan hipertensi.
3) Berusaha menemukan dan memperbaiki aritmia jantung.
4) Merawat kandung kemih, sedapat mungkin jangan memakai kateter.
5) Menempatkan pasien dalam posisi yang tepat, harus dilakukan secepat mungkin pasien harus
dirubah posisi tiap 2 jam dan dilakukan latihan-latihan gerak pasif.
2. Diagnosa Keperawatan
a. Ketidakefektifan pembersihan jalan napas berhubungan dengan akumulasi skret sekunder
adanya kelemahan neuromuskuler.
b. Ketidakefektifan perfusi jaringan cerebral berhubungan dengangangguan aliran arteri atau vena
c. Ketidakseimbangan cairan dan elektrolit: kurang dari yang dibutuhkan berhubungan dengan
intake yang tidak adequate.
d. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan kesulitan menelan
dan mengunyah
e. Intoleransi aktifvitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplay oksigen dengan
kebutuhan
f. Gangguan komunikasi verbal berhubungn dengan gangguan pada N. Fasialis
g. Defisit perawatan diri berhubungan dengan intoleransi aktivitas
A. Identitas Pasien
Nama : Ny. H
Jenis Kelamin : Perempuan
Umur : 60 Tahun
Alamat : Jl. KH A. Dahlan no 76 Purworejo
Status Perkawinan : Belum Kawin
Agama : Protestan
Pendidikan :-
Pekerjaan : Tidak Bekerja
Diagnosa medis : Stoke Hemoragik
Tgl Masuk RS : 23 Mei 2013
Tgl Masuk ICU : 30 Mei 2013
Tanggal Pengkajian : 30 Mei 2013
No. RM : 190405
B. Keluhan Utama
Penurunan Kesadran, tingkat kesadaran Sopor, GCS: E=2 M=2 V= 2
C. Riwayat Penyakit
Keluarga pasien mengatakan 8 hari yang lalu tiba tiba pasien tidak bisa bangun dan tidak bisa
berbicara.Kemudian keluarga langsung membawa pasien ke rumah sakit, 7 hari pasien di rawat
di bangsal tetapi tidak ada kemajuan sehingga di pindah ke ICU.
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
Keterangan:
: Laki-laki
: Perempuan
: Pasien
: Dalam satu rumah
X : Meninggal
Kedua orang tua pasien telah meninggal, pasien hidup sendiri, dia dirumah bersama seorang
yang mengurusinya. Sedangkan orang orang terdekat adalah, keponakannya,akan tetapi mereka
sudah berkeluarga dan tinggal di luar kota untuk mengurus usahanya.
G. Primary Suvey
1. Airway
Tidak ada sumbatan jalan nafas berupa cairan, sputum atau benda asing.
2. Breathing
Respiratory rate : 24
SPO2 : 99%
Suara nafas : vesikuler
Irama nafas regular, tidak terdapat batuk, tidak ada retraksi dinding dada, tidak menggunakan
pernafasan cuping hidung.
3. Circulation
Suhu : 37,1 °C
TD : 201/133 mmHg
MAP : 137
HR : 64 x/menit
Turgor kulit : Buruk
Mata : Tidak cekung
Capilary refill :< 2 detik
Tidak sianosis, anemis, akral hangat, tidak ada muntah
4. Disability
Tingkat kesadaran : Sopor
GCS: E=2 M=2 V=2
Pupil :Isokor
5. Eksposure
Terdapat luka lecet pada paha kanan, tangan kanan dan kiri serta terdapat luka bekas
debridement 7 bulan yang lalu pada kaki kanannya.
6. Fluid
Klien terpasang kateter no. 16 dengan jumlah urine 300 cc berwarna kuning jernih
7. Gastric
Klien terpasang NGT, cairan residu berwarna kuning.
H. Pemeriksaan Fisik
Keadaan Umum : Klien tampak lemah
Tingkat Kesadaran : Sopor
GCS : E=2 M=2 V=2
BB/TB : 95 Kg/ 157 cm
1. Kepala
Inspeksi : Bentuk kepala bulat, tidak ada lesi dikepala, rambur berwarna
putih, lurus, distribusi merata.
Palpasi : Tidak terdapat oedema
2. Mata
Inspeksi : Kedua mata klien simetris, konjungtiva tidak anemis, pupil
isokor, diameter kanan kiri 2mm/2mm, reaksi cahaya +/+.
3. Telinga
Inspeksi : Kedua telinga simetris lengkap dan terdapat kedua lubang telinga,
tidak ada lesi, terdapat serumen, tidak terdapat pengeluaran darah atau cairan.
4. Hidung
Inspeksi : Posisi septum nasal simetris, tidak terdapat pernafasan cuping
hidung, tidak terdapat pengeluarean lender atau darah, terpasangoksigen 3 liter permenit dengan
nasal kanul dan terpasang NGT pada salah satu lubang hidung.
5. Mulut dan tenggorokan
Inspeksi : Mukosa bibir lembab, gigi klien tidak lengkap, mulut kotor.
6. Leher
Inspeksi : Leher Simetris, tidak terdapat jejas di leher
Palpasi : Tidak terdapat pembengkakan, tidak terdapat pembesaran kelenjaran
limfe, dan tidak ada pembesaran kelenjar tiroid.
7. Thorak
Inspeksi : Thoraks simetris, klien tidak menggunakan otot bantu nafas dan
tidak terdapat retraksi dinding dada, Respiratory Rate 24x/menit.
Palpasi : Gerakan paru saat inspirasi dan ekapirasi sama, tidak terdapat
massa, tidak terdapat fraktur pada daerah thorak,
Perkusi : Perkusi paru resonan
Auskultasi : Tidak terdapat suara tambahan, bunyi nafas vesikuler
8. Jantung
Inspeksi : Tidak terdapat palpitasi, ictus cordis tidak terlihat.
Palpasi : Heart Rate 64 x/menit, capillary refill selama 2 detik
Perkusi : Perkusi jantung terdengar pekak.
Auskultasi : Tekanan darah 201/133 mmHg mmHg, bunyi jantung S1 dan S2
dengan irama reguler, tidak terdapat bunyi jantung tambahan murmur, gallop.
9. Payudara
Inspeksi : Payudara simetris, letak putting susu tepat di tengah aerola,
Palpasi : Tidak terdapat benjolan di sekitar payudara.
10. Abdomen
Inspeksi : Perut Nampak besar ( banyak penumpukan lemak), kulit elastis,
tidak terdapat lesi atau massa
Palpasi : Tidak terdapat Asites
Perkusi : Timpani
Auskultasi : Bising usus 8x/menit,
11. Genetalia dan perineal
Inspeksi : Terpasang selang kateter denga urin kuning jernih
12. Ekstermitas
Inspeksi :
Pada Ekstermitas atas kanan : Terdapat pembengkakan dan terpasang IVFD
Pada ekstermitas Atas Kiri : Nampak sedikit bengkak
bawah : terdapat luka bekas debridement ulkus DM, bagian paha terdapat penggelapan warna kulit
akibat bedtres yang lama. Terdapat udema
wah : terdapat penggelapan warna kulit akibat bedtres yang lama. Terdapat udema
4. Pola Aktivitas
Keluarga klien mengatakan, sebelum masuk rumahsakitklien beraktivitas minimal, klien tidak
dapat berjalan karena mengalami kelemahan pada tangan dan kaki sebelah kanan.Aktivitas klien
sehari-hari dibantu oleh keluarga klien.Selama dirawat di rumah sakit untuk memenuhi activity
daily living dibantu oleh perawat dan keluarga.
J. DATA PENUNJANG
1. Pemeriksaan Laboratorium
23 Mei 2013
Pemeriksaan Hasil Satuan Nilai normal
Glukosa sewaktu 138 mg/dl 70-140
Urea 17 mg/dl 10-50
Kreatinin 1,08 mg/dl 0,5-1,2
Cholesterol 293 mg/dl 50-250
HDL Cholesterol 58 mg/dl 0-55
LDL Cholesterol 395 mg/dl 0-150
Trigliserida 129 mg/dl 0-150
SGOT 19 u/L 0-37
SGPT 10 u/L 0-42
Asam urat 5,0 mg/dl 3,4-7
K 3,3 mmol/L 3,4-5,4
Na 145 mmol/L 135-155
Cl 113 mmol/L 95-108
HbsAg - Negatif
Aminophilin Tiap tablet mengandung aminofilin 200 mg Asma dan penyakit paru obstruk
Kalnex Tiap ml S injeksi (10 w/v %) mengandung Untuk fibrinolisis lokal seperti e
Tranexamic acid100 mg prostatektomi, konisasi serviks,
angioneurotik hereditas, Pendara
abnormal sesudah operasi secara
Pendarahan sesudah operasi gigi
penderita haemofilia
Brainact Citicolin Gangguan fungsi kognitif pada l
Lapibal Mecobalamin Neuropati perifer, tinitus, vertigo
anemia megaloblastik krn defisi
B12
Herbrezzer Diltiazem Hcl Takhiaritmia supraventikular,
penangangan penigkatan tekanan
yang tidak normal selama operas
hipertensi dala keadaan adarurat
5. Pathway Kasus
Hipertensi
Stroke hemoragic
Proses metabolisme dalam otak terganggu Penurunan suplay darah & O2 ke otak
Ketidakefektifan perfusi jaringan serebral
Peningkatan TIK
Defisit
Perawatan Diri
K. Analisa Data
Analisa data Etiologi Masalah
Data Subyektif : - Gangguan aliran Ketidakefektifan
Data Obyektif : arteri atau vena perfusi jaringan
a. Tingkat kesadaran : sopor serebral
b. GCS
E:2 V:2 M :2
c. Klien mengalami kelemahan pada
anggota gerak sebelah kanan
d. Klien tampak lemah
e. Klien memiliki riwayat stroke sekitar 1
tahun yang lalu.
f. Pupil isokor, diameter kanan/kiri
2mm/2mm, reaksi cahaya +/+.
Data Subyektif : - Kelemahan Defisit Perawatan
Data Obyektif : Diri Total
a. Klien mengalami kelemahan pada
ekstrimitas sebelah kanan
b. Klien tidak mampu melakukan perawatan
diri mandi/hygiene, berpakaian/berhias,
makan dan eliminasi karena mengalami
penurunan kesadaran
Data Subyektif : - Kontraktur atau Hambatan mobilitas
Data Obyektif : kaku sendi Fisik
a. Klien tampak lemah
b. Klien mengalami kelemahan pada
anggota gerak sebelah kanan
c. Klien mengalami penurunan kesadaran
d. Tingkat kesadaran : sopor
e. Vital Sign:
TD : 201/133 mmHg
MAP : 137
HR : 64 x/menit
RR : 24 x/menit
SPO2 : 99%
Data Subyektif : Penyakit kronis Ketidakseimbangan
Keluarga mengatakan Selama di Rumah (Stroke) nutrisi kurang dari
sakit selama 8 hari sebelum masuk ICU kebutuhan tubuh
pasien minum susu dari rumah sakit
melalui NGT
Data Obyektif :
a. Klien mengalami penurunan kesadaran
b. Tingkat kesadaran : Sopor
c. Membran mukosa kering
d. Konjungtiva pucat
e. Terpasang NGT dengan residu berwarna
kuning
f. Bising usus 8 x/menit
g. Klien mengalami kelemahan otot
h. LLA : 35 cm
Interprestasi LILA 122 (Obesitas)
i. Edema pada Ekstermitas atas dan
ekstermitas bawah
j. Turgor kulit buruk
k. WBC 7,36
l. RBC 4,47
m. HGB 12,0
n. HCT 7,0
o. PLT 356
DS=- Gangguan Kelebihan volume
Data Obyektif mekanisme regulasi cairan
a. Klien mengalami edema pada ekstermitas
atas dan bawah
b. TD : 201/133 mmHg
c. HR : 64 x/menit
d. Turgor kulit : Buruk
e. Balance cairan 24 jam tanggal 31 mei
Balance cairan = Intake cairan – Output
Cairam
1200 cc – 1650 cc
= + 450 cc
L. Diagnosa keperawatan
1. Ketidakefektifan perfusi jaringan cerebral b/dgangguan aliran arteri atau vena
2. Kelebihan Volume cairan b.d Gangguan mekanisme regulasi
3. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d penyakit kronis (Stroke)
4. Defisit perawatan diri total b/d kelemahan
5. Hambatan mobilitas fisik b/d kaku sendi atau kontraktur
P=
Lanjutkan intervensi :
1. Pantau vital sign
2. Monitoring SPO2 , ukuran pupil, kesimetrisan,
dan reaksi.
3. Monitor status cairan
4. Pantau perubahan tingkat kesadaran pasien.
4 Kelebihan volume cairan Monitor balance cairan ( 20.00) S=- Prima Agustin W
tubuh b.d gangguan Monitor TTV (Perjam (14.00- S,Kep
mekanisme regulasi 21.00) O=
Input futrolit dan diit 200 ml ( jam 20.30)
Urin 100 ml ( jam 20.45)
Balance cairan + 100
TTV terlampir
A= Masalah teratasi sebagian
P= Lanjutkan intervensi
5 Hambatan Mobilitas1. Memonitor respon S= - Prima Agustin W
Fisik berhubungan kardiovaskuler terhadap S,Kep
dengan kaku sendi atau aktivitas (takikardi, disritmia, O =
kontraktur
sesak nafas, diaporesis, pucat, Tidak ada Tachikardia dan sesak nafas. ( jam
perubahan hemodinamik). 15.00)
(perjam, 14.00-21.00). O2 nassa kanul 3 liter/menit.
2. Memantau perkembangan
motorik pasien. (15.00) A = Masalah teratasi sebagian
3. Memantau respon oksigen
pasien terhadap aktivitas
keperawatan. (perjam, 14.00- P = Lanjutkan Intervensi
21.00) 1. Monitor respon kardiovaskuler terhadap
4. Mempertahankan pemberian
oksigen. (perjam, 14.00-21.00) aktifitas.
2. Pantau perkembangan motorik pasien.
3. Pantau respon oksigen pasien terhadap aktifitas
keperwatan.
4. Pertahankan pemberian oksigen.
6 Defisit perawatn diri Memonitor kemampuan klien S = - Prima Agustin W
total berhubungan untuk perawatan diri yang S,Kep
dengan intoleransi mandiri. ( Jam 14.50) O=
aktivitas Memonitor dan membantu Pasien mengalami penurunan kesadaran
kebutuhan klien untuk alat-alat Pasien tampak bersih dan wangi setelah
bantu untuk kebersihan diri, dilakukan personal hygiene. ( jam 15.30)
berpakaian, berhias, toileting Pasien tampak belum bisa melakukan self care
dan makan. (15.00) secara mandiri ( jam 16.00)
Membantu sampai klien mampu
secara utuh untuk melakukan A =
self-care.(15.00) Masalah teratasi sebagian
P=
Lanjutkan Intervensi.
1. Bantu pasien dalam melakukan self care.
7 Ketidakefektifan perfusi1. Memonitor TTV ( perjam, S= - Erfansyah S,Kep
jaringan cerebral 21.00 – 07.00).
berhubungan dengan2. Memonitor SPO2, ukuran pupil, O=
gangguan aliran arteri , kesimetrisan dan reaksi, dan Vital sign perjam terlampir pada catatan
atau vena tingkat kesadaran pasien( jam perkembangan RM12
07.00) Pupil isokor ukuran 2 : 2 reaksi +/+
3. Mencatat perubahan pasien Input IVFD Futrolit dan diit 1200 ml ( jam
dalam merespon stimulus. 06.00)
(05.00) Output Urine = 1650 ml ( jam 06.30)
4. Memonitor status cairan (06.00) Cairan Balance 24 jam -450 ml ( jam 07.00)
5. Memantau tingkat kesadaran
O2 3 liter/menit
pasien. (07.00)
Kesadaran Sopor GCS E2, V2, M2 ( jam
07.30)
A=
Masalah teratasi sebagian
P=
Lanjutkan intervensi
1. Pantau vital sign
2. Monitoring SPO2 , ukuran pupil, kesimetrisan,
dan reaksi.
3. Monitor status cairan.
4. Pantau perubahan tingkat kesadaran pasien.
8 Hambatan Mobilitas
a. Memonitor respon S= - Erfansyah S,Kep
Fisik berhubungan kardiovaskuler terhadap
dengan kontraktur. aktivitas (takikardi, disritmia, O =
sesak nafas, diaporesis, pucat, Vital sign perjam terlampir pada catatan
perubahan hemodinamik). perkembangan RM12
(05.00) Tidak ada Tachikardia dan sesak nafas. ( jam
b. Memantau respon oksigen 05.10)
pasien terhadap aktivitas
keperawatan (05.00) O2 nassa kanul 3 liter/menit.
c. Mempertahankan pemberian Pasien tampak bedrest ditempat tidur, hanya
oksigen. (perjam 21.0 – 07.00)
d. Memantau kemampuasn pasien bisa menggerakkan anggota tubuh sebelah kiri.
mobilisasi di tempat tidur. ( jam 07.30)
(05.00 – 07.00).
A=
Masalah teratasi sebagian
P=
Lanjutkan Intervensi.
1. Pantau respon kardiovaskuler.
2. Pantau respon oksigen tehadap aktifitas
keperawatan.
3. Pantau kemampuan mobilisasi pasien
9 Defisit perawatan diri
a. Memonitor kemampuan klien S = - Erfansyah S,Kep
total berhubungan untuk perawatan diri yang
dengan intoleransi mandiri. O=
aktivitas b. Memonitor dan membantu Pasien mengalami penurunan kesadaran.
kebutuhan klien untuk alat-alat Dengan tingkat kesadaran somnolent ( jam
bantu untuk kebersihan diri, 04.00)
berpakaian, berhias, toileting Pasien tampak bersih dan wangi setelah
dan makan. ( jam 04.30) dilakukan personal hygiene ( jam 04.45)
c. Membantu sampaiklien Pasien tampak belum bisa melakukan self care
mampu secara utuh untuk secara mandiri ( jam 05.0)
melakukan self-care. ( jam
04.50) A=
Masalah teratasi sebagian
P=
Lanjutkan Intervensi
A=
Masalah belum teratasi
P=
Lanjutkan intervensi
1. Pantau vital sign
2. Monitoring SPO2 , ukuran pupil, kesimetrisan,
dan reaksi.
3. Monitor status cairan.
4. Pantau perubahan tingkat kesadaran pasien.
2 Kelebihan volume cairan
3. Monitor balance cairan ( 13.00) S=- Siti Suwarsih S,Kep
tubuh b.d gangguan
4. Monitor TTV (Perjam ( 07.00-14.00) O= &
mekanisme regulasi Input futrolit 200 ml ( jam 13.45) Prima Agustin W
Urin 150 ml ( jam 13.45) S,Kep
TTV terlampir
A=
Masalah teratasi sebagian
P=
Lanjutkan Intervensi.
1. Bantu pasien dalam pemenuhan ADL dan self
care
A=
Masalah teratasi sebagian
P=
Lanjutkan intervensi.
1. Pantau vital sign
2. Monitoring SPO2 , ukuran pupil, kesimetrisan,
dan reaksi.
3. Monitor status cairan.
4. Pantau perubahan tingkat kesadaran pasien.
5 Kelebihan volume cairan Monitor balance cairan ( 20.00) S=- Erfansyah S,Kep
tubuh b.d gangguan Monitor TTV (Perjam (14.00-21.00) O=
mekanisme regulasi Input futrolit 400 ml
Urin 600 ml ( jam 20.50)
Balance cairan -200 ( jam 20.50)
TTV terlampir
A= Masalah teratasi sebagian
P= Lanjutkan intervensi
6. Hambatan mobilisasia. Memonitor respon kardiovaskuler S= - Erfansyah S,Kep
berhubungan dengan terhadap aktivitas (takikardi, disritmia,
kontraktur. sesak nafas, diaporesis, pucat, perubahan O =
hemodinamik) (15.20) Vital Sign perjam terlampir pada catatan
b. Memantau respon oksigen pasien perkembangan RM12
terhadap aktivitas keperawatan. (15.20).
c. Mempertahankan pemberian oksigen Tidak ada Tachikardia dan sesak nafas, ( jam
(setiap jam) 15.50)
O2 nassa kanul 3 liter/menit ( jam 15.50)
A=
Masalah teratasi sebagian
P=
Lanjutkan Intervensi
1. Pantau respon kardiovaskuler.
2. Pantau respon oksigen tehadap aktifitas
keperawatan.
3. Pantau kemampuan mobilisasi pasien
7. Defisit perawatan diria. Memonitor kemampuan klien untuk S = - Erfansyah S,Kep
total berhubungan perawatan diri yang mandiri.(jam 14.40)
dengan intoleransib. Memonitor dan membantu kebutuhan O =
aktivitas klien untuk alat-alat bantu untuk Pasien mengalami penurunan kesadaran.
kebersihan diri, berpakaian, berhias, Pasien tampak bersih dan wangi setelah
toileting dan makan. ( 15.00) dilakukan personal hygiene ( jam 15.50)
c. Membantu sampai klien mampu secara Pasien tampak belum bisa melakukan self care
utuh untuk melakukan self-care.( 15.00) secara mandiri ( jam 15.50)
A=
Masalah teratasi sebagian
P=
Lanjutkan Intervensi.
1. Bantu pasien dalam pemenuhan ADL dan self
care.
8. 1. Memonitor TTV ( perjam, 21.00 – 07.00).
Ketidakefektifan perfusi S=- Nurul Hidayah
jaringan cerebral
2. Memonitor SPO2, ukuran pupil, , S.Kep
berhubungan dengan kesimetrisan dan reaksi, dan tingkat O =
gangguan aliran arteri kesadaran pasien( jam 05.10) Vital Sign perjam terlampir pada catatan
atau vena 3. Mencatat perubahan pasien dalam perkembangan RM12
merespon stimulus. (05.45) Suhu badan 36,90C ( jam 05.50)
4. Memonitor status cairan (06.00) Pupil isokor ukuran 2 : 2 reaksi +/+
5. Memantau tingkat kesadaran pasien. Input Futrolit + Diit deabetasol 1750 ml
(05.45)
Output Urine = 950 ml ( jam 06.50)
Cairan Balance 24 jam + 800 ml ( jam 07.20)
O2 3 liter/menit
Kesadaran Somnolen GCS E3, V2, M2 ( jam
07.30)
A=
Masalah belum teratasi
P=
Lanjutkan intervensi
1. Pantau vital sign
2. Monitoring SPO2 , ukuran pupil, kesimetrisan,
dan reaksi.
3. Kaji kekuatan otot
4. Monitor status cairan.
5. Pantau perubahan tingkat kesadaran pasien.
9. Hambatan moibilitas Memonitor respon kardiovaskuler S= - Nurul Hidayah
fisik berhubungan terhadap aktivitas (takikardi, disritmia, S.Kep
dengan kaku sendi atau sesak nafas, diaporesis, pucat, perubahan O =
kontraktur. hemodinamik) ( jam 16.50) Vital Sign Perjam terlampir pada catatan
Memantau respon oksigen pasien perkembangan RM12
terhadap aktivitas keperawatan ( jam Tidak ada Tachikardia dan sesak nafas. ( jam
18.50) 20.50)
Mempertahankan pemberian oksigen ( O2 nassa kanul 3 liter/menit. ( jam 20.50)
jam 18.50)
A=
Masalah teratasi sebagian
P=
Lanjutkan Intervensi
1. Pantau respon kardiovaskuler.
2. Pantau respon oksigen tehadap aktifitas
keperawatan.
3. Pantau kemampuan mobilisasi pasien.
4. Ajarkan latihan ROM pasif.
10. Defisit perawatn diria. Memonitor kemampuan klien untuk S = - Erfansyah S.Kep
total berhubungan perawatan diri yang mandiri. (05.00)
dengan intoleransib. Memonitor dan membantu kebutuhan O =
aktivitas klien untuk alat-alat bantu untuk Pasien tampak bersih dan wangi setelah
kebersihan diri, berpakaian, berhias, dilakukan personal hygiene. ( jam 06.00)
toileting dan makan.(05.05) Pasien tampak belum bisa melakukan self care
c. Membantu sampai klien mampu secara secara mandiri. ( jam 06.510)
utuh untuk melakukan self-care.(05.00)
A=
Masalah teratasi sebagian
P=
Lanjutkan Intervensi
1. Bantu pasien dalam ADL dan self care.
11. Ketidakseimbangan 1. Memonitor turgor kulit S=- Nurul Hidayah
nutrisi kurang dari2. Memonitor mual dan muntah S.Kep
kebutuhan tubuh3. Memonitor pucat, kemerahan, dan O =
berhubungan dengan kekeringan jaringan konjungtiva Turgor kulit buruk ( jam 20.50)
penyakit kronis (stroke). 4. Memonitor intake nutrisi Pasien terpasang NGT ( jam 20.50)
5. Mengatur posisi semi fowler atau fowler Pemberian Makan melalui NGT
tinggi selama makan Diit diabetasol 250 gram
6. Mempertahankan terapi IV line
Muntah tidak ada. ( jam 20.50)
A=
Masalah Teratasi
P=
Intervensi dilanjutkan
1. Memonitor intake nutrisi
2. Mengatur posisi semi fowler atau fowler tinggi
selama makan
3. Mempertahankan terapi IV line
A=
Masalah teratasi sebagian
P=
Lanjutkan intervensi
1. Pantau vital sign
2. Monitoring SPO2 , ukuran pupil,
kesimetrisan, dan reaksi.
3. Kaji kekuatan otot
4. Monitor status cairan.
5. Pantau perubahan tingkat kesadaran
pasien.
2 Kelebihan volume cairan Monitor balance cairan ( S=- Erfansyah S, Kep
tubuh b.d gangguan 13.00) O= &
mekanisme regulasi Input futrolit + diit deabetasol 450 ml
Monitor TTV (Perjam ( 07.00- Prima Agustin W S,Kep
14.00) Urin 250 ml
TTV terlampir
A= Masalah teratasi sebagian
P= Lanjutkan intervensi
3 Defisit perawatn diri totala. Melakukan oral hygiene S=- Erfansyah S, Kep
berhubungan dengan &
intoleransi aktivitas O= Prima Agustin W S,Kep
Pasien tampak bersih pada baian mulut
setelah dilakukan oral hygiene (08.00)
Pasien belum bisa melakukan self care
secara mandiri. (08.00)
A=
Masalah teratasi sebagian
P=
Lanjutkan Intervensi
1. Bantu Pasien dalam ADL dan self care.
4. Hambatan Mobilitas fisik
a. Memonitor nutrisi dan sumber S= - Erfansyah S, Kep
berhubungan dengan energi yang adekuat (07.00) &
kaku sendi atau
b. Melatih mobilisasi di tempat O = Prima Agustin W S,Kep
kontraktur. tidur. (07.00) Vital sign perjam terlampir.
c. Memonitor respon Pasien tampak lemas. (09.00)
kardiovaskuler terhadap Latihan miring kanan miring kiri/ 2jam.
aktivitas (takikardi, disritmia, Kekuatan otot eks. Atas ki/ ka = 1/1
sesak nafas, diaporesis, pucat,
Kekuatan otot eks. Bawah ki/ka = 1/1
perubahan hemodinamik)
O2 nassa kanul 3 liter/menit.
d. Memantau respon oksigen
pasien terhadap aktivitas
keperawatan (07.00) A=
e. Mempertahankan pemberian
oksigen (07.00) Masalah teratasi sebagian
P=
Lanjutkan Intervensi
1. Pantau respon kardiovaskuler.
2. Pantau respon oksigen tehadap aktifitas
keperawatan.
3. Pantau kemampuan mobilisasi pasien.
4. Ajarkan latihan ROM pasif.
5. Mobilisasi tempat tidur mika/miki per 2
jam
5. Ketidakefektifan perfusia. Memonitor TTV S:- Nurul Hidayah S,kep
jaringan cerebralb. Memonitor SPO2, ukuran O=
berhubungan dengan pupil, , kesimetrisan dan reaksi Vital sign terlampir
gangguan aliran arteri (13.00)
atau vena c. Memonitor tonus otot Pupil isokor ukuran 2 : 2 reaksi +/+
pergerakan (13.00) Kekuatan otot eks. Atas ki/ ka = 1/1
d. Catat perubahan pasien dalam Kekuatan otot eks. Bawah ki/ka = 1/1
merespon stimulus. Input IVFD Futrolit 450 ml
e. Monitor status cairan (13.00)
Output Urine = 250 ml (14.00)
Balance + 200 ml (14.00)
O2 3 liter/menit
A=
Masalah teratasi sebagian
P=
Lanjutkan intervensi
1. Pantau vital sign
2. Monitoring SPO2 , ukuran pupil,
kesimetrisan, dan reaksi.
3. Kaji kekuatan otot
4. Monitor status cairan.
5. Pantau perubahan tingkat kesadaran
pasien.
6 Kelebihan volume cairan Monitor balance cairan ( S=- Nurul Hidayah S,Kep
tubuh b.d gangguan 20.00) O=
mekanisme regulasi Input futrolit 700 ml (20.30)
Monitor TTV (Perjam (14.00-
21.00) Urin 200 ml (20.30)
Balance cairan +500 (20.30)
TTV terlampir
A= Masalah teratasi sebagian
P= Lanjutkan intervensi
7 Hambatan mobilitas fisik
a. Melatih mobilisasi ditempat S= - Nurul Hidayah S,kep
berhubungan dengan tidur dan ROM pasif. (16.00)
kaku sendi atau
b. Memonitor respon O =
kontraktur. kardiovaskuler terhadap Vital sign terlampir
aktivitas (takikardi, disritmia, Latihan ROM Pasif (16.30)
sesak nafas, diaporesis, pucat, Tidak ada Tachikardia dan sesak nafas,
perubahan hemodinamik) (16.30)
(16.00) O2 nassa kanul 3 liter/menit.
c. Memantau respon oksigen
pasien terhadap aktivitas
keperawatan (15.00) A=
d. Mempertahankan pemberian Masalah teratasi sebagian
oksigen (15.30)
P=
Lanjutkan Intervensi
1. Latihan ROM Pasif
2. Mobilisasi/ 4 jam
3. Pertahankan pemberian Oksigen
8. Defisit perawatan diri
a. Memonitor kemampuan klien S = - Nurul Hidayah S,kep
total berhubungan untuk perawatan diri yang
dengan intoleransi mandiri. O=
aktivitas b. Memonitor dan membantu Pasien tampak bersih dan wangi setelah
kebutuhan klien untuk alat-alat dilakukan personal hygiene. (16.30)
bantu untuk kebersihan diri, Pasien belum bisa melakukan self care
berpakaian, berhias, toileting secara mandiri. (16.30)
dan makan. (15.30)
c. Membantu sampai klien A =
mampu secara utuh untuk Masalah teratasi sebagian
melakukan self-care. (15.30)
P=
Lanjutkan Intervensi
1. Bantu pasien dalam pemenuhan ADL dan
Self Care
9. Ketidakefektifan perfusi
a. Memonitor TTV S=- Siti Suwarsih S,Kep
jaringan cerebral
b. Memonitor SPO2, ukuran
berhubungan dengan pupil, , kesimetrisan dan reaksi O=
gangguan aliran arteri (05.30) Vital Sign terlampir.
atau vena c. Memonitor tonus otot Pupil isokor ukuran 2 : 2 reaksi +/+
pergerakan (05.30) Kekuatan otot eks. Atas ki/ ka = 1/1
d. Catat perubahan pasien dalam Kekuatan otot eks. Bawah ki/ka = 1/1
merespon stimulus. Input INFD Futrolit + diit deabetasol 2150
e. Monitor status cairan(05.30) (06.30)
Output Urine = 1150 ml (06.30)
Cairan Balance + 1000 ml. (06.30)
O2 3 liter/menit
Kesadaran Compos Mentis GCS E3, V2,
M2
A=
Masalah teratasi sebagian.
P=
Lanjutkan intervensi
1. Pantau vital sign
2. Monitoring SPO2 , ukuran pupil,
kesimetrisan, dan reaksi.
3. Kaji kekuatan otot
4. Monitor status cairan.
5. Pantau perubahan tingkat kesadaran
pasien.
10 Intoleransi aktifitasa. Memonitor nutrisi dan sumber S= - Siti Suwarsih S,Kep
berhubungan dengan energi yang adekuat.
ketidakseimbangan b. Melatih mobilisasi ditempat O =
antara suplay oksigen tidur dan ROM pasif.(07.30) Vital Sign Terlampir
dengan kebutuhan c. Memonitor respon Latihan ROM Pasif
kardiovaskuler terhadap Tidak ada Tachikardia dan sesak nafas,\
aktivitas (takikardi, disritmia, (09.30)
sesak nafas, diaporesis, pucat, O2 nassa kanul 3 liter/menit. (08.30)
perubahan hemodinamik)
(06.30) A=
d. Memantau respon oksigen Masalah teratasi sebagian
pasien terhadap aktivitas
keperawatan (06.40)
e. Mempertahankan pemberian P=
oksigen (06.30)
Lanjutkan Intervensi
1. Latihan ROM Pasif
2. Mobilisasi ditempat tidur
3. Kolaborasi dalam penurunan suplay
oksigen 2 liter/menit.
11. Defisit perawatn diri total
a. Memonitor kemampuan klien S = - Siti Suwarsih S,Kep
berhubungan dengan untuk perawatan diri yang
intoleransi aktivitas mandiri. (05.20) O=
b. Memonitor dan membantu pasien menunjukkan peningkatan
kebutuhan klien untuk alat-alat kesadaran penuh.Pasien tampak bersih dan
bantu untuk kebersihan diri, wangi setelah dilakukan personal hygiene.
berpakaian, berhias, toileting (08.30)
dan makan. (05.00) Pasien tampak belum bisa melakukan self
c. Membantu sampai klien care secara mandiri. (08.30)
mampu secara utuh untuk
melakukan self-care. (07.30) A=
Masalah teratasi sebagian
P=
Lanjutkan Intervensi
1. Bantu pasien dalam ADL dan Self care
BAB IV
PEMBAHASAN
Stroke adalah penyebab kematian yang utama.Pola penyebab kematian di rumah sakit yang utama dari data Departemen
Kesehatan Republik Indonesia yang menyebutkan bahwa stroke menempati urutan pertama sebagai penyebab kematian di RS.Stroke
merupakan penyebab kematian nomor tiga setelah penyakit jantung dan kanker secara global.
Penulis melakukan tahap pengkajian antara lain : Identitas klien, riwayat keperawatan, keluhan utama, pemeriksaan fisik serta
pemeriksaan penunjang untuk menegakkan suatu diagnosa.
Setelah mendapatkan data dari pengkajian, selanjutnya data tersebut diinterpretasikan dan dianalisa untuk mengetahui masalah
keperawatan yang muncul. Kemudian penulis menentukan dan menegakkan diagnosa keperawatan utamayaitu :Ketidakefektifan
perfusi jaringan cerebral berhubungan dengan gangguan aliran arteri atau vena, Defisit perawatan diri total berhubungan dengan
kelemahan, Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan kaku sendi atau kontraktur, Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh berhubungan dengan penyakit kronis (Stroke)
Sedangkan pada teoritis diagnosa keperawatan yang mungkin muncul Ketidakefektifan pembersihan jalan napas berhubungan
dengan akumulasi skret sekunder adanya kelemahan neuromuskuler, Ketidakefektifan perfusi jaringan cerebral berhubungan
dengangangguan aliran arteri atau vena, Ketidakseimbangan cairan dan elektrolit: kurang dari yang dibutuhkan berhubungan dengan
intake yang tidak adequate, Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan kesulitan menelan dan
mengunyah, Intoleransi aktifvitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplay oksigen dengan kebutuhan, Gangguan
komunikasi verbal berhubungn dengan gangguan pada N. Fasialis, Defisit perawatan diri berhubungan dengan intoleransi aktivitas
Dalam tinjauan teoritis perencanaan keperawatan ditujukan pada setiap masalah yang muncul, sedangkan pada kasus, penulis
menambahkan jangka waktu pencapaian tujuan. Hal ini juga penting untuk mengevaluasi tindakan yang diberikan pada klien untuk
mengetahui perkembangan status kesehatan klien.
Pada tahap perencanaan didalam tindakan yang nyata yang diharapkan dari tindakan keperawatan yang telah dilaksanakan
dengan intervensi yang disusun, walaupun ada sebagian yang tidak bisa dilaksanakan karena minimnya waktu yang diberikan dan
sarana yang kurang memadai.Walaupun demikian dalam melaksanakan asuhan keperawatan penulis mendapat hambatan dan kesulitan
yang berupa intervensi yang diberikan hanya Tiga hari saja.
Pada kasus Ny.Hdilakukan Pelaksanaan Pelaksanaan ROM dapat diaplikasikan minimal 2 kali sehari, hal ini sesuai dengan
jurnal Sri Puguh Kristiyawati dan Febrina Sukmaningrum (2011) dengan judul Efektivitas Range Of Motion (ROM) Aktif-Asistif
: Spherical Grip Terhadap Peningkatan Kekuatan Otot Ekstrimitas Atas pada Paien Stroke di RSUD Tugurejo Semarang.
Berdasarkan penelitian, Latihan ROM dapat dilakukan karena sangat efektif bagi pemulihan pasien stroke yang mengalami
hemipharesis. Latihan gerak secara berulang membuat konsentrasi untuk melakukan gerakan berulang dengan kualitas sebaik
mungkin.
Jurnal dari Dianna C. Haryono1, Andreanus A. Soemardji1, Felesia Fanty Peranan Terapi Akupunktur “GI” pada
Penderita Stroke di Pelayanan Akupunktur UPT Kesehatan Institut Teknologi Bandung. Akupunktur “GI” merupakan teknik
penusukan jarum yang menggabungkan ilmu pengobatan timur dan ilmu kedokteran barat berdasarkan prinsip pemijatan dengan titik
utama 2 di leher, 3 di perut dan 2 di tungkai bawah. WHO (World Health Organization) menyatakan akupunktur sebagai pengobatan
efektif menangani kasus stroke. Penelitian ini bertujuan untuk menguji peranan terapi Akupunktur “GI” secara klinis pada penderita
stroke. Kajian observasional dilakukan selama ± 3 bulan (Februari – April 2011) kepada pasien stroke yang diterapi Akupunktur “GI”
di Klinik Akupunktur Sukamenak dan UPT Bumi Medika Ganesa ITB.
Akupunktur “GI” berperan efektif dalam meningkatkan aktivitas motorik pasien stroke yang ditunjukkan melalui peningkatan
kemandirian dalam melakukan aktivitas sehari-hari, peningkatan kemampuan dalam mengontrol tubuh dan melakukan berbagai
gerakan, serta peningkatan kekuatan fisik. Pada pasien NY. H tidak dilakukannya terapi akupuntur GI.
Menurut Wahjoepramono (2005) obat -obat ini berfungsi untuk menghambat pembentukan zat-zat toksin seperti nitrit oksida,
beberapa radikal bebas dan aktivasi phospolidase. Jika hal ini tidak dihambat, maka dalam beberapa jam akan terjadi kerusakan yang
irreversible. Obat yang memberikan efek neuroprotektif adalah citicolin, piracetam, dan nimodipin.Hal ini sesuai dengan terapi medis
yang diperoleh pasien, yaitu citicolin injeksi intravena dengan dosis 2 x 500 gram.Obat-obat tersebut memperbaiki cedera otak yang
disebabkan otak dengan mencegah otak mengalami iskemik, sehingga tidak menyebabkan infark (Junaidi, 2011). Pada klien NY. H
diberikan terapi injeksi citicolin.
Evaluasi merupakan tahap terakhir dari proses keperawatan. Kegiatan evaluasi ini adalah membandingkan hasil yang telah
dicapai setelah implementasi keperawatan dengan tujuan yang diharapkan dalam perencanaan.
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Penelitian berskala cukup besar dilakukan oleh ASNA (AseanNeurologic Association) di 28 Rumah Sakit di seluruh
Indonesia. Penelitian inidilakukan pada penderita stroke akut yang dirawat di Rumah Sakit (hospitalbased study) dan dilakukan survey
mengenai faktor-faktor risiko, lamaperawatan dan mortalitas serta morbiditasnya. Hasilnya menunjukkan bahwapenderita laki-laki
lebih banyak dari perempuan dengan profil usia di bawah45 tahun cukup banyak yaitu 11,8%, usia 45-64 tahun berjumlah 54,7%
dandi atas usia 65 tahun 33,5%. (Misbach,2007).Penilaian yang akurat dan tepat dari Activities of Daily Living (ADL)pada pasien
pasca stroke sangat penting untuk menilai outcome dariperawatan stroke. Kwon dkk melakukan penilaian disabilitas pada pasienpasca
stroke dengan menilai Barthel Index (BI), motor component ofFunctional Independence Measure (M-FIM) dan modified Rankin
Scale(mRS). Mereka mendapatkan hubungan erat antara BI, M-FIM dan mRS
dalam menilai disabilitas pasien stroke secara umum (Kwon dkk,2004).Pada klien dengan stroke, terdapat beberapa masalah
keperawatan yang muncul diantaranya adalah ketidakefektifan perfusi jaringan serebral, ketidakseimbangan nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh, hambatan mobilitas fisik, dan defisit perawatan diri.Untuk diagnosa hambatan mobilitas fisik, salah satu
implementasi yang dapat dilakukan adalah dengan latihan rentang gerak atau Range of Motion (ROM).Untuk pasien dengan
penurunan kesadaran dapat dilakukan ROM pasif, dan untuk pasien yang tidak mengalami penurunan kesadaran, dapat dilakukan
ROM aktif.
Berdasarkan tujuan keperawatan yang telah ditetapkan, masalah keperawatan yang teratasi adalah ketidakseimbangan nutrisi
kurang dari kebutuhan tubuh.Untuk 3 diagnosa keperawatan lainnya, belum dapat teratasi sepenuhnya.Dikarenakan keterbatasan
waktu sehingga mahasiswa hanya mengobservasi klien selama 3 hari, dari tanggal 30 Mei–1 Juni 2013.
B. Saran
Dalam kesimpulan diatas maka penulis dapat mengemukakan saran – saran sebagai berikut :
1. Bagi Mahasiswa
Hendaknya lebih proaktif, cepat dan tanggap dalam menghadapi segala situasi dan kondisi yang dihadapi baik dalam teori atau kasus
lapangan, khususnya pada proses kegawat daruratan.
2. Lahan Praktek
Diharapkan pada lahan lebih meningkat pelayanan.
a. Dalam melakukan asuhan keperawatan klien dengan stroke, perawat dapat mengimplementasikan ROM, minimal 2 kali dalam sehari.
b. Dalam melakukan asuhan keperawatan pada klien dengan stroke, perawat dapat mengimplementasikan merubah posisi pasien secara
berkala, dengan minimal 2 jam sekali.
c. Dan melakukan terapi akupuntur GI pada pasien stroke jika perlu.
3. Institusi Pendidikan
Dapat membimbing dalam proses pembuatan asuhan keperawatan khususnya pada kegawat daruratan dengan sabar dan teliti serta
memotivasi para mahasiswa dalam segi mental dan spiritual.
DAFTAR PUSTAKA
Arief Mansjoer, dkk. 2007. Kapita Selekta Kedokteran. Jilid 1, Edisi 3. Jakarta : Media Aesculapius FKUI
Potter dan Perry. 2006. Buku Ajar Fundamental Keperawatan. Jakarta : EGC.
Smeltzer,S.C& Bare,B.G. 2006. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah.Edisi 8.Jakarta : EGC
Sudoyo,W.et al. 2006. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid III.Edisi 4.Jakarta : Pusat
Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam.
Wilkinson, JM & Ahern,N. 2011. Buku Saku Diagnosis Keperawatan, Intervensi NIC, kriteria hasil NOC.Edisi 9.Jakarta : EGC
Kristyawati, et al. 2011.Efektivitas Range of Motion (ROM) : Aktif – Asistif : Spherical Grip Terhadap Peningkatan Kekuatan Otot Ekstrimitas
Atas pada Pasien Stroke di RSUD Tugurejo Semarang.
Santana,A&Fathi, A 2005. Pemenuhan Mobilisasi Pada Pasien Post Stroke Di Ruang Unit Stroke Rumah Sakit UmumDr. Pirngadi Medan.
45 komentar:
1.
agaricpro