Anda di halaman 1dari 8

LAPORAN PENDAHULUAN

1. PENGERTIAN
Katarak berasal dari bahasa Yunani (“Katarrhakies”) yang berarti air terjun. Dalam
bahasa Indonesia disebut bular dimana penglihatan seperti tertutup air terjun akibat
lensa yang keruh. Katarak adalah suatu penyakit ketika lensa mata menjadi keruh dan
berawan. (Gusti Ngurah Anom et al., 2022)
Katarak adalah suatu penyakit mata dimana terjadi kekeruhan pada lensa mata. Lensa
mata normalnya transparan, jernih dan dilalui cahaya menuju retina. Kekeruhan pada
lensa mata dapat mengakibatkan lensa tidak transparan, sehingga pupil berwarna
putih dan abu-abu.(Siswoyo et al., 2018)

2. ETIOLOGI
Katarak disebabkan oleh proses degenerasi dari materi lensa yang umumnya terjadi
pada usia lanjut dan berjalan progresif, namun katarak juga bisa terjadi akibat
kelainan kongenital, atau penyulit mata lokal menahun. (Gusti Ngurah Anom et al.,
2022). Penyebab utama katarak adalah usia, tetapi banyak hal lain yang dapat terlibat
seperti trauma, toksin, penyakit sistemik (seperti diabetes), merokok dan herediter.
(Wartana, 2022)
Beberapa faktor risiko katarak dapat dibedakan menjadi faktor individu,
lingkungan, dan faktor protektif : (Siswoyo et al., 2018)
a. Faktor individu terdiri atas usia, jenis kelamin, ras, serta faktor genetik.
b. Faktor lingkungan termasuk kebiasaan merokok, paparan sinar ultraviolet, status
sosioekonomi, tingkat pendidikan, diabetes mellitus, hipertensi, penggunaan steroid,
dan obat-obat penyakit gout.
c. Faktor protektif meliputi penggunaan aspirin dan terapi pengganti hormon pada
wanita.
Penyebab katarak lainnya meliputi:
a.Faktor keturunan.
b. Cacat bawaan sejak lahir (congenital).
c. Masalah kesehatan, misalnya diabetes.
d. Penggunaan obat tertentu, khususnya steroid.
e. Gangguan metabolisme, seperti DM (Diabetes Mellitus).
f. Gangguan pertumbuhan.
g. Mata tanpa pelindung terkena sinar matahari dalam waktu yang cukup lama.
h. Rokok dan alkohol.
i. Operasi mata sebelumnya dan trauma mata

3. TANDA GEJALA
Manifestasi klinik dari katarak yang paling umum menurut National Eye
Institute, yaitu :
a. Visi yang mendung atau buram
b. Melihat warna terganggu
c. Silau
d. Saat malam penglihatan nampak buruk
e. Penglihatan ganda atau banyak gambar dalam satu mata (gejala ini dapat terjadi
ketika katarak semakin membesar).(Wartana, 2022)

4. KLASIFIKASI
klasifikasi katarak adalah sebagai berikut:
a. Katarak kongenital
Katarak kongenital adalah katarak yang dialami oleh bayi baru lahir dan bayi yang
berumur kurang dari satu tahun (Ilyas dan Yulianti, 2017).Penanganan yang
kurang tepat pada katarak kongenital dapat menyebabkan kebutaan bagi bayi.
b. Katarak juvenil
Katarak juvenil merupakan katarak yang mulai terjadi pada usia kurang dari
sembilan tahun dan lebih dari tiga bulan (Ilyas dan Yulianti, 2017)
c. Katarak Senil
Katarak senil adalah katarak yang mulai terjadi pada usia lanjut yaitu usia diatas
50 tahun. Penyebab dari katarak senil adalah idiopatik (Ilyas dan Yulianti, 2017).
d. Katarak Komplikata
Katarak komplikata adalah katarak yang diakibatkan oleh penyakit lain seperti
ablasi retina, iskemia okular, nekrosis anterior segmen, bulfalmos, glaukoma,
tumor intra okular, galaktosemia, hipoparatiroid dan uveitis (Tamsuri, 2012).
e. Katarak traumatik
adalah katarak yang disebabkan akibat trauma tumpul maupun tajam yang dapat
menimbulkan cidera pada mata (National Eye Institute, 2015).
f. Katarak Toksika
merupakan katarak akibat terpapar oleh bahan kimia. Penggunaan obat seperti
kortikosteroid dan chlorpromazine dapat juga menimbulkan terjadinya katarak
toksika

5. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Pemeriksaan USG (ultrasonografi) okular dilakukan jika dicurigai terdapat
patologi pada retina atau vitreus terkait temuan anamnesis dan kondisi sistemik
pasien namun tidak dapat dilakukan pemeriksaan funduskopi karena kekeruhan
media refraksi. Jika terdapat katarak total monokular juga sebaiknya dilakukan
pemeriksaan USG karena dugaan katarak terjadi akibat komplikasi masalah lain di
segmen posterior atau akibat trauma.
2. Pemeriksaan makula (Optical Coherence Tomography/OCT) dilakukan jika
derajat kekeruhan katarak didapatkan ringan namun penurunan tajam penglihatan
lebih buruk dari yang seharusnya, dan evaluasi patologi pada makula tidak jelas
akibat kekeruhan lensa.
3. Pemeriksaan spekular mikroskopi untuk menghitung kerapatan sel endotel kornea.
Pemeriksaan ini dilakukan jika dicurigai adanya patologi pada endotel kornea dan
pada kasus dengan penyulit.

6. KOMPLIKASI
1. Ruptur kapsul posterior (Posterior Capsule Rupture/PCR) Kejadiannya bervariasi
antara 2% (pada kasus uncomplicated phacoemulsification)-9% (pada kasus
dengan risiko tinggi). Setiap operator perlu memiliki kemampuan untuk
melakukan vitrektomi anterior serta memiliki pilihan kekuatan IOL cadangan bila
terjadi PCR.
2. Toxic anterior segment syndrome (TASS) TASS adalah radang steril pasca operasi
katarak yang ditandai dengan reaksi radang segmen anterior yang hebat, adanya
fibrin, adanya hipopion, adanya edema kornea masif, rasa nyeri tidak terlalu
menonjol yang -terjadi dalam 12-48 jam pasca operasi katarak
3. Endoftalmitis Angka kejadian endoftalmitis sangat rendah berkisar antara 0.004-
0.16% di seluruh dunia. Faktor risiko terjadinya endoftalmitis antara lain: PCR,
vitreus loss, waktu operasi yang lama, operasi yang dilakukan oleh residen, pasien
dengan imunocompromised, konstruksi luka yang bocor.
1. Pengkajian Teoritis
Pengkajian adalah tahap awal dari proses keperawatan dan merupakan
proses yang sistematis dalam pengumpulan data dari berbagai sumber data untuk
mengevaluasi dan mengidentifikasi status kesehatan pasien menurut (Setiadi, 2012).
Pengkajian yang dilakukan pada pasien yang mengalami ansietas pre operasi adalah:
a. Pengkajian identitas
Identitas pasien berupa nama, tanggal lahir, umur, jenis kelamin, status
agama, pendidikan, pekerjaan, nomor Rekam Medis, diagnosismedis, jenis anestesi.
Identitas penanggung jawab berupa nama, alamat, hubungan dengan pasien.
b. Riwayat kesehatan
Mencakup keluhan utama, riwayat kesehatan sekarang, riwayat kesehatan
dahulu, riwayat kesehatan keluarga.
c. Pengkajian Fokus Pengkajian 6B (Breathing, Blood, Brain, Bladder, Bowel, Bone)
pada pasien ansietas yaitu : Breathing (frekuensi nafas dan pola nafas), Blood
(tekanan darah dan frekuensi nadi, pucat, tremor, diaforesis), Brain (Kesadaran),
Bladder (frekuensi berkemih, kemampuan menahan kencing), Bowel (nafsu makan,
rasa tidak nyaman pada abdomen, mual, nyeri ulu hati, diare), Bone (refleks, kekuatan
otot)

2. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa yang mungkin muncul pada pasien pre dan post katarak adalah :
1. Gangguan persepsi sensori penglihatan berhubungan dengan penurunan tajam
penglihatan.
2. Kecemasan berhubungan dengan kurang pengetahuan tentang kejadian operasi
3. Nyeri berhubungan dengan luka post operasi
4. Resiko Resiko infeksi berhubungan dengan peningkatan kerentanan, sekunder
akibat interupsi bedah

3. Intervensi Keperawatan
Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan untuk pasien pre dan post operasi
katarak adalah :
1. Kaji ketajaman penglihatan untuk mengidentifikasi kemampuan visual pasien.
2. Orientasikan pasien akan lingkungan fisik sekitarnya; untuk meningkatkan
kemampuan persepsi sensori.
3. Anjurkan penggunaan alternative rangsang lingkungan; untuk meningkatkan
kemampuan respons stimulus lingkungan.
4. Cegah sinar yang menyilaukan; untuk mencegah distress.
5. Optimalisasi lingkungan untuk menurunkkan resiko cedera
6. Kaji tingkat kecemasan, untuk mengetahui kecemasan klien.
7. Mendorong klien mengungkapkan perasaannya, hal ini dapat mengurangi rasa
cemas pada klien.
8. Menjelaskan gambaran yang terjadi pada saat pembedahan, peningkatan
pemahaman tentang kejadian yang mungkin terjadi dapat menurunkan kecemasan.
9. Memberikan kesempatan bertanya, dapat memerjelas pemahaman.
10. Kaji nyeri klien, untuk mengetahui derajat nyeri klien.
11. Mengajarkan teknik relaksasi, dapat menurunkan intensitas nyeri.
12. Berikan posisi yang nyaman, posisi yang tepat mempengaruhi perasaan nyeri.
PATHWAY
DAFTAR PUSTAKA

Gusti Ngurah Anom, S. I., Anak Agung Ayu Lie Lhiannza Mahendra, P., Putu Bayu Surya,
P. I., Kadek Dwiki, A. I., Ni Putu Narithya, J., & Pendidikan Profesi Dokter, P. (2022).
Laporan Kasus: Katarak Senilis Matur. Ganesha Medicina Journal, 2(2), 84–89.

Siswoyo, S., Murtaqib, M., & Ratna Sari, T. B. (2018). Terapi Suportif Meningkatkan
Motivasi untuk Melakukan Operasi Katarak pada Pasien Katarak di Wilayah Kerja
Puskesmas Tempurejo Kabupaten Jember (Supportive Therapy to Increase Motivation
to Undergo Cataract Surgery on Patients with Cataract in the Area of. Pustaka
Kesehatan, 6(1), 118. https://doi.org/10.19184/pk.v6i1.6865

Wartana, I. K. (2022). Jurnal Pengabdian Masyarakat Lentora Edukasi tentang Perawatan


Mata pada Pasien Post Operasi Katarak Education about Eye Care in Post Cataract
Surgery Patients. 2, 1–7. https://doi.org/10.33860/jpml.v2i1.1724

Anda mungkin juga menyukai