1. Ariyanto
2. Handayani
3. Herlinah
4. Kartika Widya Manakarra
5. Mitha Ayu Dwi Lestari
6. Musdalipah MS
7. Satriyani Ulfiah
8. Siti Khadijah Makkarumpa
9. Sri Wahyunita Aswar
10. Sutriani S
11. Tirtahadi Krisna Pradana
2021/2022
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Mata merupakan salah satu panca indera yang sangat penting untuk
kehidupan manusia. Terlebih lebih dengan majunya teknologi, indra penglihatan
yang baik merupakan kebutuhan yang tidak dapat diabaikan. Apalagi dengan
sempitnya lapangan kerja, hanya orang-orang yang sempurna dengan segala
indranya saja yang mendapat kesempatan kerja termasuk mata. Mata merupakan
anggota badan yang sangat peka. Trauma seperti debu sekecil apapun yang masuk
kedalam mata, sudah cukup untuk menimbulkan gangguan yang hebat, apabila
keadaan ini diabaikan, dapat menimbulkan penyakit yang sangat gawat.
B. Tujuan
1. Tujuan umum:
Memberikan pengetahuan kepada mahasiswa/i tentang glaukoma dan tindakan
asuhan keperawatan pada pasien dengan penyakit glukoma.
2. Tujuan khusus:
TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi Glaukoma
Glaukoma berasal dari bahasa Yunani “glaukos” yang berarti hijau kebiruan,
yang memberikan kesan warna tersebut pada pupil penderita glaukoma. Glaukoma
adalah sekelompok gangguan gangguan yangbmelibatkan beberapa perubahan atau
gejala patologis yang ditandai dengan peningkatan tekanan intraokuler (TIO) dengan
segalah akibatnya. (Indriana dan N Istiqomah; 2004).
B. Klasifikasi Glaukoma
1. Glaukoma Primer
2. Glaukoma sekunder
Glaukoma sekunder adalah glaukoma yang terjadi akibat penyakit mata lain
yang menyebabkan penyempitan sudut atau peningkatan volume cairan di dalam
mata. Kondisi ini secara tidak langsung mengganggu aktivitas struktur yang
terlibat dalam sirkulasi dan atau reabsorbsi akueos humor. Gangguan ini terjadi
akibat:
3. Glaukoma kongenital
D. Patofisiologi
b. Tekanan intraokular yang tinggi secara mekanik menekan papil saraf optik yang
merupakan tempat dengan daya tahan paling lemah pada bola mata. Bagian tepi
papil saraf otak relatif lebih kuat dari pada bagian tengah sehingga terjadi
penggaungan pada papil saraf optik.
c. Sampai saat ini, patofisiologi sesungguhnya dari kelainan ini masih belum jelas.
Nyeri
Gangguan persepsi
sensori: pengelihatan
Kebutaan
E. Manifestasi Klinis
F. Pemeriksaan Penunjang
a. Tonometri
Cara ini adalah yang paling mudah, tetapi juga yang paling tidak
cermat, sebab cara mengukurnya dengan perasaan jari telunjuk. Dpat
digunakan dalam keadaan terpaksa dan tidak ada alat lain. Caranya adalah
dengan dua jari telunjuk diletakan diatas bola mata sambil pendertia disuruh
melihat kebawah. Mata tidak boleh ditutup, sebab menutup mata
mengakibatkan tarsus kelopak mata yang keras pindah ke depan bola mata,
hingga apa yang kita palpasi adalah tarsus dan ini selalu memberi kesan
perasaan keras. Dilakukan dengan palpasi : dimana satu jari menahan, jari
lainnya menekan secara bergantian. Tinggi rendahnya tekanan dicatat
sebagai berikut :
N : normal
N+1 : agak tinggi
N+2 : untuk tekanan yang lebih tinggi
N–1 : lebih rendah dari normal
N–2 : lebih rendah lagi, dan seterusnya
b. Gonioskopi
G. Penatalaksanaan
Jika tindakan di atas tidak berhasil, lakukan operasi untuk membuka saluran
schlemm sehingga cairan yang banyak diproduksi dapat keluar dengan mudah.
Tindakan pembedahan dapat dilakukan seperti trabekulektomi dan laser
trabekuloplasti. Bila tindakan ini gagal, dapat dilakukan siklokrioterapi (Pemasanag
selaput beku).
1. Pengkajian
1. Identitas
a. Nama
b. Alamat
c. Jenis kelamin
d. Umur, glaukoma primer terjadi pada individu berumur > 40 tahun.
e. Ras, kulit hitam mengalami kebutaan akibat glaukoma paling sedikit 5 kali
dari kulit putih (dewit, 1998).
f. Pekerjan, terutama yang beresiko besar mengalami trauma mata
2. Riwayat kesehatan
4. Pemeriksaan fisik
2. Diagnosa Keperawatan
3. Intervensi Keperawatan
Tujuan Intervensi Rasionl
1. Tujuan: Setelah Mandiri
diberikan tindakan - Pertahankan tirah - Tekanan pada mata
keperawatan baring ketat pada meningkatkan jika
diharapkan nyeri posisi semi-Fowler tubuh datar dan
dapat berkurang dan cegah tindakan manuver valsalva
atau terkontrol. yang dapat diaktifkan seperti pada
meningkatkan TIO aktivitas tersebut.
Kriteria hasil:
(batuk, bersin,
Klien dapat mengejan)
mengidentifikasi - Berikan lingkungan — Stres dan sinar akan
penyebab nyeri. gelap dan tenang. meningkatkan TIO yang
Klien dapat dapat mencetuskan
mengetahui faktor- nyeri.
faktor yang dapat — Obsevasi tekanan — Mengidentifikasi
meningkatkan nyeri. darah, nadi dan kemajuan atau
Klien mampu pernapasan tiap 24 penyimpanan dari hasil
melakukan tindakan jam jika klientidak yang diharapkan.
untuk mengurangi menerimah agens
nyeri. osmotik secara
intravena dan tiap 2
jam jika klien
menerimah agens
osmotik intravena.
— Observai derajat nyeri — Mengidentifikasi
mata tiap 20 menit kemajuan atau
selama fase akut. penyimpangan dari
hasil yang diharapkan.
— Observasi ketajaman — Mengidentifikasi
pengelihatan setiap kemajuan atau
waktu sebelum penyimpangan dari
penetesan obat mata hasil yang diharapkan.
yang diresepkan.
Koaborasi
— Berikan obat mata — Agens osmotik
yang diresepkan untuk intravena akan
glaukoma dan beri tau menurunkan TIO
dokter jika terjadi dengan cepat. Agens
hipotensi, haluaran osmitik bersifat
urin <24 ml/jam, nyeri hiperosmolor dan dapat
pada mata tidak hilang menyebabkan
dalam waktu 30 menit dehidrasi; manitol dapat
setelah terapi obat, mencetuskan
tajam pengelihatan hiperglikemis pada
turun terus menerus. pasien DM, tetes mata
miotik memperlancar
drainase akuos humor
dan menurunkan
produksinya.
Pengobatan TIO adalah
esensial untuk
memperbaiki
pengelihatan.
— Berikan analgesik — Mengontrol nyeri. Nyeri
narkotik yang berat akan
diresepkan jika klien mencetuskan manuver
mengalami nyeri valsalva dan
hebat dan evaluasi meningkatkan TIO.
keefektifannya.
PENUTUP
A. Kesimpulan
Glaukoma adalah salah satu jenis penyakit mata dengan gejala yang tidak
langsung, yang secara bertahap menyebabkan penglihatan pandangan mata
semakin lama akan semakin berkurang sehingga akhirnya mata akan menjadi buta.
Hal ini disebabkan karena saluran cairan yang keluar dari bola mata terhambat
sehingga bola mata akan membesar dan bola mata akan menekan saraf mata yang
berada di belakang bola mata yang akhirnya saraf mata tidak mendapatkan aliran
darah sehingga saraf mata akan mati
B. Saran
2. Bagi klien dan keluarga, Perawatan tidak kalah pentingnya dengan pengobatan
karena bagaimanapun teraturnya pengobatan tanpa perawatan yang sempurna
maka penyembuhan yang diharapkan tidak tercapai, oleh sebab itu perlu adanya
penjelasan pada klien dan keluarga mengenai manfaat serta pentingnya
kesehatan.
Pustaka jurnal
1. Andrea Lalita. Pencapaian tekanan intraokuler pasca pemberian timolol maleat 0,5%
pada glaukoma susut terbuka primer di poloklinik mata RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou
Manado tahun 2012-2014. Manado: Fakultas Kedokteran Universitas Sam Ratulangi;
2016.
2. Dina Ameliana. Perbandingan penurunan tekanan intraokuler pada terapi timolol
maleat dan dorsalamid pasien glaukoma. Semarang: Fakultas Kedokteran
Universitas Diponegoro; 2014