Anda di halaman 1dari 21

LAPORAN PENDAHULUAN GLAUKOMA

1. KONSEP DASAR PENYAKIT


A. Pengertian
Glaukoma adalah gangguan ocular yang ditandai dengan perubahan pada
pusat saraf optic (lempeng optic) dan kehilangan sensitifitas visual dan jarak
pandang (Elin, 2009)
Glaukoma merupakan penyakit mata yang ditandai dengan berkurangnya
lapang pandang akibat kerusakan saraf optikus (Keperawatan Medikal Bedah
Vol 3, 2002).
Glaukoma berasal dari kata yunani glaukos yang berarti hijau kebiruan,
yang memberikan kesan warna tersebu pada pupil penderita glaucoma.(Ilmu
Penyakit Mata, 2007)
Glaukoma adalah suatu penyakit yang memberikan gambaran klinik
berupa peninggian tekanan bola mata, penggaungan papil saraf optik dengan
defek lapang pandangan mata.(Sidarta Ilyas,2000).
Glaukoma adalah gangguan penglihatan yang disebabkan oleh
meningkatnya tekanan bola mata. Meningkatnya tekanan di dalam bola mata ini
disebabkan oleh ketidakseimbangan antara produksi cairan dan pembuangan
cairan dalam bola mata dan tekanan yang tinggi dalam bola mata bisa merusak
jaringan-jaringan syaraf halus yang ada di retina dan belakang bola mata
(Nurarif, 2015)
Glaukoma adalah sekelompok kelainan mata yang ditandai dengan
peningkatan tekanan intraokuler.( Long Barbara, 1996)
Jadi, Glaukoma adalah kelompok penyakit mata yang disebabkan oleh
tingginya tekanan bola mata sehingga menyebabkan rusaknya saraf optik yang
membentuk bagian-bagian retina retina dibelakang bola mata. Saraf optik
menyambung jaringan-jaringan penerima cahaya (retina) dengan bagian dari
otak yang memproses informasi pengelihatan

B. Klasifikasi
Klasifikasi Vaughen untuk glaucoma, yaitu:
1. Glaukoma primer
- Glaukoma sudut terbuka
- Glaucoma sudut sempit
2. Glaukoma congenital
- Primer atau infantile
- Menyertai kelainan congenital lainnya
3. Glaukoma sekunder
- Perubahan lensa
- Kelainan vuvea
- Trauma
- Bedah
- Rubeosis
- Steroid
4. Glaukoma absolute
Dari pembagian di atas dapat dikenal glaucoma dalam bentuk-bentuk:
a. Glaukoma sudut sempit primer dan sekunder (dengan blockade pupil atau tanpa
blockade pupil)
b. Glaucoma sudut terbuka primer dan sekunder
c. Kelainan pertumbuhan, primer (congenital, infantile, juvenile), sekunder
kelainan pertumbuhan lain pada mata (Sidharta Ilyas, 2010)

C. Etiologi
Penyebab dari glaucoma adalah sebagai berikut:
1. Bertambahnya produksi cairan mata oleh badan ciliary
2. Berkurangnya pengeluaran cairan mata di daerah sudut bilik mata/di celah
pupil (Sidharta Ilyas, 2004)
Bilik anterior dan bilik posterior mata terisi oleh cairan encer yang disebut
humor aqueus. Bila dalam keadaaan normal, cairan ini dihasilkan didalam bilik
posterior, melewati pupil masuk kedalam bilik anterior lalu mengalir dari mata
melalui suatu saluran. Jika aliran cairan ini terganggu (biasanya karena
penyumbatan yang menghalangi keluarnya cairan dari bilik anterior), maka
akan terjadi peningkatan tekanan.
Peningkatan tekanan intraokuler akan mendorong perbatasan antara saraf
optikus dan retina di bagian belakang mata. Akibatnya pasokan darah kesaraf
optikus berkurang sehingga sel-sel sarafnya mati. Karena saraf optikus
mengalami kemunduran, maka akan terbentuk bintik buta pada lapang pandang
mata. Yang pertama terkena adalah lapang pandang tepi, lalu diikuti oleh lapang
pandang sentral. Jika tidak diobati, glaukoma pada akhirnya bisa menyebabkan
kebutaan.
D. Pathway

Usia > 40 th
DM
Kortikosteroid Jangka Panjang
Miopia
Trauma mata

Obstruksi Jaringan Peningkatan tekanan


Trabekuler Vitreus

Hambatan Pengaliran Pergerakan Iris Kedepan


Cairan Humor Aqueous

Nyeri
TIO Meningkat Glaukoma TIO meningkat

Gangguan Saraf Optik Tindakan Operasi

Gangguan Persepsi Ansietas Defisiensi


Sensori Pengetahuan
Penglihatan
Perubahan Penglihatan
Perifer

Luka insisi

Kebutaan

Risiko Infeksi
Risiko Cedera

E. Patofisiologi
TIO ditentukan oleh kecepatan produksi Aqueos humor dan aliran keluar
Aqueos humor dari mata.TIO normal adalah 10- 21 mmHg dan dipertahankan
selama terdapat keseimbangan antara produksi dan aliran Aqueos humor.
Aqueos humor diproduksi didalam badan siliar dan mengalir keluar melalui
kanal Schelmn kedalam sistem vena. Ketidakseimbangan dapat terjadi akibat
produksi berlebih badan siliar atau oleh peningkatan hambatan abnormal
terhadap aliran keluar Aqueos humor melalui kamera occuli anterior (COA).
Peningkatan TIO > 23 mmHg memerlukan evaluasi yang seksama. Peningkatan
TIO mengurangi aliran darah ke saraf optik dan retina. Iskemia menyebakan
struktur ini kehilangan fungsinya secara bertahap.Kerusakan jaringan biasanya
dimulai dari perifer dan bergerak menuju fovea sentralis. Kerusakan visus dan
kerusakan sarf optik serta retina adalah irreversible dan hal ini bersifat
permanen. Tanpa penanganan, glaukoma dapat menyebabkan
kebutaan.Hilangnya pengelihatan ditandai dengan adanya titik buta pada lapang
pandang

E. Manifestasi Klinis
1. Glaukoma sudut lebar berkembang dengan pelan dan biasanya asimtomatik
sampai onset kehilangan jarak pandang. Kerusakan jarak pandang termasuk
konstriksi jarak pandang peripheral general, skotomas terisolasi atau bintik
buta, penurunan sesnitivitas kontras, penurunan akuitas, peripheral, dan
perubahan penglihatan warna.
2. Pada glaucoma sudut sempit, pasien biasanya mengalami symptom prodromal
intermittent (seperti pandangan kabur dengan halos sekitar cahaya dan biasanya
sakit kepala). Tahap akut memiliki gejala berhubungan dengan kornea berawan ,
edematous, nyeri pada ocular, mual, muntah, dan nyeri abdominal dan
diaphoresis (Nurarif, 2015).

F. Penatalaksanaan
1) Terapi Medikamentosa
Tujuannya adalah menurunkan TIO (Tekanan Intra Okuler) terutama
dengan mengguakan obat sistemik (obat yang mempengaruhi tubuh
a) Obat Sistemik
(1) Asetazolamida, obat yang menghambat enzim karbonik anhidrase
yang akan mengakibatkan diuresis dan menurunkan sekresi cairan
mata sebanyak 60%, menurunkan tekanan bola mata. Pada
permulaan pemberian akan terjadi hipokalemia sementara. Dapat
memberikan efek samping hilangnya kalium tubuh parastesi,
anoreksia, diarea, hipokalemia, batu ginjal dan myopia sementara.
(2) Agen hiperosmotik. Macam obat yang tersedia dalam bentuk obat
minum adalah glycerol dan isosorbide sedangkan dalam bentuk
intravena adalah manitol. Obat ini diberikan jika TIO sangat tinggi
atau ketika acetazolamide sudah tidak efektif lagi.
b) Obat Tetes Mata Lokal
(1) Penyekat beta. Macam obat yang tersedia adalah timolol,
betaxolol, levobunolol, carteolol, dan metipranolol.
Digunakan 2x sehari, berguna untuk menurunkan TIO.
(2) Steroid (prednison). Digunakan 4x sehari, berguna sebagai
dekongestan mata. Diberikan sekitar 30-40 menit setelah terapi
sistemik.
c) Terapi Bedah
(1) Iridektomi perifer. Digunakan untuk membuat saluran dari bilik
mata belakang dan depan karena telah terdapat hambatan dalam
pengaliran humor akueus. Hal ini hanya dapat dilakukan jika sudut
yang tertutup sebanyak 50%.
(2) Trabekulotomi (Bedah drainase). Dilakukan jika sudut yang
tertutup lebih dari 50% atau gagal dengan iridektomi.

G. Pemeriksaan Penunjang
1) Kartu mata Snellen/mesin Telebinokular (tes ketajaman penglihatan dan
sentral penglihatan) : Mungkin terganggu dengan kerusakan kornea, lensa,
aquous atau
2) vitreus humor, kesalahan refraksi, atau penyakit syaraf atau penglihatan ke
retina atau jalan optik.Lapang penglihatan : Penurunan mungkin
disebabkan CSV, massa tumor pada hipofisis/otak, karotis atau patologis
arteri serebral atau glaukoma.
3) Tes Provokatif :digunakan dalam menentukan tipe glaukoma jika TIO
normal atau hanya meningkat ringan.
4) Darah lengkap, LED :Menunjukkan anemia sistemik/infeksi
5) EKG, kolesterol serum, dan pemeriksaan lipid: Memastikan
aterosklerosisi,PAK
6) Tes Toleransi Glukosa :menentukan adanya DM.
7) Oftalmoskopi : Untuk melihat fundus bagian mata dalam yaitu retina,
discus optikus macula dan pembuluh darah retina.
8) Tonometri : Adalah alat untuk mengukurtekanan intra okuler, nilai
mencurigakan apabila berkisar antara 21-25 mmhg dan dianggap patologi
bila melebihi 25 mmhg. (normal 12-25 mmHg). Tonometri dibedakan
menjadi dua antara lain (Sidharta Ilyas, 2004) : Membantu membedakan
sudut terbuka dari sudut tertutup glaukoma.
9) Pemeriksaan lampu-slit. : Lampu-slit digunakan unutk mengevaluasi
oftalmik yaitu memperbesar kornea, sclera dan kornea inferior sehingga
memberikan pandangan oblik kedalam tuberkulum dengan lensa khusus.
10) Perimetri : Kerusakan nervus optikus memberikan gangguan lapang
pandangan yang khas pada glaukoma. Secara sederhana, lapang pandangan
dapat diperiksa dengan tes konfrontasi.
11) Pemeriksaan Ultrasonografi..: Ultrasonografi dalai gelombang suara yang
dapat digunakan untuk mengukur dimensi dan struktur okuler.
2. KONSEP KEPERAWATAN
A. Pengkajian
1. Data Umum
a. Identitas klien, meliputi :
Nama, umur, jenis kelamin, pekerjaan, alamat, agama.
b. Keluhan utama , meliputi apa yang menjadi alasan utama klien masuk ke
RS. Biasanya klien akan mengeluhkan nyeri di sekitar atau di dalam
bola mata.
c. Riwayat Kesehatan Sekarang : meliputi apa-apa saja gejala yang dialami
klien saat ini sehingga menganggu aktivitas klien itu sendiri.
d. Riwayat Kesehatan Dahulu : meliputi penyakit apa saja yang pernah
dialami klien sebelumnya, baik itu yang berhubungan dengan penyakit
yang dideritanya ataupun tidak.
e. Riwayat Kesehatan Keluarga : meliputi riwayat penyakit yang pernah
dialami anggota keluarga.
f. Pemeriksaan Fisik
1) Pemeriksaan fisik dilakukan dengan menggunakan oftalmoskop
untuk mengetahui adanya cupping dan atrofi diskus optikus. Diskus
optikus menjadi lebih luas dan lebih dalam. Pada glaucoma akut
primer, kamera anterior dangkal, akues humor keruh dan pembuluh
darah menjalar keluar dari iris.
2) Pemeriksaan lapang pandang perifer, pada keadaan akut lapang
pandang cepat menurun secara signifikan dan keadaan kronik akan
menurun secara bertahap.
3) Pemeriksaan fisik melalui inspeksi untuk mengetahui adanya
inflamasi mata, sklera kemerahan, kornea keruh, dilatasi pupil
sedang yang gagal bereaksi terhadap cahaya. Sedangkan dengan
palpasi untuk memeriksa mata yang mengalami peningkatan TIO,
terasa lebih keras dibanding mata yang lain.
4) Uji diagnostik menggunakan tonometri, pada keadaan kronik atau
open angle didapat nilai 22-32 mmHg, sedangkan keadaan akut atau
angle closure ≥ 30 mmHg. Uji dengan menggunakan gonioskopi
akan didapat sudut normal pada glaukoma kronik. Pada stadium
lanjut, jika telah timbul goniosinekia (perlengketan pinggir iris pada
kornea/trabekula) maka sudut dapat tertutup. Pada glaukoma akut
ketika TIO meningkat, sudut COA akan tertutup, sedang pada waktu
TIO normal sudutnya sempit.
2. Pengkajian Pola Fungsional Gordon
a. POLA PERSEPSI DAN MANAJEMEN KESEHATAN
1) Persepsi terhadap penyakit ; tanyakan bagaimana persepsi klien
menjaga kesehatannya. Bagaimana klien memandang penyakit
glaukoma, bagaimana kepatuhannya terhadap pengobatan.
2) Perlu ditanyakan pada klien, apakah klien mempunyai riwayat
keluarga dengan penyakit DM, hipertensi, dan gangguan sistem
vaskuler, serta riwayat stress, alergi, gangguan vasomotor, dan
pernah terpancar radiasi.

b. POLA NUTRISI/METABOLISME
1) Tanyakan menu makan pagi, siang dan malam
2) Tanyakan berapa gelas air yang diminum dalam sehari
3) Tanyakan bagaimana proses penyembuhan luka (cepat/lambat)
4) Bagaimana nafsu makan klien
5) Tanyakan apakah ada kesulitan dan keluhan yang mempengaruhi
makan dan nafsu makan
6) Tanyakan juga apakah ada penurunan BB dalam 6 bulan terakhir
Biasanya pada klien yang mengalami glaukoma klien akan
mengeluhkan mual muntah

c. POLA ELIMINASI
1) Kaji kebiasaan defekasi
2) Berapa kali defekasi dalam sehari, jumlah, konsistensi, bau, warna
dan karekteristik BAB
3) Kaji kebiasaan miksi
4) Berapa kali miksi dalam sehari, jumlah, warna, dan apakah ada ada
kesulitan/nyeri ketika miksi serta apakah menggunakan alat bantu
untuk miksi
5) Klien dengan glaukoma, biasanya tidak memiliki gangguan pada
pola eliminasi, kecuali pada pasien yang mempunyai penyakit
glukoma tipe sekunder (DM, hipertensi).

d. POLA AKTIVITAS/LATIHAN
1) Menggambarkan pola aktivitass dan latihan, fungsi pernafasan dan
sirkulasi
2) Tanyakan bagaimana kegiatan sehari-hari dan olahraga (gunakan
table gorden)
3) Aktivitas apa saja yang dilakukan klien di waktu senggang
4) Kaji apakah klien mengalami kesulitan dalam bernafas, lemah,
batuk, nyeri dada. Data bisa didapatkan dengan mewawancara klien
langsung atau keluarganya ( perhatikan respon verbal dan non
verbal klien )
5) Kaji kekuatan tonus otot
6) Penyakit glaukoma biasanya akan mengganggu aktivitas klien
sehari-hari. Karena, klien mengalami mata kabur dan sakit ketika
terkena cahaya matahari.

e. POLA ISTIRAHAT TIDUR


1) Tanyakan berapa lama tidur di malam hari, apakah tidur efektif
2) Tanyakan juga apakah klien punya kebiasaan sebelum tidur
3) Penyakit glaukoma biasanya akan mengganggu pola tidur dan
istirahat klien
4) sehari-hari karena klien mengalami sakit kepala dan nyeri hebat
sehingga pola tidur klien tidak normal.
f. POLA KOGNITIF-PERSEPSI
1) Menggambarkan pola pendengaran, penglihatan, pengecap,
penciuman. Persepsi nyeri, bahasa dan memori
2) Status mentalBicara : - apakah klien bisa bicara dengan normal/ tak
jelas/gugup
3) Kemampuan berkomunikasi dan kemampuan memahami serta
keterampilan interaksi
4) Kaji juga anxietas klien terkait penyakitnya dan derajatnya
5) Pendengaran : DBN / tidak
6) Peglihatan :DBN / tidak
7) Apakah ada nyeri : akut/ kronik. Tanyakan lokasi nyeri dan
intensitas nyeri
8) Bagaimana penatalaksaan nyeri, apa yang dilakukan klien untuk
mengurangi nyeri saat nyeri terjadi
9) Apakah klien mengalami insensitivitass terhadap panas/dingin/nyeri
10) Klien dengan glaukoma pasti mengalami gangguan pada indera
penglihatan. Pola pikir klien juga terganggu tapi masih dalam tahap
yang biasa.

g. POLA PERSEPSI DIRI-KONSEP DIRI


1) Menggambarkan sikap terhadap diri dan persepsi terhadap
kemampuan, harga diri, gambaran diri dan perasaan terhadap diri
sendiri
2) Kaji bagaimana klien menggambar dirinya sendiri, apakah ada hal
yang membuaatnya mengubah gambaran terhadap diri
3) Tanyakan apa hal yang paling sering menjadi pikiran klien, apakah
klien sering merasa marah, cemas, depresi, takut, suruh klien
menggambarkannya.
4) Pada klien dengan glaukoma, biasanya terjadi gangguan pada
konsep diri karena mata klien mengalami gangguan sehingga
kemungkinan klien tidak PD dalam kesehariannya. Tapi, pada kasus
klien tidak mengalami gangguan pada persepsi dan konsep diri.

h. POLA PERAN HUBUNGAN


1) Menggambarkan keefektifan hubungan dan peran dengan keluarga
lainnya.
2) Tanyakan pekerjaan dan status pekerjaan klien
3) Tanyakan juga system pendukung misalnya istri,suami, anak
maupun cucu dll
4) Tanyakan bagaimana keadaan keuangan sejak klien sakit.
5) Bagaimana dalam pengambilan keputusan dan penyelesaian konflik
6) Tanyakan juga apakah klien aktif dalam kegiatan social
7) Klien dengan glaukoma biasanya akan sedikit terganggu dalam
berhubungan dengan orang lain ketika ada gangguan pada matanya
yang mengakibatkan klien malu berhubungan de ngan orang lain.
8) Biasanya klien dengan glaukoma akan sedikit mengalami gangguan
dalam melakukan perannya

i. POLA KOPING-TOLERANSI STRESS


1) Menggambarkan kemampuan untuk menangani stress dan
menggunakan system pendukung
2) Tanyakan apakah ada perubahan besar dalam kehidupan dalam
beberapa bulan terakhir
3) Tanyakan apa yang dilakukan klien dalam menghadapi masalah
yang dihadapi, apakah efektif?Apakah klien suka berbagi
maslah/curhat pada
4) keluarga / orang lain
5) Tanyakan apakah klien termasuk orang yang santai atau mudah
panik
6) Tanyakan juga apakah klien ada menggunakan obat dalam
menghadapi stress
7) Biasanya klien dengan glaukoma akan sedikit stress dengan
penyakit yang dideritanya karena ini berkaitan dengan konsep
dirinya dimana klien mengalami penyakit yang mengganggu organ
penglihatannya.

j. POLA REPRODUKSI/ SEKSUALITAS


1) Bagaimana kehidupan seksual klien, apakah aktif/pasif
2) Jika klien wanita kaji siklus menstruasinya
3) Tanyakan apakah ada kesulitan saat melakukan hubungan intim
berhubungan penyakitnya, misalnya klien merasa sesak nafas atau
batuk hebat saat melakukan hubungan intim
4) Biasanya klien tidak terlalu mengalami gangguan dengan pola
reproduksi seksualitas. Akan tetapi, pencurahan kasih sayang dalam
keluarga akan terganggu ketika anggota keluarga tidak menerima
salah seorang dari mereka yang mengalami penyakit mata.

k. POLA KEYAKINAN-NILAI
1) Menggambarkan spiritualitas, nilai, system kepercayaan dan tujuan
dalam hidup
2) Kaji tujuan, cita-cita dan rencana klien pada masa yang akan datang.
3) Apakah agama ikut berpengaruh, apakah agama merupakan hal
penting dalam hidup
4) Klien akan mengalami gangguan ketika menjalankan aktivitas
ibadah sehari-hari karena klien mengalami sakit mata dan sakit
kepala yang akan mengganggu ibadahnya.

B. Diagnosa Keperawatan
1. Pre Operasi
a. Nyeri berhubungan dengan peningkatan TIO
b. Perubahan persepsi sensori visual / penglihatan berhubungan dengan
serabut saraf oleh karena peningkatan TIO.
c. Ansietas berhubungan dengan penurunan ketajaman penglihatan,
Kurang pengetahuan tentang prosedur pembedahan
d. Resiko cedera b/d penurunan lapang pandang
e. Defisiensi pengetahuan b/d kurangnya pajanan informasi tentang
persiapan tindakan operasi.
2. Post operasi
a. Nyeri berhubungan dengan post tuberkulectomi iriodektomi
b. Resiko infeksi berhubungan dengan luka insisi operasi
c. Defisiensi pengetahuan b/d persiapan perawatan mandiri di rumah.
C. Rencana Tindakan

No. Diagnosa Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi


Keperawatan
1. Nyeri b.d NOC : Pain Level Pain Management
peningkatan Setelah diberikan asuhan 1. Lakukan pengkajian nyeri
TIO keperawatan selama 1 x 10 menit secara komprehensif
diharapkan nyeri pasien termasuk lokasi,
berkurang atau terkontrol dengan karakteristik, durasi,
kriteria hasil: frekuensi, kualitas dan
a. Mengeluhkan nyeri
faktor presipitasi
b. Episode nyeri
c. Erea yang dipengaruhi 2. Observasi reaksi non verbal
d. Mengerang dan menangis
dari ketidaknyamanan
e. Ekspresi wajah menahan
3. Gunakan teknik komunikasi
nyeri
f. Kurang beristirahat terapeutik untuk
g. Agitasi
mengetahui pengalaman
h. Iritabilitas
i. Meringis nyeri pasien
j. Diaforesis
4. Kontrol lingkungan yang
k. Gelisah
l. Kehilangan focus dapat mempengaruhi nyeri
m. Tekanan otot
seperti suhu ruangan,
n. Kehilangan nafsu makan
o. Mual pencahayaan dan
p. Intoleransi makanan
kebisingan
Keterangan penilaian NOC
5. Kurangi faktor presipitasi
1 = Parah
6. Pilih dan lakukan
2 = Berat
3 = Sedang penanganan nyeri
4 = Ringan
(farmakologi, non
5 = Tidak ada
farmakologi dan inter
personal)
7. Kaji tipe dan sumber nyeri
untuk menentukan
intervensi
8. Ajarkan tentang teknik non
farmakologi
9. Berikan analgetik untuk
mengurangi nyeri
10. Evaluasi keefektifan kontrol
nyeri
11. Tingkatkan istirahat
2. Perubahan NOC NIC
persepsi Sensory Function : Vision Communication
sensori Setelah dilakukan tindakan Enhancement : Visual Deficit
visual / keperawatan selama 1 x 10 menit, 1. Pantau implikasi fungsional
penglihatan pasien tidak mengalami gangguan visi berkurang (misalnya ,
b.d serabut persepsi sensori dengan kriteria risiko cedera , depresi ,
saraf oleh hasil : kecemasan , dan
karena 1. Ketajaman pusat pengelihatan kemampuan untuk
peningkatan (kiri) melakukan aktivitas sehari-
TIO 2. Ketajaman pusat pengelihatan hari dan kegiatan dihargai).
(kanan) 2. Bantu pasien dalam
3. Ketajaman peripheral meningkatkan stimulasi
pengelihatan (kiri) indera lainnya (misalnya ,
4. Ketajaman peripheral menikmati aroma, rasa , dan
pengelihatan (kanan) tekstur makanan).
5. Lapang pandang pusat 3. Berikan pencahayaan ruang
pengelihatan (kiri) yang memadai
6. Lapang pandang pusat 4. Instruksikan keluarga untuk
pengelihatan (kanan) mengenali dan menanggapi
7. Lapang pandang peripheral bentuk ekspresif
pengelihatan (kiri) nontradisional komunikasi
8. Lapang pandang peripheral (misalnya, gerakan dan
pengelihatan (kanan) ekspresi wajah).
9. Respon terhadap rangsangan 5. Bantu pasien atau keluarga
pengelihatan dalam mengidentifikasi
Keterangan penilaian NOC sumber daya yang tersedia
1 = Tidak pernah dilakukan untuk rehabilitasi
2 = Jarang dilakukan
penglihatan
3 = Beberapa waktu dilakukan
4 = Hampir dilakukan 6. Berikan rujukan untuk
5 = Selalu dilakukan pasien yang membutuhkan
pengobatan medis bedah
atau lainnya.

Medication Administration :
Eye
1. Perhatikan riwayat
kesehatan pasien dan
riwayat alergi
2. Kaji pengetahuan pasien
mengenai obat dan
pemahaman metode
administrasi
3. Posisikan pasien terlentang
atau duduk di kursi dengan
leher sedikit hyperextended
; meminta pasien untuk
melihat langit-langit
4. Tanamkan obat ke kantung
konjungtiva menggunakan
teknik aseptik
5. Anjurkan pasien untuk
menutup mata dengan
lembut untuk membantu
mendistribusikan obat
6. Pantau efek lokal, sistemik,
dan merugikan dari obat.
3. Ansietas b.d NOC Anxiety Reduction
Penurunan Anxiety level 1. Gunakan pendekatan yang
ketajaman Coping menenangkan
penglihatan, Anxiety self control 2. Nyatakan dengan jelas
Kurang Setelah dilakukan asuhan harapan terhadap pelaku
pengetahuan keperawatan selama 1 x 5 menit pasien
tentang diharapkan rasa cemas yang ada 3. Jelaskan semua prosedur dan
prosedur pada diri klien berkurang dengan apa yang dirasakan selama
pembedahan kriteria hasil: prosedur
1. Pasien mampu 4. Pahami perspektif pasien
mengidentifikasikan dan terhadap situasi stress
mengungkapkan intensitas 5. Temani pasien untuk
cemas memberikan keamanan dan
2. Mampu menghindari mengurangi takut
precursor cemas 6. Dorong keluarga untuk
3. Mampu menggunakan strategi menemani anak
koping efektif 7. Lakukan back/neck rub
4. Mampu menggunakan teknik 8. Dengarkan dengan penuh
relaksasi untuk mengurangi perhatian
cemas 9. Identifikasi tingkat
5. Ekspresi wajah menunjukkan kecemasan
kecemasan berkurang 10. Bantu pasien mengenal
Keterangan penilaian NOC situasi yang menimbulkan
1 = Tidak pernah dilakukan kecemasan
2 = Jarang dilakukan
11. Dorong pasien untuk
3 = Beberapa waktu dilakukan
4 = Hampir dilakukan mengungkapkan pearasaan,
5 = Selalu dilakukan ketakutan, persepsi
12. Instruksikan pasien
menggunakan teknik
relaksasi
13. Berikan obat untuk
mengurangi kecemasan
4. Risiko cedera NOC NIC
b/d penurunan Comfort Status : Environmental Management
lapang Environmental 1. Ciptakan lingkungan yang
pandang 1. Persediaan yang dibutuhkan aman untuk pasien
dan peralatan dalam 2. Hindari paparan yang tidak
jangkauan perlu, draft, overheating,
2. Suhu kamar atau dingin
3. Lingkungan yang aman 3. Manipulasi pencahayaan
4. Kebersihan lingkungan untuk manfaat terapeutik
5. Perangkat keselamatan 4. Izinkan keluarga / orang
digunakan dengan tepat lain yang signifikan untuk
6. Pencahayaan ruangan tinggal dengan pasien
7. Ketersediaan ruang untuk 5. Didik pasien dan
pengunjung pengunjung tentang
8. Tempat tidur yang aman perubahan / tindakan
9. Furniture yang aman pencegahan, sehingga
mereka tidak akan sengaja
Keterangan penilaian NOC mengganggu lingkungan
1 = Tidak pernah dilakukan 6. Berikan keluarga /
2 = Jarang dilakukan
signifikan lain dengan
3 = Beberapa waktu dilakukan
4 = Hampir dilakukan informasi agar membuat
5 = Selalu dilakukan lingkungan yang aman
untuk pasien
Physical Injury Severity
1. Tidak ada lecet kulit Environmental Management :
2. Tidak ada memar Safety
3. Tidak ada laserasi 1. Identifikasikan defisit
4. Tidak ada keseleo kognitif atau fisik pasien
ekstremitas yang dapat meningkatkan
5. Tidak ada fraktur potensi cedera dalam
6. Tidak ada cedera gigi lingkungan tertentu.
2. Identifikasikan perilaku dan
7. Tidak ada cedera kepala
faktor yang mempengaruhi
terbuka
resiko cedera
8. Tidak ada cedera kepala
3. Identifikasikan karakteristik
tertutup
lingkungan yang dapat
9. Tidak ada gangguan
meningkatkan potensi untuk
mobilitas
cedera (misalnya lantai
10. Tidak ada penurunan tingkat
licin. tangga terbuka dan
kesadaran
lain-lain)
11. Tidak ada pendarahan 4. Dorong pasien untuk
12. Tidak ada trauma mengunakan tongkat atau
Keterangan penilaian NOC alat pembantu berjalan
5. Ajarkan pasien bagaimana
1 = Tidak pernah dilakukan
2 = Jarang dilakukan jatuh untuk meminimalkan
3 = Beberapa waktu dilakukan
cedera
4 = Hampir dilakukan 6. Gunakan teknik yang tepat
5 = Selalu dilakukan untuk mentransfer pasien
ke dan dari kursi roda,
tempat tidur, toilet, dan
sebagainya
7. Sediakan kursi dari
ketinggian yang tepat,
dengan sandaran dan
sandaran tangan untuk
memudahkan transfer
8. Mendidik anggota keluarga
tentang resiko yang
berkontribusi terhadap
cedera dan bagaimana
mereka dapat menurunikan
resiko tersebut
9. Sarankan adaptasi rumah
untuk meningkatkan
keselamatan
10. Intruksikan keluarga pada
pentingnya pegangan
tangan untuk kamar mandi,
tangga, dan trotoar
11. Sarankan alas kaki yang
aman
12. Berikan pengawasan yang
ketat dan/perangkat
penahan.
5 Defisiensi Knowledge : health Behavior Teaching : disease Process
pengetahuan Knowledge : disease process 1. Berikan penilaian tentang
berhubungan Setelah dilakukan asuhan tingkat pengetahuan pasien
dengan keperawatan selama 1 x 5 menit tentang proses penyakit yang
kurangnya diharapkan defisiensi spesifik
pajanan pengetahuan teratasi dengan 2. Jelaskan patofisiologi dari
informasi kriteria hasil : penyakit dan bagaimana hal
1. Pasien dan keluarga ini berhubungan dengan
menyatakan pemahaman anatomi dan fisiologi,
tentang karakteristik penyakit, dengan cara yang tepat.
kondisi, prognosis dan 3. Gambarkan tanda dan gejala
program pengobatan yang biasa muncul pada
2. Strategi untuk meminimalisir penyakit, dengan cara yang
progresi penyakit tepat
Keterangan penilaian NOC 4. Gambarkan proses penyakit,
1 = Tidak pernah dilakukan dengan cara yang tepat
2 = Jarang dilakukan
5. Identifikasi kemungkinan
3 = Beberapa waktu dilakukan
4 = Hampir dilakukan penyebab, dengan cara yang
5 = Selalu dilakukan tepat
6. Sediakan informasi pada
pasien tentang kondisi,
dengan cara yang tepat
7. Hindari harapan yang kosong
8. Sediakan bagi keluarga
informasi tentang kemajuan
pasien dengan cara yang
tepat
9. Diskusikan perubahan gaya
hidup yang mungkin
diperlukan untuk mencegah
komplikasi di masa yang
akan datang dan atau proses
pengontrolan penyakit
10. Diskusikan pilihan terapi
atau penanganan
11. Dukung pasien untuk
mengeksplorasi atau
mendapatkan second opinion
dengan cara yang tepat atau
diindikasikan
12. Eksplorasi kemungkinan
sumber atau dukungan,
dengan cara yang tepat
13. Rujuk pasien pada grup atau
agensi di komunitas lokal,
dengan cara yang tepat
14. Instruksikan pasien
mengenai tanda dan gejala
untuk melaporkan pada
pemberi perawatan
kesehatan, dengan cara yang
tepat.
6 Risiko infeksi NOC Infection Control
berhubungan Risk Control : Infectious 1. Beri KIE/ HE kepada pasien
dengan luka Process agar tidak boleh
insisi operasi. Setelah dilakukan tindakan membersihkan atau tidak
keperawatan selama 1 x 10 menit, boleh mengorek telinga
tidak terjadi infeksi dengan terlalu sering dan hanya
kriteria hasil : boleh membersihkan telinga
1. Mencari informasi tentang 1/3 bagian telinga luar
mengontrol infeksi 2. Ajarkan teknik aseptik pada
2. Mengidentifikasi faktor pasien.
risiko infeksi 3. Cuci tangan sebelum
3. Mengakui diri berisiko memberi asuhan keperawatan
infeksi ke pasien
4. Mengakui konsekuensi 4. Kolaborasi pemberian obat
infeksi pencegahan infeksi
5. Mengakui kebiasaan yang
berisiko infeksi
6. Mengidentifikasi risiko
infeksi pada setiap aktivitas
7. Mengidentifikasi tanda dan
gejala infeksi
8. Mengidentifikasi strategi
untuk melindungi diri dari
hal lain yang infeksius
9. Menggunakan sumber
informasi yang tepat
10. Menggunakan layanan
kesehatan
Keterangan penilaian NOC
1 = Tidak pernah dilakukan
2 = Jarang dilakukan
3 = Beberapa waktu dilakukan
4 = Hampir dilakukan
5 = Selalu dilakukan

DAFTAR PUSTAKA

Carpenito, Lynda Juall. 2001. Buku Saku Diagnosa Keperawatan Edisi 8. jakarta: EGC
Doengoes, Marylinn. E. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan: Pedoman untuk
Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien. Jakarta: EGC
Nurarif, Amin Huda. 2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan DIagnosa
Medis & NANDA NIC-NOC. Jogjakarta: Mediaction.

Price, Sylvia. A. 1995. Patofisiolog: Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit Edisi 4


buku II. Jakarta: EGC
Smeltzer, Suzanne. C, Bare, Brenda. G. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal-Bedah
Brunner & Suddarth Edisi 8 Vol. 3. Jakarta: EGC

Anda mungkin juga menyukai