Anda di halaman 1dari 19

ASUHAN KEPERAWATAN DENGAN KASUS

GANGGUAN SISTEM PERSEPSI SENSORI:


GLAUKOMA, KATARAK DAN OTITIS PADA KLIEN
DEWASA DENGAN MEMPERHATIKAN LEGAL DAN
ETIS

K E LO M P O K 7
 
ARDIAN 162212003
FAIRUS ARDANA 162212009
RISMINA SIMARMATA 162212027
SUCI RIANA 162212036
TASLIKAH 162212038
LATAR BELAKANG

o Gangguan penglihatan dapat didefinisikan sebagai


suatu adanya penurunan dari fungsi penglihatan yang
tidak dapat diperbaiki oleh penggunaan kacamata
ataupun lensa kontak, serta gangguan penglihatan
berkisar dari gangguan ringan hingga berat (Emmelia
Ratnawati, 2018).
o salah satu gangguan penglihatan dan pendengaran
diantaranya Glaukoma , katarak dan ostitis.
GLAUKOMA

Glaukoma ialah penyakit atau kelainan


pada mata akibat kerusakan saraf mata
yang dapat menyempitkan lapang
pandang dan hilangnya fungsi
pengelihatan. Penyebab atau faktor
risiko utama glaukoma ialah
peningkatan tekanan bola mata.
Peningkatan bola mata umunya
berlangsung perlahan sehingga tidak
menimbulkan gejala pada awalnya
sampai penderita sadar setelah terjadi
penyempitan lapang pandang (Pusdatin
Kemenkes RI, 2019).
KATARAK

Menurut Nurarif dan Kusuma (2015)


katarak adalah kekeruhan pada lensa
mata yang dapat menyebabkan
gangguan penglihatan. Ada pula
pendapat lain menurut Tana, dkk
(2007) katarak merupakan suatu
kelainan mata, berupa kekeruhan pada
lensa mata yang dapat menimbulkan
gangguan penglihatan mulai dari
penglihatan kabur sampai kebutaan.
OTITIS MEDIA

 Otitis media akut adalah infeksi akut telinga tengah yang


disebabkan oleh masuknya bakteri patogenik ke dalam
telinga tengah yang normalnya steril yang bersifat akut
atau tiba-tiba Otitis media akut (OMA) adalah
peradangan akut sebagian atau seluruh periosteum
telinga tengah (Mansjoer, 2000).
ETIOLOGI GLAUKOMA

Faktor resiko yang dapat terjadi ada penderita glaukoma menurut


Kusumadjaja Sp.M(K) (2019) dan Witmer (2016) ialah :
 Tekanan intra okular (TIO) tinggi > 20 mmHg

 Ras Asia dan Afrika dan orang dengan bilik mata depan yang dangkal

 Usia diatas 40 tahun

 Miopian (rabun jauh) tinggi atau hiperpobia (rabun dekat)


 Riwayat penyakit degeneratif seperti: diabetes melitus,hipertensi,
penyempitan pembuluh darah, dan penyakit jantung coroner
 Riwayat penyakit glaukoma pada keluarga (keturunan)
 Riwayat trauma atau cedera pada mata
 Penggunaan steroid jangka panjang
ETIOLOGI KATARAK

penyakit katarak dapat disebabkan oleh berbagai faktor seperti :


 Umur (paling umum)

 Penyakit sistemik Diabetes mellitus


 Pemakaian steroid yang lama
 Kelainan metabolisme bawaan
 Pajanan kronis terhadap sinar ultra violet (sinar matahari)
 Riwayat katarak pada keluarga
 Myopia (rabun jauh)
 Konsumsi alkohol
 Nutrisi
 Konsumsi multivitamin.
ETIOLOGI OTITIS MEDIA

Otitis media akut paling sering terjadi bila terdapat disfungsi tuba
eustachii seperti obstruksi yang diakibatkan oleh infeksi saluran
pernapasan atas, inflamasi jaringan di sekitarnya (misalnya sinusitis
dan hipertrofi adenoid) atau reaksi alergi (misalnya rinitis alergika).
Bakteri yang umum ditemukan sebagai organisme penyebab otitis
media akut adalah Streptococcus pneumoniae, Hemophylus influensae,
dan Moraxella catarhallis. Cara masuk bakteri pada kebanyakan pasien
kemungkinan melalui tuba eustachii akibat kontaminasi sekresi dalam
nasofaring.
KOMPLIKASI GLAUKOMA

Glaukoma yang tidak diobati dapat menyebabkan


komplikasi kehilangan penglihatan permanen ataupun
kebutaan. Tindakan perawatan dapat memperlambat
kehilangan penglihatan tambahan, tetapi tidak dapat
memulihkan penglihatan yang sudah hilang. 
KOMPLIKASI KATARAK

 Glaucoma
 Uveitis
 Kerusakan endotel kornea
 Seumbatan pupil
 Edema macula sistosoid
 Endoftalmitis
 Fistula luka operasi
 Pelepasan koroid
 Bleeding
KOMPLIKASI OTITIS MEDIA

 Infeksi yang menyebar ke tulang telinga (mastoiditis). 


 Infeksi yang menyebar ke cairan di sekitar otak dan
sumsum tulang belakang (meningitis). 
 Gangguan pendengaran permanen. 
 Gendang telinga pecah atau robek.
PENATALAKSANAAN

 Penatalaksanaan pada glaukoma

Pengobatan dilakukan dengan prinsip untuk menurunkan


TIO, membuka sudut yang tertutup (pada glaukoma sudut
tertutup), melakukan tindakan suportif (mengurangi nyeri,
mual, muntah, serta mengurangi radang), mencegah adanya
sudut tertutup ulang serta mencegah gangguan pada mata
yang baik (sebelahnya).
 Penatalaksanaan bedah pada kasus katarak dilakukan
berdasarkan tingkat keparahan dan terganggunya kualitas hidup
pasien.Saat ini tatalaksana pembedahan masih menjadi satu-
satunya tatalaksana kuratif dari katarak.

a) Terapi Farmakologis : Belum ditemukan obat-obatan yang


terbukti mampu memperlambat atau menghilangkan katarak.

b) Pembedahan : Keberhasilan pemulihan yang tepat, efek


samping dan komplikasi yang minimal serta tajam penglihatan
setelah operasi optimald dan stabil, sehingga kualitas hidup
pasien menjadi lebih baik.
 Penatalaksaan pada otitis media
 Target penatalaksanaan otitis media adalah resolusi dari gejala
serta mencegah atau mengurangi kemungkinan frekuensi.
 Terapi farmakologis otitis media dengan gejala ringan, sedang
umumnya akan sembuh secara spontan dan hanya membutuhkan
terapi suportif berupa pemberian analgesik.
 Tindakan operatif

1. Timpanosentesi

2. Miringotomi

3. Mastoidektomi
LEGAL DAN ETIK KEPERAWATAN

Etika keperawatan merupakan standar acuan untuk mengatasi segala macam


masalah yang dilakukan oleh praktisi keperawatan terhadap para pasien yang
tidak mengindahkan dedikasi moral dalam pelaksanaan tugasnya.(Amelia,2013
dalam buku Etika Keperawatan dan Keperawatan Profesional, Ngesti W
Utami,dkk, 2016)
Legal Keperawatan adalah perawat harus memiliki keahlian dan kewenangan.
Keahlian yang dimiliki dibuktikan dengan ijasah atau sertifkat keahlian lainya.
Kewenangan dibuktikan oleh perijinan uang dimiliki, seperti STR, SIP, atau
pemberian kewenangan klinis bagi perawat yang bekerja di fasilitas pelayanan
kesehatan (jurnal kompetensi dan kewenangan perawat dalam mengahadapi
masalah legal etik keperawatan, Dr.Ah .Yusuf, S.Kp,M.Kes. 2018)
ASPEK LEGAL DAN ETIK KEPERAWATAN

 Dasar hukum keperawatan


 UU Nomor 23 Tahun 1992 Tentang Kesehatan

 UU Nomor 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan

 UU Nomor 38 Tahun 2014 Tentang Keperawatan

 Peraturan Pemerintah No.32 Tahun 1996 tentang


Tenaga Kesehatan
 Peraturan Mentri Kesehatan Nomor
HK.02.02/MENKES/148/I/2010 Tentang Izin dan
Penyelenggaraan Praktek Perawat
 Keputusan Mentri Kesehatan Nomor
1239/Menkes/SK/XI/2001 Tentang Registrasi dan
Praktek Perawat.
 Perawat yang boleh melakukan asuhan keperawatan
 Lulus uji kompetensi
 Mengajukan Surat Tanda Registrasi kepada konsil keperawatan
dengan syarat memiliki ijazah, sertifikat uji kompetensi, surat
rekomendasi organisasi profesi
 STR diterbitkan oleh konsil keperawatan
 Mengajukan Surat Ijin Praktek Perawat kepada Pemerintah
Kabupaten/Kota Setempat dengan persyaratan STR,
Rekomendasi PPNI, Keterangan tempat praktek.
KESIMPULAN

Gangguan sistem persepsi sensori adalah perubahan persepsi terhadap


stimulus baik internal maupun eksternal yang disertai dengan respon
yang berkurang, berlebihan atau terdistorsi (PPNI, 2016), gangguan ini
sering dialami lansia yang diakibatkan penyakit glaukoma , katarak,
dan otitis , peran perawat dalam memberikan Asuhan Keperawatan
harus disertai dengan aspek legal dan etis yang sudah ditetapkan
sebagai fungsi hukum dari aspek legal dalam praktik keperawatan
merupakan suatu pedoman atau kerangka dalam menjalankan praktik
keperawatan.
Dengan hukum tersebut, perawat dapat menentukan batas – batas
kewenangan serta hak dan tanggung jawab sebagai perawat.

Anda mungkin juga menyukai