Anda di halaman 1dari 15

ILMU KESEHATAN

HOME

KATEGORY

PAGE

Home » kumpulan askep terbaru » kumpulan info kesehatan » kumpulan laporan pendahuluan lengkap
» kumpulan masalah penyakit » kumpulan tips hidup sehat » LP DAN ASKEP PASIEN DENGAN SUB
ARAKHNOID HEMORAGIC (SAH)

LP DAN ASKEP PASIEN DENGAN SUB ARAKHNOID HEMORAGIC (SAH)

10:30 PM

ASUHAN KEPERAWATANPADA PASIEN

DENGANDIAGNOSA MEDIS SUBARACHNOID HEMORAGIK

i. Definisi

Perdarahan subarachnoid adalah keadaan terdapatnya darah atau masuknya darah ke dalam ruang
subarachnoid ( Dr.hartono, KapitaSelektaNeurologi, Hal 97 ).

Perdarahan subarachnoid terjadi sebagai akibat kebocoran nontraumatik atau ruptur aneurisma
kongenital pada circulus anterior cerebralis atau yang lebih jarang akibat arteriovenosa. Gejala timbul
dengan onset mendadak antara lain nyeri kepala hebat, kaku pada leher, dan kehilangan kesadaran (
Richard, NeuroanatomiKlinik, hal 24 ). Perdarahan subarachnoid adalah perdarahan tiba – tiba ke dalam
rongga diantara otak dan selaput otak ( rongga subarachnoid ). Perdarahan subarachnoid merupakan
penemuan yang sering pada trauma kepala akibat dari yang paling sering adalah robeknya pembuluh
darah leptomeningeal pada vertex dimana terjadi pergerakan otak yang besar sebagai dampak , atau
pada sedikit kasus, akibat rupturnya pembuluh darah serebral major ( Sitorus, SistemVentrikel dan
Liquor Cerebrospinal ).

ii. Etiologi
a. Aneurisma pecah ( 50% )

Aneurisma yang pecah ini berasal dari pembuluh darah sirkulasi Willisi dan cabang – cabangnya yang
terdapat di luar parenkim otak ( Juwono, 1993 )

b. Pecahnya malformasi Arterio Venosa ( MAV ) ( 5% )

Terjadi kebocoran arteri venosa secara nontraumatik pada sirkulasi arteri serebral.

c. Penyebab yang lebih jarang

1. Trauma

2. Kelemahan pembuluh darah akibat infeksi, misalnya emboli septik dari endokarditis infektif (
aneurisma mikotik )

3. Koagulapati

4. Gangguan lain yang mempengaruhi vessels

5. Gangguan pembuluh darah pada sum- sum tulang belakang dan berbagai jenis tumor

iii. Anatomi

Otak dibungkus oleh selubung mesodermal, meningens.Lapisan luarnya adalah pachymeninx atau
durameter dan lapisan dalamnya leptomeninx, dibagi menjadi aracnoid dan piameter.

a. Durameter

Dura kranialis atau pachymeninx atau suatu struktur fibrosa yang kuat dengan suatu lapisan dalam (
meningeal ) dan lapisan luar ( periosteal ). Kedua lapisan dural yang melapisi otak umumnya bersatu,
kecuali di tempat dimana keduanya berpisah untuk menyediakan ruang bagi sinus venosus ( sebagian
besar sinus venosus terletak diantara lapisan – lapisan dural ), dan tempat dimana lapisan dalam
membentuk sekat di antara bagian – bagian otak.

b. Arachnoidea

Membrana archnoidea melekat erat pada permukaan dalam dura dan hanya terpisah dengannya oleh
suatu ruang potensial, yaitu spatium subdural.Ia menutupi spatium subarachnoideum yang menjadi
liquor cerebrospinalis, cavum subarachnoidalis dan dihubungkan ke piameter oleh trabekulae dan septa
– septa yang membentuk suatu anyaman padat yang menjadi sistem rongga – rongga yang saling
berhubungan.

c. Piameter

Piameter merupakan selaput jaringan penyambung yang tipis yang menutupi permukaan otak dan
membentang ke dalam sulcus, fissure dan sekitar pembuluh darah di seluruh otak. Piameter juga
membentang ke dalam fissure transversalis di bawah corpus callosum. Di tempat ini piameter
membentuk tela choroideus untuk membentuk pleksus dengan ependim dan pembuluh darah
choroideus untuk membentuk pleksus choroideus dari ventrikel – ventrikel ini. Piameter dan ependim
berjalan di atas atap dari ventrikel keempat dan membentuk tela choroidea di tempat itu.

iv. Patofisiologi

Aneurisma merupakan luka yang disebabkan oleh karena tekanan hemodinamik pada dinding arteri
percabangan dan perlekukan.Saccular atau biji aneurisma dispesifikasikan untuk arteri intracranial
kaarena dindingnya kehilangan suatu selaput tipis bagian luar dan mengandung faktor adventitia yang
membantu pembentukan aneurisma.Suatu bagian tambahan yang tidak didukung dalam ruang
subarachnoid.Aneurisma kebanyakan dihasilkan dari terminal pembagi dalam arteri karotid bagian
dalam dan dari cabang utama bagian anterior pembagi dari lingkaran wilis.

Aterosclerosis cerebral, hip[ertensi pada kehamilan

Riwayat stroke

TekananHemodinamik

Aneurisma ( luka ) pada dinding arteri percabangan dan perlekukan

Pecahnya pembuluh darah penghubung yang menembus ruang subarachnoid


Kerusakan arterivenosus

v. Tanda dan Gejala

a. Gejala prodromal: nyeri kepala hebat dan perakut, hanya 10 % sementara 90% lainnya tanpa
keluhan sakit kepala.

b. Kesadaran sering terganggu, dan sangat bervariasi dari tak sadar sebentar, sedikit delirium sampai
koma.

c. Gejala / tanda rangsangan: kaku kudug, tanda kernig ada.

d. Fundus okuli 10% penderita mengalami edema pupil, beberapaa jam setelah perdarahan. Sering
terdapat perdarahan subhialoid karena pecahnya aneurisma pada arteri komunikans anterior atau arteri
karortis interna.

e. Gejala – gejala neurologi fokal: bergantung pada lokasi lesi.

f. Gangguan saraf otonom: demam setelah 24 jam, demam ringan karena rangsangan mening, dan
demam tinggi bila dilihatkan hipotalamus. Bila berat, maka terjadi ulkus peptikum disertai hematemesis
dan melena ( stress ulcer ), dan seringkali disertai peninggian kadar gula darah, glukosuria, albuminuria,
dan perubahan pada EKG ( Dr.hartono, KapitaSelektaNeurologi, Hal 97 ).

Terapi dan prognosis bergantung pada status klinis penderita. Dengan demikian diperlukan peringkat
klinis sebagai suatu pegangan, yaitu:

Tingkat I : asimtomatik.

TingkatII : nyeri kepala hebat tanpa defisit neurologik kecuali paralisis nervus kranialis

TingkatIII : somnolent dan defisit ringan.

TingkatIV : stupor, hemiparesis atau hemiplegia, dan mungkin ada regidits awal dan gangguan vegetatif.

TingkatV : Koma, regiditas deserebrasi dan kemudian meninggal dunia ( harsono, Buku Ajar Neurologi
Klinis , Hal 94 – 96 ).

vi. Komplikasi

Pada beberapa keadaan, gejala awal adalah katastrofik.Pada kasus lain, terutama dengan penundaan
diagnosis, pasien mungkin mengalami perjalanan penyakit yang dipersulit oleh perdarahan ulang ( 4 % ),
hidrosefalus, serangan kejang atau vasospasme. Perdarahan ulang dihubungkan dengan tingkat
mortalitas sebesar 70% dan merupakan komplikasi segera yang paling memprihatinkan ( MichaelI.
Greenberg, Teks Atlas kedokteran Kedaruratan, Hal 45 )

vii. PemeriksaanPenunjang

a. CT Scan

Pemeriksaan CT Scan berfungsi untuk mengetahui adanya massa intracranial pada pembesaran ventrikel
yang berhubungan dengan darah ( densitas tinggi ) dalam ventrikel atau dalam ruang subarachnoid.

b. MRI

Hasil tahapan control perdarahan subarachnoid kadang – kadang tampak MRI lapisan tipis pada sinyal
rendah.

c. Pungsi lumbal

Untuk konfirmasi diagnosis. Tidak ada kontraindikasi pungsi lumbal selama diyakini tidak ada lesi massa
dari pemeriksaan pencitraan dan tidak kelainan perdarahan.

d. EKG dan Foto Thorax

Edema paru dan aritmia jantung dapat terlihat dari rontgen dada.Kadang terjadi glikosuria.

viii. Penatalaksanaan

a. Penderita segera dirawat dan tidak boleh melakukan aktifitas berat.

b. Obat pereda nyeri diberikan untuk mengatasi sakit kepala hebat.

c. Kadang dipasang selang drainase di dalam otak untuk mengurangi tekanan.

d. Pembedahan untuk memperbaiki dinding arteri yang lemah, bisa mengurangi resiko perdarahan
fatal di kemudian hari.

e. Sebagian besar ahli bedah menganjurkan untuk melakukan pembedahan dalam waktu 3 hari
setelah timbulnya gejala. Menunda pembedahan sampai 10 hari atau lebih dapat memungkinkan
terjadinya perdarahan hebat.

f. Pasien dengan SAH memerlukan observasi neurologik ketat dalam ruang perawatan intensif,
kontrol tekanan darah dan tatalaksana nyeri sementara menunggu perbaaikan aneurisma defisit.

g. Pasien pasien harus menerima profilaksis serangan kejang dan bloker kanal kalsium untuk
vasospasme.
h. Tatalaksana ditujukan pada resusitasi segera dan pencegahan perdarahan ulang.

i. Tirah baring dan analgesik diberikan pada awal tatalaksana.

j. Antagonis kalsium nimodipin dapat menurunkan mor komplikasi dini perdarahan subarachnoid
meliputi hidrosefalus sebagai akibat obstruksi aliran cairan serebrospinal oleh bekuaan darah.

k. Jika pasien sadar atau hanya terlihat mengantuk, maka pemeriksaan sumber perdarahan dilakukan
angiografi serebral.

l. Identifikasi aneurisma memunkinkan dilakukan sedini mungkin, dilakukannya intervensi jepitan (


clipping ) leher aneurisma, atau jika mungkin membungkus ( wropping ) aneurisma tersebut.

m. Malformasi arteriovenosa yang terjadi tanpa adanya perdarahan, misalnya epilepsi biasanya tidak
ditangani dengan pembedahan

AsuhanKeperawatan

1. Konservatif:

a. Bedrest total

b. Pemberian obat-obatan

c. Observasi tanda-tanda vital (GCS dan tingkat kesadaran)

d. Tindakan terhadap peningkatan TIK

PemantauanTIK dengan ketat

Oksigenasi adekuat

Pemberian manitol

Penggunaan steroid

Peningkatan kepala tempat tidur.

Bedah neuro

e. Tindakan pendukung

Dukung ventilasi
Pencegahan kejang

Pemeliharaan cairan, elektrolit dan keseimbangan nutrisi

Terapi anti konvulsan

Klorpromazin : menenangkan pasien

Selang nasogastrik

2. PrioritasPerawatan:

a. Maksimalkan perfusi / fungsi otak

b. Mencegah komplikasi

c. Pengaturan fungsi secara optimal / mengembalikan ke fungsi normal

d. Mendukung proses pemulihan koping klien / keluarga

e. Pemberian informasi tentang proses penyakit, prognosis, rencana pengobatan, dan rehabilitasi.

3. Tujuan:

a. Fungsi otak membaik : defisit neurologis berkurang/tetap

b. Komplikasi tidak terjadi

c. Kebutuhan sehari-hari dapat dipenuhi sendiri atau dibantu orang lain

d. Keluarga dapat menerima kenyataan dan berpartisipasi dalam perawatan

e. Proses penyakit, prognosis, program pengobatan dapat dimengerti oleh keluarga sebagai sumber
informasi.

4. DiagnosaKeperawatan

DiagnosaKeperawatan yang biasanya muncul adalah:

Tidak efektifnya pola napas sehubungan dengan depresi pada pusat napas di otak.
Tidakefektifnya kebersihan jalan napas sehubungan dengan penumpukan sputum.

Gangguan perfusi jaringan otak sehubungan dengan udem otak

Keterbatasan aktifitas sehubungan dengan penurunan kesadaran (soporos - coma)

Kecemasan keluarga sehubungan keadaan yang kritis pada pasien.

Resiko tinggi gangguan integritas kulit sehubungan dengan immobilisasi, tidak adekuatnya sirkulasi
perifer.

5. Intervensi

a. Tidak efektifnya pola napas sehubungan dengan depresi pada pusat napas di otak.

Tujuan : Mempertahankan pola napas yang efektif melalui ventilator.

Kriteria evaluasi : Penggunaan otot bantu napas tidak ada, sianosis tidak ada atau tanda-tanda hipoksia
tidak ada dan gas darah dalam batas-batas normal.

Rencana tindakan :

Ø Hitung pernapasan pasien dalam satu menit. pernapasan yang cepat dari pasien dapat menimbulkan
alkalosis respiratori dan pernapasan lambat meningkatkan tekanan Pa Co2 dan menyebabkan asidosis
respiratorik.

Ø Cek pemasangan tube, untuk memberikan ventilasi yang adekuat dalam pemberian tidal volume.

Ø Observasi ratio inspirasi dan ekspirasi pada fase ekspirasi biasanya 2 x lebih panjang dari inspirasi,
tapi dapat lebih panjang sebagai kompensasi terperangkapnya udara terhadap gangguan pertukaran
gas.

Ø Perhatikan kelembaban dan suhu pasien keadaan dehidrasi dapat mengeringkan sekresi / cairan paru
sehingga menjadi kental dan meningkatkan resiko infeksi.

Ø Cek selang ventilator setiap waktu (15 menit), adanya obstruksi dapat menimbulkan tidak adekuatnya
pengaliran volume dan menimbulkan penyebaran udara yang tidak adekuat.

Ø Siapkan ambu bag tetap berada di dekat pasien, membantu membarikan ventilasi yang adekuat bila
ada gangguan pada ventilator.

b. Tidak efektifnya kebersihan jalan napas sehubungan dengan penumpukan sputum.

Tujuan : Mempertahankan jalan napas dan mencegah aspirasi

KriteriaEvaluasi : Suara napas bersih, tidak terdapat suara sekret pada selang dan bunyi alarm karena
peninggian suara mesin, sianosis tidak ada.

Rencana tindakan :
Ø Kaji dengan ketat (tiap 15 menit) kelancaran jalan napas. Obstruksi dapat disebabkan pengumpulan
sputum, perdarahan, bronchospasme atau masalah terhadap tube.

Ø Evaluasi pergerakan dada dan auskultasi dada (tiap 1 jam ). Pergerakan yang simetris dan suara napas
yang bersih indikasi pemasangan tube yang tepat dan tidak adanya penumpukan sputum.

Ø Lakukan pengisapan lendir dengan waktu kurang dari 15 detik bila sputum banyak. Pengisapan lendir
tidak selalu rutin dan waktu harus dibatasi untuk mencegah hipoksia.

Ø Lakukan fisioterapi dada setiap 2 jam. Meningkatkan ventilasi untuk semua bagian paru dan
memberikan kelancaran aliran serta pelepasan sputum.

c. Gangguan perfusi jaringan otak sehubungan dengan udem otak

Tujuan : Mempertahankan dan memperbaiki tingkat kesadaran fungsi motorik.

Kriteria hasil : Tanda-tanda vital stabil, tidak ada peningkatan intrakranial.

Rencana tindakan :

Ø Monitor dan catat status neurologis dengan menggunakan metode GCS. Refleks membuka mata
menentukan pemulihan tingkat kesadaran.

Ø Reaksi pupil digerakan oleh saraf kranial oculus motorius dan untuk menentukan refleks batang otak.

Ø Monitor tanda-tanda vital tiap 30 menit.

Ø Pertahankan posisi kepala yang sejajar dan tidak menekan.

Ø Hindari batuk yang berlebihan, muntah, mengedan, pertahankan pengukuran urin dan hindari
konstipasi yang berkepanjangan.

Ø Observasi kejang dan lindungi pasien dari cedera akibat kejang.

Ø Berikan oksigen sesuai dengan kondisi pasien.

Ø Berikan obat-obatan yang diindikasikan dengan tepat dan benar (kolaborasi).

d. Keterbatasan aktifitas sehubungan dengan penurunan kesadaran (soporos - coma)

Tujuan :Kebutuhan dasar pasien dapat terpenuhi secara adekuat.

Kriteria hasil : Kebersihan terjaga, kebersihan lingkungan terjaga, nutrisi terpenuhi sesuai dengan
kebutuhan, oksigen adekuat.

RencanaTindakan :

Ø Berikan penjelasan tiap kali melakukan tindakan pada pasien.

Ø Beri bantuan untuk memenuhi kebersihan diri.


Ø Berikan bantuan untuk memenuhi kebutuhan nutrisi dan cairan.

Ø Jelaskan pada keluarga tindakan yang dapat dilakukan untuk menjaga lingkungan yang aman dan
bersih.

Ø Berikan bantuan untuk memenuhi kebersihan dan keamanan lingkungan.

e. Kecemasan keluarga sehubungan keadaan yang kritis pada pasien.

Tujuan : Kecemasan keluarga dapat berkurang

Kriteri evaluasi :

· Ekspresi wajah tidak menunjang adanya kecemasan

· Keluarga mengerti cara berhubungan dengan pasien

· Pengetahuan keluarga mengenai keadaan, pengobatan dan tindakan meningkat.

Rencana tindakan :

Ø Bina hubungan saling percaya.

Ø Beri penjelasan tentang semua prosedur dan tindakan yang akan dilakukan pada pasien.

Ø Berikan kesempatan pada keluarga untuk bertemu dengan klien.

Ø Berikan dorongan spiritual untuk keluarga.

f. Resiko tinggi gangguan integritas kulit sehubungan dengan immobilisasi, tidak adekuatnya sirkulasi
perifer

Tujuan : Gangguan integritas kulit tidak terjadi

Rencana tindakan :

Ø Kaji fungsi motorik dan sensorik pasien dan sirkulasi perifer untuk menetapkan kemungkinan
terjadinya lecet pada kulit.

Ø Kaji kulit pasien setiap 8 jam : palpasi pada daerah yang tertekan.

Ø Berikan posisi dalam sikap anatomi dan gunakan tempat kaki untuk daerah yang menonjol.

Ø Ganti posisi pasien setiap 2 jam

Ø Pertahankan kebersihan dan kekeringan pasien : keadaan lembab akan memudahkan terjadinya
kerusakan kulit.

Ø Massage dengan lembut di atas daerah yang menonjol setiap 2 jam sekali.
Ø Pertahankan alat-alat tenun tetap bersih dan tegang.

Ø Kaji daerah kulit yang lecet untuk adanya eritema, keluar cairan setiap 8 jam.

Ø Berikan perawatan kulit pada daerah yang rusak / lecet setiap 4 - 8 jam dengan menggunakan H2O2.

DAFTAR PUSTAKA

Anonim, 2007.Subarachnoid Hemorrhage, www.Emedicine.Com. Acessedjanuary, 11. 2007.

Harsono .dr. DSS, 2007, kapita SelektaNeurologi. Fakultas kedokteran gajah Mada, gajah mada
University Press.Yogyakarta.

Muittaqin, arif.AsuhanKeperawatanKlienDenganGangguanPersarafan. Jakarta: salemba Medika . 2008.

Hartono .Kapita Selekta Neurologi gadjahmada University Press.Yogyakarta. 2009.

Snell, Richard. NeuroanatomiKlinikEdisi 5. Jakarta: EGC. 2007

Share ke:FacebookGoogle+Twitter

Artikel Terkait LP DAN ASKEP PASIEN DENGAN SUB ARAKHNOID HEMORAGIC (SAH) :

CARA MELATIH ANAK TOILET TRAINING & MENGGOSOK GIGI YANG BENAR

MATERIANTICIPATORY GUIDANCE ANAK USIA TODDLER12-24 bulanA. Pengertian anticipatory


guidance pada usia toddler . ...

PENGGUNAAN INKUBATOR

Teori DasarBaby Incubator adalah tempat penyimpanan bayi yang baru lahir, Suhu didalam bayi
incubator disesuaikan dengan suhu tub ...

LP DAN ASKEP DEMAM TYPHOID

DEMAM TIPHOIDDEFINISIDemam tifoid adalah suatu penyakit infeksi pada usus yang menimbulkan
gejala gejala sistemik yang disebabkan ...
Satuan Acara Penyuluhan Anticipatory Guidance pada Usia Toddler

SATUAN ACARA PENYULUHANPokok Bahasan : Anticipatory Guidance (P ...

Cara Menghitung Kebutuhan Cairan Tubuh Pada Bayi & Anak

Kebutuhan Cairan Tubuh Pada Bayi dan AnakIntake – Output Cairan Pada Bayi dan AnakIntake
CairanJurnlah air yang dianjurkan untuk ...

0 comments:

Post a Comment

Newer Post Older Post Home

Cari disini..

ENTRI POPULER

PENGKAJIAN NYERI PQRST

Akronim PQRST ini digunakan untuk mengkaji keluhan nyeri pada pasien yang meliputi : ·
Provokes/palliates : apa yang menyebabka...

LP DAN ASKEP PASIEN DENGAN CHF (Cronic Heart Failure)

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN CHF ( Cronic Heart Failure
) Disusun O...

CONTOH SURAT LAMARAN RUMAH SAKIT / PUSKESMAS / KLINIK

Hal : Lamaran Pekerjaan Banyumas, 19 September 2012 Lamp :


1...

CONTOH DAFTAR RIWAYAT HIDUP (CURICULUM VITAE) PERAWAT

DAFTAR RIWAYAT HIDUP ( CURICULUM VITAE) Bahwa yang bertanda tangan dibawah ini : Nama
...

Cara Menghitung Kebutuhan Cairan Tubuh Pada Bayi & Anak

Kebutuhan Cairan Tubuh Pada Bayi dan Anak Intake – Output Cairan Pada Bayi dan Anak Intake Cairan
Jurnlah air yang dianjurkan untuk ...

LABELS

Info Lain
Kebidanan

Kedokteran

Keperawatan

kumpulan askep terbaru

kumpulan info kesehatan

kumpulan laporan pendahuluan lengkap

kumpulan masalah penyakit

kumpulan tips hidup sehat

BLOG ARCHIVE

► 2017 (8)

► 2016 (11)

► 2015 (48)

▼ 2014 (73)

► December (9)

▼ November (47)

Cara / Prosedure Mendaftar Asuransi Kesehatan BPJS...

Seminar nasional peran uji kompetensi profesi kese...

CARA / PROSEDURE MERUJUK PASIEN

CARA / PROSEDURE MENGHENTIKAN PERDARAHAN

CARA / PROSEDURE OBSERVASI PASIEN

CARA / PROSEDURE PEMASANGAN NECK COLLAR

CARA / PENATALAKSANAAN MEDIS SDH (SUBDURAL HEMATOM...

CARA / PROSEDURE HEACTING / MENJAHIT LUKA

CARA / PROSEDURE PENANGANAN LUKA KECELAKAAN

CARA / PROSEDURE TINDAKAN DC SHOK / KARDIOVERSI

PROSEDURE PENATALAKSANAAN ASUHAN KEPERAWATAN PRE D...

CARA / PROSEDURE PENANGANAN REDUKSI FRAKTUR

CARA / PROSEDUR PERAWATAN PASIEN FRAKTUR TERBUKA&T...

PENGERTIAN DAN JENIS FRAKTUR / PATAH TULANG


PROSEDURE KEPERAWATAN PASIEN DENGAN PENYAKIT TONSI...

PROSEDURE PENGOBATAN PENYAKIT TONSILITIS

CARA / PROSEDURE PENGUKURAN TEKANAN VENA CENTRAL (...

CARA / PROSEDURE PEMASANGAN PIPA OROFARING / MAYO/...

CONTOH SURAT LAMARAN RUMAH SAKIT / PUSKESMAS / KLI...

CONTOH DAFTAR RIWAYAT HIDUP (CURICULUM VITAE) PERA...

ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN DENGAN HIDROCEPHALUS

PENATALAKSANAAN / PROSEDURE MEDIS HIDROCEPHALUS

PENYEBAB / ETIOLOGI HIDROCEPHALUS

PENGERTIAN DAN TIPE HIDROCEPHALUS

PENATALAKSANAAN / PROSEDURE DEKONTAMINASI LARINGOS...

CARA PENATALAKSANAAN MEDIS DAN KEPERAWATAN PADA PA...

PERAWATAN PASIEN DENGAN SELANG EVD (EXTERNA VENTRI...

CARA MENGUKUR EVD (EXTERNA VENTRIKULAR DRAINASE)

LP DAN ASKEP EXTERNAL VERTRICULAR DRAINASE (EVD)

CONTOH SURAT KUASA PENGAMBILAN SERTIFIKAT PRAJABAT...

PENATALAKSANAAN KEPERAWATAN CEDERA KEPALA BERAT (...

LAPORAN PENDAHULUAN CKB (CEDERA KEPALA BERAT)

CONTOH SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP) KOMUNITAS - A...

CONTOH ASKEP ANAK DENGAN PALATOSKISIS

ASKEP PASIEN DENGAN PERSALINAN NORMAL/INTRANATAL

LAPORAN PENDAHULUAN (LP) OBESITAS/KEGEMUKAN PADA R...

LAPORAN PENDAHULUAN PERSALINAN NORMAL

LP DAN ASKEP PASIEN DENGAN CHF (Cronic Heart Failu...

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASKEP DISLOKASI

INFO LOWONGAN KERJA PERAWAT DI RS PERSAHABATAN TER...

LP DAN ASKEP PASIEN DENGAN SUB ARAKHNOID HEMORAGIC...

FORMAT PRE PLANNING PENYULUHAN

REAKSI TRANSFUSI DARAH DAN PENCEGAHANNYA


Tanggal dan Hari Besar Kesehatan Nasional dan Inte...

Susunan Kepengurusan PPNI Pusat

Contoh instrumen penelitian keperawatan

PENGKAJIAN NYERI PQRST

► March (1)

► February (16)

Powered by Blogger.

ABOUT ME

Artikasari Pangestuti

View my complete profile

Copyright © Ilmu Kesehatan Template SEO elite

Anda mungkin juga menyukai