Anda di halaman 1dari 11

TUGAS MAKALAH

KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH II


Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan Glukoma
Dosen Pengampuh Mata Kuliah :
Reni

DISUSUN OLEH :
ANGGUN NURMALASARI (P00320022071)

JURUSAN KEPERAWATAN POLTEKKES KEMENKES KENDARI 2023


BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Glaukoma berasal dari kata Yunani “glaukos” yang berarti hijau kebirauan, yang memberikan
kesan warna tersebut pada pupil penderita glaukoma. Kelainan mata glaucoma ditandai
dengan meningkatnya tekanan bola mata, atrofi saraf optikus, dan menciutnya lapang
pandang Glaukoma merupakan penyebab kebutaan yang ketiga di Indonesia. Terdapat
sejumalah 0,40% penderita glaucoma di Indonesia yang mengakibatkan kebutaan pada 0,60%
penduduk prevalensi penyakit mata di Indonesia adalah kelainan refraksi 24,72%, pterigium
8,79%, katarak 7,40%, konjungtivitis 1,74%, parut kornea 0,34%, glaucoma 0,40%, retinopati
0,17%, strabismus 0,12%. Prevalensi dan penyebab buta kedua mata adalah lensa 1,02%,
glaukom dan saraf kedua 0,16%, kelainan refaksi 0,11%, retina 0,09%, kornea0,06%, dan
lain-lain0,03%, prevalensi total 1,47%. (Sidharta Ilyas, 2004). Diperkirakan di Amerika
Serikat ada 2 juta orang yang menderita glaucoma. Diantaranya mereka hamper setenganya
mengalami gangguan penglihatan, dan hamper 70.000 benar-benar buta, bertambah sebanyak
5.500 orang buta tiap tahun. Untuk itu kali ini penulis memusatkan pada pencegahan dan
penatalaksanaan glaukoma (Suzanne C. smeltzer.2001).

B. Definisi
Glaukoma adalah suatu penyakit yang memberikan gambaran klinik berupa peninggian
tekanan bola mata, penggaungan papil saraf optik dengan defek lapang pandangan mata.
Glaukoma adalah sekelompok kelainan mata yang ditandai dengan peningkatan tekanan
intraokuler. Jadi, Glaukoma adalah kelompok penyakit mata yang disebabkan oleh tingginya
tekanan bola mata sehingga menyebabkan rusaknya saraf optik yang membentuk bagian-
bagian retina retina dibelakang bola mata. Saraf optik menyambung jaringan-jaringan
penerima cahaya (retina) dengan bagian dari otak yang memproses informasi pengelihatan
Klasifikasi dari glukoma:
1. Glaukoma Primer (Primary Glaucoma)
a. Glaukoma Sudut Terbuka
Merupakan sebagian besar dari glaukoma ( 90-95% ) , yang meliputi kedua mata. Timbulnya
kejadian dan kelainan berkembang secara lambat. Disebut sudut terbuka karena humor
aqueous mempunyai pintu terbuka ke jaringan trabekular. Pengaliran dihambat oleh
perubahan degeneratif jaringan trabekular, saluran schleem, dan saluran yg berdekatan.
Perubahan saraf optik juga dapat terjadi. Gejala awal biasanya tidak ada, kelainan diagnose
dengan peningkatan TIO dan sudut ruang anterior normal. Peningkatan tekanan dapat
dihubungkan dengan nyeri mata yang timbul.
b. Glaukoma Sudut Tertutup (Sudut Sempit)
Disebut sudut tertutup karena ruang anterior secara anatomis menyempit sehingga iris
terdorong ke depan, menempel ke jaringan trabekular dan menghambat humor aqueous
mengalir ke saluran schlemm. Pergerakan iris ke depan dapat karena peningkatan tekanan
vitreus, penambahan cairan di ruang posterior atau lensa yang mengeras karena usia tua.
Gejala yang timbul dari penutupan yang tiba- tiba dan meningkatnya TIO, dapat berupa nyeri
mata yang berat, penglihatan yang kabur dan terlihat hal. Penempelan iris menyebabkan
dilatasi pupil, bila tidak segera ditangani akan terjadi kebutaan dan nyeri yang hebat.
2.Glaukoma Sekunder (Secondary Glaucoma)
Glaukoma Sekunder disebabkan oleh kondisi lain seperti katarak, diabetes, trauma, arthritis
maupun operasi mata sebelumnya. Obat tetes mata atau tablet yang mengandung steroid juga
dapat meningkatkan tekanan pada mata. Karena itu tekanan pada mata harus diukur teratur
bila sedang menggunakan obat-obatan tersebut.
3. Glaukoma Kongenital (Congenital Glaucoma)
Glaukoma Kongenital ditemukan pada saat kelahiran atau segera setelah kelahiran, biasanya
disebabkan oleh sistem saluran pembuangan cairan di dalam mata tidak berfungsi dengan
baik. Akibatnya tekanan bola mata meningkat terus dan menyebabkan pembesaran mata bayi,
bagian depan mata berair dan berkabut dan peka terhadap cahaya.
4. Glaukoma Absolut
Merupakan stadium akhir glaukoma (sempit/terbuka) dimana sudah terjadi kebutaan total
akibat tekanan bola mata memberikan gangguan fungsi lanjut. Pada glaukoma absolut kornea
terlihat keruh, bilik mata dangkal, papil atrofi dengan eksvasi glaukomatosa, mata keras
seperti batu dan dengan rasa sakit.

C. Manifestasi Klinis
1) Glaukoma primer
a) Glaukoma sudut terbuka
1.Kerusakan visus yang serius
2.Lapang pandang mengecil dengan maca-macam skottoma yang khas
3.Perjalanan penyakit progresif lambat
b) Glaukoma sudut tertutup
a. Nyeri hebat didalam dan sekitar mata
b. Timbulnya halo/pelangi disekitar cahaya
c. Pandangan kabur
d. Sakit kepala
e. Mual, muntah
f. Kedinginan
g. Demam baahkan perasaan takut mati mirip serangan angina, yang sangat sedemikian
kuatnya keluhan mata ( gangguan penglihatan, fotofobia dan lakrimasi) tidak begitu
dirasakan oleh klien.
2)Glaukoma sekunder
1. Pembesaran bola mata
2. Gangguan lapang pandang
3. Nyeri didalam mata
3) Glaukoma kongential (Gangguan penglihatan)

D. Patofisiologi
Rongga anterior mata berada didepan dan sedikit kesamping dari lensa, terdapat/ bermuara
aqueous humor, merupakan caira bening yang menunjukan lympha. Aqueous humor
diproduksi secara terus-menerus dalam badan silianis yang terdapat dibagian posterior irisdan
mengalir melewatipupil kedalam cameraokuli anterior. Aqueous humordisalurkan melalui
canal Schlemm disekitar mata dan berada pada bagian sudut camera okuli anterior dimana
terjadi pertemuan iris perifer dan kornea dalam keadaan normal terjadi keseimbangan antara
produksi dan penyerapanaqueous humor, akan menyebabkan atau menjadikan tekanan intra
okuli relative konstan. TIO berkisar 10- 20mmHg dan rata-rata 16mmHg. Tekanan intra
okuler beavariasi dan naik sampai 5mmHg. Glaukoma terjadi dimana adanya peningkatan
TIO yang dapat menimbulkan kerusakan dari saraf-saraf optic. Peningkatan tekanan
disebabkan abstruksi/sumbatan dari penyerapan aqueous humor.
E. Pemeriksaan penunjang
1. Kartu mata Snellen/mesin Telebinokular (tes ketajaman penglihatan dan sentral
penglihatan) : Mungkin terganggu dengan kerusakan kornea, lensa, aquous atau
2. vitreus humor, kesalahan refraksi, atau penyakit syaraf atau penglihatan ke retina atau jalan
optik.Lapang penglihatan : Penurunan mungkin disebabkan CSV, massa tumor pada
hipofisis/otak, karotis atau patologis arteri serebral atau glaukoma.
3. Tes Provokatif :digunakan dalam menentukan tipe glaukoma jika TIO normal atau hanya
meningkat ringan.
4. Darah lengkap, LED :Menunjukkan anemia sistemik/infeksi
5. EKG, kolesterol serum, dan pemeriksaan lipid: Memastikan aterosklerosisi,PAK
6. Tes Toleransi Glukosa :menentukan adanya DM.
7. Oftalmoskopi : Untuk melihat fundus bagian mata dalam yaitu retina, discus optikus
macula dan pembuluh darah retina.
8. Tonometri : Adalah alat untuk mengukurtekanan intra okuler, nilai mencurigakan apabila
berkisar antara 21-25 mmhg dan dianggap patologi bila melebihi 25 mmhg. (normal 12-25
mmHg). Tonometri dibedakan menjadi dua antara lain (Sidharta Ilyas, 2004) : Membantu
membedakan sudut terbuka dari sudut tertutup glaukoma.
9. Pemeriksaan lampu-slit. : Lampu-slit digunakan unutk mengevaluasi oftalmik yaitu
memperbesar kornea, sclera dan kornea inferior sehingga memberikan pandangan oblik
kedalam tuberkulum dengan lensa khusus.
10. Perimetri : Kerusakan nervus optikus memberikan gangguan lapang pandangan yang khas
pada glaukoma. Secara sederhana, lapang pandangan dapat diperiksa dengan tes konfrontasi.
11. Pemeriksaan Ultrasonografi..: Ultrasonografi dalai gelombang suara yang dapat
digunakan untuk mengukur dimensi dan struktur okuler.

F. Pengkajian Keperawatan
1. Pengkajian
1. Data Umum
a. Identitas klien, meliputi : Nama, umur, jenis kelamin, pekerjaan, alamat, agama.
b. Keluhan utama , meliputi apa yang menjadi alasan utama klien masuk ke RS.
Biasanya klien akan mengeluhkan nyeri di sekitar atau di dalam bola mata.
c. Riwayat Kesehatan Sekarang : meliputi apa-apa saja gejala yang dialami klien
saat ini sehingga menganggu aktivitas klien itu sendiri.
d. Riwayat Kesehatan Dahulu : meliputi penyakit apa saja yang pernah dialami
klien sebelumnya, baik itu yang berhubungan dengan penyakit yang dideritanya
ataupun tidak.
e. Riwayat Kesehatan Keluarga : meliputi riwayat penyakit yang pernah dialami
anggota keluarga.
f. Pemeriksaan Fisik
1) Pemeriksaan fisik dilakukan dengan menggunakan oftalmoskop untuk
mengetahui adanya cupping dan atrofi diskus optikus. Diskus optikus
menjadi lebih luas dan lebih dalam. Pada glaucoma akut primer, kamera
anterior dangkal, akues humor keruh dan pembuluh darah menjalar keluar
dari iris.
2) Pemeriksaan lapang pandang perifer, pada keadaan akut lapang pandang
cepat menurun secara signifikan dan keadaan kronik akan menurun secara
bertahap.
3) Pemeriksaan fisik melalui inspeksi untuk mengetahui adanya inflamasi mata,
sklera kemerahan, kornea keruh, dilatasi pupil sedang yang gagal bereaksi
terhadap cahaya. Sedangkan dengan palpasi untuk memeriksa mata yang
mengalami peningkatan TIO, terasa lebih keras dibanding mata yang lain.
4) Uji diagnostik menggunakan tonometri, pada keadaan kronik atau open angle
didapat nilai 22-32 mmHg, sedangkan keadaan akut atau angle closure ≥ 30.

2. Pengkajian Pola Aktivitas


a. POLA PERSEPSI DAN MANAJEMEN KESEHATAN
 Persepsi terhadap penyakit : tanyakan bagaimana persepsi klien menjaga
kesehatannya. Bagaimana klien memandang penyakit glaukoma, bagaimana
kepatuhannya terhadap pengobatan.
 Perlu ditanyakan pada klien, apakah klien mempunyai riwayat keluarga
dengan penyakit DM, hipertensi, dan gangguan sistem vaskuler, serta riwayat
stress, alergi, gangguan vasomotor, dan pernah terpancar radiasi.
b. POLA NUTRISI/METABOLISME
 Tanyakan menu makan pagi, siang dan malam
 Tanyakan berapa gelas air yang diminum dalam sehari
 Tanyakan bagaimana proses penyembuhan luka ( cepat / lambat )
 Bagaimana nafsu makan klien
 Tanyakan apakah ada kesulitan dan keluhan yang mempengaruhi makan dan
nafsu makan
 Tanyakan juga apakah ada penurunan BB dalam 6 bulan terakhir Biasanya
pada klien yang mengalami glaukoma klien akan mengeluhkan mual muntah
c. POLA ELIMINASI
 Kaji kebiasaan defekasi
 Berapa kali defekasi dalam sehari, jumlah, konsistensi, bau, warna dan
karekteristik BAB
 Kaji kebiasaan miksi
 Berapa kali miksi dalam sehari, jumlah, warna, dan apakah ada ada
kesulitan/nyeri ketika miksi serta apakah menggunakan alat bantu untuk
miksi
 Klien dengan glaukoma, biasanya tidak memiliki gangguan pada pola
eliminasi, kecuali pada pasien yang mempunyai penyakit glukoma tipe
sekunder (DM, hipertensi).
d. POLA AKTIVITAS/LATIHAN
 Menggambarkan pola aktivitass dan latihan, fungsi pernafasan dan sirkulasi
 Tanyakan bagaimana kegiatan sehari-hari dan olahraga (gunakan table
gorden)
 Aktivitas apa saja yang dilakukan klien di waktu senggang
 Kaji apakah klien mengalami kesulitan dalam bernafas, lemah, batuk, nyeri
dada. Data bisa didapatkan dengan mewawancara klien langsung atau
keluarganya ( perhatikan respon verbal dan non verbal klien )
 Kaji kekuatan tonus otot
 Penyakit glaukoma biasanya akan mengganggu aktivitas klien sehari-hari.
Karena, klien mengalami mata kabur dan sakit ketika terkena cahaya
matahari.
e. POLA ISTIRAHAT TIDUR
 Tanyakan berapa lama tidur di malam hari, apakah tidur efektif
 Tanyakan juga apakah klien punya kebiasaan sebelum tidur
 Penyakit glaukoma biasanya akan mengganggu pola tidur dan istirahat klien
 sehari-hari karena klien mengalami sakit kepala dan nyeri hebat sehingga
pola tidur klien tidak normal.
f. POLA KOGNITIF-PERSEPSI
 Menggambarkan pola pendengaran, penglihatan, pengecap, penciuman.
Persepsi nyeri, bahasa dan memori
 Status mentalBicara : - apakah klien bisa bicara dengan normal/ tak
jelas/gugup
 Kemampuan berkomunikasi dan kemampuan memahami serta keterampilan
interaksi
 Kaji juga anxietas klien terkait penyakitnya dan derajatnya
 Pendengaran : DBN / tidak
 Peglihatan :DBN / tidak
 Apakah ada nyeri : akut/ kronik. Tanyakan lokasi nyeri dan intensitas nyeri
 Bagaimana penatalaksaan nyeri, apa yang dilakukan klien untuk mengurangi
nyeri saat nyeri terjadi
 Apakah klien mengalami insensitivitass terhadap panas/dingin/nyeri
 Klien dengan glaukoma pasti mengalami gangguan pada indera penglihatan.
Pola pikir klien juga terganggu tapi masih dalam tahap yang biasa.
g. POLA PERSEPSI DIRI-KONSEP DIRI
 Menggambarkan sikap terhadap diri dan persepsi terhadap kemampuan,
harga diri, gambaran diri dan perasaan terhadap diri sendiri
 Kaji bagaimana klien menggambar dirinya sendiri, apakah ada hal yang
membuaatnya mengubah gambaran terhadap diri
 Tanyakan apa hal yang paling sering menjadi pikiran klien, apakah klien
sering merasa marah, cemas, depresi, takut, suruh klien menggambarkannya.
 Pada klien dengan glaukoma, biasanya terjadi gangguan pada konsep diri
karena mata klien mengalami gangguan sehingga kemungkinan klien tidak
PD dalam kesehariannya. Tapi, pada kasus klien tidak mengalami gangguan
pada persepsi dan konsep diri.
h. POLA PERAN HUBUNGAN
 Menggambarkan keefektifan hubungan dan peran dengan keluarga lainnya.
 Tanyakan pekerjaan dan status pekerjaan klien
 Tanyakan juga system pendukung misalnya istri,suami, anak maupun cucu dll
 Tanyakan bagaimana keadaan keuangan sejak klien sakit.
 Bagaimana dalam pengambilan keputusan dan penyelesaian konflik
 Tanyakan juga apakah klien aktif dalam kegiatan social
 Klien dengan glaukoma biasanya akan sedikit terganggu dalam berhubungan
dengan orang lain ketika ada gangguan pada matanya yang mengakibatkan
klien malu berhubungan de ngan orang lain.
 Biasanya klien dengan glaukoma akan sedikit mengalami gangguan dalam
melakukan perannya
i. POLA KOPING-TOLERANSI STRESS
 Menggambarkan kemampuan untuk menangani stress dan menggunakan
system pendukung
 Tanyakan apakah ada perubahan besar dalam kehidupan dalam beberapa
bulan terakhir
 Tanyakan apa yang dilakukan klien dalam menghadapi masalah yang
dihadapi, apakah efektif?Apakah klien suka berbagi maslah/curhat pada
 keluarga / orang lain
 Tanyakan apakah klien termasuk orang yang santai atau mudah panik
 Tanyakan juga apakah klien ada menggunakan obat dalam menghadapi stress
 Biasanya klien dengan glaukoma akan sedikit stress dengan penyakit yang
dideritanya karena ini berkaitan dengan konsep dirinya dimana klien
mengalami penyakit yang mengganggu organ penglihatannya.
j. POLA REPRODUKSI/ SEKSUALITAS
 Bagaimana kehidupan seksual klien, apakah aktif/pasif
 Jika klien wanita kaji siklus menstruasinya
 Tanyakan apakah ada kesulitan saat melakukan hubungan intim berhubungan
penyakitnya, misalnya klien merasa sesak nafas atau batuk hebat saat
melakukan hubungan intim
 Biasanya klien tidak terlalu mengalami gangguan dengan pola reproduksi
seksualitas. Akan tetapi, pencurahan kasih sayang dalam keluarga akan
terganggu ketika anggota keluarga tidak menerima salah seorang dari mereka
yang mengalami penyakit mata.
k. POLA KEYAKINAN-NILAI
 Menggambarkan spiritualitas, nilai, system kepercayaan dan tujuan dalam
hidup
 Kaji tujuan, cita-cita dan rencana klien pada masa yang akan datang.
 Apakah agama ikut berpengaruh, apakah agama merupakan hal penting
dalam hidup
 Klien akan mengalami gangguan ketika menjalankan aktivitas ibadah
seharihari karena klien mengalami sakit mata dan sakit kepala yang akan
mengganggu ibadahnya.

G. Diagnosa Keperawatan
 Pre Operasi
1. Nyeri berhubungan dengan pencedera fisiologis( peningkatan TIO)
2. Resiko cidera berhubungan dengan gangguan penglihatan
3. Ansietas berhubungan dengan kekkhawatiran mengalami kegagagalan OP

 Post operasi
1. Nyeri berhubungan dengan post op
2. Resiko infeksi berhubungan dengan luka insisi operasi

H. Intervensi Dan Tujuan Keperawatan

N0 Diagnosa Tujuan dan Kriteria Intervensi (SIKI)


Keperawatan Hasil (SLKI)
1 (D.0085) Gangguan Luaran Utama : Intervensi Utama : (I.09288)
Persepsi Sensori (L.09083) Persepsi Manajemen Halusinasi
Visual/Penglihatan Sensori
Setelah dilakukan Observasi
Tindakan asuhan a. Monitor dan sesuaikan
keperawatan selama …x tingkat aktivitas dan
24 jam, diharapkan stimulasi lingkungan
persepsi sensori Terapeutik
membaik dengan a. Pertahankan lingkungan
kriteria hasil : yang aman
a. Verbalisasi
melihat (I.08241) Minimalisasi
bayangan Rangsangan
menurun
b. Distori sensori Observasi
menurun a. Periksa status mental,
c. Perilaku status sensori, dan
halusinasi tingkat kenyamanan
menurun (mis. Nyeri, kelelahan)
d. Respon sesuai Terapeutik
stimulus a. Diskusikan tingkat
membaik toleransi terhadap beban
sensori (mis. Bising,
(L.06048) Fungsi terlalu terang)
Sensori b. Batasi stimulus
a. ketajaman lingkungan (mis.
penglihatan meningkat Cahaya, suara, aktivitas)
Edukasi
a. Ajarkan cara
meminimalisasi
stimulus (mis. Mengatur
percahayaan ruangan,
mengurangi kebisingan,
membatasi kunjungan)
Kolaborasi
a. Kolaborasi dalam
meminimalkan
prosedur/Tindakan
b. Kolaborasi pemberian
obat yang
mempengaruhi persepsi
stimulus

2. (D.0077) Nyeri Akut Luaran Utama : Intervensi Utama : (I.08238)


(L.08066) Tingkat Nyeri Manajemen Nyeri

Setelah dilakukan Observasi


Tindakan asuhan a. Identifikasi lokasi,
keperawatan selama …x karakteristik, durasi,
24 jam, diharapkan frekuensi, kualitas,
tingkat nyeri menurun intensitas nyeri
dengan kriteria hasil: b. Identifikasi skala nyeri
a. Keluhan nyeri c. Identifikasi nyeri non-
menurun verbal
b. Meringis d. Monitor efek samping
menurun penggunaan analgetic
c. Sikap proktektif Terapeutik
menurun a. Berikan Teknik non-
d. Gelisah farmakologis untuk
menurun mengurangi rasa nyeri
e. Kesulitan tidur (mis. TENS, hypnosis,
menurun akurpresur, terapi music,
f. Frekuensi nadi biofeedback, terapi pijat,
membaik aromaterapi, Teknik
imajinasi terbimbing,
kompres hangat/dingin,
terapi bermain)
Edukasi
a. Jelaskan penyebab,
periode, dan pemicu
nyeri
b. Ajarkan Teknik
nonfarmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri
Kolaborasi
a. Kolaborasi pemberian
nalgetic, jika perlu

3. (D.0080) Ansietas Luaran utama : Intervensi Utama : (I.09259)


(L.09093) Tingkat Dukungan keyakinan
Ansietas
Observasi
Setelah dilakukan a. Identifikasi keyakinan,
asuhan keperawatan masalah dan tujuan
selama ….x 24 jam perawatan
diharapkan tingkat b. Monitor Kesehatan fisik
ansietas menurun dan mental pasien
dengan kriteria hasil : Terapeutik
a. Perilaku gelisah a. Integrasikan keyakinan
menurun dalam rencana
b. Perilaku tegang perawatan sepanjang
menurun tidak
c. Tekanan darah membahayakan/berisiko
dalam batas keselamatan sesuai
normal kebutuhan
d. Frekuensi nadi b. Berikan harapan yang
dan napas realistis sesuai dengan
menurun prognosis
e. Konsentrasi c. Fasilitasi pertemuan
membaik antara keluarga dan tim
f. Pola tidur baik Kesehatan untuk
membuat keputusan
d. Fasilitasi untuk
memberikan makna
terhadap kondisi
Kesehatan
Edukasi
a. Jelaskan bahaya atau
resiko yang terjadi
akibat keyakinan
negative
b. Jelaskan alternatif yang
berdampak positif untuk
memenuhi keyakinan
dan perawatan
c. Berikan penjelasan yang
relevan dan mudah
dipahami
4. (D.0111) Defisit Luaran utama : Intervensi pendukung : (I.12427)
pengetahuan (L.12111) Tingkat Edukasi Perawatan Mata
Pengetahuan
Observasi
Setelah diberikan asuan a. Identifikasi kesiapan
keperawatan selama dan kemampuan
….x 24 jam, diharapkan menerima informasi
tingkat pengetahuan Terapeutik
meningkat dengan a. Sediakan materi dan
kriteria hasil : media Pendidikan
a. Perilaku sesuai Kesehatan
anjuran b. Jadwalkan Pendidikan
meningkat Kesehatan sesuai
b. Verbalisasi kesepakatan
minat dalam c. Berikan kesempatan
belajar untuk bertanya
meningkat Edukasi
c. Kemampuan a. Ajarkan monitor
menjelaskan kemerahan, eksudat atau
pengetahuan ulserasi
tentang suatu b. Anjurkan tidak
topik meningkat menyentuh mata
d. Kemampuan c. Anjurkan cara monitor
menggambarkan refleks kornea
pengalaman d. Anjurkan melepaskan
sebelumnya lensa kontak sesuai
yang sesuai kebutuhan
dengan topik e. Ajarkan cara
meningkat menggunakan penutup
e. Perilaku sesuai mata
dengan f. Ajarkan penggunaan
pengetahuan tetes mata lubrikasi
meningkat g. Ajarkan penggunaan
salep lubrikasi
h. Ajarkan memasang
plester untuk menutup
kelopak mata
i. Ajarkan penggunaan
pelembab mata

I. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi keperawatan adalah tahap terakhir dari proses keperawatan. Evaluasi keperawatan
ialah evaluasi yang dicatat disesuaikan dengan setiap diagnosis keperawatan. Evaluasi
keperawatan terdiri dari dua tingkat yaitu evaluasi sumatif dan evaluasi formatif. Evaluasi
sumatif yaitu evaluasi respons (jangka panjang) terhadap tujuan, dengan kata lain, bagaimana
penilaian terhadap perkembangan kemajuan ke arah tujuan atau hasil akhir yang diharapkan.
Evaluasi formatif atau disebut juga dengan evaluasi proses, yaitu evaluasi terhadap respon
yang segera timbul setelah intervensi keperawatan di lakukan. Format evaluasi yang
digunakan adalah SOAP.

ASUHAN KEPERAWATAN PADA TN. ST DENGAN GANGGUAN


SISTEM SENSORI PERSEPSI GLAUKOMA DI RS X DENPASAR
TANGGAL 3 APRIL 2021

A. Pengkajian
a. Identitas pasien
1) Nama : Tn. ST
2) Umur

Anda mungkin juga menyukai