Anda di halaman 1dari 38

³

MAKALAH ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN KATARAK

DOSEN PENGAMPU:

Jahidul Fikri M. Kep

Disusun Oleh Kelompok 3:

Dian Oktaviani : 4002220010

Hani Handayani :4002220066

Vina Tia Nurgustina : 4002220093

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN DHARMA HUSADA BANDUNG

TAHUN AKADEMIK 2022/2023


KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, kami
panjatkan puji dan syukur atas kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan rahmat,
hidayat dan serta inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan tugas
makalah Keperawatan Medikal Bedah dengan dosen pengampu Bapak Jahidul Fikri M.Kep.
tentang Katarak. Makalah ini telah kami susun dengan usaha yang maksimal dan mendapat
bantuan dari beberapa pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu
kami menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi
dalam pembuatan makalah ini.
Terlepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan
baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu, dengan tangan
terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar saya dapat memperbaiki
makalah ini.

Akhir kata kami berharap semoga makalah Keperawatan Medikal Bedah tentang
Katarak ini dapat memberikan manfaat maupun inspirasi terhadap pembaca.

Bandung, April 2023

Penyusun
DAFTAR ISI

BAB 1

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Katarak merupakan penurunan progresif kejernihan lensa. Lensa menjadi keruh atau
berwarna putih abu-abu dan ketajaman penglihatan berkurang. Katarak terjadi apabila protein
pada lensa yang secara normal transparan terurai dan mengalami koagulasi pada lensa
(Corwin, 2009). Operasi katarak dapat menimbulkan komplikasi. Komplikasi dapat terjadi
dalam waktu beberapa hari setelah operasi hingga beberapa bulan setelah operasi. Insiden
komplikasi bervariasi, tergantung laporan dari tempat yang berbeda. Umumnya, komplikasi
ini membutuhkan tindakan bedah untuk memperbaiki salah satu efek samping tersering dari
operasi katarak adalah robeknya kapsul posterior (Simanjuntak, 2012).
Adanya komplikasi akan menimbulkan kecemasan pada pasien. Kecemasan
merupakan gejala yang umum tetapi non spesifik yang sering merupakan satu fungsi emosi.
Kecemasan berkaitan dengan perasaan yang tidak pasti dan tidak berdaya (Zuchra, 2012). Hal
ini dapat melibatkan dukungan keluarga karena keluarga merupakan unsur penting dalam
perawatan. Dukungan keluarga merupakan salah satu faktor yang dapat membantu pasien
(Murniasih, 2007). Dukungan keluarga dapat menimbulkan efek penyangga yaitu dukungan
keluarga menahan efek-efek negatif dari stres terhadap kesehatan dan efek utama yaitu
dukungan keluarga yang secara langsung mempengaruhi peningkatan kesehatan. Dukungan
orang tua maupun keluarga lainnya yang tinggi juga akan 2 meningkatkan harga diri. Bentuk
dukungan yang bisa diberikan kepada keluarga salah satunya adalah dukungan psikososial
(Friedman, 2003).
WHO 2002, 17 juta 47,8% dari 37 juta orang yang buta di seluruh Dunia disebabkan
karena katarak. Jumlah ini akan meningkat hingga 40 juta pada tahun 2020 Indonesia
merupakan Negara urutan ke tiga dengan angka kebutaan terbanyak didunia dan urutan
terbanyak di asia tenggara.
Word Health Organization (2000), menyatakan bahwa sekitar 38 juta orang menderita
kebutaan dan hampir 110 juta orang menderita penurunan penglihatan. Hal ini menunjukan
bahwa ada sekitar 150 orang menderita gangguan penglihatan. Tidak terdapat data mengenai
insiden kebutaan yang tersedia dengan baik. Meskipun demikian, diperkirakan jumlah orang
buta seluruh dunia akan meningkat 1-2 juta orang per tahun. Pada tahun 2006, WHO
mengeluarkan estimasi global terbaru, yaitu 314 juta orang didunia yang menderita gangguan
penglihatan,45 juta dari mereka menderita kebutaan (Trithias, 2011).
Berdasarkan data yang di peroleh dari RSUM jombang di dapatkan jumlah pasien
operasi katarak pada tanggal 23-27 april 2015 sebanyak 1.248 orang. Berdasarkan wawancara
langsung yang dilakukan peneliti sebanyak 10 orang, Di dapatkan data sebanyak 7 orang
(70%) mengatakan takut setelah operasi tidak bias melihat lagi, sebanyak 3 orang (30%)
mereka mengatakan kalau berdampak pada kematian .Rata-rata pasien merasa cemas karena
kurangnya pengetahuan, takut terhadap kegagalan dan efek samping dari operasi.

Faktor-faktor yang mempengaruhi kecemasan pasien dalam menghadapi post operasi


yaitu takut nyeri setelah pembedahan, takut perubahan fisik, takut 3 keganasan, komplikasi
takut atau cemas mengalami kondisi yang sama dengan orang lain yang mempunyai penyakit
yang sama. Kecemasan yang mereka tunjukan seperti pasien mengatakan takut,nyeri,tidak
bisa tidur, dan khawatir jika operasi yang telah dilakukan tidak berhasil (Liza, 2003).

Kecemasan yang tidak mampu teratasi dapat menyebabkan disharmoni dalam tubuh.
Ketidakmampuan mengatasi kecemasan yang konstruktif merupakan penyebab utama
terjadinya perilaku patologis seperti kecemasan berlebihan, serta syok. Hal ini akan berakibat
buruk, karena apabila tidak segera di atasi akan meningkatkan tekanan darah dan pernafasan.
(Effendi, 2005).

Upaya yang dapat dilakukan untuk membuat pasien merasa tidak cemas salah satunya
adalah dukungan keluarga. Diharapkan keluarga selalu memberi dukungan kepada pasien
post operasi katarak, sehingga pasien merasa tenang dan tingkat kecemasan pasien dapat
berkurang.

Dari uraian diatas maka penulis tertarik ingin melakukan penelitian tentang
“Hubungan Dukungan Keluarga dengan Kecemasan Dengan Konsep Self Care Agency Pada
Pasien Post operasi Katarak di RSUM Jombang”.

1.2 Rumusan Masalah


A. Apa definisi dari katarak?
B. Bagaimana etiologi katarak?
C. Apa saja Anatomi fisiologi katarak?
D. Apa saja manifestasi klinis dari katarak?
E. Apa saja klasifikasi dari katarak?
F. Bagaimana patofisiologi katarak?
G. Apa saja pemeriksaan penunjang pada katarak?
H. Bagaimana penatalaksanaan pada pasien dengan penyakit katarak?

1.3 Tujuan Penelitian


A. Mengetahui definisi dari katarak
B. Mengetahui Bagaimana etiologi katarak
C. Mengetahui apa saja Anatomi fisiologi katarak
D. Mengetahui apa saja manifestasi klinis dari katarak
E. Mengetahui apa saja klasifikasi dari katarak
F. Mengetahui bagaimana patofisiologi katarak
G. Mengetahui apa saja pemeriksaan penunjang pada katarak
H. Mengetahui bagaimana penatalaksanaan pada pasien dengan penyakit katarak
BAB II

KONSEP TEORI
2.1 Konsep Dasar Katarak
2.1.1 Definisi
Katarak adalah suatu keadaan dimana lensa mata yang biasanya jernih dan
bening menjadi keruh. Asal kata katarak dari kata Yunani cataracta yang berarti air
terjun. Hal ini disebabkan karena pasien katarak seakan-akan melihat sesuatu
seperti tertutup oleh air terjun di depan matanya (Ilyas, 2013). Katarak adalah
opasitas lensa kristalina yang normalnya jernih. Biasanya terjadi akibat proses
penuaan, tapi dapat timbul pada saat kelahiran (katarak kongenital). Dapat juga
berhubungan dengan trauma mata tajam maupun tumpul, penggunaan
kortikosteroid jangka panjang, penyakit sistemis, pemajanan radiasi, pemajanan
sinar matahari yang lama, atau kelainan mata yang lain (seperti uveitis anterior)
(Budiono, 2019).
Berdasarkan beberapa pengertian diatas, jadi dapat disimpulkan, katarak
adalah kekeruhan lensa yang normalnya transparan dan dilalui cahaya ke retina,
yang dapat disebabkan oleh berbagai hal sehingga terjadi kerusakan penglihatan.
2.1.2 Etiologi
Pada banyak kasus, penyebabnya tidak diketahui. Katarak biasanya terjadi pada usia
lanjut da bias diturunkan . Pembentukan katarak diprcepat oleh factor lingkungan, seperti
merokok, atau bahan beracun lainnya. Katarak bias disebabkan oleh cedera mata penuakit
metabolic (misalnya diabetes) atau obat - obatan tertentu ( misalnya kortikosteroid)
( Nurafif,2015).
Katarak kongenitalis adalah katarak yang ditemukan pada bayi ketika lahir. Katarak
kongitalis bias merupakan penyakit keturunan ( diwariskan secara autosomal dominan) atau
bias di sebakan oleh :
1. Infeksi kongenital, seperti campak jerman
2. Berhubungan dengan penyakit metabolic, seperti glaktosemia.
Faktor resiko terjadi katarak kongetalis adalah:
1. Penyakit metabolic yang diturunkan
2. Riwayat katarak dalam keluarga
3. Infeksi virus pada ibu ketika bayi masih dalam kandungan ( Nurafif, 2015).
2.1.3 Anatomi Fisiologi
Mata merupakan organ fotosensitif yang sangat berkembang dan rumit, yang memungkinkan
analisis cermat dari bentuk, intensitas cahaya, dan warna yang dipantulkan objek. Mata
terletak dalam struktur bertulang yang protektif di tengkorak, yaitu rongga orbita. Setiap mata
terdiri atas sebuah bola mata fibrosa yang kuat untuk mempertahankan bentuknya, suatu
sistem lensa untuk memfokuskan bayangan, selapis sel fotosensitif, dan suatu sistem sel dan
saraf yang berfungsi mengumpulkan, memproses, dan meneruskan informasi visual ke otak
(Junqueira, 2007). Tidak semua cahaya yang melewati kornea mencapai fotoreseptor peka
cahaya karena adanya iris, suatu otot polos tipis berpigmen yang membentuk struktur seperti
cincin di dalam aqueous humour. Lubang bundar di bagian tengah iris tempat masuknya
cahaya ke bagian dalam mata adalah pupil. Iris mengandung dua kelompok jaringan otot
polos, satu sirkuler dan yang lain radial. Karena serat-serat otot memendek jika berkontraksi,
pupil mengecil apabila otot sirkuler berkontraksi yang terjadi pada cahaya terang untuk
mengurangi jumlah cahaya yang masuk ke mata. Apabila otot radialis memendek, ukuran
pupil meningkat yang terjadi pada cahaya temaram untuk meningkatkan jumlah cahaya yang
masuk (Sherwood, 2012).

Lensa merupakan struktur bikonveks, avaskuler, tidak berwarna dan bersifat bening yang
berasal dari ektoderm. Mempunyai tebal sekitar 4 mm dan diameter 9 mm. Di dalam
pembungkusnya lensa sangat lentur, elastis atau kenyal yang sering disebut kapsul lensa.
Lensa terletak di belakang iris yang berkekuatan besar untuk memfokuskan cahaya masuk ke
dalam mata sehingga terbentuk bayangan yang tajam pada bintik kuning atau selaput jala.
Secara fisiologik lensa mempunyai sifat-sifat tertentu, yaitu ; kenyal atau lentur karena
memegang peranan terpenting dalam akomodasi untuk menjadi cembung, jernih atau
transparan karena diperlukan sebagai media penglihatan, terletak di tempatnya. Terdapat
zonula zinni (penggantung lensa) yang tersusun banyak fibril dan berfungsi mempertahankan
agar lensa tetap pada tempatnya.3,4 Semakin bertambahnya usia epitel lensa mengalami
perubahan terutama penurunan densitas sel epitel lensa yang mengakibatkan hilangnya
transparansi lensa. Lensa mata akan menjadi lebih padat dan mengalami penurunan tingkat
transportasi air, nutrisi dan antioksidan. Penurunan vitamin antioksidan dan enzim
superoksidase dismutase menggaris bawahi peran penting dari proses oksidatif dalam
kataraktogenesis. Kerusakan oksidatif progresif pada lensa akibat penuaan menyebabkan
perkembangan katarak senil. Katarak dapat mulai dari nukleus, korteks, dan subkapsularis
2.1.4 Manifestasi klinis
1. Penglihatan kabur seperti melihat kabut atau asap
2. Pupil mengecil akibat kekeruhan pada lensa
3. Merasa silau atau melihat cahaya yang terlalu terang
4. Pada pupil terdapat bercak putih/leukokoria
5. Mata sering berair
6. Daya penglihatan kurang
7. Lensa mata berubah menjadi buram
8. Mata lebih sensitif terhadap cahaya sehingga merasa sangat silau bila berada di bawah
cahaya yang terang
9. Mata tidak terasa sakit dan tidak berwarna merah
10. Sering berganti kacamata atau lensa konta karena keduanya sudah tidak bias
menanggulangi kelainan mata. (Hani’ah, 2009)
2.1.5 Klasifikasi
Klasifikasi katarak menurut Vaughan, Dale (2000) terbagi atas :
1. Katarak Kongenital
Katarak kongenital adalah kekeruhan pada lensa yang timbul pada saat
pembentukan lensa. Kekeruhan sudah terdapat pada waktu bayi lahir. Katarak ini
sering ditemukan pada bayi yang dilahirkan oleh ibu yang menderita rubella,
diabetes mellitus, toksoplasmosis, hipoparatiroidisme, dan galaktosemia.
2. Katarak Senile
Adalah kekeruhan lensa yang terjadi karena bertambahnya usia. Ada beberapa
macam yaitu :
a. Katarak Nuklear, yaitu kekeruhan ang terjadi pada inti lensa.
b. Katarak Kortikal, yaitu kekeruhan terjadi pada korteks lensa.
c. Katarak Kupliform, Terlihat pada stadium dini katarak nuclear atau
kortikal.
3. Katarak traumatik
Katarak traumatik paling sering disebabkan oleh cedera benda asing di lensa atau
trauma tumpul terhadap bola mata. Lensa menjadi putih segera setelah masuknya
benda asing karena lubang pada kapsul lensa menyebabkan humor aqueus dan
kadang- kadang korpus vitreum masuk kedalam struktur lensa.
4. Katarak komplikata
Katarak komplikata adalah katarak sekunder akibat penyakit intraokular pada
fisiologi lensa. Katarak biasanya berawal didaerah sub kapsul posterior dan
akhirnya mengenai seluruh struktur lensa. Penyakit- penyakit intraokular yang
sering berkaitan dengan pembentukan katarak adalah uveitis kronik atau rekuren,
glaukoma, retinitis pigmentosa dan pelepasan retina.
Berdasarkan stadium katarak senil dibagi menjadi :
a. Katarak Insipient
Katarak yang tidak teratur seperti bercak-bercak yang berbentuk gerigi
dengan dasar di perifer dan daerah jernih diantaranya.
b. Katarak intumesen
Pada katarak intumesen terjadi kekeruhan lensa disertai
pembengkakan lensa akibat lensa yang degeneratif menyerap air.
Masuknya air ke dalam celah lensa mengakibatkan lensa menjadi
bengkak dan besar yang akan mendorong iris sehingga bilik mata
menjadi dangkal dibanding dengan keadaan normal
c. Katarak Imatur
Terjadi kekeruhan yang lebih tebal tetapi tidak atau belum mengenai
seluruh lensa sehingga masih terdapat begian-bagian yang jernih pada
lensa.
d. Katarak Matur
Bila proses degenerasi berjalan terus maka akan terjadi pengeluaran
air bersama-sama hasil desintegritas melalui kapsul.
e. Katarak hipermatur
Pada katarak stadium hipermatur terjadi proses degenerasi lanjut,
dapat menjadi keras atau lembek dan mencair. Masa lensa yang
berdegenerasi kelur dari kapsul lensa sehingga lensa menjadi
mengecil, berwarna kuning dan kering. Pada pemeriksaan terlihat bilik
mata dalam dan lipatan kapsul lensa

2.1.6 Fatofisiologi
Dalam keadaan normal transparansi lensa karena adanya keseimbangan antara protein
yang dapat larut dengan protein yang tidak dapat larut dalam membrane semipermeable.
Apabila terjadi penignkatan jumlah protein dalam lensa melebihi jumlah protein pada bagian
lain sehingga embentuk massa transparan atau bintik kecil di sekitar lensa, membentuk suatu
kapsul yang dikenal dengan katarak. Terjadinya penumpukan cairan disintegrasi pada
serabut tersebut mengakibatkan jalannya cahayanya terhambat dan mengakibatkan gangguan
penglihatan (Thalia, 2019).

2.1.7 Pemeriksaan Penunjang


1) Pemeriksaan darah lengkap, LED : menunjukkan anemia sistemik.
2) Pengukuran tonografi : mengkaji tekanan intra okuler (TIO) (Normalnya 12-25
mmHg).
3) Pemeriksaan lapang pandang : untuk mengetahui visus.
4) Pemeriksaan oftalmoskop : mengkaji struktur intraocular, mencatat atrofi lempeng
optic, papil edema, perdarahan retina.
5) Pemeriksaan slit-lamp.
6) Biometri
7)
7)
7)
7)
7)
7)
7)
7)
7)
7)
7)
7)
USG mata sebagai persiapan untuk pembedahan katarak.

2.1.8 Penatalaksaan

Sampai saat ini belum ditemukan obat yang dapat mencegah katarak. Beberapa
penelitian sedang dilakukan untuk memperlambat proses bertambah keruhnya lensa untuk
menjadi katarak (Budiono, 2019). Meski telah banyak usaha yang dilakukan untuk
memperlambat progresifitas atau mencegah terjadinya katarak, tatalaksana masih dengan
pembedahan. Menentukan waktu katarak dapat dibedah ditentukan oleh keadaan tajam
penglihatan dan bukan oleh hasil 8 pemeriksaan. Tajam penglihatan dikaitkan dengan tugas
sehari-hari penderita. Digunakan nama insipien, imatur, matur, dan hipermatur didasarkan
atas kemungkinan terjadinya penyulit yang dapat terjadi (Ilyas, 2013).
Terapi farmakologi hingga saat ini belum ditemukan obat-obatan yang terbukti
mampu memperlambat atau menghilangkan katarak. Beberapa agen yang diduga dapat
memperlambat pertumbuhan katarak adalah penurun sorbitol, aspirin, dan vitamin C, namun
belum ada bukti yang signifikan mengenai hal tersebut. Operasi katarak terdiri dari
pengangkatan sebagian besar lensa dan penggantian lensa dengan implant plastik. Saat ini
pembedahan semakin banyak dilakukan dengan anestesi lokal daripada anestesi umum.
Anestesi lokal diinfiltrasikan di sekitar bola mata dan kelopak mata atau diberikan secara
topikal. Operasi dilakukan dengan insisi luas pada perifer kornea atau sklera anterior, diikuti
oleh ekstraksi (lensa diangkat dari mata). Insisi harus dijahit. Likuifikasi lensa menggunakan
probe ultrasonografi yang dimasukkan melalui insisi yang lebih kecil dari kornea atau sklera
anterior (phacoemulsifikasi) (Eva & Whitcher, 2013).
BAB III
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

A. PENGKAJIAN
Menurut Istiqomah (2017) dan Kholifah (2016) data yang lazim muncul pada
pengkajian lansia dengan katarak yaitu:
a. Identitas pasien dan identitas penanggung jawab
Nama lengkap, jenis kelamin, usia >60 tahun, pekerjaan sebagai buruh
b. Riwayat Keperawatan
 Status kesehatan saat ini Pandangan kabur, silau apabila melihat cahaya,warna
cahaya khawatir dengan kondisinya, merasa tidak dapat beraktivitas dengan
baik.
 Riwayat kesehatan masa lalu Memiliki riwayat hipertensi atau diabetes
melitus.
 Riwayat kesehatan keluarga Terdapat anggota keluarga yang menyandang
katarak.
c. Riwayat Perkejaan dan Status Ekonomi Bekerja sebagai petani sehingga mata
sering terpapar sinar matahari atau sebagai tukang las yang berisiko mengalami
trauma mata.
d. Lingkungan Tempat Tinggal Pencahayaan kurang, barang-barang yang berisiko
membuat jatuh tidak ditempatkan dengan benar, dan kamar mandi licin.
e. Pola Fungsional
 Persepsi kesehatan dan pola manajemen kesehatan Memiliki kebiasaan
merokok atau minum minuman beralkohol, pengetahuan yang kurang
terhadap penatalaksanaan katarak sehingga manajemen kesehatan kurang
efektif.
 Nutrisi Metabolik Frekuensi makan baik, frekuensi minum baik, nafsu makan
baik, jenis makanan bervariasi.
 Eliminasi Frekuensi buang air kecil meningkat di malam hari.
 Aktivitas pola latihan Mudah merasa lelah ketika beraktivitas.
 Pola kognitif persepsi Pandangan kabur, sulit melihat di malam hari dan
pernah terjatuh.
 Persepsi diri-pola konsep diri Malu dengan kondisinya, tidak menyukai
bagian mata, merasa tidak dapat beraktivitas dengan baik, merasa tidak
sempurna.
 Pola peran-hubungan Membatasi bersosialisasi dan lebih sering di rumah.
 Seksualitas Tidak ada keluhan seksualitas.

f. Pemeriksaan fisik
 Keadaan umum Keadaan umum baik dan kesadaran composmentis.
 Tanda-tanda vital Tekanan darah, nadi, suhu, respirasi, dan SPO2 .
 Antropometri Berat badan, tinggi badan, dan indeks masa tubuh.
 Rambut Rambut sudah beruban dan mengalami kerontokan.
 Mata Pupil berwarna putih atau abu-abu dan sklera kemerahan.
 Telinga Telinga simetris, terdapat sedikit serumen, dan pendengaran sudah
berkurang. 7) Mulut, gigi, dan bibir Gigi sudah banyak yang tanggal dan
kebersihan mulut kurang
 Dada Dada simteris, tidak ada benjolan, tidak ada retraksi dinging dada,
vocal fremitus teraba, dan suara nafas vesikuler.
 Abdomen Bentuk simetris, tidak ada pembesaran tidak ada nyeri tekan, tidak
ada asites, dan suara tympani.
 Kulit Kulit keriput, turgor kulit > 3 detik, dan akral hangat.
 Ekstremitas Kekuatan otot 5, capillary refil time < 3 detik, dan anggota gerak
lengkap.

B. DIAGNOSA
Diagnosis keperawatan merupakan suatu penilaian klinis mengenai respon pasien
terhadap masalah kesehatan atau proses kehidupan yang dialaminya baik berlangsung
aktual maupun potensial (SDKI, 2017). Diagnosis keperawatan bertujuan untuk
mengidentifikasi respon pasien individu, keluarga, dan komunitas terhadap situasi
yang berkaitan dengan kesehatan. Diagnose yang dapat diambil yaitu :
a. Gangguan Persepsi Sensori
b. Risiko Jatuh
c. Defisit pengetahuan
C. INTERVENSI
Tujuan keperawatan pada pasien gangguan persepsi sensori penglihatan adalah
setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan fungsi sensorik penglihatan dalam
batas normal dan pasien dapat menunjukan perilaku kompensasi penglihatan dengan
kriteria hasil, ketajaman penglihatan, lapang pandang, toleransi silau dan perilaku
kompensasi penglihatan dalam batas normal, yaitu rentang skala 1 sampai 5 dari
gangguan ekstrem, berat, sedang, ringan, atau tidak ada gangguan.
Standar intervensi keperawatan indonesia pada pasien dengan gangguan
persepsi sensori penglihatan antara lain meliputi Periksa status mental, Periksa status
sensori dan tingkat kenyamanan ( misal nyeri dan kelelahan), Diskusikan tingkat
toleransi terhadap beban sensori (misal terlalu terang) Batasi stimulus lingkungan
(misal cahaya) Ajarkan cara meminimalisasi stimulus (misal mengatur pencahayaan,
pencahayaan ruangan) Monitor dan dokumentasikan perubahan status penglihatan
pasien. Perencanaan tambahan dalam rangka mendukung pengobatan adalah
memberikan discharge planning kepada pasien dan keluarga terhadap peningkatan
pengetahuan perawatan mata pascaoperasi katarak. Selanjutnya perencanaan
keperawatan terkait menejemen lingkungan antara lain memodifikasi lingkungan yang
berpotensi menimbulkan ancaman bahaya fisik. Dekatkan terhadap akses alat bantu
sensori melihat seperti kacamata. Tingkatkan jumlah stimulus penglihatan seperti
gunakan pencahayaan yang adekuat. Kurangi jumlah stimulus untuk mencapai input
sensori yang sesuai seperti batasi jumlah pengunjung, dan sediakan waktu istirahat
untuk pasien. Beberapa intervensi yang dapat dilakukan untuk peningkatan
komunikasi terkait defisit penglihatan yaitu jangan memindahkan barang barang di
dalam kamar pasien tanpa memberitahukan pasien. Orientasikan pada orang, tempat,
dan situasi dalam setiap interaksi (Wilkinson & Ahern, 2013)
D. IMPLEMENTASI
Pelaksanaan keperawatan merupakan tahap ke empat dari proses keperawatan
yang dimulai setelah perawat menyusun rencana keperawatan. Rencana keperawatan
yang dibuat berdasarkan diagnosis yang tepat diharapkan dapat mencapai tujuan dan
hasil yang diinginkan untuk mendukung dan meningkatkan status kesehatan pasien
(Rendy, 2019). Tujuan dari implementasi adalah membantu pasien dalam mencapai
tujuan yang telah ditetapkan yang mencakup peningkatan kesehatan, pencegahan
penyakit, dan pemulihan kesehatan. Pelaksanaan asuhan keperawatan akan dapat
dilaksanakan dengan baik, jika klien mempunyai keinginan untuk berpartisipasi dalam
implementasi asuhan keperawatan (Padila, 2019).
E. EVALUASI
Evaluasi keperawatan adalah tahap akhir dari proses keperawatan untuk
mengukur respon klien terhadap tindakan keperawatan dan kemajuan respon klien
kearah pencapaian tujuan (Rendy, 2019). Evaluasi terdiri dari evaluasi formatif dan
evaluasi sumatif. Evaluasi formatif adalah evaluasi ketika kegiatan atau program
sedang berlangsung, sedangkan evaluasi sumatif adalah evaluasi di akhir kegiatan
atau program. Menurut Dewi (2015) evaluasi dapat berupa evaluasi struktur, proses,
dan hasil. Evaluasi hasil asuhan keperawatan didokumentasikan dalam bentuk SOAP
yaitu:
a. S (subyektif) dimana perawat menemukan keluhan klien yang masih dirasakan
setelah dilakukan tindakan keperawatan.
b. O (obyektif) adalah data yang berdasarkan hasil pengukuran atau observasi klien
secara langsung dan dirasakan setelah selesai tindakan keperawatan.
c. A (assesment) adalah analisis yang mengacu pada tujuan asuhan keperawatan.
d. P (planning) adalah perencanaan keperawatan yang akan dilanjutkan, dihentikan,
dimodifikasi, atau ditambah dengan rencana kegiatan yang sudah ditentukan
sebelumnya
BAB IV
PEMBAHASAN
A. Kasus
Pasien bernama Ny.S berusia 60 tahun masuk rumah sakit A pada tanggal 25
april 2023 dengan diagnosa medis katarak dan mengeluh penglihatan berasap,
keluhan disertai dengan silau jika melihat cahaya. Ny.S sering bertanya Tanya
mengenai keluhan pada matanya, Ny.S juga sering terjatuh saat berdiri
berjalan dan turun dari tempat tidurnya karena pandangan yang berasap. Ny.S
merupakan seorang ibu rumah tangga, Ny.S beragama islam,Ny.S tinggal
bersama anak dan menantunya karena suaminya sudah meninggal dunia pada
tahun 2018. Pendidikan terakhir Ny. S adalah SD. Ny.S tidak memiliki
riwayat hipertensi, pemeriksaan fisik didapatkan hasil TD : 120/80 mmHg,
Nadi : 92 Respirasi rate : 20 Suhu : 36.6 C, TB/BB sebelum masuk RS dan
saat di rawat di RS 159/65. Pemeriksaan fisik mata di dapatkan lemsa oculi
dextra et sinistra keruh, shadow test positif pada oculi dextra et sinistra, Saat
ke rumah sakit pasien ditemani oleh anaknya yaitu Tn. T, Tn.T adalah sebagai
penanggung jawab pasien. Tn. T berusia 30 tahun, beragama islam dan
bertempat tinggal di kelurahan cimacan. Pendidikan terakhir adalah SD dan
bekerja di tempat penggilingan padi.
B. Pengkajian (anamnesa dan pemeriksaan fisik)
I. Identitas
a. Identitas Pasien
Nama : Ny.S
Umur : 60 tahun
Agama : Islam
Jenis Kelamin : Perempuan
Status : Janda (meninggal)
Pendidikan terakhir : SD
Pekerjaan : IRT
Suku Bangsa : Sunda
Alamat : Kel. Cimacan
Tanggal Masuk : 25 april 2023
Tanggal Pengkajian : 25 april 2023
No. Register : 1228876
Diagnosa Medis : KataraL
b. Identitas Penanggung Jawab
Nama : Tn.T
Umur : 30 tahun
Hub. Dengan Pasien : anak
Pekerjaan : buruh
Alamat : kel. cimacan
II. Status Kesehatan
a. Keluhan Utama
mengeluh penglihatan berasap, keluhan disertai dengan silau jika melihat
cahaya. riwayat kesehatan saat pengkajian/riwayat penyakit sekarang (PQRST) :
P : pandangan berasap, Q : asap terlihat berwarna putih, R : di kedua mata, S : T
b. Riwayat kesehatan lalu
Tidak memiliki riwayat alergi, riwayat kecelakaan, riwayat perawatan di RS,
riwayat penyakit berat/kronis, riwayat pengobatan, riwayat operasi, dan riwayat
hipertensi
c. Riwayat kesehatan keluarga
Genogram atau penyakit yang pernah diderita oleh anggota keluarga yang
menjadi faktor resiko, 3 generasi.
Ny.S tidak memiliki riwayat penyakit keturunan dari keluarganya
Gambar :
Ket : = wanita

= pria

= meninggal

= garis perkawinan

d. Riwayat psikososial dan spiritual


1. Support sistem terdiri dari dukungan keluarga, lingkungan, fasilitas
kesehatan terhadap penyakitnya.
Klien mengatakan support sistem utamanya saat ini adalah keluarga, dan
lingkungannya terutama lingkungan terdekatnya juga mendukung proses
kesembuhannya salah satunya dengan memberikan rekomendasi faskes dan
selalu mengantar juga mendukung klien berobat sampai tuntas
2. Komunikasi terdiri dari pola interaksi sosial sebelum dan saat sakit
Sebelum sakit Ny.S selalu berkomunikasi dengan baik bersama tetangganya
dan selalalu mengikuti aktifitas di lingkungannya, sedangkan saat sakit
komunikasi masih terjalin dengan baik bersama tetangga hanya saja terbatas
mengikuti aktifitas seperti sebelumnya dikarenakan harus ada yang
mengantar.
3. Sistem nilai kepercayaan sebelum dan saat sakit
Sebelum sakit Ny.S selalu percaya akan adanya allah dan kuasanya allah,
Ny.S mengatakan penyakit katarak yang di derita merupakan cobaan dari
Allah dan harus sabar menghadapinya serta bertawaqal dan berusaha atau
mencari jalan keluar bersama anggota keluarga agar Ny.S dapat menghadapi
penyakitnya.
e. Lingkungan
1. Rumah
 Kebersihan : Ny.S mengatakan kebersihan rumahnya terjaga karena
selalu dibersihkan secara terjadwal
 Polusi : Ny.S mengatakan Polusi di lingkungan sekitar rumahnya ada tapi
tidak terlalu parah
2. Pekerjaan
 Kebersihan : -
 Polusi : -
 Bahaya : -
f. Kebiasaan sehari hari sebelum dan sesudah masuk RS

Kebiasaan Sebelum masuk RS Di RS


1. Pola Persepsi dan manajemen kesehatan
 Persepsi pasien mengenai  Menurut pasien,  Menurut pasien,
kesehatan secara umum kesehatan merupakan
kesehatan harus kita
(baik, sedang, jelek) sesuatu anugerah dari
 Bagaimana kondisi Tuhan yang harus kita jaga sebaik mungkin
kesehatan jaga
 Menurut pasien,
 Hal yang dianggap penting  Menurut pasien, mata
dalam perawatan terasa perih pada mata masih terasa
kesehatan? Seberapa besar bagian yang dioperasi
berasap
itu dapat membantu? seperti ditusuk-tusuk
 Apa yang diketahui  Perawatan  Perawatan
mengenai penyakitnya? keperawatan yang keperawatan yang
 Tindakan yang dilakukan dianggap penting dianggap penting
untuk mengurangi tanda menurut klien adalah menurut klien adalah
dan gejala. Hasilnya perawatan diri dan perawatan diri dan
bagaimana? panca indra panca indra
 Promosi kesehatan:  klien mengatakan  klien mengatakan
mengatur pola makanan penyakit yang
penyakit yang
dan minuman, latihan dan dialaminya hal alami
olahraga teratur, gaya yang terjadi pada dialaminya hal
hidup yang dijalankan. lansia
alami yang terjadi
 Riwayat penyakit  klien mengatakan
sebelumnya (penyakit, ntuk mengurangi pada lansia
pembedahan, penyakit gejala selalu
 klien mengatakan
kronis) melakukan kompres
 Hal yang dilakukan untuk hangat untuk mengurangi
menjaga kesehatan  klien mengatakan
gejala selalu
 Perilaku untuk mengatasi selalu berjalan jalan
masalah kesehatan: diet, santai dan menjaga menggunakan obat
latihan dan olah raga, pola makan tetes mata sesuaui
pengobatan.  riwayat penyakit
 Berpartisipasi dalam sebelumnya adalah anjuran dokter
perawatan kesehatan hipertensi  klien mengatakan
 Sedang dalam masa  hal yang dilakukan selalu menjaga pola
pengobatan penyakit pasien untuk menjaga makan
(mendapatkan obat-obatan) kesehatan adalah  tidak ada riwayat
 Kecelakaan (dirumah, kerja menjaga pola makan penyakit
dan berkendara) dan memakai sebelumnya
kacamata apabila  hal yang dilakukan
keluar rumah pasien untuk
 prilaku untuk menaga menjaga kesehatan
kesehatan adalah adalah dengan
dengan cara menjaga mata dari
berolahraga paparan debu dan
 tidak sedang dalam bahaya lain
masa pengobatan  klien sedang dalam
 tidak pernah pengobatan katarak
mengalami
kecelakaan  tidak pernah
mengalami
kecelakaan

2. Pola Nutrisi
a. Asupan  Oral  Oral
b. Frekuensi makan  3X/hari  3X/hari
 Baik  Baik
c. Nafsu makan  Sedang karena Ny.S  Sedang, karena
d. Makanan tambahan tidak gamppang lapar selalu merasa cukup
 Tidak ada kemyamg
e. Makanan alergi  Tetap 65 Kg  Tidak ada
f. Perubahan BB dalam 3 bulan  Tetap 65 kg
terakhir
g. Asupan cairan  Oral  Oral
h. Jenis  Air minerale  Air minerale
i. Frekuensi  8 gelas/hari  8 gelas/hari
j. Volume  2000 cc/hari  2000 cc/hari

Insensible Water Loss (IWL) …350 cc/hari …350 cc/hari


1. Pola Eliminasi
BAK
a. Frekuensi 5.x/hari 5.x/hari
b. Jumlah output 250cc/hari 250 cc/hari
c. Warna Kuning jernih Kuning jernih
d. Bau Khas urine Khas urine
e. Keluhan Tidak ada Tidak ada

BAB
a. Frekuensi 1x/hari 1x/hari
b. Warna - -
c. Bau Khas feses Khas feses
d. Konsistensi Lunak Lunak
e. Keluhan Tidak ada Tidak ada
f. Penggunaan obat pencahar Tidak Tidak
2. Pola Personal Hygiene
a. Mandi 2x/hari 2x/hari
b. Oral higiene
 Frekuensi 2x/hari 2x/hari
 waktu 5 menit 5 menit
c. Cuci rambut 4.x/mgg 4.x/mgg
5.Pola Aktivitas dan Latihan
a. Kegiatan dalam pekerjaan • pasien bekerja sebagai • pasien
b. Waktu bekerja
ibu rumah tangga mengatakan masih
c. Kegiatan waktu luang
d. Keluhan dalam beraktivitas bisa melakukan
e. Olah raga
pekerjaan
 Jenis
 frekuensi
• Waktu pagi • Melakukan seperti
membersihkan rumah dan biasa walaupun mata
membuat sarapan terasa sakit
• Melakukan kegiatan • Sedikit terganggu
seperti biasanya dirumah karna mata sebelah
kiri diperban
• Jarang melakukan • Jarang melakukan
Olahraga Olahraga
Kemampuan 0 1 2 3 4
Perawatan Diri
Makan dan ✔️
minum
Mandi ✔️
Toileting ✔️
Berpakaian ✔️
Berpindah ✔️
0: mandiri, 1: Alat bantu, 2: dibantu orang lain, 3: dibantu orang lain dan alat, 4:
tergantung total

6. Pola istirahat dan tidur


a. Lama tidur 6-7 jam/hari 6-7 jam/hari
b. Waktu
 Siang 5-6 jam/hari 5-6 jam/hari
 Malam 1 jam/hari 1 jam/hari
c. Kebiasaan sebelum tidur
 Penggunaan obat tidur Tidak ada Tidak ada
 Kegiatan lain Berdoa Berdoa
d. Kesulitan dalam tidur
Tidak ada keluhan
 Menjelang tidur Tidak serjng
 Sering terbangun terbangun terkecuali
ingin ke toilet
Tidak ada
 Merasa tidak nyaman setelah
bangun tidur

7.Pola Kognitif dan Persepsi


 Menggambarkan penginderaan  Pasien berbicara  Pasien
khusus: penglihatan, pendengaran, dengan baik, Melakukan
rasa, sentuh, bau mendengar komunikasi
 Penggunaan alat bantu: kaca mata, dengan jelas, dengan baik,
alat bantu dengar. penglihatan silau, mendengar
 Perubahan dalam penglihatan, perasa dan dengan jelas,
pendengara, perasa, pembau. penciuman baik penglihatan
 Tingkat kesadaran  Tidak memakai belum membaik,
 Perubahan/penurunan fungsi alat bantu mata perasa dan
dalam penginderaan.  Tidak ada penciuman baik
 Tingkat orientasi: orang, waktu, perubhan selain  Tidak memakai
tempat. penglihatan yang alat bantu mata
 Persepsi dan manajemen nyeri silau tidak terlalu  hari setelah
(tingkat, lokasi, waktu/durasi, jelas dan setiap operasi, nyeri
karakteristik) mengedip yang dirasakan
 Fungsi kognisi dalam memori menimbulkan seperti ditusuk
istilah, ingatan jangka pendek, rasa sakit jarum, nyeri
ingatan jangka panjang  Baik hanya dirasakan
 Komunikasi; bahasa utama,  Skala nyeri yang pada mata bagian
bahasa lain, tingkat pendidikan, ditunjukan pasien kiri saja tanpa ada
kemampuan membaca dan diangka 5-6 (0- penyebaran ke
menulis 10). daerah lain.
 Kemampuan memecahkan  Ingatan jangka  Skala nyeri yang
masalah dan mengambil panjang maupun ditunjukan pasien
keputusan. pendek baik diangka 4 (0-10).
 Mengidentifikasi  Kemampuan  Baik
kehilangan/perubahan yang besar membaca dan  Ingatan jangka
dalam hidup. menulis baik panjang maupun
 Kemampuan pendek baik
 Pemeriksaan: memecahkan  Kemampuan
 Test Orientasi: waktu, tempat dan orang. masalah baik membaca dan
 Test membaca dan berkomunikasi menulis baik
 Test hal yang baru dipelajari. …  Kemampuan
memecahkan
masalah baik

8.Persepsi Diri dan Konsep Diri


Penampilan/keadaaan. … …
 Tingkat kecemasan (subjektive –  Tingkat  Tingkat
skala 1-10), (objektive – kecemasan 4 kecemasan 2
perubahan raut muka, perubahan dari skala (1-10) dari skala (1-10)
suara,  Klien dapat  Klien dapat
 Identitas personal, menjelaskan menjelaskan menjelaskan
tentang diri sendiri. identitas diri identitas diri
 Perubahan dalam tubuh yang tidak dengan baik dengan baik
dapat diterima. Masalah pada  Tidak ada, Klien  Tidak ada, Klien
pasien. dapat menerima dapat menerima
 Perubahan yang dirasakan pada apa yang terjadi apa yang terjadi
diri sendiri semenjak sakit.. pada dirinya pada dirinya
 Perasaan yang membuat marah, sendiri sendiri
takut, bingun.  Klien  Klien
 Pernahkah merasa kehilangan mengatakan mengatakan
harapan. sakit pada sakit pada
 Harga diri: penilaian diri sendiri. bagian mata bagian mata
 Ancaman terhadap konsep diri: sebelah kiri sebelah kiri
sakit, perubahan peran.  Klien berharap setelah operasi
penyakitnya  Klien berharap
dapat kembali
dapat sembuh
 Pemeriksaan: sehat seperti
 Kontak mata, perhatian (distraksi) dulu total seperti
 Pola suara (nervous.(Nervous (5) or  Tidak
sebelumnya
relaxed (1); rate from 1 to 5).  Klien khawatir
 Pola bicara (Assertive (5) or passive tidak bisa  Klien khawatir
(1); rate from 1 to 5). melakukan tidak bisa
tugasnya melakukan
sebagai ibu dan tugasnya sebagai
istri apabila ibu dan istri
keadaannya apabila
tidak kunjung keadaannya
membaik tidak kunjung
membaik

9.Peran dan Hubungan


 Tinggal bersama keluarga/sendiri.  Klien  Klien ditemani
 Status pekerjaan. mengatakan oleh suami dan
 Gambaran mengenai peran yang tinggal bersama anaknya.
berkaitan dengan keluarga, teman- suami dan  Interaksi antar
teman dan rekan. anaknya anggota
 Kepuasan/ketidak puasan  IRT keluarga baik.
menjalankan peran  Klien dalam  Klien dalam
 Efek terhadap status kesehatan berkomunikasi berkomunikasi
 Pentingnya keluarga baik jelas klien baik jelas klien
 Interaksi bersama keluarga mampu mampu
 Struktur dan dukungan keluarga menerima pesan menerima pesan
 Proses pengambilan keputusan dari orang lain dari orang lain
dalam keluarga dengan baik dengan baik
 Berpartisipasi dalam kegiatan  klien  klien
sosial mengatakan mengatakan
orang terdekat orang terdekat
 Apakah penyakit dapat
dengan dirinya dengan dirinya
menyebabkan perubahan yang
yaitu anaknya yaitu anaknya
sangat besar terhadap pola peran
dan hubungan.  klien  klien
mengatakan Jika mengatakan Jika
 Masalah dan/keprihatinan dalam
ada masalah ada masalah
keluarga
selalu meminta selalu meminta
 Pola membesarkan anak
bantuan anaknya bantuan anaknya
 Hubungan dengan orang lain
 klien  klien
 Merasa kecukupan akan kondisi mengatakan mengatakan
sosial ekonomi (keuangan). tidak ada tidak ada
 Merasa (terisolasi) oleh tetangga gangguan atau gangguan atau
sekitar. kesulitan dalam kesulitan dalam
keluarganya keluarganya
 Pemeriksaan:
 Interaksi dengan anggota keluarga atau …
orang lain (jika ada). …

10.Seksualitas dan Reproduksi


Masalah atau problem seksual  Klien  Klien
 Kepuasan berhubungan seksual? mengatakan mengatakan
Ada perubahan/masalah? tidak ada tidak ada
 Gambaran perilaku seksual: masalah masalah dengan
perilaku seksual yang aman. dengan hubungan
 Penggunaan alat kontrasepsi? KB hubungan seksualnya
 Kecemasan terhadap sex seksualnya  Klien
 Pengetahuan tentang seksualitas  Klien mengatakan
dan reproduksi mengatakan paham akan
 Dampak pada status kesehatan paham akan fungsi seksual
 Orientasi seksual fungsi seksual dan perilaku
 Wanita dan perilaku seksual yang
o Waktu punya anak, seksual yang aman
aman  Klien tidak
perimenstruasi, Riwayat
menstruasi : umur  Klien tidak memakai KB
menarche, durasi, memakai KB  Tidak ada
frekwensi, keteraturan,  Tidak ada  sistem
masalah  sistem reproduksi klien
o Riwayat reproduksi, hamil reproduksi normal tidak
terakhir, Riwayat klien normal ada keluhan
melahirkan kembar, tidak ada  klien
kelaianan congenital atau keluhan mengatakan
kelainan genetic  klien tidak ada
 Cara mencegah penularan PMS mengatakan gangguan
 Riwayat PMS tidak ada hubungan
gangguan seksual
 Persepsi pemeriksaan payudara
hubungan  klien
sendiri dan testis sendiri.
seksual mengatakan
     Pemeriksaan:  klien tidak ada
 Pemeriksaan genitalia, pa mengatakan keluhan dan
tidak ada permasalahan
keluhan dan dalam aktivitas
permasalahan seksual
dalam aktivitas
seksual

11.Koping dan Manajemen Sttess


 Perubahan besar dalam hidup dalam  Klien saat  Klien saat
1-2 tahun ini. mengambil mengambil
 Penyebab stress belakangan ini keputusan selalu keputusan selalu
 Gambaran umum dan spesifik dibantu oleh dibantu oleh
respon keluarganya keluarganya
 Perubahan, masalah saat ini,  Penyakit yang di  Penyakit yang di
kejadian yang menyebabkan stress deritanya deritanya
atau perhatian  klien  klien
 Krisis saat ini missal; sakit atau mengatakan jika mengatakan jika
hospitalisasi mempunyai mempunyai
 Tingkat stress saat ini masalah selalu masalah selalu
 Metode/strategi koping yang biasa bicara dengan bicara dengan
digunakan terhadap stress selain keluarganya keluarganya agar
alcohol atau obat agar diberikan diberikan solusi
 Pengetahuan dan penggunaan solusi yang yang terbaik
tehnik managemen stress. terbaik untuk untuk dirinya
 Hubungan antara manajemen stres dirinya  klien tidak
terhadap dinamika keluarga.  klien tidak memiliki
 Derajat kesuksesan dari strategi memiliki masalah
koping saat ini masalah hospitalisasi
 Persepsi dari tingkat toleransi stress hospitalisasi  tingkat stress
 Ketika mendapatkan masalah yang  tingkat stress sedang
besar dalam hidup, apakah dapat sedang  metode yang
menanganinya?  metode yang biasa digunakan
 Persepsi tentang status keamanan di biasa digunakan apabila stress
rumah (episode kekerasan apabila stress adalah
fisik/emosional) adalah beristirahat dan
beristirahat dan meminum the
meminum the hangat
hangat  metode yang
 metode yang digunakan
digunakan efektif
efektif  klien
 klien menghadapi
menghadapi masalahnya
masalahnya sekarang dengan
sekarang dengan dibantu oleh
dibantu oleh keluarganya
keluarganya  klien merasa
 klien merasa dirinya bisa
dirinya bisa mentoleransi
mentoleransi stress
stress  klien
 klien mengatakan
mengatakan selalu bisa
selalu bisa mengani
mengani masalah yang
masalah yang datang
datang klien berharap agar
 klien berharap perawat memberikan
agar perawat edukasi tentang sakit
memberikan yang dideritanya
edukasi tentang
sakit yang
dideritanya agar
klien bisa selalu
berusaha
menjaga
kesehatan
setelah pulih
12.Nilai dan Kepercayaan
 Agama  Klien percaya  Klien percaya
 Latar belakang budaya/etnik bahwa Tuhan itu bahwa Tuhan itu
 Tujuan kehidupan, apa yang ada dan selalu ada dan selalu
dianggap penting bagi klien dan member member
keluarga. pertolongan pertolongan
 Keparcayaan spiritual yang  Latar belakang  Latar belakang
berpengaruh terhadap budaya klien budaya klien
pengambilan keputusan dan adalah budaya adalah budaya
praktek kesehatan yang baik yang baik
 Derajat dari tujuan pencapaian  Klien  Klien
hidup mengatakan yang mengatakan yang
 Persepsi tentang kepuasan dengan terpenting bagi terpenting bagi
hidup, dan jalan hidup keluarganya keluarganya
 Pentingnya agama/spiritualitas adalah kesehatan adalah kesehatan
 Kepercayaan cultural yang  Klien selalu  Klien selalu
berpengaruh dengan kesehatan berdoa agar berdoa agar
dan nilai kesehatannya kesehatannya
 Spiritualitas/agama yang membaik membaik
berpengaruh terhadap status  Klien  Klien
kesehatan. mengatakan mengatakan
 Kepercayaan cultural yang selalu bersyukur selalu bersyukur
merefleksikan pilihan pada dan puas atas apa dan puas atas apa
promosi kesehatan dan yang tuhan yang tuhan
pencegahan penyakit berikan berikan
 Klien  Klien
mengatakan mengatakan
agama itu agama itu penting
penting  klien mengatakan
 klien mengatakan taat dan selalu
taat dan selalu berusaha untuk
berusaha untuk tidak
tidak meninggalkan
meninggalkan salat lima waktu
salat lima waktu baik dalam
baik dalam keadaan apapun
keadaan apapun  Klien
 Klien mengatakan tidak
mengatakan tidak ada masalah
ada masalah mengenai
mengenai ibadahnya
ibadahnya  klien mengatakan
 klien mengatakan tidak ada
tidak ada keyakinan atau
keyakinan atau kebudayaan yang
kebudayaan yang berkaitan dan
berkaitan dan bertentangan
bertentangan dengan
dengan kesehatannya
kesehatannya  klien mengatakan
 klien mengatakan tidak ada
tidak ada pertentangan
pertentangan terhadap
terhadap pengobatan yang
pengobatan yang dijalaninya
dijalaninya

III. Pengkajian Fisik


a) Pemeriksaan keadaan umum
Kesadaran (GCS) : 15 (composmentis)
Tekanan darah : 120/80
Nadi : 92
Respirasi rate : 20
Suhu : 36.6
TB/BB sebelum masuk RS dan saat di rawat di RS 159/65
b) Pemeriksaan head to toe
1. Kepala
Inspeksi : Bentuk mesochepal, rambut bersih beruban
Palpasi : Tidak teraba masa benjolan, tidak ada hematoma
2. Mata

Kanan Kiri
Inspeksi : Inspeksi :
 Pupil : isokhorik, 3 mm  Pupil : isokhorik, 3 mm
 Sclera : anikterik  Sclera : anikterik
 Konjungtiva : tidak anemis  Konjungtiva : tidak anemis
 Lensa : katarak matur  Lensa : katarak imatur
Visus mata : Visus mata :
 Snellen test : tidak dapat  Snellen test : tidak dapat
melihat sama sekali melihat sama sekali
 Hitung jari : pandangan  Hitung jari : pandangan kabur,
kabur/berasap, penglihatan tidak dapat melihat
memburuk  Pencahayaan : dapat melihat
 Pencahayaan : dapat melihat cahaya (silau)
cahaya (silau)
3. Telinga
Inspeksi : Simetris tidak ada kelainan, bersih tidak ada serumen.
Pendengaran : Kemampuan mendengar menurun
4. Hidung Inspeksi : Simetris, tidak terdapat secret
5. Mulut dan Tenggorokan Inspeksi : Mulut bersih, tidak ada pembesaran
tonsil.
6. Leher Inspeksi : Tidak ada peningkatan Jugular Venous Pressure (JVP)
Palpasi : Tidak ada pembesaran kelenjar Tyroid
7. Dada Inspeksi : Pengembangan dada simetris, tidak ada penarikan otot
intercosta. Palpasi : Tidak teraba masa atau benjolan Perkusi : Sonor
Auskultasi : Tidak ada wheezing atau ronchi. 5 5 5 5
8. Jantung Inspeksi : Tidak terlihat pulsasi iktus cordis Palpasi : Tidak teraba
iktus cordis Perkusi : Redup Auskultasi : Lup Dub, S1>S2 , irama teratur,
tidak ada murmur gallop
9. Abdomen Inspeksi : Dinding perut supel Palpasi : Tidak teraba massa
benjolan, tidak ada distensi abdomen Perkusi : Suara tympani Auskultasi :
Bising usus 10 x/ menit
10. Genetalia Inspeksi : Pasien laki laki, pasien tidak terpasang kateter
11. Ekstremitas Akral hangat, capillary refill kurang dari 2 detik, tidak
terdapat eodema. Reflek patella (+). Reflek babinski (+). Tidak terdapat
kelemahan anggota gerak.
12. Kulit Turgor kulit baik, warna kulit sawo matang dan terlihat bersih.
IV. Pemeriksaan penunjang

Pemeriksaan Hasil Satuan Nilai normal


HEMATOLOGI
Darah lengkap
Hemoglobin 14.6 g/ dL 11.2– 17.3
Leukosit 4650 U/ L 3800 – 10600
Hematokrit 43 $ 40 – 52
Eritrosit 4.5 10^6/ uL 4.4 – 5.9
Trombosit 220.000 / uL 150.000 –
MCV 95.3 fL 440.000
MCH 32.5 pg/ cell 80 – 100
MCHC 34.1 $ 26 – 34
RDW 12.3 $ 32 – 36
MPV 10.5 fL 11.5 – 14.5
Hitung jenis 9.4 – 12.4
Basofil 0.2 $
Eosinofil 3.2 $ 0–1
Batang L 0.2 $ 2–4
Segmen 54.9 $ 3–5
Limfosit 35.3 $ 50 – 70
Monosit 6.2 $ 25 – 40
KIMIA KLINIK 2–8
Glukosa sewaktu 100 mg/ dL
<= 200

c. Analisa data

No Data focus Masalah Etiologi


1. DS : Pasien mengatakan Gangguan Perubahan
penglihatannya terganggu, persepsi sensori Ketajaman
penglihatan terasa kabur, silau penglihatan Sensori
dan berkabut
DO :
 Pupil : isokhor +/+, 3/3.
 Sclera : Tidak ikterik
 Konjungtiva : Tidak anemis
 Lensa : Katarak matur pada
mata kanan dan katarak imatur
pada mata kiri.
2 DS : Pasien mengatakan Risiko jatuh Gangguan
kesulitan saat melakukan aktifitas persepsi sensori
karena penglihatannya terganggu penglihatan
DO :
 Pasien tampak berhati hati saat
berjalan
 Visus mata : Pasien tidak
dapat melihat snellen test dari
jarak 20 kaki dan hitung jari
dari jarak 2 meter. Pasien
dapat membedakan gelap
terang.
3 DS : Pasien mengatakan kurang Defisit Kurangnya
paham tentang perawatan pengetahuan sumber sumber
penyakit katarak. informasi
DO : Pasien bertanya Tanya
tentang penyakitnya, pasien tidak
dapat menjawab pertanyaan
tentang definisi, penyebab, tanda
dan gejala, perawatan penyakit
katarak.

d. Masalah keperawatan
e. Diagnose (sesuai dengan EPB)
1. Gangguan persepsi sensori penglihatan bd perubahan ketajaman sensori dd
pandangan berasap
2. Risiko jatuh berhubungan dengan gangguan persepsi sensori penglihatan
3. Defisit pengetahuan bd kurangnya sumber informasi dd pasirn bertanya-
tanya tentang penyakitnya
f. Intervensi

NO DIAGNOSA PERENCANAAN
KEPERAWATAN
TUJUAN INTERVENSI (SIKI) RASIONAL
(SDKI)
Gangguan Setelah dilakukan Minimalisasi  Dengan
persepsi sensori tindakan keperawatan rangsangan(I.082 41) mengetahui
diharapkan di harapkan
penglihatan  Periksa status status
fungsi sensori
berhubungan ( penglihatan mental, Periksa mental,
dengan membaik) ditandai status sensori dan sensori, dan
dengan:
perubahan tingkat tingkat
Fungsi sensori(L.060
ketajaman sensori 48) kenyamanan kenyamanan
 Ketajaman ( misal nyeri dan dapat
penglihatan cukup
kelelahan) menentukan
meningkat
 Diskusikan intervensi
tingkat toleransi yang tepat
terhadap beban  Dengan
sensori (misal berdiskusi
terlalu terang) dapat
 Batasi stimulus mengetahu
lingkungan (misal beban
cahaya) sensori yang
 Ajarkan cara di alami
meminimalisasi  Dengan
stimulus (misal membatasi
mengatur stimulus
pencahayaan, lingkungan
pencahayaan dapat
ruangan) meminimalis
ir rasa tidak
nyaman
 Denngan
meminimalis
asi stimulus
dapat
meningkatka
n rasa
nyaman.

Risiko jatuh Setelah dilakukan Pencegahan jatuh  Dengan


berhubungan dengan tindakan keperawatan (I.14504) mengetahui
diharapkan resiko jatuh
gangguan persepsi  Hitung resiko jatuh tingkat
menurun ditandai
sensori penglihatan dengan: dengan resiko jatuh
Tingkat jatuh (L.14138) menggunakan skala dapat
 Jatuh dari tempat  Monitor kemampuan menentukan
tidur menurun berpindah pencegahan
 Jatuh saat berdiri  Gunakan alat bantu jatuh yang
menurun berjalan tepat
 Jatuh saat berjalan (walker/tongkat)  Dengan
menurun  Anjurkan memonitor
menggunakan alas kemampuan
kaki yang tidak licin berpindah
 Anjurkan dapat
melebarkan jarak menentukan
kedua kaki untuk pencegahan
meningkatkan jatuh yang
keseimbangan saat tepat
berdiri  Untuk
membantu
keseimbanga
n saat
berjalan
 Untuk
mengurangi
resiko jatuh
saat berjalan
 Untuk
membuat
tubuh
seimbang
saat berdiri
Defisit Setelah dilakukan Edukasi kesehatan  Untuk
pengetahuan tindakan keperawatan (I.12383) mengukur
diharapkan tingkat
berhubungan  Identifikasi kesiapan kesiapan
pengetahun meningkat
dengan ditandai dengan: dan kemampuan pasien dalam
kurangnya Tinkat pengetahuan menerima informasi menerima
sumber informasi (L12111)  Sediakan materi dan informasi
 Perilaku sesuai media penkes  Untuk media
anjuran meningkat  Berikan kesempatan penkes agar
 Kemampuan untuk bertanya lebih mudah
menjelaskan dipahami
pengetahuan tentang  Agar pasien
katarak meningkat mendapatkan
 Pertanyaan tentang informasi
masalah yang di yang di
hadapi membaik butuhkan

g. Implementasi

Dx Tanggal Implementasi Respon paraf


Gangguan 25-4-2023  Mengobservasi TTV pasien  Tekanan darah :
persepsi  Memeriksa satus mental, 120/80, Nadi: 92
sensori Periksa status sensori dan Respirasi rate: 20
penglihatan tingkat kenyamanan Suhu : 36.6
 Diskusikan tingkat toleransi  Pasien mengatakan
terhadap beban sensori tidak ada nyeri tetapi
(misal terlalu terang) merasa tidak
 Batasi stimulus lingkungan nyaman karena
penglihatannya yang
(misal cahaya) kabur
 Ajarkan cara meminimalisasi  Pasien mengatakan
stimulus (misal mengatur sudah sedikit
pencahayaan, pencahayaan mengurangi paparan
ruangan) cahaya secara
langsung
 Pasien kooperatif
Resiko jatuh 25-4-2023  Menghitung resiko jatuh  pasien kooperatif
dengan menggunakan skala  pasien mampu
 Memonitor kemampuan berpindah sendiri
berpindah secara perlahan
 Mengunakan alat bantu berjalan lahan
(walker/tongkat)  pasien menggunakan
 menganjurkan menggunakan alat bantu bila
alas kaki yang tidak licin diperlukan
 menganjurkan melebarkan jarak  pasien mengikuti
kedua kaki untuk meningkatkan anjuran memakai
keseimbangan saat berdiri sandal yang tidak
licin dan melebarkan
jarak kedua kakinya
untuk menjaga
keseimbangan
Defisit 25-4-2023  mengidentifikasi kesiapan dan  pasien kooperatif
pengetahua kemampuan menerima  pasien
n informasi mengatakan lebih
 menyediakan materi dan media mudah faham
penkes dengan media
 memberikan kesempatan untuk tersebut
bertanya  pasien bertanya
terkait hal yang
tidak di
ketahuinya
h. Evaluasi

Dx Tanggal SOAP Paraf


Gangguan 26-4-2023 S : Pasien mengatakan pandangan matanya terlihat kabur,
silau dan berasap
persepsi
sensori O:
Kesadaran (GCS) : 15
penglihatan
Tekanan darah : 120/80
Nadi : 92
Respirasi rate : 20
Suhu : 36.6 C
A:
Gangguan persepsi sensori penglihatan
P:
- Masalah belum teratasi
- Lanjutkan Intervensi dan pemberian analgetic

Resiko jatuh 26-4-2023 S : Pasien mengatakan sesekali masih terjatuh pada saat
berdiri, berjalan, dan pindah dari tempat tidur
O : pasien tampak berhati hati dan memakai alat bantu
berjalan juga melebarkan kedua kakinya untuk mengatur
keseimbangan
A : resiko jatuh
P : masalah teratasi sebagian
Defisit 26-4-2023 S : pasien menanyakan banyak hal terkait penyakitnya
pengetahuan O : pasien terlihat faham terkait penyakit yang dialaminya
A : Defisit pengetahuan
P : masalah teratasi
BAB V

KESIMPULAN

Dari pembahasan di atas dapat penulis simpulkan bahwa masalah yang paling
diprioritaskan pada pasien dengan katarak adalah gangguan persepsi sensori penglihatan,
yang dibuktikan Pada pengkajian keperawatan, pasien mengeluhkan pandangan matanya
terlihat kabur, silau dan berkabut. Temuan objektif yang mendukung adalah pada
pemeriksaan fisik mata dan visus mata. Pada pemeriksaan didapatkan hasil yang sesuai
dengan teori bahwa pada katarak akan mengalami penurunan penglihatan, mulai dari
penglihatan kabur sampai kebutaan. Pada pemeriksaan fisik mata ditemukan adanya selaput
keputihan pada lensa mata. penulis mengangkat diagnosa gangguan persepsi sensori
penglihatan berhubungan dengan perubahan ketajaman sensori, dengan data subjektif dan
data objektif yang menunjang sesuai dengan batasan karakteristik pada pasien dengan
gangguan persepsi sensori penglihatan yaitu perubahan dalam ketajaman sensori. beberapa
faktor pencetus katarak adalah penyakit keturunan DM dan katarak. Namun, hasil dari
pengkajian riwayat penyakit masa lalu dan penyakit keturunan pada Ny.S tidak ditemukan
adanya faktor tersebut. Katarak yang dialami oleh Ny.S diakibatkan oleh peroses penuaan.

Anda mungkin juga menyukai